ANALISIS UNSUR INTRINSIK CERPEN ANAK SAY

ANALISIS UNSUR INTRINSIK CERPEN
ANAK SAYA PERLU MAKAN DARI KUMPULAN CERPEN MANDI API
KARYA GDE ARYANTHA SOETHAMA

Cerpen :

Anak Saya Perlu Makan
Joko merasa sangat bersalah. Awalnya ia berniat untuk membantu Rukminimesti
menyediakan uang Rp 1 juta.
“Di tempat ku memang tak mengenal main sogok-sogokan, tapi entah mengapa, ratarata calon karyawan akhirnya nyogok,” ujar Joko.
“ternyata ijazah sarjana dan kecerdasan tak cukup ya?” gumam Rukmini.
Wanita ceking itu akhirnya menyerahkan uang yang diminta Joko, karena sejak SMA
mereka bersahabat dan saling bantu. Ketika kuliah mereka satu kelompok diskusi dan sering
membuat makalah bersama-sama. Namun nasib Joko lebih baik. Ia mendapat pekerjaan lebih
dulu, sementara Rukmini harus menanggung aib sangat besar: ia terjebak rayuan lelaki sudah
beristri. Hubungan itu mungkin bisa selesai kalau saja Rukmini tahu lebih awal. Ia baru tahu
ketika sudah hamil tiga bulan. Dan bagaimana pun mereka harus kawin.
Si leleki kembali kepada istri pertama. Dan Rukmini mencoba hidup sendiri. Ia
mencoba meneruskan kuliah, kos, merawat anak, dan bekerja apa saja yang bisa memberinya
uang. Ia menjadi Sales promotion obat-obatan dan furniture. Pekerjaannya berat, gajinya
kecil. Ia pernah menjadi pramuniaga. Kepada ayah dan ibunya ia mengatakan akan bercerai,

tapi ia berharap bisa dibantu uang bulanan untuk hidup dan membesarkan anak. “Sampai saya
punya pekerjaan tetap,” pintanya.
Dengan ijazah sarjana ekonomi ia melamar disebuah bank. Dan Joko bersedia
membantunya. Tabungan Rp 1 juta ia relakan buat uang sogokan. Tapi ternyata itu belum
cukup.
“Bos ternyata mengincar kamu, Ruk,” kata Joko gamang.
“Tapi aku tak kenal dia. Lagi pula aku sudah punya anak, tidak cantik.”
“Waktu wawancara ia perhatikan kkamu dari balik kaca. Dan bos benar-benar
naksir.”

“Apa di mana-mana bos harus begitu?”
“Mana aku tahu.”
“Maksudku, apa bosmu memang tipe lelaki yang suka memanfaatkan kesempatan?”
“Setahuku tidak.”
“Lalu apa yang dia harapkan dariku?”
Joko terhentak. “Kupikir kamu tahu apa yang aku maksud.”
“Aku bisa merabanya, tapi aku ingin detailnya.”
“Bos ingin mengajakmu kencan.”
“Aku tahu. Ia ingin tidur denganku. Tapi apa yang akan kuperoleh? Apa semua ini
akan berlangsung terus selama akau jadi karyawan di sana? Aku tak mau jadi gundik.”

“Aku memang sempat dipanggil masalah ini. Katanya ia hanya ingin kencan sekali
aja denganmu.”
“Apa jaminannya hanya sekali?”
“Ah, aku tak tahu. Kurasa kau bisa membicarakannya nanti dengan bos.”
“Baik aku terima tawarannya.”
Joko terhentak. Ia tak percaya kalimat Rukmini. Setahunya Rukmini wanita bersih.
Sayang ia tergelincir kedalam rengkuhan nasib buruk.
“Katakan pada bosmu aku terima ajakannya. Suruh dia jemput aku di Pantai Sanur,
dekat Beach Market. Ku tunggu dia besok pukul tujuh malam. Aku ingin masalah ini cepat
selesai.”
“Kau serius, Ruk?”
“Memangnya kenapa?”
“Kupikir kau tak usah meladeninya. Ini akan menjadi sejarah hidupmuyang buruk.”
“Hidupku sudah sangat buruk, Jok. Biarkan aku terus melakoninya.”
“Tapi yang ini jangan! Kau akan semakin terperosok.”
“Anakku perlu makan, Jok. Ini awal dari kepastian. Pokonya sampaikan pada bosmu
tentang kencan besok malam. Jangan lupa.”
Rukmini berdiri di pantai dengan perasaan gamang. Dikenakannya rok terusan merah
pekat. Sekali-kali ia menatap papan restoran di komplek Beach Market. Tiba-tiba ia teringat
anaknya yang ia titipkan di tetangga. Anak lelaki tiga tahun itu tentu tak akan pernah tahu apa

yang akan dikerjakan bundanya.
Sebuah mobil sedan menyorotkan lampunya ke pantai. Dada Rukmini berdebar
kencang. Seorang lelaki dengan t-shirt putih kembang merah dan ungu, bercelana jins, turun.

Rukmini tak yakin kalau itu seorang direktur bank yang punya sepuluh cabang. Ia
menyongsongnya penuh hormat.
“Selamat malam, Pak. Saya Rukmini.”
“Sudah lama menunggu?”
Suara itu berat sekali. Ia teringat pacarnya yang pertama ketika di semester tiga.
Dimana lelaki itu sekarang?
Lelaki itu membukakannya pintu, mempersilahkannya masuk.
“Kemana kita sekarang?”
“Terserah Bapak.”
“Bagaimana kalau di sini saja?”
“Di sini?” Rukmini memandang lelaki itu. Matanya bagus. Tajam, bercahaya.
Rambutnya berombak sedikit dibagian belakang. Lehernya kukuh. Ia lelaki beruntung. Masih
muda. Umurnya pasti belum 40, tapi sudah kaya. Kelihatannya ia lelaki sederhana. Mobilnya
saja cukup Toyota DX tahun 1982. Atau ia berpura-pura sederhana kalau menghadapi cewek,
biar pasangan kencannya tak terlampau menuntut duit?
“Memangnya kenapa?”

“Bapak tidak takut?”
“Takut sama siapa? Takut sama hansip? Apa hak mereka mencampuri urusan pribadi
mereka?”
Laki-laki itu tertawa. Lalu ia menstarter mobilnya, melaju kebarat.
“Kamu tinggal di mana?”
“Di Jalan Teuku Umar.”
“Kita ke sana saja.”
“Jangan Pak, Jangan!”
“Kenapa?”
“Tetangga bisa ribut. Saya mohon jangan!”
Lelaki itu tertawa. Mobilnya terus melaju ke Teuku Umar. Rukmini deg, deg, plas.
“Nomor berapa rumahmu?”
“Jangan Pak, saya mohon Jangan!”
”Tapi katakan dulu nomor berapa rumahmu. Jangan berbohong. Saya punya file-mu.’’
”Dua enam.”
Mobil itu berhenti di depan rumah nomor tiga puluh.
“Menurut kamu, apa saya punya tampang suka mempermainkan cewek?” tanya
direktur bank itu tiba-tiba.

Rukmini menunduk. “Saya tidak tahu.”

“Kamu pikir saya serius mengajakmu tidur?”
“Saya tidak tahu.”
“Karena kamu jujur.”
Rukmini menatap leleki itu, seorang direktur bank yang kaya.
“Masih kamu ingat apa yang kamu tulis disurat lamaran?”
“Saya tulis riwayat hidup saya.”
“Yang lain?”
“Saya tulis alasan saya melamar di bank Bapak.”
“Apa alasanmu?”
“Saya ingin punya pekerjaan tetap, karena anak saya perlu makan.”
“Bagus, saya tertarik alasan itu. Bagi saya itu alasan yang sangat jujur. Kamu bersedia
melakukan apa saja demi anakmua. Saya sudah tanya riwayatmu pasa \joko. Semuanya. Saya
prihatin akan nasibmu, dan sanagt menghargai kegigihanmu.”
Rukmini tak mengerti. Ia seperti dibawa terbang ke awang-awang. Tangannya
meraba-raba dash board.
“Kebanyakan perempuan tak suka berterus terang menyatakan keinginan dan
tujuannya. Mereka ingin meminta, namun selalu berusaha menyembunyikannya dengan rapi.
Tidak karena malu. Mereka Cuma sok gengsi,” ujar lelaki itu.
Rukmini memandang ke depan. Jalan Teuku Umar sangat ramai. Beberapa mobil berhenti di
pinggir jalan, di depan restoran ayam goreng.

“Besok kamu menghadap kepala bagian personalia di kantor. Sudah saya perintahkan
apa yang mesti kamu kerjakan mulai besok.”
Direktur bank itu merogoh kantongnya, mengeluarkan selembar cek. “Uangmu yang
satu juta yang kamu titip lewat Joko untuk biaya administrasi. Kamu terima kembali buat
anakmu.”
Rukmini menerimanya dengan tangan gemetar. “Terima kasih, Pak.”
“Sekarang kamu boleh pulang. Temui Anakmu.”
Mobil itu melaju ke barat. Rukmini kembali pulang. Tak ada kencan, tak ada
peristiwa tidur dengan direktur bank.
“Hidup inimemang suka ganjil,” katanya dalam hati ketika mengusap kepala anaknya
di pembaringan.
Denpasar, Desember 1992.

Sinopsis :
Setelah lulus kuliah, Rukmini mengalami kesusahan dalam mencari kerja. Dibantu
oleh Joko temannya sejak kecil sampai ketika kuliah, Rukmini melamar pekerjaan di sebuah
bank dimana Joko bekerja. Untuk masuk jadi pekerjja, ternyata dia harus menyerahkan uang
sogok sebesar Rp 1 jutadan tak disangka lagi ia harus menyerahkan tubuhnya untuk tidur
bersama direktur bank itu. Akhirnya demi menghidupi anaknya yang ia hasilkan dari
hubungan gelap semasa menjadi mahasiswi dengan seorang lelaki yang ternyata sudah

berkeluarga dan menipu dia, maka ia pun menerima tawaran dari direktur bank tersebut.
Setelah ia menyanggupi tawaran itu, ia akhirnya jalan bersama direktur bank dengan
menumpangi mobil sedan Toyota DX 1982 milik direktur itu. Tapi entah kenapa niat jahat
yang semula di tawarkan direktur itu tak terjadi, ia hanya ingin menguji kejujuran Rukmini.
Dengan alasan rukmini yang jujur, maka ia lolos dalam ujian dari bosnya itu dan diterima
kerjaserta diberikan kembali uang Rp 1 juta yang semula sebagai sogokan itu, serta tak ada
kejadian tidur bersama bos.

Analisis Unsur Tokoh
Dalam cerpen ini pengarang melibatkan beberapa tokoh, diantaranya:
1. Rukmini
Rukmini adalah seorang tokoh utama dalam cerpen ini yang memiliki sifat
antagonis, dikatakan antagonis karena memang sifat yang ia miliki kurang disenangi,
ia dengan telah berani melakukan hubungan kumpul kebo dengan seorang lelaki yang
ia belum ketahui benar keadaannya. Sehingga ia hamil dan melahirkan anak tanpa
seorang

ayah.

Selanjutnya


demi

menghidupi

anaknya

ia

berani

menjual

kehormatannya untuk mendapatkan kerja meski pada akhirnya tidak terjadi, tapi
niatnya sudah tidak benar. Tokoh Rukmini ini digambarkan oleh pengarang sebagai
tokoh pipih karena penggambaran sifatnya tidak mengalami perubahan, dari awal
hingga akhir sifatnya kurang baik. Sedangkan kalau dalam segi perkembangan
hidupnya

tokoh Rukmini mengalami perubahan yang tadinya sengsara dengan


pekerjaan dan keadaannya, menjadi bahagia pada akhirnya karena mendapat
pekerjaan dan penerimaan dengan baik oleh direktur bank.

Secara tidak langsung tokoh ini digambarkan wataknya oleh pengarang akan
tetapi digambarkan melalui dialog dan alur cerita. Sedangkan identitasnya secara
langsung dipaparkan oleh pengarang dalam naskah narasi cerpen.
2. Joko
Tokoh Joko diceritakan sebagai tokoh pembantu yang memiliki prilaku yang
protagonis. Dengan kontribusinya yang cukup besar terhadap cerita sebagai teman
dari Rukmini (tokoh utama), perilakunya yang baik ditumjukan ketika ia memberikan
bantuan kepada Rukmini yang sedang dilanda kesusahan mencari kerja untuk
kehidupan dia dan anaknya, dan juga terlihat ketika berusaha mencegah Rukmini
untuk bersedia tidur dengan bosnya itu. Maka dengan kata lain penggambaran tokoh
Joko ini digambarkan secara tidak langsung atau tidak disebutkan langsung.
Tokoh Joko ini digambarkas sebagai tokoh pipih yang memang tidak
mengalami perubahan perilaku, ia tetap berperab sebagai tokoh yang baik. Dan
kehidupannya pun tidak mengalami perubahan nasib (statis). Untuk identitasnya
sendiri tidak diceritakan secara mendetail.
3. Direktur Bank

Direktur bank ini juga menduduki tokoh pembantu/bawahan, karena
memberikan kontribusi terhadap cerita. Tokoh direktur ini berperan sebagai tokoh
protagonis, karena dia memang baik adanya dalam cerita. Maksudnya yang baik
terhadap Rukmini, yang telah mempertimbangkannya untuk bekerja karena
keadaannya sebagai singel parent dengan satu orang anak. Tokoh direktur ini tidak
mengalami perubahan baik dalam perilakunya maupun dalam nasib hidupnya,
sehingga tokoh ini disebut sebagai tokoh pipih dan tokoh statis.
Penggambaran perilaku tokoh ini digambarkan secara tidak langsung oleh
pengarang, hanya saja melalui unsur lain, akan tetapi keadaan fisiknya memang
digambarkan langsung. Dan untuk identitasnya tidak dijelaskan mendetail oleh
pengarang, sehingga menempati tokoh tipikal yaitu yang banyak digambarkan adalah
kinerjanya.
4. Tokoh piguran

Yang berperan menjadi tokoh pigutan ini meliputi, Anak dan orangtua
Rukmini, Lelaki yang menjadi penyebab hamilnya Rukmini, dan tetangga yang
dititipi anak oleh rukmini.
Tokoh-tokoh ini hanya muncul sekilas dan hanya berperan sebagai tokoh
piguran saja. Sehingga identitas dan penggambarannya pun tidak dijelaskan secara
langsung.


Analisis Unsur Alur
Beberapa bagian dari alur yang dianalisis, yaitu:
1. Tahapan
Ada beberapa tahapan dalam alur cerpen ini, diantaranya:
a. Pengenalan
Didalam cerpen ini tahap pengenalan dipaparkan dalam bagian awal cerita,
tepatnya pada paragraf pertama sampai pargraf kelima. Disana dijelaskan
pengenalan tokoh Rukmini serta sahabatnya Joko, serta bagaimana keadaan
mereka, terutama keadaan tokoh Rukmini sebagai tokoh utama. Diperkenalkan
pula latar ceritanya, dari mulai tempat, waktu serta suasana yang tergambar dalam
awal alur cerita tersebut. Dalam tahapan ini ada sedikit tinjau balik pada masa lalu
Rukmini yang menjelaskan latar belakang cerita.
b. Muncul masalah
Tahap munculnya masalah adalah ketika Rukmini tak mampu membiayai
anaknya sehingga kelabakan mencari kerja. Dan ia melamar kerja di sebuah bank
dimana sahabatnya Joko bekerja.
Sehingga dapat dilihat bahwa masalah dalam cerita ini muncul karena
keberadaan tokoh lain. Seorang anak yang muncul karena hubungan gelapnya
dengan seorang lelaki tak bertanggungjawab.
c. Konfik memanas
Pemanasan konflik terjadi ketika Rukmini harus menyerahkan uang sebesar
Rp 1 juta sebagai uang sogokan agar ia bisa diterima kerja.
d. Puncak konflik

Konflik memuncak ketika Rukmini harus dihadapkan dengan sebuah tawaran
lain untuk bisa bekerja, yaitu harus bersedia tidur dengan direktur bank yang
tertarik padanya.
e. Penurunan/peleraian
Masalah menurun setelah Rukmini menyanggupi tawaran dari direktur bank
untuk menemaninya tidur, sehingga mereka berdua bertemu dan kencan.
f. Penyelesaian
Penyelesaian masalah ini ketika Direktur bank itu menjelaskan bahwa ia
hanya menguji kejujuran Rukmini dengan mengajak ia kencan. Dan Rukmini
diterima kerja tanpa ada kejadian tidur dengan Direktur bank itu.
2. Jenis
Alur yang digunakan oleh pengarang dalam cerpen ini adalah alur sorot balik,
artinya cerita pertama-tama dimulai dengan tahap awal pengenalan akan tetapi ada
sebuah tinjauan peristiwa masa lalu (terdahulu) dari tokoh, dan kemudian berlanjut
dengan kisahnya di peristiwa selanjutnya. Dengan kata lain di pertengahan cerita ini
ada tinjau balik ke awal kejadian atau kisah.
3. Peristiwa
Dapat dilihat, dalam cerita ini ada beberapa peristiwa yang terjadi. Kalau di
paparkan sesuai kronologi kejadian sebenarnya terdiri dari peristiwa:
1) Rukmini menanggung aib yang cukup besar karena telah tergoda oleh seorang
lelaki yang sudah beristri sehingga ia hamil dan melahirkan seorang anak,
tanpa seorang ayah, karena memang setelah kawin, lelaki itu kembali pada istri
pertamanya.
2) Rukmini hidup sendiri dan mengurus anaknya, selain itu ia tetap harus kuliah
dan mencari uang untuk membiayai kuliah dan anaknya.
3) Setelah lulus kuliah, Rukmini melamar pekerjaan pada sebuah bank dimana
temannya Joko bekerja,dan ia dibantu Joko untuk bisa masuk kerja.
4) Rukmini menyerahkan uang Rp 1 juta sebagai uang sogokan agar bisa kerja di
bank tersebut.
5) Joko menyampaikan secara jujur kepada Rukmini, bahwa Direktur bank
meminta Rukmini menemaninya tidur sebagai syarat bisa bekerja.
6) Rukmini menerima tawaran itu dan pergi kencan bersama Direktur bank.
7) Direktur bank menjelaskan alasannya mengajak Rukmini jalan dan jujur akan
maksudnya ketika mereka jalan bareng.

8) Rukmini diterima kerja dengan menerima uang sogokannya kembali dan tanpa
kejadian tidur bersama Direktur bank.
4. Pola
Pola alur yang digunakan adalah pola linear, karena memang peristiwa
disajikan berurutan dari peristiwa pertama sampai peristiwa akhir, akan tetapi ada
peristiwa sorot balik yang diceritakan pada bagian awal sebagai pengenalan.
Pola alur dalam cerpen ini bisa digambarkan seperti ini :
P1 – P2 – P3 – P4 – P5 – P6 – P7 – P8
5. Penyelesaian
Pengelesaian cerpen ini disajikan oleh pengarang secara tertutup, artinya akhir
cerita sudah jelas diketahui katena penggambaran akhir atau penyelesaiannya jelas.
Dan penyelesaian dalam cerpen ini bersipat happy ending, karena akhitnya Rukmini
mendapat kesenangan dengan direrimanya kerja tanpa harus berkorban apapun,
sehingga ia bisa membiayai hidupnya dan anaknya.

Analisis unsur sudut pandang
Unsur sudut pandang ini artinya bagaimana

Gde Aryantha Soethama sebagai

pengarang memposisikan dirinya dalam cerpen ini.
Dapat dilihat, bahwa dalam cerpen ini tidak ada ‘saya’ atau ‘aku’ sebagai salah satu
tokohnya, artinya sudut pandang yang digunakan pengarang yaitu sudut pandang orang
ketiga, dimana dia memposisikan dirinya hanya sebagai pengarang tanpa menjadi seoerang
tokoh dalam cerita. Dan sudut pandangnya ini bersifat serba tau, artinya pengarang
membeberkan cerita seolah-olah dia tahu seluruh keadaan yang ada dalam cerita.
Analisis unsur latar
Sebuah cerita tidak lepas dari unsur latar ini, begitupun cerpen ini. Saya mengambil
tiga buah jenis latar yang menjadi objek analisis, diantaranya:
1. Latar Fisik
Latar ini menyangkut apa-apa yang bisa dipahami melalui pnca indra. Dan
yang termasuk dalam latar fisik ini diantaranya:
a. Waktu

Latar waktu yang digunakan oleh pengarang dalm cerpen ini memang tidak
jelas dan tak banyak disebutkan, hanya ada beberapa keterangan yang
menunjukan waktu kejadian, seperti malam hari pukul tujuh, waktu ini
menunjukan dimana Rukmini menunggu Direktur bank yang mengajaknya
berkencan. Ketarangan lainnya adalah sejak SMA, ketika kuliah, waktu
wawancara, dan ketika mengusap kepala anaknya di pembaringan, keterangan ini
menunjukan waktu karena memang disana terdapat keterangan waktu yaitu sejak
dan ketika. Selain ini tak ada lagi keterangan yang menunjukan waktu pada alur
cerita.
b. Tempat
Latar fisik yang lainnya adalah tempat. Dalam cerpen ini ada beberpa latar
tempat yang digambarkan pengarang, diantaranya adalah pantai yangmenjadi
tempat dimana Rukmini menunggu jemputan dari direktur bank untuk pergi
berkencan bersamanya. selanjutnya mobil, mobil menjadi latar tempat ketika
direktur bank mengajak Rukmini naik mobilnya dan melangsungkan pembicaraan
mereka sambil menyusuri jalan Teuku Umar.
Tempat lainnya adalah depan rumah nomor tiga puluh dimana mobil Direktur
bank itu berhenti. Jalan Teuku Umar, pinggir jalan dan depan restoran menjadi
latar tempat selanjutnya, dimana disana melatari berhentinya mobil. Tempat
terakhir adalah rumah dimana Rukmini pulang dan diceritakan mengelus anaknya
yang sedabg tidur.
c. Benda-benda
Selain waktu dan tempat, benda-benda pun menjadi latar cerita. Dan bendabenda yang dapat terlihat dalam cerpen ini yaitu sepeser uang yang menjadi uang
sogokan, rok terusan merah pekat yang digunakan Rukmini ketika hendak
bertemu Ditektur bank, papan restoran Beach Market, Mobil sedan yang dibawa
Direktur bank, T-shirt putih kembang merah dan ungu serta celana jins menjadi
benda yang dipakai Direktur bank.
2. Latar Psikis
Latar psikis ini menyangkut latar yang tidak tertulis dalam cerita akan tetapi
dirasakan ketika membacanya, diantaranya adalah latar suasana, artinya suasana yang
digambarkan oleh latar dan alur cerita bukan suasana hati. seperti suasana perih dan
kelamnyanya kehiduapan ketika Rukmini mendapatka anak tanpa ayah yang
bertanggungjawab, sulitnya kerja dan sulitnya mempertaruhkan kehidupan. Serta

suasana yang menunjukan masa depan yang cerah ketika ada yang peduli memberi
kesempatan kerja pada Rukmini.
3. Latar sosial
Latar sosial yang digambarkan dalam cerita tersebut adalah keadaan sosial
Pulau Bali, disamping pengarangnya memang orang Bali, latar cerita pun menunjukan
keadaan bali, seperti adanya pantai dan Beach Market. Disamping itu nama Rukmini
dan Joko pun biasanya banyak digunakan di Bali.
Unsur Bahasa
1. Gaya berbahasa
Dilihat dari biografi pengarangnya,
2. Kalimat
Dilihat dari penggunaan kalimatnya, ada beberapa kriteria yang harus di analisis:
a. Panjang-pendeknya kalimat
Pengarang sepertinya tidak begitu memperhatikan panjang dan pendeknya kalimat
dalam menuangkan ceritanya ini.
b. Struktur kalimat
Dalam penggunaan struktur kalimat, pengarang memang sangat memperhatikan
penggunaan struktur SPOK yang lengkap.
c. Jenis kalimat
Berbagai jenis kalimat digunakan oleh pengarang dalam cerpen ini. Selain dari
kalimat berita, kalimat tanya, seru dan kalimat aktif-pasif,
3. Diksi
Dilihat dari kebakuan pemilihan katanya, cerpen ini disajikan oleh pengrang
dengan menggunakan bahasa yang baku, artinya sangat memperhatikan kebakuan
kata.
Disamping penggunaan kata baku, ada juka kata-kata dari bahasa asing yang
digunakan oleh pengarang, seperti sales promotion, furniture, t-shirt, dan dash board,
4. Majas