ASKEP ANAK KELUARGA DAN ispa
ASKEP KELUARGA
Minggu, 03 Februari 2013
STIKYA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kesehatan merupakan nikmat dari Tuhan Yang Maha Esa yang dianugerahkan
kepada setiap insan di muka bumi ini. Bahkan, kesehatan menjadi salah satu
pilar terlaksananya pembangunan nasional di suatu negara. Akan tetapi,
bukanlah hal yang mudah untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal. Pada
dasarnya, kesehatan masyarakat merupakan interaksi antara faktor-faktor
lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan hereditas (H.L.Blum). Oleh
karena itu, diperlukan koordinasi yang baik antara semua komponen dalam
suatu negara, baik itu pemerintah, swasta, tenaga medis dan masyarakat itu
sendiri.
Upaya pendekatan masyarakat yang komprehensif merupakan suatu jalan untuk
meningkatkan status kesehatan masyarakat, melalui pembinaan perilaku hidup
sehat, kesehatan lingkungan, dan meningkatkan sarana pelayanan kesehatan
yang efektif dan efsien tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif tetapi
lebih ke arah peningkatan upaya promotif dan preventif.
Secara umum, hal yang menjadi masalah kesehatan di negara- negara
berkembang, khususnya di Indonesia yang sampai hari ini belum maksimal
mendapatkan perhatian khusus dari pihak-pihak yang berkepentingan adalah
masih seputar permasalahan dasar seperti buruknya sanitasi lingkungan, dan
tidak diterapkannya perilaku hidup sehat oleh masyarakat.
Melihat gambaran masyarakat Indonesia yang menunjukkan tingginya angka
kematian ibu dan kematian bayi, mengindikasikan bahwa masih rendahnya
kualitas pelayanan kesehatan. Demikian juga dengan tingginya angka kesakitan
yang akhir-akhir ini ditandai dengan munculnya kembali penyakit lama seperti
malaria dan tuberkulosis paru, merebaknya berbagai penyakit baru yang bersifat
pandemik contohnya HIV/AIDS, Flu Burung dan Flu Babi; serta belum hilangnya
penyakit-penyakit endemis seperti diare, ISPA dan demam berdarah. Keadaan ini
diperparah dengan timbulnya berbagai kejadian bencana karena faktor alam
seperti gunung meletus, gempa bumi, tsunami, dan angin puting beliung
maupun bencana karena perilaku manusia yang mengakibatkan semakin
rusaknya alam seperti banjir, tanah longsor dan kecelakaan massal.
Sementara kesehatan sebagai hak azasi manusia ternyata belum menjadi milik
setiap manusia Indonesia karena berbagai hal seperti kendala geografs,
sosiologis dan budaya. Kesehatan bagi sebagian penduduk yang terbatas
kemampuannya serta yang berpengetahuan dan berpendapatan rendah dengan
mendekatkan akses pelayanan kesehatan dan memberdayakan kemampuan
mereka. Di samping itu, kesadaran masyarakat bahwa kesehatan merupakan
investasi bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia juga masih harus
dipromosikan melalui soialisasi dan advokasi kepada para pengambil kebijakan
dan pemangku kepentingan (stakeholders) di berbagai jenjang administrasi.
B.
Tujuan
1.
Tujuan Umum
Mampu mengidentifkasi prioritas masalah kesehatan yang ada dan melakukan
upaya pemecahan masalah.
2.
Tujuan Khusus
1.
Mampu mengidentifkasi dan mendiagnosis masalah kesehatan.
2.
Mampu membuat perencanaan berbasis masalah.
3.
Mampu memonitor dan mengevaluasi kegiatan.
C.
1.
Manfaat
Mahasiswa :
a.
Memperdalam penghayatan dan pengertian mahasiswa terhadap kesulitan
masalah kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat dalam melaksanakan
pembangunan.
b.
Mendewasakan cara berfkir serta meningkatkan daya nalar dalam
melakukan penelaahan, perumusan, dan pemecahan masalah secara pregmatis
ilmiah.
c.
Melalui pengalaman bekerja dalam melakukan penelaahan, merumuskan
dan memecahkan masalah secara langsung, akan menumbuhkan sifcat
profesionalisme dan kepedulian social dalam diri mahasiswa dalam arti
peningkatan keahlian, tanggung jawab, maupun rasa kesejawatan.
2.
Masyarakat dan Pemerintah Daerah/Institusi
a.
Memperoleh cara-cara baru yang dibutuhkan untuk merencanakan,
merumuskan dan melaksanakan masalah.
b.
Terbentuknya kader-kader kesehatan dalam masyarakat sehingga
terjamin kelanjutan upaya pembangunan kesehatan.
c.
Memperoleh manfaat dan bantuan tenaga mahasiswa dalam
melaksanakan program kesehatan yang berada di bawah tanggung jawabnya.
3.
Perguruan Tinggi
a.
Memperoleh umpan balik sebagai hasil pengintegrasian mahasiswa
dengan proses pembanguan di tengah masyarakat, sehingga kurikulum, materi
perkuliahan dan pengembangan ilmu yang ada di Perguruan Tinggi dapat lebih
disesuaikan dengan tuntutan nyata pembangunan kesehatan.
b.
Meningkatkan, memperluas dan mempererat kerja sama dengan instansi
serta departemen lain melalui rintisan kerja sama dari mahasiswa yang
melakukan Praktek Komunitas Lapangan.
BAB II
TINJAUAN TEORI ISPA
A.
PENGERTIAN ISPA
ISPA merupakan infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari.
Saluran pernapasan meliputi organ mulai dari hidung sampai gelembung paru,
beserta organ-organ disekitarnya seperti : sinus, ruang telinga tengah dan
selaput paru.
ISPA meliputi saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian
bawah.
Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan bersifat ringan, misalnya batuk
pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik. Namun demikian
jangan dianggap enteng, bila infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotik
dapat menyebabkan anak menderita pneumoni yang dapat berujung pada
kematian.
Menurut Program Pemberantasan Penyakit (P2) ISPA, penyakit ISPA dibagi
menjadi dua golongan yaitu pneumonia dan yang bukan pneumonia.
Pneumonia dibedakan atas derajat beratnya penyakit yaitu pneumonia berat dan
pneumonia tidak berat. Penyakit batuk pilek seperti rinitis, faringitis, tonsilitis
dan penyakit jalan napas bagian atas lainnya digolongkan sebagai bukan
pneumonia.
B.
ETIOLOGI
Etiologi dari sebagian besar penyakit jalan napas bagian atas ini ialah virus dan
tidak dibutuhkan terapi antibiotik. Faringitis oleh kuman Streptococcus jarang
ditemukan pada balita. Bila ditemukan harus diobati dengan antibiotik penisilin,
semua radang telinga akut harus mendapat antibiotic.
ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan yang
mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran pernapasannya.
Kelainan pada sistem pernapasan terutama infeksi saluran pernapasan bagian
atas dan bawah, asma dan ibro kistik, menempati bagian yang cukup besar pada
area pediatri. Infeksi saluran pernapasan bagian atas terutama yang disebabkan
oleh virus, sering terjadi pada semua golongan masyarakat pada bulan-bulan
musim dingin.
C.
JENIS – JENIS ISPA
Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifkasi ISPA sebagai berikut:
Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada
kedalam (chest indrawing).
-
Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.
Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai
demam, tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat. Rinofaringitis,
faringitis dan tonsilitis tergolong bukan pneumonia
Berdasarkan hasil pemeriksaan dapat dibuat suatu klasifkasi penyakit ISPA.
Klasifkasi ini dibedakan untuk golongan umur dibawah 2 bulan dan untuk
golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun.
Untuk golongan umur kurang 2 bulan ada 2 klasifkasi penyakit yaitu :
Pneumonia berat: diisolasi dari cacing tanah oleh Ruiz dan kuat dinding
pada bagian bawah atau napas cepat. Batas napas cepat untuk golongan umur
kurang 2 bulan yaitu 60 kali per menit atau lebih.
Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tanda tarikan
kuat dinding dada bagian bawah atau napas cepat.
Untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun ada 3 klasifkasi penyakit yaitu :
Pneumonia berat: bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding
dada bagian bawah kedalam pada waktu anak menarik napas (pada saat
diperiksa anak harus dalam keadaan tenang tldak menangis atau meronta).
Pneumonia: bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah untuk usia 2
-12 bulan adalah 50 kali per menit atau lebih dan untuk usia 1 -4 tahun adalah
40 kali per menit atau lebih.
Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan dinding
dada bagian bawah dan tidak ada napas cepat.
D.
TANDA – TANDA BAHAYA ISPA
Pada umumnya suatu penyakit saluran pernapasan dimulai dengan keluhankeluhan dan gejala-gejala yang ringan. Dalam perjalanan penyakit mungkin
gejala-gejala menjadi lebih berat dan bila semakin berat dapat jatuh dalam
keadaan kegagalan pernapasan dan mungkin meninggal. Bila sudah dalam
kegagalan pernapasan maka dibutuhkan penatalaksanaan yang lebih rumit,
meskipun demikian mortalitas masih tinggi, maka perlu diusahakan agar yang
ringan tidak menjadi lebih berat dan yang sudah berat cepat-cepat ditolong
dengan tepat agar tidak jatuh dalam kegagalan pernapasan.
Tanda-tanda bahaya dapat dilihat berdasarkan tanda-tanda klinis dan tandatanda laboratoris.
Pada sistem respiratorik adalah: tachypnea, napas tak teratur (apnea),
retraksi dinding thorak, napas cuping hidung, cyanosis, suara napas lemah atau
hilang, grunting expiratoir dan wheezing.
Pada sistem cardial adalah: tachycardia, bradycardiam, hypertensi,
hypotensi dan cardiac arrest.
Pada sistem cerebral adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala,
bingung, papil bendung, kejang dan coma.
-
Pada hal umum adalah : letih dan berkeringat banyak.
Tanda-tanda laboratoris ISPA:
• hypoxemia,
• hypercapnia dan
• acydosis (metabolik dan atau respiratorik)
Tanda-tanda bahaya pada anak golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun adalah:
tidak bisa minum, kejang, kesadaran menurun, stridor dan gizi buruk, sedangkan
tanda bahaya pada anak golongan umur kurang dari 2 bulan adalah: kurang bisa
minum (kemampuan minumnya menurun ampai kurang dari setengah volume
yang biasa diminumnya), kejang, kesadaran menurun, stridor, Wheezing.
E.
PENATALAKSANAAN KASUS ISPA
Pedoman penatalaksanaan kasus ISPA akan memberikan petunjuk standar
pengobatan penyakit ISPA yang akan berdampak mengurangi penggunaan
antibiotik untuk kasus-kasus batuk pilek biasa, serta mengurangi penggunaan
obat batuk yang kurang bermanfaat. Strategi penatalaksanaan kasus mencakup
pula petunjuk tentang pemberian makanan dan minuman sebagai bagian dari
tindakan penunjang yang penting bagi pederita ISPA.
A.
Upaya pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan :
• Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.
• Immunisasi.
• Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan.
• Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA.
B.
Pengobatan dan perawatan
Prinsip perawatan ISPA antara lain :
• Menigkatkan istirahat minimal 8 jam perhari
• Meningkatkan makanan bergizi
• Bila demam beri kompres dan banyak minum
• Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan hidung dengan sapu tangan
bersih
• Bila badan seseorang demam gunakan pakaian yang cukup tipis tidak terlalu
ketat.
• Bila terserang pada anak tetap berikan makanan dan ASI bila anak tersebut
masih menetek
Pengobatan antara lain :
• Mengatasi panas (demam) dengan memberikan parasetamol atau dengan
kompres, bayi dibawah 2 bulan dengan demam harus segera dirujuk.
Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk waktu 2 hari. Cara pemberiannya,
tablet dibagi sesuai dengan dosisnya, kemudian digerus dan diminumkan.
Memberikan kompres, dengan menggunakan kain bersih, celupkan pada air
(tidak perlu air es).
• Mengatasi batuk
Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional yaitu jeruk
nipis ½ sendok the dicampur dengan kecap atau madu ½ sendok teh , diberikan
tiga kali sehari.
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
PADA KELUARGA TN.”S” DENGAN DIAGNOSA ISPA
DI DESA LEWINTANA KECAMATAN SOROMANDI
A.
PENGKAJIAN
I.
Identitas Kepala Keluarga
a. Nama
: Tn. “ S”
b. Umur
: 35 tahun
c. Jenis kelamin
: Laki-laki
d. Suku/bangsa
: Bima/Indonesia
e. Pendidikan
: SMA
f. Agama
: Islam
g. Pekerjaan
: Petani
h. Alamat
i.
: RT/RW 02/01 Desa Lewintana Kec. Soromandi
Komposisi keluarga :
N
O
Nama
Umur
L
P
Hubung
an
Pendidik
an
IMUNISASI
B
C
Polio
DPT
H-B
Ca
m
Pak
Ke
t
1.
2
3
Tn.”S
”
Ny.”A
”
35
KK
30 Istri
5
Anak
An.”J”
Keterangan :
x : Tidak di kaji
√ : sudah dilakukan
j.
Genogram
Keterangan :
G
1 2 3 4 1 2 3 1 2 3
SMA
x
x x x x x x x x x x x
SMA
x
x x x x x x x x x x x
Belum
sekolah
√
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √
: Laki – Laki
: Perempuan
: Sudah meninggal
:
Klien
: Garis keturunan
: Tinggal
Serumah
Ayah klien adalah anak pertama dari empat bersaudara, ibu klien adalah anak ke
dua dari tiga bersaudara. Klien adalah anak satu-satunya dari keluarga tersebut
dan dia tinggal serumah dengan orang tuanya.
k.
type keluarga : keluarga inti
l.
status social
Tn.” S ”. berpenghasilan sekitar Rp. 750.000 Perbulannya. Dan ada Penghasilan
tambahan dari istri yaitu menjual sembako.Tn.” s ” & Ny.”A” Hidup masih
berkecukupan
m.
Aktiftas rekreasi keluarga
Keluarga tidak memiliki waktu untuk rekreasi bersama istri dan anaknya. Hanya
Bercocok tanam Di sawahnya, tetapi hampir setiap hari Keluarga nonton TV.
II.
Riwayat Tahap Perkembangan
1. Tahap perkembangan keluarga : keluarga dg anak usia dini
2. Tahap keluarga yang belum terpenuhi : tugas keluarga yg belum dapat
dicapai saat ini adalah memberi pendidikan yg baik bagi anak.
3. Riwayat kesehatan keluarga : tidak ada penyakit keturunan, bu “ A “ sehat.
4. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya : Tn” S ” mengatakan anaknya
pernah menderita penyakit ISPA sekitar 6 bulan terakhir.
III.
1.
Keadaan Lingkungan
Karakterisitik rumah :
luas rumah lebar 6 M , panjang 9 M , terdiri 2 kamar tidur,
WC nya memanfaatkan ruang belakang , ruang tamu, dan dapur
-
Type bangunan : lantai dari semen
-
Ventilasi : ventilasi setiap ruangan, Jendela kamar ada
-
Kebersihan ruang : barang numpuk teratur , masak dengan kompor
-
W
C
Sumber air : sumur bor
-
Denah rumah
U
2.
Interaksi dengan komunitas
Aktif kumpul di masyarakat
3.
Sistem pendukung keluarga
Yang merawat An “ J “ hanya istrinya saja, jarak rumah dengan puskesmas 1 KM.
IV.
Struktur Keluarga
1. Pola Komunikasi Keluarga
Musyawarah, tapi kadang Tn “ S “ suka marah pada istrinya jika tidak patuh
2. Struktur Peran
Tn “ S ” merasa tetap sebagai kepala keluarga, Ny” A ” berdagang untuk
menopang kekurangan kebutuhan
3. Norma Keluarga
Menyesuaikan dengan nilai agama yg dianut dan norma yg ada.
V.
1.
Fungsi Keluarga
Fungsi Afektif
Pak “ S “ sering menegur anaknya jika diperingatklan ibunya tidak mau, saling
menghormati antar anggota keluarga,
2.
Fungsi Sosial
Keluarga mengajarkan agar berperilaku yang baik dengan tetannggga dan
lingkungan Sekitar , hidup berdampingan dan merasa tentram.
3.
Fungsi Keperawatan Kesehatan
Jika sakit mencari bantuan ke pelayanan kesehatan terdekat.
4.
Fungsi reproduksi
Masih ingin punya anak lagi, mengikuti KB, hubungan suami istri masih
harmonis.
5.
Fungsi Ekonomi
Penghasilannya mencukupi.
VI.
Stress Dan Koping Keluarga
1. Stressor yang dimiliki
Tidak ada penyakit yang kronis, hanya ISPA sejak 6 bulan terakhir dan Tn “ S “
tidak mempunyai penyakit keturunan.
2.
Kemampuan keluarga Berespon terhadap stressor
Tn “ S “ sangat mengharapkan agar anaknya cepet sembuh, Bekerja lebih
giat untuk kebutuhan Keluarga
3. Strategi Koping yang dilakukan
Keluarga menerima ini apa adanya dan selalu bermusyawarah untuk
pengambilan keputusan
4. Strategi adaptasi yang disfungsi
Kadang-kadang Tn “ S “ marah kepada istrinya jika keadaan anaknya kurang
baik.
.
VII.
Pemeriksaan fsik
Sasaran terutama pada yang mempunyai maslah kesehatan (sakit)
dengan metode Head to toe
VIII. Harapan Keluarga
Berharap bisa hidup dengan tentram, damai,dan keluarga ingin agar hidupnya
selalu sehat.
B.
1.
Diagnosis Keperawatan Keluarga
Analisa Data
Data (sign- symptom)
Masalah (P)
Penyebab (E)
DS :
Resiko
Lingkungan Yg tidak
Tn “ S “ mengatakan anaknya
masih terkena penyakit ISPA sejak 6
bulan terakhir
Tn.” S ” Merasa Bosan dengan
pengobatan yang terus menerus
DO :
serangan
berulang
pada An.” “ J
”.
Pemeliharaan
kesehatan
tidak efektif
barang bertumpuk-tumpuk
teratur,lantai tehel ,kotor ,sinar
matahari kurang masuk melalui
ventilasi,ada debu dll
adekuat .
Ketidakmampuan
keluarga mengenal
masalah kesehatan
dan mengambil
keputusan
-
Hasil pemeriksaan fsik : TTV
(1). Suhu
: 36,5 0C
(2). Tekanan Darah
:100/60 mmHg
(3). Nadi
: 86 x/menit
(4). Respirasi
: 28 x/menit
2. Rumusan Diagnosis Keperawatan
1. Resiko tinggi serangan berulang yang dialami oleh An “ J “ b/d
ketidakmampuan keluarga memodifkasi lingkungan.
2. Pemeliharaan kesehatan tidak efektif pada An. ” J ” berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga dalam mengenal masalah kesehatan dan mengambil
keputusan.
C.
Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga
Nama Klien
Alamat
NO
TUJUAN
: An “J”
: RT/RW 02/01 Desa Lewintana Kec. Soromandi
KRITERIA
STANDAR
INTERVENSI
1
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
Tidak terjadi
resiko
serangan
berulang pada
An “ J “ selama
di rumah
Pengetahuan:
Pengetahu
an
Sikap
Psikomoto
r
keluarga dapat
mengetahui apa
itu penyakit ISPA
sikap :
Keluarga mampu
memutuskan
u/menyediakan
sarana yg aman
(boleh jangka
pendek dan
jangka panjang
)
psikomotor :
keluarga
memodifkasi
lingkungan sehat
D.
1.
Diskusikan
tentang penyakit An” J ”
pada orang tua
2.
Jelaskan mula
datangnya penyakit
pada klien
3.
Ajarkan cara
menghindari dari
penyakit
4.
Bersama
keluarga kita anjurkan
selalu jaga kesehatan
sehingga tidak terjadi
resiko serangan
berulang pada keluarga
Tn” S ”
Implementasi dan evaluasi
Implementasi
Nama Klien
Alamat
: An “J”
: RT/RW 02/01 Desa Lewintana Kec. Soromandi
Tanggal dan
waktu
No
dx
Implementasi
30 desember
2012
I
1.
Mendiskusikan tentang penyakit An” J ”
pada orang tua
2.
Menjelaskan mula datangnya penyakit
pada klien
II
1.
Mengajarkan cara menghindari dari
penyakit ISPA
2.
Menganjurkan kepada klien untuk
memelihara lingkungan
3.
Bersama keluarga kita anjurkan selalu
jaga kesehatan sehingga tidak terjadi resiko
serangan berulang pada keluarga Tn” S ”
Evaluasi
Tanggal dan waktu
No dx
Evaluasi
3 januari 2013
I
S : keluarga mengatakkan bahwa masih kurang
mengerti tentang penyakitnya
O : lingkungan sekitar rumah sudah tampak
bersih
A : implementasi yang dilaksanakan dengan
metode ceramah belum dimengert ioleh
keluarga , perlu metode lain
P. : berikan pendidikan ulang , dengan metode
lain
II
S : keluarga mengatakkan sudah mengerti
tentang cara menghindari penyakit ISPA
O : tampak rumah terasa nyaman dilihat
A : implementasi yang dilaksanakan dapat di
terima oleh keluarga Tn “S”
P. : intervensi dihentikan
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil kegiatan PKL (Praktek Komunitas Lapangan) yang telah
dilakukan selama 2 minggu baik intervensi fsik maupun non fsik di Desa
Lewintana, Kecamatan Soromandi Kabupaten Bima, maka dapat disimpulkan
bahwa:
1.
Hasil observasi telah dilaksanakan untuk merencanakan program kerja
2.
Intervensi yang dilakukan yaitu:
1)
Intervensi Non Fisik
a.
Penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di masing-masing rumah.
b.
Penyuluhan tentang manfaat TOGA (Tanaman Obat Keluarga).
2)
Intervensi Fisik
a.
Pemeriksaan Kesehatan dan pengobatan gratis.
b.
Penanaman Tanaman Obat Keluarga (TOGA)
c.
Pembuatan tong sampah masing-masing RT
d.
Gotong royong setiap hari jum’at
e.
Melakukan pemghijauan
f.
Membuat papan nama ketua RT, RW, dan Kepala Dusun.
3.
Program kerja terlaksana 100 % yaitu 2 program intervensi non fsik dan 6
program fsik
B.
Saran
Ada beberapa hal yang kami sarankan berdasarkan hasil pelaksanaan kegiatan
PKL di Desa Lewintana, yaitu :
1.
Perlu adanya intervensi yang berkelanjutan untuk dapat mengembangkan
Desa Lewintana "Desa Menuju Sehat" menjadi "Desa Sehat” dalam rangka
menuju Indonesia Sehat 2015.
2.
Perlu ditingkatkan peran serta aktif masyarakat serta organisasi
kemasyarakatan yang ada di Desa Lewintana dalam pelaksanaan program
kesehatan.
3.
Untuk Dinas Kesehatan Kabupaten Bima agar lebih aktif dalam memantau
jalannya program kerja kesehatan di masyarakat dan selalu memperbaharui
data kesehatan masyarakat yang dimiliki, agar setiap program kerja yang dibuat
relevan dengan masalah-masalah kesehatan yang ada dalam masyarakat.
4.
Petugas puskesmas utamanya petugas kesehatan lingkungan harus lebih
aktif menanggulangi masalah-masalah kesehatan, seperti masalah air bersih,
SPAL (Saluran Pembuangan Air Limbah), tempat sampah, dan lain-lain.
5.
Pemerintah desa lebih peka dalam menanggapi keluhan-keluhan
masyarakat, baik mengenai masalah kesehatan maupun masalah-masalah
lainnya.
6.
Untuk seluruh komponen masyarakat Desa Lewintana agar lebih
memperhatikan kesehatan, baik kesehatan diri, keluarga, masyarakat, dan
lingkungan sekitar.
Diposkan oleh andi mujiansah di 22.17 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan
ke Pinterest
Posting Lebih BaruPosting LamaBeranda
Langganan: Entri (Atom)
Arsip Blog
▼ 2013 (7)
o
▼ Februari (7)
STIKYA
.....
.....
.....
.....
.....
.....
Mengenai Saya
andi mujiansah
Lihat profl lengkapku
Template Awesome Inc.. Diberdayakan oleh Blogger.
Minggu, 03 Februari 2013
STIKYA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kesehatan merupakan nikmat dari Tuhan Yang Maha Esa yang dianugerahkan
kepada setiap insan di muka bumi ini. Bahkan, kesehatan menjadi salah satu
pilar terlaksananya pembangunan nasional di suatu negara. Akan tetapi,
bukanlah hal yang mudah untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal. Pada
dasarnya, kesehatan masyarakat merupakan interaksi antara faktor-faktor
lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan hereditas (H.L.Blum). Oleh
karena itu, diperlukan koordinasi yang baik antara semua komponen dalam
suatu negara, baik itu pemerintah, swasta, tenaga medis dan masyarakat itu
sendiri.
Upaya pendekatan masyarakat yang komprehensif merupakan suatu jalan untuk
meningkatkan status kesehatan masyarakat, melalui pembinaan perilaku hidup
sehat, kesehatan lingkungan, dan meningkatkan sarana pelayanan kesehatan
yang efektif dan efsien tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif tetapi
lebih ke arah peningkatan upaya promotif dan preventif.
Secara umum, hal yang menjadi masalah kesehatan di negara- negara
berkembang, khususnya di Indonesia yang sampai hari ini belum maksimal
mendapatkan perhatian khusus dari pihak-pihak yang berkepentingan adalah
masih seputar permasalahan dasar seperti buruknya sanitasi lingkungan, dan
tidak diterapkannya perilaku hidup sehat oleh masyarakat.
Melihat gambaran masyarakat Indonesia yang menunjukkan tingginya angka
kematian ibu dan kematian bayi, mengindikasikan bahwa masih rendahnya
kualitas pelayanan kesehatan. Demikian juga dengan tingginya angka kesakitan
yang akhir-akhir ini ditandai dengan munculnya kembali penyakit lama seperti
malaria dan tuberkulosis paru, merebaknya berbagai penyakit baru yang bersifat
pandemik contohnya HIV/AIDS, Flu Burung dan Flu Babi; serta belum hilangnya
penyakit-penyakit endemis seperti diare, ISPA dan demam berdarah. Keadaan ini
diperparah dengan timbulnya berbagai kejadian bencana karena faktor alam
seperti gunung meletus, gempa bumi, tsunami, dan angin puting beliung
maupun bencana karena perilaku manusia yang mengakibatkan semakin
rusaknya alam seperti banjir, tanah longsor dan kecelakaan massal.
Sementara kesehatan sebagai hak azasi manusia ternyata belum menjadi milik
setiap manusia Indonesia karena berbagai hal seperti kendala geografs,
sosiologis dan budaya. Kesehatan bagi sebagian penduduk yang terbatas
kemampuannya serta yang berpengetahuan dan berpendapatan rendah dengan
mendekatkan akses pelayanan kesehatan dan memberdayakan kemampuan
mereka. Di samping itu, kesadaran masyarakat bahwa kesehatan merupakan
investasi bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia juga masih harus
dipromosikan melalui soialisasi dan advokasi kepada para pengambil kebijakan
dan pemangku kepentingan (stakeholders) di berbagai jenjang administrasi.
B.
Tujuan
1.
Tujuan Umum
Mampu mengidentifkasi prioritas masalah kesehatan yang ada dan melakukan
upaya pemecahan masalah.
2.
Tujuan Khusus
1.
Mampu mengidentifkasi dan mendiagnosis masalah kesehatan.
2.
Mampu membuat perencanaan berbasis masalah.
3.
Mampu memonitor dan mengevaluasi kegiatan.
C.
1.
Manfaat
Mahasiswa :
a.
Memperdalam penghayatan dan pengertian mahasiswa terhadap kesulitan
masalah kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat dalam melaksanakan
pembangunan.
b.
Mendewasakan cara berfkir serta meningkatkan daya nalar dalam
melakukan penelaahan, perumusan, dan pemecahan masalah secara pregmatis
ilmiah.
c.
Melalui pengalaman bekerja dalam melakukan penelaahan, merumuskan
dan memecahkan masalah secara langsung, akan menumbuhkan sifcat
profesionalisme dan kepedulian social dalam diri mahasiswa dalam arti
peningkatan keahlian, tanggung jawab, maupun rasa kesejawatan.
2.
Masyarakat dan Pemerintah Daerah/Institusi
a.
Memperoleh cara-cara baru yang dibutuhkan untuk merencanakan,
merumuskan dan melaksanakan masalah.
b.
Terbentuknya kader-kader kesehatan dalam masyarakat sehingga
terjamin kelanjutan upaya pembangunan kesehatan.
c.
Memperoleh manfaat dan bantuan tenaga mahasiswa dalam
melaksanakan program kesehatan yang berada di bawah tanggung jawabnya.
3.
Perguruan Tinggi
a.
Memperoleh umpan balik sebagai hasil pengintegrasian mahasiswa
dengan proses pembanguan di tengah masyarakat, sehingga kurikulum, materi
perkuliahan dan pengembangan ilmu yang ada di Perguruan Tinggi dapat lebih
disesuaikan dengan tuntutan nyata pembangunan kesehatan.
b.
Meningkatkan, memperluas dan mempererat kerja sama dengan instansi
serta departemen lain melalui rintisan kerja sama dari mahasiswa yang
melakukan Praktek Komunitas Lapangan.
BAB II
TINJAUAN TEORI ISPA
A.
PENGERTIAN ISPA
ISPA merupakan infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari.
Saluran pernapasan meliputi organ mulai dari hidung sampai gelembung paru,
beserta organ-organ disekitarnya seperti : sinus, ruang telinga tengah dan
selaput paru.
ISPA meliputi saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian
bawah.
Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan bersifat ringan, misalnya batuk
pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik. Namun demikian
jangan dianggap enteng, bila infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotik
dapat menyebabkan anak menderita pneumoni yang dapat berujung pada
kematian.
Menurut Program Pemberantasan Penyakit (P2) ISPA, penyakit ISPA dibagi
menjadi dua golongan yaitu pneumonia dan yang bukan pneumonia.
Pneumonia dibedakan atas derajat beratnya penyakit yaitu pneumonia berat dan
pneumonia tidak berat. Penyakit batuk pilek seperti rinitis, faringitis, tonsilitis
dan penyakit jalan napas bagian atas lainnya digolongkan sebagai bukan
pneumonia.
B.
ETIOLOGI
Etiologi dari sebagian besar penyakit jalan napas bagian atas ini ialah virus dan
tidak dibutuhkan terapi antibiotik. Faringitis oleh kuman Streptococcus jarang
ditemukan pada balita. Bila ditemukan harus diobati dengan antibiotik penisilin,
semua radang telinga akut harus mendapat antibiotic.
ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan yang
mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran pernapasannya.
Kelainan pada sistem pernapasan terutama infeksi saluran pernapasan bagian
atas dan bawah, asma dan ibro kistik, menempati bagian yang cukup besar pada
area pediatri. Infeksi saluran pernapasan bagian atas terutama yang disebabkan
oleh virus, sering terjadi pada semua golongan masyarakat pada bulan-bulan
musim dingin.
C.
JENIS – JENIS ISPA
Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifkasi ISPA sebagai berikut:
Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada
kedalam (chest indrawing).
-
Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.
Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai
demam, tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat. Rinofaringitis,
faringitis dan tonsilitis tergolong bukan pneumonia
Berdasarkan hasil pemeriksaan dapat dibuat suatu klasifkasi penyakit ISPA.
Klasifkasi ini dibedakan untuk golongan umur dibawah 2 bulan dan untuk
golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun.
Untuk golongan umur kurang 2 bulan ada 2 klasifkasi penyakit yaitu :
Pneumonia berat: diisolasi dari cacing tanah oleh Ruiz dan kuat dinding
pada bagian bawah atau napas cepat. Batas napas cepat untuk golongan umur
kurang 2 bulan yaitu 60 kali per menit atau lebih.
Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tanda tarikan
kuat dinding dada bagian bawah atau napas cepat.
Untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun ada 3 klasifkasi penyakit yaitu :
Pneumonia berat: bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding
dada bagian bawah kedalam pada waktu anak menarik napas (pada saat
diperiksa anak harus dalam keadaan tenang tldak menangis atau meronta).
Pneumonia: bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah untuk usia 2
-12 bulan adalah 50 kali per menit atau lebih dan untuk usia 1 -4 tahun adalah
40 kali per menit atau lebih.
Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan dinding
dada bagian bawah dan tidak ada napas cepat.
D.
TANDA – TANDA BAHAYA ISPA
Pada umumnya suatu penyakit saluran pernapasan dimulai dengan keluhankeluhan dan gejala-gejala yang ringan. Dalam perjalanan penyakit mungkin
gejala-gejala menjadi lebih berat dan bila semakin berat dapat jatuh dalam
keadaan kegagalan pernapasan dan mungkin meninggal. Bila sudah dalam
kegagalan pernapasan maka dibutuhkan penatalaksanaan yang lebih rumit,
meskipun demikian mortalitas masih tinggi, maka perlu diusahakan agar yang
ringan tidak menjadi lebih berat dan yang sudah berat cepat-cepat ditolong
dengan tepat agar tidak jatuh dalam kegagalan pernapasan.
Tanda-tanda bahaya dapat dilihat berdasarkan tanda-tanda klinis dan tandatanda laboratoris.
Pada sistem respiratorik adalah: tachypnea, napas tak teratur (apnea),
retraksi dinding thorak, napas cuping hidung, cyanosis, suara napas lemah atau
hilang, grunting expiratoir dan wheezing.
Pada sistem cardial adalah: tachycardia, bradycardiam, hypertensi,
hypotensi dan cardiac arrest.
Pada sistem cerebral adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala,
bingung, papil bendung, kejang dan coma.
-
Pada hal umum adalah : letih dan berkeringat banyak.
Tanda-tanda laboratoris ISPA:
• hypoxemia,
• hypercapnia dan
• acydosis (metabolik dan atau respiratorik)
Tanda-tanda bahaya pada anak golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun adalah:
tidak bisa minum, kejang, kesadaran menurun, stridor dan gizi buruk, sedangkan
tanda bahaya pada anak golongan umur kurang dari 2 bulan adalah: kurang bisa
minum (kemampuan minumnya menurun ampai kurang dari setengah volume
yang biasa diminumnya), kejang, kesadaran menurun, stridor, Wheezing.
E.
PENATALAKSANAAN KASUS ISPA
Pedoman penatalaksanaan kasus ISPA akan memberikan petunjuk standar
pengobatan penyakit ISPA yang akan berdampak mengurangi penggunaan
antibiotik untuk kasus-kasus batuk pilek biasa, serta mengurangi penggunaan
obat batuk yang kurang bermanfaat. Strategi penatalaksanaan kasus mencakup
pula petunjuk tentang pemberian makanan dan minuman sebagai bagian dari
tindakan penunjang yang penting bagi pederita ISPA.
A.
Upaya pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan :
• Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.
• Immunisasi.
• Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan.
• Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA.
B.
Pengobatan dan perawatan
Prinsip perawatan ISPA antara lain :
• Menigkatkan istirahat minimal 8 jam perhari
• Meningkatkan makanan bergizi
• Bila demam beri kompres dan banyak minum
• Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan hidung dengan sapu tangan
bersih
• Bila badan seseorang demam gunakan pakaian yang cukup tipis tidak terlalu
ketat.
• Bila terserang pada anak tetap berikan makanan dan ASI bila anak tersebut
masih menetek
Pengobatan antara lain :
• Mengatasi panas (demam) dengan memberikan parasetamol atau dengan
kompres, bayi dibawah 2 bulan dengan demam harus segera dirujuk.
Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk waktu 2 hari. Cara pemberiannya,
tablet dibagi sesuai dengan dosisnya, kemudian digerus dan diminumkan.
Memberikan kompres, dengan menggunakan kain bersih, celupkan pada air
(tidak perlu air es).
• Mengatasi batuk
Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional yaitu jeruk
nipis ½ sendok the dicampur dengan kecap atau madu ½ sendok teh , diberikan
tiga kali sehari.
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
PADA KELUARGA TN.”S” DENGAN DIAGNOSA ISPA
DI DESA LEWINTANA KECAMATAN SOROMANDI
A.
PENGKAJIAN
I.
Identitas Kepala Keluarga
a. Nama
: Tn. “ S”
b. Umur
: 35 tahun
c. Jenis kelamin
: Laki-laki
d. Suku/bangsa
: Bima/Indonesia
e. Pendidikan
: SMA
f. Agama
: Islam
g. Pekerjaan
: Petani
h. Alamat
i.
: RT/RW 02/01 Desa Lewintana Kec. Soromandi
Komposisi keluarga :
N
O
Nama
Umur
L
P
Hubung
an
Pendidik
an
IMUNISASI
B
C
Polio
DPT
H-B
Ca
m
Pak
Ke
t
1.
2
3
Tn.”S
”
Ny.”A
”
35
KK
30 Istri
5
Anak
An.”J”
Keterangan :
x : Tidak di kaji
√ : sudah dilakukan
j.
Genogram
Keterangan :
G
1 2 3 4 1 2 3 1 2 3
SMA
x
x x x x x x x x x x x
SMA
x
x x x x x x x x x x x
Belum
sekolah
√
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √
: Laki – Laki
: Perempuan
: Sudah meninggal
:
Klien
: Garis keturunan
: Tinggal
Serumah
Ayah klien adalah anak pertama dari empat bersaudara, ibu klien adalah anak ke
dua dari tiga bersaudara. Klien adalah anak satu-satunya dari keluarga tersebut
dan dia tinggal serumah dengan orang tuanya.
k.
type keluarga : keluarga inti
l.
status social
Tn.” S ”. berpenghasilan sekitar Rp. 750.000 Perbulannya. Dan ada Penghasilan
tambahan dari istri yaitu menjual sembako.Tn.” s ” & Ny.”A” Hidup masih
berkecukupan
m.
Aktiftas rekreasi keluarga
Keluarga tidak memiliki waktu untuk rekreasi bersama istri dan anaknya. Hanya
Bercocok tanam Di sawahnya, tetapi hampir setiap hari Keluarga nonton TV.
II.
Riwayat Tahap Perkembangan
1. Tahap perkembangan keluarga : keluarga dg anak usia dini
2. Tahap keluarga yang belum terpenuhi : tugas keluarga yg belum dapat
dicapai saat ini adalah memberi pendidikan yg baik bagi anak.
3. Riwayat kesehatan keluarga : tidak ada penyakit keturunan, bu “ A “ sehat.
4. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya : Tn” S ” mengatakan anaknya
pernah menderita penyakit ISPA sekitar 6 bulan terakhir.
III.
1.
Keadaan Lingkungan
Karakterisitik rumah :
luas rumah lebar 6 M , panjang 9 M , terdiri 2 kamar tidur,
WC nya memanfaatkan ruang belakang , ruang tamu, dan dapur
-
Type bangunan : lantai dari semen
-
Ventilasi : ventilasi setiap ruangan, Jendela kamar ada
-
Kebersihan ruang : barang numpuk teratur , masak dengan kompor
-
W
C
Sumber air : sumur bor
-
Denah rumah
U
2.
Interaksi dengan komunitas
Aktif kumpul di masyarakat
3.
Sistem pendukung keluarga
Yang merawat An “ J “ hanya istrinya saja, jarak rumah dengan puskesmas 1 KM.
IV.
Struktur Keluarga
1. Pola Komunikasi Keluarga
Musyawarah, tapi kadang Tn “ S “ suka marah pada istrinya jika tidak patuh
2. Struktur Peran
Tn “ S ” merasa tetap sebagai kepala keluarga, Ny” A ” berdagang untuk
menopang kekurangan kebutuhan
3. Norma Keluarga
Menyesuaikan dengan nilai agama yg dianut dan norma yg ada.
V.
1.
Fungsi Keluarga
Fungsi Afektif
Pak “ S “ sering menegur anaknya jika diperingatklan ibunya tidak mau, saling
menghormati antar anggota keluarga,
2.
Fungsi Sosial
Keluarga mengajarkan agar berperilaku yang baik dengan tetannggga dan
lingkungan Sekitar , hidup berdampingan dan merasa tentram.
3.
Fungsi Keperawatan Kesehatan
Jika sakit mencari bantuan ke pelayanan kesehatan terdekat.
4.
Fungsi reproduksi
Masih ingin punya anak lagi, mengikuti KB, hubungan suami istri masih
harmonis.
5.
Fungsi Ekonomi
Penghasilannya mencukupi.
VI.
Stress Dan Koping Keluarga
1. Stressor yang dimiliki
Tidak ada penyakit yang kronis, hanya ISPA sejak 6 bulan terakhir dan Tn “ S “
tidak mempunyai penyakit keturunan.
2.
Kemampuan keluarga Berespon terhadap stressor
Tn “ S “ sangat mengharapkan agar anaknya cepet sembuh, Bekerja lebih
giat untuk kebutuhan Keluarga
3. Strategi Koping yang dilakukan
Keluarga menerima ini apa adanya dan selalu bermusyawarah untuk
pengambilan keputusan
4. Strategi adaptasi yang disfungsi
Kadang-kadang Tn “ S “ marah kepada istrinya jika keadaan anaknya kurang
baik.
.
VII.
Pemeriksaan fsik
Sasaran terutama pada yang mempunyai maslah kesehatan (sakit)
dengan metode Head to toe
VIII. Harapan Keluarga
Berharap bisa hidup dengan tentram, damai,dan keluarga ingin agar hidupnya
selalu sehat.
B.
1.
Diagnosis Keperawatan Keluarga
Analisa Data
Data (sign- symptom)
Masalah (P)
Penyebab (E)
DS :
Resiko
Lingkungan Yg tidak
Tn “ S “ mengatakan anaknya
masih terkena penyakit ISPA sejak 6
bulan terakhir
Tn.” S ” Merasa Bosan dengan
pengobatan yang terus menerus
DO :
serangan
berulang
pada An.” “ J
”.
Pemeliharaan
kesehatan
tidak efektif
barang bertumpuk-tumpuk
teratur,lantai tehel ,kotor ,sinar
matahari kurang masuk melalui
ventilasi,ada debu dll
adekuat .
Ketidakmampuan
keluarga mengenal
masalah kesehatan
dan mengambil
keputusan
-
Hasil pemeriksaan fsik : TTV
(1). Suhu
: 36,5 0C
(2). Tekanan Darah
:100/60 mmHg
(3). Nadi
: 86 x/menit
(4). Respirasi
: 28 x/menit
2. Rumusan Diagnosis Keperawatan
1. Resiko tinggi serangan berulang yang dialami oleh An “ J “ b/d
ketidakmampuan keluarga memodifkasi lingkungan.
2. Pemeliharaan kesehatan tidak efektif pada An. ” J ” berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga dalam mengenal masalah kesehatan dan mengambil
keputusan.
C.
Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga
Nama Klien
Alamat
NO
TUJUAN
: An “J”
: RT/RW 02/01 Desa Lewintana Kec. Soromandi
KRITERIA
STANDAR
INTERVENSI
1
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
Tidak terjadi
resiko
serangan
berulang pada
An “ J “ selama
di rumah
Pengetahuan:
Pengetahu
an
Sikap
Psikomoto
r
keluarga dapat
mengetahui apa
itu penyakit ISPA
sikap :
Keluarga mampu
memutuskan
u/menyediakan
sarana yg aman
(boleh jangka
pendek dan
jangka panjang
)
psikomotor :
keluarga
memodifkasi
lingkungan sehat
D.
1.
Diskusikan
tentang penyakit An” J ”
pada orang tua
2.
Jelaskan mula
datangnya penyakit
pada klien
3.
Ajarkan cara
menghindari dari
penyakit
4.
Bersama
keluarga kita anjurkan
selalu jaga kesehatan
sehingga tidak terjadi
resiko serangan
berulang pada keluarga
Tn” S ”
Implementasi dan evaluasi
Implementasi
Nama Klien
Alamat
: An “J”
: RT/RW 02/01 Desa Lewintana Kec. Soromandi
Tanggal dan
waktu
No
dx
Implementasi
30 desember
2012
I
1.
Mendiskusikan tentang penyakit An” J ”
pada orang tua
2.
Menjelaskan mula datangnya penyakit
pada klien
II
1.
Mengajarkan cara menghindari dari
penyakit ISPA
2.
Menganjurkan kepada klien untuk
memelihara lingkungan
3.
Bersama keluarga kita anjurkan selalu
jaga kesehatan sehingga tidak terjadi resiko
serangan berulang pada keluarga Tn” S ”
Evaluasi
Tanggal dan waktu
No dx
Evaluasi
3 januari 2013
I
S : keluarga mengatakkan bahwa masih kurang
mengerti tentang penyakitnya
O : lingkungan sekitar rumah sudah tampak
bersih
A : implementasi yang dilaksanakan dengan
metode ceramah belum dimengert ioleh
keluarga , perlu metode lain
P. : berikan pendidikan ulang , dengan metode
lain
II
S : keluarga mengatakkan sudah mengerti
tentang cara menghindari penyakit ISPA
O : tampak rumah terasa nyaman dilihat
A : implementasi yang dilaksanakan dapat di
terima oleh keluarga Tn “S”
P. : intervensi dihentikan
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil kegiatan PKL (Praktek Komunitas Lapangan) yang telah
dilakukan selama 2 minggu baik intervensi fsik maupun non fsik di Desa
Lewintana, Kecamatan Soromandi Kabupaten Bima, maka dapat disimpulkan
bahwa:
1.
Hasil observasi telah dilaksanakan untuk merencanakan program kerja
2.
Intervensi yang dilakukan yaitu:
1)
Intervensi Non Fisik
a.
Penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di masing-masing rumah.
b.
Penyuluhan tentang manfaat TOGA (Tanaman Obat Keluarga).
2)
Intervensi Fisik
a.
Pemeriksaan Kesehatan dan pengobatan gratis.
b.
Penanaman Tanaman Obat Keluarga (TOGA)
c.
Pembuatan tong sampah masing-masing RT
d.
Gotong royong setiap hari jum’at
e.
Melakukan pemghijauan
f.
Membuat papan nama ketua RT, RW, dan Kepala Dusun.
3.
Program kerja terlaksana 100 % yaitu 2 program intervensi non fsik dan 6
program fsik
B.
Saran
Ada beberapa hal yang kami sarankan berdasarkan hasil pelaksanaan kegiatan
PKL di Desa Lewintana, yaitu :
1.
Perlu adanya intervensi yang berkelanjutan untuk dapat mengembangkan
Desa Lewintana "Desa Menuju Sehat" menjadi "Desa Sehat” dalam rangka
menuju Indonesia Sehat 2015.
2.
Perlu ditingkatkan peran serta aktif masyarakat serta organisasi
kemasyarakatan yang ada di Desa Lewintana dalam pelaksanaan program
kesehatan.
3.
Untuk Dinas Kesehatan Kabupaten Bima agar lebih aktif dalam memantau
jalannya program kerja kesehatan di masyarakat dan selalu memperbaharui
data kesehatan masyarakat yang dimiliki, agar setiap program kerja yang dibuat
relevan dengan masalah-masalah kesehatan yang ada dalam masyarakat.
4.
Petugas puskesmas utamanya petugas kesehatan lingkungan harus lebih
aktif menanggulangi masalah-masalah kesehatan, seperti masalah air bersih,
SPAL (Saluran Pembuangan Air Limbah), tempat sampah, dan lain-lain.
5.
Pemerintah desa lebih peka dalam menanggapi keluhan-keluhan
masyarakat, baik mengenai masalah kesehatan maupun masalah-masalah
lainnya.
6.
Untuk seluruh komponen masyarakat Desa Lewintana agar lebih
memperhatikan kesehatan, baik kesehatan diri, keluarga, masyarakat, dan
lingkungan sekitar.
Diposkan oleh andi mujiansah di 22.17 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan
ke Pinterest
Posting Lebih BaruPosting LamaBeranda
Langganan: Entri (Atom)
Arsip Blog
▼ 2013 (7)
o
▼ Februari (7)
STIKYA
.....
.....
.....
.....
.....
.....
Mengenai Saya
andi mujiansah
Lihat profl lengkapku
Template Awesome Inc.. Diberdayakan oleh Blogger.