PERLINDUNGAN DAN PENEGAKKAN HAK ASASI M (1)

MAKALAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
“PERLINDUNGAN DAN PENEGAKKAN HAK ASASI MANUSIA”
Disusun Guna Memenuhi Tugas Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan
Dosen Pengampu : Budi Mulyono, S.H.

Disusun Oleh :
Daniel Eka B

(12804241040)

Martini

(12804241041)

Indah Sri Utami

(12804241042 )

PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2013

1

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan limpahan Rahmat dan
Ridho-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Perlindungan dan
Penegakkan Hak Asasi Manusia” ini dengan baik dan selesai tepat pada waktunya.
Dalam kesempatan ini tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang
telah mendorong kami untuk menyelesaikan makalah ini baik secara langsung ataupun
tidak langsung. Pihak-pihak tersebut antara lain :
1. Bapak Budi Mulyono selaku pengampu mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan
yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan.
2. Orang tua kami yang senantiasa memberi dukungan serta doa.
3. Rekan-rekan sejurusan Pendidikan Ekonomi yang telah banyak memberi saran dan
masukan.
Selanjutnya, perlu kami sampaikan bahwa dalam penyusunan makalah ini mungkin
terdapat kesalahan atau kekurangan yang datangnya dari kami sendiri sebagai manusia,
untuk itu kritik dan juga saran senantiasa akan kami terima demi tercapainya makalah yang
lebih baik lagi.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca ataupun bagi kami sendiri selaku
penulis.

Yogyakarta, 17 September 2013
Penyusun

2

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................1
KATA PENGANTAR.............................................................................................. 2
DAFTAR ISI............................................................................................................. 3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah.......................................................................................... 4
C. Tujuan Penulisan............................................................................................ 4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian dari hak asasi manusia.................................................................. 5

B. Konsep dan prinsip hak asasi manusia........................................................... 7
C. Dasar hukum yang melandasi ditegakkannya hak asasi manusia.................. 9
D. Landasan hukum penegakkan hak asasi manusia dalam UUD’45................. 10
E. Bentuk-bentuk penindasan terhadap hak asasi manusia................................ 12
F. kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi di Indonesia pada masa
orde lama, orde baru, dan reformasi.............................................................. 13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan..................................................................................................... 17
B. Daftar pustaka................................................................................................. 19
C. Lampiran........................................................................................................ 20

3

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hak merupakan unsur normatif yang melekat pada diri setiap manusia yang dalam
penerapannya berada pada ruang lingkup hak persamaan dan hak kebebasan yang terkait
dengan interaksinya antara individu atau dengan instansi. Hak juga merupakan sesuatu

yang harus diperoleh. Masalah HAM adalah sesuatu hal yang sering kali dibicarakan dan
dibahas terutama dalam era reformasi ini. HAM lebih dijunjung tinggi dan lebih
diperhatikan dalam era reformasi dari pada era sebelum reformasi. Perlu diingat bahwa
dalam hal pemenuhan hak, kita hidup tidak sendiri dan kita hidup bersosialisasi dengan
orang lain. Jangan sampai kita melakukan pelanggaran HAM terhadap orang lain dalam
usaha perolehan atau pemenuhan HAM pada diri kita sendiri. Dalam hal ini penulis
merasa tertarik untuk membuat makalah tentang HAM. Maka dengan ini penulis
mengambil judul “Perlindungan dan penegakkan Hak Asasi Manusia”.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari hak asasi manusia?
2. Apa saja konsep dan prinsip hak asasi manusia?
3. Apa dasar hukum yang melandasi ditegakkannya hak asasi manusia?
4. Apa landasan hukum penegakkan hak asasi manusia dalam UUD’45?
5. Apa saja bentuk-bentuk penindasan terhadap hak asasi manusia?
6. Apa saja kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi di Indonesia pada masa
orde lama, orde baru, dan reformasi?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari hak asasi manusia
2. Mengetahui konsep dan prinsip hak asasi manusia
3. Mengetahui dasar hukum yang melandasi ditegakkannya hak asasi manusia

4. Mengetahui landasan hukum penegakkan hak asasi manusia dalam UUD’45
5. Mengetahui bentuk-bentuk penindasan terhadap hak asasi manusia
6. Mengetahui kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi di Indonesia pada
masa orde lama, orde baru, dan reformasi

4

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian dari Hak Asasi Manusia
Hak asasi manusia adalah hak dasar yang dimiliki oleh setiap manusia sebagai
anugerah Tuhan Yang Maha Esa yang tidak dapat diganggu gugat keberadaannya. Hak-hak
tersebut telah dibawa sejak lahir dan melekat pada diri manusia sebagai makhluk Tuhan.
Setiap manusia memiliki derajat dan martabat yang sama. Pada masa yang lalu, manusia
belum mengakui akan adanya derajat manusia yang lain sehingga mengakibatkan
terjadinya penindasan antara manusia yang satu dengan yang lainnya. Contoh yang paling
kongkret dapat dilihat pada penjajahan dari satu bangsa ke bangsa yang lain. Indonesia
yang dijajah dengan sangat tidak berperikemanusiaan oleh kaum kolonialisme dengan
menindas, dan menyengsarakan bangsa ini. Sehingga, dilakukan perjuangan terus menerus
untuk tetap mempertahankan hak asasi manusia yang dimilikinya.

Istilah hak asasi manusia itu sendiri bermula dari Barat yang dikenal dengan right of
man untuk menggantikan natural right. Karena istilah right of man tidak mencakup right
of women maka oleh Eleanor Roosevelt diganti dengan istilah human right yang lebih
universal dan netral. Istilah natural right berasal dari konsep John Locke mengenai hakhak alamiah manusia. John Locke mengambarkan bahwa kehidupan manusia yang asli
sebelum manusia bernegara (state of nature) memiliki hak-hak dasar perorangan yang
alami. Hak-hak alami tersebut meliputi hak untuk hidup, hak kemerdekaan dan hak milik.
Jika berdasarkan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia,
dinyatakan bahwa hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat
dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan
anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara hukum,
pemerintahan, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat
manusia. Hak asasi manusia yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999,
adalah (Winarno: 2008):
1. Hak untuk hidup,
2. Hak untuk berkeluarga,
3. Hak mengembangkan diri,
4. Hak keadilan,
5. Hak kemerdekaan,
6. Hak berkomunikasi,
7. Hak keamanan,

5

8. Hak kesejahteraan,
9. Hak perlindungan.
Berdasarkan pengertian hak asasi manusia, ciri pokok dari hakikat hak asasi manusia
adalah:
1. Hak asasi manusia tidak perlu diberikan, dibeli ataupun diwarisi. Hak asasi
manusia adalah bagian dari manusia secara otomatis
2. Hak asasi manusia berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis kelamin,
asal usul, ras, agama, etnik, dan pandangan politik.
3. Hak asasi manusia tidak boleh dilanggar. Tidak seorang pun mempunyai hak untuk
membatasi atau melanggar hak orang lain. Orang tetap memiliki hak asasi manusia
meskipun sebuah negara membuat hukum yang tidak melindungi bahkan
melanggar hak asasi manusia.
Hak asasi manusia merupakan sebuah hal yang menjadi keharusan dari sebuah negara
untuk menjaminnya dalam konstitusinya. Melalui Deklarasi Universal HAM 10 Desember
1948 merupakan tonggak bersejarah berlakunya penjaminan hak mengenai manusia
sebagai manusia. Naskah tersebut merupakan pernyataan sedunia tentang hak-hak asasi
manusia, sehingga tanggal 10 Desember sering diperingati sebagai hari hak asasi manusia.
Isi pokok deklarasi tersebut tertuang pada Pasal 1 yang menyatakan bahwa “Sekalian

orang dilahirkan merdeka dan mempunyai martabat dan hak-hak yang sama. Mereka
dikaruniai akal dan budi, hendaknya bergaul satu sama lain dalam persaudaraan”. Hakhak yang diatur menurut Piagam PBB tentang deklarasi Universal of Human Rights 1948
itu adalah ( Sunarso: 2008):
1. Hak berpikir dan mengeluarkan pendapat,
2. Hak memiliki sesuatu,
3. Hak mendapat pendidikan dan pengajaran,
4. Hak mendapatkan aliran kepercayaan atau agama,
5. Hak untuk hidup,
6. Hak untuk kemerdekaan hidup,uk
7. Hak untuk memperoleh nama baik,
8. Hak untuk memperoleh pekerjaan,
9. Hak untuk mendapatkan perlindungan hukum.
Sedangkan hak asasi manusia meliputi berbagai bidang, sebagai berikut:
1. Hak asasi pribadi (Personal Rights), missal, hak kemerdekaan, hak menyetakan
pendapat dan hak memeluk agama.
6

2. Hak asasi politik (Political Rights), yaitu hak untuk diakui sebagai warga negara.
Misalnya, memilih, dipilih, hak berserikat dan hak berkumpul.
3. Hak asasi ekonomi (Property Rights), missal, hak memiliki sesuatu, hak

mengadakan perjanjian, hak bekerja dan hak mendapat hidup layak.
4. Hak asasi social dan kebudayaan (Social and Cultural Rights), misal, mendapat
pendidikan, hak mendapat santunan, hak mengembangkan kebudayaan, hak
berekspresi.
5. Hak untuk mendapatkan pengakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan
(Rights of Legal Equality).
6. Hak untuk mendapat perlakuan yang sama dalam tata cara peradilan dan
perlindungan (Procedural Rights).
Pengakuan terhadap HAM memiliki dua landasan, sebagai berikut.
1. Landasan yang langsung dan pertama, yakni kodrat manusia. Kodrat manusia
adalah sama derajat dan martabatnya. Semua manusia adalah sederajat tanpa
membedakan ras, agama, suku, bangsa dan sebagainya.
2. Landasan yang kedua dan lebih mendalam: Tuhan menciptakan manusia. Semua
manusia adalah makhluk dari pencipta yang sama yaitu Tuhan Yang Maha Esa
sehingga di hadapan Tuhan manusia adalah sama.
Dengan demikian, kesadaran manusia akan hak asasi manusia itu ada, karena
pengakuan atas harkat dan martabat yang sama. Selama manusia belum mengkui adanya
persamaan harkat dan martabat manusia maka hak asasi manusia belum bisa ditegakkan.
Bila hak asasi belum bisa ditegakkan maka akan terus terjadi pelanggaran dan penindasan
akan HAM, baik oleh masyarakat bangsa maupun pemerintah suatu negara.

B. Prinsip Hak Asasi Manusia
Prinsip-Prinsip Hak Asasi Manusia, sebagai berikut:
1.

Bersifat Universal (universality)
Beberapa moral dan nilai-nilai etik tersebar di seluruh dunia. Negara dan masyarakat
di seluruh dunia seharusnya memahami dan menjunjung tinggi hal ini. Universalitas
hak berarti bahwa hak tidak dapat berubah atau hak tidak dialami dengan cara yang
sama oleh semua orang

2.

Martabat Manusia (human dignity)
Hak asasi merupakan hak yang melekat, dan dimiliki setiap manusia di dunia. Prinsip
HAM ditemukan pada pikiran setiap individu, tanpa memperhatikan umur, budaya,
7

keyakinan, etnis, ras, jender, orienasi seksual, bahasa, kemampuan atau kelas sosial.
setiap manusia, oleh karenanya, harus dihormati dan dihargai hak asasinya.
Konsekuensinya, semua orang memiliki status hak yang sama dan sederajat dan tidak

bisa digolong-golongkan berdasarkan tingkatan hirarkis
3.

Kesetaraan (equality)
Konsep kesetaraan mengekspresikan gagasan menghormati martabat yang melekat
pada setiap manusia. Secara spesifik pasal 1 DUHAM menyatakan bahwa : setiap
umat manusia dilahirkan merdeka dan sederajat dalam harkat dan martabatnya.

4.

Non diskriminasi (non-discrimination)
Non diskriminasi terintegrasi dalam kesetaraan. Prinsip ini memastikan bahwa tidak
seorangpun dapat meniadakan hak asasi orang lain karena faktor-faktor luar, seperti
misalnya ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, politik atau pandangan
lainnya, kebangsaan, kepemilikan, status kelahiran atau lainnya

5.

Tidak dapat dicabut (inalienability)
Hak-hak individu tidak dapat direnggut, dilepaskan dan dipindahkan.

6.

Tak bisa dibagi (indivisibility)
HAM-baik hak sipil, politik, sosial, budaya, ekonomi-semuanya bersifat inheren, yaitu
menyatu dalam harkat martabat manusia. Pengabaian pada satu hak akan
menyebabkan pengabaian terhadap hak-hak lainnya. Hak setiap orang untuk bisa
memperoleh penghidupan yang layak adalah hak yang tidak bisa ditawar-tawar lagi:
hak tersebut merupakan modal dasar bagi setiap orang agar mereka bisa menikmati
hak-hak lainnya seperti hak atas kesehatan atau hak atas pendidikan.

7.

Saling berkaitan dan bergantung (interrelated and interdependence)
Pemenuhan dari satu hak seringkali bergantung kepada pemenuhan hak lainnya, baik
secara keseluruhan maupun sebagian. Contohnya, dalam situasi tertentu, hak atas
pendidikan atau hak atas informasi adalah saling bergantung satu sama lain. Oleh
karena itu pelanggaran HAM saling bertalian; hilangnya satu hak mengurangi hak
lainnya.

8.

Tanggung jawab negara (state responsibility)
Negara dan para pemangku kewajiban lainnya bertanggung jawab untuk menaati hak
asasi. Dalam hal ini, mereka harus tunduk pada norma-norma hukum dan standar yang
tercantum di dalam instrumen-instrumen HAM. Seandainya mereka gagal dalam
melaksanakan tanggung jawabnya, pihak-pihak yang dirugikan berhak untuk
mengajukan tuntutan secara layak, sebelum tuntutan itu diserahkan pada sebuah
8

pengadilan yang kompeten atau adjudikator (penuntu) lain yang sesuai dengan aturan
dan prosedur hukum yang berlaku.
C.

Dasar Hukum yang Melandasi Ditegakkannya Hak Asasi Manusia
Latar belakang sejarah hak asasi manusia, pada hakikatnya, muncul karena inisiatif

manusia terhadap harga diri dan martabatnya, sebagai akibat tindakan sewenang-wenang
dari penguasa, penjajahan, perbudakan, ketidakadilan, dan kezaliman (tirani). Selanjutnya
perkembangan upaya penegakan hak asasi manusia mulai bermunculan di negara-negara
eropa dan amerika sampai dikeluarkannya Atlantic Charter pada masa Perang Dunia II
oleh F.D. Roosevelt dengan istilah The Four Freedom-nya.
Penegakan HAM di dunia internasional semakin banyak dan diperkuat dengan
dirumuskannya naskah Universal Declaration Of Human Right pada tanggal 10 Desember
1948, yang berisi tentang hak-hak asasi manusia, sehingga pada tanggal 10 Desember
sering diperingati sebagai hari hak asasi manusia.
Isi pokok dari deklarasi tersebut tertuang dalam Pasal 1 yang menyatakan “Sekalian
orang dilahirkan merdeka dan mempunyai marabat dan hakhak yang sama. Mereka
dikaruniai akal dan budi, dan hendaknya bergaul satu sama lain dalam persaudaraan.”
(dalam Sunarso: 2008).
Berbagai deklarasi tentang penegakan HAM di berbagai bidang muncul sebagai hasil
Sidang Majelis Umum PBB tahun 1966 yang kemudian dijadikan landasan penegakan
hokum secara internasional yang kemudian diratifikasi ke dalam undang-undang sebagian
besar negara anggota PBB. Deklarasi-deklarasai tersebut antara lain sebagai berikut
(Kusumaatmadja: 2003):
1. Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan (Convention
on the Elimination of All Forms of Discrimination against Women)
2. Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik (International Covenant on Civil
and Political Rights)
3. Kovenan Internasional tentang Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya (International
Covenant on Economic, Social dan Cultural Rights)
4. Konvensi Genosida (Convention on the Prevention and Punishment of the Crime of
Genocide)
5. Konvensi Menentang Penyiksaan (Convention against Torture and Other Cruel,
Inhuman or Degrading Treatment or Punishment)

9

6. Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminsasi Rasial (International Convention
on the Elimination of All Forms of Racial Discrimination)
7. Konvensi Hak Anak (Convention on the Rights of the Child)
8. Konvensi Mengenai Status Pengungsi (Convention relating to the Status of Refugees)
9. Pedoman Berperilaku bagi Penegak Hukum (Code of Conduct for Law Enforcement
Officials).
Terdapat pula beberapa instrumen hukum yang tidak mengikat seperti:
1. Prinsip-Prinsip Dasar Mengenai Penggunaan Kekerasan dan Senjata Api (Basic
Principles on the Use of Force and Firearms by Law Enforcement Officials)
2. Deklarasi Mengenai Penghilangan Paksa (Declaration on the Protection of All Persons
from Enforced Disappearance)
3. Deklarasi Penghapusan Diskriminasi terhadap Perempuan (Declaration on the
Elimination of Violence against Women)
4. Deklarasi Mengenai Pembela HAM (Declaration on Human Rights Defender)
5. Prinsip-prinsip tentang Hukuman Mati yang Tidak Sah, Sewenang-sewenang dan Sumir
(Principles on the Effective Prevention and Investigation of Extra-legal, Arbitrary and
Summary Executions )
D. Landasan Hukum Penegakkan Hak Asasi Manusia Dalam UUD’45
Pengakuan HAM di Indonesia sebagai hak dasar manusia sebagai makhluk Tuhan
telah lebih dulu ada dibandingkan dengan Deklarasi Universal PBB yang lahir pada
tanggal 10 Desember 1948. Pengakuan tersebut tercantum dalam Undang-Undang Dasar
1945 dan peraturan perundang-undangan lainnya adalah sebagai berikut (Winarno: 2008):
1. Pembukaan UUD45 Alinea Pertama
Dalam alinea pertama yang berbunyi “…Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu adalah
hak segala bangsa…” maka dapat disimpulkan bahwa bangsa Indonesia telah mengakui
adanya hak untuk merdeka dan mendapatkan kebebasan.
2. Pembukaan UUD’45 Alinea Keempat
Dalam alinea keempat memuat lima sila Pancasila, salah satunya yaitu sila kedua yang
berbunyi “Kemanusian yang adil dan beradab”. Sila kedua Pancasila tersebut
merupakan landasan idiil akan pengakuan dan jaminan hak asasi manusia di Indonesia.
3. Batang Tubuh UUD’45
Pada masa orde baru rumusan hak-hak asasi manusia diatur dari Pasal 27 sampai Pasal
34 UUD’45. Selanjutnya setelah masa reformasi dikarenakan rumusan tentang HAM
10

pada masa orde hanya disusun secara garis besar saja, setelah terjadi amandemen
pertama UUD’45, pasal yang mengatur tentang HAM tertuang pada beberapa Pasal
sebagai berikut:
Pasal 27 tentang hak kesamaan derajat di mata hokum, hak atas pekerjan dan
penghidupan yang layak, serta hak bela negara
Pasal 28 tentang hak berserikat dan berkumpul serta mengeluarkan pendapat
Pasal 28 A tentang hak untuk hidup dan mempertahankan hidup dan kehidupannya
Pasal 28 B tentang hak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan
Pasal 28 C tentang hak mengembangkan diri
Pasal 28 D tentang hak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian hukum,
berkerja, memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan, dan status
kewarganegaraan.
Pasal 28 E tentang hak memeluk dan beribadah menurut agamanya, memilih
pendidikan, pekerjaan, kewarganegaraan, tempat tinggal, meninggalkan dan kembali
ke wilayah negara.
Pasal 28 F tentang hak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi.
Pasal 28 G tentang hak atas perlindung pribadi, keluarga, kehormatan, martabat,
harta benda, rasa aman, ancaman ketakutan, penyiksaan atau perlakuan
merendahkan, dan suaka politik dari negara lain.
Pasal 28 H tentang hak hidup sejahtera lahir dan batin, tempat tinggal, mendapat
lingkungan hidup, layanan kesehatan, kemudahan dan perlakuan khusus untuk
memdapat kesempatan dan manfaat yang sama, imbalan jaminan social, dan hak
milik pribadi.
Pasal 28 I tentang pengukuhan kesolid-an hak asasi manusia, bebas dari perlakuan
diskriminatif, perlindungan dari tindakan diskriminatif, penghormatan identitas
budaya dan masyarakat tradisional, tanggung jawab pemerintah atas HAM, dan
penguatan jaminan HAM dalam peraturan perundang-undangan.
Pasal 28 J tentang menghormati HAM orang lain, dan setiap warga negara tunduk
pada undang-undang yang menjamin terlaksananya hak orang lain.
Pasal 29 tentang jaminan memeluk agamanya masing-masing dan beribadat.
Pasal 30 ayat 1 tentang hak dan kewajiban dalam usaha pertahanan dan keamanan
negara.

11

Pasal 31 tentang hak dan kewajiban mendapatkan pendidikan, serta pemerintah wajib
membiayainya.
Pasal 32 ayat 1 tentang pemajuan kebudayaan nasional dan jaminan kebebasan
memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budaya.
Pasal 33 tentang perekonomian berdasarkan asas kekeluargaan; cabang produksi
yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara; bumi, air, dan
kekayaan alam yang ada dalam wilyah negara dikuasai oleh negara dan digunakan
sepenuhnya untuk kemakmuran rakyat.
Pasal 34 tentang fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara.
4. Peraturan perundang-undangan
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang hak asasi manusia
Adapun hak-hak asasi manusia yang tertuang antara lain sebagai berikut:
-

Hak untuk hidup (Pasal 4)

-

Hak untuk berkeluarga (Pasal 10)

-

Hak untuk mengembangkan diri (Pasal 11-16)

-

Hak untuk memperoleh keadilan (Pasal 17-19)

-

Hak atas kebebasan pribadi (Pasal 20-27)

-

Hak atas rasa aman (Pasal 28-35)

-

Hak atas kesejahteraan (Pasal 36-42)

-

Hak turut serta dalam pemerintahan (Pasal 43-44)

-

Hak wanita (Pasal 45-51)

-

Hak anak (Pasal 52-66)

Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM
E. Bentuk-Bentuk Penindasan terhadap Hak Asasi Manusia
Pelanggaran HAM dikategorikan dalam dua jenis, yaitu (UU No. 26 Tahun 2000
tentang Pengadilan HAM):
1. Kasus pelangaran HAM berat
Pembunuhan genosida
Setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk menghancurkan atau
memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok bangsa, ras, kelompok etnis,
kelompok agama dengan cara:
-

Membunuh anggota kelompok

12

-

Mengakibatkan penderitaan fisik atau mental yang berat terhadap anggotaanggota kelompok

-

Menciptakan

kondisi

kehidupan

kelompok

yang

akan

mengakibatkan

kemusnahan secara fisik baik seluruh atau sebagiannya
-

Memaksakan tindakan-tindakan yang bertujuan untuk mencegah kelahiran
didalam kelompok

-

Memindahkan secara paksa anak-anak dari kelompok tertentu ke kelompok lain

Kejahatan kemanusiaan
Salah satu perbuatan yang dilakukan sebagai bagian dari serangan yang meluas atau
sistematik yang diketahuinya bahwa serangan tersebut ditujukan secara langsung
terhadap penduduk sipil, berupa:
- Pembunuhan
- Pemusnahan
- Perbudakan
- Pengusiran atau pemindahan penduduk secara paksa
- Perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain secara sewenangwenang yang melanggar ketentuan hukum internasional
- Penyiksaan
- Perkosaan, perbudakan seksual, pelacuran secara paksa, pemaksaan kehamilan,
pemandulan atau sterilisasi secara paksa tau bentuk-bentuk kekerasan seksual
lain yang setara
- Penganiayaan terhadap suatu kelompok tertentu atau perkumpulan yang didasari
persamaan paham politik, ras, kebangsaan, etnis, budaya, agama, jenis kelamin
atau alasan lai yang telah diakui secara universal sebagai hal yang dilarang
menurut hukum internasional
- Penghilangan orang secara paksa
- Kejahatan apartheid
2. Kasus Pelanggaran HAM ringan/ biasa
Kasus pelanggaran HAM yang biasa, meliputi:
-

Pemukulan

-

Penganiayaan

-

Pencemaran nama baik

-

Menghalangi orang untuk mengekspresikan pendapatnya

-

Menghilangkan nyawa orang lain
13

F. Kasus Pelanggaran Hak Asasi Manusia yang Terjadi Di Indonesia pada Masa
Orde Lama, Orde Baru, dan Reformasi
1. Kasus pelanggaran hak asasi manusia pada masa orde lama
 Diskriminasi Etnis Tionghoa pada era 1959-1960
Pengejaran terhadap orang-orang Tionghoa ketika itu merupakan bagian dari
pelaksanaan serta pengembangan politik anti-Tionghoa pada 1956. Konsep
pemikiran dari pemerintah mengenai nasionalisasi perusahaan telah sangat
meminggirkan usaha milik orang-orang etnis Tionghoa.
Pada 14 Mei 1959 pemerintah mengeluarkan PP No. 10/1959 yang isinya
menetapkan bahwa semua usaha dagang kecil milik orang asing di tingkat desa
tidak diberi izin lagi setelah 31 desember 1959. Sebagai akibat dari PP No. 10/1959
itu, selama tahun 1960-1961 tercatat lebih dari 100.000 orang Tionghoa
meninggalkan Indonesia ( Ananta Toer: 1998 dalam Nur’aini: 2006).
 Pembantaian Rawa Gede
Peristiwa ini merupakan pelanggaran HAM berupa penembakan beserta
pembunuhan terhadap penduduk kampung Rawagede (sekarang Desa Balongsari,
Rawamerta, Karawang, Jawa Barat) oleh tentara Belanda pada tanggal 9 Desember
1947 diiringi dengan dilakukannya Agresi Militer Belanda I. Puluhan warga sipil
terbunuh oleh tentara Belanda yang kebanyakan dibunuh tanpa alasan yang jelas.
Pada 14 September 2011, Pengadilan Den Haag menyatakan bahwa pemerintah
Belanda bersalah dan harus bertanggung jawab. Pemerintah Belanda harus
membayar ganti rugi kepada para keluarga korban pembantaian Rawagede.
2. Kasus pelanggaran hak asasi manusia pada masa orde baru
Pelanggaran ham berat pada Peristiwa G30S-PKI
Peritiwa G30S PKI adalah peristiwa dimana beberapa jenderal dan perwira TNI
menjadi sasaran penculikan dan pembunuhan secara sadis pada malam 30
September sampai 1 Oktober tahun 1965. Dalam catatan sejarah, pelaku dari
peritiwa G 30 S PKI adalah para anggota PKI (Partai Komunis Indonesia).
Ketika itu para jenderal dan perwira TNI dibunuh dan disiksa secara sadis, kecuali
AH. Nasution yang berhasil meloloskan diri, tetapi yang menjadi korban adalah
putrinya, Ade Irma Suryani Nasution dan ajudannya Lettu Pierre Tendean.

14

 Penculikan Aktivis 1997/1998
Salah satu kasus pelanggaran HAM di Indonesia yaitu kasus penculikan aktivis
1997/1998. Kasus penculikan dan penghilangan secara paksa para aktivis prodemokrasi, sekitar 23 aktivis pro-demokrasi diculik. Peristiwa ini terjadi menjelang
pelaksanaan PEMILU 1997 dan Sidang Umum MPR 1998. Kebanyakan aktivis
yang diculik, disiksa dan menghilang, meskipun ada satu yang terbunuh. Sembilan
aktivis dilepaskan dan 13 aktivis lainnya masih belum diketahui keberadaannya
sampai kini. Banyak orang berpendapat bahwa mereka diculik dan disiksa oleh para
anggota militer/TNI.
 Peristiwa Santa Cruz
Kasus ini merupakan pembantaian yang dilakukan oleh militer atau anggota TNI
dengan menembak warga sipil di Pemakaman Santa Cruz, Dili, Timor-Timur pada
tanggal 12 November 1991. Kebanyakan warga sipil yang sedang menghadiri
pemakaman rekannya di Pemakaman Santa Cruz ditembak oleh anggota militer
Indonesia. Puluhan demonstran yang kebanyakkan mahasiswa dan warga sipil
mengalami luka-luka dan bahkan ada yang meninggal. Banyak orang menilai
bahwa kasus ini murni pembunuhan yang dilakukan oleh anggota TNI dengan
melakukan agresi ke Dili, dan merupakan aksi untuk menyatakan Timor-Timur
ingin keluar dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan membentuk
negara sendiri.
3. Kasus pelanggaran hak asasi manusia pada masa reformasi
 Penggusuran lingkungan penduduk urban secara paksa di Jakarta
Di wilayah DKI Jakarta, kasus penggusuran telah menjadi agenda tahunan seperti
yang tercantum dalam table data penggusuran pemukiman penduduk menengah ke
bawah di wilayah Jakarta dari tahun 2001 sampai 2005. Pemerintah DKI Jakarta
memberikan alasan dari upaya penggusuran tersebut bahwa penggusuran terpaksa
dilakukan karena rakyat menempati tanah pihak lain secara tidak sah menurut
hokum, mengganggu ketertiban kebersihan dan keindahan kota. Berikut beberapa
kasus penggusuran di DKI Jakarta antara tahun2001-2005 (Nur’aini: 2006).
No
.

Tahun

1.

2001

2.

2002

Kasus dan Korban
Penggarukan becak. Tercatat 6.00 jiwa kehilangan pekerjaan
dan 3.000 becak dirampas.
Empat ratus dua puluh empat (424) kasus pembakaran
15

pemukiman kumuh, 168 kasus pembakaran tempat usaha dan
fasilitas public, di antaranya 18 pasar tradisional, 12 fasilitas
umum, 6 fasilitas social.
Lima belas kasus penggusuran pemukiman. Tercatat 7.280
3.

2003

kepala keluarga (KK) kehilangan tempat tinggal, satu orang
mati, satu gadis berusia 13 tahun diperkosa aparat, 20 orang
terluka, 26 orang ditangkap.
Sekitar 50 ribu keluarga di wilayah DKI Jakarta tergusur.

4.

5.

2004

2005

Sebagian besar di Jakarta Utara dan Jakarta Timur dengan
menggunakan kekerasan dan pembakaran yang melibatkan
pemda, preman, banpol, dan polisi.
Penggusuran di Cilincing dan tempat lain di Jakarta. Ribuan
orang kehilangan tempat tinggal dengan tidak ada ganti rugi.

Sumber: www.liputan6.com, www.infid.be, www.urbanpoor.or.id, dan lain-lain

 Maraknya transaksi perdagangan manusia (anak)
Kepolisian Resort Kota Bogor telah mengamankan setidaknya empat orang
tersangka terkait kasus perdagangan manusia dan eksploitasi seksual di Jalan
Kebun Jeruk 17, Gang Pinang 36 Tamansari, Jakarta Barat (Tempo.co:2/09/2013).
 Kasus Pembunuhan Munir
Munir Said Thalib

adalah aktifis HAM yang pernah menangani kasus-kasus

pelanggaran HAM. Munir meninggal pada tanggal 7 September 2004 di dalam
pesawat Garuda Indonesia ketika ia sedang melakukan perjalanan menuju
Amsterdam, Belanda. Munir meninggal karena diracuni dengan Arsenikum di
makanan atau minumannya saat di dalam pesawat. Kasus ini telah diajukan ke
Amnesty Internasional dan tengah diproses. Pada tahun 2005, Pollycarpus Budihari
Priyanto selaku Pilot Garuda Indonesia dijatuhi hukuman 14 tahun penjara karena
terbukti bahwa ia merupakan tersangka dari kasus pembunuhan Munir, karena
dengan sengaja ia menaruh Arsenik di makanan Munir (Nur’aini: 2006).

16

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pengertian dari hak asasi manusia
Hak Asasi Manusia adalah hak dasar yang dimiliki oleh setiap manusia sebagai
anugerah Tuhan Yang Maha Esa yang tidak dapat diganggu gugat keberadaannya
2. Prinsip hak asasi manusia
Bersifat Universal (universality)
Martabat Manusia (human dignity)
Kesetaraan (equality)
Non diskriminasi (non-discrimination)
Tidak dapat dicabut (inalienability)
Tak bisa dibagi (indivisibility)
Saling berkaitan dan bergantung (interrelated and interdependence)
Tanggung jawab negara (state responsibility)
3. Dasar hukum yang melandasi ditegakkannya hak asasi manusia
Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan
Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik
Kovenan Internasional tentang Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya
Konvensi Genosida
Konvensi Menentang Penyiksaan
Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminsasi Rasial
Konvensi Hak Anak
Konvensi Mengenai Status Pengungsi
Pedoman Berperilaku bagi Penegak Hukum
Instrumen hokum yang tidak mengikat:
Prinsip-Prinsip Dasar Mengenai Penggunaan Kekerasan dan Senjata Api
Deklarasi Mengenai Penghilangan Paksa
Deklarasi Penghapusan Diskriminasi terhadap Perempuan
Deklarasi Mengenai Pembela HAM
Prinsip-prinsip tentang Hukuman Mati yang Tidak Sah, Sewenang-sewenang
dan Sumir
17

4. Landasan hukum penegakkan hak asasi manusia dalam UUD’45
Pembukaan UUD45 Alinea Pertama
Pembukaan UUD’45 Alinea Keempat
Batang Tubuh UUD’45
Pasal 27, Pasal 28A-J, Pasal 29, Pasal 30, Pasal 31, Pasal 32, Pasal 33, Pasal 34
Peraturan perundang-undangan
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang hak asasi manusia
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM
5. Bentuk-bentuk penindasan terhadap hak asasi manusia
Kasus pelangaran HAM berat
Pembunuhan genosida
Kejahatan kemanusiaan
Kasus Pelanggaran HAM ringan/ biasa
Pemukulan
Penganiayaan
Pencemaran nama baik
Menghalangi orang untuk mengekspresikan pendapatnya
Menghilangkan nyawa orang lain
6. Kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi di Indonesia pada masa orde
lama, orde baru, dan reformasi
Kasus pelanggaran hak asasi manusia pada masa orde lama
Diskriminasi Etnis Tionghoa pada era 1959-1960
Pembantaian Rawa Gede
Kasus pelanggaran hak asasi manusia pada masa orde baru
Pelanggaran Ham berat pada Peristiwa G30S-PKI
Penculikan Aktivis 1997/1998
Peristiwa Tajung Priok
Kasus pelanggaran hak asasi manusia pada masa reformasi
Penggusuran lingkungan penduduk urban secara paksa di Jakarta
Maraknya transaksi perdagangan manusia (anak)
Kasus Pembunuhan Munir

18

B. Daftar Pustaka
Ananta Toer, Pramoedya. 1998. Hoakiau Di Indonesia. Jakarta: Garba Budaya
http://www.voaindonesia.com. Diakses pada tanggal 17 September 2013

http://hukum.unsrat.ac.id/uu/uu_39_99.html. Diakses pada tanggal 17 September 2013
http://www.komnasperempuan.or.id/wp-content/uploads/2009/07/UU-No.26-Th.2000Pengadilan-HAM.pdf. Diakses pada tanggal 17 September 2013
Kusumaatmadja, Mochtar. 2003. Pengantar Hukum Internasional. Bandung: Alumi
Nur’aini, Atikah, dkk. 2006. Potret Buram HAM Indonesia. Jakarta: Pusdokinfo
Komnas HAM
Sunarso, dkk. 2008. Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta: UNY Press
Winarno. 2008. Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan (Panduan Kuliah
Perguruan Tinggi). Jakarta: PT Bumi Aksara

19

C. Lampiran

20