LAPORAN DAN PRAKTIKUM DAN ALGOLOGI

LAPORAN PRAKTIKUM ALGOLOGI

Disusun oleh :

Nama
NIM

: Iqbal Muhammad B
: H1K013049

Kelompok

:3

Asisten

: Safira

ILMU KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

PURWOKERTO
2015

DAFTAR ISI
PENDAHULUAN............................................................................................ 4
Latar Belakang
4
Tujuan...................................................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................7
Mikroalga................................................................................................. 7
Makroalga................................................................................................ 9
Klasifikasi Berdasarkan Pigmen............................................................9
Morfologi............................................................................................. 10
Habitat................................................................................................ 11
Parameter Kualitas Air...........................................................................11
pH....................................................................................................... 11
Salinitas.............................................................................................. 11
Suhu................................................................................................... 12
Kedalaman.......................................................................................... 12
DO...................................................................................................... 13

III. MATERI DAN METODE..........................................................................14
Materi.................................................................................................... 14
Alat..................................................................................................... 14
Bahan................................................................................................. 14
Waktu dan Tempat............................................................................. 14
Metode................................................................................................... 15
Mikroalga............................................................................................ 15
Makroalga........................................................................................... 16
Parameter Kualitas Air........................................................................17
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................18
Hasil....................................................................................................... 18
Mikroalga............................................................................................ 18
4.1.2 Makroalga.................................................................................. 18
4.1.3 Parameter Kualitas Air...............................................................19
Pembahasan.......................................................................................... 20

BBPBAP............................................................................................... 20
Mikroalga............................................................................................ 23
4.2.3 Makroalga.................................................................................. 32
KESIMPULAN DAN SARAN..........................................................................39

Kesimpulan............................................................................................ 39
Saran..................................................................................................... 39

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki wilayah laut lebih luas
daripada daratannya. Keanekaragaman dan kekayaan alam tidak hanya terkandung di
daratan, namun dalam perairan Indonesia cukup tinggi ragamnya. Salah satu
keanekaragaman perairan yaitu rumput laut dengan jumlah spesies 555 jenis di
Indonesia (Merdekawati dan Susanto, 2009).
Penelitian mengenai mikroalga dan aplikasinya untuk dapat digunakan dalam
berbagai macam proses atau produk ekonomis dan bernilai tinggi telahh
dikembangkan secara intensif selama 50 tahun terkahir. Jepang telah memulai
budidaya mikrolaga Chlorella skala besar pada awal 1960-an oleh Nihon Chlorella.
Aplikasi mikroalga sebagai sumber energy terbarukan semakin meningkat selama
krosis energy pada tahun 1970-an (Noer, 2012). Pada tahun 1980, terdapat 46 pabrik
skala besar yang berhasil memproduksi lebih dari 100kg mikroalga perbulan
(terutama Chlorella) di asia. Budidaya komersial Dunaliella salina,sebagai sumber
betakaroten, mrupakan industry mikroalga ketiga terbesar yang didirikan oleh
Wastern Biotechnology (Hutt Lagoon, Australia) dan Betatene (Whyalla, Australia)

(sekarang Cognis Nutrition and Health) pada thun 1986. Industry bioteknologi
mikroalga telah tumbuh dan sangat berkembang dalam waktu singkat sekitar 30
tahun. Saat ini, pasar biomassa mikroalga menghasilkan sekitar 500 ton bahan kering/
tahun dan menghasilkan omset sekitar US $1,25 x 109/tahun (Noer,2012) Eksplorasi
mikroalga selain digunakan sebagai usahan diversifikasi pangan, juga dimaksudkan

untuk memberdayakan lahan pertanian yang tidak layak. Indonesia sebgai Negara
tropis memiliki termperatur dan komposisi kadar garam tinggi sehingga sangat sesuai
untuk pertumbuhan mikroalga (Noer, 2012).
Anggadiredja J (1988-1992), melakukan studi etnobotani dan
etnofar-makologi alga makro laut di beberapa daerah; Pulau-pulau di
Propinsi Riau, pantai sekitar Propinsi Lampung, dan beberapa lokasi di
pantai selatan P. Jawa; P. Madura dan sekitarnya; P. Bali, Pulau-pulau di
Propinsi NTB, NTT, di daerah pantai Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara,
4 Kumpulan Makalah Periode 1987-2008 dan beberapa pulau di Propinsi
Maluku. Dari hasil studi diperoleh informasi bahwa 61 jenis dari 27 marga
yang tumbuh di perairan sekitar lokasi tersebut, sudah lama dan terbiasa
dijadikan makanan khususnya, oleh masyarakat di wilayah pesisir. Jumlah
tersebut didominasi oleh 38 jenis darl 17 marga alga merah. Sedangkan
yang termasuk alga hijau berjumlah 15 jenis dari 5 marga; dan alga coklat

berjumlah 8 jenis dari 5 marga. Sejumlah 21 jenis dari berbagai kelas di
atas dimanfaatkan pula sebagai obat tradisional.

Balai Budidaya Air Payau (BBAP) Jepara merupakan Unit Pelaksanaan
Teknis (UPT) yang berada dibwah Direktorat Jenderal Perikanan , Departemen
Pertanian beralamat di Balai Bsar Perikanan Budidaya Air Payau. Jlan Cik Lnanang 1
Bulu Jepara-Jawa Tengah. Seiring dengan perkembangan kemajuan teknologi
akuakultur, dimana komoditas yang dikembangkan tidak hanya terbatas pada udang
windu saja, tetapi juga komoditas ikan bersirip, Echinodermata dan molusca air.
Kedudukan BBPBAP Jepara merupakan Unit Pelaksana teknis yang secara

administrative dan teknis bertanggung jawab pada Direktoran Jenderal Perikanan
Budidaa Kemantrian Kelautan & Perikanan.
Teluk

Awur

yang

termasuk


dalam

wilayah

administratif

Kabupaten Jepara yang terletak di sebelah utara Kampus Lima
Kelautan Universitas Diponegoro. Perairan ini terletak antara 110° 30'
BT - 110° 35' BT dan 6° 47' LS (Ruswahyuni, 2010).

Tujuan
Tujuan akhir pada kegiatan praktikum agar mahasiwa dapat memahami
keragaman pengelompokan algae (makroalgae dan microalgae) disertai ciri-ciri
khusunya secara bilogis dan ekologis. Melalui pengamatan langsung dilapangan serta
analisa dan identifikasi pada skala labolatorium

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Mikroalga
Mikroalga merupakan organisme tumbuhan yang paling primitive yang

berukuran renik, ukurannya yang mikroskopik, yaitu sekitar 1-10 µm menyebabkan
alga ini tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Mikroalga hidup di seluruh
wilayah perairan, baik air tawar maupun air laut. Mikroalga memang sudah lama
dipergunakan untuk industry farmasi, kesehatan dan sebagainya. Mikroalga
diklasifikasikan sebagai tumbuhan karna memiliki klorofil dan mempunyai suatu
jaringan sel menyerupai tumbuhan tingkat tinggi. Melalui pendekatan suatu skema
klasifikasi, spesies mikroalga dikarakterisasi berdasarkan kesamaan morfologi dan
biokimia (Dihami, 2001) sel mikroalga dapat dibagi menjadi sepuluh divisi, dan
setiap divisi mempunyai karakteristik yang ikut memberikan andil pada
kelompoknya, tetapi spesies-spesiesnya cukup memberikan perbedaan-perbedaan dari
lainnya. Ada empat karakteristik yang digunakan untuk membedakan divisi
mikroalga yaitu: tipe jaringan sel ada tidaknya flagella, tipe komponen fotosintesa,
dan jenis pigmen sel, selain itu morfologi sel dan bagaimana sifat sel yang menempel
berbentuk

koloni/filament

dan

merupakan


informasi

penting

di

dalam

membedakanmasing masing kelompok (Graham dan Wilcox, 2000).
Perbedaan utama yang menarik dari alga mikro terletak pada waktu
generasinya (doubling time). Waktu generasi didefinisikan sebagai waktu yang
dibutuhkan oleh organisme untuk berkembang biak hinggajumlah mencapai dua kalai
lipat dari semula. Umumnya alaga mikro memiliki waktu generasi yang lebih singkat

dibandingkan alga makro. Hal ini menybabkan laju pertumbuhan alga mikro lebih
cepat bila dibandingkan dengan laga makro. Factor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan mikroalga, diantaranya factor abiotic (cahaya matahari, temperature,
nutrisi, O2, CO2, pH, salinitas), factor biotik (bakteri, jamur, virus, dan kompetisi
dengan mikroalga lain) (Terry dan Raymond, 1985).

Mikroalga memiliki kandunganprotein yang sangat tinggi sehingga mikroalga
juga dikelnal sebagai single cell protein. Karbohidrat dalam mikroalga dapat
ditemukan dalam bentuk pati glukosa, gula dan polisakarida lainnya. Kandungan
lemak rata rata sel alga bervariasi antara 1% dan 70% tetapi bisa mencapai 90% dai
berat kering pada kondisi tertentu. Lemak dalam mikroalaga terdidi dari gliserol,
asam lemak jenuh atau asam lemak tak jenuh. Komposisi lemak pada masing masing
mikroalga dipengaruhi oleh beberapa factor, seperti perbedaan nutrsi, lingkungan dan
fase pertumbuhan. Mikroalga juga merupakan sumber vitamin penting, seperti
vitamin A, B, B1, B2, B6, B12, C, E, nikotinate, biotin, asam folat, dan asam
pantotenat. Kandungan vitamin tersebut dapatn eningkatkan nilai gizi dari sel alga,
namun kuantitasnya berfluktuasi, hal ini desebabkan oleh factor lingkungan, teknik
pemanenan, dan metode pengeringan sel. Mikroalga juga kaya akan pigmen seperti
klorofil (0,5% - 1% berat keing), karotenoid (rata-rata 0,1 – 0,2 % berat kering hingga
lebih dari 14% untuk betakaroten untuk mikroalga Dunaliella sp.) dan phycobili
proteins. Molekul tersebut dapat diaplikasikan untuk kepentingan komersial
(Isambert, A, 2006).

Makroalga
Makroalga adalah tumbuhan tidak berpembuluh yang tumbuh melekat pada
substrat di dasaran laut.Tumbuhan tersebut tidak memiliki akar, batang, daun, bunga,

buah dan biji sejati (Jana,2006). Menurut Atmaja dan Sulistijo (1988) penyebaran
makroalga dibatasi oleh daerah litoral dan sub litoral dimana masih terdapat sinar
matahari yang cukup untuk dapat melakukan proses fotosintesis. Didaerah litoral
merupakan tempat yang cocok bagi kehidupan alga karena terdiri atas batuan.
Klasifikasi Berdasarkan Pigmen

Makroalga yang berukuran besar tergolong dalam tiga kelompok besar, yaitu
Chloropyta (Alga hijau), Phaeopyta (Alga Coklat) dan Rhodophita (Alaga Merah).
Sebagai produsen primer, kelompok alga ini juga menfiksasi bahan organic dari
bahan anorganik dengan bantuan cahaya matahari dimanfaaatkan langsung oleh
herbivore (Asriyana dan Yuliana, 2012).
A. Cholorophita (Alga Hijau)
Kelompok ini merupakan kelompok dengan vegetasi terbesar disbanding
kelompok lainnya. Chlorophita disebut juga alga hijau tergolong ke dalam divisi
Chlorophyta. Sel selnya memiliki kloroplas yang berwarna hijau yang jelas seperti
pada tumbuhan tingkat tinggi karena mengandung pigmen klorofil a dan b,
karotenoid. Perkembangbiakan terjadi secara aseksual dan seksual. Chlorophyta
terdiri atas sel-sel kecil yang merupakankoloni berbentuk benang bercabang-cabang
atau tidak, dan menyerupai kormus tumbuhan tingkat tinggi (Tjitrosoepome, 1994).
B. Phaeopyta (Alga Coklat)


Phaeophyta

adalah

ganggang

yang

berwarna

coklat/pirang.

Dalam

kromatofrranya terkandung klorofil a, karotin dan xanthofil tetapi yang terutama
adalah fikosantin yangmenutupi warna lainnya dan menyebabkan ganggan itu
kelihatan berwarna pirang. Sebagai hasil asimilasi dan sebagai mekanan cadangan
tidak pernah ditemukan zat tepung, tetapi ssampai 50% dari berat keringnya terdiri
atas laminarin, sejenis karbohidrat yang menyerupai dekstrin dan lebih dekat dengan
selulosa daripada zat tepung. Dinding selnya sebelah dalam terdiri atas selulosa, yang
sebelah luar dai pectin dan di bawah pectin terdapat align. Sel selnya hanya
mempuyai satu inti (Tjitrosoepomo, 1994).
C. Rhodophyta (Alga Merah)
Alga merah atau Rhodophyta adalah salat satu filum dari alga yang berdasarkan zat
warna atau pigmentasinya memiliki warna merah. Warna merah pada alga ini
disebabkan oleh pigmen fikoeritrin dalam jumlah banyak dibandingkan pigmen
klorofil, karoten, dan xantofil..
Morfologi

Menurut sebaian ahli botani memasukkan alga ini kedalam dunia tumbuhtumbuhan dan secara morfologi tubuh alga tidak memiliki akar, batang dan daun yang
sejati seperti layaknya tumbuhan tingkat tinggi, tetapi hanya menyerupai saja bagianbagian tersebut karena alga hanyalah berbentuk talus belaka dan dimasukka ke dalam
tumbuhan tingkat rendah. Untuk dapat tumbuh bagi alga yang berukuran besar
(makroalga) memerlukan substrat untuk tempat menempel/hidup.

Habitat

Daerah intertidal pada pantai yang berbatu-batu mempunyai sifat tertutup
sesuai daerah alga merah atau alga coklat terutama alga dari genus fucus alga yang
sering disebut rumput laut (seaweeds).Sebagian kecil makroalga laut melekat pada
substrat dasar berupa berlumpur dan berpasir.Sebagian besar makroalga hidup dan
melekat pada benda keras yang cukup kokoh.Umumnya ditemukan melekat pada
terumbu karang, batuan, potongan karang, cangkang molusca, potongan kayu dan
sebagainya

Parameter Kualitas Air
pH

nilai pH menyatakan nilai konsentrasi ion hydrogen dalam suatu larutan. Kemampuan
air untuk mengikat dan melepaskan sejumlah ion hydrogen akan menunjukan pada
larutan bersifat asam atau basa (wibisono, 2005). Derajat keasaman perairan
merupakan salah satu factor yang mempengaruhi perbutmbuhan makroalga. Nilai pH
sangan menentukan molekul karbon yang dapt digunakan alga untuk fotosintesis. pH
yang baik untuk aga hijau dan alga coklat berkisar antara 6 sampai 9. Beberapa jenis
alga toleran terhadap kondisi pH yang demikian (Bold et al., 1985).
Salinitas

Salinitas pada berbagai tempat di lautan terbuak yang jauh dari daerah pantai
vairasinya sempit saja, biasanya antara 34-37 ppt, dengan rata rata 35 ppt. perbedaan
salinitas juga terjadi karena perbedaan dalam penguapan dan prespitasi. Salinitas
lautan di daerah tropic lebih tinggi karena evaporasi lebih tinggi, sedangkan pada
lautan di daerah beriklim sedang salinitasya rendah karean evaporasi rendah

(Nybakken, 1998). Salinitas juga mempengaruhu penyebaran makroalaga di lautan.
Makroalga yang mempunyai toleransi yang besar terhadap salinitas (eurihalin) akan
tersebar lebih luas dibandingkan dengan alaga makro yang mempunyai toleransi yang
kecil terhadap salinitas (stenohalin) (Alam, 2011).
Suhu

Menurut Nyabakken (1988), suhu adalah ukuran energy gerakan molekul.
Suhu merupakan salah satu factor yang sangat penting dalm mengatur proses
kehidupan dan penyebaran organisme. Tetapi ada juga organisme yang meampu
mentolerir suhu sedikit di atas dan sedikit di bawah batas-batas ersebut, misalnya
ganggang hijau biru. Menurut Brehm dan Meijering (1990) dlam Barus (2004)
menyatakan bahwa suhu perairan dipengaruhi oleh aktivitas manusia seperti
pembuangan limbah panas yang berasal dari mesin suatu pabrik menyebbkan
hilangnya perlindungan, sehingga badan air langsung terkena cahaya matahari secara
langsung. Direktoran Jenderal Peikanan Budidaya (2009) mengaakan bahwa suhu
yang baik pertumbuhan alga berkisar 20 – 30 oC. semakin naiknya temmperatur akan
akan menybabkan kelarutan oksigen dalam air menjadi berkurang. Hal ini dapat
menyebabkan organisme air akan mengalami kesulitan untuk melakukan respirasi
(Barus, 2004).
Kedalaman

Kedalaman mampu mempengaruhi proses penetrasi cahaya. Penetrasi cahaya yang
terbatas akan membatasi kemampuan makro alga dalam melakukan fotosintesis.
Tingkat kecerahan mempengaruhi tingkat produktivitas perairan, semakin rendah
tingkat kecerahan semakin kecil proses fotosintesis yan terjadi pada organisme

produsen. Kehadiran dan kelumpahan alga akan berkuran pada tempat-tempat yang
lebhi dalam dibandingkan daerah yang lebih dangkal.
DO

Oksigen terlarut meupakan suatu factor yang sangat penting dalam ekosistem akuatik,
terutama sekali dibutuhkan untuk proses repirasi bagi sebagian besar organisme
(Suin, 2002). Umumnya kelarutan oksigen dalam air sangat terbatas. Dibandingkan
denga kadar oksigen di udara yang sangat mempunyai konsentrasi sebanyak 21%
volume air hanya mampu menyerap oksigen terlarut dalam air adalah penyerapan
oksigen dari udara melalui kontak antara permukaan air dengan udara, dan dari proses
fotosintesis. Nilai oksigen terlalrut dalam air adalah penyerapan oksigen dari udara
melalui kontak antara permukaan air dengan udara, dan daro proses fotossintesis.
Nilai oksigen terlarut di suatu perairan mengalami fluktuasi harian maupun musiman
yang dipengaruhi olleh temperature dan juga aktivitas fotosintesis dari tumbuhan
yang menghasilkan oksigen (Barus, 2004).

III. MATERI DAN METODE
Materi
Alat

Alat alat yang digunakan untuk sampling makroaga adalah tabung/botol air
(water bottle), Van Dorn atau Bottle Sampler, Pompa Hisap, Dan Planktonet.
Bahan

Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah makroalga yang telah diawetkan,
mikroalga, larutan amylum, larutan MnSO4.
Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilakukan pada hari senin, 3 Mei 2015 sampai dengan Rabu, 5
Mei 2015. Praktikum ini dilaksanakan di tiga tempat yaitu, Teluk Awur Jepara,
BBPBAP Jepara, dan di Laboratorium FPIK UNSOED.

Metode
Mikroalga
Pengambilan Sampel Mikroalga
Air sebannyak 200 liter disaring dengan planktonnet
Planktonnet digosok agar plankton tidak menempel
dijaring
Sample ditampung pada botol film
Pengawetan Mikroalga
Sample diberi Formalin 4 %
Identifikasi Mikroalga
Sample diambil dengan pipet tetes
Diteteskan diatas object glass
Ditutup cover glass
Diamati dibawah mikroskop
Identifikasi morfologinya dengan buku identifikasi
yang disediakan
Hasil

Makroalga
Pengambilan Sampel Makroalga
Transect line sepanjang 100 meter di tarik
Diletakan Transek kuadrat dengan interval yang
telah ditentukan
Sampel diambil dan dicatat jumlah yang terdapat
pada transek kuadrat
Pengawetan Kering Makroalga
Dibersihkan
Dikeringkan
Diletakan di kardus
Dipress dan diikat dengan karet
Pengawetan Basah Makroalga
Dicuci dengan air bersih
Dimasukan ke toples
Ditambahkan air laut dan alcohol (perbandingan 10:1)
Identifikasi Makroalga
Diamati Morfologinya
Diidentifikasi dengan buku identifikasi
Dicatat
Hasil

Parameter Kualitas Air
Sample Air 250 ml
Ditambahkan MnSO4 1 ml
Ditambahkan KOH-KI 1 ml
Dihomogenkan
Didiamkan 2 menit hingga terbentuk endapan
Ditambahkan H2SO4 pekat 1 ml
Dihomogenkan hingga kuning pekat
Dipindahkan 100 ml ke tabung erlenmeyer
Ditambahkan Na2S2O3 sampai kuning muda
Ditambahkan Amilum 10 tetes
Ditambahkan Na2S2O3 sampai jernih
Hasil

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Mikroalga
Tabel 1. Data Pengamatan Mikroalga

Jam
06.00

Diawetkan
Rhizosoleina sp.,
Nitzchia sp.

12.00

Noctiluca sp.

18.00

Pleurosigma sp.

Tanpa diawetkan
Melosira sp.
Nitzchia sp.,
Tribonema sp.
Spirulina sp., Ankyra
sp., Pleurosigma
angulata

4.1.2 Makroalga
Tabel 2. Data Pengamatan Makroalga

Transek ke1

2

3

Nama Spesies
Halimeda macroloba
Caulerpa racemosa
Halimeda distorta
Sargassum
polyceratium
Sargassum
tenerrimum
Padina sp.

Substrat
Karang berpasir
Karang
Karang berpasir
Karang berpasir
Karang berpasir
Karang

Halimeda distorta

Karang berpasir

Caulerpa serrulata

Karang

Halimeda distorta

Karang berpasir

Jam

pH

Salinitas

Suhu

06.00
12.00
18.00

7
8
7

30
29
28

28
31
30

4.1.3 Parameter Kualitas Air
Tabel 3. Data Parameter Kualitas Air 1

Kedalama
n
65
30

DO
3,0
5,4
3,8

Pembahasan
BBPBAP

Teknik Isolasi
Metode kultur murni phytoplankton di laboratorium untuk memperoleh satu
jenis phytoplankton (monospesies) dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu :
1.

Metode media agar

2.

Metode subkultur

3.

Metode pengenceran berseri

4.

Metode pipet kapiler
Metode media agar adalah suatu metode pemurnian individu dari suatu sampel

perairan dengan cara membuat kultur murni dengan menggunakan media agar. Cara
kerjanya :
1. Air laut steril sebanyak 100ml ditambahkan Bacto Agar
2. Larutan campuran dihomogenkan dengan magnetic stirer
3. Lalu larutan diberi pupuk, selanjutnya larutan disterilkan dengan autoklaf
4. Setelah itu tambahkan larutan dengan vitamin B12, lalu di tuang pada cawan
petri/ tabung reaksi dengan media miring
5. Setelah media dingin, dilakukan penanaman mikroalga dengan menggoreskan
jarum ose yang telah dipanaskan/disterilisasi dan oleskan kepermukaan media
agar, pengolesan jarum ose pada media agar ini dilakukan dengan cara zigzag,
kemudian tutup dan simpan media agar yang telah digoresi dengan plankton
pada suhu kamar dibawah sinar cahaya lampu neon secara terus menerus.
6. Setelah 5-7 hari mikroalga mulai tumbuh.
7. Siapkan erlemeyer yang telah disterilisasi
8. Masukkan air laut dan pupuk sesuai dengan media yang diinginkan pada
setiap jenis phytoplankton
9. Lakukan inokulasi bibitphytoplankton dari hasil kultur murni
10. Amati pertumbuhan phytoplankton tersebut dengan menghitung kepadatan
populasi phytoplankton.

Teknik Kultur Semi Massal
1. Air laut sebagai air media sebanyak 60 liter dengan salinitas 30 ppm dituang
ke aquarium melalui filterbag
2. Lalu air media diklorine selama 24 jam agar steril
3. Air laut yang telah steril dalam media kultur kemudian dilakukan pemupukan
dan diberi aerasi. Inokolum sebanyak sepersepuluh dari volume total
diberikan sebagai bibit.
4. kultur skala laboratorium dimasukkan kedalam akuarium yang telah di isi air
laut bersih (steril) dengan suhu 28-300C dan salinitas 28-30 ppt. sebelum
dikultur dilakukan adaptasi lingkungan. Pada skala semi-massal digunakan
bibit 5-10 % dari volume total.
5. pupuk anorganik dengan perbandingan pemakaian pupuk UREA : ZA : TSP :
EDTA Na2 adalah 5 : 2 : 2 : 1. untuk volume bak 1 ton, pupuk yang
digunakan sebanyak 50 gram UREA, 20 gram TSP dan 10 gram EDTA.
Pupuk diberikan bersamaan dengan bibit fitoplankton dari hasil sebelumnya.
6. Setelah 15 menit diberi pupuk lalu bibit mikroalga dituang sebanyak 10-20 %
dari air media
7. Setelah 1 minggu dari media semi massal dipindahkan menuju media yang
lebih besar
8. Setelah 1 minggu selanjutnya dituang ke media massal
Teknik Kultur Massal
1. Air dialirkan dengan pompa melalui pipa penyaringan dan instalasi UV,
selanjutnya ditampung pada wadah-wadah dengan volume lebih kecil (50-60
liter).untuk salinitas dibutuhkan 20 – 25/mil
2. Air dinetralkan mengunakan thiosulfat untuk menghilangkan kaporit sambil
diaerasi.
3. setelah itu dipupuk, Inokolum sebanyak sepersepuluh dari volume total
diberikan sebagai bibit.

4. Bibit fitoplankton yang berasal dari kultur skala laboratorium dimasukkan
kedalam akuarium yang telah di isi air laut bersih (steril) dengan suhu 28300C dan salinitas 28-30 ppt. sebelum dikultur dilakukan adaptasi lingkungan
5. Fitoplankton yang siap untuk dipanen memilii kepadatan 10 juta sel/ml untuk
kegiatan pembenihan ata pemeliharaan larva, biasanya berumur antara 4-6
hari.
6. Pemanenan yang akan dilakukan secara total maupun secara harian
menggunakan kain . Media tempat tumbuhnya pakan alami siap untuk ditebari
dengan bibit sesuai dengan kebutuhan produksi

Mikroalga

a. Nitzshcia sp.

Gambar 1. Nitzschia sp.\
Kingdom: Chromista
Phylum: Ochrophyta
Class: Bacillariophyceae
Order: Bacillariales
Family: Bacillariaceae
Genus: Nitzschia
Species: Nitzschia sp.
(algaebase.org)

Deskripsi: Nitzschia adalah genus diatom tunggal yang terbesar dan salah satu yang
paling umum, dengan spesies yang terdapat di lingkungan yang ekstrim
seperti air organik tercemar.

a. Ankyra sp.

Gambar 1. Ankyra sp.

Kingdom: Chromista
Phylum: Ochrophyta
Class: Xanthophyceae
Order: Sphaeropleales
Family: Characiaceae
Genus: Ankyra
Species: Ankyra sp.
(algaebase.org)

Deskripsi: Sel memanjang Solitary 15-150 µM panjang dan 1,5-14 µM lebar,
meruncing ke anterior dan posterior 'bulu'. Keduanya memiliki dua atau lebih pendek
'bulu' di akhir distal mereka.

b. Rhizosolenia sp.

Gambar 2. Rhizosolenia sp.

Kingdom: Chromista
Phylum: Bacillariophyta
Class: coscinodiscophyceae
Order: Rhizosoleniales
Family: Rhizosoleniceae
Genus: Rhizosolenia
Species: Rhizosolenia sp.
(algaebase.org)

Deskripsi:

c. Noctiluca sp.

Gambar 3. Noctiluca sp.

Kingdom: Chromista
Phylum: Dinophyta
Class: Noctilucophyceae
Order: Noctilucales
Family: Noctiluceae
Genus: Noctiluca
Species: Noctiluca sp.
(algaebase.org)

Deskripsi:

d. Pleurosigma sp.

Gambar 4. Pleurosigma sp.

Kingdom: Chromista
Phylum: Bacillariophyta
Class: Bacillariophyceae
Order: Naviculales
Family: Pleurosigmataceae
Genus: Pleurosigma
Species: Pleuorsigma sp.
(algaebase.org)

Deskripsi:

e. Melosira sp.

Gambar 4. Pleurosigma sp.

Gambar 5. Melosira sp.

Kingdom: Chromista
Phylum: Bacillariophyta
Class: Coscinodicosphyceae
Order: Melosirales
Family: Melosiraceae
Genus: Melosira
Species: Melosira sp.
(algaebase.org)

Deskripsi:

f. Tribonema sp.

Gambar 6. Tribonema sp.

Kingdom: Chromista
Phylum: Ochrophyta
Class: Xanthophyceae
Order: Tribonematales
Family: Tribonemaceae
Genus: Tribonema
Species: Tribonema sp.
(algaebase.org)

Deskripsi:

g. spirulina sp.

Gambar 7. Spirulina sp.

Kingdom: Eubacteria
Phylum: negibacteria
Class: Cyanophyceae
Order: Spirulinales
Family: Spirulinaceae
Genus: Spirulina
Species: spirulina sp.
(algaebase.org)

Deskripsi:

h. Pleurosigma angulatum sp.

Gambar 8. Pleurosigma angulatum

Kingdom: Chromista
Phylum: Bacillariophyta
Class: Bacillariophyceae
Order: Naviculales
Family: Pleurosigmataceae
Genus: Pleurosigma
Species: Pleuorsigma angulatum.
(algaebase.org)

Deskripsi:

4.2.3 Makroalga

a. Halimeda macroloba

Gambar 9. Halimeda macroloba
Kingdom: Plantae
Phylum: Chlorophyta
Class: Ulvophyceae
Order: Bryopsidales
Family: Halimedaceae
Genus: Halimeda
Species: Halimeda macroloba
(algaebase.org)
Deskripsi: Berwarna hijau dan tegak. Tumbuh sepanjang 7-12 cm serta memiliki
holdfast yang berbentuk silindris. Bentuk thallusnya terartikulasi. Hidup di
perairan intertidal bersubstrat bebatuan dan batu berkpur (Jha et. al., 2009).
Thallusnya tegak dan pipih. Berwarna hijau gelap kecerahan dengan panjang 10
cm dan tertanam di pasir oleh holdfast bulat. Percabangan utamanya bercabang 2
kadang juga ada yang bercabang 3 (El-Manawy dan Shafik, 2008).

b. Caulerpa racemosa

Gambar 10. Caulerpa racemosa
Kingdom: Plantae
Phylum: Chlorophyta
Class: Ulvophyceae
Order: Bryopsidales
Family: Caulerpaceae
Genus: Caulerpa
Species: Caulerpa racemosa
(algaebase.org)

Deskripsi: Berwarna hijau pucat, hidup bergerombol. Tumbuh antara 2 – 5 cm.
Biasanya terasosiasi pada karang mati. Hidup di perairan yang tenang yang
bersubstrat bebatuan dan batu berkapur. Thallusnya bercabang dan
merambat (Jha et. al., 2009).

c. Halimeda distorta

Gambar 11. Halimeda distorta
Kingdom: Plantae
Phylum: Chlorophyta
Class: Ulvophyceae
Order: Bryopsidales
Family: Halimedaceae
Genus: Halimeda
Spesies: Halimeda distorta
(algaebase.org)

Deskripsi: Halimeda secara global diwakili oleh sekitar 50 spesies dan terjadi subur
di daerah karang di seluruh dunia, di mana ia berkembang di berbagai
lingkungan pada kedalaman mulai dari