PENERAPAN MASALAH UTAMA USAHA MIKRO DI LINGKUNGAN KAMPUS DAN LINGKUNGAN RUMAH (Tinjauan Mikro Ekonomi) Oleh: Marieska Lupikawaty Staf Pengajar Administrasi Niaga Politeknik Negeri Sriwijaya ABSTRACT - Mariska_Lupikawaty_PENERAPAN MASALAH UTAMA USAHA MIKRO

Jurnal Ilmiah Orasi Bisnis – ISSN: 2085-1375
Edisi Ke-VI, November 2011

PENERAPAN MASALAH UTAMA USAHA MIKRO
DI LINGKUNGAN KAMPUS DAN LINGKUNGAN RUMAH
(Tinjauan Mikro Ekonomi)
Oleh: Marieska Lupikawaty
Staf Pengajar Administrasi Niaga
Politeknik Negeri Sriwijaya

ABSTRACT
The purpose for this title is to explain in detail about the application of
microeconomics where an entrepreneurs initially faced on the issue and also the
option of opening or setting up a micro businesses. For example, I took in the
field of food services on campus Polytechnic State of Sriwijaya and in homes area
where I took the micro sample was randomized. Data obtained through interviews
directly to the business and the writes’s observation in the place of business. The
results is that every business has a good answer microeconomics problems so as
to achieve business goals, is earnings each day. Raw material price increases to
drive up the prices so that producers resolved the problem of what, how and for
whom. The impacts of any change of quantity of goods demanded and offered. The

conclusion is each business must solve the main problem is due to scarcity of
microeconomics and choice of use of production factors including the price
change, or is known as price elasticity.
Key words: What, How, For whom and Price elasticity

PENDAHULUAN
Mikroekonomi merupakan ilmu ekonomi dasar yang seharusnya lebih
dipahami masyarakat maupun individu dalam kehidupan karena secara sadar
maupun tidak sadar tingkah laku kita sehari-hari itu merupakan penerapan/aplikasi
ilmu mikro ekonomi. Secara sederhana kita selalu dihadapkan kepada suatu
pilihan waktu demi waktu, bahkan setiap menit ke detik. Sebagai contoh dari
menentukan menu apa yang akan kita masak hari ini (tugas seorang ibu-red).
Banyak sekali bukan yang bisa kita masak. Kalau tidak memikirkan dan
menentukan pilihan tentu seorang ibu akan kebingungan. Jika seorang ibu tidak
cerdas menentukan pilihan bisa saja hari ini ibu tidak memasak. Mengapa bisa
demikian? Karena ibu memikirkan, yang pertama akan masak apa saya hari ini
dan berapa banyak (berkaitan pula dengan besarnya pengorbanan yang
dilakukan), yang kedua bagaimana cara saya memasak agar efisien (biar cepat)
dan efektif (enak dan sedap dilihat) lalu terakhir untuk siapa saya memasak,
apakah untuk keluarga inti saja (suami dan anak-anak) atau keperluan acara

dirumah (misal untuk arisan keluarga). Jika seorang ibu tidak cerdas
menyelesaikan masalah memasak dan pilihan yang dihadapi maka orang dirumah
tidak bisa makan hari ini…yah ini sekedar gambaran bahwa apapun bentuknya
71

Jurnal Ilmiah Orasi Bisnis – ISSN: 2085-1375
Edisi Ke-VI, November 2011

bila kita dihadapkan kepada sebuah masalah dan pilihan ini adalah bentuk dari
aplikasi ilmu mikroekonomi. Sehingga bila kita telah mempelajari ilmu
mikroekonomi dan juga dapat memahami makna yang terkandung dalam ilmu ini,
maka insyaallah setiap keputusan dari masalah dan pilihan kita akan mencapai
solusi yang terbaik.
Begitu pula tujuan saya menulis judul ini saya akan membantu untuk
menjelaskan secara detil tentang penerapan mikroekonomi dimana mereka
awalnya dihadapi tentang masalah dan juga pilihan dalam membuka atau
mendirikan usaha mikro ini. Contoh usaha mikro yang saya ambil yaitu dibidang
jasa makanan di lingkungan kampus Politeknik Negeri Sriwijaya dan di
lingkungan rumah dimana saya mengambil sample usaha mikro ini secara acak.
Data didapat melalui wawancara langsung kepada pelaku usaha dan pengamatan

penulis di tempat usaha.

TINJAUAN PUSTAKA
Ilmu ekonomi (economics) sering dikaitkan dengan uang. Kalau belajar
ilmu ekonomi harus bisa mengatur dan memiliki uang. Mungkin seperti itulah
pikiran kita selama ini sebelum mempelajari ilmu ekonomi. Padahal seorang
sarjana ekonomi tidak harus kaya dan belum tentu dapat hidup hemat. Uang
memang dipelajari dalam ilmu ekonomi, tapi bukan satu-satunya materi studi.
Bahkan uang hanya sebagian kecil materi studi ilmu ekonomi. Jadi apa yang
sebenarnya dipelajari dalam ilmu ekonomi? Salah satu jawaban paling sering
dimana kita adalah makhluk yang serba terbatas sedangkan kebutuhan dan
keinginan tak terbatas. Tidak semua cita-cita atau keinginannya dapat tercapai,
karena itu manusia harus berani menentukan pilihan. Pengambilan keputusan
pilihan itu bukanlah pekerjaan yang mudah, sebab harus berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan tertentu. Sehingga manusia perlu belajar bagaimana
menentukan pilihan. Hal inilah yang dipelajari dalam ilmu ekonomi.
Definisi Ilmu Ekonomi
Ilmu ekonomi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia sebagai
individu maupun masyarakat dalam menentukan pilihan menggunakan Sumber
Daya-Sumber Daya atau faktor-faktor produksi yang langka dalam upaya

meningkatkan taraf hidupnya (Rahardja dan Manurung : 3).
Sehingga dengan definisi ini jelas bahwa kita sebagai manusia selalu dihadapi
dengan masalah dan pilihan. Mengapa ada pilihan? Jawabannya karena ada
kelangkaan. Kelangkaan itu mencakup kuantitas, berkualitas baik, tersedia dimana
saja (disetiap tempat), dan kapan saja (waktu) dibutuhkan. Sebagai contoh, udara
(oksigen) untuk pernafasan manusia. Coba kita bandingkan udara di daerah
pedesaan dengan udara di lingkungan pabrik, mana yang kita pilih? Intinya
kelangkaan terhadap faktor-faktor produksi yang kita miliki sebagai konsumen.
Faktor-faktor produksi adalah benda-benda yang disediakan oleh alam atau
diciptakan oleh manusia, yang dapat digunakan untuk memproduksikan barang72

Jurnal Ilmiah Orasi Bisnis – ISSN: 2085-1375
Edisi Ke-VI, November 2011

barang dan jasa-jasa (Sukirno Sadono : 6). Beberapa faktor-faktor produksi
dibedakan kepada 4 golongan yaitu:
1. Tanah dan sumber alam, Merupakan factor produksi yang disediakan oleh
alam. Contohnya tanah, barang tambang, hasil hutan, hasil kelautan, air dan
berbagai sumber alam yang dapat dijadikan modal. Balas jasa karena
penggunaan tanah biasanya dalam bentuk sewa (pendapatan/ penghasilan bagi

pemilik tanah).
2. Tenaga kerja, Tenaga kerja meliputi keahlian dan ketrampilan yang dimiliki.
Balas jasa dari penggunaan tenaga kerja biasanya berupa gaji dan upah.
3. Modal, Faktor produksi ini meliputi benda yang diciptakan oleh manusia dan
digunakan untuk memproduksikan barang-barang dan jasa-jasa yang mereka
butuhkan. Balas jasa dari penggunaan factor produksi modal adalah berupa
pengembalian modal dan disertai dengan tingkat bunga atas modal pinjaman.
4. Kewirausahaan, Yang dimaksud dengan keahlian kewirausahaan adalah
keahlian dan kemampuan pengusaha-pengusaha untuk mendirikan dan
mengembangkan berbagai kegiatan usaha. Balas jasa dari menghasilkan
berbagai macam produk yaitu laba atas penjualan produk yang mereka
hasilkan.
Ada juga faktor-faktor produksi yang merupakan perincian dari factor-faktor
produksi seperti uraian diatas, yaitu oleh pakar ekonomi dikenal sebagai 6M yaitu
Man, Money, Methode, Machine. Material and Market.

Ruang Lingkup
Ruang Lingkup Ilmu Ekonomi sendiri terbagi dua karena begitu luasnya
daya aplikatif ilmu ekonomi. Dimana ada kelangkaan, disitu ilmu ekonomi dapat
diterapkan. Sehingga untuk judul tulisan ini saya lebih mengarah dalam aplikatif

ilmu ekonomi mikro. Dimana proses alokasi sumber daya/ faktor-faktor produksi
secara efisien di tingkat individu, perusahaan dan industri dibahas dalam ilmu
ekonomi Mikro. Ilmu Ekonomi Mikro dinamakan “ilmu ekonomi kecil”, yaitu
bagian dari ilmu ekonomi yang menganalisis mengenai bagian-bagian kecil dari
keseluruhan kegiatan perekonomian.

Masalah Utama Ilmu Ekonomi Mikro
Secara umum masalah ekonomi adalah masalah pemilihan alokasi sumber
daya yang langka, dan secara khusus masalah ilmu ekonomi adalah:
 Apa yang harus diproduksi dan berapa banyak (What), Ini berkaitan dengan
kelangkaan akan sumber daya-sumber daya untuk membuat pilihan
memproduksi apa yang dapat ditawarkan kepada pasar dan berapa banyak
karena berhubungan dengan efisiensi sumber daya-sumber daya yang dimilki.
Oleh sebab itu pilihan-pilihan harus dilakukan. Makin banyak sesuatu jenis
barang akan dihasilkan semakin banyak faktor produksi yang akan digunakan
 Bagaimana memproduksinya (How), Pada masalah kedua ini berhubungan
dengan proses maupun cara untuk menghasilkan barang-barang maupun jasa
73

Jurnal Ilmiah Orasi Bisnis – ISSN: 2085-1375

Edisi Ke-VI, November 2011



dalam upaya memenuhi kebutuhan masyarakat. Dalam proses produksi ini
apakah memakai teknologi tinggi karena berhubungan positif dengan skala
produksi, bagaimana kemampuan manajemen perusahaan, iklim usaha dan
persaingan seperti apa, apakah kemampuan finansial perusahaan dapat
menyeimbangkan terhadap cara produksi, dan bagaimana sikap mental
pengelola perusahaan dalam menghadapi permasalahan-permasalahan yang
ada. Masalah efisiensi merupakan salah satu faktor yang dijadikan dasar
pemilihan metode. Yang akan dipilih adalah yang mampu menciptakan
barang-barang tersebut dengan cara yang paling efisien. Masalah ini
berhubungan khusus dengan teori perilaku produsen dan pemikiran terhadap
biaya-biaya produksi.
Untuk siapa barang dan jasa diproduksi (for Whom), Permasalahan ini
berhubungan dengan teori perilaku konsumen. Jadi para produsen harus tahu
market/konsumen untuk memasarkan produk yang telah diproduksi. Berarti
para produsen juga harus mempelajari perilaku konsumen dalam
mengkonsumsi barang untuk memenuhi kebutuhan mereka agar produk yang

mereka hasilkan laku dan produsen dapat bertahan dalam persaingan industri.

Elastisitas Harga
Dalam berjalannya proses produksi biasanya terjadi perubahan karena
beberapa faktor dari permintaan atau penawaran yang mengalami perubahan.
Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi permintaan dan penawaaran adalah
harga barang tersebut. Umumnya yang terjadi perubahan adalah harga dari bahanbahan pokok (material) yang merupakan salah satu faktor-faktor produksi.
Sehingga berakibat terhadap harga jual kepada konsumen. Elastisitas Harga:
yaitu persentase perubahan jumlah barang yang diminta atau ditawarkan yang
disebabkan oleh perubahan harga barang itu sebesar satu persen, atau secara
umum ditulis:
Hasil perhitungan diatas didapat 5 hasil seperti dibawah ini:
Ed 








% Perubahan jumlahbarang yang diminta atau ditawarkan
% Perubahanharga barang itu sendiri

Ed > 1 disebut elastis perubahan harga suatu barang menyebabkan perubahan
permintaan yang besar.
Ed < 1 disebut in elastis perubahan permintaan lebih kecil daripada
perubahan harga.
Ed = 1 disebut unitary elastis Jika harga naik 10% maka perubahan
permintaan juga turun 10%.
Ed = 0 disebut inelastis sempurna berapapun perubahan harga barang, orang
akan tetap membeli jumlah yang dibutuhkan.
Ed = ~ disebut elastis sempurna perubahan harga sedikit saja menyebabkan
perubahan permintaan tak hingga besarnya.
74

Jurnal Ilmiah Orasi Bisnis – ISSN: 2085-1375
Edisi Ke-VI, November 2011

PEMBAHASAN
Tulisan ini akan memperlihatkan masalah utama pelaku bisnis karena

adanya kelangkaan faktor-faktor produksi yang dipakai sehingga dihadapkan
kepada pilihan dalam mengatasi masalah utama mikroekonomi. Sampel data yang
penulis ambil yaitu usaha perseorangan di bidang makanan. Sehingga masalah
utama yang dihadapi masing-masing pelaku usaha adalah:
What
Masalah pertama ini menjawab pertanyaan mengenai apa yang akan
diproduksikan dan dijadikan usaha dan berapa banyak jumlahnya? Karena usaha
makanan artinya faktor-faktor produksi yang akan dipakai dan tentunya terbatas
jumlahnya yaitu seperti bahan baku (material), jumlah pegawainya, tempat usaha
dan juga keahlian. Lalu setelah memikirkan keterbatasan tadi dihadapkan terhadap
pilihan yaitu jenis makanan apa yang dapat diproduksi. Bukankah banyak sekali
jenis makanan yang bisa diproduksi? Sehingga harus dipertimbangkan dengan
baik dan memilih apa yang akan diproduksi. Setelah mendapat pilihan jenis
makanan yang akan diproduksi, tentu dipikirkan kembali masalah selanjutnya
yaitu berapa banyak dalam sehari (misalnya) yang harus diproduksikan secara
efisien dan efektif. Jangan sampai produksi banyak tapi tidak habis terjual. Bila
ini terjadi artinya penghamburan faktor-faktor produksi yang telah digunakan.
Inilah yang dinamakan tidak efisien. Juga bisa dikatakan tidak efektif yaitu tujuan
kita untuk usaha yaitu menghasilkan laba tidak tercapai bahkan sebaliknya
mendapatkan kerugian. Sehingga pelaku usaha pasti telah melalui masalah

pertama ini dan dapat mengatasinya sendiri.
How
Masalah kedua mikro yaitu mengenai metode apa yang akan dipakai
pelaku usaha untuk memproduksi barang jualnya. Pada tulisan ini metode yang
dipakai masih sangat sederhana dan biasa dipakai oleh masyarakat umum dalam
memasak/memproduksi makanan yang dijual. Karena makanan yang diproduksi
atau dimasak tidak terlalu banyak masih di bawah 125 porsi per hari. Biasanya
pemilik usaha itu sendiri yang memproduksi sehingga efisiensi terhadap
penggunaan tenaga kerja juga total pengorbanan (total biaya) tidak terlalu besar
dan laba yang diharapkan besar.
For Whom
Pelaku usaha harus memikirkan untuk siapa makanan ini diproduksi atau
siapa konsumen dari makanan yang diproduksikan. Karena produknya makanan,
biasanya ini menyangkut terhadap lokasi dimana usaha ini dipasarkan. Sehingga
orientasinya adalah konsumen atau pasar. Penulis mengambil data dari dua
lingkungan berbeda yaitu lingkungan di kampus dan lingkungan di sekitar rumah.
Lalu penulis juga mencoba menguraikan perubahan yang biasa terjadi dalam suatu
usaha yaitu kenaikan dari harga jual yang ditetapkan penjual karena imbas dari
75

Jurnal Ilmiah Orasi Bisnis – ISSN: 2085-1375
Edisi Ke-VI, November 2011

kenaikan bahan baku yang terkandung di dalam barang yang dijual. Sehingga
dampaknya terjadi perubahan pula terhadap jumlah barang yang diminta atau
barang yang ditawarkan. Perubahan dalam istilah ekonomi ini dikenal sebagai
elastisitas. Karena faktor perubahnya adalah harga maka dinamakan elastisitas
harga.
Bagaimana hubungan antara elastisitas harga dengan masalah utama
mikroekonomi? Jawabannya adalah jika terjadi perubahan harga menyebabkan
perubahan terhadap jumlah barang yang diminta ataupun barang yang ditawarkan,
sehingga pelaku usaha harus kembali memikirkan kembali ketiga masalah utama
tadi yaitu (i) What; yang dijual mungkin akan sama tapi yang dipertimbangkan
lagi berapa banyak barang yang akan kita produksi karena kenaikan harga bahan
baku? (ii) How; bagaimana perubahan terhadap efisiensi faktor produksi yang
dipakai? Ini menyangkut masalah kenaikan biaya total hingga berdampak kepada
pendapatan yang akan didapat. (iii) for whom; penyesuaian harga jual akibat
kenaikan harga bahan baku harus mempertimbangkan harga yang masih dapat
dibeli dan tidak dirasakan menjadi beban buat konsumennya.
Tabel, Lingkungan Kampus

Masalah Utama:
What?
Yang diproduksikan di kantin Polsri ini tentunya adalah berbagai jenis
makanan. Sebagai contoh pada kantin Cantik, pemiliknya Bukde Lisa. Beliau
menjawab masalah pertama ini dengan memproduksi berbagai menu paket nasi.
Tapi yang terlaris adalah paket ayam dengan 3 jenis rasa yaitu ayam bakar, ayam
76

Jurnal Ilmiah Orasi Bisnis – ISSN: 2085-1375
Edisi Ke-VI, November 2011

goreng dan ayam bakar saus tiram. Beliau memproduksi paket nasi ayam ini
sesuai besarnya permintaan konsumen. Pada tahun 2010 rata-rata permintaan
adalah 85 porsi. Begitu juga dengan empat pelaku usaha di kantin Polsri,
umumnya memproduksi makanan yang dapat menarik minat konsumen yaitu
civitas akademika Polsri. Berapa banyak yang diproduksi per hari? Umumnya
mereka mengaku disesuaikan dengan besarnya permintaan pada masing-masing
usaha.
How?
Produk makanan di kantin Polsri umumnya diproduksi atau dimasak
sendiri oleh pemiliknya dengan metode yang biasa ditemui di rumah dalam
memasak suatu makanan. Hal ini menjawab masalah mikro yang kedua. Karena
usaha ini adalah usaha perseorangan yang masih skala usaha kecil, tidak
memerlukan pengorbanan/faktor-faktor produksi yang terlalu besar. Sehingga
pengorbanan dapat dilihat dari besarnya total biaya yang dikeluarkan per hari
dalam memproduksi makanan tersebut. Lalu tujuan pencapaian laba usaha
didapatkan lumayan besar per harinya.
For Whom?
Lokasi usaha berada di dalam kampus Polsri yaitu kantin Polsri. Tentu
pelaku usaha sangat menyadari ini, bahwa konsumen mereka adalah civitas
akademika kampus khususnya kepada para mahasiswa.
Perubahan harga sudah dirasakan para pelaku usaha. Semuanya menyatakan
bahwa pada tahun 2011 terjadi kenaikan bahan baku. Sehingga mengakibatkan
pelaku usaha menaikkan harga jual makanan mereka. Lalu mereka menyesuaikan
kembali terhadap 3 masalah utama tadi:
 What; jenis makanan yang dijual tidak berubah tapi yang berubah adalah
kuantitas barang yang diminta (sisi konsumen) dan barang yang
ditawarkan (sisi produsen). Seperti contoh pada kantin Cantik dan kantin
Barokah. Mereka mengambil keputusan menambah jumlah barang yang
ditawarkan. Karena hasil perhitungan elastisitas menunjukkan bahwa
hasilnya positif sehinga termasuk elastisitas penawaran (sisi produsen).
Untuk kantin cantik jenisnya elastisitas 6,6 artinya perubahan barang yang
ditawarkan lebih besar daripada kenaikan harga. Kantin Cantik tetap dapat
mendapatkan konsumen yang banyak walau terjadi kenaikan harga seolaholah konsumen tidak terpengaruh terhadap kenaikan harga jual. Untuk
kantin Barokah jenisnya inelastisitas 0,6 artinya perubahan jumlah barang
yang ditawarkan lebih kecil daripada perubahan kenaikan harga.
Sedangkan tiga contoh lainnya jenisnya inelastisitas sempurna artinya
kenaikan harga tidak mempengaruhi terhadap jumlah permintaan dan
penawaran.
 How; tidak terlalu berpengaruh terhadap metode maupun biaya dan laba
diperoleh
 For whom; kenaikan biaya jual disesuaikan dengan kemampuan daya beli
mahasiswa, sehingga kenaikan harga jual tidak membuat mahasiswa lari.
77

Jurnal Ilmiah Orasi Bisnis – ISSN: 2085-1375
Edisi Ke-VI, November 2011

Tabel, Lingkungan Luar Kampus

Masalah Utama:
What
Yang diproduksikan adalah berbagai jenis makanan. Sebagai contoh pada
Rumah Makan Samo Raso, pemiliknya Kamaluddin Ade. Beliau menjawab
masalah pertama ini dengan memproduksi berbagai menu masakan padang. Salah
satu sample data yang diambil adalah nasi telur. Beliau memproduksi nasi telur ini
sesuai besarnya permintaan konsumen. Pada tahun 2010 rata-rata permintaan
adalah 150 porsi. Begitu juga dengan empat pelaku usaha di dalam tabel,
umumnya memproduksi makanan yang dapat menarik minat konsumen yaitu
masyarakat umum. Berapa banyak yang diproduksi per hari? Umumnya mereka
mengaku disesuaikan dengan besarnya permintaan pada masing-masing usaha.

How
Produk makanan ini umumnya diproduksi atau dimasak sendiri oleh
pemiliknya dengan metode yang biasa ditemui di rumah dalam memasak suatu
makanan. Hal ini menjawab masalah mikro yang kedua. Karena usaha ini adalah
usaha perseorangan yang masih skala usaha kecil, tidak memerlukan
pengorbanan/faktor-faktor produksi yang terlalu besar. Sehingga pengorbanan
dapat dilihat dari besarnya total biaya yang dikeluarkan per hari dalam
memproduksi makanan tersebut. Lalu tujuan pencapaian laba usaha didapatkan
lumayan besar per harinya.
78

Jurnal Ilmiah Orasi Bisnis – ISSN: 2085-1375
Edisi Ke-VI, November 2011

For Whom
Lokasi usaha berada umunya di pinggir jalan besar. Tentu pelaku usaha
sangat menyadari ini, bahwa konsumen mereka adalah masyarakat di sekitar
lokasi usaha.
Perubahan harga sudah dirasakan para pelaku usaha. Semuanya
menyatakan bahwa pada tahun 2011 terjadi kenaikan bahan baku. Sehingga
mengakibatkan pelaku usaha menaikkan harga jual makanan mereka. Lalu mereka
menyesuaikan kembali terhadap 3 masalah utama tadi:
 What; Jenis makanan yang dijual tidak berubah tapi yang berubah adalah
kuantitas barang yang diminta (sisi konsumen) dan barang yang
ditawarkan (sisi produsen). Seperti contoh pada Contoh Rumah Makan
Samo Raso dan Model Ikan. Hasil perhitungan elastisitas menunjukkan
bahwa hasilnya negatif sehinga termasuk elastisitas permintaan (sisi
konsumen). Terjadi penurunan permintaan akibat kenaikan harga.
Kemudian usaha Martabak Pakde, Bongkol dan Rempeyek termasuk
elastisitas penawaran (sisi produsen). Jadi kenaikan harga membuat
mereka menambah pula jumlah penawaran produksi. Untuk Martabak
Pakde jenisnya elastisitas artinya besarnya perubahan kuantitas lebih besar
daripada perubahan harga.
 How; Tidak terlalu berpengaruh terhadap metode maupun biaya dan laba
diperoleh.
 For Whom; Kenaikan biaya jual disesuaikan dengan kemampuan daya
beli masyarakat, sehingga kenaikan harga jual tidak membuat konsumen
beralih.

KESIMPULAN
1. Setiap usaha dilalui dengan menjawab masalah utama mikro ekonomi.
2. Manfaatnya adalah untuk menyelesaikan masalah kelangkaan faktor-faktor
produksi yang dipakai untuk memproduksi barang sehingga pelaku usaha
dihadapkan dengan pilihan-pilihan.
3. Bahan baku merupakan salah satu faktor-faktor produksi. Perubahan harga
yaitu kenaikan bahan baku umumnya terjadi, hingga berdampak kenaikan
harga jual. Perubahan ini dalam istilah ekonomi dikenal sebagai elastisitas.
4. Elastisitas diselesaikan dengan menjawab kembali tiga masalah pokok
ekonomi mikro.

79

Jurnal Ilmiah Orasi Bisnis – ISSN: 2085-1375
Edisi Ke-VI, November 2011

DAFTAR PUSTAKA
Prathama Rahardja. 2008. Pengantar Ilmu Ekonomi. Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia, Jakarta.
Sugiarto, dkk. 2002. Ekonomi Mikro Sebuah Kajian Komprehensif. PT Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.
Sukirno, Sadono. 2002. Pengantar Teori Mikro Ekonomi. PT RajaGrafindo
Persada, Jakarta.

80