TUGAS HUKUM PASAR MODALDOSEN: Dr. H. AHMAD MULIADI,SH.,MHPERALIHAN HAK MILIK ATAS EFEK/SAHAM DALAM TRANSAKSIEFEK MEMALUI SCRIPLESS TRADING DI PASAR MODAL,KONTRADIKTIF DENGAN KETENTUAN PERALIHAN HAK MILIKDALAM UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA
TUGAS HUKUM PASAR MODAL
DOSEN: Dr. H. AHMAD MULIADI,SH.,MH
PERALIHAN HAK MILIK ATAS EFEK/SAHAM DALAM TRANSAKSI
EFEK MEMALUI SCRIPLESS TRADING DI PASAR MODAL,
KONTRADIKTIF DENGAN KETENTUAN PERALIHAN HAK MILIK
DALAM UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA.
KRISNI ERLI,S.H
2014010461083
PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER KENOTARIATAN
UNIVERSITAS JAYABAYA
2014
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
BAB II ANALISIS/PEMBAHASAAN
A. Pasar Modal Secara Umum
B. Tinjauan Umum Tentang Scripless Trading
C.
Peralihan Hak Milik Atas Efek Melalui Scripless Trading dan
Alat Bukti Bagi Pemilik Efek Dalam Pelaksanaan Transaksi Melalui
Scripless Trading Di Pasar Modal
BAB III PENUTUP
A. Simpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pasar Modal, Pasar modal merupakan satu lembaga yang memobilisasi
dana masyarakat dengan menyediakan sarana atau tempat untuk
mempertemukan penjual dan pembeli dana-dana jangka panjang yang
disebut Efek. Di Indonesia, perkembangan pasar modal berjalan secara
fantastis atau dinamik.1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar
Modal memberikan pengertian tentang Pasar Modal yaitu kegiatan yang
bersangkutan dengan Penawaran Umum dan perdagangan Efek, Perusahaan
Publik yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan
profesi yang berkaitan dengan Efek.2
1
Najib A.Gisymar, Insider Trading dalam Transaksi Efek, cetakan pertama, Citra Aditya Bakti,
Bandung, 1999, hlm. 9
2
Pasal 1 angka 13 UUPM.
Menurut Pasal 1 angka 5 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995
tentang Pasar Modal, yang dimaksud dengan Efek adalah surat berharga,
yaitu surat pengakuan utang, surat berharga komersial, saham, obligasi,
tanda bukti utang, Unit Penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak
berjangka atas Efek, dan setiap derivatif dari Efek. Efek atau surat berharga
yang diterbitkan dan diperdagangkan di pasar modal Indonesia saat ini
antara lain:3
1.
Saham (stock)
2.
Saham preferen (preferred stock)
3.
Obligasi (bond)
4.
Obligasi konversi (convertibl bond)
5.
Right (right)
6.
Waran (warrant).
Saham diperjualbelikan melalui sarana pasar modal yang di Indonesia
disebut Bursa Efek. Bursa tersebut tidak membeli atau menjual sahamsaham yang ada, melainkan bursa hanya merupakan tempat atau sarana bagi
para investor untuk bertransaksi di dalamnya. Bursa efek mempunyai fungsi
dan peranan untuk memberikan jasa-jasa antara lain :4
1.
Menyediakan informasi pasar seperti fluktuasi harga,
volume perdagangan, informasi penting terhadap emiten.
2.
Membuat aturan main yang dikenal sebagai peraturan
bursa (peraturan percatatan, keanggotaan dan perdagangan) dengan
tujuan agar semua pelaku bursa dapat memperoleh kesempatan yang
sama baik dalam memperoleh informasi maupun kesempatan
berdagang.
3.
Menyediakan fasilitas perdagangan efek untuk anggota
bursa dan emiten.
3
Tjiptono Darmadji dan Hendy M.Fakhruddin, Pasar Modal di Indonesia: Pendekatan Tanya
Jawab, edisi pertama, Salemba Empat, Jakarta, 2001, hlm. 5.
4
Hulwati, Transaksi Saham di Pasar Modal Indonesia Prespektif Hukum Ekonomi Islam, UII
Press, Yogyakarta, 2001, hlm. 28.
4.
Memberikan
pelayanan
kepada para
anggotanya,
perusahaan yang telah mencatatkan efeknya maupun kepada investor,
baik secara individu maupun institusional.
Penentuan harga di Pasar Modal dipengaruhi oleh suatu informasi atau
fakta materiel, karena suatu informasi mencerminkan suatu harga. 5 Dalam
Pasal 1 angka 7 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995, yang dimaksud
dengan informasi atau fakta materiel adalah informasi atau fakta penting dan
relevan mengenai peristiwa, kejadian, atau fakta yang dapat mempengaruhi
harga Efek pada Bursa Efek dan atau keputusan pemodal, calon pemodal,
atau
pihak
lain
yang
berkepentingan
atas
informasi
atau
fakta
tersebutinstitusional.
Informasi yang harus disampaikan kepada publik adalah informasi
yang akurat dan lengkap sesuai dengan keadaan perusahaan.6 Pemberian
informasi ini berdasarkan pada prinsip keterbukaan, karena prinsip
keterbukaan adalah jiwa dari pasar modal. Informasi yang berdasarkan
prinsip keterbukaan akan dapat mengantisipasi kemungkinan investor tidak
memperoleh informasi atau fakta materiel atau tidak meratanya informasi
bagi investor, disebabkan ada informasi yang tidak disampaikan dan bisa
juga terjadi informasi yang belum tersedia untuk publik telah disampaikan
kepada orang-orang tertentu.7
Informasi yang harus dibuka oleh perusahaan publik adalah sesuai
dengan Peraturan Nomor X.K.1: Keterbukaan Informasi yang Harus Segera
Diumumkan Kepada Publik, antara lain :
1. Penggabungan usaha, pembelian saham, peleburan usaha atau
pembentukan usaha patungan;
5
Bismar Nasution, Keterbukaan dalam Pasar Modal, cetakan pertama: Fakultas Hukum
Universitas Indonesia, Jakarta, 2001, hlm. 1
6
M. Irsan Nasarudin dan Indra Surya, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, Jakarta: Kencana,
2004, hlm. 230.
7
Bismar Nasution, Keterbukaan, op.cit., hlm. 30.
2. Pemecahan saham atau pembagian deviden saham;
3. Pendapatan dari deviden yang luar biasa sifatnya;
4. Perolehan atau kehilangan kontrak penting;
5. Produk atau penemuan baru yang berarti;
6. Perubahan dalam pengendalian atau perubahan penting dalam
manajemen;
7. Pengumuman pembelian kembali atau pembayaran Efek yang bersifat
utang;
8. Penjualan tambahan Efek kepada masyarakat atau secara terbatas yang
materiel jumlahnya;
9. Pembelian atau kerugian penjualan aktiva yang materiel;
10. Perselisihan tenaga kerja yang relative penting;
11. Tuntutan hukum yang penting terhadap perusahaan, dan atau direktur
dan komisaris perusahaan;
12. Pengajuan tawaran untuk pembelian Efek perusahaan lain;
13. Penggantian akuntan yang mengaudit perusahaan;
14. Penggantian wali amanat;
15. Perubahan tahun fiskal perusahaan.
Dengan adanya pasar modal, perusahan-perusahan akan lebih mudah
memperoleh dana, sehingga kegiatan ekonomi di berbagai sektor dapat
ditingkatkan. Dengan dijualnya saham di pasar modal, berarti masyarakat
diberikan kesempatan untuk memiliki dan menikmati keuntungan yang
diperoleh perusahan.
Dengan kata lain, pasar modal dapat membatu
pemerintah meningkatkan pendapatan dalam masyarakat.
Sehingga masyarakat perlu pengetahui apa saja yang perlu
diperhatikan dalam perpartisipasi di dunia pasar modal sehingga tidak
menimbulkan banyak kerugian, salah satunya yang akan dibahas oleh
penulis berikut ini.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka kemudian
muncul suatu rumusan masalah dalam Makalah ini yaitu sebatas:
Bagaimana peralihan hak milik atas efek/saham dalam transaksi efek
melalui Scripless Trading di pasar modal, kontradiktif dengan
ketentuan peralihan hak milik dalam Kitab Undang-undang Hukum
Perdata ?
BAB II
PEMBAHASAAN
A.
PASAR MODAL SECARA UMUM
1. Pengertian Pasar Modal
Pasar modal adalah bagian dari pasar keuangan (financial market),
dimana kegiatan pasar keuangan ini meliputi:
a.
Pasar uang (money market)
b.
Pasar modal (capital market)
c.
Lembaga pembiayaan lainnya seperti sewa beli (leasing),
anjak piutang
(factoring),
kartu kredit (credit card).
modal ventura
(venture capital),
Pasar modal, dalam pengertian klasik diartikan sebagai suatu bidang
usaha perdagangan surat-surat berharga seperti saham, sertipikat saham,
dan obligasi atau efek-efek pada umumnya, merupakan tempat
bertemunya penjual dan pembeli. Akan tetapi menurut Sumantoro, pasar
modal berbeda dengan pasar konkret, karena dalam pasar modal yang
diperjual belikan adalah modal atau dana.
Pasar modal adalah suatu bidang usaha perdagangan surat-surat
berharga seperti saham, sertipikat saham, dan obligasi. Motif utamanya
terletak pada masalah kebutuhan modal bagi perusahan yang ingin lebih
memajukan usaha dengan menjual sahamnya pada para pemilik uang
atau investor baik golongan maupun lembaga usaha.
Sementara itu, Undang-Undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar
Modal memberikan batasan pasar modal, yaitu merupakan kegiatan yang
bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek,
perusahan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta
lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.
Dari
bebberapa
pengertian
tersebut
diatas,
kiranya
dapat
disimpulkan lebih lanjut bahwa pasar modal merupakan kegiatan yang
bersangkutan dengan diterbitkan dan diperdagangkannya efek dengan
penawran umum dan perdagangan jangka panjang, melalui pasar
perdana dan pasar sekunder.
Pengertian pasar modal menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1995, Pasal 1 angka 13 adalah kegiatan yang bersangkutan dengan
Penawaran Umum dan perdangan Efek, Perusahaan Publik yang
berkaitan dengan Efek yang diterbitkan, serta lembaga dan profesi yang
berkaitan dengan Efek. Pasar modal merupakan suatu pasar yang
modern, karena dalam pasar modal yang diperjual belikan adalah dana
atau modal.
2. Pedagangan Saham
Sebagai suatu pasar modern, pasar modal merupakan tempat untuk
melakukan kegiatan dalam penawaran umum dan perdagangan Efek
(saham) dari perusahaan publik yang pada intinya adalah tempat
bertemunya penjual dan pembeli dana yang diperantarai oleh para
anggota bursa selaku pedagang perantara perdagangan efek untuk
melakukan tansaksi jual beli.8 Dalam melakukan transaksi jual beli,
pasar modal dibedakan antara pasar perdana (primary market) yaitu
untuk efek yang baru diedarkan dan pasar sekunder (secondary market)
yaitu untuk efek yang sebelumnya telah diperdagangkan.9
Baik dalam pasar perdana maupun pasar sekunder para investor
mempunyai suatu tujuan dalam melakukan transaksi di pasar modal
yaitu untuk mencari keuntungan atau capital gain10 yang lebih besar,
terutama para pemodal dengan orientasi jangka pendek.11
Untuk menghindari adanya permainan di pasar modal, maka
perdagangan harus dilakukan dengan prinsip disclosure. Prinsip
disclosure adalah kewajiban emiten, perusahaan publik, atau siapa saja
yang terkait untuk mengungkapkan informasi sejelas, seakurat, dan
selengkap mungkin mengenai fakta materiel yang berkaitan dengan
tindakan perusahaan atau efeknya yang berpotensi kuat mempengaruhi
keputusan pemegang saham
8
Sumantoro, Pengantar…op.cit., hlm. 9
Iman Sjahputra Tunggal, Tanya Jawab…op.cit., hlm. 8.
10
Capital gain adalah selisih antara harga beli dan harga jual, misalnya seorang pemodal membeli
saham Telkom (TLKM) dengan harga per saham Rp 3000 kemudian menjualnya dengan harga per
saham Rp 3.700 yang berarti pemodal tersebut mendapatkan capital gain sebesar Rp 700 untuk
setiap saham yang di jualnya. Lih. Tjiptono Darmadji dan Hendy M. Fakhrudin, Pasar Modal Di
Indonesia, hlm. 9
11
Tijptono Darmadji dan Hendy M.Fakhruddin, op.cit., hlm. 9
9
Perdagangan dan Pencatatan saham, pencatatan sahamdi bursa efek
adalah merupakan hal yang penting bagi emiten yang melakukan
penawaran umum, sebab dengan pencatatan tersebut, secara resmi saham
emiten dapat diperdagangkan di bursa. Perdagangan saham berdeda
dengan perdagangan barang-barang lainnya, perdagangan saham ini
dilakukan dengan melalui tahapan-tahapan yang telah ditetapkan sesuai
dengan ketentuan dari Otoritas Jasa Keuangan. Menurut Asril Sitompul,
ada beberapa tahapan-tahapan tersebut sebagai berikut:
a.
Pemesanan
b.
Penjatahan
c.
Claw Back dan Green Shoe Option
d.
Pembagian Sertipikat Saham atau sertipikat Kolektif Saham
e.
Refund
f.
Pecatatan di bursa efek/perdagangan perdana di pasar
sekunder
B.
g.
IHSG
h.
Price Earing Rati
TINJAUAN UMUM TENTANG SCRIPLLES TRADING
1. Pengertian Scripless Trading
Istilah scripless berasal dari kata scrip dan less. Scrip mempunyai
makna sebagai surat saham sementara, sedangkan less mempunyai
makna tanpa. Sementara itu yang dimaksudkan dengan trading adalah
perdagangan.
Jika kata-kata tersebut digabung menjadi satu dalam kalimat
scripless trading, akan bermakna sebagai perdagangan tanpa surat
saham, atau menurut istilah Peter Mahmud, sebagai perdagangan tanpa
warkat efek. Sementara Munir Fuady dalam bukunya Pasar Modal
Modern mengartikannya dengan perdagangan saham tanpa warkat.
Menurut Indra Safitri, scripless trading atau perdagangan tanpa
warkat
adalah
sistem
perdagangan
yang
memiliki
mekanisme
penyelesaian dan penyimpana sahan secara elektronik. Salah satu tujuan
mengapa sripless trading menjadi sangat penting untuk segera diterapkan
di paasar modal, karena hal ini menyangkut sebuah mekanisme yang
dapat menciptakan efisiensi dan keamanan dalam melakukan transaksi.
Perdagangan tanpa warkat adalah sistem perdagangan secara
eletronik yang merubah sertifikat saham ke dalam bentuk elektronik.
Oleh sebab itu, terwujudnya sistem perdagangan ini akan dapat
menghilangkan berbagai kendalayang selama ini sering menimbulkan
hambatan dan berbagai dispute yang terjadi di pasar modal.
Keberadaan scripless trading di bidang pasar modal merupakan
produk teknologi bisnis atau setidak-tidaknya merupakan produk dari
suatu
sistem
baru
dan
modern,
sehingga
sepatutnyalah
jika
menempatkan fenomena keterkaitan hukum dengan teknologi tersebut
terhadap eksistensi scripless trading di bidang pasar modal ini.
Maksudnya adalah realita menunjukkan bahwa bagaimana sistem
perdagangan efek yang canggih secara scripless tersebut dapat
didayagunakan oleh hukum, khususnya hukum di bidang pasar modal,
sehingga akan dapat membawa manfaat yang maksimal untuk bidang
hukum, produk hukum atau pranata hukum, termaksud dampaknya
terhadap perkembangan pranata hukum berupa efek-efek yang
diperdagangkan di pasar modal.
2. Dasar Hukum Scripless Trading
Pembangunan nasional merupakan pencerminan kehendak untuk
terus-menerus meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat
Indonesia secara adil dan merata. Dalam rangka melaksanakan
pembangunan nasional, khususnya dalam upaya mencapai sasaran
pembangunan diperlukan berbagai sarana penunjang, antara lain berupa
tatanan hukum yang mendorong, menggerakan dan mengendalikan
berbagai kegiatan pembangunan di bidang ekonomi.
Salah satu tatana hukum yang diperlukan dalam menunjang
pembanguna ekonomi adalah ketentuan di bidang pasar modal. Dengan
lahirnya undang-undang baru, yaitu Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1995 tentang Pasar Modal, yang diundangkan pada tanggal 10
November 1995 dengan Lembaga Negara Tahun 1995 Nomor 64,
diharapkan pasar modal dapat memberikan kontribusi yang lebih besar
dalam pembangunan, sehingga sasaran pembangunan di bidang ekonomi
dapat tercapai.
Di dalam Pasal 55 ayat (1) Undang-Undang Pasar Modal Nomor 8
Thaun 1995 disebutkan bahwa Penyelesaikan transaksi bursa dapat
dilaksanakan dengan penyelesaian pembukuan, penyelesaian fisik, atau
cara lain yang diterapkan dengan peraturan pemerintah.
Selanjutnya di dalam penjelasan umum terhadap Pasal 55 ayat (1)
tersebut dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan “penyelesaian
pembukan” (book entry settlement) dalam ayat ini, adalah pemenuhan
hak dan kewajiban yang timbul akibat adanya transaksi bursa yang
dilakukan dengan cara mengurangkan efek dari rekening efek yang satu
dan menambahkan efek tersebut pada rekening efek yang lain pada
kustodian, yang dalam hal ini dapat dilakukan secara elektronik.
Peralihan hak atas efek terjadi pada saat penyerahan efek atau pada
waktu efek tersebut dikurangkan dari rekening efek yang satu dan
kemudian ditambahkan pada rekening efek yang lain.
Sedangkan yang dimaksud dengan penyelesaian fisik dalam ayat
ini adalah penyelesaian transaksi bursa yang dilakukan langsung oleh
setiap perantara pedagang efek yang melakukan transaksi berdasarkan
serah terima fisik dari warkat.
Dari ketentuan Pasal 55 ayat (1) Undang-Undang Pasar Modal
Nomor 8 Tahun 1995 beserta penjelasannya di atas, dapat diterangkan
lebih lanjut bahwa perdagangan saham itu dapat dilakukan secara
scripless trading, artinya perdagangan saham itu dapat dilakukan dengan
tanpa warkat saham. Hal ini tampak dari adanya kalimat di Pasal 55 ayat
(1) tersebut yang menyatakan bahwa penyelesaian transaksi bursa dapat
dilakukan dengan cara “penyelesaian pembukuan” (book entry
settlement), yakni transaksi bursa yang dilakukan dengan cara
mengurangkan efek dari rekening efek yang satu dan menambahkan efek
tersebut pada rekening efek yang lain, secara elektronik.
Ketentuan Pasal 55 ayat (1) Undang-Undang Pasar Modal Nomor
8 Tahun 1995 beserta penjelasannya inilah yang menjadi dasar hukum
dilaksanakan perdagangan efek tanpa warkat atau yang lebih dikenal
dengan istilah scripless trading.
3. Scripless Trading Ditinjau dari Segi Hukum Perdata
Scripless trading terhadap efek-efek di bidang pasar modal
berkaitan erat dengan asas-asas hukum benda sebagaimana diatur di
dalam buku ke-II dan asas-asas hukum perikatan dalam buku ke-III
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (BW).
Ketentuan-ketentuan yang terdapat di dalam Kitab UndangUndang Hukum Perdata pada prinsipnya tetap berlaku terhadap scripless
trading atas efek-efek di pasar modal. Ketentuan-ketentuan seperti
berkaitan dengan konsep kepemilikan dan penguasaan secara perdata,
konsep peralihan hak milik, kosep penjaminan atau konsep pembuktian
hak secara hukum acara perdata.
Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, hak milik hanya
dapat dialihkan apabila dilakukan sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku. Dalam hal ini, jika terhadap benda bergerak
(seperti saham, lihat Pasal 60 ayat(1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 tentang Perseroan Terbatas juncto Pasal 511 Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata), maka peralihan haknya (levering) dilakukan dengan
jalan penyerahan nyata dari benda tersebut (Pasal 612 KUH Perdata).
Sedangkan untuk benda-benda tidak bergerak,
penyerahan
bendanya dilakukan dengan suatu akta autentik dengan ancaman batal
(Pasal 617 KUH Perdata). Dalam hal ini, sejauh yang menyangkut
dengan tanah dilakukan dengan akta Pejabat Pembuat Akta Tanah, dan
peraliahan hak tersebut, harus didaftarkan pada pejabat yang berwenang.
Sementara itu (masih menurut Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata), peralihan hak (levering) atas piutang atas nama (seharusnya
termaksud surat-surat berharga obligasi, commercial paper, dan
sebagainya) dilakukan dengan jalan membuat suatu akta autentik.
Dari apa yang telah dikemukakan di atas, berkaitan dengan prinsipprinsip levering sebagaimana diatur dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata, tampaknya kontradiktif dengan ketentuan levering dari
efek-efek yang ada di pasar modal, terutama jika dilakukan dengan
pengalihan lewat jalur scripless trading.
Selain berdasarkan ketentuan dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata, asas konsensual juga dianut dalam suatu perjanjian, misalnya
perjanjian jual beli. Maksudnya adalah bahwa pada prinsipnya jual beli
sudah dianggap sah manakala ada kata sepakat, sedangkan mengenai
persyaratan formal lainnya hanyalah bersifat administratif belaka, tanpa
berpengaruh terhadap keabsahan perjanjian tersebut.
Di samping itu, juga menganut asas obligatoir terhadap suatu
perjanjian. Maksudnya adalah bahwa dengan tercapainya kata sepakat,
perjanjian sudah terikat secara obligatoir, dalam arti bahwa hak milik
belum berpindah. Untuk dapat berpindahnya hak milik, diperlukan
dengan perjanjian yang disebut dengan perjanjian riil atau yang lebih
dikenal dengan istilah penyerahan atau levering.
Konsekuensi logis dari berlakunya asas konseksual dan asas
obligatoir tersebut, yaitu dapat saja dilakukan beberapa kali jual beli,
misal: si A menjual kepada si B, dan si B menjual kepada si C, demikian
seterusnya, tetapi hanya sekali penyerahan, yaitu penyerahan langsung
kepada pembeli yang terakhir (dari A langsung C).
Apabila hal tersebut dikaitkan dengan jual beli saham melalui
scripless trading di pasar modal, maka seyogianya dapat saja dilakukan
beberapa kali jual beli di bursa terhadap efek yang sama, tetapi kliring
dan penyelesaiannya (pemidahbukuannya) hanya dilakukan satu kali
saja, yaitu pemindahbukuan ke rekening untuk pembeli terakhir.
Mengingat kliring dilakukan oleh suatu lembaga atau badan khusus
untuk itu, karena kliring dilakukan setelah memenuhi seluruh syarat
formal, maka setelah kliring dilakukan, pihak pialang jual sudah terputus
hubungan dengan pihak pialang beli. Konsekuensi yuridisnya adalah
bahwa pihak fasilitator (lembaga kliring dan penyimpanan serta lembaga
kustodian) yang harus dianggap bertanggung jawab secara yuridis atas
terselesaikannya levering efek tersebut kepada pihak pilang beli (secara
pemidahbukuan), yang selanjutnya akan meneruskannya kepada investor
(pembeli).
Lalu bagaimana kaitannya dengan bukti kepemilikan yang dapat
ditunjukkan oleh pemegang sahan atau investor (pembeli) bahwa dirinya
memiliki sejumlah saham tertentu. Hal ini menjadi masalah krusial
berkenaan pembuktian kepemilikan di pengadilan bagi pemegang saham
tanpa warkat tersebut. Apakah alat yang ditunjukan (apa pun bentuknya),
dapat menjadi alat bukti yang sah menurut hukum acara perdata. Hal ini
menjadi penting, karena hukum pembuktian yang kini berlaku menganut
prinsip pembuktian yang eksklusif, artinya selain dari alat bukti yang
sudah ditentukan, alat bukti yang lain tidak punya kekuatan hukum.
Pasal 164 HIR (Herziene Inlands Reglement) menentukan bahwa
macam-macam alat bukti adalah:
a.
b.
c.
d.
e.
Bukti tertulis,
Bukti saksi,
Persangkaan,
Pengakuan, dan
Sumpah.
Sehubungan dengan hal tersebut, bagi pemengan efek tanpa
warkat, ada pemengan dalam bentuk surat tertulis dan ditandatangani
(jadi tidak cukup hanya printing computer tanpa tanda tangan).
Menurut hemat penulis, walaupun dalam bentuk konfirmasi dari
pihak yang berwenang, namun dapat menjadi alat bukti yang sah atas
keabsahan kepemilikan efek tanpa warkat tersebut. Karena bukti surat
tersebut diterbitkan oleh yang berwenang di pasar modal sesuai dengan
aturan yang berlaku, maka hal tersebut sudah memenuhi persyaratan akta
autentik, sebagaimana yang dimaksudkan oleh Pasal 165 HIR (meskipun
yang dipegeng oleh pemegangnya bukan fisik sahamnya).
4. Scripless Trading Ditinjau dari Segi Hukum Pasar Modal
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal
mencoba mengakomodasikan pelaksanaan scripless trading di pasar
modal. Hal ini dapat dilihat dari ketentuan Pasal 55 undang-undang
tersebut yang memberikan kemungkinan penyelesaian transaksi bursa
dengan jalan penyelesaian pembukuan (book entry settlement) sebagai
suatu alternatif penyelesaian transaksi, di samping model penyelesaianpenyelesaian lainnya, seperti:
a. Penyelesaian fisik;
b. Penyelesaian secara langsung pada daftar pemengan efek tanpa
melalui rekening efek pada kustodian;
c. Penyelesaian secara internasional atau melalui negara lain;
d. Penyelesaian secara elektronik atau cara lain sesuai dengan
perkembangan teknologi; dan lain-lain.
Adapun yang dinaksud dengan penyelesaian transaksi bursa
dengan jalan penyelesaian
pembukuan (book entry settlement)
merupakan cara penyelesaian transaksi dalam hal terjadinya scripless
trading.
Dalam penjelsana umum Pasal 55 ayat (1) Undang-Undang Pasar
Modal Nomor 8 Tahun 1995, yang dimaksud dengan penyelesaian
pembukuan (book entry settlement) adalah pemenuhan hal dan
kewajiban yang terbit sebagai akibat dari adanya suatu transaksi bursa
yang dilaksanakan dengan cara mengurangi efek tersebut dari rekening
efek yang satu dengan menambahkan efek tersebut ke rekening efek
yang lain pada kustodian, yang dalam hal ini dapat dilakukan secara
elektronik. Dikatakan juga bahwa peralihan hak atas efek terjadi pada
saat peyerahan efek atau pada waktu efek tersebut dikurangkan dari
rekening efek yang satu dan ditambahkan kepada rekening efek yang
lain.
Melihat ketentuan di atas, jika dikembalikan kepada sistem
penyerahan benda di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata,
terjadi titik kesamaan anatara levering secara faktual (feitelijk levering)
dengan levering secara legal (juridische levering). Ini terjadi pada saat
efek tersebut dikurangkan dari rekening efek yang satu dan ditambahkan
kepada rekening efek yang lain.
Jadi final dari levering adalah pada saat sudah masuknya efek ke
rekening efek untuk pembeli. Saat itulah secara yuridis hak atas
kepemilikan saham telah teralih. Menurut Munir Fuady, penyingnya
mengetahui saat persisnya peralihan hak secara yuridis atas saham tanpa
warkat tersebut, adalah untuk mendapatkan kepastian tentang perbuatanperbuatan hukum, sebagai berikut:
a. Sampai kapan saham tersebut dapat disita oleh pengadilan jika
pihak penggugat mengejukan sita ke pengadilan.
b. Kepada siapa diberikan hak-hak yang melekat dengan saham,
seperti dividen, right, dan lain-lain.
c. Siapa yang berhak mengikuti rapat umum pemengang saham.
d. Sejauh manakah pihak pembeli saham (pihak ketiga) harus
dilindungi oleh hukum.
Tentang bagaimana teknis pelaksanaan perdagangan saham tanpa
warkat ini, tentunya dapat diatur oleh bursa yang bersangkutan.
Sedangkan tentang teknis kliring dan penjaminan dapat diatur oleh
lembaga atau badan yang menyelenggarakan kegiatan tersebut.
Demikian juga dengan badan atau lembaga kustodian yang juga dapat
mengatur teknis penyimpanan.
Sementara itu keberadaan badan-badan yang akan bertugas dalam
hal scripless trading, yaitu bursa efek sebagai tempat melakukan
transaksi, lembaga kliring dan penjamin penyelesaian transaksi bursa
serta lembaga penyimpanan dan penyelesaian yang bertugas untuk
melakukan jasa kustodian sentral dan penyelesaian transaksi lembagalembaga tersebut, memang diakui dan bahkan diperkenalkan secara
eksplisit oleh Undang-Undangb Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar
Modal (Vide Pasal 6 s.d Pasal 17).
Praktik pelayanan transaksi secara scripless trading yang
merupakan kebutuhan dunia bisnis modern tersebut, akan dapat berdaya
guna dan berhasil guna, di samping tentunya akan mengurangi korbankorban yang tidak perlu terjadi, tergantung pada pihak otoritas bursa
sebdiri sebagai regulator (self regulatory body).
C.
Peralihan hak milik atas efek melalui scripless trading dan alat bukti
bagi pemilik efek dalam pelaksanaan transaksi melalui scripless
trading di pasar modal.
1. Peralihan Hak Milik Atas Efek melalui Scripless Trading
Ketentuan yang terdapat di dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata terutama prinsip hukum kebendaan (Buku II) , pada prinsipnya
tetap berlaku terhadap suatu Scripless Trading atas efek-efek di pasar
modal, seperti konsep peralihan hak kepemilikan ataupun tentang konsep
pembuktian hak secara hukum acara perdata.
Adanya ketentuan peraturan perundang-udangan yang mengatur
secara khusus mengenai mekanisme penyerahan terhadap efek-efek yang
diperjualbelikan di Pasar Modal, seperti yang disebutkan di dalam
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentunya akan mengesampingkan
peraturan yang secara umum mengatur mekanisme penyerahan dalam
hukum perdata, (levering=penyerahan). Berarti di sini berlaku asas lex
posteriori
derogat
lex
priori
artinya
mengesampingkan peraturan yang terdahulu.
peraturan
yang
baru
Peralihan hak milik atas efek dalam hal terjadinya pelaksanaan
transaksi efek melalui cripless trading di pasar modal ini, terjadi pada
saat dilakukannya pemindahabukuuan efek atau sejumlah dana, dari
rekening efek anggota bursa efek jual ke rekening efek anggota bursa
efek beli.
Selanjutnya anggota bursa efek harus menyelesaikan kewajiban
untuk menyerahkan dana kepada KPEI, melalui pemindahbukuuan dana
kepada rekening efek serah yang berada pada KSEI, selambat-lambatnya
pada pukul 12.15 WIB pada tanggal yang ditetapkan dalam DHK
Netting. Pada setiap hari bursa selambat-lambatnya jam 18.30 WIB,
KSEI wajib menyampaikan laporan kepada KPEI mengenai saldo efek
bersifat ekuitas dan dana yang ada pada rekening efek serah masingmasing anggota bursa efek.
Dalam melaksanakan kewajibannya untuk menyerahkan efek
dan/atau dana kepada anggota bursa efek, KPEI wajib menyelesaikan
dengan cara pemindahbukuuan efek atau ana ke rekening efek terima
anggota bursa yang berada pada KSEI, selambat-lambatnya pukul 13.30
WIB pada tanggal yang ditetapkan dalam DHK Netting.
Selanjutnya KPEI menyediakan laporan penyelesaian kewajiban
untuk
anggota
bursa
efek
yang
memuat
informasi
mengenai
penyelesaian kewajiban yang telah dilakukan oleh setiap anggota bursa
efek tersebut pada setiap Hari Bursa.
2. Alat Bukti Bagi Pemilik Efek Transaksi Efek Melalui Scripless
Trading
Membuktikan dalam hukum acara mempunyai arti yuridis.
Pembuktian dalam arti yuridis ini hanya berlaku bagi pihak-pihak yang
berperkara dan pembuktiannya tidak bersifat langsung didasarkan atas
kesaksian oleh orang lain. Oleh karena itu, membuktikan dalam arti
yuridis tidak lain memberi dasar-dasar yang cukup kepada hakim yang
memeriksa perkara yang bersangkutan, untuk memberik kepastian
tenatang kebenaran peristiwa yang diajukan.
Menurut sistem HIR, dalkam acara perdata, hakim terikat pada alat
bukti yang saha, yang berarti bahwa hakim hanya boleh mengambil
keputusan berdasarkan alat-alat bukti yang ditentukan oleh undangundang saja. Alat-alat bukti dalam acara perdata yang disebutkan oleh
undang-undang, sebagaimana disebutkan di dalam Pasal 164 HIR dan
Pasal 284 Rbg, meliputi alat bukti surat, pembuktian dengan saksi,
persangkaan-persangkaan, pengakuan dan sumpah.
Akta adalah surat yang diberi tanda tangan, yang memuat
peristiwa-peristiwa yang menjadi dasar dari suatu hak atau perikatan,
yang dibuat sejak semula dengan sengaja untuk pembuktian. Jadi, untuk
dapat digolongkan dalam pengertian akta, surat itu harus ditandatangani
(vide Pasal 1869 KUHPerdata)
Di persamakan dengan tanda tangan pada suatu akta ialah sidik jari
atau cap jari atau cap jempol, yang dikuatkan dalam suatu keterangan
yang diberi tanggal oleh seorang Notaris atau Pejabat lain yang ditunjuk
oleh undang-undang, yang menyatakan bahwa ia mengenal orang yang
membubuhkan sidik jari atau orang itu diperkenalkan kepadanya, dan
bahwa isi akta itu telah dibacakan dan dijelaskan kepadanya, kemudian
sidik jari itu dibubuhkan pada akta di hadapan Pejabat tersebut.
Dipersamakan juga dengan tanda tangan adalah suatu faksmili dari tanda
tangan atau cap tanda tangan, apabila dibubuhkan oleh pihak yang
berwenang atau diberi wewenang untuk itu.
Akta autentik adalah akta yang dibuat oleh Pejabat yang diberi
wewenang untuk itu oleh pengurus, menurut ketentuan-ketentuan yang
telah di tetapkan baik dengan maupun tanpa bantuan dari yang
berkepentingan, yang mencatat apa yang dimintakan untuk dimuat di
dalamnya oleh yang berkepentingan. Akta autentik terutana memuat
keterangan seorang pejabat yang menerangkan apa yang dilakukannya
dan dilihat di hadapannya.
Salinan suatu akta mempunyai kekuatan pembuktian, sepanjang
sesuai dengan akta aslinya. Apabila akta aslinya sudah tidak ada lagi,
maka kekuatan pembuktiannya di serhkan kepada hakim.
Terkait dengan uraian alat bukti sebagaimana telah penulis uraikan
di atas, alat bukti apa kiranya yang dapat dimiliki oleh pemilik efek
dalam hal terjadi pelaksanaan transaksi efek melalui scripless trading di
pasar modal. Dari hasil penelitian diperoleh keterangan bahwa anggota
bursa efek beli akan mendapatkan data sementara sebagai alat bukti,
melalui faksmile, sesaat setelah terjadinya transaksi efek antara anggota
bursa efek jual dan anggota bursa efek beli, sedangkan aslinya akan
disampaikan pada hari Bursa berikutnya.
Selanjutnya setalah ternjadi transaksi efek di bursa efek tersebut,
laporan penyelesaian kewajiban dalam bentuk data elektronik disediakan
KPEI paling lambat pada pukul 19.30 WIB, pada setiap Hari Bursa
untuk dapat diakses oleh anggota bursa efek dan dalam bentuk tercetak
disediakan paling lambat pukul 09.00 WIB pada Hari Bursa berikutnya.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pasar modal, dalam pengertian klasik diartikan sebagai suatu bidang
usaha perdagangan surat-surat berharga seperti saham, sertipikat saham, dan
obligasi atau efek-efek pada umumnya, merupakan tempat bertemunya
penjual dan pembeli. Akan tetapi menurut Sumantoro, pasar modal berbeda
dengan pasar konkret, karena dalam pasar modal yang diperjual belikan
adalah modal atau dana.
Pasar modal adalah suatu bidang usaha perdagangan surat-surat berharga
seperti saham, sertipikat saham, dan obligasi. Motif utamanya terletak pada
masalah kebutuhan modal bagi perusahan yang ingin lebih memajukan
usaha dengan menjual sahamnya pada para pemilik uang atau investor baik
golongan maupun lembaga usaha.
Sementara itu, Undang-Undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar
Modal memberikan batasan pasar modal, yaitu merupakan kegiatan yang
bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahan
publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan
profesi yang berkaitan dengan efek.
Perdagangan tanpa warkat adalah sistem perdagangan secara eletronik
yang merubah sertifikat saham ke dalam bentuk elektronik. Oleh sebab itu,
terwujudnya sistem perdagangan ini akan dapat menghilangkan berbagai
kendalayang selama ini sering menimbulkan hambatan dan berbagai dispute
yang terjadi di pasar modal.
Dari ketentuan Pasal 55 ayat (1) Undang-Undang Pasar Modal Nomor 8
Tahun 1995, dapat diterangkan lebih lanjut bahwa perdagangan saham itu
dapat dilakukan secara scripless trading, artinya perdagangan saham itu
dapat dilakukan dengan tanpa warkat saham. Hal ini tampak dari adanya
kalimat di Pasal 55 ayat (1) tersebut yang menyatakan bahwa penyelesaian
transaksi bursa dapat dilakukan dengan cara “penyelesaian pembukuan”
(book entry settlement), yakni transaksi bursa yang dilakukan dengan cara
mengurangkan efek dari rekening efek yang satu dan menambahkan efek
tersebut pada rekening efek yang lain, secara elektronik.
Ketentuan Pasal 55 ayat (1) Undang-Undang Pasar Modal Nomor 8
Tahun 1995 beserta penjelasannya inilah yang menjadi dasar hukum
dilaksanakan perdagangan efek tanpa warkat atau yang lebih dikenal dengan
istilah scripless trading.
Ketentuan yang terdapat di dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata terutama prinsip hukum kebendaan (Buku II) , pada prinsipnya tetap
berlaku terhadap suatu Scripless Trading atas efek-efek di pasar modal,
seperti konsep peralihan hak kepemilikan ataupun tentang konsep
pembuktian hak secara hukum acara perdata.
Adanya ketentuan peraturan perundang-udangan yang mengatur secara
khusus mengenai mekanisme penyerahan terhadap efek-efek yang
diperjualbelikan di Pasar Modal, seperti yang disebutkan di dalam Undangundang Nomor 8 Tahun 1995 tentunya akan mengesampingkan peraturan
yang secara umum mengatur mekanisme penyerahan dalam hukum perdata,
(levering=penyerahan). Berarti di sini berlaku asas lex posteriori derogat lex
priori
artinya peraturan yang baru mengesampingkan peraturan yang
terdahulu.
B.
Saran
Bagi pemegang efek scripless, merupakan suatu kewajaran apabila
selamanya ada pegangan tertulis dari laporan transaksi efek melalui
scripless trading ini, yang di tandatangani oleh pihak yang berkompeten
(tidak cukup hanya dalam bentuk data elektronik atau printing computer
tanpa ada tanda tangan). Dengan demikian dapat dipergunakan sebagai alat
bukti secara sah atas keabsahan kepemilikan efek scripless tersebut jadi,
karena bukti laporan tersebut diterbitkan oleh pihak yang memiliki otoritas
di Pasar Modal sesuai dengan aturan yang berlaku, menurut analisa penulis
tentunya hal tersebut sudah memenuhi persyaratan sebagai suatu akta
autentik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 165 HIR, sehingga dapat
dipergunakan sebagai alat bukti kepemilikan efek/saham yang sah dan
mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
Buku-buku
Bismar Nasution, Keterbukaan dalam Pasar Modal, (cetakan pertama: Fakultas
Hukum Universitas Indonesia, Jakarta, 2001)
Hulwati, Transaksi Saham di Pasar Modal Indonesia Prespektif Hukum Ekonomi
Islam,(UII Press, Yogyakarta, 2001)
M. Irsan Nasarudin dan Indra Surya, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia,
(Jakarta: Kencana, 2004)
Najib A.Gisymar, Insider Trading dalam Transaksi Efek, cetakan pertama, Citra
Aditya Bakti, Bandung, 1999
Rokhmatussa’dyah., Ana dan Suratman, Hukum Investasi dan Pasar Modal,
(Jakarta : Sinar Grafika, Cet.Ke-II, 2011)
Soemitro Hanitijo Ronny, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurumetri”,
(Jakarta : Ghalia Indonesia, 1990).
Tjiptono Darmadji dan Hendy M.Fakhruddin, Pasar Modal di Indonesia:
Pendekatan Tanya Jawab, edisi pertama, Salemba Empat, Jakarta, 2001
Perundang-undangan
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
HIR (Herziene Inlands Reglement)
Undang-Undangan Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal
Internet
Nickhanickhuna.blogspot.com/2014/05/makalah-hukum-pasar-modal.html
DOSEN: Dr. H. AHMAD MULIADI,SH.,MH
PERALIHAN HAK MILIK ATAS EFEK/SAHAM DALAM TRANSAKSI
EFEK MEMALUI SCRIPLESS TRADING DI PASAR MODAL,
KONTRADIKTIF DENGAN KETENTUAN PERALIHAN HAK MILIK
DALAM UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA.
KRISNI ERLI,S.H
2014010461083
PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER KENOTARIATAN
UNIVERSITAS JAYABAYA
2014
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
BAB II ANALISIS/PEMBAHASAAN
A. Pasar Modal Secara Umum
B. Tinjauan Umum Tentang Scripless Trading
C.
Peralihan Hak Milik Atas Efek Melalui Scripless Trading dan
Alat Bukti Bagi Pemilik Efek Dalam Pelaksanaan Transaksi Melalui
Scripless Trading Di Pasar Modal
BAB III PENUTUP
A. Simpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pasar Modal, Pasar modal merupakan satu lembaga yang memobilisasi
dana masyarakat dengan menyediakan sarana atau tempat untuk
mempertemukan penjual dan pembeli dana-dana jangka panjang yang
disebut Efek. Di Indonesia, perkembangan pasar modal berjalan secara
fantastis atau dinamik.1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar
Modal memberikan pengertian tentang Pasar Modal yaitu kegiatan yang
bersangkutan dengan Penawaran Umum dan perdagangan Efek, Perusahaan
Publik yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan
profesi yang berkaitan dengan Efek.2
1
Najib A.Gisymar, Insider Trading dalam Transaksi Efek, cetakan pertama, Citra Aditya Bakti,
Bandung, 1999, hlm. 9
2
Pasal 1 angka 13 UUPM.
Menurut Pasal 1 angka 5 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995
tentang Pasar Modal, yang dimaksud dengan Efek adalah surat berharga,
yaitu surat pengakuan utang, surat berharga komersial, saham, obligasi,
tanda bukti utang, Unit Penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak
berjangka atas Efek, dan setiap derivatif dari Efek. Efek atau surat berharga
yang diterbitkan dan diperdagangkan di pasar modal Indonesia saat ini
antara lain:3
1.
Saham (stock)
2.
Saham preferen (preferred stock)
3.
Obligasi (bond)
4.
Obligasi konversi (convertibl bond)
5.
Right (right)
6.
Waran (warrant).
Saham diperjualbelikan melalui sarana pasar modal yang di Indonesia
disebut Bursa Efek. Bursa tersebut tidak membeli atau menjual sahamsaham yang ada, melainkan bursa hanya merupakan tempat atau sarana bagi
para investor untuk bertransaksi di dalamnya. Bursa efek mempunyai fungsi
dan peranan untuk memberikan jasa-jasa antara lain :4
1.
Menyediakan informasi pasar seperti fluktuasi harga,
volume perdagangan, informasi penting terhadap emiten.
2.
Membuat aturan main yang dikenal sebagai peraturan
bursa (peraturan percatatan, keanggotaan dan perdagangan) dengan
tujuan agar semua pelaku bursa dapat memperoleh kesempatan yang
sama baik dalam memperoleh informasi maupun kesempatan
berdagang.
3.
Menyediakan fasilitas perdagangan efek untuk anggota
bursa dan emiten.
3
Tjiptono Darmadji dan Hendy M.Fakhruddin, Pasar Modal di Indonesia: Pendekatan Tanya
Jawab, edisi pertama, Salemba Empat, Jakarta, 2001, hlm. 5.
4
Hulwati, Transaksi Saham di Pasar Modal Indonesia Prespektif Hukum Ekonomi Islam, UII
Press, Yogyakarta, 2001, hlm. 28.
4.
Memberikan
pelayanan
kepada para
anggotanya,
perusahaan yang telah mencatatkan efeknya maupun kepada investor,
baik secara individu maupun institusional.
Penentuan harga di Pasar Modal dipengaruhi oleh suatu informasi atau
fakta materiel, karena suatu informasi mencerminkan suatu harga. 5 Dalam
Pasal 1 angka 7 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995, yang dimaksud
dengan informasi atau fakta materiel adalah informasi atau fakta penting dan
relevan mengenai peristiwa, kejadian, atau fakta yang dapat mempengaruhi
harga Efek pada Bursa Efek dan atau keputusan pemodal, calon pemodal,
atau
pihak
lain
yang
berkepentingan
atas
informasi
atau
fakta
tersebutinstitusional.
Informasi yang harus disampaikan kepada publik adalah informasi
yang akurat dan lengkap sesuai dengan keadaan perusahaan.6 Pemberian
informasi ini berdasarkan pada prinsip keterbukaan, karena prinsip
keterbukaan adalah jiwa dari pasar modal. Informasi yang berdasarkan
prinsip keterbukaan akan dapat mengantisipasi kemungkinan investor tidak
memperoleh informasi atau fakta materiel atau tidak meratanya informasi
bagi investor, disebabkan ada informasi yang tidak disampaikan dan bisa
juga terjadi informasi yang belum tersedia untuk publik telah disampaikan
kepada orang-orang tertentu.7
Informasi yang harus dibuka oleh perusahaan publik adalah sesuai
dengan Peraturan Nomor X.K.1: Keterbukaan Informasi yang Harus Segera
Diumumkan Kepada Publik, antara lain :
1. Penggabungan usaha, pembelian saham, peleburan usaha atau
pembentukan usaha patungan;
5
Bismar Nasution, Keterbukaan dalam Pasar Modal, cetakan pertama: Fakultas Hukum
Universitas Indonesia, Jakarta, 2001, hlm. 1
6
M. Irsan Nasarudin dan Indra Surya, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, Jakarta: Kencana,
2004, hlm. 230.
7
Bismar Nasution, Keterbukaan, op.cit., hlm. 30.
2. Pemecahan saham atau pembagian deviden saham;
3. Pendapatan dari deviden yang luar biasa sifatnya;
4. Perolehan atau kehilangan kontrak penting;
5. Produk atau penemuan baru yang berarti;
6. Perubahan dalam pengendalian atau perubahan penting dalam
manajemen;
7. Pengumuman pembelian kembali atau pembayaran Efek yang bersifat
utang;
8. Penjualan tambahan Efek kepada masyarakat atau secara terbatas yang
materiel jumlahnya;
9. Pembelian atau kerugian penjualan aktiva yang materiel;
10. Perselisihan tenaga kerja yang relative penting;
11. Tuntutan hukum yang penting terhadap perusahaan, dan atau direktur
dan komisaris perusahaan;
12. Pengajuan tawaran untuk pembelian Efek perusahaan lain;
13. Penggantian akuntan yang mengaudit perusahaan;
14. Penggantian wali amanat;
15. Perubahan tahun fiskal perusahaan.
Dengan adanya pasar modal, perusahan-perusahan akan lebih mudah
memperoleh dana, sehingga kegiatan ekonomi di berbagai sektor dapat
ditingkatkan. Dengan dijualnya saham di pasar modal, berarti masyarakat
diberikan kesempatan untuk memiliki dan menikmati keuntungan yang
diperoleh perusahan.
Dengan kata lain, pasar modal dapat membatu
pemerintah meningkatkan pendapatan dalam masyarakat.
Sehingga masyarakat perlu pengetahui apa saja yang perlu
diperhatikan dalam perpartisipasi di dunia pasar modal sehingga tidak
menimbulkan banyak kerugian, salah satunya yang akan dibahas oleh
penulis berikut ini.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka kemudian
muncul suatu rumusan masalah dalam Makalah ini yaitu sebatas:
Bagaimana peralihan hak milik atas efek/saham dalam transaksi efek
melalui Scripless Trading di pasar modal, kontradiktif dengan
ketentuan peralihan hak milik dalam Kitab Undang-undang Hukum
Perdata ?
BAB II
PEMBAHASAAN
A.
PASAR MODAL SECARA UMUM
1. Pengertian Pasar Modal
Pasar modal adalah bagian dari pasar keuangan (financial market),
dimana kegiatan pasar keuangan ini meliputi:
a.
Pasar uang (money market)
b.
Pasar modal (capital market)
c.
Lembaga pembiayaan lainnya seperti sewa beli (leasing),
anjak piutang
(factoring),
kartu kredit (credit card).
modal ventura
(venture capital),
Pasar modal, dalam pengertian klasik diartikan sebagai suatu bidang
usaha perdagangan surat-surat berharga seperti saham, sertipikat saham,
dan obligasi atau efek-efek pada umumnya, merupakan tempat
bertemunya penjual dan pembeli. Akan tetapi menurut Sumantoro, pasar
modal berbeda dengan pasar konkret, karena dalam pasar modal yang
diperjual belikan adalah modal atau dana.
Pasar modal adalah suatu bidang usaha perdagangan surat-surat
berharga seperti saham, sertipikat saham, dan obligasi. Motif utamanya
terletak pada masalah kebutuhan modal bagi perusahan yang ingin lebih
memajukan usaha dengan menjual sahamnya pada para pemilik uang
atau investor baik golongan maupun lembaga usaha.
Sementara itu, Undang-Undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar
Modal memberikan batasan pasar modal, yaitu merupakan kegiatan yang
bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek,
perusahan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta
lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.
Dari
bebberapa
pengertian
tersebut
diatas,
kiranya
dapat
disimpulkan lebih lanjut bahwa pasar modal merupakan kegiatan yang
bersangkutan dengan diterbitkan dan diperdagangkannya efek dengan
penawran umum dan perdagangan jangka panjang, melalui pasar
perdana dan pasar sekunder.
Pengertian pasar modal menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1995, Pasal 1 angka 13 adalah kegiatan yang bersangkutan dengan
Penawaran Umum dan perdangan Efek, Perusahaan Publik yang
berkaitan dengan Efek yang diterbitkan, serta lembaga dan profesi yang
berkaitan dengan Efek. Pasar modal merupakan suatu pasar yang
modern, karena dalam pasar modal yang diperjual belikan adalah dana
atau modal.
2. Pedagangan Saham
Sebagai suatu pasar modern, pasar modal merupakan tempat untuk
melakukan kegiatan dalam penawaran umum dan perdagangan Efek
(saham) dari perusahaan publik yang pada intinya adalah tempat
bertemunya penjual dan pembeli dana yang diperantarai oleh para
anggota bursa selaku pedagang perantara perdagangan efek untuk
melakukan tansaksi jual beli.8 Dalam melakukan transaksi jual beli,
pasar modal dibedakan antara pasar perdana (primary market) yaitu
untuk efek yang baru diedarkan dan pasar sekunder (secondary market)
yaitu untuk efek yang sebelumnya telah diperdagangkan.9
Baik dalam pasar perdana maupun pasar sekunder para investor
mempunyai suatu tujuan dalam melakukan transaksi di pasar modal
yaitu untuk mencari keuntungan atau capital gain10 yang lebih besar,
terutama para pemodal dengan orientasi jangka pendek.11
Untuk menghindari adanya permainan di pasar modal, maka
perdagangan harus dilakukan dengan prinsip disclosure. Prinsip
disclosure adalah kewajiban emiten, perusahaan publik, atau siapa saja
yang terkait untuk mengungkapkan informasi sejelas, seakurat, dan
selengkap mungkin mengenai fakta materiel yang berkaitan dengan
tindakan perusahaan atau efeknya yang berpotensi kuat mempengaruhi
keputusan pemegang saham
8
Sumantoro, Pengantar…op.cit., hlm. 9
Iman Sjahputra Tunggal, Tanya Jawab…op.cit., hlm. 8.
10
Capital gain adalah selisih antara harga beli dan harga jual, misalnya seorang pemodal membeli
saham Telkom (TLKM) dengan harga per saham Rp 3000 kemudian menjualnya dengan harga per
saham Rp 3.700 yang berarti pemodal tersebut mendapatkan capital gain sebesar Rp 700 untuk
setiap saham yang di jualnya. Lih. Tjiptono Darmadji dan Hendy M. Fakhrudin, Pasar Modal Di
Indonesia, hlm. 9
11
Tijptono Darmadji dan Hendy M.Fakhruddin, op.cit., hlm. 9
9
Perdagangan dan Pencatatan saham, pencatatan sahamdi bursa efek
adalah merupakan hal yang penting bagi emiten yang melakukan
penawaran umum, sebab dengan pencatatan tersebut, secara resmi saham
emiten dapat diperdagangkan di bursa. Perdagangan saham berdeda
dengan perdagangan barang-barang lainnya, perdagangan saham ini
dilakukan dengan melalui tahapan-tahapan yang telah ditetapkan sesuai
dengan ketentuan dari Otoritas Jasa Keuangan. Menurut Asril Sitompul,
ada beberapa tahapan-tahapan tersebut sebagai berikut:
a.
Pemesanan
b.
Penjatahan
c.
Claw Back dan Green Shoe Option
d.
Pembagian Sertipikat Saham atau sertipikat Kolektif Saham
e.
Refund
f.
Pecatatan di bursa efek/perdagangan perdana di pasar
sekunder
B.
g.
IHSG
h.
Price Earing Rati
TINJAUAN UMUM TENTANG SCRIPLLES TRADING
1. Pengertian Scripless Trading
Istilah scripless berasal dari kata scrip dan less. Scrip mempunyai
makna sebagai surat saham sementara, sedangkan less mempunyai
makna tanpa. Sementara itu yang dimaksudkan dengan trading adalah
perdagangan.
Jika kata-kata tersebut digabung menjadi satu dalam kalimat
scripless trading, akan bermakna sebagai perdagangan tanpa surat
saham, atau menurut istilah Peter Mahmud, sebagai perdagangan tanpa
warkat efek. Sementara Munir Fuady dalam bukunya Pasar Modal
Modern mengartikannya dengan perdagangan saham tanpa warkat.
Menurut Indra Safitri, scripless trading atau perdagangan tanpa
warkat
adalah
sistem
perdagangan
yang
memiliki
mekanisme
penyelesaian dan penyimpana sahan secara elektronik. Salah satu tujuan
mengapa sripless trading menjadi sangat penting untuk segera diterapkan
di paasar modal, karena hal ini menyangkut sebuah mekanisme yang
dapat menciptakan efisiensi dan keamanan dalam melakukan transaksi.
Perdagangan tanpa warkat adalah sistem perdagangan secara
eletronik yang merubah sertifikat saham ke dalam bentuk elektronik.
Oleh sebab itu, terwujudnya sistem perdagangan ini akan dapat
menghilangkan berbagai kendalayang selama ini sering menimbulkan
hambatan dan berbagai dispute yang terjadi di pasar modal.
Keberadaan scripless trading di bidang pasar modal merupakan
produk teknologi bisnis atau setidak-tidaknya merupakan produk dari
suatu
sistem
baru
dan
modern,
sehingga
sepatutnyalah
jika
menempatkan fenomena keterkaitan hukum dengan teknologi tersebut
terhadap eksistensi scripless trading di bidang pasar modal ini.
Maksudnya adalah realita menunjukkan bahwa bagaimana sistem
perdagangan efek yang canggih secara scripless tersebut dapat
didayagunakan oleh hukum, khususnya hukum di bidang pasar modal,
sehingga akan dapat membawa manfaat yang maksimal untuk bidang
hukum, produk hukum atau pranata hukum, termaksud dampaknya
terhadap perkembangan pranata hukum berupa efek-efek yang
diperdagangkan di pasar modal.
2. Dasar Hukum Scripless Trading
Pembangunan nasional merupakan pencerminan kehendak untuk
terus-menerus meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat
Indonesia secara adil dan merata. Dalam rangka melaksanakan
pembangunan nasional, khususnya dalam upaya mencapai sasaran
pembangunan diperlukan berbagai sarana penunjang, antara lain berupa
tatanan hukum yang mendorong, menggerakan dan mengendalikan
berbagai kegiatan pembangunan di bidang ekonomi.
Salah satu tatana hukum yang diperlukan dalam menunjang
pembanguna ekonomi adalah ketentuan di bidang pasar modal. Dengan
lahirnya undang-undang baru, yaitu Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1995 tentang Pasar Modal, yang diundangkan pada tanggal 10
November 1995 dengan Lembaga Negara Tahun 1995 Nomor 64,
diharapkan pasar modal dapat memberikan kontribusi yang lebih besar
dalam pembangunan, sehingga sasaran pembangunan di bidang ekonomi
dapat tercapai.
Di dalam Pasal 55 ayat (1) Undang-Undang Pasar Modal Nomor 8
Thaun 1995 disebutkan bahwa Penyelesaikan transaksi bursa dapat
dilaksanakan dengan penyelesaian pembukuan, penyelesaian fisik, atau
cara lain yang diterapkan dengan peraturan pemerintah.
Selanjutnya di dalam penjelasan umum terhadap Pasal 55 ayat (1)
tersebut dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan “penyelesaian
pembukan” (book entry settlement) dalam ayat ini, adalah pemenuhan
hak dan kewajiban yang timbul akibat adanya transaksi bursa yang
dilakukan dengan cara mengurangkan efek dari rekening efek yang satu
dan menambahkan efek tersebut pada rekening efek yang lain pada
kustodian, yang dalam hal ini dapat dilakukan secara elektronik.
Peralihan hak atas efek terjadi pada saat penyerahan efek atau pada
waktu efek tersebut dikurangkan dari rekening efek yang satu dan
kemudian ditambahkan pada rekening efek yang lain.
Sedangkan yang dimaksud dengan penyelesaian fisik dalam ayat
ini adalah penyelesaian transaksi bursa yang dilakukan langsung oleh
setiap perantara pedagang efek yang melakukan transaksi berdasarkan
serah terima fisik dari warkat.
Dari ketentuan Pasal 55 ayat (1) Undang-Undang Pasar Modal
Nomor 8 Tahun 1995 beserta penjelasannya di atas, dapat diterangkan
lebih lanjut bahwa perdagangan saham itu dapat dilakukan secara
scripless trading, artinya perdagangan saham itu dapat dilakukan dengan
tanpa warkat saham. Hal ini tampak dari adanya kalimat di Pasal 55 ayat
(1) tersebut yang menyatakan bahwa penyelesaian transaksi bursa dapat
dilakukan dengan cara “penyelesaian pembukuan” (book entry
settlement), yakni transaksi bursa yang dilakukan dengan cara
mengurangkan efek dari rekening efek yang satu dan menambahkan efek
tersebut pada rekening efek yang lain, secara elektronik.
Ketentuan Pasal 55 ayat (1) Undang-Undang Pasar Modal Nomor
8 Tahun 1995 beserta penjelasannya inilah yang menjadi dasar hukum
dilaksanakan perdagangan efek tanpa warkat atau yang lebih dikenal
dengan istilah scripless trading.
3. Scripless Trading Ditinjau dari Segi Hukum Perdata
Scripless trading terhadap efek-efek di bidang pasar modal
berkaitan erat dengan asas-asas hukum benda sebagaimana diatur di
dalam buku ke-II dan asas-asas hukum perikatan dalam buku ke-III
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (BW).
Ketentuan-ketentuan yang terdapat di dalam Kitab UndangUndang Hukum Perdata pada prinsipnya tetap berlaku terhadap scripless
trading atas efek-efek di pasar modal. Ketentuan-ketentuan seperti
berkaitan dengan konsep kepemilikan dan penguasaan secara perdata,
konsep peralihan hak milik, kosep penjaminan atau konsep pembuktian
hak secara hukum acara perdata.
Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, hak milik hanya
dapat dialihkan apabila dilakukan sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku. Dalam hal ini, jika terhadap benda bergerak
(seperti saham, lihat Pasal 60 ayat(1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 tentang Perseroan Terbatas juncto Pasal 511 Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata), maka peralihan haknya (levering) dilakukan dengan
jalan penyerahan nyata dari benda tersebut (Pasal 612 KUH Perdata).
Sedangkan untuk benda-benda tidak bergerak,
penyerahan
bendanya dilakukan dengan suatu akta autentik dengan ancaman batal
(Pasal 617 KUH Perdata). Dalam hal ini, sejauh yang menyangkut
dengan tanah dilakukan dengan akta Pejabat Pembuat Akta Tanah, dan
peraliahan hak tersebut, harus didaftarkan pada pejabat yang berwenang.
Sementara itu (masih menurut Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata), peralihan hak (levering) atas piutang atas nama (seharusnya
termaksud surat-surat berharga obligasi, commercial paper, dan
sebagainya) dilakukan dengan jalan membuat suatu akta autentik.
Dari apa yang telah dikemukakan di atas, berkaitan dengan prinsipprinsip levering sebagaimana diatur dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata, tampaknya kontradiktif dengan ketentuan levering dari
efek-efek yang ada di pasar modal, terutama jika dilakukan dengan
pengalihan lewat jalur scripless trading.
Selain berdasarkan ketentuan dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata, asas konsensual juga dianut dalam suatu perjanjian, misalnya
perjanjian jual beli. Maksudnya adalah bahwa pada prinsipnya jual beli
sudah dianggap sah manakala ada kata sepakat, sedangkan mengenai
persyaratan formal lainnya hanyalah bersifat administratif belaka, tanpa
berpengaruh terhadap keabsahan perjanjian tersebut.
Di samping itu, juga menganut asas obligatoir terhadap suatu
perjanjian. Maksudnya adalah bahwa dengan tercapainya kata sepakat,
perjanjian sudah terikat secara obligatoir, dalam arti bahwa hak milik
belum berpindah. Untuk dapat berpindahnya hak milik, diperlukan
dengan perjanjian yang disebut dengan perjanjian riil atau yang lebih
dikenal dengan istilah penyerahan atau levering.
Konsekuensi logis dari berlakunya asas konseksual dan asas
obligatoir tersebut, yaitu dapat saja dilakukan beberapa kali jual beli,
misal: si A menjual kepada si B, dan si B menjual kepada si C, demikian
seterusnya, tetapi hanya sekali penyerahan, yaitu penyerahan langsung
kepada pembeli yang terakhir (dari A langsung C).
Apabila hal tersebut dikaitkan dengan jual beli saham melalui
scripless trading di pasar modal, maka seyogianya dapat saja dilakukan
beberapa kali jual beli di bursa terhadap efek yang sama, tetapi kliring
dan penyelesaiannya (pemidahbukuannya) hanya dilakukan satu kali
saja, yaitu pemindahbukuan ke rekening untuk pembeli terakhir.
Mengingat kliring dilakukan oleh suatu lembaga atau badan khusus
untuk itu, karena kliring dilakukan setelah memenuhi seluruh syarat
formal, maka setelah kliring dilakukan, pihak pialang jual sudah terputus
hubungan dengan pihak pialang beli. Konsekuensi yuridisnya adalah
bahwa pihak fasilitator (lembaga kliring dan penyimpanan serta lembaga
kustodian) yang harus dianggap bertanggung jawab secara yuridis atas
terselesaikannya levering efek tersebut kepada pihak pilang beli (secara
pemidahbukuan), yang selanjutnya akan meneruskannya kepada investor
(pembeli).
Lalu bagaimana kaitannya dengan bukti kepemilikan yang dapat
ditunjukkan oleh pemegang sahan atau investor (pembeli) bahwa dirinya
memiliki sejumlah saham tertentu. Hal ini menjadi masalah krusial
berkenaan pembuktian kepemilikan di pengadilan bagi pemegang saham
tanpa warkat tersebut. Apakah alat yang ditunjukan (apa pun bentuknya),
dapat menjadi alat bukti yang sah menurut hukum acara perdata. Hal ini
menjadi penting, karena hukum pembuktian yang kini berlaku menganut
prinsip pembuktian yang eksklusif, artinya selain dari alat bukti yang
sudah ditentukan, alat bukti yang lain tidak punya kekuatan hukum.
Pasal 164 HIR (Herziene Inlands Reglement) menentukan bahwa
macam-macam alat bukti adalah:
a.
b.
c.
d.
e.
Bukti tertulis,
Bukti saksi,
Persangkaan,
Pengakuan, dan
Sumpah.
Sehubungan dengan hal tersebut, bagi pemengan efek tanpa
warkat, ada pemengan dalam bentuk surat tertulis dan ditandatangani
(jadi tidak cukup hanya printing computer tanpa tanda tangan).
Menurut hemat penulis, walaupun dalam bentuk konfirmasi dari
pihak yang berwenang, namun dapat menjadi alat bukti yang sah atas
keabsahan kepemilikan efek tanpa warkat tersebut. Karena bukti surat
tersebut diterbitkan oleh yang berwenang di pasar modal sesuai dengan
aturan yang berlaku, maka hal tersebut sudah memenuhi persyaratan akta
autentik, sebagaimana yang dimaksudkan oleh Pasal 165 HIR (meskipun
yang dipegeng oleh pemegangnya bukan fisik sahamnya).
4. Scripless Trading Ditinjau dari Segi Hukum Pasar Modal
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal
mencoba mengakomodasikan pelaksanaan scripless trading di pasar
modal. Hal ini dapat dilihat dari ketentuan Pasal 55 undang-undang
tersebut yang memberikan kemungkinan penyelesaian transaksi bursa
dengan jalan penyelesaian pembukuan (book entry settlement) sebagai
suatu alternatif penyelesaian transaksi, di samping model penyelesaianpenyelesaian lainnya, seperti:
a. Penyelesaian fisik;
b. Penyelesaian secara langsung pada daftar pemengan efek tanpa
melalui rekening efek pada kustodian;
c. Penyelesaian secara internasional atau melalui negara lain;
d. Penyelesaian secara elektronik atau cara lain sesuai dengan
perkembangan teknologi; dan lain-lain.
Adapun yang dinaksud dengan penyelesaian transaksi bursa
dengan jalan penyelesaian
pembukuan (book entry settlement)
merupakan cara penyelesaian transaksi dalam hal terjadinya scripless
trading.
Dalam penjelsana umum Pasal 55 ayat (1) Undang-Undang Pasar
Modal Nomor 8 Tahun 1995, yang dimaksud dengan penyelesaian
pembukuan (book entry settlement) adalah pemenuhan hal dan
kewajiban yang terbit sebagai akibat dari adanya suatu transaksi bursa
yang dilaksanakan dengan cara mengurangi efek tersebut dari rekening
efek yang satu dengan menambahkan efek tersebut ke rekening efek
yang lain pada kustodian, yang dalam hal ini dapat dilakukan secara
elektronik. Dikatakan juga bahwa peralihan hak atas efek terjadi pada
saat peyerahan efek atau pada waktu efek tersebut dikurangkan dari
rekening efek yang satu dan ditambahkan kepada rekening efek yang
lain.
Melihat ketentuan di atas, jika dikembalikan kepada sistem
penyerahan benda di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata,
terjadi titik kesamaan anatara levering secara faktual (feitelijk levering)
dengan levering secara legal (juridische levering). Ini terjadi pada saat
efek tersebut dikurangkan dari rekening efek yang satu dan ditambahkan
kepada rekening efek yang lain.
Jadi final dari levering adalah pada saat sudah masuknya efek ke
rekening efek untuk pembeli. Saat itulah secara yuridis hak atas
kepemilikan saham telah teralih. Menurut Munir Fuady, penyingnya
mengetahui saat persisnya peralihan hak secara yuridis atas saham tanpa
warkat tersebut, adalah untuk mendapatkan kepastian tentang perbuatanperbuatan hukum, sebagai berikut:
a. Sampai kapan saham tersebut dapat disita oleh pengadilan jika
pihak penggugat mengejukan sita ke pengadilan.
b. Kepada siapa diberikan hak-hak yang melekat dengan saham,
seperti dividen, right, dan lain-lain.
c. Siapa yang berhak mengikuti rapat umum pemengang saham.
d. Sejauh manakah pihak pembeli saham (pihak ketiga) harus
dilindungi oleh hukum.
Tentang bagaimana teknis pelaksanaan perdagangan saham tanpa
warkat ini, tentunya dapat diatur oleh bursa yang bersangkutan.
Sedangkan tentang teknis kliring dan penjaminan dapat diatur oleh
lembaga atau badan yang menyelenggarakan kegiatan tersebut.
Demikian juga dengan badan atau lembaga kustodian yang juga dapat
mengatur teknis penyimpanan.
Sementara itu keberadaan badan-badan yang akan bertugas dalam
hal scripless trading, yaitu bursa efek sebagai tempat melakukan
transaksi, lembaga kliring dan penjamin penyelesaian transaksi bursa
serta lembaga penyimpanan dan penyelesaian yang bertugas untuk
melakukan jasa kustodian sentral dan penyelesaian transaksi lembagalembaga tersebut, memang diakui dan bahkan diperkenalkan secara
eksplisit oleh Undang-Undangb Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar
Modal (Vide Pasal 6 s.d Pasal 17).
Praktik pelayanan transaksi secara scripless trading yang
merupakan kebutuhan dunia bisnis modern tersebut, akan dapat berdaya
guna dan berhasil guna, di samping tentunya akan mengurangi korbankorban yang tidak perlu terjadi, tergantung pada pihak otoritas bursa
sebdiri sebagai regulator (self regulatory body).
C.
Peralihan hak milik atas efek melalui scripless trading dan alat bukti
bagi pemilik efek dalam pelaksanaan transaksi melalui scripless
trading di pasar modal.
1. Peralihan Hak Milik Atas Efek melalui Scripless Trading
Ketentuan yang terdapat di dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata terutama prinsip hukum kebendaan (Buku II) , pada prinsipnya
tetap berlaku terhadap suatu Scripless Trading atas efek-efek di pasar
modal, seperti konsep peralihan hak kepemilikan ataupun tentang konsep
pembuktian hak secara hukum acara perdata.
Adanya ketentuan peraturan perundang-udangan yang mengatur
secara khusus mengenai mekanisme penyerahan terhadap efek-efek yang
diperjualbelikan di Pasar Modal, seperti yang disebutkan di dalam
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentunya akan mengesampingkan
peraturan yang secara umum mengatur mekanisme penyerahan dalam
hukum perdata, (levering=penyerahan). Berarti di sini berlaku asas lex
posteriori
derogat
lex
priori
artinya
mengesampingkan peraturan yang terdahulu.
peraturan
yang
baru
Peralihan hak milik atas efek dalam hal terjadinya pelaksanaan
transaksi efek melalui cripless trading di pasar modal ini, terjadi pada
saat dilakukannya pemindahabukuuan efek atau sejumlah dana, dari
rekening efek anggota bursa efek jual ke rekening efek anggota bursa
efek beli.
Selanjutnya anggota bursa efek harus menyelesaikan kewajiban
untuk menyerahkan dana kepada KPEI, melalui pemindahbukuuan dana
kepada rekening efek serah yang berada pada KSEI, selambat-lambatnya
pada pukul 12.15 WIB pada tanggal yang ditetapkan dalam DHK
Netting. Pada setiap hari bursa selambat-lambatnya jam 18.30 WIB,
KSEI wajib menyampaikan laporan kepada KPEI mengenai saldo efek
bersifat ekuitas dan dana yang ada pada rekening efek serah masingmasing anggota bursa efek.
Dalam melaksanakan kewajibannya untuk menyerahkan efek
dan/atau dana kepada anggota bursa efek, KPEI wajib menyelesaikan
dengan cara pemindahbukuuan efek atau ana ke rekening efek terima
anggota bursa yang berada pada KSEI, selambat-lambatnya pukul 13.30
WIB pada tanggal yang ditetapkan dalam DHK Netting.
Selanjutnya KPEI menyediakan laporan penyelesaian kewajiban
untuk
anggota
bursa
efek
yang
memuat
informasi
mengenai
penyelesaian kewajiban yang telah dilakukan oleh setiap anggota bursa
efek tersebut pada setiap Hari Bursa.
2. Alat Bukti Bagi Pemilik Efek Transaksi Efek Melalui Scripless
Trading
Membuktikan dalam hukum acara mempunyai arti yuridis.
Pembuktian dalam arti yuridis ini hanya berlaku bagi pihak-pihak yang
berperkara dan pembuktiannya tidak bersifat langsung didasarkan atas
kesaksian oleh orang lain. Oleh karena itu, membuktikan dalam arti
yuridis tidak lain memberi dasar-dasar yang cukup kepada hakim yang
memeriksa perkara yang bersangkutan, untuk memberik kepastian
tenatang kebenaran peristiwa yang diajukan.
Menurut sistem HIR, dalkam acara perdata, hakim terikat pada alat
bukti yang saha, yang berarti bahwa hakim hanya boleh mengambil
keputusan berdasarkan alat-alat bukti yang ditentukan oleh undangundang saja. Alat-alat bukti dalam acara perdata yang disebutkan oleh
undang-undang, sebagaimana disebutkan di dalam Pasal 164 HIR dan
Pasal 284 Rbg, meliputi alat bukti surat, pembuktian dengan saksi,
persangkaan-persangkaan, pengakuan dan sumpah.
Akta adalah surat yang diberi tanda tangan, yang memuat
peristiwa-peristiwa yang menjadi dasar dari suatu hak atau perikatan,
yang dibuat sejak semula dengan sengaja untuk pembuktian. Jadi, untuk
dapat digolongkan dalam pengertian akta, surat itu harus ditandatangani
(vide Pasal 1869 KUHPerdata)
Di persamakan dengan tanda tangan pada suatu akta ialah sidik jari
atau cap jari atau cap jempol, yang dikuatkan dalam suatu keterangan
yang diberi tanggal oleh seorang Notaris atau Pejabat lain yang ditunjuk
oleh undang-undang, yang menyatakan bahwa ia mengenal orang yang
membubuhkan sidik jari atau orang itu diperkenalkan kepadanya, dan
bahwa isi akta itu telah dibacakan dan dijelaskan kepadanya, kemudian
sidik jari itu dibubuhkan pada akta di hadapan Pejabat tersebut.
Dipersamakan juga dengan tanda tangan adalah suatu faksmili dari tanda
tangan atau cap tanda tangan, apabila dibubuhkan oleh pihak yang
berwenang atau diberi wewenang untuk itu.
Akta autentik adalah akta yang dibuat oleh Pejabat yang diberi
wewenang untuk itu oleh pengurus, menurut ketentuan-ketentuan yang
telah di tetapkan baik dengan maupun tanpa bantuan dari yang
berkepentingan, yang mencatat apa yang dimintakan untuk dimuat di
dalamnya oleh yang berkepentingan. Akta autentik terutana memuat
keterangan seorang pejabat yang menerangkan apa yang dilakukannya
dan dilihat di hadapannya.
Salinan suatu akta mempunyai kekuatan pembuktian, sepanjang
sesuai dengan akta aslinya. Apabila akta aslinya sudah tidak ada lagi,
maka kekuatan pembuktiannya di serhkan kepada hakim.
Terkait dengan uraian alat bukti sebagaimana telah penulis uraikan
di atas, alat bukti apa kiranya yang dapat dimiliki oleh pemilik efek
dalam hal terjadi pelaksanaan transaksi efek melalui scripless trading di
pasar modal. Dari hasil penelitian diperoleh keterangan bahwa anggota
bursa efek beli akan mendapatkan data sementara sebagai alat bukti,
melalui faksmile, sesaat setelah terjadinya transaksi efek antara anggota
bursa efek jual dan anggota bursa efek beli, sedangkan aslinya akan
disampaikan pada hari Bursa berikutnya.
Selanjutnya setalah ternjadi transaksi efek di bursa efek tersebut,
laporan penyelesaian kewajiban dalam bentuk data elektronik disediakan
KPEI paling lambat pada pukul 19.30 WIB, pada setiap Hari Bursa
untuk dapat diakses oleh anggota bursa efek dan dalam bentuk tercetak
disediakan paling lambat pukul 09.00 WIB pada Hari Bursa berikutnya.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pasar modal, dalam pengertian klasik diartikan sebagai suatu bidang
usaha perdagangan surat-surat berharga seperti saham, sertipikat saham, dan
obligasi atau efek-efek pada umumnya, merupakan tempat bertemunya
penjual dan pembeli. Akan tetapi menurut Sumantoro, pasar modal berbeda
dengan pasar konkret, karena dalam pasar modal yang diperjual belikan
adalah modal atau dana.
Pasar modal adalah suatu bidang usaha perdagangan surat-surat berharga
seperti saham, sertipikat saham, dan obligasi. Motif utamanya terletak pada
masalah kebutuhan modal bagi perusahan yang ingin lebih memajukan
usaha dengan menjual sahamnya pada para pemilik uang atau investor baik
golongan maupun lembaga usaha.
Sementara itu, Undang-Undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar
Modal memberikan batasan pasar modal, yaitu merupakan kegiatan yang
bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahan
publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan
profesi yang berkaitan dengan efek.
Perdagangan tanpa warkat adalah sistem perdagangan secara eletronik
yang merubah sertifikat saham ke dalam bentuk elektronik. Oleh sebab itu,
terwujudnya sistem perdagangan ini akan dapat menghilangkan berbagai
kendalayang selama ini sering menimbulkan hambatan dan berbagai dispute
yang terjadi di pasar modal.
Dari ketentuan Pasal 55 ayat (1) Undang-Undang Pasar Modal Nomor 8
Tahun 1995, dapat diterangkan lebih lanjut bahwa perdagangan saham itu
dapat dilakukan secara scripless trading, artinya perdagangan saham itu
dapat dilakukan dengan tanpa warkat saham. Hal ini tampak dari adanya
kalimat di Pasal 55 ayat (1) tersebut yang menyatakan bahwa penyelesaian
transaksi bursa dapat dilakukan dengan cara “penyelesaian pembukuan”
(book entry settlement), yakni transaksi bursa yang dilakukan dengan cara
mengurangkan efek dari rekening efek yang satu dan menambahkan efek
tersebut pada rekening efek yang lain, secara elektronik.
Ketentuan Pasal 55 ayat (1) Undang-Undang Pasar Modal Nomor 8
Tahun 1995 beserta penjelasannya inilah yang menjadi dasar hukum
dilaksanakan perdagangan efek tanpa warkat atau yang lebih dikenal dengan
istilah scripless trading.
Ketentuan yang terdapat di dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata terutama prinsip hukum kebendaan (Buku II) , pada prinsipnya tetap
berlaku terhadap suatu Scripless Trading atas efek-efek di pasar modal,
seperti konsep peralihan hak kepemilikan ataupun tentang konsep
pembuktian hak secara hukum acara perdata.
Adanya ketentuan peraturan perundang-udangan yang mengatur secara
khusus mengenai mekanisme penyerahan terhadap efek-efek yang
diperjualbelikan di Pasar Modal, seperti yang disebutkan di dalam Undangundang Nomor 8 Tahun 1995 tentunya akan mengesampingkan peraturan
yang secara umum mengatur mekanisme penyerahan dalam hukum perdata,
(levering=penyerahan). Berarti di sini berlaku asas lex posteriori derogat lex
priori
artinya peraturan yang baru mengesampingkan peraturan yang
terdahulu.
B.
Saran
Bagi pemegang efek scripless, merupakan suatu kewajaran apabila
selamanya ada pegangan tertulis dari laporan transaksi efek melalui
scripless trading ini, yang di tandatangani oleh pihak yang berkompeten
(tidak cukup hanya dalam bentuk data elektronik atau printing computer
tanpa ada tanda tangan). Dengan demikian dapat dipergunakan sebagai alat
bukti secara sah atas keabsahan kepemilikan efek scripless tersebut jadi,
karena bukti laporan tersebut diterbitkan oleh pihak yang memiliki otoritas
di Pasar Modal sesuai dengan aturan yang berlaku, menurut analisa penulis
tentunya hal tersebut sudah memenuhi persyaratan sebagai suatu akta
autentik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 165 HIR, sehingga dapat
dipergunakan sebagai alat bukti kepemilikan efek/saham yang sah dan
mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
Buku-buku
Bismar Nasution, Keterbukaan dalam Pasar Modal, (cetakan pertama: Fakultas
Hukum Universitas Indonesia, Jakarta, 2001)
Hulwati, Transaksi Saham di Pasar Modal Indonesia Prespektif Hukum Ekonomi
Islam,(UII Press, Yogyakarta, 2001)
M. Irsan Nasarudin dan Indra Surya, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia,
(Jakarta: Kencana, 2004)
Najib A.Gisymar, Insider Trading dalam Transaksi Efek, cetakan pertama, Citra
Aditya Bakti, Bandung, 1999
Rokhmatussa’dyah., Ana dan Suratman, Hukum Investasi dan Pasar Modal,
(Jakarta : Sinar Grafika, Cet.Ke-II, 2011)
Soemitro Hanitijo Ronny, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurumetri”,
(Jakarta : Ghalia Indonesia, 1990).
Tjiptono Darmadji dan Hendy M.Fakhruddin, Pasar Modal di Indonesia:
Pendekatan Tanya Jawab, edisi pertama, Salemba Empat, Jakarta, 2001
Perundang-undangan
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
HIR (Herziene Inlands Reglement)
Undang-Undangan Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal
Internet
Nickhanickhuna.blogspot.com/2014/05/makalah-hukum-pasar-modal.html