MAKALAH TENTANG HAM DALAM SI

BAB I
PENDAHULUAN

1.

A.

Latar Belakang Masalah

Hak merupakan unsur normatif yang melekat pada diri setiap manusia yang dalam penerapannya berada
pada ruang lingkup hak persamaan dan hak kebebasan yang terkait dengan interaksinya antara individu
atau dengan instansi. Hak juga merupakan sesuatu yang harus diperoleh. Masalah HAM adalah sesuatu
hal yang sering kali dibicarakan dan dibahas terutama dalam era reformasi ini. HAM lebih dijunjung
tinggi dan lebih diperhatikan dalam era reformasi dari pada era sebelum reformasi.
Perlu diingat bahwa dalam hal pemenuhan hak, kita hidup tidak sendiri dan kita hidup bersosialisasi
dengan orang lain. Jangan sampai kita melakukan pelanggaran HAM terhadap orang lain dalam usaha
perolehan atau pemenuhan HAM pada diri kita sendiri. Maka dengan ini penulis mengambil
judul “Pelanggaran Hak Asasi Manusia Terhadap Tenaga Kerja Diluar Negri Yang Berasal Dari
Daerah”.

1.


B.

Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan ini adalah :
1.

Memenuhi tugas yang diberikan pada mata kuliah Pendidikan Pancasil

2.

Sebagai bentuk perhatian Mahasiswa terhadap masalah pelanggaran Hak Azasi Manusia yang
terjadi terhadap tenaga kerja diluar negri yang berasal dari Daerah.

3.

Suatu usaha untuk meningkatkan kualitas penegakkan Hak Azasi Manusia terhadap tenaga kerja
diluaar negri yang berasal dari Daerah.


4.

Membantu dalam membahas dan menanggulangi masalah pelanggaran Hak Azasi Manusia
terhadap tenaga dikerja luar negri yang berasal dari Daerah.

5.

Untuk mengetahui apa saja penyebab pelanggaran Hak Asasi Manusia terhadap tenaga kerja
diluar negri yang berasal dari Daerah.

6.

Untuk mengatahui bagaimana cara penaggulangan pelanggaran Hak Asasi Manusia terhadap
tenaga kerja diluar negri yang berasal dari Daerah.

7.

Bagaimana tanggung jawab pemerintah daerah dalam menyelesaikan permasalahan pelanggaran
Hak Asasi Manusia terhadap tenaga kerja yang berasal dari Daerah.


1.

C.

Perumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam pembuatan karya tulis ini diantaranya :
1.

Apa saja penyebab pelanggaran Hak Asasi Manusia di Daerah?

2.

Bagaimana cara penaggulangan pelanggaran Hak Asasi Manusia di Daerah?

3.
1.

Bagaimana tanggung jawab pemerintah daerah dalam menyelesaikan permasalahan pelanggaran
Hak Asasi Manusia di Daerah?

D.

Metode Penulisan Makalah

Dalam menyelesaikan makalah ini, penulis melakukan metode penelaahan melalui studi pustaka untuk
melengkapi materi atau data-data dalam penyusunan makalah ini. Penyusun melakukan studi pustaka dari
berbagai sumber buku.

1.

E.

Sistematika Penulisan Makalah

Adapun sistematika penulisan Makalah ini adalah sebagai berikut :
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI
BAB I


PENDAHULUAN

1.

Latar Belakang Masalah

2.

Tujuan Penulisan

3.

Perumusan Masalah

4.

Metode Penulisan Makalah

5.


Sistematika Penulisan Makalah

BAB II

LANDASAN TEORI

1.

A.

Makna Sila Kelima (Keadilan Sosial bagi Seluruh Indonesia)

2.

Pengertian Dan Ciri Pokok Hakikat HAM

3.

C.


4.

Pelanggaran HAM dan Pengadilan HAM

5.

E.

HAM dalam Tinjauan Islam

Contoh-Contoh Kasus Pelanggaran HAM

BAB III DATA
1.

Lokasi

2.


Masalah Pelanggaran HAM

BAB IV PEMBAHASAN MASALAH
1.

Sebab-Sebab Pelanggaran HAM

2.

Cara-Cara Penanggulangan Pelanggaran HAM

3.

Kewajiban dan Tanggung Jawab Pemerintah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
1.

Kesimpulan


2.

Saran

DAFTAR PUSTAKA

BAB II
LANDASAN TEORI

1.

A.

Makna Sila Kelima (Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia)

Inti sila kelima yaitu “keadilan” yang mengandung makna sifat-sifat dan keadaan NegaraIndonesiaharus
sesuai dengan hakikat adil, yaitu pemenuhan hak dan wajib pada kodrat manusia. Hakikat keadilan ini
berkaitan dengan hidup manusia, yaitu hubungan keadilan antara manusia satu dengan lainnya, dalam
hubungan hidup manusia dengan tuhannya, dan dalam hubungan hidup manusia dengan dirinya sendiri
(notonegoro). Keadilan ini sesuai dengan makna yang terkandung dalam pengertian sila kedua yaitu

kemanusiaan yang adil dan beradab. Selanjutnya hakikat adil sebagaimana yang terkandung dalam sila
kedua ini terjelma dalam sila kelima, yaitu memberikan kepada siapapun juga apa yang telah menjadi
haknya oleh karena itu inti sila keadilan social adalah memenuhi hakikat adil.
Realisasi keadilan dalam praktek kenegaraan secara kongkrit keadilan social ini mengandung cita-cita
kefilsafatan yang bersumber pada sifat kodrat manusia monodualis , yaitu sifat kodrat manusia sebagai
individu dan makhluk social. Hal ini menyangkut realisasi keadilan dalam kaitannya dengan
NegaraIndonesiasendiri (dalam lingkup nasional) maupun dalam hubungan NegaraIndonesiadengan
Negara lain (lingkup internasional)
Dalam lingkup nasional realisasi keadilan diwujudkan dalam tiga segi (keadilan segitiga) yaitu:
1.

Keadilan distributive, yaitu hubungan keadilan antara Negara dengan warganya. Negara wajib
memenuhi keadilan terhadap warganya yaitu wajib membagi-bagikan terhadap warganya apa yang
telah menjadi haknya.

2.

Keadilan bertaat (legal), yaitu hubungan keadilan antara warga Negara terhadap Negara. Jadi
dalam pengertian keadilan legal ini negaralah yang wajib memenuhi keadilan terhadap negaranya.


3.

Keadilan komulatif, yaitu keadilan antara warga Negara yang satu dengan yang lainnya, atau
dengan perkataan lain hubungan keadilan antara warga Negara.

Nilai-nilai keadilan tersebut haruslah merupakan suatu dasar yangyang harus diwujudkan dalam hidup
bersama kenegaraan untuk mewujudkan tujuan negara yaitu mewujudkan kesejahteraan seluruh warganya
serta melindungi seluruh warganya dan seluruh wilayahnya, mencerdaskan seluruh warganya. Demikian
pula nilai-nilai keadilan tersebut sebagai dasar dalam pergaulan antar negara sesama bangsa didunia dan
prinsip ingin menciptakan ketertiban hidup bersama dalam suatu pergaulan antar bangsa di dunia dengan
berdasarkan suatu prinsip kemerdekaan bagi setiap bangsa, perdamaian abadi serta keadilan dalam hidup
bersama (keadilan sosial).
Selain itu secara kejiwaan cita-cita keadilan tersebut juga meliputi seluruh unsur manusia, jadi juga
bersifat monopluralis . sudah menjadi bawaan hakikatnya hakikat mutlak manusia untuk memenuhi
kepentingan hidupnya baik yang ketubuhan maupun yang kejiwaan, baik dari dirinya sendiri-sendiri
maupun dari orang lain, semua itu dalam realisasi hubungan kemanusiaan selengkapnya yaitu hubungan
manusia dengan dirinya sendiri, hubungan manusia dengan manusia lainnya dan hubungan manusia
dengan Tuhannya.

1.

B.

Pengertian Dan Ciri Pokok Hakikat HAM

1. Pengertian HAM
Hak asasi manusia merupakan hak-hak dasar yang dimilki oleh manusia, sesuai dengan
kodratnya. Hak asasi manusia meliputi hak hidup, hak kemerdekaan atau kebebasan, hak milik
dan hak-hak dasar lain yang melekat pada diri pribadi manusia dan tidak dapat diganggu gugat
oleh orang lain. Hak asasi manusia hakikatnya semata-mata bukan dari manusia sendiri tetapi dari
Tuhan Yang Maha Esa. Sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Hak Asasi Manusia
menurut Ketetapan MPR nomor XVII/MPR/1988, bahwa hak asasi manusia adalah hak-hak dasar
yang melekat pada diri manusia secara kodrat, universal, dan abadi sebagai anugerah Tuhan Yang
Maha Esa.
Adapun pengertian Hak Asasi Manusia menurut para tokoh-tokoh lainnya, yaitu :


Menurut pendapat Jan Materson (dari komisi HAM PBB), dalam Teaching Human Rights,
United Nations sebagaimana dikutip Baharuddin Lopa menegaskan bahwa HAM adalah hak-hak yang
melekat pada setiap manusia, yang tanpanya manusia mustahil dapat hidup sebagai manusia.



John Locke menyatakan bahwa HAM adalah hak-hak yang diberikan langsung oleh Tuhan Yang
Maha Pencipta sebagai hak yang kodrati. (Mansyur Effendi, 1994).



Dalam pasal 1 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM disebutkan bahwa “Hak
Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakekat dan keberadaan manusia sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi,
dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang, demi kehormatan serta perlindungan
harkat dan martabat manusia”
2. Ciri Pokok Hakikat HAM
Berdasarkan beberapa rumusan HAM di atas, dapat ditarik kesimpulan tentang beberapa ciri pokok
hakikat HAM yaitu:



HAM tidak perlu diberikan, dibeli ataupun diwarisi. HAM adalah bagian dari manusia secara
otomatis.



HAM berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis kelamin, ras, agama, etnis, pandangan
politik atau asal-usul sosial dan bangsa.



HAM tidak bisa dilanggar. Tidak seorangpun mempunyai hak untuk membatasi atau melanggar
hak orang lain. Orang tetap mempunyai HAM walaupun sebuah Negara membuat hukum yang tidak
melindungi atau melanggar HAM (Mansyur Fakih, 2003).
3. HAM Dalam Perundang-Undangan Nasional
Dalam perundang-undangan RI paling tidak terdapat bentuk hukum tertulis yang memuat aturan tentang
HAM. Pertama, dalam konstitusi (UUD Negara). Kedua, dalam ketetapan MPR (TAP MPR). Ketiga,
dalam Undang-undang. Keempat, dalam peraturan pelaksanaan perundang-undangan seperti peraturan
pemerintah, keputusan presiden dan peraturan pelaksanaan lainnya.
Kelebihan pengaturan HAM dalam konstitusi memberikan jaminan yang sangat kuat karena perubahan
dan atau penghapusan satu pasal dalam konstitusi seperti dalam ketatanegaraan di Indonesia mengalami

proses yang sangat berat dan panjang, antara lain melalui amandemen dan referendum, sedangkan
kelemahannya karena yang diatur dalam konstitusi hanya memuat aturan yang masih global seperti
ketentuan tentang HAM dalam konstitusi RI yang masih bersifat global. Sementara itu bila pengaturan
HAM dalam bentuk Undang-undang dan peraturan pelaksanaannya kelemahannya, pada kemungkinan
seringnya mengalami perubahan.
1.

C.

HAM Dalam Tinjauan Islam

Adanya ajaran tentang HAM dalam Islam menunjukan bahwa Islam sebagai agama telah menempatkan
manusia sebagai makhluk terhormat dan mulia. Oleh karena itu, perlindungan dan penghormatan terhadap
manusia merupakan tuntutan ajaran itu sendiri yang wajib dilaksanakan oleh umatnya terhadap sesama
manusia tanpa terkecuali. Hak-hak yang diberikan Allah itu bersifat permanent, kekal dan abadi, tidak
boleh dirubah atau dimodifikasi (Abu A’la Almaududi, 1998). Dalam Islam terdapat dua konsep tentang
hak, yakni hak manusia (hak al insan) dan hak Allah. Setiap hak itu saling melandasi satu sama lain. Hak
Allah melandasi manusia dan juga sebaliknya.
Konsep islam mengenai kehidupan manusia didasarkan pada pendekatan teosentris (theocentries) atau
yang menempatkan Allah melalui ketentuan syariatnya sebagai tolak ukur tentang baik buruk tatanan
kehidupan manusia baik sebagai pribadi maupun sebagai warga masyarakat atau warga bangsa. Dengan
demikian konsep Islam tentang HAM berpijak pada ajaran tauhid. Konsep tauhid mengandung ide
persamaan dan persaudaraan manusia. Konsep tauhid juga mencakup ide persamaan dan persatuan semua
makhluk yang oleh Harun Nasution dan Bahtiar Effendi disebut dengan ide perikemakhlukan. Islam
datang secara inheren membawa ajaran tentang HAM, ajaran islam tentang HAM dapat dijumpai dalam
sumber utama ajaran islam yaitu al-Qur’an dan al-Hadits yang merupakan sumber ajaran normative, juga
terdapat praktek kehidupan umat islam.
Dilihat dari tingkatannya, ada 3 bentuk HAM dalam Islam, pertama, Hak Darury (hak dasar). Sesuatu
dianggap hak dasar apabila hak tersebut dilanggar, bukan hanya membuat manusia sengsara, tetapi juga
eksistensinya bahkan hilang harkat kemanusiaannya. Sebagai misal, bila hak hidup dilanggar maka berarti
orang itu mati. Kedua, hak sekunder (hajy) yakni hak-hak yang bila tidak dipenuhi akan berakibat
hilangnya hak-hak elementer misalnya, hak seseorang untuk memperoleh sandang pangan yang layak
maka akan mengakibatkan hilangnya hak hidup. Ketiga hak tersier(tahsiny) yakni hak yang tingkatannya
lebih rendah dari hak primer dan sekunder (Masdar F. Mas’udi, 2002)
Mengenai HAM yang berkaitan dengan hak-hak warga Negara, Al Maududi menjelaskan bahwa dalam
Islam hak asasi pertama dan utama warga negara adalah :
1.

Melindungi nyawa, harta dan martabat mereka bersama-sama dengan jaminan bahwa hak ini
tidak kami dicampuri, kecuali dengan alasan-alasan yang sah dan ilegal.

2.

Perlindungan atas kebebasan pribadi. Kebebasan pribadi tidak bisa dilanggar kecuali setelah
melalui proses pembuktian yang meyakinkan secara hukum dan memberikan kesempatan kepada
tertuduh untuk mengajukan pembelaan

3.
4.

1.

Kemerdekaan mengemukakan pendapat serta menganut keyakinan masing-masing
Jaminan pemenuhan kebutuhan pokok bagi semua warga negara tanpa membedakan kasta atau
keyakinan. Salah satu kewajiban zakat kepada umat Islam, salah satunya untuk memenuhi kebutuhan
pokok warga negara.
D.

Pelanggaran HAM dan Pengadilan HAM

Pelanggaran HAM adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang termasuk aparat negara baik
disengaja ataupun tidak disengaja atau kelalaian yang secara hukum mengurangi, menghalangi,
membatasi dan atau mencabut HAM seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh Undang-Undang
ini, dan tidak didapatkan atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyelesaian hukum yang berlaku
(UU No. 26/2000 tentang pengadilan HAM). Sedangkan bentuk pelanggaran HAM ringan selain dari
kedua bentuk pelanggaran HAM berat itu.
Kejahatan genosida adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk menghancurkan
atau memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok bangsa, ras, kelompok etnis dan kelompok agama.
Kejahatan genosida dilakukan dengan cara membunuh anggota kelompok, mengakibatkan penderitaan
fisik atau mental yang berat terhadap anggota-anggota kelompok, menciptakan kondisi kehidupan
kelompok yang akan mengakibatkan kemusnahan secara fisik baik seluruh atau sebagiannya,
memaksakan tindakan-tindakan yang bertujuan mencegah kelahiran di dalam kelompok, dan
memindahkan secara paksa anak-anak dari kelompok tertentu ke kelompok lain (UU No. 26/2000 tentang
pengadilan HAM).
Sementara itu kejahatan kemanusiaan adalah salah satu perbuatan yang dilakukan sebagai bagian dari
serangan yang meluas atau sistematik yang diketahuinya bahwa serangan tersebut tujukan secara
langsung terhadap penduduk sipil berupa pembunuhan, pemusnahan, perbudakan, pengusiran atau
pemindahan penduduk secara paksa, perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain
secara sewenang-wenang yang melanggar (asas-asas) ketentuan pokok hukum internasional, penyiksaan,
perkosaan, perbudakan seksual, pelacuran secara paksa atau bentuk-bentuk kekerasan seksual lain yang
setara, penganiayaan terhadap suatu kelompok tertentu atau perkumpulan yang didasari persamaan paham
politik, ras, kebangsaan, etnis, budaya, agama, jenis kelamin atau alasan lain yang telah diakui secara
universal sebagai hal yang dilarang menurut hukum internasional, penghilangan orang secara paksa, dan
kejahatan apartheid.
Pelanggaran terhadap HAM dapat dilakukan oleh baik aparatur negara maupun bukan aparatur negara
(UU No. 26/2000 tentang pengadilan HAM). Karena itu penindakan terhadap pelanggaran HAM tidak
boleh hanya ditujukan terhadap aparatur negara, tetapi juga pelanggaran yang dilakukan bukan oleh
aparatur negara. Penindakan terhadap pelanggaran HAM mulai dari penyelidikan, penuntutan, dan
persidangan terhadap pelanggaran yang terjadi harus bersifat non-diskriminatif dan berkeadilan.
Pengadilan HAM merupakan pengadilan khusus yang berada di lingkungan pengadilan umum.

1.

E.

Contoh-Contoh Kasus Pelanggaran HAM

2.

Parapedagang yang berjualan di trotoar merupakan pelanggaran HAM terhadap para pejalan kaki,
sehingga menyebabkan para pejalan kaki berjalan di pinggir jalan sehingga sangat rentan terjadi
kecelakaan.

3.

Orang tua yang memaksakan kehendaknya agar anaknya masuk pada suatu jurusan tertentu dalam
kuliahnya merupakan pelanggaran HAM terhadap anak, sehingga seorang anak tidak bisa memilih
jurusan yang sesuai dengan minat dan bakatnya.

4.

Dosen yang malas masuk kelas atau malas memberikan penjelasan pada suatu mata kuliah kepada
mahasiswa merupakan pelanggaran HAM ringan kepada setiap mahasiswa.

5.

Parapedagang tradisioanal yang berdagang di pinggir jalan merupakan pelanggaran HAM ringan
terhadap pengguna jalan sehingga para pengguna jalan tidak bisa menikmati arus kendaraan yang
tertib dan lancar.

BAB III
DATA
1.

A.

Lokasi

Tempat Kejadian

: Daerah

Kabupaten

: Daerah

Propinsi

: Jawa Barat

1.

B.

Masalah Pelanggaran HAM

Di bawah ini adalah salah satu contoh Kasus yang melanggar HAM yakni tentang pemerasan terhadap
TKI/TKW asal Daerah.
LSM CSPD Daerah
Daerah, 25 Pebruari 2002 14:38
TKW asal Daerah Jabar yang jumlahnya ribuan- sepulang dari negara tempat mereka bekerja,
mengeluhkan ulah calo dari perusahaan jasa pemulangan TKI/TKW di Kabupaten Daerah. Mereka
diperas Rp 1,6 juta per orang, dari ongkos resmi Rp 160 ribu. Demikian diungkapkan Direktur Centra
Studi Pemberdayaan Daerah (CSPD) Yudi Junadi, Senin (25/2) di Daerah.
Menurutnya, sejak sebulan terakhir, lembaga yang dipimpinnya kebanjiran pengaduan para TKI/TKW
yang merasa diperas saat akan pulang ke desanya.
“Kami berharap, Pemerintah Kabupaten Daerah tidak tutup mata terhadap persoalan nasib TKI/TKW ini,
karena berdasarkan pengaduan yang kami terima, mereka dipungut biaya pemulangan hingga Rp 2,5 juta
per orang,” ungkap Yudi, yang juga mantan Ketua LBH Daerah.
Advokat Senior ini menceritakan, sejak awal 2002, broker jasa pemulangan dan pemberangkatan
TKI/TKW di Daerah terus menggembar-gemborkan, mereka akan memberikan perlindungan terhadap
para TKW/TKI. Ironisnya, di antara mereka ada yang berkolaborasi dengan sejumlah lembaga swadaya
masyarakat (LSM), sehingga menimbulkan kerancuan.
Berdasarkan pemantauan CSPD, sejumlah TKI/TKW yang baru turun dari Terminal III Bandara
Soekarno-Hatta, terus dibuntuti para broker dan diminta menggunakan jasanya. Seperti sudah ada
kerjasama dengan pihak bandara, para TKI/TKW itu dibingungkan oleh sulitnya transportasi untuk
kepulangan mereka, sehingga mereka terpaksa menggunakan jasa mereka.
Namun, para pekerja yang rata-rata dari kampung itu, yang biasanya hanya membayar Rp 160.000 per
orang, ternyata diharuskan membayar antara Rp 1,6 hingga Rp 2,5 juta per orang. Bukan hanya itu,
mereka juga dipaksa untuk menukarkan cek gajinya kepada mereka dengan nilai yang sangat rendah.
“Salah satunya menimpa korban Ny. Komariah (34), asal Desa Peuteuy Condong Kec. Cibeber, Kab.
Daerah. Uang gajinya yang masih berupa cek dipaksa ditukarkan dengan harga Rp 7.000 per dolar AS.
Padahal, saat itu nilai rupiah terhadap dolar lebih dari Rp 10.000, ” papar Yudi.

Menurut pemantauan CSPD, ada tiga titik penampungan sementara TKI/TKW yang baru pulang ke
Daerah, yakni di Cipanas, di samping Harimart Daerah Kota, dan di sebuah asrama.
Anehnya, meski aksi pemerasan ini berjalan cukup lama, polisi mengaku belum mengetahui kejadian.
Padahal, berita tentang pemerasan terhadap TKI/TKW ini hampir terjadi setiap hari, sesalnya.
Sementara itu, Agum, salah seorang pengurus Asosiasi Jasa Pemulangan dan Pemberangkatan TKI/TKW
Daerah (Apjatic), ketika dikonfirmasi membantah pihaknya melakukan pemerasan terhadap TKI/TKW
yang baru pulang kampung. “Kami justru memberikan perlindungan terhadap para TKI/TKW itu supaya
tidak diperdaya oleh oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab,” bela Agum.
Dia berdalih, kalau pada akhirnya seorang TKI/TKW memberikan ongkos lebih, itu disebabkan puas atas
pelayanannya, bukan berarti pemerasan. Mereka akan merasa nyaman dan aman sampai di tempat
tujuan,” kilah Agum.
Namun demikian, Agum tidak menyangkal banyaknya pemerasan terhadap TKI/TKW asal Daerah.
Menurutnya, hal itu disebabkan tidak adanya lembaga resmi yang mengatur pemulangan TKI/TKW,
sehingga memancing oknum untuk melakukan pemerasan.
Kabupaten Daerah merupakan salah satu daerah pemasok TKI/TKW terbesar se-Jawa Barat. Setiap hari
sedikitnya 130 TKI/TKW pulang ke kampung halamannya di berbagai daerah di Kabupaten Daerah.
Guna menghindari pemerasan, TKI/TKW asal Daerah Selatan ada yang memilih tinggal di rumah
kerabatnya di Daerah, sebelum pulang ke desanya. Sebab, jika langsung pulang ke desa, kata salah
seorang dari mereka, bisa-bisa dijadikan bulan-bulanan para broker pemulangan TKI/TKW.

BAB IV
PEMBAHASAN MASALAH

1.

A.

Sebab-Sebab Pelanggaran HAM

Berikut ini adalah beberapa penyebab terjadinya pelanggaran HAM yang terjadi di Daerah, yaitu sebagai
berikut :
1.

Kurangnya menghormati hak asasi orang lain, moral, etika, dan tata tertib kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

2.

Masyarakat warga yang belum berdaya.

3.

Interprestasi dan penerapan yang salah dari norma–norma agama dan perintah (intruksi)

4.

Good Governence masih bersifat retorika.

5.

Corporete Governence masih bersifat retorika .

1.

B.

Cara-Cara Penanggulangan Pelanggaran HAM

Berikut ini adalah Cara penanggulangan pelanggaran HAM yang terjadi di Daerah, yaitu sebagai berikut :
1.
2.

Membawa kasus–kasus pelanggaran hak asasi manusia ke pengadilan hak asasi manusia dengan
tetap menerapkan asas praduga tak bersalah.
Membangun budaya hak asasi manusia.

3.

Berdayakan mekanisme perlindungan hak asasi manusia yang ada dan membentuk lembaga–
lembaga khusus yang mengenai masalah masalah khusus.

4.

Mempergiat sosialisasi hak asasi manusia kepada semua kelompok dan tingkat dalam masyarakat
dengan mengikut sertakan LSM dalam kemitraan dengan pemerintah.

5.

Mencabut dan merivisi semua undang–undang peraturan yang bertentangan dengan hak asasi
manusia.

6.

Memberdayakan aparat pengawas.

7.

Mengembangkan managemen konflik oleh lembaga–lembaga perlindungan hak asasi manusia.

8.

Memprioritaskan penyusunan prosedur pengaduan dan penanganan kasus–kasus pelanggaran hak
asasi manusia.

9.

Membentuk lembaga–lembaga yang membantu korban pelanggaran hak asasi manusia dalam
mengurus kompensasi dan rehabilitasi.

10.

Mengembangkan lembaga-lembaga dan program–program yang melindungi korban dan saksi
pelanggaran hak asasi manusia.

1.

C.

Kewajiban dan Tanggung Jawab Pemerintah

Berikut ini adalah kewajiban dan tanggung jawab Pemerintah menurut UU No. 39 Tahun 1999, yaitu
sebagai berikut:
1.

Pemerintah Wajib dan bertanggung jawab menghormati, melindungi, menegakkan dan
memajukan hak asasi manusia yang diatur dalam undang-undang ini, peraturan peundang-undangan
lain dan hukum internasional tentang hak asasi manusia yang diterima oleh negara RI.

2.

Kewajiban dan tanggung jawab pemerintah sebagaimana dimaksud meliputi langkah
implementasi yang efektif dalam bidang hukum, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan
keamanan negara dan bidang lain.

3.

Hak dan kebebasan yang diatur dalam undang-undang ini hanya dapat dibatasi oleh dan
berdasarkan undang-undang, semata-mata untuk menjamin pengakuan dann penghormatan terhadap
hak asasi manusia serta kebebasan dasar orang lain, kesusilaan, ketertiban umum dan kepentingan
bangsa.

4.

Tidak satu ketentuan pun dalam undang-undang ini boleh diartikan bahwa pemerintah, partai,
golongan atau pihak manapun dibenarkan mengurangi, merusak atau menghapuskan hak asasi
manusia atau kebebasan dasar yang diatur dalam undang-undang ini.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

1.

a.

Kesimpulan

HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia sesuai dengan kiprahnya. Setiap individu
mempunyai keinginan agar HAM-nya terpenuhi, tapi satu hal yang perlu kita ingat bahwa Jangan pernah
melanggar atau menindas HAM orang lain.
Dalam kehidupan bernegara, HAM diatur dan dilindungi oleh perundang-undangan, dimana setiap bentuk
pelanggaran HAM baik yang dilakukan oleh seseorang, kelompok atau suatu instansi atau bahkan suatu
Negara akan diadili dalam pelaksanaan peradilan HAM, pengadilan HAM menempuh proses pengadilan
melalui hukum acara peradilan HAM sebagaimana terdapat dalam Undang-Undang pengadilan HAM.
1.

b.

Saran

Upaya agar sadar akan pentingnya Hak Asasi Manusia, maka penulis memberikan saran-saran sebagai
berikut:
1.
2.

Sebagai makhluk sosial kita harus mampu mempertahankan dan memperjuangkan HAM kita
sendiri.
Kerjasama antara Pemerintah daerah dan warga masyarakat Daerah perlu ditingkatkan.

3.

Kita harus bisa menghormati dan menjaga HAM orang lain jangan sampai kita melakukan
pelanggaran HAM dan Jangan sampai pula HAM kita dilanggar dan dinjak-injak oleh orang lain

4.

Pemerintah khususnya pihak kepolisian harus bisa menjadi sarana dalam menyelesaikan masalah
pelanggaran HAM.

5.

Pemerintah harus bisa bekerjasama dengan masyarakat dalam mewujudkan kesejahteraan rakyat.

6.

Pelanggaran hak asasi manusia di negara Indonesia khususnya di Daerah Jawa Barat, seharusnya
ditanggapi dengan cepat dan tanggap oleh pemerintah dan disertai peran serta masyarakat.

7.

Dalam menjaga HAM kita harus mampu menyelaraskan dan mengimbangi antara HAM kita
dengan HAM orang lain.

DAFTAR PUSTAKA

CELEP ... MNC GROUP