PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA BERBASIS INKUIRI TERBIMBING DENGAN TUGAS PROYEK MATERI SISTEM EKSKRESI UNTUK MENUNTASKAN HASIL BELAJAR SISWA SMP | Baharuddin | Jurnal IPA & Pembelajaran IPA 9574 22700 1 SM

Jurnal IPA dan Pembelajaran IPA (JIPI), 1(1): 82-99, Juni 2017
www. jurnal.unsyiah.ac.id/jipi

p-ISSN: 2614-0500

PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA BERBASIS INKUIRI TERBIMBING
DENGAN TUGAS PROYEK MATERI SISTEM EKSKRESI
UNTUK MENUNTASKAN HASIL BELAJAR SISWA SMP
Baharuddin1, Sifak Indana2, dan Toeti Koestiari3
1Program

Studi Pendidikan Sains, Program Pascasarjana, Universitas Negeri Surabaya
2Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Surabaya
3Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya
*Corresponding Author: udhinbahar83@gmail.com

Abstract. This research purposed to produce science learning materials that eligible to complete
student learning achievement at junior high school of the System of Excretion materials. The
development of this learning tool based on Dick and Carey model and the using test based One
Group Pretest-Posttest Design. The test conducted in eighth grade student of SMP Negeri 16
Poleang Tengah. This research consisted of two stages: 1) Developing the learning materials

consisted of lesson plan, student’s book, and student’s worksheet, and learning achievement test
validated by experts. 2) Implementation of the validated learning materials which instrument that
used in this research are validation sheet, observational sheet of learning accomplishment, the
learning constraints, observational sheet of student’s activity, and Student’s response
questionnaire. The result showed that: 1) The learning materials were valid; 2) the lesson plan
accomplishment was categorized as good; 3) The student activities indicated that they learn to
actively build their own knowledge through a process of inquiry; 4) The students responded
positively to the learning process; 5) The student’s learning achievements of attitude, knowledge,
and skill aspects were accomplished. Based on the following results can be concluded that the
science learning materials based on guided inquiry with a project task on Excretion of System were
valid, practical, and effective. Thus the science learning materials can be used on the learning
process and proofed to be effective to complete student’s learning achievement.
Keywords: Guided inquiry, project task, completeness of student’s, excretion system.
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan perangkat pembelajaran IPA yang layak
untuk menuntaskan hasil belajar siswa SMP pada materi Sistem Ekskresi. Pengembangan
perangkat pembelajaran mengikuti model Dick and Carey dengan ujicoba menggunakan rancangan
one group pretest-posttest design. Ujicoba telah dilaksanakan pada siswa Kelas VIII SMP Negeri 16
Poleang Tengah. Penelitian terdiri dari dua tahap yaitu: 1) pengembangan perangkat pembelajaran
meliputi RPP, buku ajar, lembar kegiatan siswa, tes hasil belajar yang telah divalidasi oleh para
pakar; 2) perangkat pembelajaran yang telah divalidasi, kemudian diimplementasikan. Instrumen

yang digunakan antara lain lembar validasi, lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran,
lembar observasi kendala dalam pembelajaran, lembar observasi aktivitas siswa, dan angket
respons siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) validitas perangkat pembelajaran yang
dikembangkan berkategori valid; 2) keterlaksanaan RPP berkategori baik; 3) aktivitas siswa
menunjukkan ke arah pembelajaran siswa aktif membangun pengetahuannya sendiri melalui
proses inkuiri; 4) siswa memberikan respon positif terhadap proses pembelajaran; 5) hasil belajar
siswa baik dari aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan mencapai ketuntasan. Berdasarkan
hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran IPA berbasis
pembelajaran inkuiri terbimbing dengan tugas proyek pada materi sistem ekskresi sudah valid,
praktis dan efektif sehingga layak digunakan dalam pembelajaran dan terbukti efektif untuk
menuntaskan hasil belajar siswa.
Kata Kunci: Inkuiri terbimbing, tugas proyek, hasil belajar siswa SMP, sistem ekskresi

82

Jurnal IPA dan Pembelajaran IPA (JIPI), 1(1): 82-99, Juni 2017
www. jurnal.unsyiah.ac.id/jipi

p-ISSN: 2614-0500


PENDAHULUAN
Pembelajaran merupakan proses interaksi antar peserta didik, peserta didik
dengan tenaga pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar
(Permendikbud No. 103, 2014). Proses pembelajaran menuntut siswa menjadi manusia
berkualitas yang mampu dan proaktif dalam menjawab tantangan zaman, sebagai wujud
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan bertanggungjawab (Depdiknas, 2008). Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran yang memberikan akses
bagi siswa untuk dapat berkembang menjadi manusia berkualitas yang mampu proaktif
dalam menjawab tantangan zaman.
IPA merupakan suatu disiplin ilmu yang mencari tahu tentang alam secara
sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan berupa faktafakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan cara kerja, cara
berpikir dan cara memecahkan masalah. Pembelajaran IPA diharapkan dapat menjadi
wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri, alam sekitar dan mampu
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan IPA juga diarahkan untuk
proses inkuiri dan berbuat, sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh
pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar (Mulyasa, 2013). Pembelajaran
inkuiri memungkinkan siswa untuk dapat menjawab masalah-masalah dan mencari
penjelasan-penjelasan yang memungkinkan untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Inkuiri dapat dipandang sebagai suatu proses untuk menjawab pertanyaan dan

memecahkan masalah berdasarkan fakta dan observasi. Pembelajaran inkuiri
membimbing siswa bagaimana meneliti masalah dan pertanyaan berdasarkan fakta,
melibatkan siswa dalam kegiatan inkuri merupakan salah satu cara yang efektif untuk
membantu siswa memahami struktur atau ide kunci dari suatu disiplin ilmu (Kardi,
2013).
Menurut Piaget, inkuiri merupakan pembelajaran yang mempersiapkan siswa
pada situasi untuk melakukan eksperimen sendiri secara luas agar melihat apa yang
terjadi, ingin melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan mencari
jawabannya sendiri, serta menghubungkan jawaban yang satu dengan yang lain,
membandingkan apa yang ditemukan antar siswa (Slavin, 2011). Proses inkuiri adalah
menemukan masalah, menyusun hipotesis, merencanakan eksperimen, melaksanakan
1
eksperimen untuk menguji hipotesis,
mensintesis pengetahuan mengembangkan
beberapa sikap yaitu sikap objektif, ingin tahu, terbuka dan bertanggung jawab
(Sanjaya, 2006). Pembelajaran inkuiri merupakan proses pembelajaran yang
menekankan pada pengembangan kemampuan siswa untuk memecahkan suatu masalah
berdasarkan eksperimen, sedangkan guru membantu mengembangkan keterampilan
dan sikap percaya diri dalam memecahkan masalah yang dihadapi siswa, sehingga
berguna untuk membelajarkan siswa dalam menemukan masalahnya sendiri dan

sekaligus memecahkannya.
Berdasarkan hasil survei yang dilaksanakan di SMP Negeri 16 Poleang Tengah,
pembelajaran IPA pada kenyataannya tidak memfasilitasi siswa untuk aktif membangun
pengetahuannya sendiri. Siswa hanya duduk mendengarkan guru, mencatat dan
mengerjakan latihan. Proses pembelajaran hanya sebatas pada konsep-konsep yang
tertuang dalam buku pelajaran, tanpa ada upaya untuk menerapkan konsep-konsep
tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Siswa lebih dituntut untuk menghafal pelajaran,
tanpa diminta untuk memahami dan mengaplikasikan pengetahuan tersebut dalam
kehidupan sehari-hari sehingga kemampuan sikap, pengetahuan dan keterampilan tidak
83

Jurnal IPA dan Pembelajaran IPA (JIPI), 1(1): 82-99, Juni 2017
www. jurnal.unsyiah.ac.id/jipi

p-ISSN: 2614-0500

dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Siswa hanya mampu menjawab
pertanyaan tanpa tahu bagaimana menerapkan konsep dan prinsipnya dalam kehidupan
sehari-hari.
Sistem pembelajaran yang cenderung monoton, tidak bervariasi dan kurangnya

upaya guru untuk mengaplikasikan konsep dan prinsip yang diterima siswa, menjadikan
mata pelajaran IPA menjadi mata pelajaran yang membosankan dan sulit untuk
dipahami. Fakta ini terlihat dari rendahnya persentase ketuntasan hasil belajar siswa
Kelas VIII tahun pelajaran 2014/2015 pada semester ganjil. Ketuntasan hasil belajar
siswa Kelas VIII tahun pelajaran 2014/2015 semester ganjil SMP Negeri 16 Poleang
Tengah pada mata pelajaran IPA hanya mencapai 42% sedangkan
58% siswa
dinyatakan tidak tuntas. Hasil wawancara dari beberapa siswa Kelas VIII, menunjukkan
bahwa mata pelajaran IPA kurang menarik bagi para siswa. Pelajaran IPA merupakan
pelajaran yang membosankan karena guru hanya memberi informasi kepada siswa dan
kemudian memberi beban kepada siswa dengan hafalan materi yang sangat banyak.
Pengetahuan yang diperoleh siswa hanya sebatas pengetahuan konseptual, sehingga
pembelajaran menjadi tidak bermakna.
Model pembelajaran yang dapat memberikan kesempatan bagi siswa untuk
mendapatkan pemahaman tentang metode ilmiah guna mengembangkan kemampuan
berpikir, pengaturan diri dan pemahaman tentang topik-topik spesifik adalah model
pembelajaran inkuiri. Pembelajaran inkuiri adalah model pembelajaran yang dirancang
untuk memberi siswa pengalaman metode ilmiah. Metode ilmiah adalah pola pemikiran
yang menekankan pada pengajuan pertanyaan, mengembangkan hipotesis untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan dan menguji hipotesis dengan data (Eggen dan

Kauchak, 2012). Proses inkuiri merupakan kegiatan menjawab permasalahan dengan
cara membuat prediksi dan mengujinya dengan data sehingga siswa mendapatkan
pengalaman memecahkan masalah dan melakukan penyelidikan. Proses mengumpulkan
data dan analisis hipotesis yang rumit memerlukan bimbingan guru untuk membantu
siswa melalui proses inkuiri terbimbing (Banchi, 2008).
Peneliti menggunakan model inkuiri terbimbing yang dipadukan dengan tugas
proyek. Tugas proyek tersebut berupa rangkaian kegiatan mulai dari perencanaan,
pengumpulan data, pengorganisasian data, pengolahan dan penyajian data, serta
pelaporan (Kemendikbud, 2015). Pembelajaran model inkuiri terbimbing merupakan
salah satu model pembelajaran IPA yang memberi pengalaman bagi siswa untuk mampu
menyelesaikan masalah yang sulit untuk dipecahkan dan membangun keterampilan
yang diperlukan dalam kehidupan. Kelebihan dari pembelajaran inkuiri adalah siswa
dibimbing untuk membangun pengetahuannya secara aktif dalam memecahkan masalah
pembelajaran berbasis penyelidikan (Khalid & Azeem, 2012), sehingga pada akhirnya
siswa akan terbantu dalam meningkatkan aktivitas penalaran mereka dan meningkatkan
pemahaman mereka tentang konsep-konsep ilmiah (Smyrnaiou, 2012). Pembelajaran
model inkuiri dengan tugas proyek memberi dampak besar bagi perkembangan mental
positif siswa melalui keterlibatan aktif siswa dalam menyelesaikan masalah dan
membangun keterampilan sehingga mampu memecahkan masalah dan mengaplikasikan
prinsip dan konsep yang diterima dalam kehidupan sehari-hari (Alberta, 2004).

Pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing diimplementasikan pada materi sistem
ekskresi. Materi pelajaran sistem ekskresi merupakan materi IPA di Kelas VIII yang
mempelajari sistem kerja pada tubuh makhluk hidup khususnya pada manusia yang
berkaitan dengan struktur dan fungsi organ sistem ekskresi, cara kerja organ sistem
ekskresi, kandungan zat yang dikeluarkan oleh organ sistem ekskresi, serta kelainan dan
penyakit yang terjadi pada organ sistem ekskresi pada manusia sangat sulit untuk
84

Jurnal IPA dan Pembelajaran IPA (JIPI), 1(1): 82-99, Juni 2017
www. jurnal.unsyiah.ac.id/jipi

p-ISSN: 2614-0500

dipahami. Materi sistem ekskresi pada manusia sangat sarat dengan konsep-konsep dan
prinsip-prinsip yang berhubungan dengan sistem kerja organ tubuh manusia sehingga
diperlukan proses pendekatan inkuiri untuk memberikan pemahaman yang lebih
bermakna dan mudah dipahami. Pembelajaran akan lebih bermakna jika melalui proses
inkuiri ilmiah yang dipadukan dengan tugas proyek guna menumbuhkan kemampuan
berpikir, bekerja dan kecakapan hidup yang memberi pengalaman belajar langsung
melalui tugas keterampilan dalam bentuk tugas proyek (Kemendikbud, 2015).

Tugas proyek pada materi sistem ekskresi diwujudkan dalam bentuk karya tulis
sehingga siswa mampu mengembangkan konsep-konsep, prinsip-prinsip dan fakta-fakta
dalam bentuk sebuah karya tulis ilmiah. Karya ilmiah mengambil tema pentingnya
menjaga kesehatan organ sistem ekskresi guna memenuhi tuntutan kompetensi
keterampilan dalam bentuk sebuah karya tentang sistem eksresi pada manusia dan
penerapannya dalam menjaga kesehatan diri dengan indikator membuat tugas proyek
berupa karya tulis ilmiah tentang penyakit dan upaya menjaga kesehatan organ sistem
eksresi pada manusia sehingga siswa dapat menuangkan ide-ide dalam bentuk konsep,
fakta dan prinsip tentang kelainan dan penyakit pada sistem ekskresi serta bagaimana
cara menjaga kesehatan organ sistem eksresi dalam kehidupan sehari-hari. Tugas
proyek memberikan kesempatan pada siswa untuk bekerja lebih otonom, dalam
mengembangkan pembelajaran mandiri, menjadi lebih realistik dan menghasilkan suatu
produk (Sastrika, 2013).
Tugas proyek memiliki potensi yang sangat besar untuk menuntaskan hasil
belajar siswa. Tugas ini menuntun siswa berlatih dan memahami berfikir kompleks dan
mengetahui bagaimana mengintegrasikan bentuk keterampilan dengan kehidupan nyata
sehingga terbiasa aktif dan kreatif dalam mengaplikasikan prinsip-prinsip yang diterima
(Widiyatmiko, 2012). Tugas proyek menghasilkan produk pembelajaran, sehingga siswa
mampu dan terampil dalam menerapkan konsep yang diperoleh serta dapat
meningkatkan hasil belajarnya. Tugas proyek sangat penting dalam rangka mendukung

proses belajar dan memberikan penekanan pada aspek proses dan produk sains,
sehingga meningkatkan kemampuan berpikir sistematis, objektif dan kreatif dalam
segala hal (Roessingh, 2012).
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penulis ingin mencoba melakukan
penelitian dengan judul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Berbasis Inkuiri
Terbimbing dengan Tugas Proyek materi Sistem Ekskresi untuk Menuntaskan hasil
belajar Siswa SMP”. Perangkat pembelajaran IPA yang dikembangkan terdiri dari
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kegiatan Siswa (LKS), Buku Ajar
Siswa (BAS), dan Instrumen Penilaian Sikap, Pengetahuan dan keterampilan (Tugas
Proyek).

METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (development research) yang
bertujuan untuk menghasilkan perangkat pembelajaran meliputi: Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), Buku Ajar Siswa (BAS), Lembar Kegiatan Siswa (LKS), dan Lembar
Penilaian sikap, pengetahuan, dan keterampilan, dengan menggunakan pembelajaran
berbasis inkuiri terbimbing dengan tugas proyek materi sistem ekskresi. Tahap
Pengembangan perangkat pembelajaran yang digunakan mengacu pada model Dick and
Carey yang terdiri atas (1) mengidentifikasi tujuan pembelajaran (2) melakukan analisis
instruksional (3) menganalisis karakteristik siswa dan konteks pembelajaran (4)

85

Jurnal IPA dan Pembelajaran IPA (JIPI), 1(1): 82-99, Juni 2017
www. jurnal.unsyiah.ac.id/jipi

p-ISSN: 2614-0500

merumuskan tujuan pembelajaran khusus (5) mengembangkan instrumen penilaian (6)
mengembangkan strategi pembelajaran (7) mengembangkan dan memilih bahan ajar
(8) merancang dan mengembangkan evaluasi formatif (9) melakukan revisi terhadap
program pembelajaran, dan (10) merancang dan mengembangkan evaluasi sumatif.
Subjek dalam penelitian ini adalah perangkat pembelajaran IPA berbasis inkuiri
terbimbing dengan tugas proyek untuk menuntaskan hasil belajar siswa SMP yang
dikembangkan peneliti dan subjek ujicoba adalah siswa SMP Negeri 16 Poleang Tengah
kelas VIII semester ganjil Tahun Pelajaran 2016/ 2017. Variabel-variabel
dalam
penelitian ini adalah: (1) validitas perangkat pembelajaran meliputi RPP, BAS, LKS, dan
lembar penilaian; (2) kepraktisan perangkat pembelajaran meliputi keterlaksanaan RPP,
aktivitas siswa, serta kendala-kendala yang dihadapi selama proses pembelajaran; dan
(3) keefektifan perangkat mengacu pada hasil tes pengetahuan dan tugas proyek dan
respon siswa terhadap pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing dengan tugas proyek.
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan validasi, dokumentasi, pengamatan,
pemberian tes, dan pemberian angket. Instrumen penelitian dikembangkan berdasarkan
instrumen-instrumen peneliti sebelumnya yang diadaptasi dan disesuaikan dengan
kebutuhan peneliti serta dilakukan validasi oleh para ahli untuk memperoleh masukan
dan saran sebelum instrumen digunakan. Teknik analisis data menggunakan teknik
analisis deskriptif kualitatif.

Validitas Perangkat Pembelajaran
Validitas perangkat pembelajaran model inkuiri terbimbing yang dikembangkan
ditentukan berdasarkan hasil penilaian ahli dengan kriteria seperti pada Tabel 1.
Tabel 1. Kriteria Pengkategorian Lembar Penilaian
Interval skor

Kategori

1,00 ≤ SVP ≤ 1,59

Tidak valid

1,60 ≤ SVP ≤ 2,59

Kurang valid

2,60 ≤ SVP ≤ 3,59
Valid
3,60 ≤ SVP ≤ 3,59
Sangat valid
(Sumber: Ratumanan dan Laurens, 2011)

Keterangan
Tidak dapat digunakan dan masih
memerlukan konsultasi
Dapat digunakan dengan banyak
revisi
Dapat digunakan dengan sedikit revisi
Dapat digunakan tanpa revisi

Hasil penilaian tiga orang validator selanjutnya dianalisis menggunakan analisis
statistik precentage of agreementsebagai berikut:

� � �

=

%
�+�
Keterangan:
A = Frekuensi kecocokan antar penilai (Agreement).
D = Frekuensi ketidakcocokan antar penilai (Disagreement).

Instrumen dikatakan cocok apabila memiliki Percentage of agreement > 75%
(Borich, 1994).

Kepraktisan Perangkat Pembelajaran
86

Jurnal IPA dan Pembelajaran IPA (JIPI), 1(1): 82-99, Juni 2017
www. jurnal.unsyiah.ac.id/jipi

p-ISSN: 2614-0500

1) Analisis Keterlaksanaan RPP
Analisis Keterlaksanaan RPP dihitung menggunakan rumus:

P=

jumlah tahap pembelajaran yang dilaksanakan
x
jumlah seluruh tahap pembelajaran

%

Persentase keterlaksanaan RPP setiap pertemuan akan dikonversikan dalam
kategori seperti pada Tabel 2.
Tabel 2. Kategori Persentase Keterlaksanaan RPP
Interval (%)
0 - 24
25 - 49
50 - 74
75 - 100

Kategori
Tidak terlaksana
Terlaksana kurang baik
Terlaksana baik
Terlaksana sangat baik

Penilaian keterlaksanaan RPP ditentukan dengan membandingkan rata-rata
penilaian yang diberikan kedua pengamat dengan kriteria penilaian seperti pada Tabel 3.
Tabel 3. Deskripsi Skor Keterlaksanaan Pembelajaran
Interval Skor Rata-rata

Kategori

1,00 – 1,49

Kurang

1,50 – 2,49

Cukup

2,50 – 3,49

Baik

3,50 – 4,00
(Sumber: Riduwan, 2012)

Baik sekali

Skor Keterlaksanaan RPP dihitung dengan menggunakan rumus percentage of
agreement (Borich, 1994) sebagai berikut:
R=[ −


+

]�

%

Keterangan:
R=
Percentage of Agreement.
A=
Skor aspek keterlaksanaan yang teramati dengan skor tinggi.
B=
Skor aspek keterlaksanaan yang teramati dengan skor rendah.
Instrumen dikatakan cocok apabila memiliki tingkat kecocokan antar pengamat >
75% (Borich, 1994:385).
2) Analisis Aktivitas Siswa
Aktivitas yang dilakukan siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung dinilai
oleh dua pengamat dengan menggunakan instrumen lembar aktivitas siswa. Data yang
diperoleh selanjutnya dipersentasekan menggunakan rumus Arifin (2012) sebagai
berikut:
P=

∑R
x
∑N

%
87

Jurnal IPA dan Pembelajaran IPA (JIPI), 1(1): 82-99, Juni 2017
www. jurnal.unsyiah.ac.id/jipi

p-ISSN: 2614-0500

Keterangan:
P
= Persentase aktivitas siswa
ΣR = Frekuensi aktivitas yang muncul dalam menit
ΣN = Frekuensi keseluruhan siswa dalam menit
Perhitungan reliabilitas aktivitas siswa menggunakan persamaan Borich (1994)
sebagai berikut:
A−B
) x
%
R=( −
A+B
Keterangan:
R = Pesentase reliabilitas instrumen (percentage of agreement)
A = Skor tertinggi yang diberikan olah pengamat
B = Skor terendah yang diberikan olah pengamat
Instrumen penilaian perangkat digolongkan reliabel, jika memiliki nilai reliabilitas
≥ 75% (Borich, 1994).
3) Analisis Kendala Pembelajaran
Kendala-kendala dalam kegiatan pembelajaran dianalisis dengan menggunakan
analisis deskriptif kualitatif yaitu pengamat dan peneliti memberikan catatan-catatan
tentang hambatan yang terjadi sepanjang kegiatan belajar mengajar serta alternatif
pemecahan masalah yang dapat dilakukan.
Keefektifan Perangkat Pembelajaran
1) Analisis Tes Hasil Belajar
Analisis tes hasil belajar menurut lampiran yang terdapat dalam Permendikbud RI
No 53 (2015) tentang panduan penilaian aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan
di SMP menggunakan skala 0 – 100 dengan ketentuan predikat sebagai berikut:
Tabel 4. Konversi Skor dan Predikat Hasil Belajar
Nilai Kompetensi
Sikap
Pengetahuan
(Sangat Baik)
86-100
(Baik)
71-85
(Cukup)
56-70
(Kurang)
≤ 55
(Sumber: Kemendikbud No. 53, 2015)

Keterampilan
86-100
71-85
56-70
≤ 55

Predikat
A
B
C
D

Kompetensi Dasar (KD) pada Kompetensi Inti (KI) 3 dan KI 4 hasil belajar,
dikatakan mencapai ketuntasan secara individu apabila memenuhi Kriteria Ketuntasan
Minimum yang ditetapkan yaitu sebesar 71 dan memiliki predikat minimal B (Baik).
Efektivitas perangkat pembelajaran yang dikembangkan didasarkan pada data hasil
pretest dan posttest untuk mengetahui peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa.
Data tes tersebut dianalisis secara deskriptif kuantitatif menggunakan rumus N-gain.
Besarnya peningkatan atau gain dianalisis dengan menggunakan rumus Hake (1999)
sebagai berikut:

88

Jurnal IPA dan Pembelajaran IPA (JIPI), 1(1): 82-99, Juni 2017
www. jurnal.unsyiah.ac.id/jipi

Keterangan
g
: Nilai
Spost
: Nilai
Spre
: Nilai
Smax
: Nilai

=

gain
posttest
pretest
maksimal






p-ISSN: 2614-0500

− �
− �

Hasil perhitungan N-gain tersebut kemudian dikonversikan dengan kriteria seperti
pada Tabel 5.
Tabel 5. Kriteria Normalized Gain
Skor Normalized Gain

Kriteria Normalized Gain

0,7