BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dalam Peningkatan Prestasi Belajar Siswa di SMP NU 10 Ringinarum Kecamatan Ringinarum Kabupaten Kendal

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Evaluasi Program
Evaluasi merupakan suatu proses perencanaan,
pemerolehan,

serta

menyediakan

informasi

dalam

memberikan alternatif penyelesaian keputusan yang
tepat. Hal ini sesuai yang diungkapkan oleh Arikunto,
(2007:290) Evaluasi Program adalah suatu rangkaian
kegiatan yang dilakukan dengan sengaja untuk melihat
tingkat keberhasilan program. Dari pengertian tersebut,
dapat ditafsirkan bahwa evaluasi adalah kegiatan
menilai suatu proses perkembangan yang telah di capai

anak didik setelah mengalami proses pendidikan dalam
waktu tertentu.
Untuk
manajemen

mengukur
berbasis

kualitas

sekolah

dari

dalam

program

peningkatan


prestasi belajar siswa di SMP NU 10 Ringinarum yang
sudah berjalan dilakukan proses evaluasi yang melihat
suatu proses berdasarkan teori sistem adalah model
evaluasi dari Stufflebeam dan Guba yang meliputi
context, input, process and product (CIPP). Melalui
metode ini akan diketahui, mana yang berjalan, mana
yang tidak berjalan atau mana yang gagal, dan apa
yang harus dirubah dan apa yang bisa dipertahankan
Kaufman&Thomas (1980:4).
Dari keempat aspek Model Evaluasi CIPP (context,
input, process and output) dapat diuraian sebagai
berikut:

11

12

1) Contect Evaluation
Contect Evaluation (evaluasi konteks) dapat
diartikan


sebagai

kebutuhan

yang

upaya
belum

menggambarkan

terpenuhi

sehingga

mempengaruhi jenis-jenis tujuan dan strategi yang
dilakukan

dalam


bersangkutan.

suatu

Penilaian

dari

program

yang

dimensi

konteks

evaluasi ini seperti kebijakan atau unit kerja terkait,
sasaran yang ingin dicapai unit kerja dalam waktu
tertentu, masalah ketenagaan yang dihadapi dalam

unit kerja terkait dan sebagainya.
Stufflebeam (dalam Hamid Hasan, 1983:128)
menyebutkan, tujuan evaluasi konteks yang utama
adalah untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan
yang

dimiliki

evaluan.

Dengan

mengetahui

kekuatan dan kelemahan ini, evaluator akan dapat
memberikan

arah

perbaikan


yang

diperlukan.

Suharsimi Arikunto dan Cepi Safrudin menjelaskan
bahwa,

evaluasi

konteks

adalah

dan

merinci

menggambarkan


upaya

untuk

lingkungan

kebutuhan yang tidak terpenuhi, populasi dan
sampel yang dilayani, dan tujuan proyek konteks
evaluasi ini membantu merencanakan keputusan,
menentukan kebutuhan yang akan dicapai oleh
program,
Evaluasi

dan

merumuskan

konteks

menggambarkan


adalah
dan

tujuan
upaya

merinci

program.
untuk

lingkungan,

kebutuhan yang tidak terpenuhi, populasi dan
sampel yang dilayani, dan tujuan proyek.

13

2) Input Evaluation

Input Evaluation pada dasarnya mempunyai
tujuan untuk mengaitkan tujuan, konteks, input,
dan proses dengan hasil program. Evaluasi ini juga
untuk menentukan kesesuaian lingkungan dalam
membantu pencapaian tujuan dan objektif program.
Menurut Eko Putro Widyoko, evaluasi masukan
(Input

Evaluation)

ini

ialah

untuk

membantu

mengatur keputusan, menentukan sumber-sumber
yang ada, alternatif apa yang diambil, apa rencana

dan

strategi

untuk

mencapai

tujuan,

dan

bagaimana prosedur kerja untuk mencapainya.
Evaluasi ini menolong mengatur keputusan,
menentukan sumber-sumber yang ada, alternatif
apa yang diambil, apa rencana dan strategi untuk
mencapai kebutuhan, bagaimana prosedur kerja
untuk mencapainya.
3) Process Evaluation
Process evaluation ini ialah merupakan model

CIPP yang diarahkan untuk mengetahui seberapa
jauh kegiatan yang dilaksanakan, apakah program
terlaksana sesuai dengan rencana atau tidak.
Evaluasi proses juga digunakan untuk mendeteksi
atau

memprediksi

rancangan
implementasi,

rancangan

implementasi
menyediakan

prosedur

atau

selama

tahap

informasi

untuk

keputusan program dan sebagai rekaman atau arsip
prosedur yang telah terjadi.
4) Product Evaluation
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya,
bahwa evaluasi produk ialah untuk melayani daur

14

ulang

suatu

evaluasi

keputusan

produk

pimpinan

dalam

diharapkan

proyek

dalam

program.

dapat

Dari

membantu

mengambil

suatu

keputusan terkait program yang sedang terlaksana,
apakah program tersebut dilanjutkan, berakhir,
ataukah ada keputusan lainnya.
Keputusan ini juga dapat membantu untuk
membuat keputusan selanjutnya, baik mengenai
hasil

yang

telah

dicapai

maupun

apa

yang

dilakukan setelah program itu berjalan. Evaluasi
produk diarahkan pada hal-hal yang menunjukkan
perubahan yang terjadi pada masukan mentah.
Secara garis besar evaluasi model CIPP mencakup
empat macam keputusan yang sangat dominan yaitu:
1) Perencanaan

keputusan

yang

mempengaruhi

pemilihan tujuan umum dan tujuan khusus
2) Keputusan pembentukan atau structuring
3) Keputusan implementasi
4) Keputusan

yang

telah

disusun

ulang

yang

menentukan suatu program perlu diteruskan,
diteruskan

dengan

modifikasi,

dan

atau

diberhentikan secara total atas dasar kriteria yang
ada
Adapun Tujuan dan fungsi Evaluasi CIPP sebagai
berikut:
1) Tujuan evaluasi program model CIPP adalah untuk
keperluan

pertimbangan

sebuah keputusan/kebijakan.

dalam

pengambilan

15

2) Fungsi dari evaluasi model CIPP adalah sebagai
berikut:
a. Membantu

penanggung

jawab

program

tersebut (pembuat kebijakan) dalam mengambil
keputusan apakah meneruskan, modifikasi,
atau menghentikan program.
b. Apabila tujuan yang ditetapkan program telah
mencapai keberhasilannya, maka ukuran yang
digunakan tergantung pada kriteria yang telah
ditetapkan sebelumnya.
Langkah-langkah Pelaksanaan Evaluasi CIPP
1) Menetapkan keputusan yang akan diambil
2) Menetapkan jenis data yang diperlukan
3) Pengumpulan data
4) Menetapkan kriteria mengenai kualitas
5) Menganalisis

dan

menginterpretasi

data

berdasarkan kriteria
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan
bahwa evaluasi merupakan sebuah kegiatan yang
sistematis dengan melalui proses yang terukur dan
terarah dalam mencapai hasil dengan waktu yang
ditentukan.

2.2 Manajemen Berbasis Sekolah
Manajemen Berbasis Sekolah merupakan salah
satu program yang dikembangkan oleh pemerintah
dalam paradigma meningkatkan mutu pendidikan di
tingkat Sekolah Dasar ataupun Menengah. Adapun
Pengertian

Manajemen

Berbasis

Sekolah

menurut

16

Dirjen

Dikdasmen

Sekolah

(2001:2)

merupakan

Manajemen

bentuk

alternatif

Berbasis

pengelolaan

sekolah dalam rangka desentralisasi pendidikan, yang
ditandai adanya kewenangan pengambilan keputusan
yang

lebih

luas

ditingkat

sekolah,

partisipasi

masyarakat yang relatif tinggi, dalam rangka Kebijakan
Pendidikan

Nasional.

Manajemen

Berbasis

(2002:24)

adalah

pengertian

Sekolah

menurut

Mulyasa

Manajemen

Berbasis

Sekolah

merupakan

paradigma

memberikan

otonomi

(pelibatan

Sedangkan

masyarakat)

baru
luas

pendidikan,

pada

dalam

tingkat

kerangka

yang
sekolah

kebijakan

pendidikan nasional.
Ciri-ciri Manajemen Berbasis Sekolah menurut
Nurkolis (2002:2) sebagai berikut: 1) Adanya otonomi
yang kuat pada tingkat sekolah. 2) Adanya peran serta
aktif

masyarakat

dalam

pendidikan.

3)

Proses

pengambilan keputusan yang demokratis, berkeadilan,
menjunjung

tinggi

akuntabilitas

dan

transparansi

dalam setiap kegiatan pendidikan. 4) Menggerakkan
sumber daya yang ada secara efektif. 5) Memahami
peran dan tanggung jawab yang sungguh-sungguh. 6)
Mendapat dukungan birokrasi/instansi atasannya. 7)
Meningkatkan kinerja sekolah untuk mencapai tujuan.
8) Diawali dengan sosialisasi konsep-konsep MBS,
pelatihan-pelatihan MBS, implementasi pada proses
pembelajaran, evaluasi atas pelaksanaan di lapangan
dan dilakukan perbaikan-perbaikan.
Menurut Mulyasa (2002:30) Manajemen Berbasis
Sekolah

dapat

dikembangkan

menjadi

4

bidang

perspektif, yaitu a. bidang organisasi sekolah, b. proses

17

belajar mengajar, c. sumber daya manusia, dan d.
sumber daya serta administrasi. Secara terperinci
dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Bidang organisasi sekolah
Dalam bidang ini yang dibahas berkaitan tentang:
- Menyediakan

manajemen

kepemimpinan

organisasi

transformasional

dalam

mencapai tujuan sekolah.
- Menyusun rencana sekolah dan merumuskan

kebijakan untuk sekolahnya sendiri.
- Mengelola kegiatan operasional sekolah.
- Menjamin

adanya

komunikasi

yang

efektif

antara sekolah dan masyarakat terkait (school
community).
- Menjamin

keterlibatannya

bertanggung

jawab

sekolah

(akuntabel

yang
kepada

masyarakat dan pemerintah).
b. Proses belajar mengajar
Dalam kaitannya proses belajar mengajar yang
dibahas tentang,
- Meningkatkan kualitas belajar siswa
- Mengembangkan kurikulum yang

tanggap

terhadap

kebutuhan

cocok dan
siswa

dan

masyarakat sekolah.
- Menyelenggarakan pengajaran yang efektif.
- Menyediakan

program

penngembangan

yang

diperlukan siswa.
- Program pengembangan yang diperlukan siswa.

c. Sumber daya manusia
Dalam bidang ini yang dikembangkan tentang

18

- Memberdayakan

staf

dan

menempatkan

personal yang dapat melayani keperluan semua
siswa.
- Memilih staf yang memiliki wawasan manajemen

berbasis sekolah.
- Menyediakan kegiatan untuk mengembangkan

profesi pada semua staf.
- Menjamin kesejahteraan staf dan siswa.

d. Sumber daya serta adminitrasi
Dalam kegiatan ini yang dikembangkan tentang
- Mengindentifikasi sumber daya yang diperlukan

dan

mengalokasikan

sumber

daya

tersebut

sesuai dengan kebutuhan.
- Mengelola dana sekolah.
- Menyediakan dukungan administratif.
- Mengelola dan memelihara gedung dan sarana

lainnya.
Dari beberapa penjabaran di atas, dapat ditarik
kesimpulan mengenai pengertihan Manajemen Berbasis
Sekolah sebagai berikut; Manajemen Berbasis Sekolah
merupakan,
proses

wujud

kegiatan

suatu

penyelenggaraan

pendidikan

yang

dalam

memberikan

kewenangan secara utuh/maksimal serta keleluasaan
terhadap pihak sekolah.
Agar merancang atau menyusun melaksanakan
program kegiatan pendidikan di sekolah yang sesuai
dengan

kemanfaatan

serta

kebutuhannya

dalam

memberdayakan elemen-elemen yang sudah ada serta
mewujudkan sikap

partisipasi masyarakat sekitar,

sehingga akan memperlihatkan atau mencerminkan
adanya

wujud

peningkatan

dalam

pelayanan

19

pelaksanaan kegiatan pendidikan secara konperhensif,
akurat,

transparan,

dan

kemandirian

secara

kenyataan untuk menegaskan tujuan pendidikan yang
lebih efektif dan efesien serta memperhatikan tujuan
Pendidikan Nasional.

2.3 Karakteristik

Manajemen

Berbasis

Sekolah
Manajemen

berbasis

sekolah

memiliki

karakteristik yang perlu dipahami oleh sekolah yang
akan menerapkannya. Sekolah yang ingin berhasil
dalam menerapkan manajemen berbasis sekolah harus
memiliki

karakteristik.

Peningkatan

Mutu

dikemukakan

Dalam

Berbasis

karakteristik

buku

Manajemen

Sekolah

(2002:11)

manajemen

berbasis

sekolah:
a. Output yang Diharapkan
Output

adalah

kinerja

sekolah,

yaitu

prestasi

sekolah yang dihasilkan dari proses sekolah. Kinerja
sekolah diukur dari kualitasnya, efektivitasnya,
produktivitasnya, efisiensinya, inovasinya, kualitas
kehidupan kerja dan moral kerjanya.
b. Proses
1) Efektivitas Proses Belajar Mengajar yang Tinggi.
Sekolah

memiliki

efektivitas

proses

belajar

mengajar tinggi, hal ini ditunjukkan pada prose
belajar

mengajar

yang

menekankan

pemberdayaan peserta didik.

pada

20

2) Kepemimpinan

Kepala

Sekolah

yang

Kuat.

Kepala sekolah memiliki peran yang kuat dalam
mengkoordinasikan,

menggerakkan

dan

menyerasikan semua sumber daya pendidikan
yang tersedia.
3) Lingkungan Sekolah yang Aman dan Tertib.
Sekolah memiliki lingkungan yang aman, tertib
dan nyaman sehingga proses belajar mengajar
dapat berlangsung dengan efektif.
4) Pengelolaan Tenaga Kependidikan yang Efektif.
Guru merupakan jiwa dari sekolah. Pengelolaan
tenaga

kependidikan

kebutuhan,
evaluasi

mulai

perencanaan,

kerja,

hingga

dari

analisis

pengembangan,

dari

imbalan

jasa

merupakan peran penting bagi kepala sekolah,
terlebih

pada

pengembangan

tenaga

kependidikan.
5) Sekolah Memiliki Budaya Mutu.
Budaya mutu tertanam di sanubari semua
warga sekolah, sehingga setiap perilaku selalu
didasari oleh profesionalisme.
6) Sekolah Memiliki “Team Work” yang Kompak,
Cerdas dan Dinamis Kebersamaan merupakan
karakteristik
pendidikan

yang

dituntut

merupakan

karena

hasil

kolektif

output
warga

sekolah.
7) Sekolah

Memiliki

Kewenangan/Kemandirian.

Sekolah memiliki memiliki kewenangan untuk
melakukan

yang

terbaik

bagi

sekolahnya,

sehingga dituntut untuk memiliki kemandirian
dan

kesanggupan

kerja

yang

tidak

selalu

21

menggantungkan pada atasan. Untuk menjadi
mandiri, sekolah harus memiliki sumber daya
yang cukup untuk menjalankan tugasnya.
8) Partisipasi Warga Sekolah dan Masyarakat.
Partisipasi

warga

sekolah

dan

masyarakat

merupakan bagian dari kehidupannya.
9) Sekolah Memiliki Keterbukaan (Transparansi)
Manajemen
Keterbukaan

ini

ditunjukkan

dalam

pengambilan keputusan, penggunaan uang dan
sebagainya yang selalu melibatkan pihak-pihak
terkait sebagai alat kontrol.
10) Sekolah Memiliki Kemampuan untuk Berubah.
Sekolah

setiap

melakukan

perubahan

diharapkan hasilnya lebih baik dari sebelumnya
terutama mutu peserta didik.
11) Sekolah Melakukan Evaluasi dan Perbaikan
Secara Berkelanjutan.
Fungsi evaluasi menjadi sangat penting dalam
rangka meningkatkan mutu peserta didik dan
mutu sekolah secara keseluruhan dan secara
terus-menerus.
12) Sekolah Responsif dan Antisipasif Terhadap
Kebutuhan.
Sekolah

selalu

membaca

lingkungan

dan

menanggapinya secara cepat dan tepat.
13) Sekolah Memiliki Komunikasi yang Baik.
Sekolah yang efektif memiliki komunikasi yang
baik antar warga sekolah dan antar sekolah
masyarakat.

22

14) Sekolah Memiliki Akuntabilitas.
Akuntabilitas

adalah

bentuk

pertanggung

jawaban yang harus dilakukan sekolah terhadap
keberhasilan program yang telah dilaksanakan.
15) Sekolah Memiliki Suistainabilitas.
Sekolah

yang

efektif

untuk

menjaga

memiliki

kemampuan

kelangsungan

hidupnya

(suistainabilitas) tinggi karena di sekolah terjadi
proses akumulasi peningkatan mutu sumber
dana, pemilikan aset sekolah yang mampu
menggerakkan income generating activities dan
dukungan yang tinggi dari masyarakat terhadap
eksistensi sekolah.
c. Input Pendidikan
1) Memiliki Kebijakan Mutu.
Sekolah

menyatakan

dengan

jelas

tentang

keseluruhan maksud dan tujuan sekolah yang
berkaitan
tersebut

dengan

mutu.

dinyatakan

oleh

Kebijakan
pimpinan

mutu
sekolah

yaitu kepala sekolah. Kebijakan mutu tersebut
disosialisasikan kepada semua warga sekolah.
2) Sumber Daya Tersedia Lengkap.
Sumber daya yang memadai akan menghasilkan
pencapaian

sasaran

sekolah

seperti

yang

diharapkan.
3) Staf yang Kompeten dan Berdedikasi Tinggi.
Sekolah yang efektif memiliki staf yang mampu
dan berdedikasi tinggi terhadap sekolah.

23

4) Memiliki Harapan Prestasi yang Tinggi.
Sekolah memiliki dorongan dan harapan yang
tinggi untuk meningkatkan prestasi peserta
didik dan sekolahnya.
5) Fokus pada Pelanggan.
Pelanggan dalam hal ini adalah siswa harus
menjadi fokus semua kegiatan sekolah.
Sesuai dengan pemaparan di atas maka dapat
disimpulkan bahwa sekolah akan memiliki mutu
pendidikan yang berkualitas dan berkarakter jika
semua komponen pelaku atau penggerak proses
pendidikan memiliki efektivitas yang kuat dan tinggi
serta

memiliki

responsif

yang

kuat

terhadap

perubahan yang terjadi di lingkungan sekolah
tersebut.

2.4 Tahap-tahap

Pelaksanaan

Manajemen

Berbasis Sekolah
Dalam

buku

Manajemen

Peningkatan

Mutu

Berbasis Sekolah (2002:29) tahap-tahap yang harus
dilakukan dalam pelaksanaan manajemen berbasis
sekolah adalah sebagai berikut:
a. Melakukan Sosialisasi
Sekolah merupakan sistem yang terdiri dari unsurunsur, semua unsur sekolah harus memahami
konsep

manajemen

berbasis

sekolah.

Langkah

pertama yang harus dilakukan oleh sekolah adalah
mensosialisasikan konsep tersebut kepada setiap
unsur sekolah mulai guru, siswa, wakil kepala
sekolah,

guru

BK,

karyawan,

orangtua

siswa,

24

pengawas, pejabat dinas pendidikan kabupaten
atau propinsi dan sebagainya. Bentuk sosialisasi
melalui berbagai mekanisme, misalnya seminar,
diskusi dan sebagainya.
b. Mengidentifikasi Tantangan Nyata Sekolah
Sekolah melakukan analisi output sekolah yang
hasilnya berupa identifikasi tantangan nyata yang
dihadapi oleh sekolah.
c. Merumuskan

Visi,

Misi,

Tujuan

dan

Sasaran

Sekolah (Tujuan Situasional Sekolah)
Sekolah yang melaksanakan manajemen berbasis
sekolah harus memiliki rencana pengembangan
sekolah yang pada umumnya berupa perumusan
visi, misi,tujuan dan strategi pelaksanaannya.
d. Mengidentifikasi

Fungsi-fungsi

yang

Diperlukan

untuk Mencapai Sasaran
Fungsi-fungsi ini antara lain fungsi proses belajar
mengajar beserta fungsi-fungsi pendukungnya yaitu
fungsi

pengembangan

ketenagaan,

fungsi

kurikulum,

keuangan,

fungsi

fungsi
layanan

kesiswaan, fungsi pengembangan fasilitas, fungsi
perencanan dan evaluasi, dan fungsi hubungan
sekolah dan masyarakat.
e. Melakukan Analisis SWOT (Strength, Weakness,
Opportunity, and Threat)
Artinya tingkat kesiapan harus memadai, minimal
memenuhi ukuran kesiapan yang diperlukan untuk
memenuhi

ukuran

kesiapan

yang

dinyatakan

sebagai kekuatan (strength), peluang (opportunity),
kelemahan (weakness) dan ancaman (threat).

25

f.

Alternatif Langkah Pemecahan Persoalan.
Memilih

langkah

pemecahan

persoalan

yakni

tindakan yang diperlukan untuk mengubah fungsi
yang tidak siap menjadi fungsi yang siap.
g. Menyusun

Rencana

dan

Program

Peningkatan

Mutu.
Sekolah bersama-sama dengan semua unsurnya
membuat

perencanaan

beserta

program

untuk

merealisasikan rencana tersebut.
h. Melaksanakan Rencana Peningkatan Mutu.
Sekolah

bersama

warga

sekolah

hendaknya

mengambil langkah proaktif untuk mewujudkan
sasaran-sasaran yang telah ditetapkan.
i.

Melakukan Evaluasi Pelaksanaan.
Sekolah perlu mengadakan evaluasi pelaksanaan
untuk mengetahui tingkat keberhasilan program.

j.

Merumuskan Sasaran Mutu.
Hasil evaluasi berguna untuk dijadikan sebagai alat
bagi perbaikan kinerja program yang akan datang.
Hasil evaluasi juga merupakan masukan bagi
sekolah dan orang tua peserta didik berguna untuk
merumuskan sasaran mutu baru untuk tahun yang
akan datang.
Dari uraian diatas dapat ditarik simpulan sebagai

berikut;

dalam

pelaksanaan

manajemen

berbasis

sekolah harus melalui tahap-tahap yang sistematis,
struktural

dan

berkesinambungan.

Sehingga

keberasilan dan kesuksesan akan diperoleh melalui
tahapan-tahapan ini.

26

2.5 Tugas

Kepala

Pelaksanaan

Sekolah

dalam

Manajemen

Berbasis

Sekolah
Manajemen berbasis sekolah yang menawarkan
keleluasaan pengelolaan sekolah memiliki potensi yang
besar dalam menciptakan kepala sekolah, guru dan
pengelola pendidikan yang profesional. Pelaksanaannya
juga

memerlukan

seperangkat

kewajiban,

disertai

dengan monitoring dan tuntutan pertanggung jawaban
yang relatif tinggi, untuk menjamin bahwa sekolah
selain

memiliki

otonomi

juga

memiliki

kewajiban

melaksanakan kebijakan pemerintah dan memenuhi
harapan masyarakat sekolah. Sekolah juga dituntut
mampu menampilkan pengelolaan sumber daya secara
transparan,

demokratis,

tanpa

monopoli,

dan

bertanggung jawab baik terhadap masyarakat maupun
pemerintah dalam rangka meningkatkan kapasitas
pelayanan terhadap peserta didik.
Kepala sekolah merupakan motor penggerak,
penentu

arah

kebijakan

sekolah

yang

akan

menentukan bagaimana tujuan-tujuan sekolah dan
pendidikan direalisasikan. Kepala sekolah juga dituntut
untuk senantiasa meningkatkan efektivitas kinerja.
Kinerja kepemimpinan kepala sekolah dalam kaitannya
dengan manajemen berbasis sekolah adalah segala
upaya yang dilakukan dan hasil yang dicapai oleh
kepala

sekolah

dalam

melaksanakan

manajemen

berbasis sekolah di sekolahnya tersebut. Menurut
Mulyasa (2002: 126) kepemimpinan kepala sekolah

27

yang efektif dalam manajemen berbasis sekolah dapat
dilihat berdasarkan kriteria berikut:
a. Mampu

memberdayakan

guru-guru

untuk

melaksanakan proses pembelajaran dengan baik,
lancar dan produktif.
b. Dapat menyelesaikan tugas dan pekerjaan sesuai
dengan waktu yang telah ditetapkan.
c. Mampu menjalin hubungan yang harmonis dengan
masyarakat sehingga dapat melibatkan mereka
secara aktif dalam rangka mewujudkan tujuan
sekolah dan pendidikan.
d. Berhasil menerapkan prinsip-prinsip kepemimpinan
yang sesuai dengan tingkat kedewasaan guru dan
pegawai lain di sekolah.
e. Mampu bekerja dengan tim manajemen.
f.

Berhasil

mewujudkan

tujuan

sekolah

secara

produktif sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan.

2.6 Peran

Guru

dalam

Pelaksanaan

Manajemen Berbasis Sekolah
Manajemen berbasis sekolah memberi peluang
bagi kepala sekolah, guru, dan peserta didik untuk
melakukan

inovasi

dan

improvisasi

di

sekolah,

berkaitan dengan masalah kurikulum, pembelajaran,
manajerial dan lain sebagainya yang tumbuh dari
aktivitas,

kreativitas,

dan

profesionalisme

yang

dimiliki. Pemberian kebebasan yang lebih luas juga
memberikan kemungkinan kepada guru untuk dapat
menemukan jati dirinya dalam membina peserta didik

28

di lingkungan sekolah. Menurut Uzer Usman (1992:7)
peranan guru yang paling dominan adalah sebagai
berikut:
a. Guru sebagai Demonstrator
Guru hendaknya senantiasa menguasai bahan atau
materi

pelajaran

senantiasa

yang

akan

diajarkannya

mengembangkannya

dalam

dan
arti

meningkatkan kemampuannya dalam hal ilmu yang
dimilikinya karena hal ini akan dapat menentukan
hasil belajar yang dicapai siswa.
b. Guru sebagai Pengelola Kelas
Guru hendaknya mampu mengelola kelas, karena
kelas merupakan lingkungan belajar dan suatu
aspek

dari

lingkungan

sekolah

diorganisasi.

Pengawasan

terhadap

menentukan

sejauh

mana

yang

perlu

lingkungan

lingkungan

tersebut

menjadi lingkungan belajar yang kondusif.
c. Guru sebagai Mediator dan Fasilitator
Sebagai

mediator

guru

hendaknya

memiliki

pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang
media pendidikan karena media merupakan alat
komunikasi

guru

yang

berguna

untuk

lebih

mengefektifkan proses belajar mengajar.
d. Guru sebagai Evaluator
Penilaian perlu dilakukan karena dengan penilaian
guru dapat mengetahui keberhasilan pencapaian
tujuan,

penguasaan

siswa

terhadap

materi

pelajaran, serta ketepatan atau keefektifan metode
mengajar.
Kesimpulan yang diperoleh dari uraian diatas
adalah guru memiliki peran yang sangat penting dalam

29

menentukan kuantitas dan kualitas pengajaran yang
dilaksanakannya.
memikirkan

dan

Oleh

sebab

membuat

itu,

guru

perencanaan

harus
secara

seksama dalam meningkatkan kesempatan belajar bagi
siswanya dan memperbaiki kualitas mengajarnya.

2.7 Implementasi

Manajemen

Berbasis

Sekolah
Dalam rangka mengimplementasikan manajemen
berbasis sekolah secara efektif dan efesien, guru harus
berkreasi dalam meningkatkan manajemen kelas. Guru
adalah teladan dan panutan

langsung para peserta

didik di kelas. Oleh karena itu, guru perlu siap dengan
segala kewajiban, baik manajemen maupun persiapan
isi

materi

pengajaran.

mengorganisasikan

kelasnya

Guru

juga

harus

dengan

baik.

Jadwal

pelajaran, pembagian tugas peserta didik, kebersihan,
keindahan dan ketertiban kelas, pengaturan tempat
duduk peserta didik, penempatan alat-alat dan lain-lain
harus dilakukan dengan sebaik-baiknya. Suasana kelas
yang

menyenangkan

dan

penuh

disiplin

sangat

diperlukan untuk mendorong semangat belajar peserta
didik. Kreativitas. Kreativitas dan daya cipta guru
untuk mengimplementasikan MBS perlu terus menerus
di dorong dan dikembangkan. Mulyasa. (2009:57).
Menurut Slameto. (2009::73) ada 6 prinsip umum
yang patut menjadi pijakan dalam melaksanakan
Manajemen Berbasis Sekolah, yaitu:

30

1. Memiliki

visi

ke

arah

pencapaian

mutu

pendidikan, khususnya mutu siswa dengan
jenjang masing-masing.
2. Berbijak

pada

“power

sharing”

(berbagi

kewenangan).
3. Adanya profesionalisme semua lini.
4. Melibatkan partisipasi masyarakat yang kuat.
5. Menuju kepada terbentuknya dewan sekolah.
6. Adanya transparansi dan akuntabilitas.
Dari

uraian

diatas

dapat

dipahami

bahwa

implementasi berbasis sekolah memerlukan aktifitas
semua komponen untuk aktif dan bertanggung jawab
sesuai dengan bidang yang telah diberikan agar tidak
ada kesenjangan dalam melakukan kegiatan belajar
mengajar.

2.8 Mutu Pendidikan
Mutu pendidikan merupakan kualitas yang dicapai
melalui suatu proses kegiatan belajar mengajar baik
intra maupun ekstra sekolah dengan menghasilkan
prestasi

dalam

jenjang

pendidikan

yang

telah

ditentukan atau ditargetkan oleh lembaga pendidikan
melalui hasil nilai yang dicapai. Ini sesuai yang
diungkapkan

oleh

Umiarsa

dan

Imam

Gojali,

(2010:125) Mutu pendidikan adalah derajat keunggulan
dalam pengelolaan pendidikan secara efektif dan efisien
untuk

melahirkan

keunggulan

akademis

dan

ekstrakulikuler pada peserta didik yang dinyatakan
lulus

untuk

satu

jenjang

pendidikan

atau

menyelesaikan program pembelajaran tertentu. Selain

31

itu juga dipaparkan oleh Dzaujak Ahmad (1996:8 dalam
Umiarso dan Imam Gojali 2010:124). Mengungkapkan
bahwa mutu pendidikan kemapuan sekolah dalam
pengelolaan secara operasional dan efisien terhadap
komponen-komponen yang berkaitan dengan sekolah,
sehingga

menghasilkan

komponen

tersebut

nilai

menurut

tambah

terhadap

norma/standar

yang

berlaku.
Dari pengertian di atas tersebut maka wujudkan
dimensi mutu pendidikan seperti yang diungkapkan
oleh M.N Nasution (dalam Umiarso dan Imam Gojali,
2010:130-131) sebagai berikut: 1) Kinerja. 2) Features.
3) Keandalan. 4) Konformitas. 5) Daya Tahan. 6)
kemampuan Pelayanan. 8) Kualitas yang dipersepsikan.
Dari perwujutan uraian di atas dapat diungkapkan
bahwa mutu pendidikan merupakan segala proses yang
dilakukan dengan sadar, secara pencapaian maksimal
di dalam kegiatan belajar formal ataupun non formal,
yang mampu memberikan perubahan yang positif pada
siswa dengan ukuran nilai melalui standaritas yang
ditentukan dalam lembaga pendidikan.

2.9 Proses Belajar Siswa
Proses belajar mengajar merupakan kegiatan yang
sangat penting dalam penyelenggaraan pendidikan.
Bahkan dapat pula dikatakan bahwa aktivitas ini
merupakan

kunci

dan

sentral

dari

proses

penyelenggaraan pendidikan secara keseluruhan dalam
konteks Program Manajemen Berbasis Sekolah proses
belajar

mengajar

didasarkan

pada

sebuah

model

32

pendekatan pembelajaran yang dikenal dengan nama
PAKEM atau Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan
Menyenangkan.

Menurut

Durori

(2002:xii)

metode

PAKEM dapat ditinjau dari 2 segi, yaitu segi siswa dan
segi guru.
1) Dari segi Guru
K = Aktif. Dalam hal ini guru aktif dalam:
-

memantau kegiatan belajar siswa

-

memberi umpan balik

-

memberi pertanyaan yang menantang

-

mempertanyakan gagasan siswa

K = Kreatif.
Hal ini guru dituntut untuk kreatif dalam:
-

mengembangkan kegiatan yang beragam

-

membantu alat bantu belajar sederhana

E = Efektif,
Yaitu guru harus mampu mencapai tujuan
pembelajaran.
M = Menyenangkan.
Dalam

hal

ini

guru

menciptakan

suasana

pembelajaran yang menyenangkan dan tidak
membuat anak takut salah, takut ditertawakan,
takut dianggap sepele.
2) Dari segi Siswa
A = Aktif. Dalam hal ini siswa aktif :
-

bertanya

-

mengemukakan gagasan

-

mempertanyakan gagasan orang lain dan
gagasannya.

33

K = Kreatif. Hal ini siswa dituntut untuk kreatif
dalam :
- Merancang/membuat sesuatu
- Menulis/mengarang
E = Efektif,
Yaitu siswa harus menguasai ketrampilan
yang diperlukan.
M = Menyenangkan.
Dalam hal pembelajaran membuat anak:
- berani mencoba
- berani bertanya
- berani mengemukakan pendapat/
gagasan
- berani mempertanyakan gagasan orang
lain
Dalam dimensi proses belajar mengajar ini, hal-hal
yang akan dikaji meliputi:
- Penyusunan program dan perangkat pembelajaran
sebagai

upaya

persiapan

pelaksanaan

proses

pembelajaran
- Penyajian dan teknik model belajar mandiri dengan
PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan
Menyenangkan)
- Perilaku siswa yang muncul dari kegiatan model
belajar mandiri yang merupakan penilaian proses
pembelajaran.

2.10 Prestasi Belajar Siswa
Belajar merupakan salah satu bentuk perilaku
yang amat penting bagi kelangsungan hidup manusia.

34

Belajar membantu manusia menyelesaikan diri dengan
lingkungannya.

Secara

sederhana

belajar

dapat

diartikan sebagai proses perubahan dari sebelumnya
maupun menjadi sudah mampu yang terjadi dalam
jangka waktu tertentu. Perubahan itu harus secara
relatif menetap dan tidak hanya terjadi pada perilaku
yang sesaat ini kelihatan juga pada perilaku yang
mungkin

terjadi

dkk.1991:105).

di

masa

mendatang.

Selanjutnya

Morgan

(Irwanto,
(1975:136).

Mendefinisikan belajar sebagai perubahan tingkahlaku
yang sifatnya relatif menetap dan terjadinya sebagai
hasil dari pengalaman atau latihan.
Menurut

Winkel

(1996:475).

Prestasi

belajar

adalah hasil yang telah dicapai seseorang dalam
belajar. Dalam pendidikan formal, pada tahap akhir
akan

di

dapat

keterampilan,

kecakapan

dan

pengetahuan baru. Hasil dari proses belajar tersebut
tercermin

dalam

prestasi

belajarnya.

Gambaran

mengenai prestasi tersebut biasanya dapat diperoleh
melalui raport sekolah yang dibagikan pada waktuwaktu tertentu. Murjono, (1996:174).
Menurut

Poerwadarminta,

(1990:260).

Prestasi

belajar adalah hasil yang dicapai seorang siswa dalam
jangka waktu tertentu dan tercatat dalam buku raport
sekolah. Menurut Sukadji, (2000:20) bahwa prestasi
belajar adalah hasil yang telah dicapai seseorang dalam
belajar.

Dalam

mempunyai

belajar,

harapan

sikap

untuk

seseorang

mencapai

hasil

selalu
yang

optimal demi tercapainya prestasi belajar yang tinggi.
Prestasi belajar juga sering dikatakan sebagai hasil dari
perbuatan belajar yang melukiskan taraf kemampuan

35

seseorang setelah belajar dan berlatih dengan sengaja
sehingga menimbulkan perubahan tingkah laku kea
rah yang lebih maju.
Dari uraian di atas dapat di tarik kesimpulan
bahwa prestasi belajar adalah sebuah hasil kegiatan
seseorang yang dilakukan dengan kesadaran tanpa ada
paksaan dari pihak lain dalam waktu yang ditentukan
dalam alat ukur standar proses belajar yang sudah
ditentukan sebelumnya yang ditetapkan dalam nilai
raport.

2.11 Faktor-faktor

yang

Mempengaruhi

Perstasi Belajar
Prestasi belajar ditentukan oleh beberapa faktor.
Menurut

Azwar

(2000:165),

faktor-faktor

yang

mempengaruhi prestasi belajar adalah:
a. Faktor fisik yang meliputi panca indera dan kondisi
fisik umum.
b. Faktor psikologis yang meliputi kemampuan non
kognitif dan kemampuan kognitif. Kemampuan non
kognitif terdiri dari minat, motivasi, dan variabelvariabel

kepribadian.

Sedangkan

kemampuan

kognitif terdiri dari kemampuan khusus (bakat) dan
kemampuan umum (inteligensi).
c. Faktor sosial dan budaya yang meliputi lingkungan
keluarga,

lingkungan

sekolah,

lingkungan

masyarakat, lingkungan kelompok, adat istiadat,
ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian.

36

2.12 Pengukuran Prestasi Belajar
Menurut

Suryabrata

(2000:322),

untuk

mengetahui prestasi belajar seseorang perlu dilakukan
penilaian terhadap hasil pendidikan yang diberikan.
Adapun cara seseorang melakukan penilaian tersebut
bermacam-macam, misalnya: dengan jalan testing,
dengan

memberikan

tugas-tugas

tertentu,

dengan

bertanya tentang berbagai hal, menyuruh membuat
karangan, memberi ulangan dan lain-lain.
Pengukuran prestasi belajar menurut Rusyan, dkk
(1992:21) digunakan untuk mmelihat sejauh mana
taraf keberhasilan proses belajar mengajar pada peserta
secara tepat (valid) dan dapat dipercaya (reliabel),
sehingga disini diperlukan informasi yang didukung
oleh data yang obyektif dan memadai tentang indikatorindikator perubahan perilaku dan pribadi peserta didik.
Menurut

Murjono

(1996:178),

prestasi

belajar

biasanya diperoleh dengan melihat nilai raport dimana
prestasi belajar seorang siswa dapat dioprasionalkan
dalam

bentuk

prestasi

indikator-indikator

belajar,

predikat

berupa

keberhasilan

indeks
dan

semacamnya.
Dari

berbagai

pendapat

diatas,

maka

dapat

disimpulkan bahwa pengukuran prestasi belajar adalah
penilaian terhadap hasil pendidikan yang diberikan
kepada peserta didik atas hasil belajar yang dapat
dilihat melalui buku raport. Dalam penelitian ini
pengukuran prestasi belajar menggunakan metode
dokumentasi raport.

37

2.13 Hubungan

Manajemen

Berbasis

Sekolah dengan Prestasi Belajar Siswa
Belajar merupakan salah satu bentuk perilaku
yang amat penting bagi kelangsungan hidup manusia.
Belajar membantu manusia menyesuaikan diri dengan
lingkungannya.

Secara

sederhana

belajar

dapat

diartikan sebagai proses perubahan dari belum mampu
menjadi sudah mampu yang terjadi dalam jangka
waktu tertentu. Perubahan itu harus secara relatif
menetap dan tidak hanya terjadi pada perilaku yang
saat ini diketahui, tetapi juga pada perilaku yang
mungkin terjadi di masa mendatang. (Irwanto, dkk,
1991:105)
Dalam pendidikan formal, belajar menunjukkan
adanya perubahan yang sifatnya positif sehingga pada
tahap akhir akan didapat ketrampilan, kecakapan, dan
pengetahuan yang baru. Hasil dari proses belajar
tersebut tercermin dalam prestasi belajar. Gambaran
mengenai prestasi belajar tersebut biasanya dapat
diperoleh melalui raport sekolah yang dibagikan pada
waktu-waktu tertentu. (Murjono, 1996:174).
Prestasi belajar seorang siswa berkaitan dengan
berbagai hal yang meliputi keadaan anak tersebut. Ada
banyak faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
siswa yaitu: faktor yang bersifat internal adalah faktorfaktor yang berasal dari dalam diri siswa, diantaranya:
kondisi fisik dan kondisi psikologis siswa. Sedangkan
faktor yang bersifat eksternal adalah faktor-faktor yang
berhubungan
Inteligensi

dengan

merupakan

lingkungan
salah

disekitar

satu

faktor

siswa.
yang

38

mempengaruhi prestasi belajar seseorang. (sinambela,
1996:202).

Selain

mengemukakan

itu

bahwa

Hawadis
dari

(2001:91)

beberapa

juga

penelitian

ditemukan adanya korelasi positif dan cukup kuat
antara taraf intelegensi dengan prestasi seseorang.
Selain

faktor

inteligensi

yang

mempengarui

prestasi siswa juga faktor dari manajemen berbasis
sekolah karena dalam faktor ini memerankan dari
berbagai komponen yang ada di lingkungan sekitar
siswa, misalnya peran orang tua, peran karyawan,
peran guru, peran kepala sekolah, peran masyarakat,
dan peran birokrasi pemerintahan yang memberikan
bagian penting dalam perkembangan siswa dalam
pencapaian prestasi. Dengan peran guru siswa akan
mudah memahami materi atau tehnik belajar yang
tepat

sesuai

denga

keinginan

siswa.

Menurut

Wrightman yang dikutip Uzer Usman (1992:1), peran
guru adalah serangkaian tingkah laku yang saling
berkaitan yang dilakukan dalam suatu situasi tertentu
serta

berhubungan

dengan

kemajuan

perubahan

tingkah laku dan perkembangan siswa yang menjadi
tujuannya. Hal itu akan memberikan dampak positif
bagi

siswa

dalam

pemerolehan

prestasi

yang

diinginkan.

2.14 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Berkaitannya otonomi kebijakan pendidikan dari
sentralisasi menjadi desentralasasi telah menekankan
bahwa

pengambilan

kebijakan

dialihkan

dari

Pemerintah Pusat ke Pemerintah Daerah yang akhirnya

39

menggulirkan manajemen berbasis sekolah, sehingga
banyak peneliti telah melakukan penelitian terhapan
masalah tersebut, di antaranya sebagai berikut:
- Yulianingsih, Rahmi. 2012. Penerapan Manajemen

Berbasis Sekolah dan Kaitannya dengan Prestasi
Belajar

Siswa

Semester

Gasal

Tahun

Ajaran

2012/2013 di SDI Surya Buana Malang Hasil
penelitian menunjukkan bahwa 13 responden guru
menyatakan bahwa penerapan manajemen berbasis
sekolah di SDI Surya Buana Malang yaitu sangat
baik dengan perolehan nilai sebesar 93% dan 1
responden guru menyatakan baik dengan perolehan
sebesar 7%. Sedangkan hasil penelitian prestasi
belajar di SDI Surya Buana Malang menunjukkan
bahwa 67 siswa mempunyai prestasi belajar yang
sangat

tinggi

yaitu

sebesar

41%,

88

siswa

mempunyai prestasi belajar yang tinggi sebesar
54%, 6 siswa mempunyai prestasi belajar yang
cukup sebesar 4%, dan 1 siswa mempunyai prestasi
belajar yang kurang yaitu 1 %.
Dari uraian diatas, peneliti mencoba melakukan
pemahaman keterkaitan manajemen sekolah dengan
prestasi belajar siswa namun yang dinilai bukan
sekedar penerapan dan manajemennya saja. Dengan
dasar hal tersebut peneliti pengembangan dengan
melalukan penelitian tentang Evaluasi Manajemen
Berbasis Sekolah dalam Peningkatan Prestasi Belajar
Siswa

di

SMP

NU

10

Ringinarum

Ringinarum kabupaten Kendal.

kecamatan

40

2.15 Kerangka Berpikir Penelitian
Kerangka pikir penelitian menunjukkan rangkaian
langkah sistematis dari proses penelitian berdasarkan
landasan teoritik yang telah dijelaskan sebelumnya.
Jadi

hal

tersebut

munculnya

menyangkut

Program

MBS,

latar

belakang

tujuan

program,

implementasinya, serta dimensi-dimensi untuk melihat
implementasi Program MBS di lapangan. Untuk lebih
jelasnya kerangka pikir tersebut dapat disusun pada
bagan berikut:

Dari

rendahnya

didalamnya

termasuk

mutu
tidak

pendidikan,
efektifnya

yang
proses

pembelajaran yang dilaksanakan di Sekolah Menengah
Pertama

(SMP)

maka

pemerintah

mengeluarkan

kebijakan dalam rangka mengatasi masalah tersebut
dengan

cara

menggulirkan

program

manajemen

berbasis sekolah. Program Manajemen berbasis sekolah
merupakan program yang melibatkan beberapa unsur
atau komponen yang ikut terlibat didalamnya yaitu:

41

Unsur manajemen sekolah, unsur kinerja guru dan
kepala sekolah serta anggota sekolah lainnya, dan juga
peran serta masyarakat yang mana ketiga unsur
tersebut saling mendukung dan saling terkait antara
yang satu dengan yang lain.
Keberhasilan
Sekolah

program

khususnya

Manajemen

tentang

pembelajaran

yang

sangat

peningkatan

prestasi

efektivitas

penting

belajar

Berbasis
proses

sebagai

siswa

upaya

atau

mutu

pendidikan maka diwujudkan dalam bentuk CIPP
(context, input, process and product).
Adapun

dalam

komponen

Context

meliputi

dukungan dari berbagai warga sekolah, masyarakat,
dan

pemerintah

dalam

mewujudkan

keberasilah

prestasi belajar siswa. Selain itu juga ditunjang oleh
letak georafis yang harus memadai secara kondusif
untuk menciptakan kestabilan dalam kegiatan belajar
yang tenang, menyenangkan, dan kreativitas untuk
menciptakan kenyamanan, serta didukung dengan
sarana prasarana yang mampu memberikan fasilitas
yang mencukupi kebutuhan siswa dalam belajar.
Dalam komponen input mampu mewujudkan visi
dan misi sekolah agar bisa terarah dalam melakukan
proses pengelolaan lembaga pendidikan di SMP NU 10
Ringinarum dalam mencapai sasaran, tujuan dan
program

sekolah

dengan

tepat

sehingga

mampu

mewujudkan sumber daya iptek yang berkualitas.
Komponen
mewujudkan

process
kepala

diharapkan

sekolah

yang

mampu
edukatif,

manageriatif, administratif, dan supervisioner, dengan
sikap

tersebut

agar

mampu

menumbuhkan

42

kemandirian sekolah dalam pengelolaannya sehingga
proses

kegiatan

belajar

dan

akuntabel

keuangan

sekolah diproses secara objektif.
Komponen product merupakan hasil dari kegiatan
komponen

context,

input,

process

yang

mampu

menghasilkan prestasi belajar siswa secara maksimal
atau optimal sehingga akan memberikan dampak yang
baik di dalam pengelolaan lembaga pendidikan secara
menyeluruh.
Dengan demikian Program Manajemen Berbasis
Sekolah sangat diharapkan dapat dilaksanakan di
sekolah-sekolah

khususnya

di

Sekolah

Menengah

Pertama (SMP) dalam rangka meningkatkan hasil atau
prestasi belajar siswa baik di bidang akademik maupun
non akademik. Semua itu dapat terwujud apabila
ketiga komponen di atas saling bekerja sama dan saling
bertanggung jawab terhadap mutu pendidikan. Dengan
tercapainya

hasil

belajar

yang

baik

akan

dapat

memberikan dampak positif untuk peningkatan mutu
pendidikan, termasuk pembentukan sikap dan moral.

Dokumen yang terkait

Studi Kualitas Air Sungai Konto Kabupaten Malang Berdasarkan Keanekaragaman Makroinvertebrata Sebagai Sumber Belajar Biologi

23 176 28

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

AN ANALYSIS OF GRAMMATICAL ERRORS IN WRITING DESCRIPTIVE PARAGRAPH MADE BY THE SECOND YEAR STUDENTS OF SMP MUHAMMADIYAH 06 DAU MALANG

44 306 18

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

DEKONSTRUKSI HOST DALAM TALK SHOW DI TELEVISI (Analisis Semiotik Talk Show Empat Mata di Trans 7)

21 290 1

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20