PENGARUH BAHASA IBU TERHADAP PRESTASI BE
PENGARUH BAHASA IBU TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA
Bahasa ibu merupakan bahasa yang pertama dikuasai seorang manusia, dan
merupakan cara berfikir pada tahap awal perkembangan diri seseorang. Menurut Didi
Suherdi (2010) Guru Besar Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Pendidikan
Indonesia (UPI), Peran penting bahasa Ibu antara lain
1. Mengembangkan keahlian dalam pembelajaran
2. Melestarikan warisan budaya kelompok etnis
3. Menjamin keadilan bagi anggota yang berasal dari kelompok bahasa yang tidak
dominan.
Pada lingkup pendidikan, bahasa adalah alat kognetif yang paling luas dan
paling kompleks, juga merupakan alat yang digunakan untuk membuat kehadiran
manusia dirasakan dunia untuk membuat keinginannya terungkapkan dan terpenuhi, dan
anak-anak melakukannya dalam Bahasa Ibu mereka (Harison, 2014).
Dalam konteks Indonesia, bahasa ibu identik dengan bahasa daerah. Masyarakat
Indonesia yang berdomisili di daerah perdesaan, kampung, kota kecil, umumnya
menggunakan dua bahasa, yaitu bahasa daerah tempat tinggalnya yang digunakan dalam
kehidupan sosial antar penutur bahasa daerahnya, dan bahasa Indonesia sebagai bahasa
resmi antar warga Negara, walaupun tidak semua penduduk pada daerah tersebut
memahami Bahasa Indonesia dengan baik.
Proses pengajaran dan pembelajaran di sekolah menggunakan Bahasa Ibu
sebagai pengantar suatu pengetahuan, penggunaan bahasa pengantar yang baik dan tepat
memudahkan peserta didik secara pasti memahami pengetahuan yang disampaikan.
Menurut Suherdi (2012), Semakin fasih seseorang berbahasa , makin lancar ia berfikir,
selain itu dapat pula kita simpulkan semakin fasih berbahasa seseorang, semakin lancar
berfikirnya, dan semakin berhasil dia belajar.
Penggunaan Bahasa Ibu sebagai media instruksi diyakini sebagai rute tercepat dan
paling alami mengembangkan dasar yang kuat dalam matematika keaksaraan (Espada,
2012).
Bagi guru yang bertugas di daerah perdesaan, kampung , kota kecil, termasuk
daerah terdepan, terluar, dan terpencil yang terletak di Kabupaten Aceh Besar, beberapa
mengalami masalah pada penggunaan bahasa dalam kegiatan belajar, karena peserta
didik diderah tersebut umumnya menggunakan Bahasa Ibu yaitu Bahasa Aceh dalam
setiap aspek kehidupannya, dan termasuk bahasa yang dominan dituturkan disekolah.
Biasanya siswa kurang menguasai Bahasa Indonesia. Padahal pada kenyataannya
pemerintah mewajibkan penggunaan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa pengantar
disekolah. Sebagaimana pernah diungkapkan Lobya
bahwa Bahasa Ibu berperan
penting dalam pengembangan pendidikan, terutama di daerah terpencil (Cenderawasih
Pos, 2014).
Pendidikan abstrak ketika disampaikan dalam bahasa asing atau bahasa apa pun
yang tidak diucapkan dirumah murid atau di atmosfir sekitar mereka menyebabkan
kesulitan dalam belajar dan pemahamaan , yang menyebabkan kegagalan atau putus
sekolah (Khan, 2016).
Sebuah Penelitian yang mengkaji faktor-faktor pemilihan bahasa Indonesia
sebagai bahasa pertama dalam keluarga masyarakat Aceh penutur bahasa Aceh yang
dilaksanakan pada lima kabupaten/kota dalam wilayah NAD, menemukan fakta
bahwa.
1. Bertutur dengan mitra tutur yang sama sekali tidak mampu berbahasa Indonesia.
Namun, ketika informan dimaksud diwawancarai dengan bahasa Aceh, dia
menjelaskan bahwa pada dasarnya dia mengerti bahasa Indonesia, mengerti
sebagian kecil yang diomongkan oleh mitra tuturnya dengan menggunakan
bahasa Indonesia. Akan tetapi, dia sendiri tidak begitu percaya diri untuk
bertutur menggunakan bahasa Indonesia karena takut salah. Oleh sebab itu, dia
memilih menjawab atau mengomentari omongan mitra tuturnya dengan bahasa
Aceh atau dia sendiri bertanya kepada mitra tuturnya memakai bahasa Aceh
2. Bertutur dengan mitra tutur yang kemampuan bahasa Indonesia cukup terbatas.
Informasi yang didapat dari informan ini adalah bahwa dia mengerti sedikit
kosakata bahasa Indonesia dan berupaya untuk berbahasa Indonesia dengan
mitra tutur yang tidak bisa bahasa Aceh. Akan tetapi, pada banyak pembicaraan,
dia harus menggunakan bahasa Aceh bercampur dengan bahasa Indonesia
(Alamsyah, 2011)
Dari penelitian tersebut dapat diambil suatu gambarkan bahwa walaupun diupayakan
menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa yang pertama dalam keluarga,
Masyarakat Aceh lebih mudah bertutur dan memahami suatu persoalan dengan
menggunakan Bahasa Aceh dari pada Bahasa Indonesia.
Hasil evaluasi Bahasa Ibu sebagai pengantar pendidikan di Northwest Kamerun
juga mengungkapkan bahwa anak-anak kelas satu di ajarkan dalam Bahasa Ibu mereka
yaitu Bahasa Kom berprestasi lebih baik diberbagai mata pelajaran termasuk Bahasa
Inggris dan Matematika, dibandingkan anak-anak yang diajarkan hanya dengan Bahasa
Inggris (Flespsen, A. 2014). Bahasa Ibu telah mengukir ceruk sebagai pendekatan
praktis dan efektif dalam lanskap pendidikan. Ia menawarkan kerangka kerja yang
masuk akal untuk mempersiapkan generasi yang akan datang untuk menjadi lebih baik
dan adaktif (cabansag, 2016).
Masalah yang dipaparkan diatas dicurigai sebagai penyebab peserta didik di
Kabupaten Aceh Besar khususnya di daerah terpencil mengalami kesulitan belajar pada
mata pelajaran matematika dan mata pelajaran lain. Sebagai contoh salah satu sekolah
di Kabupaten Aceh Besar yaitu MTsN Lhoong, hasil ujian semester ganjil siswa kelas
VIII pada tahun ajaran 2015-2016 disekolah tersebut memperoleh nilai dalam rentang
30 – 60 pada mata pelajaran matematika.
METODE
Kenyataan diatas menarik untuk diteliti pada sekolah yang berlokasi di daerah
terpencil, di ambil contoh Siswa MtsN Lhoong Aceh Besar. Apakah benar penyebab
prestasi belajar rendah pada mata pelajaran Matematika di sekolah tersebut karena tidak
digunakannya Bahasa Ibu yaitu Bahasa Aceh sebagai bahasa pengantar pembelajaran
Matematika.
Penelitian ini menggunakan desain penelitian kualitatif. Penggunaan
rancangan atau pendekatan kualitatif dalam penelitian ini berkaitan
dengan jenis data, sumber data, teknik pengumpulan data, dan teknik
pengolahan
data.
Penelitian
ini
memiliki
karakteristik
dikemukakan oleh Lincoln dan Guba (1985:39-43) mengenai
penelitian kualitatif antara lain sebagai berikut:
1. Latar alamiah
sebagaimana
2. Manusia sebagai instrumen
3. Bersifat deskriptif
4. Metode kualitatif
5. Lebih memperhatikan proses daripada hasil
6. Analisis data secara induktif,
7. Desain bersifat sementara
Sumber data penelitian ini adalah
1. Siswa Kelas VII MTsN Lhoong Kabupaten aceh Besar
2. Orang Tua atau wali Siswa
3. Guru mata pelajaran Matematikadi MTsN Lhoong.
Instrumen pengumpulan data penelitian ini berupa pedoman atau lembar
pengamatan,pedoman wawancara, dan alat perekam elektronik tape
recorder. Teknik pengumpulan data mengikuti langkah-langkah sebagai
berikut:
1. Mengamati dan mendata penggunaan bahasa di kalangan siswa
didalam kelas maupun diluar kelas dalam lingkungan sekolah.
2. Melakukan wawancara dengan informan didalam kelas maupun
diluar kelas dalam lingkungan sekolah dan Lingkungan luar sekolah.
Selain itu, wawancara juga dilakukan dengan guru dan orang tua
siswa.
3. Konteks yang melatari setiap fenomena juga merupakan bagian dari
pengamatan. Untuk itu, setiap konteks yang melatari dibuat catatan
khusus sebagai bagian dari catatan lapangan.
Analisis data penelitian ini mulai dilakukan pada saat pengumpulan
data sedang berlangsung. Artinya, data yang sudah terkumpul langsung
dianalisis. Cara ini ditempuh untuk menghindari penumpukan data. Selain
itu, dengan cara ini peneliti dapat dengan mudah melakukan triangulasi
data dengan sumber data. Langkah-langkah analisis data adalah sebagai
berikut:
1. Melakukan pengelompokan data berdasarkan rumusan masalah
2. Membenahi catatan hasil pengamatan dan wawancara
3. Mentranskripsikan data hasil rekaman dengan tape rcorder
4. Melakukan pengecekan keabsahan data dengan nara sumber
5. Membuat simpulan sementara
6. Mendata semua data dan melakukan analisis ulang
7. Membuat simpulan akhir dan rekomendasi hasil temuan
DAFTAR PUSTAKA
Alamsyah, T, dkk. (2011). PEMILIHAN BAHASA INDONESIA SEBAGAI
BAHASA
PERTAMA ANAK DALAM KELUARGA MASYARAKAT ACEH
PENUTUR BAHASA ACEH DI NANGGROE ACEH DARUSSALAM.
Jurnal Pendidikan Bahasa Melayu Malay Language Journal Education
(MyLEJ).
Cabansag, J. N. (2016). THE IMPLEMENTATION OF MOTHER TONGUE-BASED
MULTILINGUAL EDUCATION : SEING IT FROM THE STUKEHOLDERS
PERSPECTIVE. International Jurnal Of English Linguistics 6.5 (2016): 43.
Espada, J. P. (2012). THE NATIVE LANGUAGE IN TEACHING KINDERGARTEN
MATHEMATICS. Jurnal of International Education Research (JIER), 8(4),
359-366.
Harrison, Myra. (2014) Director EducationResources Facility, Goverment of Australia.
Tersedia pada http://auserf.com.au/in-focus/language-and-literacy-2/ (diakses
tanggal 25 0ktober 2016)
Khan, MT. (2016). MOTHER TONGUE AN EFFECTIVE MEDIUM OF
EDUCATION-(EDUCATION, WHICH IS A FACTOR OF HUMAN
CAPITAL DEVELOPMENT). International Journal of information, Businesss
and Management, 8 (3), 207.
Lincoln, I.S. & Guba, E.G. (1985). Naturalistic inquiry. London: Sage
Publication.
Pflespsen, A. 2011. Improving Learning Ou]tcomes through Mother Tongue-Based
Education. North Carolina, USA. RTI International.
Suherdi, Didi (2012) “Rekonstruksi Pendidikan Bahasa”, PenerbitCeltics Press,
Bandung.
Stefhens, J (2007).Teori dan Soal-Soal Statistik. Penerbit Erlangga, Jakarta.
Protasius Lobya, Sekretaris Dinas Pendidikan & Kebudayaan, Provinsi Papua
(Cenderawasih Pos, 3 Oktober 2014)
Makalah Draf Proposal Yang Di Revisi Setelah Presentasikan
PENGARUH BAHASA IBU TERHADAP
PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA
Oleh
LINDA ANDALIA / NIM : 1609200160041
PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN MATEMATIKA
PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM - BANDA ACEH
2016
Bahasa ibu merupakan bahasa yang pertama dikuasai seorang manusia, dan
merupakan cara berfikir pada tahap awal perkembangan diri seseorang. Menurut Didi
Suherdi (2010) Guru Besar Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Pendidikan
Indonesia (UPI), Peran penting bahasa Ibu antara lain
1. Mengembangkan keahlian dalam pembelajaran
2. Melestarikan warisan budaya kelompok etnis
3. Menjamin keadilan bagi anggota yang berasal dari kelompok bahasa yang tidak
dominan.
Pada lingkup pendidikan, bahasa adalah alat kognetif yang paling luas dan
paling kompleks, juga merupakan alat yang digunakan untuk membuat kehadiran
manusia dirasakan dunia untuk membuat keinginannya terungkapkan dan terpenuhi, dan
anak-anak melakukannya dalam Bahasa Ibu mereka (Harison, 2014).
Dalam konteks Indonesia, bahasa ibu identik dengan bahasa daerah. Masyarakat
Indonesia yang berdomisili di daerah perdesaan, kampung, kota kecil, umumnya
menggunakan dua bahasa, yaitu bahasa daerah tempat tinggalnya yang digunakan dalam
kehidupan sosial antar penutur bahasa daerahnya, dan bahasa Indonesia sebagai bahasa
resmi antar warga Negara, walaupun tidak semua penduduk pada daerah tersebut
memahami Bahasa Indonesia dengan baik.
Proses pengajaran dan pembelajaran di sekolah menggunakan Bahasa Ibu
sebagai pengantar suatu pengetahuan, penggunaan bahasa pengantar yang baik dan tepat
memudahkan peserta didik secara pasti memahami pengetahuan yang disampaikan.
Menurut Suherdi (2012), Semakin fasih seseorang berbahasa , makin lancar ia berfikir,
selain itu dapat pula kita simpulkan semakin fasih berbahasa seseorang, semakin lancar
berfikirnya, dan semakin berhasil dia belajar.
Penggunaan Bahasa Ibu sebagai media instruksi diyakini sebagai rute tercepat dan
paling alami mengembangkan dasar yang kuat dalam matematika keaksaraan (Espada,
2012).
Bagi guru yang bertugas di daerah perdesaan, kampung , kota kecil, termasuk
daerah terdepan, terluar, dan terpencil yang terletak di Kabupaten Aceh Besar, beberapa
mengalami masalah pada penggunaan bahasa dalam kegiatan belajar, karena peserta
didik diderah tersebut umumnya menggunakan Bahasa Ibu yaitu Bahasa Aceh dalam
setiap aspek kehidupannya, dan termasuk bahasa yang dominan dituturkan disekolah.
Biasanya siswa kurang menguasai Bahasa Indonesia. Padahal pada kenyataannya
pemerintah mewajibkan penggunaan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa pengantar
disekolah. Sebagaimana pernah diungkapkan Lobya
bahwa Bahasa Ibu berperan
penting dalam pengembangan pendidikan, terutama di daerah terpencil (Cenderawasih
Pos, 2014).
Pendidikan abstrak ketika disampaikan dalam bahasa asing atau bahasa apa pun
yang tidak diucapkan dirumah murid atau di atmosfir sekitar mereka menyebabkan
kesulitan dalam belajar dan pemahamaan , yang menyebabkan kegagalan atau putus
sekolah (Khan, 2016).
Sebuah Penelitian yang mengkaji faktor-faktor pemilihan bahasa Indonesia
sebagai bahasa pertama dalam keluarga masyarakat Aceh penutur bahasa Aceh yang
dilaksanakan pada lima kabupaten/kota dalam wilayah NAD, menemukan fakta
bahwa.
1. Bertutur dengan mitra tutur yang sama sekali tidak mampu berbahasa Indonesia.
Namun, ketika informan dimaksud diwawancarai dengan bahasa Aceh, dia
menjelaskan bahwa pada dasarnya dia mengerti bahasa Indonesia, mengerti
sebagian kecil yang diomongkan oleh mitra tuturnya dengan menggunakan
bahasa Indonesia. Akan tetapi, dia sendiri tidak begitu percaya diri untuk
bertutur menggunakan bahasa Indonesia karena takut salah. Oleh sebab itu, dia
memilih menjawab atau mengomentari omongan mitra tuturnya dengan bahasa
Aceh atau dia sendiri bertanya kepada mitra tuturnya memakai bahasa Aceh
2. Bertutur dengan mitra tutur yang kemampuan bahasa Indonesia cukup terbatas.
Informasi yang didapat dari informan ini adalah bahwa dia mengerti sedikit
kosakata bahasa Indonesia dan berupaya untuk berbahasa Indonesia dengan
mitra tutur yang tidak bisa bahasa Aceh. Akan tetapi, pada banyak pembicaraan,
dia harus menggunakan bahasa Aceh bercampur dengan bahasa Indonesia
(Alamsyah, 2011)
Dari penelitian tersebut dapat diambil suatu gambarkan bahwa walaupun diupayakan
menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa yang pertama dalam keluarga,
Masyarakat Aceh lebih mudah bertutur dan memahami suatu persoalan dengan
menggunakan Bahasa Aceh dari pada Bahasa Indonesia.
Hasil evaluasi Bahasa Ibu sebagai pengantar pendidikan di Northwest Kamerun
juga mengungkapkan bahwa anak-anak kelas satu di ajarkan dalam Bahasa Ibu mereka
yaitu Bahasa Kom berprestasi lebih baik diberbagai mata pelajaran termasuk Bahasa
Inggris dan Matematika, dibandingkan anak-anak yang diajarkan hanya dengan Bahasa
Inggris (Flespsen, A. 2014). Bahasa Ibu telah mengukir ceruk sebagai pendekatan
praktis dan efektif dalam lanskap pendidikan. Ia menawarkan kerangka kerja yang
masuk akal untuk mempersiapkan generasi yang akan datang untuk menjadi lebih baik
dan adaktif (cabansag, 2016).
Masalah yang dipaparkan diatas dicurigai sebagai penyebab peserta didik di
Kabupaten Aceh Besar khususnya di daerah terpencil mengalami kesulitan belajar pada
mata pelajaran matematika dan mata pelajaran lain. Sebagai contoh salah satu sekolah
di Kabupaten Aceh Besar yaitu MTsN Lhoong, hasil ujian semester ganjil siswa kelas
VIII pada tahun ajaran 2015-2016 disekolah tersebut memperoleh nilai dalam rentang
30 – 60 pada mata pelajaran matematika.
METODE
Kenyataan diatas menarik untuk diteliti pada sekolah yang berlokasi di daerah
terpencil, di ambil contoh Siswa MtsN Lhoong Aceh Besar. Apakah benar penyebab
prestasi belajar rendah pada mata pelajaran Matematika di sekolah tersebut karena tidak
digunakannya Bahasa Ibu yaitu Bahasa Aceh sebagai bahasa pengantar pembelajaran
Matematika.
Penelitian ini menggunakan desain penelitian kualitatif. Penggunaan
rancangan atau pendekatan kualitatif dalam penelitian ini berkaitan
dengan jenis data, sumber data, teknik pengumpulan data, dan teknik
pengolahan
data.
Penelitian
ini
memiliki
karakteristik
dikemukakan oleh Lincoln dan Guba (1985:39-43) mengenai
penelitian kualitatif antara lain sebagai berikut:
1. Latar alamiah
sebagaimana
2. Manusia sebagai instrumen
3. Bersifat deskriptif
4. Metode kualitatif
5. Lebih memperhatikan proses daripada hasil
6. Analisis data secara induktif,
7. Desain bersifat sementara
Sumber data penelitian ini adalah
1. Siswa Kelas VII MTsN Lhoong Kabupaten aceh Besar
2. Orang Tua atau wali Siswa
3. Guru mata pelajaran Matematikadi MTsN Lhoong.
Instrumen pengumpulan data penelitian ini berupa pedoman atau lembar
pengamatan,pedoman wawancara, dan alat perekam elektronik tape
recorder. Teknik pengumpulan data mengikuti langkah-langkah sebagai
berikut:
1. Mengamati dan mendata penggunaan bahasa di kalangan siswa
didalam kelas maupun diluar kelas dalam lingkungan sekolah.
2. Melakukan wawancara dengan informan didalam kelas maupun
diluar kelas dalam lingkungan sekolah dan Lingkungan luar sekolah.
Selain itu, wawancara juga dilakukan dengan guru dan orang tua
siswa.
3. Konteks yang melatari setiap fenomena juga merupakan bagian dari
pengamatan. Untuk itu, setiap konteks yang melatari dibuat catatan
khusus sebagai bagian dari catatan lapangan.
Analisis data penelitian ini mulai dilakukan pada saat pengumpulan
data sedang berlangsung. Artinya, data yang sudah terkumpul langsung
dianalisis. Cara ini ditempuh untuk menghindari penumpukan data. Selain
itu, dengan cara ini peneliti dapat dengan mudah melakukan triangulasi
data dengan sumber data. Langkah-langkah analisis data adalah sebagai
berikut:
1. Melakukan pengelompokan data berdasarkan rumusan masalah
2. Membenahi catatan hasil pengamatan dan wawancara
3. Mentranskripsikan data hasil rekaman dengan tape rcorder
4. Melakukan pengecekan keabsahan data dengan nara sumber
5. Membuat simpulan sementara
6. Mendata semua data dan melakukan analisis ulang
7. Membuat simpulan akhir dan rekomendasi hasil temuan
DAFTAR PUSTAKA
Alamsyah, T, dkk. (2011). PEMILIHAN BAHASA INDONESIA SEBAGAI
BAHASA
PERTAMA ANAK DALAM KELUARGA MASYARAKAT ACEH
PENUTUR BAHASA ACEH DI NANGGROE ACEH DARUSSALAM.
Jurnal Pendidikan Bahasa Melayu Malay Language Journal Education
(MyLEJ).
Cabansag, J. N. (2016). THE IMPLEMENTATION OF MOTHER TONGUE-BASED
MULTILINGUAL EDUCATION : SEING IT FROM THE STUKEHOLDERS
PERSPECTIVE. International Jurnal Of English Linguistics 6.5 (2016): 43.
Espada, J. P. (2012). THE NATIVE LANGUAGE IN TEACHING KINDERGARTEN
MATHEMATICS. Jurnal of International Education Research (JIER), 8(4),
359-366.
Harrison, Myra. (2014) Director EducationResources Facility, Goverment of Australia.
Tersedia pada http://auserf.com.au/in-focus/language-and-literacy-2/ (diakses
tanggal 25 0ktober 2016)
Khan, MT. (2016). MOTHER TONGUE AN EFFECTIVE MEDIUM OF
EDUCATION-(EDUCATION, WHICH IS A FACTOR OF HUMAN
CAPITAL DEVELOPMENT). International Journal of information, Businesss
and Management, 8 (3), 207.
Lincoln, I.S. & Guba, E.G. (1985). Naturalistic inquiry. London: Sage
Publication.
Pflespsen, A. 2011. Improving Learning Ou]tcomes through Mother Tongue-Based
Education. North Carolina, USA. RTI International.
Suherdi, Didi (2012) “Rekonstruksi Pendidikan Bahasa”, PenerbitCeltics Press,
Bandung.
Stefhens, J (2007).Teori dan Soal-Soal Statistik. Penerbit Erlangga, Jakarta.
Protasius Lobya, Sekretaris Dinas Pendidikan & Kebudayaan, Provinsi Papua
(Cenderawasih Pos, 3 Oktober 2014)
Makalah Draf Proposal Yang Di Revisi Setelah Presentasikan
PENGARUH BAHASA IBU TERHADAP
PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA
Oleh
LINDA ANDALIA / NIM : 1609200160041
PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN MATEMATIKA
PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM - BANDA ACEH
2016