Formulasi Sediaan Krim Ekstrak Etanol Kulit Buah Kakao (Theobroma cacao L.) Danuji Aktivitas Terhadap Bakteri Staphylococcus Aureusdan Pseudomonas Aeruginosa Chapter III V
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tempat Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di.Laboratorium Kosmetologi dan Laboratorium
Mikrobiologi Fakultas Farmasi, Universitas Sumatera Utara.
3.2
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan secara eksperimental. Tahap penelitian meliputi
penyiapan bahan, menyiapkanekstraketanolkulitbuahkakaopembuatan sediaan
krim serta uji aktivitas bakteri terhadap Staphylococcus aureusdan Pseudomonas
aeruginosa dengan metode difusi agar. Parameter yang dilihat adalah besarnya
diameter daya hambat pertumbuhan bakteri.
3.3
Alat dan Bahan
3.3.1 Alat–alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat-alat gelas, autoklaf
(Fisons), inkubator (Fiber Scientific), kompor (Miyako), jangka sorong, jarum
ose, Laminar Air Flow Cabinet (Astec HLF 1200L), lemari pendingin (Toshiba),
neraca listrik (Vibra AJ), oven (Memmert), penangas air (Yenaco), pinset, pipet
mikro (Eppendorf), rotary evaporator (Haake D), kertas saring, kertas perkamen,
pH meter (Tran Instrumen), cakram kertas dan spektrofotometer visibel sinar
tampak (Dynamic), spatula, stamfer, tanur.
3.3.2 Bahan
Bahan-bahan
yang
digunakan
dalam
penelitian
ini
adalah
akuades,ekstrakkulitbuahkakao, gliserin, asam stearat, trietanolamin, setil alkohol,
larutan dapar pH asam (4,0), larutan dapar pH (7,0), metilen biru,
Universitas Sumatera Utara
nutrientagar,nutrientbroth,etanol
96%,
Staphylococcus
aureus,
Pseudomonasaeruginosa(Lab. Mikrobiologi Fakultas Farmasi USU). Bahan kimia
yang digunakan berkualitas pro analisa,kecuali dinyatakan lain: etanol 96%
(Merck), Dimetilsulfoksida (Fisons).
3.4
Pembuatan Media
3.4.1 Media nutrient agar
Komposisi: Lab-lemco powder
1g
Yeast extract
2g
Peptone
5g
Sodium chloride
5g
Agar
15 g
Cara Pembuatan:
Sebanyak 28 g media nutrient agar (NA) dimasukkan kedalam erlenmeyer
tambahkan air suling sampai 1000 ml, lalu dipanaskan sampai larutsempurna.
Kemudian disterilkan di dalam autoklaf pada suhu 121°C selama 15 menit
(Oxoid, 1982)
3.4.2 Media nutrient broth
Komposisi: Lab-lemco powder
1g
Yeast extract
2g
Peptone
5g
Sodium chloride
5g
Cara Pembuatan:
Ditimbang sebanyak 13 g serbuk nutrient broth (NB) dilarutkan dalam
erlenmeyer dengan air suling yang ditambahkan sedikit demi sedikit hingga 1000
Universitas Sumatera Utara
ml, dipanaskan sampai semua bahan larutsempurna. Kemudian disterilkan di
dalam autoklaf pada suhu 121°C selama 15 menit (Oxoid, 1982).
3.5
Sterilisasi Alat
Alat-alat yang digunakan dalam uji aktivitas antibakteri ini, disterilkan
terlebih dahulu sebelum digunakan. Alat-alat gelas disterilkan di dalam oven pada
suhu 170°C selama 1 jam. kemudian Media disterilkan di autoklaf pada suhu
121°Cselama 15 menit. Jarum ose dan pinset dipijar dengan lampu Bunsen (Lay,
1994).
3.6PembuatanAgarMiring
Kedalamtabungreaksisterildimasukkan3mlmedianutrient
agarsteril,didiamkanpadatemperaturkamarsampaisediaanmemadatpadaposisimirin
gmembentuksudutkirakira45°Kemudiandisimpandalamlemaripendinginpadasuhu5
°C.
3.7
Pembuatan Stok Kultur Bakteri
Koloni bakteri diambil dengan menggunakan jarum ose steril, laluditanam
pada media nutrient agar miring dengan cara menggores. Kemudian diinkubasi
dalam inkubator pada suhu 36-37°C selama 24 jam (DitjenPOM, 1995).
3.8
Penyiapan Inokulum Bakteri
Koloni bakteri diambil dari stok kultur dengan jarum ose steril
laludisuspensikan dalam tabung reaksi yang berisi 10 ml media nutrient broth.
Diukur kekeruhan larutan dengan menggunakan alat spektrofotometer visible
sinartampakpada panjang gelombang 580 nm hingga diperoleh transmitan 25%
yang setara dengan 106 CFU (Colony Forming Units) (Ditjen POM, 1995).
3.9
Pembuatan Larutan Uji Ekstrak
Dengan Berbagai Konsentrasi
Etanol
Kulit
Buah
Kakao
Universitas Sumatera Utara
Ekstrak etanol kulit buah kakao ditimbang sebanyak2 g kemudian dilarutkan
dengan Dimetilsulfoksida dicukupkan sampai 4ml dan diperoleh konsentrasi
ekstrak 50(mg/0,1ml). Selanjutnya dibuat pengenceran sampai diperoleh ekstrak
dengan konsentrasi 40; 30; 20; 10; 7,50; 5,00; 2,50; 1,25; 0,63dan0,5(mg/0,1ml).
3.10 Metode Pengujian Efek Antibakteri Secara In Vitro
Dimasukkan 0,1 ml inokulum ke dalam cawan petri steril, kemudian
dituangkan media nutrient agar sebanyak 15 ml dengan suhu 45-50°C, lalu
dihomogenkan dengan cara cawan di goyang di atas permukaan meja agar media
dan suspensi bercampur merata dan dibiarkan memadat. Pencadang kertas yang
telah direndam pada larutan uji diletakkan pada media yang telah memadat,
didiamkan ±15 menit, kemudian diinkubasi dalam inkubator pada suhu 35 °C
selama 24 jam. Masing-masing cawan petri diukur diameter daya hambat
bakterinya disekitar pencadang kertas menggunakan jangka sorong.
3.11 Pembuatan Sediaan Krim
3.11.1 Formulasi dasar krim
Sediaan krim yang digunakan adalah krim dengan tipe minyak dalam air
sebanyak 100 g, dengan menggunakan formula standar sebagai berikut (Depkes,
1966):
R/ Asam stearat
142 g
Gliserin
100 g
Natrium tetraborat
Trietanolamin
Air suling
2g
10 g
750 ml
Formula dasar krim yang digunakan dimodifikasi dengan penggantian
natrium tetraborat dengan setil alkohol. Hal ini dilakukan karena natrium
Universitas Sumatera Utara
tetraborat termasuk zat kimia yang dilarang penggunaannya dipasaran dalam
sediaan kosmetik dan jumlah gliserin yang digunakan dikurangi dengan tujuan
untuk menjaga konsistensi dari sediaan krim tersebut. Untuk itu formula dasar
krim yang digunakan adalah sebagai berikut:
R/
Asam stearat
14,2 g
Setil alkohol
0,5 g
Gliserin
2g
Trietanolamin
1g
Air suling
ad
100 ml
AdapuncarapembuatanyaituDitimbang semua bahan yang diperlukan.
Bahan yang terdapat dalam formula dipisahkan menjadi 2 kelompok, yaitu fase
minyak dan fase air. Fase minyak yaitu asam stearat dan cetyl alkohol dilebur di
atas penangas air dengan suhu 70–75°C, sedangkan fase air yaitu TEAdan
gliserin, dilarutkan dalam air suling panas. Kemudian fase minyak dipindahkan
ke dalam lumpangpanas. Fase air ditambahkan secara perlahan-lahan ke dalam
fase minyak dengan pengadukan yang konstan sampai diperoleh massa krim.
3.11.2Formulasi sediaan krim
Rancangan formula sediaan krim yang mengandung ekstrak kulitbuah
kakao, yang akan digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 3.1 Rancangan formula sediaan krim
F1
Sediaan krim
F2
F3
F4
-
7,5
10
20
30
100
92,5
90
80
70
Bahan
F0
Ekstrak (g)
Dasar krim (g)
Keterangan:
F0:
dasar krim tanpa ekstrak kulitbuah kakao (blanko)
F1:
sediaan krim dengan ekstrak kulitbuah kakao 7,5%
F2:
sediaan krim dengan ekstrak kulitbuah kakao 10%
Universitas Sumatera Utara
F3:
sediaan krim dengan ekstrak kulitbuah kakao 20%
F4:
sediaan krim dengan ekstrak kulitbuah kakao 30%
Cara pembuatan:
Adapun cara pembuatan yaitu Ekstrak etanol kulitbuah kakao digerus didalam
lumpang, lalu ditambahkan sedikit demi sedikit dasar krim dan digerus hingga
homogen.
3.12 Evaluasi Terhadap Sediaan
3.12.1 Pemeriksaan homogenitas
Sejumlah tertentu sediaan jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan
transparan lain yang cocok, sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen
dan tidak terlihat adanya butiran kasar (Ditjen POM, 1979).
3.12.2Penentuan tipe emulsi sediaan
Penentuan tipe emulsi sediaan dilakukan dengan dua cara, yaitu
pengenceran dengan air dan pengecatan atau pewarnaan. Pengenceran dengan air
dilakukan dengan cara mengencerkan 100 mg sediaan krim dengan 10 ml air, bila
emulsi mudah diencerkan dengan air, maka emulsi tersebut adalah tipe m/a
(Ditjen POM, 1985).
Pengecatan atau pewarnaan dilakukan dengan menambahkan larutan
metilen biru sebanyak 1 tetes pada 500 mg sediaan di atas objek gelas. Tutup
dengan kaca penutup dan diamati dibawah mikroskop. Bila metil biru tersebar
merata berarti sediaan tersebut tipe emulsi m/a, tetapi bila hanya bintik-bintik biru
berarti sediaan tersebut tipe emulsi a/m (Syamsuni, 2006).
3.12.3Pemeriksaan stabilitas sediaan
Pemeriksaan stabilitas sediaan meliputi bentuk, warna dan bau yang
diamati secara visual (Ditjen POM, 1995).
Universitas Sumatera Utara
Sediaan dinyatakan stabil apabila warna, bau, dan penampilan tidak
berubah secara visual selama penyimpanan, dan juga secara visual tidak
ditumbuhi jamur. Pengamatan dilakukan pada suhu kamar pada minggu ke 0, 4, 8
dan minggu ke 12.
3.12.4Pengukuran pH sediaan
Pengukuran pH sediaan dilakukan dengan menggunakan pH meter. Alat
terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar standar netral (pH
7,0) dan larutan dapar pH asam (pH 4,0) hingga alat menunjukkan harga pH
tersebut. Elektroda dicuci dengan air suling, lalu dikeringkan dengan tissue.
Sampel dibuat dalam konsentrasi 1% yaitu ditimbang 1 gram sediaan dan
dilarutkan dalam 100 ml air suling. Kemudiaan elektroda dicelupkan dalam
larutan tersebut. Dibiarkan alat menunjukkan harga pH sampai konstan. Angka
yang ditunjukkan pH meter merupakan pH sediaan (Rawlins, 1977).
3.12.5Uji iritasi terhadap sukarelawan
Uji iritasi dilakukan dengan cara mengoleskan sediaan uji pada kulit
normal panel manusia untuk mengetahui apakah sediaan tersebut dapat
menimbulkan iritasi pada kulit atau tidak. Teknik yang digunakan pada uji iritasi
adalah uji tempel terbuka (open test) pada lengan bawah bagian dalam terhadap
10 orang panelis. Uji tempel terbuka dilakukan dengan mengoleskan sediaan
yangdibuat pada lokasi lekatan dengan luas tertentu (2,5 x 2,5 cm), dibiarkan
terbuka dan diamati apa yang terjadi. Uji ini dilakukan sebanyak 3 kali sehari
selama 2 hari berturut-turut (Tranggono dan Latifah, 2007). Reaksi yang diamati
adalah terjadinya eritema dan edema, indeks iritasi primer dengan skor Federal
Hazardous Substance Act:
Universitas Sumatera Utara
Eritema
Edema
Tidak eritema
0
Tidak edema
0
Sangat sedikit eritema
1
Sangat sedikit edema
1
Sedikit eritema
2
Sedikit edema
2
Eritema sedang
3
Edema sedang
3
Eritema sangat parah
4
Edema sangat parah
4
Uji iritasi yang dilakukan terhadap sukarelawan memiliki kriteri-kriteria
yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut (Ditjen POM, 1985):
1. Wanita
2. Usia antara 20-30 tahun
3. Berbadan sehat jasmani dan rohani
4. Tidak memiliki riwayat penyakit alergi
5. Menyatakan kesediaannya dijadikan panelis uji iritasi
Menurut Manggau, dkk., (2013) penilaian indeks iritasi dihitung dengan cara
menjumlahkan nilai dari setiap sukarelawan percobaan setelah 8 jampemberiaan
sampel iritan, kemudian dibagi 2. Penilaian iritasinya adalah sebagai berikut:
− 0,00
= tidak mengiritasi
− 0,04 - 0,99 = sedikit mengiritasi
− 3,00 - 5,99= iritasi sedang
− 6,00-8,00= iritasi berat
− 1,00 - 2,99 = iritasi ringan
3.12.6Uji mikrobiologi sediaan
Uji mikrobiologi untuk mengetahui aktivitas antimikoba sediaan krim
etanol kulit buah kakao yang dilakukan dengan metode difusi agar, dengan cara
mengukur
diameter
terhadappertumbuhanbakteriStaphylococcus
hambatan
aureus
antibakteri
dan
Pseudomonas
aeruginosa.
Universitas Sumatera Utara
3.12.7Pembuatan larutan uji krim
Ditimbang sebanyak 1 g krim dari setiap formula, dimasukkan ke dalam
vial dan diberi label kemudian ditambahkan akuades 1 ml dan diaduk hingga
larut.
3.12.8 BakteriStaphylococcus aureus
Sebanyak 0,1 ml inokulum dimasukkan ke dalam cawan petri steril, setelah
itu dituang media nutrient agarsteril sebanyak 15 ml dengan suhu 45 – 50oC.
Selanjutnya cawan digoyang di atas permukaan meja, agar media dan suspensi
bakteri tercampur rata. Pada media yang telah padat diletakkan pencadang kertas,
yang telah di rendam pada larutan uji, didiamkan ±15 menit, kemudian diinkubasi
dalam inkubator pada suhu 35 oC selama 24 jam, setelah itu diukur diameter
daerah hambatan (zona jernih) pertumbuhan di sekitar pencadang dengan
menggunakan jangka sorong.pengujian dilakukan sebanyak 3 kali.
3.12.9 BakteriPseudomonas aeruginosa.
Sebanyak 0,1 ml inokulum dimasukkan ke dalam cawan petri steril, setelah
itu dituang media nutrient agar steril sebanyak 15 ml dengan suhu 45 – 50oC.
Selanjutnya cawan digoyang di atas permukaan meja, agar media dan suspensi
bakteri tercampur rata. Pada media yang telah padat diletakkan pencadang kertas,
yang telah di rendam pada larutan uji, didiamkan ±15 menit, kemudian diinkubasi
dalam inkubator pada suhu 35 oC selama 24 jam, setelah itu diukur diameter
daerah hambatan (zona jernih) pertumbuhan di sekitar pencadang dengan
menggunakan jangka sorong.pengujian dilakukan sebanyak 3 kali.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Universitas Sumatera Utara
Untukidentitas
tumbuhan,
pemeriksaan
karakteristik
simplisia(pemeriksaan simplisia, pemeriksaan karakterisasi serbuk simplisia),
ekstrak dan rendemen simplisia serta skrining fitokimiadaribuahkakao(Theobroma
cacao
L)telah
dilakukan
oleh
Situmorang(2016)
dimanahasildapatdilihatpadaLampiran1, 2, 3, halaman 47-50.
MenurutSitumorang(2016), hasil pemeriksaan karakterisasi serbuk kulit
buah
kakaodanHasil
skrining
fitokimia
ekstrak
kulit
buah
kakaodapatdilihatpadaTabel4.1danTabel4.2dibawahini:
Tabel 4.1 Hasil pemeriksaan karakterisasi serbuk kulit buah kakao(Theobroma
cacao L.)
No.
1.
2.
3.
4.
5.
Parameter
Kadar Air
Kadar Sari Larut Air
Kadar Sari Larut Etanol
Kadar Abu Total
Kadar Abu Tidak Larut Asam
Hasil (%)
8,31%
10,86%
14,67%
7,93%
1,15%
Penetapan kadar air pada simplisia dilakukan untuk mengetahui jumlah air
yang terkandung di dalam simplisia. Hasil yang diperoleh dari penetapan kadar
air, adalah 8,31%,yaitu kurang dari 10%. Kadar air yang melebihi 10% dapat
menjadi media yang baik untuk pertumbuhan jamur.
Penetapan kadar sarilarut air dilakukan untuk mengetahui jumlah senyawa
yang bersifat polar yang dapat tersari dalam pelarut air. Kadar sari larut air yang
diperoleh adalah 10,86%. Penetapan kadar sari larut etanol dilakukan dan untuk
mengetahui jumlah senyawa yang bersifat polar maupun non polar, yang dapat
tersari dalam pelarut etanol. Kadar sari larut etanol yang diperoleh adalah 14,67%.
Penetapan kadar abu total dilakukan untuk mengetahui jumlah mineral
yang terdapat pada sampel. Kadar abu total yang diperoleh adalah 7,93%.
Universitas Sumatera Utara
Penetapan kadar abu tidak larut asam dilakukan untuk mengetahui jumlah mineral
yang tidak larut dalam asam, seperti silikat. Kadar abu tidak larut asam yang
diperoleh adalah 1,15%.
Monografi simplisia kulit buah kakao tidak terdaftar di buku Materia
Medika Indonesia (MMI), sehingga perlu dilakukan pembakuan secara nasional
mengenai parameter karakterisasi simplisia kulit buah kakao.
Tabel 4.2 Hasil skrining fitokimia ekstrak kulit buah kakao (Theobroma cacao
L.)
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6
7
Parameter
Alkaloid
Flavonoid
Saponin
Tanin
Glikosida
Glikosida atrakuinon
Steroid/ triterpenoid
Ekstrak Etanol
+
+
+
+
+
+
Keterangan:
(+) positif : mengandung golongan senyawa
(-) negatif : tidak mengandung golongan senyawa
Kulit buah kakao mengandung alkaloid (Mulyatni, dkk., 2012), flavonoid,
tannin (Matsumoto, dkk, 2004). Skrining yang dilakukan pada penelitian ini juga
menunjukkan hasil yang positif terhadap alkaloid, flavonoid dan tannin.
Menurut Robinson (1995), senyawa metabolit sekunder seperti senyawa
flavonoida, saponin dan tanin merupakan senyawa kimia yangmemiliki potensi
sebagai antibakteri.
4.1
Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak EtanolKulit Buah Kakao
Universitas Sumatera Utara
Hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol kulit buah kakao dapat dilihat
pada Tabel 4.3 dibawah ini. Data selengkapnya dapat dilihat di Lampiran 5,
6halaman 53-54.
Tabel
4.3Hasil pengukuran diameter hambatanrata-rata pertumbuhan
bakteriStaphylococcus
aureusdanPseudomonas
aeruginosadariekstraketanolkulitbuahkakao.(Theobroma cacao L.)
No
Konsentrasi
(mg/0,1mL)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
50
40
30
20
10
7,50
5,00
2,50
1,25
0,63
0,5
Blanko
Diameter Daerah Hambatan (mm)
Staphylococcus aureus
Pseudomonas aeruginosa
D* ±SD
D* ±SD
20,47± 0,31
19,45±0,67
19,37± 0,21
18,47±0,72
18,30± 0,10
17,47±0,70
16,83± 0,55
16,33±0,16
15,00± 0,70
14,43 ±0,31
14,27± 0,21
13,77±0,56
12,97± 0,59
12,34±0,33
11,83± 0,59
10,17±0,46
10,17± 0,12
8,37±0,31
9,17± 0,06
7,44±0,21
7,33± 0,21
6,54±0,26
-
Keterangan : D * = hasil rata-rata tiga kali pengukuran
SD = standar deviasi
- = tidak ada hambatan
Suatu ekstrak dikatakan memiliki potensi aktivitas antibakteri yang efektif
apabila diameter daerah hambatannya 14 mm atau lebih. (Parekh dan Chanda,
2006; Philip, dkk., 2009). Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada
ekstraketanol kulit buah kakao memberikan aktivitas antibakteri yang efektif
terhadap bakteri Staphylococcus aureus yaitupada konsentrasi 7,50 mg/0,1ml
dengan diameter daerah hambat 14,27± 0,21 mm dan pada bakteri Pseudomonas
aeruginosa memberikan aktivitas antibakteri yang efektif pada konsentrasi 10
mg/0,1ml dengan diameter daerah hambat 14,43 ±0,31 mm. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan terhadap ekstraketanol kulit buah kakao memberikan
konsentrasi hambat minimum terhadap bakteri Staphylococcus aureusyaitu pada
Universitas Sumatera Utara
konsentrasi 0,5 mg/0,1mldengan diameter hambat 7,33± 0,21 mm sedangkan
terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa pada konsentrasi 0,5 mg/0,1ml dengan
diameter hambat 6,54±0,26 mm.
Berdasarkan perhitungan standar deviasi (SD) menggunakan Microsoft
office Excel 2007 dengan insert function STDEV dapat ditentukan bahwa pada
setiap konsentrasi ekstrak etanol 50; 40; 30; 20; 10; 7,50; 5; 2,50; 1,25; 0,63; dan
0,50 mg/0,1ml memberikan diameter daerah hambat yang berbedaantara bakteri
Staphylococcus aureusdengan bakteri Pseudomonas aeruginosa
Aktivitas antibakteri yang didapatkan dari ektrak etanol merupakan
aktivitasantibakteri yang efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus danPseudomonas aeruginosa. Hal ini dikarenakan
kandungan senyawa metabolit sekunder yang terdapat dalam ekstrak etanol kulit
buah kakao adalah senyawa yang memiliki aktivitas antibakteri yang kuat yaitu
flavonoid,tanin dan saponin.
Tanin adalah senyawa fenol yang tersebar
luas pada tumbuhan
berpembuluh. Senyawa fenol dan turunannya (flavonoid) merupakan salah satu
antibakteri yang bekerja dengan mengganggu fungsi membran sitoplasma. Pada
konsentrasi rendah dapat merusak membran sitoplasma yang menyebabkan
bocornya metabolit penting yang menginaktifkan sistem enzim bakteri, sedangkan
pada konsentrasi tinggi mampu merusak membran sitoplasma dan mengendapkan
protein sel (Harborne, 1987; Volk dan Wheller, 1993).
Mekanisme kerja saponin sebagai antibakteri adalah menurunkan tegangan
permukaan sehingga mengakibatkan naiknya permeabilitas atau kebocoran sel dan
mengakibatkan senyawa intraseluler akan keluar (Robinson, 1995).Mekanisme
steroid sebagai antibakteri berhubungan dengan membran lipid dan sensitivitas
Universitas Sumatera Utara
terhadap komponen steroid yang menyebabkan kebocoran pada liposom
(Manggu, dkk., 2013).
Ekstrak etanol kulit buah kakao memberikan perbedaan aktivitas antibakteri
pada berbagai variasi konsentrasi larutan uji terhadap bakteri gram positif
Staphylococcus aureusdan bakteri gram negatif Pseudomonas aeruginosa dimana
diameter
hambatan
pertumbuhan
bakteri
lebih
besar
terhadap
bakteriStaphylococcus aureus. Hal ini disebabkan karena kedua bakteri uji
tersebut memilki komposisi dan struktur dinding sel yang berbeda sehingga
mengakibatkan bakteri gram positif lebih rentan terhadap senyawa-senyawa kimia
dibandingkan gram negatif. Struktur dinding sel bakteri gram positif lebih
sederhana, yaitu berlapis tunggal sehingga memudahkan bahan bioaktif masuk ke
dalam sel sedangkan struktur dinding sel bakteri gram negatif lebih kompleks,
yaitu berlapis tiga terdiri dari lapisan luar lipoprotein, lapisan tengah
lipopolisakarida yang berperan sebagai penghalang masuknya bahan bioaktif
antibakteri, dan lapisan dalam berupa peptidoglikan (Pelczar dan Chan, 1988;
Volk dan Wheeler, 1993
4.2
Hasil Evaluasi Terhadap Sediaan
4.2.1 Hasil pemeriksaan homogenitas sediaan
Sediaan krim yang dihasilkan tidak diperoleh butiran-butiran pada objek
gelas dari formula blanko. Hasil yang sama juga diperoleh pada sediaan krim
dengan ekstrak Kulitbuah kakao, yaitu tidak ada butiran-butiran pada objek gelas.
Gambar hasil pemeriksaan homogenitas dapat dilihat pada, lampiran 10 hal58.
4.2.2 Hasil penentuan tipe emulsi sediaan
Universitas Sumatera Utara
Pengujian tipe emulsi sediaan dilakukan dengan mengamati kelarutan
dalam air dan dalam metilen biru dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut ini.
Tabel 4.4 Data Penentuan Tipe Emulsi Sediaan Krim Ekstrak Etanol Kulitbuah
kakao.(Theobroma cacao L.)
No
1
2
3
4
5
Formula
Sediaan
Formula 0
Formula 1
Formula 2
Formula 3
Formula 4
Keterangan:
Formula 0
Formula 1
Formula 2
Formula 3
Formula 4
√
Pengenceran dengan air
√
√
√
√
√
Kelarutan Metil Biru pada
Sediaan
√
√
√
√
√
:dasar krim tanpa ekstrak etanolKulitbuah kakao (blanko)
: sediaan krim dengan ekstrak etanol Kulitbuah kakao7,5%
: sediaan krim dengan ekstrak etanol Kulitbuah kakao 10%
: sediaan krim dengan ekstrak etanol Kulitbuah kakao 20%
: sediaan krim dengan ekstrak etanol Kulitbuah kakao 30%
: larut
Menurut Ditjen POM (1985), metode untuk menentukan tipe emulsi yaitu
dengan cara krim diencerkan dengan air dengan konsentrasi 1%, bila emulsi
mudah diencerkan dengan air, maka emulsi tersebut adalah tipe m/a.
Menurut Syamsuni (2006), untuk membedakan tipe emulsi dapat
dilakukan dengan pengecatan atau pewarnaan. Emulsi tipe m/a memberikan
warna biru jika ditambah metilen biru karena metilen biru larut dalam air.
Hasil pewarnaan metilen biru pada blanko memberikan warna biru dan
pada sediaan krim dengan konsentrasi 7,5% 10%, 20%, 30% memberikan warna
hijau tua. Menunjukkan bahwa metilen biru larut dalam sediaan krim dan blanko
yang berarti sediaan krim dan blanko tipe m/a.
Penentuan tipe emulsi yang dilihat dari kelarutan dalam air menunjukkan
bahwa formula krim dengan konsentrasi 7,5% 10%, 20%, 30% dan blanko dapat
Universitas Sumatera Utara
diencerkan dengan air. Hal ini membuktikan bahwa tipe emulsi sediaan krim yang
dibuat adalah m/a. Gambar hasil penentuan tipe emulsi sediaan dapat dilihat pada
lampiran 11, halaman 59.
4.2.3 Hasil pemeriksaan stabilitas sediaan
Dari hasil uji stabilitas organoleptis seluruh ekstrak etanol kulitbuah kakao
tidak mengalami perubahan bentuk, warna, dan bau. Seluruh sediaan krim ekstrak
etanol kulit buah kakao selama penyimpanan 12 minggu dinyatakan stabil.
Tabel 4.5Data Pemeriksaan Stabilitas Sediaan Krim Ekstrak Etanol Kulitbuah
kakao(Theobroma cacao L.).
No
1
2
3
4
5
Formula
Formula 0
Formula 1
Formula 2
Formula 3
Formula 4
Minggu
ke-0
X Y Z
- - - - - - - - - - -
Lama Pengamatan
Minggu
Minggu
ke-4
ke-8
X Y Z X Y Z
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Minggu
ke-12
X Y Z
- - - - - -
Keterangan:
Formula 0
Formula 1
Formula 2
Formula 3
Formula4
: dasar krim tanpa ekstrak etanol Kulitbuah kakao (blanko)
: sediaan krim dengan ekstrak etanol Kulitbuah kakao7,5%
: sediaan krim dengan ekstrak etanol Kulitbuah kakao10%
: sediaan krim dengan ekstrak etanol Kulitbuah kakao20%
:sediaan krim dengan ekstrak etanol Kulitbuah kakao30%
x
y
z
√
: Perubahan warna
: Perubahan bau
: Pecahnya emulsi
: Tidak terjadi perubahan
: Terjadi perubahan
Dari Tabel 4.5 dapat dilihat hasil pemeriksaan organoleptis sediaan
dilakukan terhadap perubahan bentuk, warna dan bau sediaan. Sediaan dinyatakan
stabil jika tidak mengalami perubahan bentuk, warna dan bau (Draelos dan
Thaman, 2006).Pemeriksaan dilakukansecara visual padasuhukamarselama12
minggu dengan rentang waktu pemeriksaan 4 minggu.
Universitas Sumatera Utara
4.2.4 Hasil pengukuran pH sediaan
pH sediaan ditentukan dengan menggunakan pH meter. Hasil pengukuran
pH dapat dilihat pada Tabel 4.6. DatapengukuranpH sediaan krim ekstrak etanol
kulitbuahkakao(Theobroma
cacao
L.)
secarakeseluruhandapatdilihatpadaLampiran12, halaman 60.
Tabel
4.6 Data Pengukuran pH Sediaan
KulitBuahKakao(Theobroma cacao L.)
No
Formula
1
1
2
3
4
Formula0
Formula 1
Formula 2
Formula 3
Formula 4
Keterangan:
Formula0
Formula 1
Formula 2
Formula 3
Formula 4
Minggu
ke-0
5,7
5,7
5,5
5,4
5,4
Krim
Lama Pengamatan
Minggu
Minggu
ke-4
ke-8
5,7
5,7
5,7
5,7
5,5
5,5
5,4
5,4
5,4
5,5
Ekstrak
Etanol
Minggu
ke-12
5,6
5,6
5,4
5,4
5,4
:dasar krim tanpa ekstrak etanol kulitbuahkakao (blanko)
:sediaan krim dengan ekstrak etanol kulitbuahkakao7,5%
: sediaan krim dengan ekstrak etanol kulitbuahkakao10%
: sediaan krim dengan ekstrak etanol kulitbuahkakao20%
: sediaan krim dengan ekstrak etanol kulitbuahkakao30%
Berdasarkan pengukuran pH dari masing-masing formula selama
pengamatan terjadi penurunan pH dan secara keseluruhan terlihat bahwa pH dari
sediaan krim ekstrak etanol kulitbuahkakao menurun dengan bertambahnya waktu
penyimpanan. Sediaan krim untuk blanko tanpa penambahan ekstrak etanol
kulitbuahkakao juga mengalami penurunan pH. Penurunan pH diduga karena
basis krim mengalami penguraian diakibatkan karena pengaruh cahaya, udara dan
sebagainya. Hasil pengujian terhadap pH sediaan krim yang diperoleh
menunjukkan bahwa sediaan krim yang dihasilkan masih sesuai dengan pH kulit
dan dapat digunakan dengan aman dan tidak menyebabkan iritasi pada kulit
Universitas Sumatera Utara
karena menurut Balsam dan Sagarin (1972), pH sediaan krimyang sesuai untuk
pH kulit adalah antara 5 dan 8.
4.2.5 Hasil uji iritasi terhadap sukarelawan
Menurut Wasitaatmadja (1997), uji iritasi kulit dilakukan untuk
mengetahui terjadinya efek samping yang ditimbulkan oleh sediaan pada kulit,
dengan cara memakai kosmetika dibagian bawah lengan atau di belakang telinga.
Hasil uji iritasi yang dilakukan terhadap kulit sukarelawan dapat dilihat pada
Tabel 4.7 berikut ini:
4.7
Data
Uji
Iritasi
Sediaan
EtanolKulitBuahKakao(Theobroma cacao L.)
Tabel
Reaksi
Eritema
Edema
1
0
0
2
0
0
Keterangan:
Eritema
Tidak eritema
0
Sangat sedikit eritema 1
Sedikit eritema
2
Eritema sedang
3
Eritema sangat parah 4
3
0
0
4
0
0
Sukarelawan
5
6
0
0
0
0
Edema
Tidak edema
Sangat sedikit edema
Sedikit edema
Edema sedang
Edema sangat parah
7
0
0
Krim
8
0
0
Ekstrak
9
0
0
10
0
0
0
1
2
3
4
Dari data diatas bahwa uji iritasi terhadap 10 sukarelawan tidak ada tandatanda efek samping dari krim ekstrak etanol kulit buah kakao.
4.2.6
Hasil uji aktivitas
kulitbuahkakao
antibakteriterhadap
krim
ekstrak
etanol
Uji aktivitas antibakteri krim ekstrak etanol kulit buah kakao dan
dilakukanterhadap tiga formula dan blanko dengan metode disc diffusion terhadap
bakteriStaphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa dapat dilihat pada
Tabel
4.8.hasil
uji
aktivitas
antibakteri
krim
ekstrak
etanol
Universitas Sumatera Utara
kulibuahkakao(Theobroma
cacao
L.)
dapatdilihatpadalampiran15dan
18,halaman64-67.
Hasil Uji Aktivitas Antibakteri
KuliBuahKakao(Theobroma cacao L.).
Tabel 4.8
Ekstrak
Etanol
Diameter daya hambat (mm)*
Staphylococcus aureus
Pseudomonas aeruginosa
Minggu
Minggu
Minggu
Minggu
ke-0
ke-12
ke-0
ke-12
13,63±0,12
11,56±0,33
12,86±0,41
11,73±0,53
14,53±0,38
13,63±0,21
14,33±0,48
13,43 ±0,34
16,26±0,46
14,83±0,41
15,46±0,31
14,43±0,23
17.03±0,41
16,23±0,16
16,66±0,33
15,33±0,56
Sediaan
Formula0
Formula 1
Formula 2
Formula 3
Formula 4
Keterangan:
Formula 0
Formula 1
Formula 2
Formula 3
Formula4
*
Krim
: dasar krim tanpa ekstrak etanol Kulitbuah kakao (blanko)
: sediaan krim dengan ekstrak etanol Kulitbuah kakao7,5%
: sediaan krim dengan ekstrak etanol Kulitbuah kakao10%
: sediaan krim dengan ekstrak etanol Kulitbuah kakao20%
:sediaan krim dengan ekstrak etanol Kulitbuah kakao30%
hasil rata-rata tiga kali pengukuran
Hasil uji aktivitas antibakteri krim ekstrak etanol kulit buah kakao pada
blanko
(basis
krim)
tidak
mempunyai
daya
hambat
terhadap
bakteriStaphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa. Hal ini disebabkan
karena pada pembuatan krim tidakmenggunakanbahanpengawet, pada minggu ke0.
Sediaan krim dengan ekstrak etanol kulit buah kakao 7,5% mempunyai
aktivitas
antibakteri
terhadap
bakteriStaphylococcus
aureus
dan
Pseudomonasaeruginosa, hasil rata-rata pada tiga kali pengukuran uji aktivitas
antibakteri pada
minggu ke-0 secara berturut-turut 13,63±0,12, mm dan 12,86±0,41 mm.
Sediaan krim ekstrak etanol kulit buah kakao kosentrasi 7,5% mempunyai
aktivitas
antibakteriterhadap
bakteriStaphylococcus
Pseudomonasaeruginosa, hasil rata-rata tiga kali pengukuran
aureus
dan
uji aktivitas
Universitas Sumatera Utara
antibakteri pada minggu ke-12 secara berturut-turut 11,56±0,33 mm dan
11,73±0,53 mm.
Sediaan krim esktrak etanol kulit buah kakao mempunyai aktivitas
antibakteri terhadap bakteriStaphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa,
hasil tiga kali pengukuran uji aktivitas antibakteri pada minggu ke-0 terhadap
bakteriStaphylococcus
aureus10%,
20%
dan
30%
secara
berturut-turut
memberikan zona hambat sebesar 14,86 mm, 16,26 mm, dan 17,03mm dan
terhadap bakteriPseudomonas aeruginosa pada konsentrasi 10%, 20%, dan 30%
secara berturut-turut memberikan zona hambat sebesar 14,33 mm, 15,46 mm, dan
16,66 mm.
Sediaan krim esktrak etanol kulit buah kakao mempunyai aktivitas
antibakteri terhadap bakteriStaphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa,
hasil tiga kali pengukuran uji aktivitas antibakteripada minggu ke-12 terhadap
bakteriStaphylococcus aureus pada konsentrasi 10%, 20% dan 30% secara
berturut-turut memberikan zona hambat sebesar 13,63±0,21 mm, 14,83±0,41mm,
dan 16,23±0,16 mm dan terhadap bakteriPseudomonas aeruginosa pada
konsentrasi 10%, 20%, dan 30% secaraberturut-turut memberikan zona hambat
sebesar13,43±0,34mm,14,43±0,23 mm, dan15,33±0,56mm.
Universitas Sumatera Utara
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Darihasilpenelitianyangdilakukandapatdisimpulkanbahwa:
1.
Ekstrak etanol kulit buah kakao (Theobroma cacao L.) dengan konsentrasi
0,5, 0,63, 1,25, 2,50 5,00, 7,50, 10, 20, 30 40, dan50 mg/0,1ml
mempunyaiaktivitasantibakteri,danefektifpadakosentrasi7,50
mg/0,1ml
terhadapbakteriStaphylococcus aureusdengandiameterdaerahhambat14,27 ±
0,21,danpadabakteriPseudomonas
aeruginosaefektifpadakosentrasi10mg/0,1mldengandiameterdaerahhambat14,
43 ± 0,31.
2.
Ekstrak etanol kulit buah kakao (Theobroma cacao L.) dapat diformulasi ke
dalam bentuk sediaan krim.
3.
Krim yang mengandung ekstrak etanol kulit buah kakao dengan
konsentrasi10%sudahefektifsebagaiantibakteridan stabil pada penyimpanan
selama 12 minggu, krim tetap homogen, pH relatif stabil berkisar antara 5,45,8, tidak menyebabkan iritasi dan mempunyai aktivitas antibakteri terhadap
bakteri Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa..
5.2
Saran
Universitas Sumatera Utara
METODE PENELITIAN
3.1 Tempat Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di.Laboratorium Kosmetologi dan Laboratorium
Mikrobiologi Fakultas Farmasi, Universitas Sumatera Utara.
3.2
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan secara eksperimental. Tahap penelitian meliputi
penyiapan bahan, menyiapkanekstraketanolkulitbuahkakaopembuatan sediaan
krim serta uji aktivitas bakteri terhadap Staphylococcus aureusdan Pseudomonas
aeruginosa dengan metode difusi agar. Parameter yang dilihat adalah besarnya
diameter daya hambat pertumbuhan bakteri.
3.3
Alat dan Bahan
3.3.1 Alat–alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat-alat gelas, autoklaf
(Fisons), inkubator (Fiber Scientific), kompor (Miyako), jangka sorong, jarum
ose, Laminar Air Flow Cabinet (Astec HLF 1200L), lemari pendingin (Toshiba),
neraca listrik (Vibra AJ), oven (Memmert), penangas air (Yenaco), pinset, pipet
mikro (Eppendorf), rotary evaporator (Haake D), kertas saring, kertas perkamen,
pH meter (Tran Instrumen), cakram kertas dan spektrofotometer visibel sinar
tampak (Dynamic), spatula, stamfer, tanur.
3.3.2 Bahan
Bahan-bahan
yang
digunakan
dalam
penelitian
ini
adalah
akuades,ekstrakkulitbuahkakao, gliserin, asam stearat, trietanolamin, setil alkohol,
larutan dapar pH asam (4,0), larutan dapar pH (7,0), metilen biru,
Universitas Sumatera Utara
nutrientagar,nutrientbroth,etanol
96%,
Staphylococcus
aureus,
Pseudomonasaeruginosa(Lab. Mikrobiologi Fakultas Farmasi USU). Bahan kimia
yang digunakan berkualitas pro analisa,kecuali dinyatakan lain: etanol 96%
(Merck), Dimetilsulfoksida (Fisons).
3.4
Pembuatan Media
3.4.1 Media nutrient agar
Komposisi: Lab-lemco powder
1g
Yeast extract
2g
Peptone
5g
Sodium chloride
5g
Agar
15 g
Cara Pembuatan:
Sebanyak 28 g media nutrient agar (NA) dimasukkan kedalam erlenmeyer
tambahkan air suling sampai 1000 ml, lalu dipanaskan sampai larutsempurna.
Kemudian disterilkan di dalam autoklaf pada suhu 121°C selama 15 menit
(Oxoid, 1982)
3.4.2 Media nutrient broth
Komposisi: Lab-lemco powder
1g
Yeast extract
2g
Peptone
5g
Sodium chloride
5g
Cara Pembuatan:
Ditimbang sebanyak 13 g serbuk nutrient broth (NB) dilarutkan dalam
erlenmeyer dengan air suling yang ditambahkan sedikit demi sedikit hingga 1000
Universitas Sumatera Utara
ml, dipanaskan sampai semua bahan larutsempurna. Kemudian disterilkan di
dalam autoklaf pada suhu 121°C selama 15 menit (Oxoid, 1982).
3.5
Sterilisasi Alat
Alat-alat yang digunakan dalam uji aktivitas antibakteri ini, disterilkan
terlebih dahulu sebelum digunakan. Alat-alat gelas disterilkan di dalam oven pada
suhu 170°C selama 1 jam. kemudian Media disterilkan di autoklaf pada suhu
121°Cselama 15 menit. Jarum ose dan pinset dipijar dengan lampu Bunsen (Lay,
1994).
3.6PembuatanAgarMiring
Kedalamtabungreaksisterildimasukkan3mlmedianutrient
agarsteril,didiamkanpadatemperaturkamarsampaisediaanmemadatpadaposisimirin
gmembentuksudutkirakira45°Kemudiandisimpandalamlemaripendinginpadasuhu5
°C.
3.7
Pembuatan Stok Kultur Bakteri
Koloni bakteri diambil dengan menggunakan jarum ose steril, laluditanam
pada media nutrient agar miring dengan cara menggores. Kemudian diinkubasi
dalam inkubator pada suhu 36-37°C selama 24 jam (DitjenPOM, 1995).
3.8
Penyiapan Inokulum Bakteri
Koloni bakteri diambil dari stok kultur dengan jarum ose steril
laludisuspensikan dalam tabung reaksi yang berisi 10 ml media nutrient broth.
Diukur kekeruhan larutan dengan menggunakan alat spektrofotometer visible
sinartampakpada panjang gelombang 580 nm hingga diperoleh transmitan 25%
yang setara dengan 106 CFU (Colony Forming Units) (Ditjen POM, 1995).
3.9
Pembuatan Larutan Uji Ekstrak
Dengan Berbagai Konsentrasi
Etanol
Kulit
Buah
Kakao
Universitas Sumatera Utara
Ekstrak etanol kulit buah kakao ditimbang sebanyak2 g kemudian dilarutkan
dengan Dimetilsulfoksida dicukupkan sampai 4ml dan diperoleh konsentrasi
ekstrak 50(mg/0,1ml). Selanjutnya dibuat pengenceran sampai diperoleh ekstrak
dengan konsentrasi 40; 30; 20; 10; 7,50; 5,00; 2,50; 1,25; 0,63dan0,5(mg/0,1ml).
3.10 Metode Pengujian Efek Antibakteri Secara In Vitro
Dimasukkan 0,1 ml inokulum ke dalam cawan petri steril, kemudian
dituangkan media nutrient agar sebanyak 15 ml dengan suhu 45-50°C, lalu
dihomogenkan dengan cara cawan di goyang di atas permukaan meja agar media
dan suspensi bercampur merata dan dibiarkan memadat. Pencadang kertas yang
telah direndam pada larutan uji diletakkan pada media yang telah memadat,
didiamkan ±15 menit, kemudian diinkubasi dalam inkubator pada suhu 35 °C
selama 24 jam. Masing-masing cawan petri diukur diameter daya hambat
bakterinya disekitar pencadang kertas menggunakan jangka sorong.
3.11 Pembuatan Sediaan Krim
3.11.1 Formulasi dasar krim
Sediaan krim yang digunakan adalah krim dengan tipe minyak dalam air
sebanyak 100 g, dengan menggunakan formula standar sebagai berikut (Depkes,
1966):
R/ Asam stearat
142 g
Gliserin
100 g
Natrium tetraborat
Trietanolamin
Air suling
2g
10 g
750 ml
Formula dasar krim yang digunakan dimodifikasi dengan penggantian
natrium tetraborat dengan setil alkohol. Hal ini dilakukan karena natrium
Universitas Sumatera Utara
tetraborat termasuk zat kimia yang dilarang penggunaannya dipasaran dalam
sediaan kosmetik dan jumlah gliserin yang digunakan dikurangi dengan tujuan
untuk menjaga konsistensi dari sediaan krim tersebut. Untuk itu formula dasar
krim yang digunakan adalah sebagai berikut:
R/
Asam stearat
14,2 g
Setil alkohol
0,5 g
Gliserin
2g
Trietanolamin
1g
Air suling
ad
100 ml
AdapuncarapembuatanyaituDitimbang semua bahan yang diperlukan.
Bahan yang terdapat dalam formula dipisahkan menjadi 2 kelompok, yaitu fase
minyak dan fase air. Fase minyak yaitu asam stearat dan cetyl alkohol dilebur di
atas penangas air dengan suhu 70–75°C, sedangkan fase air yaitu TEAdan
gliserin, dilarutkan dalam air suling panas. Kemudian fase minyak dipindahkan
ke dalam lumpangpanas. Fase air ditambahkan secara perlahan-lahan ke dalam
fase minyak dengan pengadukan yang konstan sampai diperoleh massa krim.
3.11.2Formulasi sediaan krim
Rancangan formula sediaan krim yang mengandung ekstrak kulitbuah
kakao, yang akan digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 3.1 Rancangan formula sediaan krim
F1
Sediaan krim
F2
F3
F4
-
7,5
10
20
30
100
92,5
90
80
70
Bahan
F0
Ekstrak (g)
Dasar krim (g)
Keterangan:
F0:
dasar krim tanpa ekstrak kulitbuah kakao (blanko)
F1:
sediaan krim dengan ekstrak kulitbuah kakao 7,5%
F2:
sediaan krim dengan ekstrak kulitbuah kakao 10%
Universitas Sumatera Utara
F3:
sediaan krim dengan ekstrak kulitbuah kakao 20%
F4:
sediaan krim dengan ekstrak kulitbuah kakao 30%
Cara pembuatan:
Adapun cara pembuatan yaitu Ekstrak etanol kulitbuah kakao digerus didalam
lumpang, lalu ditambahkan sedikit demi sedikit dasar krim dan digerus hingga
homogen.
3.12 Evaluasi Terhadap Sediaan
3.12.1 Pemeriksaan homogenitas
Sejumlah tertentu sediaan jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan
transparan lain yang cocok, sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen
dan tidak terlihat adanya butiran kasar (Ditjen POM, 1979).
3.12.2Penentuan tipe emulsi sediaan
Penentuan tipe emulsi sediaan dilakukan dengan dua cara, yaitu
pengenceran dengan air dan pengecatan atau pewarnaan. Pengenceran dengan air
dilakukan dengan cara mengencerkan 100 mg sediaan krim dengan 10 ml air, bila
emulsi mudah diencerkan dengan air, maka emulsi tersebut adalah tipe m/a
(Ditjen POM, 1985).
Pengecatan atau pewarnaan dilakukan dengan menambahkan larutan
metilen biru sebanyak 1 tetes pada 500 mg sediaan di atas objek gelas. Tutup
dengan kaca penutup dan diamati dibawah mikroskop. Bila metil biru tersebar
merata berarti sediaan tersebut tipe emulsi m/a, tetapi bila hanya bintik-bintik biru
berarti sediaan tersebut tipe emulsi a/m (Syamsuni, 2006).
3.12.3Pemeriksaan stabilitas sediaan
Pemeriksaan stabilitas sediaan meliputi bentuk, warna dan bau yang
diamati secara visual (Ditjen POM, 1995).
Universitas Sumatera Utara
Sediaan dinyatakan stabil apabila warna, bau, dan penampilan tidak
berubah secara visual selama penyimpanan, dan juga secara visual tidak
ditumbuhi jamur. Pengamatan dilakukan pada suhu kamar pada minggu ke 0, 4, 8
dan minggu ke 12.
3.12.4Pengukuran pH sediaan
Pengukuran pH sediaan dilakukan dengan menggunakan pH meter. Alat
terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar standar netral (pH
7,0) dan larutan dapar pH asam (pH 4,0) hingga alat menunjukkan harga pH
tersebut. Elektroda dicuci dengan air suling, lalu dikeringkan dengan tissue.
Sampel dibuat dalam konsentrasi 1% yaitu ditimbang 1 gram sediaan dan
dilarutkan dalam 100 ml air suling. Kemudiaan elektroda dicelupkan dalam
larutan tersebut. Dibiarkan alat menunjukkan harga pH sampai konstan. Angka
yang ditunjukkan pH meter merupakan pH sediaan (Rawlins, 1977).
3.12.5Uji iritasi terhadap sukarelawan
Uji iritasi dilakukan dengan cara mengoleskan sediaan uji pada kulit
normal panel manusia untuk mengetahui apakah sediaan tersebut dapat
menimbulkan iritasi pada kulit atau tidak. Teknik yang digunakan pada uji iritasi
adalah uji tempel terbuka (open test) pada lengan bawah bagian dalam terhadap
10 orang panelis. Uji tempel terbuka dilakukan dengan mengoleskan sediaan
yangdibuat pada lokasi lekatan dengan luas tertentu (2,5 x 2,5 cm), dibiarkan
terbuka dan diamati apa yang terjadi. Uji ini dilakukan sebanyak 3 kali sehari
selama 2 hari berturut-turut (Tranggono dan Latifah, 2007). Reaksi yang diamati
adalah terjadinya eritema dan edema, indeks iritasi primer dengan skor Federal
Hazardous Substance Act:
Universitas Sumatera Utara
Eritema
Edema
Tidak eritema
0
Tidak edema
0
Sangat sedikit eritema
1
Sangat sedikit edema
1
Sedikit eritema
2
Sedikit edema
2
Eritema sedang
3
Edema sedang
3
Eritema sangat parah
4
Edema sangat parah
4
Uji iritasi yang dilakukan terhadap sukarelawan memiliki kriteri-kriteria
yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut (Ditjen POM, 1985):
1. Wanita
2. Usia antara 20-30 tahun
3. Berbadan sehat jasmani dan rohani
4. Tidak memiliki riwayat penyakit alergi
5. Menyatakan kesediaannya dijadikan panelis uji iritasi
Menurut Manggau, dkk., (2013) penilaian indeks iritasi dihitung dengan cara
menjumlahkan nilai dari setiap sukarelawan percobaan setelah 8 jampemberiaan
sampel iritan, kemudian dibagi 2. Penilaian iritasinya adalah sebagai berikut:
− 0,00
= tidak mengiritasi
− 0,04 - 0,99 = sedikit mengiritasi
− 3,00 - 5,99= iritasi sedang
− 6,00-8,00= iritasi berat
− 1,00 - 2,99 = iritasi ringan
3.12.6Uji mikrobiologi sediaan
Uji mikrobiologi untuk mengetahui aktivitas antimikoba sediaan krim
etanol kulit buah kakao yang dilakukan dengan metode difusi agar, dengan cara
mengukur
diameter
terhadappertumbuhanbakteriStaphylococcus
hambatan
aureus
antibakteri
dan
Pseudomonas
aeruginosa.
Universitas Sumatera Utara
3.12.7Pembuatan larutan uji krim
Ditimbang sebanyak 1 g krim dari setiap formula, dimasukkan ke dalam
vial dan diberi label kemudian ditambahkan akuades 1 ml dan diaduk hingga
larut.
3.12.8 BakteriStaphylococcus aureus
Sebanyak 0,1 ml inokulum dimasukkan ke dalam cawan petri steril, setelah
itu dituang media nutrient agarsteril sebanyak 15 ml dengan suhu 45 – 50oC.
Selanjutnya cawan digoyang di atas permukaan meja, agar media dan suspensi
bakteri tercampur rata. Pada media yang telah padat diletakkan pencadang kertas,
yang telah di rendam pada larutan uji, didiamkan ±15 menit, kemudian diinkubasi
dalam inkubator pada suhu 35 oC selama 24 jam, setelah itu diukur diameter
daerah hambatan (zona jernih) pertumbuhan di sekitar pencadang dengan
menggunakan jangka sorong.pengujian dilakukan sebanyak 3 kali.
3.12.9 BakteriPseudomonas aeruginosa.
Sebanyak 0,1 ml inokulum dimasukkan ke dalam cawan petri steril, setelah
itu dituang media nutrient agar steril sebanyak 15 ml dengan suhu 45 – 50oC.
Selanjutnya cawan digoyang di atas permukaan meja, agar media dan suspensi
bakteri tercampur rata. Pada media yang telah padat diletakkan pencadang kertas,
yang telah di rendam pada larutan uji, didiamkan ±15 menit, kemudian diinkubasi
dalam inkubator pada suhu 35 oC selama 24 jam, setelah itu diukur diameter
daerah hambatan (zona jernih) pertumbuhan di sekitar pencadang dengan
menggunakan jangka sorong.pengujian dilakukan sebanyak 3 kali.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Universitas Sumatera Utara
Untukidentitas
tumbuhan,
pemeriksaan
karakteristik
simplisia(pemeriksaan simplisia, pemeriksaan karakterisasi serbuk simplisia),
ekstrak dan rendemen simplisia serta skrining fitokimiadaribuahkakao(Theobroma
cacao
L)telah
dilakukan
oleh
Situmorang(2016)
dimanahasildapatdilihatpadaLampiran1, 2, 3, halaman 47-50.
MenurutSitumorang(2016), hasil pemeriksaan karakterisasi serbuk kulit
buah
kakaodanHasil
skrining
fitokimia
ekstrak
kulit
buah
kakaodapatdilihatpadaTabel4.1danTabel4.2dibawahini:
Tabel 4.1 Hasil pemeriksaan karakterisasi serbuk kulit buah kakao(Theobroma
cacao L.)
No.
1.
2.
3.
4.
5.
Parameter
Kadar Air
Kadar Sari Larut Air
Kadar Sari Larut Etanol
Kadar Abu Total
Kadar Abu Tidak Larut Asam
Hasil (%)
8,31%
10,86%
14,67%
7,93%
1,15%
Penetapan kadar air pada simplisia dilakukan untuk mengetahui jumlah air
yang terkandung di dalam simplisia. Hasil yang diperoleh dari penetapan kadar
air, adalah 8,31%,yaitu kurang dari 10%. Kadar air yang melebihi 10% dapat
menjadi media yang baik untuk pertumbuhan jamur.
Penetapan kadar sarilarut air dilakukan untuk mengetahui jumlah senyawa
yang bersifat polar yang dapat tersari dalam pelarut air. Kadar sari larut air yang
diperoleh adalah 10,86%. Penetapan kadar sari larut etanol dilakukan dan untuk
mengetahui jumlah senyawa yang bersifat polar maupun non polar, yang dapat
tersari dalam pelarut etanol. Kadar sari larut etanol yang diperoleh adalah 14,67%.
Penetapan kadar abu total dilakukan untuk mengetahui jumlah mineral
yang terdapat pada sampel. Kadar abu total yang diperoleh adalah 7,93%.
Universitas Sumatera Utara
Penetapan kadar abu tidak larut asam dilakukan untuk mengetahui jumlah mineral
yang tidak larut dalam asam, seperti silikat. Kadar abu tidak larut asam yang
diperoleh adalah 1,15%.
Monografi simplisia kulit buah kakao tidak terdaftar di buku Materia
Medika Indonesia (MMI), sehingga perlu dilakukan pembakuan secara nasional
mengenai parameter karakterisasi simplisia kulit buah kakao.
Tabel 4.2 Hasil skrining fitokimia ekstrak kulit buah kakao (Theobroma cacao
L.)
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6
7
Parameter
Alkaloid
Flavonoid
Saponin
Tanin
Glikosida
Glikosida atrakuinon
Steroid/ triterpenoid
Ekstrak Etanol
+
+
+
+
+
+
Keterangan:
(+) positif : mengandung golongan senyawa
(-) negatif : tidak mengandung golongan senyawa
Kulit buah kakao mengandung alkaloid (Mulyatni, dkk., 2012), flavonoid,
tannin (Matsumoto, dkk, 2004). Skrining yang dilakukan pada penelitian ini juga
menunjukkan hasil yang positif terhadap alkaloid, flavonoid dan tannin.
Menurut Robinson (1995), senyawa metabolit sekunder seperti senyawa
flavonoida, saponin dan tanin merupakan senyawa kimia yangmemiliki potensi
sebagai antibakteri.
4.1
Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak EtanolKulit Buah Kakao
Universitas Sumatera Utara
Hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol kulit buah kakao dapat dilihat
pada Tabel 4.3 dibawah ini. Data selengkapnya dapat dilihat di Lampiran 5,
6halaman 53-54.
Tabel
4.3Hasil pengukuran diameter hambatanrata-rata pertumbuhan
bakteriStaphylococcus
aureusdanPseudomonas
aeruginosadariekstraketanolkulitbuahkakao.(Theobroma cacao L.)
No
Konsentrasi
(mg/0,1mL)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
50
40
30
20
10
7,50
5,00
2,50
1,25
0,63
0,5
Blanko
Diameter Daerah Hambatan (mm)
Staphylococcus aureus
Pseudomonas aeruginosa
D* ±SD
D* ±SD
20,47± 0,31
19,45±0,67
19,37± 0,21
18,47±0,72
18,30± 0,10
17,47±0,70
16,83± 0,55
16,33±0,16
15,00± 0,70
14,43 ±0,31
14,27± 0,21
13,77±0,56
12,97± 0,59
12,34±0,33
11,83± 0,59
10,17±0,46
10,17± 0,12
8,37±0,31
9,17± 0,06
7,44±0,21
7,33± 0,21
6,54±0,26
-
Keterangan : D * = hasil rata-rata tiga kali pengukuran
SD = standar deviasi
- = tidak ada hambatan
Suatu ekstrak dikatakan memiliki potensi aktivitas antibakteri yang efektif
apabila diameter daerah hambatannya 14 mm atau lebih. (Parekh dan Chanda,
2006; Philip, dkk., 2009). Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada
ekstraketanol kulit buah kakao memberikan aktivitas antibakteri yang efektif
terhadap bakteri Staphylococcus aureus yaitupada konsentrasi 7,50 mg/0,1ml
dengan diameter daerah hambat 14,27± 0,21 mm dan pada bakteri Pseudomonas
aeruginosa memberikan aktivitas antibakteri yang efektif pada konsentrasi 10
mg/0,1ml dengan diameter daerah hambat 14,43 ±0,31 mm. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan terhadap ekstraketanol kulit buah kakao memberikan
konsentrasi hambat minimum terhadap bakteri Staphylococcus aureusyaitu pada
Universitas Sumatera Utara
konsentrasi 0,5 mg/0,1mldengan diameter hambat 7,33± 0,21 mm sedangkan
terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa pada konsentrasi 0,5 mg/0,1ml dengan
diameter hambat 6,54±0,26 mm.
Berdasarkan perhitungan standar deviasi (SD) menggunakan Microsoft
office Excel 2007 dengan insert function STDEV dapat ditentukan bahwa pada
setiap konsentrasi ekstrak etanol 50; 40; 30; 20; 10; 7,50; 5; 2,50; 1,25; 0,63; dan
0,50 mg/0,1ml memberikan diameter daerah hambat yang berbedaantara bakteri
Staphylococcus aureusdengan bakteri Pseudomonas aeruginosa
Aktivitas antibakteri yang didapatkan dari ektrak etanol merupakan
aktivitasantibakteri yang efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus danPseudomonas aeruginosa. Hal ini dikarenakan
kandungan senyawa metabolit sekunder yang terdapat dalam ekstrak etanol kulit
buah kakao adalah senyawa yang memiliki aktivitas antibakteri yang kuat yaitu
flavonoid,tanin dan saponin.
Tanin adalah senyawa fenol yang tersebar
luas pada tumbuhan
berpembuluh. Senyawa fenol dan turunannya (flavonoid) merupakan salah satu
antibakteri yang bekerja dengan mengganggu fungsi membran sitoplasma. Pada
konsentrasi rendah dapat merusak membran sitoplasma yang menyebabkan
bocornya metabolit penting yang menginaktifkan sistem enzim bakteri, sedangkan
pada konsentrasi tinggi mampu merusak membran sitoplasma dan mengendapkan
protein sel (Harborne, 1987; Volk dan Wheller, 1993).
Mekanisme kerja saponin sebagai antibakteri adalah menurunkan tegangan
permukaan sehingga mengakibatkan naiknya permeabilitas atau kebocoran sel dan
mengakibatkan senyawa intraseluler akan keluar (Robinson, 1995).Mekanisme
steroid sebagai antibakteri berhubungan dengan membran lipid dan sensitivitas
Universitas Sumatera Utara
terhadap komponen steroid yang menyebabkan kebocoran pada liposom
(Manggu, dkk., 2013).
Ekstrak etanol kulit buah kakao memberikan perbedaan aktivitas antibakteri
pada berbagai variasi konsentrasi larutan uji terhadap bakteri gram positif
Staphylococcus aureusdan bakteri gram negatif Pseudomonas aeruginosa dimana
diameter
hambatan
pertumbuhan
bakteri
lebih
besar
terhadap
bakteriStaphylococcus aureus. Hal ini disebabkan karena kedua bakteri uji
tersebut memilki komposisi dan struktur dinding sel yang berbeda sehingga
mengakibatkan bakteri gram positif lebih rentan terhadap senyawa-senyawa kimia
dibandingkan gram negatif. Struktur dinding sel bakteri gram positif lebih
sederhana, yaitu berlapis tunggal sehingga memudahkan bahan bioaktif masuk ke
dalam sel sedangkan struktur dinding sel bakteri gram negatif lebih kompleks,
yaitu berlapis tiga terdiri dari lapisan luar lipoprotein, lapisan tengah
lipopolisakarida yang berperan sebagai penghalang masuknya bahan bioaktif
antibakteri, dan lapisan dalam berupa peptidoglikan (Pelczar dan Chan, 1988;
Volk dan Wheeler, 1993
4.2
Hasil Evaluasi Terhadap Sediaan
4.2.1 Hasil pemeriksaan homogenitas sediaan
Sediaan krim yang dihasilkan tidak diperoleh butiran-butiran pada objek
gelas dari formula blanko. Hasil yang sama juga diperoleh pada sediaan krim
dengan ekstrak Kulitbuah kakao, yaitu tidak ada butiran-butiran pada objek gelas.
Gambar hasil pemeriksaan homogenitas dapat dilihat pada, lampiran 10 hal58.
4.2.2 Hasil penentuan tipe emulsi sediaan
Universitas Sumatera Utara
Pengujian tipe emulsi sediaan dilakukan dengan mengamati kelarutan
dalam air dan dalam metilen biru dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut ini.
Tabel 4.4 Data Penentuan Tipe Emulsi Sediaan Krim Ekstrak Etanol Kulitbuah
kakao.(Theobroma cacao L.)
No
1
2
3
4
5
Formula
Sediaan
Formula 0
Formula 1
Formula 2
Formula 3
Formula 4
Keterangan:
Formula 0
Formula 1
Formula 2
Formula 3
Formula 4
√
Pengenceran dengan air
√
√
√
√
√
Kelarutan Metil Biru pada
Sediaan
√
√
√
√
√
:dasar krim tanpa ekstrak etanolKulitbuah kakao (blanko)
: sediaan krim dengan ekstrak etanol Kulitbuah kakao7,5%
: sediaan krim dengan ekstrak etanol Kulitbuah kakao 10%
: sediaan krim dengan ekstrak etanol Kulitbuah kakao 20%
: sediaan krim dengan ekstrak etanol Kulitbuah kakao 30%
: larut
Menurut Ditjen POM (1985), metode untuk menentukan tipe emulsi yaitu
dengan cara krim diencerkan dengan air dengan konsentrasi 1%, bila emulsi
mudah diencerkan dengan air, maka emulsi tersebut adalah tipe m/a.
Menurut Syamsuni (2006), untuk membedakan tipe emulsi dapat
dilakukan dengan pengecatan atau pewarnaan. Emulsi tipe m/a memberikan
warna biru jika ditambah metilen biru karena metilen biru larut dalam air.
Hasil pewarnaan metilen biru pada blanko memberikan warna biru dan
pada sediaan krim dengan konsentrasi 7,5% 10%, 20%, 30% memberikan warna
hijau tua. Menunjukkan bahwa metilen biru larut dalam sediaan krim dan blanko
yang berarti sediaan krim dan blanko tipe m/a.
Penentuan tipe emulsi yang dilihat dari kelarutan dalam air menunjukkan
bahwa formula krim dengan konsentrasi 7,5% 10%, 20%, 30% dan blanko dapat
Universitas Sumatera Utara
diencerkan dengan air. Hal ini membuktikan bahwa tipe emulsi sediaan krim yang
dibuat adalah m/a. Gambar hasil penentuan tipe emulsi sediaan dapat dilihat pada
lampiran 11, halaman 59.
4.2.3 Hasil pemeriksaan stabilitas sediaan
Dari hasil uji stabilitas organoleptis seluruh ekstrak etanol kulitbuah kakao
tidak mengalami perubahan bentuk, warna, dan bau. Seluruh sediaan krim ekstrak
etanol kulit buah kakao selama penyimpanan 12 minggu dinyatakan stabil.
Tabel 4.5Data Pemeriksaan Stabilitas Sediaan Krim Ekstrak Etanol Kulitbuah
kakao(Theobroma cacao L.).
No
1
2
3
4
5
Formula
Formula 0
Formula 1
Formula 2
Formula 3
Formula 4
Minggu
ke-0
X Y Z
- - - - - - - - - - -
Lama Pengamatan
Minggu
Minggu
ke-4
ke-8
X Y Z X Y Z
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Minggu
ke-12
X Y Z
- - - - - -
Keterangan:
Formula 0
Formula 1
Formula 2
Formula 3
Formula4
: dasar krim tanpa ekstrak etanol Kulitbuah kakao (blanko)
: sediaan krim dengan ekstrak etanol Kulitbuah kakao7,5%
: sediaan krim dengan ekstrak etanol Kulitbuah kakao10%
: sediaan krim dengan ekstrak etanol Kulitbuah kakao20%
:sediaan krim dengan ekstrak etanol Kulitbuah kakao30%
x
y
z
√
: Perubahan warna
: Perubahan bau
: Pecahnya emulsi
: Tidak terjadi perubahan
: Terjadi perubahan
Dari Tabel 4.5 dapat dilihat hasil pemeriksaan organoleptis sediaan
dilakukan terhadap perubahan bentuk, warna dan bau sediaan. Sediaan dinyatakan
stabil jika tidak mengalami perubahan bentuk, warna dan bau (Draelos dan
Thaman, 2006).Pemeriksaan dilakukansecara visual padasuhukamarselama12
minggu dengan rentang waktu pemeriksaan 4 minggu.
Universitas Sumatera Utara
4.2.4 Hasil pengukuran pH sediaan
pH sediaan ditentukan dengan menggunakan pH meter. Hasil pengukuran
pH dapat dilihat pada Tabel 4.6. DatapengukuranpH sediaan krim ekstrak etanol
kulitbuahkakao(Theobroma
cacao
L.)
secarakeseluruhandapatdilihatpadaLampiran12, halaman 60.
Tabel
4.6 Data Pengukuran pH Sediaan
KulitBuahKakao(Theobroma cacao L.)
No
Formula
1
1
2
3
4
Formula0
Formula 1
Formula 2
Formula 3
Formula 4
Keterangan:
Formula0
Formula 1
Formula 2
Formula 3
Formula 4
Minggu
ke-0
5,7
5,7
5,5
5,4
5,4
Krim
Lama Pengamatan
Minggu
Minggu
ke-4
ke-8
5,7
5,7
5,7
5,7
5,5
5,5
5,4
5,4
5,4
5,5
Ekstrak
Etanol
Minggu
ke-12
5,6
5,6
5,4
5,4
5,4
:dasar krim tanpa ekstrak etanol kulitbuahkakao (blanko)
:sediaan krim dengan ekstrak etanol kulitbuahkakao7,5%
: sediaan krim dengan ekstrak etanol kulitbuahkakao10%
: sediaan krim dengan ekstrak etanol kulitbuahkakao20%
: sediaan krim dengan ekstrak etanol kulitbuahkakao30%
Berdasarkan pengukuran pH dari masing-masing formula selama
pengamatan terjadi penurunan pH dan secara keseluruhan terlihat bahwa pH dari
sediaan krim ekstrak etanol kulitbuahkakao menurun dengan bertambahnya waktu
penyimpanan. Sediaan krim untuk blanko tanpa penambahan ekstrak etanol
kulitbuahkakao juga mengalami penurunan pH. Penurunan pH diduga karena
basis krim mengalami penguraian diakibatkan karena pengaruh cahaya, udara dan
sebagainya. Hasil pengujian terhadap pH sediaan krim yang diperoleh
menunjukkan bahwa sediaan krim yang dihasilkan masih sesuai dengan pH kulit
dan dapat digunakan dengan aman dan tidak menyebabkan iritasi pada kulit
Universitas Sumatera Utara
karena menurut Balsam dan Sagarin (1972), pH sediaan krimyang sesuai untuk
pH kulit adalah antara 5 dan 8.
4.2.5 Hasil uji iritasi terhadap sukarelawan
Menurut Wasitaatmadja (1997), uji iritasi kulit dilakukan untuk
mengetahui terjadinya efek samping yang ditimbulkan oleh sediaan pada kulit,
dengan cara memakai kosmetika dibagian bawah lengan atau di belakang telinga.
Hasil uji iritasi yang dilakukan terhadap kulit sukarelawan dapat dilihat pada
Tabel 4.7 berikut ini:
4.7
Data
Uji
Iritasi
Sediaan
EtanolKulitBuahKakao(Theobroma cacao L.)
Tabel
Reaksi
Eritema
Edema
1
0
0
2
0
0
Keterangan:
Eritema
Tidak eritema
0
Sangat sedikit eritema 1
Sedikit eritema
2
Eritema sedang
3
Eritema sangat parah 4
3
0
0
4
0
0
Sukarelawan
5
6
0
0
0
0
Edema
Tidak edema
Sangat sedikit edema
Sedikit edema
Edema sedang
Edema sangat parah
7
0
0
Krim
8
0
0
Ekstrak
9
0
0
10
0
0
0
1
2
3
4
Dari data diatas bahwa uji iritasi terhadap 10 sukarelawan tidak ada tandatanda efek samping dari krim ekstrak etanol kulit buah kakao.
4.2.6
Hasil uji aktivitas
kulitbuahkakao
antibakteriterhadap
krim
ekstrak
etanol
Uji aktivitas antibakteri krim ekstrak etanol kulit buah kakao dan
dilakukanterhadap tiga formula dan blanko dengan metode disc diffusion terhadap
bakteriStaphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa dapat dilihat pada
Tabel
4.8.hasil
uji
aktivitas
antibakteri
krim
ekstrak
etanol
Universitas Sumatera Utara
kulibuahkakao(Theobroma
cacao
L.)
dapatdilihatpadalampiran15dan
18,halaman64-67.
Hasil Uji Aktivitas Antibakteri
KuliBuahKakao(Theobroma cacao L.).
Tabel 4.8
Ekstrak
Etanol
Diameter daya hambat (mm)*
Staphylococcus aureus
Pseudomonas aeruginosa
Minggu
Minggu
Minggu
Minggu
ke-0
ke-12
ke-0
ke-12
13,63±0,12
11,56±0,33
12,86±0,41
11,73±0,53
14,53±0,38
13,63±0,21
14,33±0,48
13,43 ±0,34
16,26±0,46
14,83±0,41
15,46±0,31
14,43±0,23
17.03±0,41
16,23±0,16
16,66±0,33
15,33±0,56
Sediaan
Formula0
Formula 1
Formula 2
Formula 3
Formula 4
Keterangan:
Formula 0
Formula 1
Formula 2
Formula 3
Formula4
*
Krim
: dasar krim tanpa ekstrak etanol Kulitbuah kakao (blanko)
: sediaan krim dengan ekstrak etanol Kulitbuah kakao7,5%
: sediaan krim dengan ekstrak etanol Kulitbuah kakao10%
: sediaan krim dengan ekstrak etanol Kulitbuah kakao20%
:sediaan krim dengan ekstrak etanol Kulitbuah kakao30%
hasil rata-rata tiga kali pengukuran
Hasil uji aktivitas antibakteri krim ekstrak etanol kulit buah kakao pada
blanko
(basis
krim)
tidak
mempunyai
daya
hambat
terhadap
bakteriStaphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa. Hal ini disebabkan
karena pada pembuatan krim tidakmenggunakanbahanpengawet, pada minggu ke0.
Sediaan krim dengan ekstrak etanol kulit buah kakao 7,5% mempunyai
aktivitas
antibakteri
terhadap
bakteriStaphylococcus
aureus
dan
Pseudomonasaeruginosa, hasil rata-rata pada tiga kali pengukuran uji aktivitas
antibakteri pada
minggu ke-0 secara berturut-turut 13,63±0,12, mm dan 12,86±0,41 mm.
Sediaan krim ekstrak etanol kulit buah kakao kosentrasi 7,5% mempunyai
aktivitas
antibakteriterhadap
bakteriStaphylococcus
Pseudomonasaeruginosa, hasil rata-rata tiga kali pengukuran
aureus
dan
uji aktivitas
Universitas Sumatera Utara
antibakteri pada minggu ke-12 secara berturut-turut 11,56±0,33 mm dan
11,73±0,53 mm.
Sediaan krim esktrak etanol kulit buah kakao mempunyai aktivitas
antibakteri terhadap bakteriStaphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa,
hasil tiga kali pengukuran uji aktivitas antibakteri pada minggu ke-0 terhadap
bakteriStaphylococcus
aureus10%,
20%
dan
30%
secara
berturut-turut
memberikan zona hambat sebesar 14,86 mm, 16,26 mm, dan 17,03mm dan
terhadap bakteriPseudomonas aeruginosa pada konsentrasi 10%, 20%, dan 30%
secara berturut-turut memberikan zona hambat sebesar 14,33 mm, 15,46 mm, dan
16,66 mm.
Sediaan krim esktrak etanol kulit buah kakao mempunyai aktivitas
antibakteri terhadap bakteriStaphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa,
hasil tiga kali pengukuran uji aktivitas antibakteripada minggu ke-12 terhadap
bakteriStaphylococcus aureus pada konsentrasi 10%, 20% dan 30% secara
berturut-turut memberikan zona hambat sebesar 13,63±0,21 mm, 14,83±0,41mm,
dan 16,23±0,16 mm dan terhadap bakteriPseudomonas aeruginosa pada
konsentrasi 10%, 20%, dan 30% secaraberturut-turut memberikan zona hambat
sebesar13,43±0,34mm,14,43±0,23 mm, dan15,33±0,56mm.
Universitas Sumatera Utara
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Darihasilpenelitianyangdilakukandapatdisimpulkanbahwa:
1.
Ekstrak etanol kulit buah kakao (Theobroma cacao L.) dengan konsentrasi
0,5, 0,63, 1,25, 2,50 5,00, 7,50, 10, 20, 30 40, dan50 mg/0,1ml
mempunyaiaktivitasantibakteri,danefektifpadakosentrasi7,50
mg/0,1ml
terhadapbakteriStaphylococcus aureusdengandiameterdaerahhambat14,27 ±
0,21,danpadabakteriPseudomonas
aeruginosaefektifpadakosentrasi10mg/0,1mldengandiameterdaerahhambat14,
43 ± 0,31.
2.
Ekstrak etanol kulit buah kakao (Theobroma cacao L.) dapat diformulasi ke
dalam bentuk sediaan krim.
3.
Krim yang mengandung ekstrak etanol kulit buah kakao dengan
konsentrasi10%sudahefektifsebagaiantibakteridan stabil pada penyimpanan
selama 12 minggu, krim tetap homogen, pH relatif stabil berkisar antara 5,45,8, tidak menyebabkan iritasi dan mempunyai aktivitas antibakteri terhadap
bakteri Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa..
5.2
Saran
Universitas Sumatera Utara