PERKEMBANGAN MORAL DAN SPIRITUAL PESERTA

PERKEMBANGAN MORAL DAN SPIRITUAL
PESERTA DIDIK
MAKALAH
DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS
MATA KULIAH
PSIKOLOGI PENDIDIKAN
DOSEN PENGAMPU : DRS. YUSRAN ADENIN, MA

OLEH
EZAR WANI

PRODI / SEMESTER : PAI - IV A
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
JAM’IYAH MAHMUDIYAH
TANJUNG PURA
LANGKAT
2017

KATA PENGANTAR


Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah atas limpahan rahmat, taufiq
serta hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat selesai tepat waktu sebagai salah
satu tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan . Tugas ini adalah salah satu
perwujudan

hasil

kerja

keras

penulis

dalam

melaksanakan

tugas

Semester empat ini yang akan membantu dalam meningkatkan pemahaman

terhadap materi Perkembangan moral dan spiritual Peserta Didik. Makalah ini
disusun sejalan dengan pengarahan guru pembimbing yang penulisannya
ditetapkan dalam panduan penulisan karya ilmiah.
Tidak sedikit kesulitan yang penulis hadapi. Namun berkat bantuan
berbagai pihak, makalah ini akhirnya dapat diselesaikan. Sehubungan dengan hal
ini, penulismenyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1.

Bapak Drs.Yusran Adenin , MA. sebagai pembimbing dalam mata
kuliah Psikologi Pendidikan .

2.

Orang tua dan teman-teman, serta pihak lain yang secara langsung maupun
tidak langsung membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis

juga menyadari akan segala kekeliruan dan kekurangan dalam

makalah ini, sehingga dengan tangan terbuka kami menerima masukan baik

berupa saran ataupun kritikan guna mendapatkan makalah yang lebih sempurna
nantinya.

Tanjung Pura , 13 Juni 2017

Ezar Wani

i

DAFTAR IS

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................1
C. Tujuan...................................................................................................................1
BAB II......................................................................................................................2
PEMBAHASAN......................................................................................................2

A. Proses Perkembangan Moral dan Spiritual pada Peserta Didik.....................2
B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Moral dan Spiritual
Peserta Didik.......................................................................................................5
C. Implikasi Perkembangan Moral dan Spiritual Peserta Didik pada
Pendidikan...........................................................................................................7
BAB III..................................................................................................................10
PENUTUP..............................................................................................................10
A. Kesimpulan.........................................................................................................10
B. Saran....................................................................................................................10
DAFTAR FUSTAKA............................................................................................11

ii

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam
kehidupan, dimana aspek yang menjadi subjek sekaligus objek yang penting
dalam hal ini adalah peserta didik. Pendidikan yang diberikan tidak hanya dalam
lingkup akademik namun mendidik disini dimaksudkan untuk membentuk

kepribadian yang sesuai dengan norma hukum dan agama. Setiap peserta didik
bersifat khas dan unik karena setiap peserta didik berbeda-beda.

Dalam pendidikan dan pembelajaran diperlukan suatu pengetahuan akan
perkembangan-perkembangan yang terjadi pada peserta didik. Dimana aspekaspek perkembangan peserta didik cukup banyak seperti perkembangan fisik,
perkembangan intelektual, perkembangan moral, perkembangan spiritual atau
kesadaran beragama dal lain sebagainya. Setiap aspek-aspek tersebut dapat dikaji
berdasarkan fase-fasenya untuk membantu dalam memahami cara belajar dan
tentunya sikap maupun tingkah laku peserta didik. Selain itu, aspek pembelajaran
yang diberikan kepada para peserta didik juga berupa pendidikan moral dan
spirituall untuk membentuk pribadi-pribadi yang sesuai dengan harapan bangsa
yang dituliskan pada tujuan pendidikan bangsa Indonesia.

B. Rumusan Masalah
1.

Bagaimana proses perkembangan moral dan spiritual pada peserta didik?

2.


Apa faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan moral dan spiritual
pada peserta didik?

3.

Bagaimana implikasi atau dampak perkembangan moral dan spiritual
peserta didik terhadap pendidikan?

C. Tujuan
1.

Untuk mengetahui proses perkembangan moral dan spiritual pada peserta
didik.

2.

Untuk memahami faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan moral
dan spiritual.
1


3.

Untuk mengetahui dan memahami dampak dari perkembangan moral dan
spiritual peserta didik terhadap pendidikan.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Proses Perkembangan Moral dan Spiritual pada Peserta Didik
Perkembangan moral adalah perkembangan yang berkaitan dengan aturan
mengenai apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia dalam interaksinya
dengan orang lain . Perkembangan moral juga merupakan perubahan-perubahan
perilaku yang terjadi dalam kehidupan anak berkenaan dengan tata cara,
kebiasaan, adat, atau standar nilai yang berlaku dalam kelompok sosial. Anakanak ketika dilahirkan tidak memiliki moral (imoral) akan tetapi dalam dirinya
terdapat potensi moral yang siap untuk dikembangkan. Melalui pengalamannya
berinteraksi dengan orang lain (orang tua, saudara, teman sebaya atau guru), anak
belajar memahami tingkah laku mana yang buruk atau tidak boleh dilakukan dan
mana yang baik atau boleh dilakukan sehingga terjadi perkembangan moral anak
tersebut.

Perkembangan spiritual lebih spesifik membahas tentang kebutuhan

manusia terhadap agama. Agama adalah sebagai sistem organisasi kepercayaan
dan peribadatan dimana seseorang bisa mengungkapkan dengan jelas secara
lahiriah mengenai spiritualitasnya. Perkembangan spiritual diartikan sebagai tahap
dimana seseorang yang dalam hal ini adalah peserta didik untuk membentuk
kepercayaannya. Baik berupa kepercayaan yang berhubungan dengan religi
maupun adat.
Setiap aspek perkembangan peserta didik memiliki tahapan atau proses
hingga mencapai suatu tahapan atau tingkatan yang matang. Perkembangan moral
pada peserta didik dapat berlangsung melalui beberapa cara yaitu:1

1

Baharuddin, Pendidikan dan Psikologi Perkembangan. (Yogyakarta: Ar-Ruzz

Media,2009) hlm, 74

2

1. Pendidikan langsung, melalui penanaman pengertian tentang tingkah laku
yang benar dan salah, atau baik dan buruk oleh orangtua, guru atau orang

dewasa lainnya. Di samping itu, yang paling penting dalam pendidikan moral
ini, adalah keteladanan dari orangtua, guru atau orang dewasa lainnya dalam
melakukan nilai-nilai moral.
2. Identifikasi, dengan cara mengidentifikasi atau meniru penampilan atau
tingkah laku moral seseorang yang menjadi idolanya (seperti orang tua, guru,
artis atau orang dewasa lainnya).
3. Proses coba-coba (trial & error), dengan cara mengembangkan tingkah laku
moral secara coba-coba. Jika tingkah laku tersebut mendatangkan pujian atau
penghargaan maka akan terus dikembangkan, sementara tingkah laku yang
mendatangkan hukuman atau celaan maka akan dihentikan.
Selain itu, berdasarkan hasil penyelidikan Kohlberg mengemukakan 6
tahap (stadium) perkembangan moral yang berlaku secara universal dan dalam
urutan tertentu. Masing-masing tingkat terdiri dari 2 tahap, sehingga keseluruhan
ada 6 tahapan yang berkembang secara bertingkat dengan urutan yang tetap.
Dalam stadium nol, anak menganggap baik apa yang sesuai dengan permintaan
dan keinginannya.2
Ada 3 tingkat perkembangan moral menurut Kohlberg, yaitu tingkat :
1.

Prakonvensional,

Pada stadium 1, anak berorientasi kepada kepatuhan dan hukuman. Anak

menganggap baik atau buruk atas dasar akibat yang ditimbulkannya. Anak hanya
mengetahui bahwa aturan-aturan ditentukan oleh adanya kekuasaan yang tidak
bisa diganggu gugat. Ia harus menurut atau kalau tidak, akan memperoleh
hukuman.
Pada stadium 2, berlaku prinsip Relaivistik-Hedonism. Pada tahap ini,
anak tidak lagi secara mutlak tergantung kepada aturan yang ada di luar dirinya,
atau ditentukan oleh orang lain, tetapi mereka sadar bahwa setiap kejadian
mempunyai berbagai segi. Jadi, ada Relativisme. Relativisme ini artinya
2

Ibid, hlm, 75

3

bergantung pada kebutuhan dan kesanggupan sesorang. Misalnya mencuri
kambing karena kelaparan. Karena perbuatan “mencuri” untuk memenuhi
kebutuhanya, maka mencuri dianggap sebagai perbuatan yang bermoral,
meskipun perbuatan mencuri itu diketahui sebagai perbuatan yang salah karena

ada akibatnya, yaitu hukuman.
2.

Konvensional
Stadium 3, meliputi orientasi mengenai anak yang baik. Pada stadium ini,

anak mulai memasuki umur belasan tahun, dimana anak memperlihatkan orientasi
perbuatan-perbuatan yang dapat dinilai baik oleh orang lain dan masyarakat
adalah sumber yang menentukan, apakah perbuatan sesorang baik atau tidak.
Menjadi “anak yang manis” masih sangat penting dalam stadium ini.
Stadium 4, yaitu tahap mempertahankan norma-norma sosial dari otoritas. Pada
stadium ini perbuatan baik yang diperlihatkan seseorang bukan hanya agar dapat
diterima oleh lingkungan masyarakatnya, melainkan bertujuan agar dapat ikut
mempertahankan aturan-aturan atau norma-norma sosial. Jadi perbuatan baik
merupakan kewajiban untuk ikut melaksanakan aturan-aturan yang ada, agar tidak
timbul kekacauan .3
3.

Pasca-konvensional
Stadium 5, merupakan tahap orientasi terhadap perjanjian antara dirinya

dengan lingkungan sosial, pada stadium ini ada hubungan timbal balik antara
dirinya dengan lingkungan sosial,atau dengan masyarakat. Seseorang harus
memperlihatkan kewajibannya, harus sesuai dengan tuntutan norma-norma sosial
kerena sebaiknya, lingkungan sosial atau masyarakat akan memberikan
perlindungan kepadanya.
Stadium 6, tahap ini disebut prinsip universal. Pada tahap ini ada norma
etik disamping norma pribadi dan subjektif. Dalam hubungan dan perjanjian
antara seseorang ada unsur subjektif yang menilai apakah suatu perbuatan itu
baik atau tidak. Dalam hal ini, unsur etika akan menentukan apa yang boleh dan
baik dilakukan atau sebaliknya .Menurut Furter menjadi remaja berarti mengerti
3

Ibid, hlm, 76-77

4

nila-nilai. Mengerti nilai-nilai ini tidak berarti hanya memperoleh pengertian saja
melainkan juga dapat menjelaskanya/mengamalkannya. Hal ini selanjutnya berarti
bahwa remaja sudah dapat menginternalisasikan penilaian-penilaian moral,
menjadikanya sebagai nilai-nilai pribadi. Untuk selanjutnya penginternalisasian
nilai-nilai ini akan tercemin dalam sikap dan tingkah lakunya.

B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Moral dan Spiritual
Peserta Didik
Berbagai aspek perkembangan pada peserta didik dipengaruhi oleh
interaksi atau gabungan dari pengruh internal dan faktor eksternal. Begitu pula
dengan perkembangan moral dan spiritual dari peserta didik. Meskipun kedua
aspek perkembangan tersebut dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal yang
hampir sama tetapi kadar atau bentuk pengaruhnya berbeda.4

Pada perkembangan moral peserta didik faktor internal meliputi faktor
genetis atau pengaruh sifat-sifat bawaan yang ada pada diri peserta didik.
Selanjutnya

sifat-sifat

yang

mendasari

adanya

perkembangan

moral

dikembangkan atau dibentuk oleh lingkungan. Peserta didik akan mulai melihat
dan memasukkan nilai-nilai yang ada di lingkubgan sekitarnya baik lingkungan
keluarga maupun lingkungan masyarakat yang dapat meliputi para tetua yang
mungkin menjadi teladan di masyarakat, para tetangga, teman maupun guru yang
ada di lingkungan sekolah. Semua aspek di atas memiliki peran yang penting
dalam perkembangan moral peserta didik yang kadarnya tau besarnya pengaruh
bergantung pada usia atau kebiasaan dari peserta didik itu sendiri .

Meskipun faktor eksternal memiliki pengaruh yang cukup besar pada
perkembangan moral peserta didik, peserta didik tetap mampu menentukan halhal atau nilai-nilai yang akan dianut atau digunakan sebagai pembentuk jati diri.
Hal tersebut tentunya dipengaruhi oleh pengetahuan peserta didik akan nilai-nilai
moral yang tenyunya pertama kali akan dilihat dari sosok atau jati diri orang tua.
4

Desmita. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2010)m hlm, 82

5

Meskipun terkadang orang tua tidak secara formal memberikan nilai-nilai moral
tersebut, peserta didik tetap mampu menginternalisasi atau memasukkan nilainilai tersebut ke dalam jati dirinya yang diwujudkan dengan sikap dan tingkah
laku peserta didik. Oleh karena itu,para sosiolog beranggapan bahwa masyarakat
sendiri mempunyai peran penting dalam pembentukan moral. Dimana dalam
usaha membentuk tingkah laku sebagai pencerminan nilai-nilai hidup tertentu
tersebut, banyak faktor yang mempengaruhinya diantaranya yaitu:
1. Tingkat harmonisasi hubungan antara orang tua dan anak.
2. Banyak model (orang-orang dewasa yang simpatik, teman-teman, orangorang yang terkenal dan hal-hal lain) yang diidentifikasi oleh anak sebagai
gambaran-gambaran ideal.
3. Lingkungan

meliputi

segala

segala

unsur

lingkungan

sosial

yang

berpengaruh, yang tampaknya sangat penting adalah unsur lingkungan
berbentuk manusia yang langsung dikenal atau dihadapi oleh seseorang
sebagai perwujudan dari nilai-nilai tertentu.
4. Tingkat penalaran, dimana perkembangan moral yang sifatnya penalaran
menurut Kohlberg, dipengaruhi oleh perkembangan nalar sebagaimana
dikemukakan oleh piaget. Makin tinggi tingkat penalaran seseorang menrut
tahap-tahap perkembangan piaget, makin tinggi pula tingkat moral seseorang.
5. Interaksi sosial dalam memberik kesepakatan pada anak untuk mempelajari
dan menerapkan standart perilaku yang disetujui masyarakat, keluarga,
sekolah, dan dalam pergaulan dengan orang lain .5
Perkembangan spiritual juga dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal
pula. Faktor internal pada perkembangan spiritual juga berupa faktor keturunan
yaitu berupapembawaan dimana faktor ini merupakan karakteristik dari orang itu
sendiri, dasar pemikiran dari individu berdasarkan kepercayaan dan budaya yang
dimilikinya. Faktor eksternal dapat berupa keluarga yang sangat menentukan pula
dalam perkembangan spiritual anak karena orang tua memiliki peran yang sangat
penting sebagai pendidik atau penentu keyakinan yang mendasari anak. Kemudian
pendidikan keagamaan yang diterapkan di sekolah juga dapat menjadi faktor
penentu perkembangan spiritual anak, karena dengan adanya pendidikan anak
5

Ibid, hlm, 83

6

akan mulai berpikir secara logika dan menentukan apa yang baik dan tidak bagi
dirinya dan kelak akan menjadi karakter dari peserta didik. Selain itu, adanya
budaya yang berkembang di masyarakat akan mempengaruhi perkembangan
spiritual peserta didik pula. Baik perkembangan yang menuju arah yang baik
(positif) atau menuju ke arah yang buruk (negatif), itu semua tergantung pada
bagaimana cara anak berinteraksi dengan masyarakat tersebut (Baharuddin, 2009).

C. Implikasi Perkembangan Moral dan Spiritual Peserta Didik pada
Pendidikan
Manusia pada umumnya berkembang sesuai dengan tahapan-tahapannya.
Ketika individu memasuki usia sekolah, yakni antara tujuh sampai dengan dua
belas tahun, individu tersebut disebut sebagai peserta didik yang akan
berhubungan dengan proses pembelajaran dalam suatu sistem pendidikan.6
Cara pembelajaran yang diharapkan harus sesuai dengan tahapan
perkembangan anak, yakni memiliki karakteristik sebagai berikut: (1) programnya
disusun secara fleksibel dan tidak kaku serta memperhatikan perbedaan individual
anak; (2) tidak dilakukan secara monoton, tetapi disajikan secara variatif melalui
banyak aktivitas; dan (3) melibatkan penggunaan berbagai media dan sumber
belajar sehingga memungkinkan anak terlibat secara penuh dengan menggunakan
berbagai proses perkembangannya
Aspek-aspek perkembangan peserta didik yang berimplikasi terhadap
proses pendidikan melalui karakteristik perkembangan moral dan religi akan
diuraikan seperti di bawah ini.
1. Implikasi Perkembangan moral
Purwanto berpendapat bahwa moral bukan hanya memiliki arti bertingkah
laku sopan santun, bertindak dengan lemah lembut, dan berbakti kepada orang tua
saja, melainkan lebih luas lagi dari itu. Selalu berkata jujur, bertindak konsekuen,
bertanggung jawab, cinta bangsa dan sesama manusia, mengabdi kepada rakyat
dan negara, berkemauan keras, berperasaan halus, dan sebagainya, termasuk pula
ke dalam moral yang perlu dikembangkan dan ditanamkan dalam hati sanubari
6

Agung Hartono, Perkembangan Peserta Didik. (Jakarta: Rineka Cipta,2002)hlm, 102

7

anak-anak. Adapun perkembangan moral menurut Santrock yaitu perkembangan
yang berkaitan dengan aturan mengenai hal yang seharusnya dilakukan oleh
manusia dalam interaksinya dengan orang lain.
Perkembangan moral anak dapat berlangsung melalui beberapa cara, salah
satunya melalui pendidikan langsung. Pendidikan langsung yaitu melalui
penanaman pengertian tentang tingkah laku yang benar-salah atau baik-buruk oleh
orang tua dan gurunya. Selanjutnya pada usia sekolah dasar anak sudah dapat
mengikuti tuntutan dari orang tua atau lingkungan sosialnya. Pada akhir usia ini,
anak dapat memahami alasan yang mendasari suatu bentuk perilaku dengan
konsep baik-buruk. Misalnya, dia memandang bahwa perbuatan nakal, berdusta,
dan tidak hormat kepada orang tua merupakan suatu hal yang buruk. Sedangkan
perbuatan jujur, adil, dan sikap hormat kepada orang tua merupakan suatu hal
yang baik.
Selain itu berdasarkan teori Piaget (Hurlock, 1980) memaparkan bahwa
pada usia lima sampai dengan dua belas tahun konsep anak mengenai moral sudah
berubah. Pengertian yang kaku dan keras tentang benar dan salah yang dipelajari
dari orang tua, menjadi berubah dan anak mulai memperhitungkan keadaankeadaan khusus di sekitar pelanggaran moral. Misalnya bagi anak usia lima tahun,
berbohong selalu buruk. Sedangkan anak yang lebih besar sadar bahwa dalam
beberapa situasi, berbohong dibenarkan. Oleh karena itu, berbohong tidak selalu
buruk.7
Selain lingkungan keluarga, lingkungan pendidikan juga menjadi sarana
yang kondusif bagi pertumbuhan dan perkembangan moral peserta didik. Untuk
itu, sekolah diharapkan dapat berfungsi sebagai kawasan yang sejuk untuk
melakukan sosialisasi bagi anak-anak dalam pengembangan moral dan segala
aspek kepribadiannya. Pelaksanaan pendidikan moral di kelas hendaknya
dihubungkan dengan kehidupan yang ada di luar kelas. Dengan demikian,
pembinaan perkembangan moral peserta didik sangat penting karena percuma saja
jika mendidik anak-anak hanya untuk menjadi orang yang berilmu pengetahuan,
tetapi jiwa dan wataknya tidak dibangun dan dibina .
7

Abin Syamsuddin, Psikologi Kependidikan.(Bandung: Rosda Karya,2007)hlm, 111

8

2.

Implikasi Perkembangan Spiritual
Anak-anak sebenarnya telah memiliki dasar-dasar kemampuan spiritual

yang dibawanya sejak lahir. Untuk mengembangkan kemampuan ini, pendidikan
mempunyai peranan yang sangat penting. Oleh karena itu, untuk melahirkan
manusia yang ber-SQ tinggi dibutuhkan pendidikan yang tidak hanya berorientasi
pada perkembangan aspek IQ saja, melainkan EQ dan SQ juga.
Zohar dan Marshall

pertama kali meneliti secara ilmiah tentang

kecerdasan spiritual, yaitu kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan
persoalan makna dan nilai, yang menempatkan perilaku dan hidup manusia dalam
konteks makna yang lebih luas dan kaya.8
Purwanto mengemukakan bahwa pendidikan yang dilakukan terhadap
manusia berbeda dengan “pendidikan” yang dilakukan terhadap binatang.
Menurutnya, pendidikan pada manusia tidak terletak pada perkembangan biologis
saja, yaitu yang berhubungan dengan perkembangan jasmani. Akan tetapi,
pendidikan pada manusia harus diperhitungkan pula perkembangan rohaninya.
Itulah kelebihan manusia yang diberikan oleh Allah SWT sebagai tuhan semesta
alam, yaitu dianugerahi fitrah (perasaan dan kemampuan) untuk mengenal
penciptanya, yang membedakan antara manusia dengan binatang. Fitrah ini
berkaitan dengan aspek spiritual.
Perkembangan spiritual membawa banyak implikasi terhadap pendidikan
dan diharapkan muncul manusia yang benar-benar utuh dari lembaga-lembaga
pendidikan. Untuk itu, pendidikan agama nampaknya harus tetap dipertahankan
sebagai bagian penting dari program-program pendidikan yang diberikan di
sekolah dasar. Tanpa melalui pendidikan agama, mustahil SQ dapat berkembang
baik dalam diri peserta didik .

8

Syamsu Yusuf, Perkembangan Peserta Didik. (Jakarta: Rajawali Pers,2011)hlm, 234

9

10

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Perkembangan moral dan sepiritual pada peserta didik dapat berlangsung
melalui beberapa proses yaitu dengan melakukan pendidikan langsung,
identifikasi atau meniru penampilan guru dan dengan adanya percobaan pada
peserta didik.
2. Faktor yang mempengaruhi perkembangan moral dan spiritual meliputi faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi sifat atau pembawaan
dari diri sendiri, dalam perkembangan moral berupa sifat-sifat yang
diturunkan dan pada perkembangan spiritual berupa keyakinan. Faktor
eksternal meliput keluarga, masyarakat sekitar, sekolah, dan tentunya budaya.
3. Implikasi perkembangan moral anak dapat berlangsung melalui beberapa
cara, salah satunya melalui pendidikan langsung. Pendidikan langsung yaitu
melalui penanaman pengertian tentang tingkah laku yang benar-salah atau
baik-buruk oleh orang tua dan gurunya,sedangkan Implikasi Perkembangan
spiritual membawa banyak implikasi terhadap pendidikan dan diharapkan
muncul manusia yang benar-benar utuh dari lembaga-lembaga pendidikan
dimana siswa diharapkan memiliki

(perasaan dan kemampuan) untuk

mengenal tuhan dan dapat membedakan antara manusia dan binatang.

B. Saran
Pendidikan moral dan spiritual sangat lah penting bagi peserta didik, maka
dari itu hendaknya kita dalam mendidik kedua aspek ini tidak bole lepas
disamping pendidikan umum lainya karna percuma saja ilmu yang tinggi jika
tidak dimbangi dengan moral dan keagaamaan yang bai maka semua itu akan sia –
sia.

11

DAFTAR FUSTAKA
Baharuddin. 2009. Pendidikan dan Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: ArRuzz Media
Desmita. 2010. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
Hartono, Agung. 2002. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta
Syamsuddin, Abin. 2007. Psikologi Kependidikan. Bandung: Rosda Karya
Yusuf, Syamsu. 2011. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rajawali Pers

12