MODEL PEMBELAJARAN FLIPPER CLASSROOM MEN

MODEL PEMBELAJARAN FLIPPER CLASSROOM
MENUJU PENDIDIKAN GLOBAL
Hamdani
Kepala Sekolah SMAN 1 Banyuasin II, Kabupaten Banyuasin
Email: hamdanihamdani22@gmail.com
Abstract: This research was based on the learning activities by using curriculum
2013 in high school. The learning should produce active students by applying
scientific approaches. The teachers had many problems on leading the scientific
approaches. Flipping Classroom is one of the models which can use to overcome
the problems. This model had been used in State High School 1 Banyuasin II. It
provided the numerous tools on making the learning process effectively. The
research found that the flipping classroom could motivate the students to learn
actively. This model had been applied by Jacob Lowell Bishop, Utah State
University and Dr. Matthew A Veliger, Embry-Riddle Aeronautical Univesity of
Daytona Beach.
Keywords: Flipper Classroom Model, Scientific Approach, Global Education
1. Pendahuluan
Perubahan kurikulum 2016 (KTSP) ke kurikulum 2013 memberikan
wacana baru dalam dunia pendidikan di Indonesia. Perubahan tersebut
memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap model dan strategi
pembelajaran. Pembelajaran Scientific menjadi model pembelajaran di kurikulum

2013, Pembelajaran scientific adalah pembelajaran di mana proses pembelajaran
melalui kegiatan: mengamati, menanya, menalar, mencoba dan menyajikan yang
lebih dikenal dengan 5M. Menurut Marsigit, Pendekatan pada kurikulum 2013
yang paling cocok adalah dengan menggunakan pendekatan; 1. Pembelajaran
dengan Pendekatan Ilmiah. 2. Pendekatan Pembelajaran Kontekstual. 3.
Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah. 4. Pendekatan Pembelajaran
Berbasis Proyek

5. Pendekatan Pembelajaran Kooperatif.6. Pendekatan

Pembelajaran Komunikatif
Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan 5 M
melalui pendekatan tersebut di atas masih ditemukan permasalahan. Utami Dewi
Putri dalam penelitiannya menyatakan permasalahan yang di hadapi dalam

Page 1 of 15

pembelajaran scientific adalah: 1. Siswa belum sepenuhnya terlibat aktif. 2.
Kemampuan siswa pada ketrampilan proses masih kurang.3.Waktu yang tersedia
tidak mencukupi.4.Siswa kurang disiplin dan kurang termotivasi.

Penelitian

lain,Rizki

Ananda

menyatakan

permasalahan

dalam

pembelajaran scientific adalah; 1.Pola pikir perubahan kurikulum belum
sepenuhnya dipahami.2. Kurangnya antusias siswa dalam belajar.3.Sarana dan
prasarana sekolah tidak memadai.4.Kurangnya berbagi dalam ilmu pengetahuan
sesama tenaga pendidik.5.Perlunya pelenitian lebih lanjut tentang implementasi
kurikulum 2013 khususnya pendekatan scientific.
Endang Komara, pembelajaran Scientific (ilmiah) harus diketahui lebih
mendalam sehingga proses pembelajaran dapat berhasil dan bermanfaat.
Pendekatan pembelajaran dapat dikatakan sebagai pendekatan ilmiah apabila

memenuhi 7 (tujuh) kategori dalam kegiatan

pembelajaran seperti berikut:

1. Materi pembelajaran berbasis pada hal yang nyata / fakta atau fenomena yang
dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu,bukan khayalan, 2.
Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru siswa tidak bersifat
subjektif, tetapi analitis logis.3. Mendorong secara kritis, dan menginspirasi siswa
berpikir analitis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memecahkan masalah
memahami, dan mengaplikasikan materi pembelajaran. 4. Mendorong mampu
berpikir hipotetik dapat memberikan perbedaan, kesamaan, dan tautan sama lain
dari materi pembalajaran. 5. Menginspirasi siswa mampu memahami,
menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam
merespon materi pembelajaran. 6. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris
yang dapat dipertanggung jawabkan. 7. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara
sederhana dan jelas, namun menarik.
Dari beberapa kajian tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
ilmiah pada dasarnya adalah pembelajaran yang disajikan secara logis, nyata dan
empirik (keilmuan) dalam bingkai yang menyenangkan sehingga proses
pembelajaran tidak bersifat monoton apalagi bersifat teacher’s centre.


Page 2 of 15

Berdasarkan kajian dan permasalahan di atas, peneliti melakukan kajian
lebih dalam tentang model pembelajaran, “Flipper Classroom,“ di SMAN 1
Banyuasin II Kabupaten Banyuasin pada mata pelajaran Bahasa Inggris kelas X
dalam rangka mencari solusi terbaik dalam pembelajaran scientific (ilmiah) pada
kurikulum 2013.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan melalui metode observasi di
lapangan ditemukan bahwa model Flipper Classroom sangat bermanfaat karena
dengan model ini siswa dapat belajar secara aktif dalam bentuk tanya jawab,
debat, dan mengambil kesimpulan pada materi pembelajaran. Model Flipper
Classroom dapat mengubah suasana yang diam menjadi menyenangkan (enjoyful
learning) karena materi pembelajaran disajikan dalam bentuk interaktif yaitu
media video atau youtube.
Penelitian ini juga dilakukan oleh Fitzpatrick, Berrett (2012) and Mazur
(2009) dalam menggunakan Flipper Classroom, “students gain first exposure to
new material outside of class, usually via reading or lecture videos, and then use
class time to do the harder work of assimilating that knowledge, perhaps through
problem-solving, discussion, or debates by using flipping the classroom.”

Fitzpatrick, Berrett (2012) juga menyatakan, “By providing an opportunity
for students to use their new factual knowledge while they have access to
immediate feedback from peers and the instructor, the flipped classroom helps
students learn to correct misconceptions and organize their new knowledge
…….,”
Pendapat tersebut sangat mendukung apa yang yang disampaikan oleh
Endang bahwa pengetahuan nyata sangat diperlukan dalam pembelajaran
scientific dengan memberikan pengetahuan nyata kepada siswa.
Carl Wieman and colleagues (Deslauriers et al., 2011),”flipping the
classroom can produce significant learning gains,” Furthermore, the immediate
feedback that occurs in the flipped classroom also helps students recognize and

Page 3 of 15

think about their own growing understanding. Carl Wieman dalam penelitiannya,
flipper classroom sangat bermanfaat bagi siswa dalam pembelajaran.

2. Model Pembelajaran Flipper Classroom
Berbagai pendekatan dilakukan dalam rangka menemukan model
pembelajaran yang dapat mempermudah proses pembelajaran, terutama pada

kurikulum 2013 yang berbasis pendekatan scientific (ilmiah). Pendekatanpendekatan tersebut seperti: discovery learning, problem based learning, dan
masih banyak lagi lainnya. Dari berbagai pendekatan yang ada peneliti ingin
menyajikan model pembelajaran berbasis blended learning yaitu; Flipper
Classroom Model.
Flipper Classroom adalah metode pedagogis yang baru, dengan
mensikronkan penjelasan materi menggunakan video dan pendalaman materi yang
dilakukan oleh siswa di rumah. Pembelajaran nyata dilakukan di dalam kelas
secara individu atau berkelompok sesuai dengan strategi pembelajarannya.
Flipper classroom merupakan kombinasi yang unik antara problem based
learning (PBL) dengan teori pembelajaran behaviorism.
Mazur (2009); “flipping the classroom” berarti semua siswa di minta
mencari materi pembelajaran di luar jam sekolah, biasanya melalui membaca,
video pembelajaran dan bentuk media lainnya, setelah itu pendalaman materi
pembelajaran dilakukan didalam kelas dengan metode diskusi, debat atau tanya
jawab.

Page 4 of 15

Flipper Calssroom merupakan kebalikan dari teori Taxonomi Bloom,
bahwa belajar di mulai dari remembering, understanding, applying, analyzing,dan

evaluating. Flipper Classroom memulai pembelajaran dengan pemerolehan
pengetahuan di luar kelas menggunakan kerja otak yang lebih tinggi seperti:
penerapan, analisa, sintesa dan mengevaluasi materi pembelajaran di dalam kelas.
Dengan kata lain bahwa pada flipper classroom, pembelajaran ilmiah lebih dulu
dilakukan yaitu dengan analisa individu kemudian asimilasi pengetahuan.
Sedangkan Bloom, memahami terlebih dahulu (asimilasi), kemudian baru analisis
melalui flipper.
John Bransford, Ann Brown, and Rodney Cocking, reports three key
findings about the science of learning, two of which help explain the success of
the flipped classroom.
Then, to develop competence in an area of inquiry, students must: a) have
a deep foundation of factual knowledge, b) understand facts and ideas in the
context of a conceptual framework, and c) organize knowledge in ways that
facilitate retrieval and application” (p. 16).
Dengan flipper classroom semua siswa di beri kesempatan yang sama
untuk mencari dan mengkaji (analisis) materi pembelajaran melalui video
pembelajaran atau tutorial sehingga siswa mendapatkan pengetahuan faktual
secara garis besar sebelum mendiskusikannya di kelas bukan ceramah guru.

Page 5 of 15


Pengetahuan melalui kajian video atau tutorial tentunya masing-masing
siswa berbeda, maka metacognitive siswa akan terus berkembang dan proses
pembelajaran sebenarnya sedang berlansung.
John Bransford, “A ‘metacognitive’ approach to instruction can help
students learn to take control of their own learning by defining learning goals and
monitoring their progress in achieving them” (p. 18)
Secara umum model flipper classroom dapat di lihat seperti bagan di
bawah ini:

Pada bagan bagian sebelah kiri menggambarkan kegiatan pembelajaran
yang menggunakan pendekatan tradisional di mana guru sebagai pusat belajar
(teacher’s centre). Semua siswa mengikuti materi pembelajaran secara tertib di
ruangan kelas, selanjutnya penekanan materi pembelajaran dilakukan di rumah
secara individu.
Sebaliknya pada bagan sebelah kanan menggambarkan kegiatan
pembelajaran yang menggunakan pendekatan model flipper classroom di mana
guru memberikan tugas awal melalui alat bantu seperti: e-mail, whats up,
facebook ,dll kepada siswa sebelum kegiatan pembelajaran di mulai. Siswa
dengan leluasa dapat mempelajari dan mencari bahan materi pendukung sebelum

di bawa ke ruang kelas. Pendalaman materi dilakukan oleh siswa lebih awal.
Siswa dapat bekerja dalam bentuk individu atau kelompok untuk membahas
materi pelajaran di dalam kelas yang sebenarnya. Peran guru hanya sebagai
motivator dan fasilitator saja.

Page 6 of 15

Sebagaimana disampaikan sebelumnya, pembelajaran tradisional selalu
menggunakan taxonomi Bloom (2001) dimana pembelajaran di mulai dengan;
remembering, understanding, kemudian siswa di beri pekerjaan rumah (PR)
applying, analyzing,dan evaluating. Proses pembelajaran tersebut guru menjadi
pusat belajar (teacher’s centre) sehingga siswa menjadi jenuh dan bersifat
monoton.
Flipping the classroom dimulai dengan pendekatan pedagogik dalam
pembelajaran bukan kognitif dengan cara memahami setiap materi pembelajaran.
Bergmann and Sams (2012), Flipping the classroom is a “pedagogy-first”
approach to teaching. In this approach in-class time is “re-purposed” for inquiry,
application and assessment…….
Bermamn and Sams,”Students gain control of the learning process
through studying course material outside of class, using reading, pre-recorded

video lectures (using technology), or research assignments. During class time,
instructors become facilitators (students ‘Centre) of the learning process by
helping students work through problems individually and in groups (active
learning activities.
Active learning activities, merupakan tujuan pokok proses pembelajaran.
Active learning memerlukan berperan aktif bukan hanya duduk diam. Strategi
pembelajaran dapat berupa tanya jawab, diskusi antar teman dan pemecahan
masalah. Strategi pembelajaran lain dapat pula denga menggunakan puzzle atau
game.
Berbagai pendekatan dapat dilakukan atau digabungkan dalam Flipper
Classroom Model seperti: A. Flipped learning+Peer instruction. Model
pendekatan ini adalah bentuk metode interaktif yang didasarkan pada kolaborasi
yang telah terbukti efektif dalam berbagai

bidang ilmu

pengetahuan

seperti


teknologi matematika dan teknik. Metode ini sangat interaktif karena terdapat
flipped dan peer instruction. B. Flipped mastery learning. Model pendekatan ini
adalah bentuk metode yang meminta siswa menguasai materi pembelajaran
sebelum melanjutkan ke materi berikutnya. Bergmann and Sams (2013), Students

Page 7 of 15

can show evidence of their learning through videos, worksheets, experimental
stories, programs, projects, and examples, among others. C. Flipped adaptive
learning. Pendekatan ini merupakan kombinasi dari pendekatan-pendekatan lain
seperti belajar adaptip pedagogik yang dapat membantu siswa menemukan
informasi pembelajaran di mana siswa dapat memperbaikinya secara lansung
(Yilmaz-tuzun: 2008). D. Flipper+Games. Pendekatan ini merupakan langkah
maju dalam penguasaan materi dengan memasukkan unsur-unsur game dalam
pembelajaran. Game adalah aplikasi permainan mekanika yang lansung terkait
dengan materi pembelajaran. Kegiatan ini sangat menyengkan tidak hanya pada
kelas sekolah menengah pertama tetapi sampai pada tingkat perguruan tinggi.
E. Flipper + cooperativ learning. Model ini merupakan sebuah simbiosis atau
kompilasi antara teknik flipper dan dan pembelajaran kooperatif. Pekerjaan rumah
atau dikenal dengan PR, dilakukan secara bersama-sama dengan guru. Cara ini
dilakukan untuk pengembangan tugas dan pemecahan masalah melalui
pembelajaran cooperative. F. Flipper + Problem Based Learning. Problem Based
Learning (PBL) adalah sebuah model yang diperkenalkan oleh apple untuk
digunakan dalam pendidikan tinggi. Model ini adalah bentuk model pembelajaran
terstruktur yang memiliki dasar dalam strategi metodologi induktif. Bukan menyajikan siswa dengan suatu masalah untuk

dipecahkan, CBL menawarkan

konsep-konsep umum yang siswa mendapatkan tantangan.
Flipper Classroom Model sangat mudah dilakukan dalam pembelajaran
aktif dimana pusat pembelajaran terletak pada siswa (students’ centre learning).
Flipper Classroom model sangat membantu kurikulum 2013 dengan pendekatan
scientific.
Berikut adalah langkah-langkah Flipper Classroom Model: 1. Siapkan
Video Pembelajaran. Video pembelajaran pada materi pelajaran dapat di buat oleh
guru atau dengan cara mendownload dari berbagai sumber belajar. Selain video
dapat pula dengan menampilkan youtube materi pembelajaran. Video atau
youtube pembelajaran telah banyak tersedia baik secara online atau cd
pembelajaran. Carilah video pembelajaran yang memuat materi contextual
teaching, bukan imajinasi. 2. Share (bagikan) Video/ youtube. Pada saat video

Page 8 of 15

atau youtube tentang materi pembelajaran telah dibuat atau di download, bagikan
tautan tersebut kepada siswa.Siswa kemudian menonton tayangan video atau
youtube

pembelajaran di rumah, sebelum belajar

di

kelas.Kegiatan

ini

memberikan mereka kebebasan tentang bagaimana, kapan dan dimana mereka
akan belajar dan memungkinkan mereka terlibat dengan isi tayangan video
dengan cara yang cocok untuk mereka. Mereka dapat menonton sendiri,
dengan teman atau orang tua dengan menggunakan perangkat yang mereka pilih
seperti; iPode, computer, laptop. Mereka dapat berhenti atau istirahat sebentar,
menonton kembali atau mengulang. Siswa kemudian datang ke kelas pada materi
yang sesuai dengan pengetahuan, pertanyaan dan hasil pengamatan serta ide-ide
yang baru yang mendukung pembelajaran tersebut. Kegiatan siswa periode ini
telah

mengikuti

pendekatan

pembelajaran

dengan

prinsip

5M.

3.

Menghabiskan waktu di kelas. Para siswa telah menonton tayangan video di
rumah, para siswa dapat menerapkan hasil pengamatan, pemahaman, dan analisis
materi pembelajaran di dalam kelas. Kelas dapat di bentuk secara individu atau
kelompok-kelompok kecil. Kegaiatan ini dapat berupa diskusi, debat atau tanya
jawab. Guru sebagai

fasilitator dan motivator. Kegiatan ini sampai pada

kesimpulan akhir oleh siswa dengan arahan dan masukan guru. Kegaiatan ini
dapat pula dengan prinsip, “Learn and DO,” apabila materi pembelajaran
menghendaki.
3. Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian kualitatif induktif, dimana
penelitian ini di mulai dari banyaknya permasalahan yang diahapi guru dalam
menerapkan kurikulum 2013 dengan pendekatan pembelajaran scientific.
Cresswell (2008)”an inductive approach aimed at reducing the data into a
manageable number of themes that addressed the concerns of the study”.
Peneliti berusaha ingin mengetahui permasalahan-permasalahan yang ada
dalam penerapan pendekatan scientific pada kurikulum 2013 melalui penelitian
kualitatif. Qualitative research has the natural setting of the direct source of data
and the research of the key instrument; 2) qualitative research is descriptive;
3) Qualitative researches are concerned with process rather than simply with

Page 9 of 15

outcomes or product; 4) qualitative research tend the analyze their data
inductively, 5 “meaning” is the essential concern to the qualitative approach,
Bogdan dan Biklen (1982).
Peneliti mencari pemecahan permasalahan pendekatan scientific dengan
melakukan penelitian perpustakaan dari berbagai sumber sehingga pada saatnya
nanti hasil penelitian atau kajian ini dapat digunakan oleh para guru atau pendidik
dalam rangka menyukseskan kurikulum 2013. Peneliti juga melakukan studi
literature serta hasil wawancara dari para peneliti terdahulu.
Peneliti menggunakan metode pengumpulan data wawancara dalam
penelitian ini, dan didukung hasil penelitian dan teori-teori terkait. Esternberg
(dalam Sugiono, 2007: 231) mendefenisikan wawancara sebagai berikut:” a
meeting of two person to exchange information and idea through question and
responses, resulting in communication and join construction of meaning about a
particular topic,”
Pada penelitian ini peneliti berusaha menelaah proses pembelajaran di
SMAN 1 Banyuasin II, pada mata pelajaran Bahasa Inggris Kelas X dengan
menggunakan model Flipper Classroom. Data observasi tersebut menjadi data
awal atau primer pada penelitian ini. Sugiyono (2007:2013), Observasi sebagai
tehnik pengumpulan data yang mempunyai ciri spesifik dibandingkan dengan
teknik lain.
Objek pengumpulan data pada penelitian ini adalah siswa kelas X mata
pelajaran Bahasa Inggris pada SMAN 1 Banyuasin II, Kecamatan Banyuasin II,
Kabupaten Banyuasin. Selain peneliti melakukan observasi dokumen, juga
melakukan wawancara terhadap guru mata pelajaran. Peneliti melakukan studi
dokumen dengan cara melihat perangkat pembelajaran berupa rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) guru. Hadari (2005) studi dokumen, “cara
pengumpulan data melalui peninggalan tertulis terutama berupa arsip-arsip dan
termasuk juga buku mengenai pendapat, dalil yang berhubungan dengan masalah
penyelidikan.
4. Hasil Penelitian dan Pembahasan

Page 10 of 15

Pelaksanaan kurikulum 2013 merupakan perubahan atas kurikulum 2006
atau KTSP. Dalam pelaksanaan kurikulum 2013 menggunakan pendekatan
scientific dengan harapan bahwa proses pembelajaran akan menjadi faktual bukan
imajinasi. Pendekatan tersebut meminta siswa untuk dapat melakukan;
mengamati, menanya, menalar, mencoba dan menyajikan (5M). Dalam
pendekatan 5 M memerlukan pengetahuan yang cukup dalam pemilihan model
pembelajaran berbasis siswa. Model pendekatan yang dapat diguanakan seperti:
Discovery Learning, inquiry learning, problem based sovling dan tentunya flipper
classroom.

Flipper classroom adalah model pembelajaran berbasis blended

learning dengan menggunakan video atau youtube dalam pembelajarannya.
Flipping the classroom is a “pedagogy-first” approach to teaching. In this
approach in-class time is “re-purposed” for inquiry, application and
assessment…….Bergmann and Sams (2012)
Mazur (2009); “flipping the classroom” berarti semua siswa diminta
mencari materi pembelajaran di luar jam sekolah, biasanya melalui membaca,
video pembelajaran, youtube dan bahan pendukung lainnya, setelah itu
pendalaman matreri pembelajaran dilakukan di dalam kelas dengan diskusi, debat
atau tanya jawab.
Flipper Classroom Model di terapkan di SMAN 1 Banyuasin II oleh guru
Bahasa Inggris di kelas X dengan menggunakan media pembelajaran video. Dari
hasil observasi guru melalui dokumen (RPP) mencantumkan model dan media
pembelajarannya, yaitu model pembelajaran flipper claaroom dan media video.
Skenario

pembelajaran

yang

dilakukan

adalah

sebagai

berikut:

guru

menyampaikan penutupan kegiatan pembelajaran pada kegiatan sebelumnya dan
menyampaikan materi kajian pada pertemuan berikutnya. Guru men download
materi bahan ajar dalam bentuk video dari web dan kemudian guru membagi
video tersebut kepada siswa melalui email atau what’s up. Guru meminta siswa
untuk: mengamati, menganalisa dan mencari kesimpulan berdasarkan video. Pada
kegiatan pembelajaran di kelas, Guru menyampaikan tahapan berikutnya yaitu;
menyampaikan tujuan pembelajaran. Dan kemudian membagi siswa dalam
kelompok kecil dengan jumlah ganjil (diusahakan).
Page 11 of 15

Tahap berikutnya adalah guru meminta siswa diskusi dalam kelompoknya
masing-masing dan kemudian menyampaikan hasil diskusi kelompoknya di
tempatnya masing-masing dan peserta kelompok lain menanggapi dan
memberikan saran dan pendapat. Peran guru sebagai fasilitator agar kelas tetap
berjalan normal walaupun gaduh. Setiap saran dan pendapat dicatat dari masingmasing kelompok. Pada akhir kegiatan pembelajaran siswa di minta menyapaikan
rangkuman atau kesimpulan akhir kegiatan pembelajaran dan guru akan
memberikan masukan.
Berdasarkan hasil observasi di kelas, peneliti menemukan; motivasi siswa
sangat tinggi untuk mengikuti pelajaran. siswa mengikuti kegiatan pembelajaran
sangat aktif karena terjadi tanya jawab yang serius serta debat yang mendidik.
Siswa mendapatkan kajian materi pelajaran cukup banyak karena siswa dapat
belajar di rumah sebelum pembelajaran di mulai di kelas. Siswa mendapat
pendalaman materi yang cukup karena mendapatkan saran dan pendapat dari
masing-masing kelompok.
Dari uraian tersebut peneliti dapat menyimpulkan bahwa pembelajaran
menggunakan flipper classroom model sangat membantu guru dalam menerapkan
pendekatan pembelajaran scientific dalam kurikulum 2013.
Berikut adalah hasil penelitian dan kajian tentang flipper classroom model:
1. A. Marlowe (2012), dalam penelitian tentang dampak flipper classroom
terhadap stress siswa, menyatakan bahwa stress siswa sangat menurun
dengan menggunakan flipper classroom model.
2. Deslauriers et al., 2011). Wieman and colleagues compared two sections of
a large-enrollment physics class. ……... During the twelfth week of the
semester, one section was “flipped,” with first exposure to new material
occurring prior to class via reading assignments and quizzes, and class
time devoted to small group discussion of clicker questions and questions
that required written responses. …
During the experiment, student engagement increased in the experimental
section (from 45 +/- 5% to 85 +/- 5% as assessed by four trained

Page 12 of 15

observers) but did not change in the control section. At the end of the
experimental week, students completed a multiple choice test, resulting in
an average score of 41 +/- 1% in the control classroom and 74 +/- 1% in
the “flipped” classroom, with an effect size of 2.5 standard deviations.
Although the authors did not address retention of the gains over time, this
dramatic increase in student learning supports the use of the flipped
classroom model.
3. Jori Park, English teacher, I have several teaching concepts
going at once, so flipping works well for me. I may have kids
watch a lesson at home to learn about literary devices in a book
we are reading in class. And then the next day, they can point
them out to me as we read. That way I am there to help them if
they have problems. It allows them to spend more quality time
with me and it allows me to get more done, so it's definitely a
win-win situation.
4. Frank Noschese, a physics teacher at John Jay High School in Cross
River, N.Y., says anything that gives teachers more face time with students
is "a good thing." But he says lecturing, even at a leisurely pace, is still
bad pedagogy. "It's just kind of 'Lecture 2.0.
Flipping the classroom, she says, has made her students more
independent, less-stressed learners, because for many students, the
hardest part is applying the lesson to problem sets.
5. Kesimpulan
Kurikulum 2013 merupakan kurikulum perubahan dari kurikulum 2006
dengan menggunakan pendekatan scientific. Pendekatan ini meminta siswa untuk
dapat melakukan; mengamati, menanya, menalar, mencoba dan menyajikan (5M).
Marsigit, Pendekatan pada kurikulum 2013 yang paling cocok adalah dengan
menggunakan pendekatan; 1. Pembelajaran dengan Pendekatan Ilmiah .2.
Pendekatan Pembelajaran Kontekstual. 3. Pendekatan Pembelajaran Berbasis
Masalah. 4. Pendekatan Pembelajaran Berbasis Proyek. 5. Pendekatan
Pembelajaran

Kooperatif.

6.

Pendekatan

Pembelajaran

Komunikatif.

Pembelajaran tersebut merupakan pendekatan blended learning dengan berbagai
permasalahannya.

Page 13 of 15

Flipper Classroom model merupakan blended learning dengan model
sederhana: 1. Siapkan bahan dalam bentuk video/ youtube. 2. Share ke siswa
dengan menggunakan Ipode, laptop, dan lainya. 3. Proses pembelajaran di hari
berikutnya.
Kerja keras adalah satu hal yang harus dilakukan oleh seorang guru untuk
dapat

memperoleh

model

atau

strategi

pembelajaran

sehingga

tujuan

pembelajaran dapat di capai dan dapat mensejajarkan diri dengan guru di Negara
lain.

Daftar Pustaka
Ananda, R. (2013). Pendekatan Kurikulum 2013 dan Implematasinya.
Unisa.Univ, 4.
Ananda, R. (2015). ANALISIS IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK
DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN
KEWARGANEGARAAN :Studi Kasus di Kelas IV SD Islam Ibnu Sina
Kabupaten Bandung . http://repository.upi.edu/id/eprint/15583, 9.
BARRET, D. (2012). How to flipping classroom. The cronicle Of Higher
Education, 12.
Bogdan and Biklen. (1982). Quantitative reasearch for education and
Introduction to Theory and Methode. Boston: Aallyn and Bacon.
Bragman and Sam. (2012). Collaborative Learning. Baltimore: The John Hopkins
University Pres.

Page 14 of 15

Cresswell, J. W. (2008). Education Resersch : Planning, Conducting and
eavaluating. New york: Prentince Hall.
DesLauriers, e. Schelew and Wieman. (2011). Improving Learning a large
enrollment phisycs class. Science, 62-65.
JD Brasword, Brown l, Cooking RR. (2000). How people learn. Washington:
National Acadmy.
Komara, E. (2013). PENDEKATAN SCIENTIFIC DALAM KURIKULUM 2013.
Academi. Edu.com, 7.
Komara, E. (2013). PENDEKATAN SCIENTIFIC DALAM KURIKULUM 2013 .
Bandung: www.academia.edu.
Marloe, A. (2012). The effect of fliiper classroom on student achievement and
stress. academi.edu, 5.
Marsigit. (2013). Berbagai Metode Pembelajaran. www.academia.edu, 1.
Mazur, E. (2005). Farewell leacturer. Science, 50-51.
Nawawi, H. (2005). Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajahmada
University.
Patrick, M. (2012). Classroom Lecture go to digital. The New York Times, 24.
Putri, U. D. (2015). PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK MELALUI
MODEL. Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF), 6.
Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif , D. Bandung:
Alfabeta.

Page 15 of 15

Dokumen yang terkait

ANALISIS KEMAMPUAN SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN SOAL PISA KONTEN SHAPE AND SPACE BERDASARKAN MODEL RASCH

69 778 11

MODEL KONSELING TRAIT AND FACTOR

0 2 9

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

2 5 46

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DITINJAU DARI PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI

6 77 70

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA ANTARA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL)

11 75 34

MENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA REALIA DI KELAS III SD NEGERI I MATARAM KECAMATAN GADINGREJO KABUPATEN TANGGAMUS TAHUN PELAJARAN 2011/2012

21 126 83

PENGARUH KEMAMPUAN AWAL MATEMATIKADAN MOTIFBERPRESTASI TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

8 74 14

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM GERAK MANUSIA (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning Semester Ganjil T

47 275 59

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TPS UNTUK MENINGKATKAN SIKAP KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV B DI SDN 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

6 73 58

PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMA MAKANANKU SEHAT DAN BERGIZI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE PADA SISWA KELAS IV SDN 2 LABUHAN RATU BANDAR LAMPUNG

3 72 62