Formulasi Sediaan Krim Ekstrak Etanol Kulit Buah Kakao (Theobroma cacao L.) Danuji Aktivitas Terhadap Bakteri Staphylococcus Aureusdan Pseudomonas Aeruginosa

etanol kulit buah kakao terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan
Pseudomonas aeruginosa.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Uraian Tanaman Kakao (Theobroma cacao L.)
Kakao

(Theobroma

`
cacaoL.)merupakansatu-

satunyaspesiesdiantara22jenisdalamgenusTheobromayangdiusahakansecarakomer
sial.TanamaniniberasaldarilembahAmazondiBenuaAmerikayangmemilikiiklimtro
pis.BeberapanegaraprodusenutamakakaosaatiniadalahPantaiGadingBrasilia,
Indonesia,GhanadanMalaysia.Indonesiamenempatiurutanketigapenghasilkakaodu
nia.Kurunwaktulimatahun(1989-1993)
lajupeningkatanproduksikakaoIndonesiasekitar23,67%,Ghanasekitar7,96

%danPantaiGadingsekitar3,92%

sedangkanpadanegaraprodusenkakaoyanglain

tidakmengalamipeningkatan(Poedjiwidodo, 1996).
2.1.1Sistematika tanaman
Klasifikasi tanaman kakao menurut Susanto, (1994) sebagai berikut:
Kindom

: Plantae

Divisi

: Spermatophyta

Kelas

: Dicotyledoneae

Bangsa


: Malvales

Suku

: Malvaceae

Marga

: Theobroma

Jenis

: Theobroma cacao L.

2.1.2Habitat
Tanaman kakao berasal dari hutan-hutan tropis di Amerika Tengah dan di
bagian utara Amerika Selatan.Tanaman kakao diperkenalkan
oleh bangsaspanyol
Universitas

Sumatera Utara

Spanyol di Indonesia pada tahun 1560 di Sulawesi Utara. Indonesia merupakan
negara ketiga penghasil kakao terbesar di dunia setelah negara Pantai Gading dan
Ghana. Tanaman kakao di Indonesia ditanam di daerah yang beriklim tropis pada
ketinggian 1-600 meter di atas permukaan air laut dengan suhu ideal pertumbuhan
tanaman kakao sekitar 30-320C. Daerah penghasil kakao terbanyak terdapat di
Sulawesi, Sumatera, Bali, Jawa Timur dan Kalimantan (Wahyudi, 2008).
2.1.3Morfologi
Kakao merupakan tanaman kauliflori yang artinya bunga dan buah tumbuh
pada batang dan cabang tanaman dan tinggi pohonnya dapat mencapai 10 meter.
Bunga kakao disusun oleh 5 daun kelopak yang bebas satu sama lain, 5 daun
mahkota, 10 tangkai sari yang tersusun dalam 2 lingkaran dan masing-masing
terdiri dari 5 tangkai sari tetapi hanya satu lingkaran yang fertil, dan 5 daun buah
yang bersatu. Bunga kakao berwarna putih, ungu, atau kemerahan. Warna yang
kuat terdapat pada benang sari dan daun mahkota.
Cabang pada tanaman kakao bersifat dimorfisme artinya memiliki dua
bentuk tunas vegetatif, yaitu tunas ortotrop yang arah pertumbuhannya keatas dan
tunas plagiotrop yang arah pertumbuhannya kesamping. Daun kakao pada tunas
ortotrop panjang tangkai daunnya 7,5-10 cm sedangkan pada tunas plagiotrop

panjang tangkai daunnya sekitar 2,5 cm. Daun kakao mempunyai dua persendian
yang terletak di pangkal dan ujung tangkai daun sehingga memungkinkan
pergerakan daun menyesuaikan kearah datangnya sinar matahari. Bentuk helai
daun bulat memanjang (oblongus), ujung daun runcing (acutus). Susunan tulang
daun menyirip dan menonjol ke permukaan bawah helai daun. Tepi daun rata,
daging daun tipis. Panjang daun 30 cm dan lebarnya 10 cm. Permukaan daun licin
dan mengkilap. Buah kakao yang masih muda berwarnahijau atau hijau agak putih

Universitas Sumatera Utara

jika sudah masak akan berwarna kuning. Kulit buah tebaltetapi lunak dan
permukaannyakasar, panjang buah kakao 10-30 cm dan lebarnya 8-12cm. Buah
kakao memiliki sekitar 20-50 butir biji, yang tersusun dalam lima baris dan
menyatu pada bagian poros buah. Biji dibungkus oleh daging buah atau pulp yang
berwarna putih dan rasanya manis (Susanto, 1994).
2.1.4Manfaat buah kakao
Biji kakao dapat dimanfaatkan sebagai produk makanan dan minuman
coklat, sedangkan dalam industri kosmetik dapat digunakan sebagai bahan
pembuatan lipstick (Susanto, 1994).
Kulit buah kakao dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak tetapi sebelum

digunakan sebagai pakan ternak harus difermentasikan terlebih dahulu untuk
menurunkan kadar lignin yang sulit dicerna oleh hewan (Sartini, dkk., 2012).
Menurut Matsumoto, dkk., (2004), pada kulit buah kakao mengandung
senyawa polifenol seperti flavonoid dan tanin. Senyawa tersebut

merupakan

senyawa aktif yang dapat digunakan sebagai antibakteri (Robinson, 1995).
2.1.5Kandungan buah kakao
Biji kakao mengandung lemak, air, glukosa, pati, pektin, serat, selulosa,
pentosa, gum, tanin, asam organik (asetat dan oksalat), theobromin dan kafein
(Nasution, 1976). Kulit buah kakao mengandung flavonoid, tanin Theobromin,
pektin, dan lignin (Sartini, dkk., 2012).
2.2UraianKulit
Kulit merupakan “selimut” yang menutupi permukaan tubuh dan memiliki
fungsi utama sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan dan rangsangan
luar. Fungsi perlindungan ini terjadi melalui sejumlah mekanisme biologis, seperti

Universitas Sumatera Utara


pembentukan lapisan tanduk secara terus-menerus, respirasi, pengaturan suhu
tubuh, produksi sebum dan keringat, pembentukan pigmen melanin untuk
melindungi kulit dari bahaya sinar ultraviolet matahari, sebagai peraba dan perasa,
serta pertahanan terhadap tekanan dan infeksi dari luar (Tranggono dan Latifah,
2007).
2.2.1Strukturkulit
MenurutWasitaatmadja, (1997)Struktur kulit terdiri dari tiga lapisan
utama, yaitu :
a.

Lapisan epidermis
Epidermis merupakan bagian kulit paling luar yang paling menarik untuk

diperhatikan dalam perawatan kulit, karena kosmetik dipakai pada bagian
epidermis. Ketebalan epidermis berbeda-beda pada berbagai bagian tubuh, yang
paling tebal berukuran 1 milimeter misalnya pada telapak tangan dan telapak kaki,
dan yang paling tipis berukuran 0,1 milimeter terdapat pada kelopak mata, pipi,
dahi dan perut. Sel-sel epidermis disebut keratinosit. Epidermis melekat erat pada
dermis karena secara fungsional epidermis memperoleh zat-zat makanan dan
cairan antar sel dari plasma yang merembes melalui dinding-dinding kapiler

dermis ke dalam epidermis. Lapisan epidermis terdiri atas 5 lapisan: stratum
korneum (lapisan tanduk), stratum lusidum (lapisan jernih), stratum granulosum
(lapisan butir), stratum spinosum (lapisan taju), dan stratum basalis (lapisan
benih).
b.

Lapisan dermis
Lapisan dermis ini jauh lebih tebal daripada epidermis dan tersusun atas jaringan

fibrosa dan jaringan ikat yang elastis. Lapisan ini terdiri atas : a. Pars papilaris, yaitu

bagian yang menonjol ke dalam epidermis berisi ujung serabut saraf dan

Universitas Sumatera Utara

pembuluh darah; b. Pars retikularis, yaitu bagian bawah dermis yang berhubungan
dengan lapisan hipodermis yang terdiri atas serabut kolagen. Serat-serat kolagen
ini disebut juga jaringan penunjang, karena fungsinya dalam membentuk jaringanjaringan kulit yang menjaga kekeringan dan kelenturan kulit.
c.


Lapisan hipodermis
Lapisan ini terutama mengandung jaringan lemak, pembuluh darah dan limfe,

saraf-saraf yang berjalan sejajar dengan permukaan kulit. Cabang-cabang dari
pembuluh-pembuluh dan saraf-saraf menuju lapisan kulit jangat. Jaringan ikat
bawah kulit berfungsi sebagai bantalan atau penyangga bagi organ-organ tubuh
bagian dalam, dan sebagai cadangan makanan (Wasitaatmadja, 1997).
MenurutSonny (2013). Struktur kulit dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Gambar 1.1 Struktur kulit
2.2.2 Fungsibiologikkulit
a.

Absorbsi
Beberapa bahan dapat diabsorbsi kulit masuk ke dalam tubuh melalui dua

jalur yaitu melalui epidermis dan melalui kelenjar sebasea dari folikel rambut.

Universitas Sumatera Utara


b.

Proteksi
Serabut elastis yang terdapat pada dermis serta jaringan lemak subkutan

berfungsi mencegah trauma mekanik langsung terhadap interior tubuh. Lapisan
tanduk danlemak kulit menjaga kadar air tubuh dengan cara mencegah masuknya
air dari luar tubuh dan mencegah penguapan air, selain itu juga berfungsi sebagai
barrier terhadap racun dari luar. Mantel asam kulit dapat mencegah pertumbuhan
bakteri di kulit.
c.

Persepsi sensoris
Kulit sangat sensitif terhadap rangsangan dari luar berupa tekanan, raba, suhu

dannyeri. Rangsangan dari luar diterima oleh reseptor-reseptor tersebut dan
diteruskan ke sistem saraf pusat selanjutnya diinterpretasi oleh korteks serebri.
d.

Thermoregulasi

Kulit mengatur temperatur tubuh melalui mekanisme dilatasi dan konstriksi

pembuluh kapiler dan melalui keringat, yang keduanya dipengaruhi saraf otonom.
Pusat pengatur temperatur tubuh di hipotalamus. Pada saat temperatur badan
menurun terjadi vasokonstriksi, sedangkan pada saat temperatur badan meningkat
terjadi vasodilatasi untuk meningkatkan pembuangan panas(Tranggono dan
Latifah, 2007).
2.2.3Absorpsiobatmelaluikulit
Tujuan umum pengunaan obat topikal pada terapi adalah untuk
menghasilkan efek terapeutik pada tempat-tempat spesifik di jaringan epidermis.
Daerah yang terkena, umumnya epidermis dan dermis, sedangkan sediaan topikal
tertentu seperti pelembab dan antimikroba bekerja dipermukaan kulit saja
(Lachman dkk, 1994).

Universitas Sumatera Utara

Beberapa cara penetrasi obat yang mungkin ke dalam kulit menurut
Tranggono dan Latifah (2007), yaitu: lewat antara sel-sel stratum korneum
(interselular), menembus sel-sel stratum korneum (transelular), melalui kelenjar
keringat, melalui kelenjar sebasea dan melalui dinding saluran folikel rambut.

2.3Bakteri
Nama bakteri berasal dari kata “bakterion” (bahasa Yunani) yang berarti
tongkat atau batang. Bakteri merupakan organisme yang sangat kecil (berukuran
mikroskopis) dengan lebar 0,5-1 µm dan panjang hingga 10 µ m sehingga hanya
tampak dengan mikroskop (Irianto, 2006).
2.3.1 Faktor pertumbuhan dan perkembangan bakteri
Pertumbuhan dan perkembangan bakteri dipengaruhi oleh :
a.

Zat makanan (nutrisi)
Sumber zat makanan bagi bakteri diperoleh dari senyawa karbon, nitrogen,
sulfur, fosfor, unsur logam (natrium, kalsium, magnesium, mangan, besi,
tembaga dan kobalt), vitamin dan air untuk fungsi metabolik dan
pertumbuhannya.

b.

Keasaman dan kebasaan (pH)
Kebanyakan bakteri mempunyai pH optimum pertumbuhan antara 6,5-7,5.
Beberapa spesies dapat tumbuh dalam keadaan sangat asam atau basa.

c.

Temperatur
Proses pertumbuhan bakteri tergantung pada reaksi kimiawi dan laju reaksi
kimia yang dipengaruhi oleh temperatur. Berdasarkan ini maka bakteri dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

1) Bakteri psikofil, yaitu bakteri yang dapat hidup pada temperatur 0-30oC,
dengan temperatur optimum adalah 10-20 oC.
2) Bakteri mesofil, yaitu bakteri yang dapat hidup pada temperatur 5-60
C, temperatur optimum adalah 25-40 oC.

o

3) Bakteri termofil, yaitu bakteri yang dapat hidup pada temperatur optimum
adalah 55-65 oC.
d.

Oksigen
1) Aerobik, yaitu bakteriyang membutuhkan oksigen dalam pertumbuhannya.
2) Anaerobik, yaitu bakteri yang dapat tumbuh tanpa oksigen.
3) Anaerobik fakultatif, yaitu bakteri yang dapat tumbuh dengan oksigen
ataupun tanpa oksigen.
4) Mikroaerofilik, yaitu bakteri yang dapat tumbuh baik dengan adanya
sedikit oksigen.

e.

Tekanan osmosa
Medium yang baik bagi pertumbuhan bakteri adalah medium isotonis
terhadap isi sel bakteri.

f.

Kelembapan
Secara umum bakteri tumbuh dan berkembang biak dengan baik pada
lingkungan yang lembap. Kebutuhan akan air tergantung dari jenis bakterinya
(Pelczar, dkk.,1988).

2.3.2Media pertumbuhan bakteri
Media pertumbuhan bakteri dapat dikelompokkan dalam beberapa
kategori, yaitu:
a. Menurut Lay (1994), berdasarkan asalnya dapat dibagi atas:

Universitas Sumatera Utara

1) Media sintetik yaitu media yang kandungan dan isi bahan yang
ditambahkan diketahui secara terperinci. Contoh: glukosa, kalium fosfat,
magnesium fosfat.
2) Media non-sintetik yaitu media yang kandungan dan isinya tidak
diketahui secara terperinci dan menggunakan bahan yang terdapat dialam.
Contohnya: ekstrak daging dan pepton.
b. Menurut Irianto (2006), berdasarkan kegunannya dapat dibagi atas:
1) Media selektif yaitu media biakan yang mengandung paling sedikit satu
bahan yang dapat menghambat perkembangbiakan mikroorganisme yang
tidak diinginkan dan membolehkan perkembangbiakan mikroorganisme
tertentu yang ingin diisolasi.
2) Media difrensial yaitu media yang digunakan untuk menyeleksi suatu
mikroorganisme dari berbagai jenis dalam suatu lempengan agar
3) Media diperkaya yaitu media yang digunakan untuk menumbuhkan
mikroorganisme yang diperoleh dari lingkungan alami karena jumlah
mikroorganisme yang ada terdapat dalam jumlah sedikit
c. Berdasarkan konsistensinya dapat dibagi atas:
1) Media padat/solid
2) Media semi solid
3) Media cair
2.3.3 Morfologi bakteri
Berdasarkan morfologinya bakteri dapat dibedakan atas tiga bagian yaitu:
a. Bentuk basil

Universitas Sumatera Utara

Basil adalah bakteri yang mempunyai bentuk batang atau silinder,
membelah dalam satu bidang, berpasangan ataupun bentuk rantai pendek atau
panjang. Basil dapat dibedakan atas:
1)

Monobasil yaitu basil yang terlepas satu sama lain dengan kedua ujung
tumpul.

2)

Diplobasil yaitu basil yang bergandeng dua dan kedua ujungnya tumpul.

3)

Streptobasil yaitu basil yang bergandengan panjang dengan kedua ujung
tajam.
Adapun contoh bakteri dengan bentuk basil yaitu Eschericia coli,

Bacillusanthracis, Salmonella typhimurium, Shigella dysentriae.
b. Bentuk kokus
Kokus adalah bakteri yang bentuknya seperti bola-bola kecil, ada yang
hidup sendiri dan ada yang berpasang-pasangan. Bentuk kokus ini dapat
dibedakan atas:
1)

Diplokokus yaitu kokus yang bergandeng dua.

2)

Tetrakokus yaitu kokus yang mengelompok empat.

3)

Stafilokokus yaitu kokus yang mengelompok dan membentuk anggur.

4)

Streptokokus yaitu kokus yang bergandengan panjang menyerupai
rantai.

5)

Sarsina yaitu kokus yang mengelompok seperti kubus.
Contoh bakteri dengan bentuk kokus yaitu Staphylococcus aureus, Sarcina

luten, Diplococcus pneumoniae, Streptococcus lactis.
c. Bentuk spiral
Adapununtukbentukspiraldapat dibedakan atas:
1)

Spiral atau lilitan.

Universitas Sumatera Utara

2)

Vibrio yaitu bentuk batang yang melengkung berupa koma.

3)

Spirochaeta yaitu menyerupai bentuk spiral, bedanya dengan spiral
dalam kemampuannya melenturkan dan melengkukkan tubuhnya sambil
bergerak.

Contoh: Vibrio cholerae, Spirochaeta palida ( Volk dan Wheeler, 1993).
2.3.4Bakteri Staphylococcus aureus
Staphylococcus

aureus

termasuk

dalam

familia

Micrococcaceae.

Staphylococcus aureus berasal dari kata “Staphele” yang berarti kumpulan dari
anggur, dan kata “aureus” dalam bahasa Latin yang berarti emas. Staphylococcus
aureus adalah bakteri gram positif, berbentuk bulat (kokus) dengan diameter
sekitar 1 μm, tidak membentuk spora, dan termasuk anaerob fakultatif.
Staphylococcus aureus adalah bakteri mesofil dengan suhu pertumbuhan yaitu
antara 7o- 48oC dengan suhu optimum 37oC. Tumbuh secara optimal pada pH 6-7
(Adams dan Moss, 1995).
Staphylococcus aureushidup sebagai saprofit di dalam saluran-saluran
pengeluaran lendir dari tubuh manusia dan hewan seperti hidung, mulut,
tenggorokan dan dapat pula dikeluarkan pada waktu batuk atau bersin. Selain
dapat menyebabkan intoksikasi, bakteri ini juga dapat menyebabkan berbagai
macam infeksi seperti jerawat, bisul, meningitis, osteomielitis, pneumonia dan
mastitis pada manusia dan hewan (Supardi dan Sukamto, 1999).
Keracunan makanan oleh Staphylococcus aureus dapat menimbulkan
berbagai gejala setelah 2-4 jam. Seperti muntah, diare, mual, kejang dan timbul
perasaan letih (Adams dan Moss, 1995).

Universitas Sumatera Utara

Adapun sistematika dari bakteri Staphylococcus aureus adalah sebagai
berikut (Dwidjoseputro, 1978) :
Divisi

: Protophyta

Kelas

: Schizomycetes

Bangsa

: Eubacteriales

Suku

: Micrococaceae

Marga

: Staphylococcus

Jenis

: Staphylococcus aureus

2.3.5Bakteri Pseudomonas aeginosa
Sistematika bakteri Pseudomonas aeruginosa( Breed, dkk, 1957):
Divis

: Eukariota

Kelas

: Schizomycetes

Bangsa

: Pseudomononadales

Suku

: Pseudomonodaceae

Marga

: Pseudomonas

Jenis

: Pseudomonas aeruginosa
Pseudomonas aeruginosamerupakan bakteri gram negatif aerob obligat

berbentuk batang, bergerak, berukuran sekitas diameter 0,5-10 x 3,0-44,0 µm,
terlihat sebagai bakteri tunggal, berpasangan kadang – kadang membentuk rantai
yang pendek. Pseudomonas aeruginosamembentuk koloni halus bulat dengan
fluresensi kehijauan. Bakteri ini menghasailkan piosianim suatu pigmen kebiru –
biruan yang tak berfluoresensi, yang berdifusi kedalam agar. Fluorensi dapat
dihasilkan bila biakan diinkubasi pada suhu 20 – 300C dari pada yang inkubasi
pada suhu 35 -37 0C (Jawetz dkk, 2001).

Universitas Sumatera Utara

Pseudomonas aeruginosa tersebar luas di alam biasanya terdapat
dilingkungan yang lembab. Bakteri ini menyebabakan penyakit bila pertahan
tubuh inang abnormal. Dalam jumlah kecil, bakteri sering terdapat pada flora usus
normal dan kulit manusia serta merupakan patogen utama dari kelompok
Pseudomonas. Bakteri ini menimbulkan infeksi pada luka bakar, infeksi saluran
kemih dan infeksi mata (Jwetz dkk, 2001).
2.4 Fase Pertumbuhan Mikroorganisme
Fase pertumbuhan menurut (Pratiwi, 2008; Irianto, 2006) terbagi menjadi
empat macam, yaitu:
a. Fase lag (fase adaptasi)
Merupakan fase penyesuaian mikroorganisme pada suatu lingkungan baru
dan bakteri belum mengadakan pembiakan. Ciri fase lag adalah tidak adanya
peningkatan jumlah sel tetapi peningkatan ukuran sel.
b. Fase log
Merupakan fase mikroorganisme tumbuh dan membelah pada kecepatan
maksimum tergantung sifat media dan kondisi pertumbuhan. Sel baru terbentuk
dengan laju konstan dan massa yang bertambah secara eksponensial.
c. Fase stasioner (konstan)
Merupakan fase dimana pertumbuhan mikroorganisme berhenti dan dapat
terjadi keseimbangan antara jumlah sel yang membelah dengan jumlah sel yang
mati.
d. Fase kematian
Merupakan fase dimana jumlah sel yang mati meningkat, penyebabnya
adalah ketidaktersediaan nutrisi dan akumulasi produk buangan yang toksik.

Universitas Sumatera Utara

2.5Metode Pengujian Aktivitas Antibakteri
Pengujian aktivitas bahan antimikroba secara in vitro dapat dilakukan
melalui dua cara, yaitu metode difusi dan metode dilusi. Pembagian metode dan
dilusi menurut Pratiwi, (2008), yaitu:
a. Metode dilusi
Cara ini digunakan untuk menentukan KHM (Kadar Hambat Minimum)
dan KBM (Kadar Bunuh Minimum) dari obat antimikroba. Prinsip dari metode
dilusi adalah sebagai berikut :
Menggunakan satu seri tabung reaksi yang diisi media cair dan sejumlah
tertentu sel mikroba yang diuji. Masing-masing tabung diuji dengan obat yang
telah diencerkan secara serial. Seri tabung diinkubasi pada suhu 37oC selama 1824 jam dan diamati terjadinya kekeruhan pada tabung. Konsentrasi terendah obat
pada tabung yang ditunjukkan dengan hasil biakan yang mulai tampak jernih
(tidak ada pertumbuhan mikroba) adalah KHM dari obat. Konsentrasi terendah
obat pada biakan padat yang ditunjukkan dengan tidak adanya pertumbuhan
koloni mikroba adalah KBM dari obat terhadap bakteri uji (Pratiwi, 2008).
b. Metode difusi
Metode yang paling sering digunakan adalah difusi agar dengan
menggunakan cakram kertas, cakram kaca, pencetak lubang. Prinsip metode ini
adalah mengukur zona hambatan pertumbuhan bakteri yang terjadi akibat difusi
zat yang bersifat sebagai antibakteri di dalam media padat melalui pencadang.
Daerah hambatan pertumbuhan bakteri adalah daerah jernih disekitar cakram.
Metode ini dipengaruhi oleh banyak faktor fisik dan kimia, misalnya pH, suhu, zat
inhibitor, sifat dari media dan kemampuan difusi, ukuran molekul dan stabilitas
dari bahan obat (Jawetz, dkk., 2001).

Universitas Sumatera Utara

c. Metode turbidimetri
Pada cara ini digunakan media cair, pertama dilakukan penuangan media
kedalam tabung reaksi, lalu ditambahkan suspensi bakteri, kemudian dilakukan
pemipetan larutan uji, dilakukan inkubasi. Dilakukan pengukuran kekeruhan,
kekeruhan

yang

disebabkan

oleh

pertumbuhan

bakteri

diukur

dengan

menggunakan instrumen yang cocok, misalnya nephelometer setelah itu dilakukan
penghitungan potensi antimikroba (Depkes, RI., 1995).
2.6Krim
Krimadalahsediaansetengahpadat,berupaemulsimengandungairtidakkurangd
ari

60%

dandimaksudkanuntukpemakaianluar,tipekrimadaduayaitukrimtipeminyakdalamai
rdankrimtipeairdalamminyak(DepkesRIPOM,1979).
2.6.1Komponen utama dalam sediaan krim
Bahan yang biasa digunakan mencakup zat emolien, zat sawar (barrier),zat
penutup untuk kulit yang berpori lebar, zat humektan (pelembab), zatpengental
dan pembentuk lapisan tipis, zat pengemulsi, zat pengawet, parfum dan zat warna
(Ditjen POM,1985).
Komponen krim yang digunakan yaitu:
2.6.1.1Sabun trietanolamin-stearat
Sabun trietanolamin-stearat termasuk pengemulsi anionik. Kelebihan dari
pengemulsi ini adalah lebih lembut dan lebih mudah larut daripada natrium atau
kalium stearat. Sabun trietanolamin-stearat menghasilkan emulsi yang stabil,
tetapi pada penyimpanan cenderung mengental dan akhirnya membentuk gel.
Sedangkan pengemulsi natrium stearat akan menghasilkan krim yang pada

Universitas Sumatera Utara

awalnya

memiliki

konsistensi

yang

sangat

keras.

Pada

penyimpanan,

konsistensinya menjadi lebih lunak dan akhirnya sangat pekat. Hal ini
dikarenakan natrium stearat tidak larut sempurna dalam air pada temperatur
rendah (Balsam, danSagarin., 1972).
a. Asam Stearat
Pemeriannya yaitu

keras, berwarna putih atau kuning pucat, agak

mengkilap, kristal padat atau serbuk putih atau putih kekuningan, bau lemah dan
berasa lemak. Kelarutannya yaitu mudah larut dalam benzena, kloroform, dan
eter; larut dalam etanol (95%); praktis tidak larut dalam air. Memiliki titik lebur
69°C-70°C. Penggunaannya dalam sediaan topikal sebesar 1%-20%, digunakan
sebagai bahan pengemulsi ketika direaksikan dengan basa (Rowe, dkk., 2009).
b. Trietanolamin
Trietanolamin merupakan cairan kental yang bening, tidak berwarna sampai
kuning pucat dan memiliki bau amoniak yang lemah, bersifat sangat higroskopis,
memiliki titik lebur 20 °C-25°C dan pH 10,5. Kelarutannya yaitu mudah larut
dalam air, metanol, dan aseton. Digunakan sebagai bahan pengemulsi dengan
konsentrasi 0,5%-3%, menambah kebasaan, dan sebagai humektan (Rowe, dkk.,
2009).
2.6.1.2 Gliserin
Gliserin berbentuk kental, cairan higroskopis, tidak berwarna, tidak
berbau, memiliki rasa manis.Kelarutannya yaitu sedikit larut dalam aseton, mudah
larut dalam air dan metanol. Penggunaan dalam sediaan topikdigunakan terutama
untuksifathumektandanemolien.Gliserindigunakan
sebagaipelarutataucosolventdalam krimdanemulsi(Rowe,dkk, 2009).

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pengaruh Ekstrak Kulit Buah Kakao (Theobroma cacao L) 3% dalam Bentuk Obat Kumur terhadap Akumulasi Plak pada Mahasiswa FKG USU Angkatan 2011

3 71 65

Analisis Usaha Pemanfaatan Kulit Buah Kakao (Theobroma cacao L,.)Difermentasi Rhizopus sp, Saccharomyces sp dan Lactobacillus sp Terhadap Ternak Babi Jantan Peranakan Landrace

3 67 60

Formulasi Sediaan Krim Yang Mengandung Ekstrak Etanol Daun Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) Dan Aktivitasnya terhadap Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis Dan Pseudomonas aeruginosa

36 195 107

Formulasi Sediaan Krim Ekstrak Etanol Kulit Buah Kakao (Theobroma cacao L.) Danuji Aktivitas Terhadap Bakteri Staphylococcus Aureusdan Pseudomonas Aeruginosa

0 0 16

Formulasi Sediaan Krim Ekstrak Etanol Kulit Buah Kakao (Theobroma cacao L.) Danuji Aktivitas Terhadap Bakteri Staphylococcus Aureusdan Pseudomonas Aeruginosa

0 0 2

Formulasi Sediaan Krim Ekstrak Etanol Kulit Buah Kakao (Theobroma cacao L.) Danuji Aktivitas Terhadap Bakteri Staphylococcus Aureusdan Pseudomonas Aeruginosa

0 0 4

Formulasi Sediaan Krim Ekstrak Etanol Kulit Buah Kakao (Theobroma cacao L.) Danuji Aktivitas Terhadap Bakteri Staphylococcus Aureusdan Pseudomonas Aeruginosa Chapter III V

0 1 21

Formulasi Sediaan Krim Ekstrak Etanol Kulit Buah Kakao (Theobroma cacao L.) Danuji Aktivitas Terhadap Bakteri Staphylococcus Aureusdan Pseudomonas Aeruginosa

0 0 3

Formulasi Sediaan Krim Ekstrak Etanol Kulit Buah Kakao (Theobroma cacao L.) Danuji Aktivitas Terhadap Bakteri Staphylococcus Aureusdan Pseudomonas Aeruginosa

0 3 22

UJI DAYA HAMBAT EKSTRAK KULIT BUAH KAKAO ( Theobroma cacao) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI Pseudomonas aeruginosa - repository perpustakaan

0 0 15