ASKEP ANAK DENGAN ATTENTION DEFICYT HYPE

ASKEP ANAK DENGAN ATTENTION DEFICYT HYPERACTIVITY DISORSER
(ADHD)

PENDAHULUAN
BAB I
 LATAR BELAKANG
Attention Deficit Hyperaktivity Disorder (ADHD) dicirikan dengan tingkat gangguan
perhatian, impulsivitas dan hiperaktivitas yang tidak sesuai dengan tahap perkembangan dan
gangguan ini dapat terjadi disekolah maupun di rumah (Isaac, 2005). Pada kira-kira sepertiga
kasus, gejala-gejala menetap sampai dengan masa dewasa (Townsend, 1998). ADHD adalah
salah satu alasan dan masalah kanak-kanak yang paling umum mengapa anak-anak dibawa
untuk diperiksa oleh para professional kesehatan mental. Konsensus pendapat professional
menyatakan bahwa kira-kira 3,05% atau sekitar 2 juta anak-anak usia sekolah mengidap
ADHD (Martin, 1998).
Sebagian besar penelitian menunjukkan bahwa 5% dari populasi usia sekolah sampai tingkat
tertentu dipengaruhi oleh ADHD, yaitu sekitar 1 % sangat hiperaktif. Sekitar 30-40% dari
semua anak-anak yang diacu untuk mendapatkan bantuan professional karena masalah
perilaku, datang dengan keluhan yang berkaitan dengan ADHD (Baihaqi dan Sugiarmin,
2006). Di beberapa negara lain, penderita ADHD jumlahnya lebih tinggi dibandingkan
dengan di Indonesia. Literatur mencatat, jumlah anak hiperaktif di beberapa negara 1:1 juta.
Sedangkan di Amerika Serikat jumlah anak hiperaktif 1:50. Jumlah ini cukup fantastis karena

bila dihitung dari 300 anak yang ada, 15 di antaranya menderita hiperaktif. "Untuk Indonesia
sendiri belum diketahui jumlah pastinya. Namun, anak hiperaktif cenderung meningkat
(Pikiran rakyat, 2009).
Dewasa ini, anak ADHD semakin banyak. Sekarang prevalensi anak ADHD di Indonesia
meningkat menjadi sekitar 5% yang berarti 1 dari 20 anak menderita ADHD. Peningkatan ini
disebabkan oleh berbagai faktor seperti genetik ataupun pengaruh lingkungan yang lain,
seperti pengaruh alkohol pada kehamilan, kekurangan omega 3, alergi terhadap suatu
makanan, dll (Verajanti, 2008).

 TUJUAN PENULISAN
o Tujuan umum
Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan pada anak dengan Attention Deficit
Hyperactive Disorder (ADHD)
o Tujuan khusus
 Mahasiswa mampu melakukan pengkajian secara menyeluruh, baik bio
psiko, sosio
 Mahasiswa mampu menemukan masalah keperawatan yang sering
dialami oleh penderita Attention Deficit Hyperactive Disorder
(ADHD)






Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa keperawatan anak yang
mengalami retardasi mental
Mahasiswa mampu merumuskan tujuan keperawatan untuk mengatasi
masalah anak dengan Attention Deficit Hyperactive Disorder (ADHD)
Mahasiswa mampu merumuskan rencana perawatan untuk mengatasi
masalah keperawatan yang dialami anak dengan Attention Deficit
Hyperactive Disorder (ADHD)Mampu melakukan penyusunan rencan
evaluasi atas tindakan yang akan dilakukan pada anak yang menderita
Attention Deficit Hyperactive Disorder (ADHD)

TINJAUAN TEORI
1.

ANATOMI DAN FISIOLOGI
Gambar 1. Bagian Otak dan Fungsinya
Bagian dari otak, tertentu mempunyai fungsi dalam pengendalian emosi, mengatur

konsentrasi dan pemusatan pergantian serta mengendalikan perilaku hiperaktif dan impulse
antara lain

1.

Lobus Frontal
Bagian lobus frontal membantu kita untuk memfokuskan konsentrasi, membuat keputusan
yang baik, mempersiapkan rencana, belajar dan mengingat apa yang telah dipelajari, dan
menyesuaikan diri dengan situasi.

2.

Mekanisme inhibitor dari cortex
Mekanisme ini berfungsi untuk mencegah kita berperilaku hiperaktif dan bertindak semaunya
serta mengendalikan emosi.

3.

Sistem limbik
Merupakan dasar dari emosi. Sistem limbik yang normal akan menghasilkan emosi yang

normal, tingkat energi yang normal, waktu tidur yang normal dan kemampuan untuk
mengatasi stress yang normal. Gangguan pada sistem limbik akan berpengaruh terhadap
keadaan-keadaan tersebut.

4.

Sistem aktivasi reticular
Sistem ini berfungsi untuk menerima dan menyaring data yang masuk dari semua
pancaindera dan bagian otak lainnya. Gangguan yang ada pada bagian-bagian otak tersebut
akhirnya turut mengganggu fungsi, kualitas, dan kemampuan bagian otak itu sendiri.

1.

Definisi Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)
Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) adalah kelainan hiperaktivitas kurang
perhatian yang sering ditampakan sebelum usia 4 tahun dan dikarakarakteriskan oleh
ketidaktepatan perkembangan tidak perhatian, impulsive dan hiperaktif (Townsend, 1998).
ADHD adalah singkatan dari Attention Deficit Hyperactivity Disorder, suatu kondisi yang
pernah dikenal sebagai Attention Deficit Disorder (Sulit memusatkan perhatian), Minimal


Brain Disorder (Ketidak beresan kecil di otak), Minimal Brain Damage (Kerusakan kecil
pada otak), Hyperkinesis (Terlalu banyak bergerak / aktif), dan Hyperactive (Hiperaktif). Ada
kira-kira 3 - 5% anak usia sekolah menderita ADHD (Permadi, 2009).
ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) adalah gangguan neurobiologis yang ciricirinya sudah tampak pada anak sejak kecil. • Anak ADHD mulai menunjukkan banyak
masalah ketika SD karena dituntut untuk memperhatikan pelajaran dengan tenang, belajar
berbagai ketrampilan akademik, dan bergaul dengan teman sebaya sesuai aturan (Ginanjar,
2009). ADHD adalah gangguan perkembangan dalam peningkatan aktifitas motorik anakanak hingga menyebabkan aktifitas anak-anak yang tidak lazim dan cenderung berlebihan.
Ditandai dengan berbagai keluhan perasaan gelisah, tidak bisa diam, tidak bisa duduk dengan
tenang, dan selalu meninggalkan keadaan yang tetap seperti sedang duduk, atau sedang
berdiri. Beberapa kriteria yang lain sering digunakan adalah, suka meletup-letup, aktifitas
berlebihan, dan suka membuat keributan (Klikdokter, 2008)
2.

Etiologi/Penyebab
Menurut Adam (2008) penyebab pasti belum diketahui. Namun papar Hardiono ada bukti
bahwa faktor biologis dan genetis berperan dalam ADHD. Faktor biologis berpengaruh pada
dua neurotransmitter di otak, yaitu dopamine dan norepinefrin. Dopamin merupakan zat yang
bertanggung jawab pada tingkah laku dan hubungan social, serta mengontrol aktifitas fisik.
Norepinefrin berkaitan dengan konsentrasi, memusatkan perhatian, dan perasaan. Faktor
lainnya yang berpengaruh adalah lingkungan. Karakter dalam keluarga juga dapat berperan

menimbulkan gejala ADHD. Bahkan dari penelitian di beberapa rumah tahanan, sebagian
besar penghuninya ternyata pernah ADHD pada masa kecilnya. Demikian juga terjadi pada
pengguna narkoba. Belum diketahui apa penyebab pasti anak-anak menjadi hiperaktif.
Namun menurut dunia kedokteran, itu terkait dengan faktor biologis dan genetik, serta
lingkungan

3.

Psikopatologi
Sebagian besar profesional sekarang percaya bahwa ADHD terdiri dari tiga masalah pokok:
kesulitan dalam perhatian berkelanjutan, pengendalian atau penghambatan impuls, kegiatan
berlebihan. Beberapa periset, seperti Barkley, menambahkan masalah-masalah lain seperti
kesulitan metauhi peraturan dan instruksi, adanya vairiabilitas berlebih dalam berespons
situasi, khususnya pekerjaan sekolah. Singkatnya ADHD merupakan suatu gangguan
perkembangan yang mengakibatkan ketidakmampuan mengatur perilaku, khususnya untuk
mengantisipasi tindakan dan keputusan masa depan. Anak yang mengidap ADHD relative
tidak mampu menahan diri untuk merespons situasi pada saat tertentu. Mereka benar-benar
tidak bisa menunggu. Penyebabnya diperkirakian karena mereka memiliki sumber biologis
yang kuat yang ditemukan pada anak-anak dengan predisposisi keturunan (Martin, 1998).
Beberapa penelitian belum dapat menyimpulkan penyebab pasti dari ADHD. Seperti halnya

dengan gangguan perkembangan lainnya (autisme), beberapa faktor yang berperan dalam
timbulnya ADHD adalah faktor genetik, perkembangan otak saat kehamilan, perkembangan
otak saat perinatal, Tingkat kecerdasan (IQ), terjadi disfungsi metabolisme, hormonal,
lingkungan fisik dan sosial sekitar, asupan gizi, dan orang-orang dilingkungan sekitar
termasuk keluarga. Beberapa teori yang sering dikemukakan adalah hubungan antara
neurotransmitter dopamine dan epinephrine. Teori faktor genetik, beberapa penelitian
dilakukan bahwa pada keluarga penderita, selalu disertai dengan penyakit yang sama

setidaknya satu orang dalam keluarga dekat. Orang tua dan saudara penderita ADHD
memiliki resiko hingga 2- 8 x terdapat gangguan ADHD (Klik dokter, 2008).
Teori lain menyebutkan adanya gangguan disfungsi sirkuit neuron di otak yang dipengaruhi
oleh berbagai gangguan neurotransmitter sebagai pengatur gerakan dan control aktifitas diri.
Beberapa faktor resiko yang meningkatkan terjadinya ADHD : kurangnya deteksi dini,
gangguan pada masa kehamilan (infeksi, genetic, keracuanan obat dan alkohol, rokok dan
stress psikogenik), gangguan pada masa persalinan (premature, postmatur, hambatan
persalinan, induksi, kelainan persalinan) (Klikdokter, 2008).
Menurut Isaac (2005) anak dengan ADHD atau attention Deficit Hyperactivity Disorder
mempunyai ciri-ciri anrtara lain:
1.
2.

3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.

Sulit memberikan perhatian pada hal-hal kecil
Melakukan kesalahan yang ceroboh dalam pekerjaan sekolah
Sulit berkonsentrasi pada satu aktivitas
Berbicara terus, sekalipun pada saat yang tidak tepat
Berlari-lari dengan cara yang disruptif ketika diminta untuk duduk atau diam
Terus gelisah atau menggeliat
Sulit menunggu giliran
Mudah terdistraksi oleh hal-hal yang terjadi di sekelilingnya
Secara impulasif berkata tanpa berpikir dalam menjawab pertanyaan
Sering salah menempatkan tugas-tugas sekolah, buku atau mainan

Tampak tidak mendengar, sekalipun diajak berbicara secara langsung
Rasio anak laki-laki berbanding perempuan adalah antara 4:1 dalam jenis dan tipe hiperaktif
impulsif dan untuk kurang perhatian rasio anak laki-laki dan perempuan adalah 1:1. Gejalagejala ini kurang jelas daripada tipe hiperaktif impulsif yang lebih demonstratif. Gejala
seperti ini diabaikan dan didiagnosis dengan keliru pada banyak anak. Menurut penelitian
Breton yang dilakukan pada 1999, ADHD lebih banyak dialami oleh anak laki-laki dari pada
perempuan, dengan estimasi 204% untuk anak perempuan dan 6-9% untuk anak laki-laki usia
6-12 tahun. Anak laki-laki ADHD lebih banyak terjadi karena mereka lebih menunjukkan
perilaku menantang dan agresif dibandingkan dengan anak perempuan (Baihaqi dan
Sugiarmin, 2006).
Bisa jadi anak perempuan dengan ADHD tidak teridentifikasi atau tidak tertangkap gejalanya
karena guru-guru gagal dalam mengenali dan mencatat perilaku kurang perhatian anak
perempuan ADHD, kecuali dengan cara membandingkan dengan simptom-simptom yang
digunakan untuk mendiagnosis ADHD dapat pula memberi sumbangan terhadap perbedaan
jenis kelamin pada umumnya (Baihaqi dan Sugiarmin, 2006). Anak ADHD perempuan
cenderung lebih memperlihatkan karakteristik simptom-simptom kurang perhatian/tidak
teratur dengan respons kognitif yang lambat, misalnya pelupa, lesu darah, mengantuk,
cenderung daycream, cemas, depresi dan cenderung berperilaku hiperverbal dibandingkan
hiperaktif (Baihaqi dan Sugiarmin, 2006).
Gangguan ADHD dapat merusak hidup anak, menghabiskan banyak energi, menimbulkan
rasa sakit secara emosional, menurunkan harga diri dan secara serius merusak hubungan

kekerabatan atau pertemaan. Banyak anak ADHD cenderung untuk mengembangkan masalah
emosional sekunder, namun ADHD itu sendiri dapat berkaitan dengan faktor – faktor
biologis dans ecara primer bukan gangguan emosional. Meskipun semikian, masalah
emosional dan perilaku kerap kali dapat terlihat pada anak ADHD karena adanya masalah
yang dihadapi anak-anak di sekolah, di rumah d`n di dalam lingkungan sosial mereka
(Baihaqi dan Sugiarmin, 2006).

4.

Pathways

1.

Manifestasi Klinik
Menurut Townsend (1998) ada beberapa tanda dan gejala yang dapat dapat ditemukan pada
anak dengan ADHD antara lain :

1.
2.
3.

4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.

2.

Sering kali tangan atau kaki tidak dapat diam atau duduknya mengeliat-geliat.
Mengalami kesulitan untuk tetap duduk apabila diperlukan
Mudah bingung oleh dorongan-dorongan asing
Mempunyai kesulitan untuk menunggu giliran dalam suatau permainan atau keadaan di
dalam suatu kelompok
Seringkali menjawab dengan kata-kata yang tidak dipikirkanterhadap pertanyaanpertanyaan yang belum selesai disampaikan
Mengalami kesulitan untuk mengikuti instruksi-instruksi dari orang lain
Mengalami kesulitan untuk tetap bertahan memperhatikan tugas-tugas atau aktivitasaktivitas bermain
Sering berpindah-pindah dari satu kegiatan yang belum selesai ke kegiatan lainnya
Mengalami kesulitan untuk bermain dengan tenang
Sering berbicara secara berlebihan.
Sering menyela atau mengganggu orang lain
Sering tampaknya tidak mendengarkan terhadap apa yang sedang dikatakan kepadanya
Sering kehilangan barang-barang yang diperlukan untuk tugas-tugas atau kegiatan-kegiatan
yang berbahaya secara fisik tanpa mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan akibatnya
(misalnya berlari-lari di jalan raya tanpa melihat-lihat).

Pemeriksaan Penunjang
Menurut Doenges et. al (2007) pemeriksaan diagnostic yang dilakukan pada anak dengan
ADHD antara lain :

1.

Pemeriksaan Tiroid : dapat menunjukkan gangguan hipertiroid atau hipotiroid yang
memperberat masalah

2.

Tes neurologist (misalnya EEG, CT scan) menentukan adanya gangguan otak organik

3.

Tes psikologis sesuai indikasi : menyingkirkan adanya gangguan ansietas, mengidentifikasi
bawaan, retardasi borderline atau anak tidak mampu belajar dan mengkaji responsivitas social
dan perkembangan bahasa

4.

Pemeriksaan diagnostic individual bergantung pada adanya gejala fisik (misalnya ruam,
penyakit saluran pernapasan atas, atau gejala alergi lain, infeksi SSP)

3.

Penatalaksanaan Medis dan Perawatan

1.

Perawatan
Menurut Baihaqi dan Sugiarmin (2006) perawatan yang dapat dilakukan orang tua terhadap
anak yang menderita ADHD antara lain :

1.

Terapi medis : Mengendalikan simptom-simptom ADHD di sekolah dan rumah

2.

Pelatihan manajemen orang tua : Mengendalikan perilaku anak yang merusak di rumah,
mengurangi konflik antara orangtua dan anak serta meningkatkan pro-sosial dan perilaku
regulasi diri

3.

Intervensi pendidikan : Mengendalikan perilaku yang merusak di kelas, meningkatkan
kemampuan akademik serta mengajarkan perilaku pro sosial dan regulasi diri

4.

Merencanakan program-program bulanan : Melakukan penyesuaian di rumah dan
keberhasilan ke depan di sekolah dengan mengombinasikan perlakukan tambahan dan pokok
dalam program terapi

5.

Melakukan konseling keluarga : Coping terhadap stres keluarga dan individu yang berkaitan
dengan ADHD, termasuk kekacauan hati dan permasalahan suami istri

6.

Mencari kelompok pendukung : Menghubungkan anak dewasa dengan orang tua anak
ADHD lainnya, berbagi informasi dan pengalaman mengenai permasalahan umum dan
memberi dukungan moral

7.

Melakukan konseling individu : Memberi dukungan di mana anak dapat membahas
permasalahan dan curahan hati probadinya
Menurut Videbeck (2008) intervensi keperawatan yang dapat dilakukan pada anak dengan
Attention Deficyt Hyperactivity Disorder (ADHD) antara lain :

8.

Memastikan keamanan anak dan keamanan orang lain dengan :

1.

Hentikan perilaku yang tidak aman

2.

Berikan petunjuk yang jelas tentang perilaku yang dapat diterima dan yang tidak dapat
diterima

3.

Berikan pengawasan yang ketat

9.

Meningkatkan performa peran dengan cara :

1.

Berikan umpan balik positif saat memenuhi harapan

2.

Manajemen lingkungan (misalnya tempat yang tenang dan bebas dari distraksi untuk
menyelesaikan tugas)

10.

Menyederhanakan instruksi/perintah untuk :

1.

Dapatkan perhatian penuh anak

2.

Bagi tugas yang kompleks menjadi tugas-tugas kecil

3.

Izinkan beristirahat

11.

Mengatur rutinitas sehari-hari

1.

Tetapkan jadual sehari-hari

2.

Minimalkan perubahan

12.

Penyuluhan dan dukungan kepada klien/keluarga dengan mendengarkan
perasaan dan frustasi orang tua

13.

Berikan nutrisi yang adekuat pada anak yang mengalami ADHD
Menurut Verayanti (2008) pengaturan nutrisi ini bermanfaat sebagai salah satu cara yang
digunakan untuk mengendalikan gejala-gejala pada anak ADHD. Selain tidak berbahaya,
pengaturan nutrisi ini aman digunakan dalam jangka panjang. Bagaimana nutrisi yang
dianggap tepat untuk anak ADHD :

1.

Rendah karbohidrat dan tinggi protein. Untuk makan pagi 60% - 70% protein dan 30% 40% karbohidrat, makan siang dan makan malam 50% protein dan 50% karbohidrat.
Karbohidrat yang dikonsumsi juga yang merupakan karbohidrat kompleks sehingga tidak
mudah diubah menjadi gula, seperti whole wheat, kacang-kacangan, dll.

2.

Menghindari bahan-bahan yang membuat alergi pada anak ADHD karena anak ADHD
sangat sensitif sehingga mudah terjadi alergi yang bermanifestasi dalam bentuk batuk,
influenza karena alergi, dll. Bahan-bahan yang harus dihindari seperti MSG, pewarna,
pengawet, juga susu, tepung, kedelai, jagung, telur, kacang, dll.

3.

Rendah gula. Hindari makanan-makanan yang banyak mengandung gula seperti donat,
permen, soft drinks, es krim, dan cokelat. Setiap sendok gula yang berkurang sangat berguna.
Gula menyebabkan usus halus menjadi permeabel terhadap alergen. Tingginya kadar gula
dalam tubuh juga akan mengakibatkan kadar insulin tinggi. Kadar insulin yang tinggi akan
mengakibatkan emosi yang labil sehingga dapat memperparah keadaan anak ADHD.

4.

Makan banyak sayuran dan buah

5.

Minum banyak air. 80% otak terdiri dari air sehingga dengan meningkatkan konsumsi air
menjadi 7-8 gelas perhari akan baik untuk otak. Teh, susu, juice tidak termasuk air, jadi
hanya air yang dianggap air.

6.

Menghindari makanan yang mengandung salisilat seperti : kacang almond, plum, prune, apel
dan cuka apel, raspberrie, apricot, anggur dan cuka dari anggur, strawberry, blackberry, teh,
ceri, nectarine, tomat, jeruk, timun dan acar, peach, wine dan cuka dari wine. Salisilat dapat
menghambat kerja enzim dalam otak yang berfungsi untuk mengurangi kesensitifan otak
terhadap reaksi alergi.

7.

Mengkonsumsi suplemen seperti vitamin B, zinc, chromium, tembaga, besi, magnesium,
kalsium, amino acid chelates dan flavenoids. Pada anak ADHD sering terdapat defisiensi zatzat tersebut karena pengeluaran zat tersebut dari urine secara berlebihan.

8.

Menghindari paparan logam berat seperti tambalan gigi dari amalgam, kawat gigi dari nikel,
dll.

9.

Kafein dapat digunakan sebagai stimulant susunan saraf pusat yang mempunyai efek
vasodilator yang dibutuhkan oleh otak karena pada anak ADHD terjadi kekurangan aliran
darah ke bagian-bagian otak.

2.

Pengobatan
Pengobatan terhadap anak dengan ADHD umumnya dilakukan dengan berbagai pendekatan
termasuk program pendidikan khusus, modifikasi perilaku, pengobatan melalui obat-obatan
dan konseling. Disamping pendekatan yang kontroversial antara lain melakukan diet khusus
dan penggunaan obat-obatan serta vitamin-vitamin tertentu (Delphie, 2006).
Menurut Videbeck (2008) obat stimulan yang sering digunakan untuk mengobati ADHD
antara lain :

1.

Metilfenidat (Ritalin)

Dosis 10-60 dalam 2 – 4 dosis yang terbagi. Intervensi keperawatan pantau supresi nafsu
makan yang turun, atau kelambatan pertumbuhan, berikan setelah makan, efek obat lengkap
dalam 2 hari.
2.

Dekstroamfetamin (Dexedrine) amfetamin (Adderall)
Dosis 3-40 dalam 2 atau 3 dosis yang terbagi. Intervensi keperawatan, pantau adanya
insomnia, berikan setelah makan untuk mengurangi efek supresi nafsu makan, efek obat
lengkap dalam 2 hari

3.

Pemolin (Cylert)
Dosis 37,5-112,5 dalam satu dosis harian. Intervensi keperawatan pantay peningkatan tes
fungsi hati dan supresi nafsu makan, dapat berlangsung 2 minggu untuk mencapai efek obat
yang lengkap
Menurut Permadi (2007) kebanyakan obat yang digunakan dalam menangani ADHD aman
jika mengikuti perintah dokter. Obat-obatan ini mempunyai toleransi tinggi dan sedikit efek
samping. Bagi beberapa anak, pengobatan akan menaikkan nafsu makan. Jika obat diminum
setelah si anak makan, akan banyak mengurangi efek sampingnya. Beberapa anak yang
menggunakan obat untuk ADHD menunjukkan pertumbuhan badan yang diluar batas normal.
Hubungi dokter anda jika pertumbuhan si anak terlambat.
Sebagian orang tua merasa kawatir bahwa obat yang diminum akan memgakibatkan si anak
menjadi lebih agresif atau nantinya akan membuat dia ketagihan obat atau minuman
beralkohol. Kekawatiran ini tidak dapat dibenarkan. Pada kenyataannya, anak dengan ADHD
yang tidak mendapatkan penanganan yang baik cenderung lebih agresif atau menjadi
ketagihan obat-obatan dan minuman beralkohol (Permadi, 2007).
Ada banyak cara menangani ADHD tanpa obat dan tidak ada salahnya mencoba penanganan
tanpa obat lebih dahulu, atau memutuskan tidak menggunakan obat sama sekali. Tetapi
sebelum mengambil keputusan mengenai cara penanganan, pastikan anda sudah mengetahui
baik buruknya secara nyata, bukan hanya dari ëmendengarí saja. Pada umumnya obat yang
digunakan dalam penanganan ADHD sangat aman dan bermanfaat. Minta pendapat seorang
dokter atau ahli farmasi mengenai obat itu. Namun harus diingat pula bahwa semua obat ada
efek sampingnya, tetapi kalau digunakan dengan benar, efek samping itu tidak berbahaya
(Permadi, 2007).
Menurut Permadi (2007) pengobatan ADHD sama dengan kacamata bagi penderita rabun dan
bisa menolong sipenderita memusatkan perhatian. Tidak perlu malu karena minum obat
untuk ADHD. Obat itu tidak membuat penderita ADHD merasa bodoh. Bicarakan
kekawatiran anda mengenai pengobatan pada dokter dan tanyakan si anak mengenai
kekawatiran mereka.
Jenis Jenis Pengobatan :

1.

Stimulan merupakan obat yang paling banyak dipergunakan untuk ADHD. Dalam kelompok
stimulan terdapat AdderallÆ (gabungan garam dari amphtamine), DextroStatÆ
(dextroamphetamine sulfate), dan RitalinÆ (methylphenidate HCL). Stimulan bereaksi cepat
dan efek sampingnya ringan. Disebut stimulan karena bisa memberikan energi bagi mental
untuk memusatkan perhatian pada apa yang sedang dikerjakan. Pengobatan ada yang
diberikan dalam dosis dobel dalam sehari.

2.

TCA (Tri-Cyclic Antidepressants) merupakan jenis anti depresi. TCA sangat efektif untuk
mengatasi suasana hati yang berubah-ubah dan diminum hanya satu kali dalam sehari.
Namun TCA bekerja lebih lambat dan lebih berisiko dalam penggunaannya. Jika pengobatan
dengan stimulan tidak menolong TCA boleh dicoba.

3.

Wellbutrin ( buproprion ) merupakan jenis antidepresan yang telah dipergunakan dalam
pengobatan ADHD meskipun belum mendapat persetujuan dari FDA. Obat ini bukan TCA,
tetapi mempunyai kegunaan dan efek samping yang sama.

4.

Catapres (clonidine) dulunya dipergunakan untuk pengobatan penyakit darah tinggi. Obat ini
dipergunakan dalam pengobatan ADHD, terutama bagi penderita gejala hiperaktif dan
impulsif, meskipun juga belum mendapat persetujuan FDA. Obat ini berbentuk kecil atau pil.
Anak-anak yang diberi Catapres akan menjadi ngantuk.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN ATTENTION DEFICIT
HYPERACTIVITY (ADHD)
1.

Pengkajian
Menurut Hidayat (2005) pengkajian perkembangan anak berdasarkan umur atau usia anak
antara lain

1.

Neonatus (0-28 hari)

1.

Apakah ketika dilahirkan neonatus menangis ?

2.

Bagaimana kemampuan memutar-mutar kepala ?

3.

Bagaimana kemampuan menghisap ?

4.

Kapan mulai mengangkat kepala ?

5.

Bagaimana kemampuan motorik halus anak (misalnya kemampuan untuk mengikuti garis
tengah bila kita memberikan respons terhadap jari atau tangan) ?

6.

Bagaimana kemampuan berbahasa anak (menangis, bereaksi terhadap su`ra atau bel) ?

7.

Bagaimana kemampuan anak dalam beradaptasi (misalnya tersenyum dan mulai menatap
muka untuk mengenali seseorang ?

2.

Masa bayi /Infant (28 – 1 tahun)

1.

Bayi usia 1-4 bulan.

1.

Bagaimana kemampuan motorik kasar anak (misalnya mengangkat kepala saat tengkurap,
mencoba duduk sebentar dengan ditopang, dapat duduk dengan kepala tegak, jatuh terduduk
dipangkuan ketika disokong pada posisi berdiri, komtrol kepala sempurna, mengangkat
kepala sambil berbaring terlentang, berguling dari terlentang ke miring, posisi lengan dan
tungkai kurang fleksi danm berusaha untuk merangkan) ?

2.

Bagaimanan kemampuan motorik halus anak (misalnya memegang suatu objek, mengikuti
objek dari satu sisi ke sisi lain, mencoba memegang benda dan memaksukkan dalam mulut,
memegang benda tetapi terlepas, memperhatikan tangan dan kaki, memegang benda dengan
kedua tangan, menagan benda di tangan walaupun hanya sebentar)?

3.

Bagimana kemampuan berbahasan anak (kemampuan bersuara dan tersenyum, dapat
berbunyi huruf hidup, berceloteh, mulai mampu mengucapkan kata ooh/ahh, tertawa dan
berteriak, mengoceh spontan atau berekasi dengan mengoceh) ?

4.

Bagaimana perkembangan adaptasi sosial anak (misalnya : mengamati tangannya, tersenyum
spontan dan membalas senyum bila diajak tersenyum, mengenal ibunya dengan penglihatan,
penciuman, pendengaran dan kontak, tersenyum pada wajah manusia, walaupun tidur dalams
ehari lebih sedikit dari waktu terhaga, membentuk siklus tidur bangun, menangis menjadi
sesuatu yang berbeda, membedakan wajah-wajah yang dikenal dan tidak dikenal, senang
menatap wajah-wajah yang dikenalnya, diam saja apabila ada orang asing) ?

2.

Bayi Umur 4-8 bulan

1.

Bagaimana perkembangan motorik kasar anak (misalnya dapat telungkup pada alas dan
sudah mulau mengangkat kepala dengan melakukan gerakan menekan kedua tangannya dan
pada bulan keempat sudah mulai mampu memalingkan ke kanan dan ke kiri , sudah mulai

mampu duduk dengan kepala tegak, sudah mampu membalik badan, bangkit dengan kepala
tegak, menumpu beban pada kaki dan dada terangkat dan menumpu pada lengan, berayun ke
depan dan kebelakang, berguling dari terlentang ke tengkurap dan dapat dudu dengan
bantuan selama waktu singkat) ?
2.

Bagaimana perkembangan motorik halus anak (misalnya : sudah mulai mengamati benda,
mulai menggunakan ibu jari dan jari telunjuk untuk memegang, mengeksplorasi benda yangs
edang dipegang, mengambil objek dengan tangan tertangkup, mampu menahan kedua benda
di kedua tangan secara simultan, menggunakan bahu dan tangan sebagai satu kesatuan,
memindahkan obajek dari satu tangan ke tangan yang lain) ?

3.

Bagaimana kemampuan berbahasan anak (misalnya : menirukan bunyi atau kata-kata,
menolek ke arah suara dan menoleh ke arah sumber bunyi, tertawa, menjerit, menggunakan
vokalisasi semakin banyak, menggunakan kata yang terdiri dari dua suku kata dan dapat
membuat dua bunyi vokal yang bersamaan seperti ba-ba)?

4.

Bagaimana kemampuan beradaptasi sosial anak (misalnya merasa terpaksa jika ada orang
asing, mulai bermain dengan mainan, takut akan kehadiran orang asing, mudah frustasi dan
memukul-mukul dengan lengan dan kaki jika sedang kesal)?

3.

Bayi Umur 8-12 bulan

1.

Bagaimana kemampuan motorik kasar anak (misalnya duduk tanpa pegangan, berdiri dengan
pegangan, bangkit terus berdiri, berdiri 2 detik dan berdiri sendiri) ?

2.

Bagaimana kemampuan motorik halus anak (misalnya mencari dan meraih benda kecil, bila
diberi kubus mampu memindahkannya, mampu mengambilnya dan mampu memegang
dengan jari dan ibu jari, membenturkannya dan mampy menaruh benda atau kubus
ketempatnya)?

3.

Bagaimana perkembangan berbahasa anak (misalnya : mulai mengatakan papa mama yang
belum spesifik, mengoceh hingga mengatakan dengan spesifik, dapat mengucapkan 1-2
kata)?

4.

Bagaimana perkembangan kemampuan adaptasi sosial anak (misalnya kemampuan bertepuk
tangan, menyatakan keinginan, sudah mulai minum dengan cangkir, menirukan kegiatan
orang lain, main-main bola atau lainnya dengan orang) ?

3.

Masa Toddler

1.

Bagaimana perkembangan motorik kasar anak (misalnya: mampu melanhkah dan berjalan
tegak, mampu menaiki tangga dengan cara satu tangan dipegang, mampu berlari-lari kecil,
menendang bolan dan mulai melompat)?

2.

Bagaimana perkembangan motorik halus anak (misalnya : mencoba menyusun atau
membuat menara pada kubus)?

3.

Bagaimana kemampuan berbahasa anak (misalnya : memiliki sepuluh perbendaharaan kata,
mampu menirukan dan mengenal serta responsif terhadap orang lain sangat tinggi, mampu
menunjukkan dua gambar, mampu mengkombinasikan kata-kata, mulai mampu menunjukkan
lambaian anggota badan) ?

4.

Bagaimana kemampuan anak dalam beradaptasi sosial (misalnya: membantu kegiatan di
rumah, menyuapi boneka, mulai menggosok gigi serta mencoba memakai baju) ?

4.

Masa Prasekolah (Preschool)

1.

Bagaimana perkembangan motorik kasar anak (misalnya: kemampuan untuk berdiri dengan
satu kaki selama 1-5 detik, melompat dengan satu kaki, berjalan dengan tumit ke jari kaki,
menjelajah, membuat posisi merangkan dan berjalan dengan bantuan) ?

2.

Bagaimana perkembangan motorik halus anak (misalnya : kemampuan menggoyangkan jarijari kaki, menggambar dua atau tiga bagian, memilih garis yang lebih panjang dan
menggambar orang, melepas objek dengan jari lurus, mampu menjepit benda, melambaikan
tangan, menggunakan tangannya untuk bermain, menempatkan objek ke dalam wadah,
makan sendiri, minum dari cangkir dengan bantuan menggunakan sendok dengan bantuan,
makan dengan jari, membuat coretan diatas kertas)?

3.

Bagaimana perkembangan berbahasa anak (misalnya : mampu menyebutkan empat gambar,
menyebutkan satu hingga dua warna, menyebutkan kegunaan benda, menghitung atau
mengartikan dua kata, mengerti empat kata depan, mengertio beberapa kata sifat dan
sebagainya, menggunakan bunyi yntum mengidentifikasi objek, orang dan aktivitas,
menirukan bebagai bunyi kata, memahami arti larangan, berespons terhadap panggilan dan
orang-orang anggota keluarga dekat)?

4.

Bagaimana perkembangan adaptasi sosial anak (misalnya : bermain dengan permainan
sederhana, menagis jika dimarahi, membuat permintaan sederhana dengan gaya tubuh,
menunjukkan peningkatan kecemasan terhadap perpisahan, mengenali anggota keluarga) ?

5.

Masa school age

1.

Bagaimana kemampuan kemandirian anak dilingkungan luar rumah ?

2.

Bagaimana kemampuan anak mengatasi masalah yang dialami disekolah ?

3.

Bagaimana kemampuan beradaptasi sosial anak (menyesuaikan dengan lingkungan
sekolah)?

4.

Bagaimana kepercayaan diri anak saat berada di sekolah ?

5.

Bagaimana rasa tanggung jawab anak dalam mengerjakan tugas di sekolah?

6.

Bagaimana kemampuan anak dalam berinteraksi sosial dengan teman sekolah ?

7.

Bagaimana ketrampilan membaca dan menulis anak ?

8.

Bagaimana kemampua anak dalam belajar di sekolah ?

6.

Masa adolensence

1.

Bagaimana kemampuan remaja dalam mengatasi masalah yang dialami secara mandiri ?

2.

Bagaimanan kemampuan remaja dalam melakukan adaptasi terhadap perubahan bentuk dan
fungsi tubuh yang dialami ?

3.

Bagaimana kematangan identitas seksual ?

4.

Bagaimana remaja dapat menjalankan tugas perkembangannya sebagai remaja ?

5.

Bagaiman kemampuan remaja dalam membantu pekerjaan orang tua di rumah (misalnya
membersihkan rumah,memasak) ?
Menurut Videbeck (2008) pengkajian anak yang mengalami Attention Deficyt Hiperactivity
Disorder (ADHD) antara lain :

7.

Pengkajian riwayat penyakit

1.

Orang tua mungkin melaporkan bahwa anaknya rewel dan mengalami masalah saat bayi atau
perilaku hiperaktif hilang tanpa disadari sampai anak berusia todler atau masuk sekolah atau
day care.

2.

Anak mungkin mengalami kesulitan dalam semua bidang kehidupan yang utama, seperti
sekolah atau bermain dan menunjukkan perilaku overaktif atau bahkan perilaku yang
membahayakan di rumah.

3.

Berada diluar kendali dan mereka merasa tidak mungkin mampu menghadapi perilaku anak.

4.

Orang tua mungkin melaporkan berbagai usaha mereka untuk mendisplinkan anak atau
mengubah perilaku anak dans emua itu sebagian besar tidak berhasil.

8.

Penampilan umum dan perilaku motorik

1.

Anak tidak dapat duduk tenang di kursi dan mengeliat serta bergoyang-goyang saat mencoba
melakukannya.

2.

Anak mungkin lari mengelilingi ruangan dari satu benda ke benda lain dengan sedikit tujuan
atau tanpa tujuan yang jelas.

3.

Kemampuan anak untuk berbicara terganggu, tetapi ia tidak dapat melakukan suatu
percakapan, ia menyela, menjawab pertanyaan sebelum pertanyaan berakhir dan gagal
memberikan perhatian pada apa yang telah dikatakan.

4.

Percakapan anak melompat-lompat secara tiba-tiba dari satu topik ke topik yang lain. Anak
dapat tampak imatur atau terlambat tahap perkembangannya

9.

Mood dan Afek

1.

Mood anak mungkin labil, bahkan sampai marah-marah atau temper tantrum.

2.

Ansietas, frustasi dan agitasi adalah hal biasa.

3.

Anak tampak terdorng untuk terus bergerak atau berbicara dan tampak memiliki sedikit
kontrol terhadap perilaku tersebut.

4.

Usaha untuk memfokuskan perhatian anak dapat menimbulkan perlawanan dan kemarahan

10.

Proses dan isi pikir
Secara umum tidak ada gangguan pada area ini meskipun sulit untuk mengkaji anak
berdasarkan tingkat aktivitas anak dan usia atau tahap perkembangan

11.

Sensorium dan proses intelektual

1.

Anak waspada dan terorientasi, dan tidak ada perubahan sensori atau persepsi seperti
halusinasi.

2.

Kemampuan anak untuk memberikan perhatian atau berkonsentrasi tergangguan secara
nyata.

3.

Rentang perhatian anak adalah 2 atau 3 detik pada ADHD yang berat 2 atau 3 menit pada
bentuk gangguan yang lebih ringan.

4.

Mungkin sulit untik mengkaji memori anak, ia sering kali menjawab, saya tidak tahu, karena
ia tidak dapat memberi perhatian pada pertanyaan atau tidak dapat berhenti memikirkan
sesuati.

5.

Anak yang mengalami ADHD sangat mudah terdistraksi dan jarang yang mampu
menyelesaikan tugas

12.

Penilaian dan daya tilik diri

1.

Anak yang mengalami ADHD biasanya menunjukkan penilaian yang buruk dan sering kali
tidak berpikir sebelum bertindak

2.

Mereka mungkin gagal merasakan bahaya dan melakukan tindakan impulsif, seperti berlari
ke jalan atau melompat dari tempat yang tinggi.

3.

Meskipun sulit untuk mengkaji penilaian dan daya tilik pada anak kecil.

4.

Anak yang mengalami ADHD menunjukkan kurang mampu menilai jika dibandingkan
dengan anak seusianya.

5.

Sebagian besar anak kecil yang mengalami ADHD tidak menyadari sama sekali bahwa
perilaku mereka berbeda dari perilaku orang lain.

6.

Anak yang lebih besar mungkin mengatakan, "tidak ada yang menyukaiku di sekolah", tetapi
mereka tidak dapat menghubungkan kurang teman dengan perilaku mereka sendiri

13.

Konsep diri

1.

Hal ini mungkin sulit dikaji pada anak yang masih kecil, tetapis ecara umum harga diri anak
yang mengalami ADHD adalah rendah.

2.

Karena mereka tidak berhasil di sekolah, tidak dapat mempunyai banyak teman, dan
mengalami masalah dalam mengerjakan tugas di rumah, mereka biasanya merasa terkucil
sana merasa diri mereka buruk.

3.

Reaksi negatif orang lain yangmuncul karena perilaku mereka sendiri sebagai orang yang
buruk dan bodoh

14.

Peran dan hubungan

1.

Anak biasanya tidak berhasil dis ekolah, baik secara akademik maupun sosial.

2.

Anak sering kali mengganggu dan mengacau di rumah, yang menyebabkan perselisihan
dengan saudara kandung dan orang tua.

3.

Orang tua sering menyakini bahwa anaknya sengaja dan keras kepala dan berperilaku buruk
dengan maksud tertentu sampai anak yang didiagnosis dan diterapi.

4.

Secara umum tindakan untuk mendisiplinkan anak memiliki keberhasilan yang terbatas pada
beberapa kasus, anak menjadi tidak terkontrol secara fisik, bahkan memukul orang tua atau
merusak barang-barang miliki keluarga.

5.

Orang tua merasa letih yang kronis baik secara mental maupun secara fisik.

6.

Guru serungkali merasa frustasi yang sama seperti orang tua dan pengasuh atau babysister
mungkin menolak untuk mengasuh anak yang mengalami ADHD yang meningkatkan
penolakan anak.

15.

Pertimbangan fisiologis dan perawatan diri
Anak yang mengalami ADHD mungkin kurus jika mereka tidak meluangkan waktu untuk
makan secara tepat atau mereka tidak dapat duduk selama makan. Masalah penenangan untuk
tidur dan kesulitan tidur juga merupakan masalah yang terjadi. Jika anak melakukan perilaku
ceroboh atau berisiko, mungkin juga ada riwayat cedera fisik.

2.

Diagnosa Keperawatan
Menurut Videbeck (2008), Townsend (1998), dan Doenges et.al (2007) diagnosa
keperawatan yang dapat dirumuskan pada anak yang mengalami ADHD antara lain :

1.

Risiko cedera berhubungan dengan hiperaktivitas dan perilaku impulsif

2.

Koping individu tidak efektif berhubungan dengankelainan fungsi dari system keluarga dan
perkembangan ego yang terlambat, serta penganiayaan dan pengabaian anak

3.

Isolasi sosial menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah

4.

Ansietas (sedang sampai berat) berhubungan dengan ancaman konsep diri, rasa takut
terhadap kegagalan, disfungsi system keluarga dan hubungan antara orang tua dan anak yang
tidak memuaskan

5.

Gangguan harga diri rendah berhubungan dengan koping individu tidak efektif

6.

Gangguan pola tidur berhubungan dengan ansietas dan hiperaktif

7.

Koping defensif berhubungan dengan harga diri rendah, kurang umpan balik atau umpan
balik negatif yang berulang yang mengakibatkan penurunan makna diri

8.

Koping keluarga tidak efektif berhubungan dengan perasaan bersalah yang berlebihan,
marah atau saling menyalahkan diantara anggota keluarga mengenai perilaku anak, kepenatan
orang tua karena menghadapi anak dengan gangguan dalam jengka waktu lama

9.

Defisit pengetahuan tentang kondisi, prognosis, perawatan diri dan kebutuhan terapi
berhubungan dengan kurang sumber informasi, interpretasi yang salah tentang informasi

3.

Intervensi Keperawatan
Menurut Videbeck (2008), Townsend (1998), dan Doenges et.al (2007) intervensi
keperawatan yang dapat dirumuskan untuk mengatasi diagnosa keperawatan diatas antara lain
:

1.

Isolasi sosial menarik diri berhubungan harga diri rendah sekunder terhadap prestasi yang
buruk
Tujuan :
Anak dapat mengembangkan hubungan dengan orang lain ataua nak lain dengan kriteria hasil
:

1.

Berhasil menyelesaikan kewajiban atau tugas dengan bantuan

2.

Menunjukkan keterampilan sosial yang dapat diterima ketika berinteraksi dengan staf atau
anggota keluarga

3.

Berhasil berpartisipasi dalam lingkungan pendidikan

4.

Menunjukkan kemampuan menyelesaikan satu tugas secara mandiri

5.

Menunjukkan kemampuan menyelesaikan tugas dengan diingatkan

6.

Mengungkapkan pernyataan positif tentang dirinya

7.

Menunjukkan keberhasilan interaksi dengan anggota keluarga
Intervensi:

8.

Identifikasi faktor yang memperburuk dan mengurangi perilaku klien.
Rasional : Stimulus eksternal yang memperburuk masalah klien dapat diidentifikasi dan
diminimalkan. Demikian juga stimulus yang mempengaruhi klien secara positif dapat
digunakan dengan efektif

9.

Berikan lingkungan yang sedapat mungkin bebas dari distraksi. Lakukan intervensi satu
pasien-satu perawat dan secara bertahap tingkatkan jumlah stimulus lingkungan
Rasional : Kemampuan klien untuk menghadapi stimulus eksternal terganggu

1.

Tarik perhatian klien sebelum memberikan instruksi (yaitu panggil nama klien dan lakukan
kontak mata)
Rasional : Klien harus mendengarkan instruksi sebagai langkah awal untuk patuh]

2.

Berikan instruksi secara secara berlahan dengan menggunakan bahasa yangs ederhana dan
petunjukk yang kongkret
Rasional : Kemampuan klien dalam memahami instruksi terganggu (terutama jika instruksi
tersebut kompleks dan abstraks)

3.

Minta klien untuk mengulangi instruksi sebelum memulai tugas
Rasional : Pengulangan menunjukkan bahwa klien menerima informasi yang akurat

4.

Bagi tugas yang kompleks menjadi rugas-tugas kecil
Rasional : Kemungkinan untuk berhasil akan meningkat dengan kurangnya komponen tugas
yang rumit

10.

Barikan umpan balik positif untuk pencapaian setiap tahap
Rasional : Kesempatan klien untuk mendapatkan keberhasilan dapat meningkat dengan
memperlakukan setiap tahap sebagai kesempatan untuk berhasil

11.

Izinkan berisitirahat klien dapat berjalan-jalan
Rasional : Energi kegelisahan klien dapat disalurkan melalui cara yang tepat/dapat diterima
sehingga ia dapat menyelesaikan tugas yang akan datang dengan lebih efektif

12.

Jelaskan harapan untuk penyelesaian tugas dengan jelas
Rasional : Klien harus mengerti harapan yang diminta sebelum ia dapat mengusahakan
penyelesaian tugas

13.

Bantu klienmenyelesaikan tugas pada awalnya
Rasional : Jika klien tidak mampu menyelesaikan menyelesaikan tugas secara mandiri,
memberi bantuan akan memungkinkan klien untuk berhasil dan menunjukkan cara
menyelesaikan tugas

2.

Gangguan harga diri rendah berhubungan dengan koping individu tidak efektif
Tujuan :
Anak memperlihatkan perasaan-perasaan nilai diri yang meningkat saat pulang, ditandai
dengan

1.

Espresi-ekspresi verbal dari aspek-aspek positif tentang diri, pencapaian masalalu dan
prospek-prospek masa depan

2.

Mampu mengungkapkan persepsi yang positif tentang diri

3.

Anap berpartisipasi dalam aktivitas-aktivitas baru tanpa memperlihatkan rasa takut yang
ektrim terhadap kegagalan.
Intervensi :

4.

Pastikan bahwa sasaran-sasaran yang akan dicapat adalah realistis
Rasional : Hal ini penting bagi pasien untuk mencapai sesuatu, maka rencana untuk aktivitasaktivitas di mana kemungkinan untuk sukse adalah mungkin dan kesuksesan ini dapat
meningkatkan harga diri anak

5.

Sampaikan perhartian tanpa syarat bagi pasien
Rasional : Komunikasi dari pada penerimaan anda terhadap anak sebagai makhluk hidup
yang berguna dapat meningkatkan harga diri

6.

Sediakan waktu bersama anak, keduanya pada satu ke satu basis dan pada aktivitas-aktivitas
kelompok

Rasional : Hal ini untuk menyampaikan pada anak bahwa anda merasa bahwa dia berharga
bagi waktu anda
7.

Menemani anak dalam mengidentifikasi aspek-aspek positif dari diri anak
Rasional : Aspek positif yang dimiliki anak dapat mengembangkan rencana-rencana untuk
merubah karakteristik yang dilihatnya sebagai hal yang negatif.

8.

Bantu anak mengurangi penggunaan penyangkalan sebagai suatu mekanisme sikap defensif
Rasional : Memberikan bantuan yang positif bagi identifikasi amsalah dan pengembangan
dari perilaku-perilaku koping yang lebih adaptif. Penguatan positif membantu meningkatkan
harga diri dan meningkatkan penggunaan perilaku-perilaku yang dapat diterima oleh pasien

9.

Memberikan dorongan dan dukungan kepada pasien dalam menghadapi rasa takut terhadap
kegagalan dengan mengikuti aktivitas-aktivitas terapi dan melaksanakan tugas-tugas baru dan
berikan pengakuan tentang kerja keras yang berhasil dengan penguatan positif bagi usahausaha yang dilakukan
Rasional : Pengakuan dan pengyatan positif meningkatkan harga diri

10.

Beri umpan balik positif kepada klien jika melakukan perilaku yang mendekati
pencapaian tugas
Rasional : Pendekatan ini yang disebut shaping adalah prosedur perilaku ketika pendekatan
yang beturut-turut akan perilaku yang diinginkan, dikuatkan secara positid. Hal ini
memungkinkan untuk memberikan penghargaan kepada klien saat ia menunjukkan harapan
yang sebenarnya secara bertahap.

3.

Risiko cedera berhubungan dengan hiperaktivitas dan perilaku impulsif
Tujuan :
Anak tidak akan melukai diri sendiri atau orang lain dengen kriteria hasil:

1.

Kecemasan dipertahankan pada tingkat di mana pasien merasa tidak perlu melakukan agresi

2.

Anak mencari staf untuk mendiskusikan perasaan-perasaan yang sebenarnya

3.

Anak mengetahui, mengungkapkan dan menerima kemungkinan konsekuensi dari perilaku
maladaptif diri sendiri
Intervensi :

4.

Amati perilaku anak secara sering. Lakukan hal ini melalui aktivitas sehari-hari dan interaksi
untuk menghindari timbulnya rasa waspada dan kecurigaan
Rasional : Anak-anak pada risiko tinggi untuk melakukan pelanggaran memerlukan
pengamatan yang seksama untuk mencegah tindakan yang membahayakan bagi diri sendiri
atau orang lain

5.

Amati terhadap perilaku-perilaku yang mengarah pada tindakan bunuh diri
Rasional : Peryataan-pernyataan verbal seperti "Saya akan bunuh diri, " atau "Tak lama ibu
saya tidak perlu lagi menyusahkan diri karena saxa" atau perilaku-perilaku non verbal seperti
memnbagi-bagikan barang-barang yang disenangi, alam perasaan berubah. Kebanyakan anak
yang mencoba untuk bunuh diri telah menyampaikan maksudnya, baik secara verbal atau
nonverbal.

6.

Tentukan maksud dan alat-alat yang memungkinkan untuk bunuh diri. Tanyakan " Apakah
anda mempunyai rencana untuk bunuh diri?" dan "Bagaimana rencana anda untuk
melakukannya

Rasional : Pertanyaan-pertanyaan yang langsung, menyeluruh dan mendekati adalah cocok
untuk hal seperti ini. Anak yang mempunyai rencana yang dapat digunakan adalah berisiko
lebih tinggi dari pada yang tidak
7.

Dapatkan kontrak verbal ataupun tertulis dari anak yang menyatakan persetujuannya untuk
tidak mencelakaka diri sendiri dan menyetujui untuk mencari staf pada keadaan dimana
pemikiran kearah tersebut timbul
Rasional : Diskusi tentang perasaan-perasaan untuk bunuh diri dengan seseorang yang
dipercaya memberikan suatu derajat perasaan lega pada anak. Suatu perjanjian membuat
permasalahan menjadi terbuka dan menempatkan beberapa tanggung jawab bagi keselamatan
dengan anak. Suatu sikap menerima anak sebagai seseorang yang patut diperhatikan telah
disampaikan.

8.

Bantu anak mengenali kapan kemarahan terjadi dan untuk menerima perasaan-perasaan
tersebut sebagai miliknya sendiri. Apakah anak telah menyimpan suatu : buku catatan
kemarahan" dimana catatan yang dialami dalam 24 jam disimpan.
Rasional : Informasi mengenai sumber tambahan dari merahan, respon perilaku dan persepsia
nak terhadap situasi juga harus dicatat. Diskusikan asupan data dengan anak, anjurkan juga
respons-respons perilaku alternatif yang diidentifikasi sebagai maladaptif.

9.

Bertindak sebagai model peran untuk ekspresi yang sesuai dari percobaan memastikan
Rasional : Hal ini vital bahwa anak mengekspresikan perasaan-perasaan marah, karena bunuh
diri dan perilaku merusak diri sendiri lainnya seringkali terlihat sebagai suatu akibat dari
kemarahan diarahkan pada diri sendiri

10.

Singkirkan semua benda-benda yang berbahaya dari lingkungan anak
Rasional : Keselamatan fisik anak adalah prioritas dari keperawatan.

11.

Cobat untuk mengarahkan perilaku kekerasan fisik untuk ansietas anak
(misalnya : kantung pasien untuk latihan tinju, joging, bola voli)
Rasional : Ansietas dan tegangan dapat diredakan dengan aman dan dengan adanya manfaat
bagi anak dengan cara ini.

12.

Usahakan untuk bisa tetap bersama panak jika tingkat kegelisahan dan tegangan
mulai meningkat
Rasional : Hadirnya seseorang yang dapat dipercaya memberikan rasa aman

1.

Staf harus mempertahankan dan menyampaikan dengan sikap yang tenang terhadap anak
Rasional : Ansietas adalah sesuatu yang mudah menjalar dan dapat ditransmisikan dari staf
ke anak dan sebaliknya. Sikap yang tenang menyampaikan suatu rasa kontrol dan perasaan
aman bagi anak.

2.

Sediakan staf yang cukup yang dapat memperlihatkan kekuatan pada anak jika diperlukan
Rasional : Hal ini menyampaikan pada anak bukti pengendalian terhadap situasi dan
memberikan beberapa keamanan fisik bagi staf.

3.

Berikan obat-obatan penenang sesuai dengan pesanaan dokter atau dapatkan pesanaan jika
diperlukan. Pantau kefektifan obat-obatan dan efek –sfek samping yang merugikan
Rasional : Obat-obatan antiansietas (misalnya diazepam, klordiazepoksida, alprazolam)
memberikan perasaan terbebas dari efek-efek imobilisasi dari ansietas dan memudahkan
kerjasama anak dengan terapi.

4.

Pembatasan-pembatasan mekanis atau ruangan isolasi akan diperlukan jika intervensi
penurunan pembatasan tidak berhasil
Rasional : Ini adalaj hak anak untuk mengharapkan penggunaan teknik-teknik yang
menjamin keamanan anak dan orang lain dengan cara-cara yang paling kurang
pembatasannya.

4.

Koping individu tidak efektif berhubungan dengankelainan fungsi dari system keluarga dan
perkembangan ego yang terlambat, serta penganiayaan dan pengabaian anak
Tujuan :
Anak mengembangkan dan menggunakan keterampilan koping yang sesuai dengan umur dan
dapat diterima sosial dengan kriteria hasil :

1.

Anak mampu menundakan pemuasan terhadap keinginannya, tanpa terpaksa untuk
menipulasi orang lain

2.

Anak mampu mengekspresikan kemarahan dengan cara yang dapat diterima secara sosial

3.

Anak mampu mengungkapkan kemampuan-kemampuan koping alternatif yang dapat
diterima secara sosial sesuai dengan gaya hidup dari yang ia rencanakan untuk
menggunakannya sebagai respons terhadap rasa frustasi
Intervensi:

4.

Pastikan bahwa sasaran-sasarannya adalah realistis
Rasional : penting bagi anak untuk nmencapai sesuatu, maka rencana untuk aktivitas-aktivitas
di mana kemungkinan untuk sukses adalah mungkin. Sukses meningkatkan harga diri

5.

Sampaikan perhatian tanpa syarat pada anak
Rasional : Komunikasi dari pada penerimaan anda terhadapnya sebagai makhluk hidup yang
berguna dapat meningkatkan harga diri

6.

Sediakan waktu bersama anak, keduanya pada saty ke satu basis dan pada aktivitas-aktivitas
kelompok
Rasional : Hal ini untuk menyampaikan pada anak bahwa anda merasa bahwa dia berharga
bagi waktu anda

7.

Menemani anak dalam mengidentifikasi aspek-aspek positif dari dan dalam mengembangkan
rencana-rencana untuk merubah karakteristik yang lihatnya sebagai negatif
Rasional : identifikasi aspek-aspek positif anak dapat membantu mengembangkan aspek
positif sehingga mempunyai koping individu yang efektif

8.

Bantu anak mengurangi penggunaan penyangkalan sebagai suatu mekanisme sikap defensif.
Memberikan bantuan yang positif bagi identifikasi masalah dan pengembangan dari perilakuperilaku koping yang lebih adaptif
Rasional : Penguatan positif membantu meningkatkan harga diri dan meningkatkan
penggunaan perilaku-perilaku yang dapat diterima oleh anak

9.

Memberi dorongan dan dukungan kepada anak dalam menghadapi rasa takut terhadap
kegagalan dengan mengikuti aktivitas-aktivitas terapi dan melaksanakan tugas-tugas baru.
Beri pangakuan tentang kerja keras yang berhasil dan penguatan positif bagi usaha-usaha
yang dilakukan
Rasional : Pengakuan dan penguatan positif meningkatkan harga diri

5.

Ansietas (sedang sampai berat) berhubungan dengan ancaman konsep diri, rasa takut
terhadap kegagalan, disfungsi system keluarga dan hubungan antara orang tua dan anak yang
tidak memuaskan
Tujuan :
Anak mampu mempertahankan ansietas di bawah tingkat sedang, sebagaimana yang ditandai
oleh tidak adanya perilaku-perilaku yang tidak perilaku yang tidak mampu dalam memberi
respons terhadap stres .
Intervensi :

1.

Bentuk hubungan kepercayaan dengan