MAKALAH CYBER CRIME ETIKA PROFESI TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (“PROSTITUSI ONLINE”) Diajukan Untuk Memenuhi Mata Kuliah EPTIK Disusun Oleh: Noor Adi Prasetyo (13140412) Satrio Bayu Wibowo (13140xxx) Muhammad Adietyo (13140xxx) Rafif Dipo Satrio (13

MAKALAH CYBER CRIME
ETIKA PROFESI TEKNOLOGI INFORMASI
DAN KOMUNIKASI
(“PROSTITUSI ONLINE”)

Diajukan Untuk Memenuhi Mata Kuliah EPTIK

Disusun Oleh:
Noor Adi Prasetyo
Satrio Bayu Wibowo
Muhammad Adietyo
Rafif Dipo Satrio

(13140412)
(13140xxx)
(13140xxx)
(13140xxx)

Kelas :
13.3A.11
Jurusan Teknik Komputer

Akademi Teknik Komputer Bina Sarana Informatika
Jatiwaringin
2015

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT sehingga penyusunan makalah yang
berjudul ”PROSTITUSI ONLINE” ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Tujuan penulisan
makalah ini dibuat untuk memenuhi mata kuliah Etika Profesi Teknologi Informasi dan
Komunikasi.
Etika profesi adalah mata kuliah yang sangat perlu dikembangkan dan dipahami
mengingat begitu besar peranannya dalam pendidikan, khususnya pada bidang IT dengan kode
etiknya dan permasalahannya terutama masalah yang kami bahas mengenai kejahatan elektronik
di dunia maya yang sedang marak terjadi akhir-akhir ini.
Penulis menyadari bahwa tanpa bimbingan dan dorongan dari semua pihak, maka penulisan
makalah ini tidak akan berjalan dengan lancar, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1.
2.
3.
4.


Pak Oktafian Farhan selaku dosen pembimbing.
Kedua orang tua dan keluarga penulis yang penulis sayangi dan cintai, atas
dukungan serta do’a dan kasih sayangnya yang selalu mengiringi jejak langkah
penulis.
Semua teman-teman 13.3A.11
Semua pihak yang telah turut membantu menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih terdapat kekurangan-kekurangan,
baik dalam penyusunan dan penyajiannya. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun
sangat diharapkan untuk perbaikan penulisan makalah ini.
Demikianlah penulisan makalah ini dibuat, besar harapan penulis semoga makalah ini
dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan pembaca pada umumnya.

ii

DAFTAR ISI
Cover.....................................................................................................................................i
Kata pengantar ...............................................................................................................ii
Daftar isi ........................................................................................................................iii

Bab I Pendahuluan ........................................................................................................... 1
1. Latar belakang ............................................................................................................. 1
2. Rumusan masalah ....................................................................................................... 1
3. Tujuan ......................................................................................................................... 1
Bab II Pembahasan.......................................................................................................... 2
1. Prostitusi Online dan Penyebab Timbulnya................................................................. 4
2. Beberapa Kasus Prostitusi OnLine.............................................................................. 4
3. Peraturan Undang Undang Negara............................................................................... 6
4. Dampak Prostitusi Online Terhadap Ketahanan Nasioanal......................................... 7
5. Upaya Penanganan dan Pencegahan Prostitusi Online............................................... 7
Bab III Penutup............................................................................................................... 9
1. Kritik .......................................................................................................................... 9
2. Saran ..................................................................................................................... 9
Daftar Pustaka.............................................................................................................. 10

iii

BAB 1
PENDAHULUAN
1.


Latar Belakang
Perkembangan IPTEK khususnya teknologi informasi dan komunikasi, memang
membawa dampak yang besar terhadap kehidupan manusia sekarang ini. Dengan adanya
kecanggihan alat komunikasi, segala informasi dari belahan dunia manapun bisa kita
ketahui dengan segera. Namun, perkembangan teknologi tersebut, tak selamanya membawa
dampak baik. Seiring dengan melesatnya teknologi yang semakin canggih sering di salah
gunakan oleh pihak pihak tertentu khususnya para pelaku prostitusi dalam menjalankan
pekerjaanya dengan menawarkan dirinya melalui media online yang lebih praktis.
Pelanggan juga lebih di untungkan, karena akses mereka akan lebih mudah dan efisien.
Tindak kriminal seksual dibagi ke dalam dua kategori: mereka yang menjadi korban
dan mereka yang bukan. Dari perspektif korban, pemerkosaan orang dewasa, pemerkosaan
anak-anak dan remaja, dan penyerangan seksual masuk ke dalam kategori tindak kriminal
karena seseorang telah menjadi korban. Sementara itu, aktivitas seksual yang dipersiapkan
melalui persetujuan kedua belah pihak, prostitusi dan pornografi, “tidak ada korbannya”
Artinya, pihak yang terlibat di dalamnya menganggap tidak ada yang saling
dirugikan.Prostitusi sangat merugikan bagi bangsa dan negara karena dengan adanya
prostitusi akan merusak moral bangsa. Sehingga jika dibiarkan terus menerus akan menjadi
masalah besar yang menggoyahkan ketahanan negara.
Sebagai Negara yang berideologikan Pancasila, prostitusi telah menciderai jati diri

bangsa yang tersohor luhur dan menjunjung tinggi nilai. Sehingga dapat dikatakan,
prostitusi dapat menjadi gangguan atau hambatan bahkan ancaman bagi ketahan bangsa di
bidang ideology dan di bidang social budaya.
Untuk itu dibutuhkan penanganan yang serius terhadap prostitusi, khusunya
prostitusi online yang saat ini marak terjadi. Kerjasama antara pemerintah, penegah hokum,
dan masyarakat sangat diperlukan dalam penanganan dan pencegahan prostitusi online ini.

2.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, permasalahannya adalah:
 Apakah prostitusi online dan penyebab timbulnya prostitusi online?
 Apakah dampak yang ditimbulkan prostitusi online terhadap ketahanan nasional?
 Bagaimana upaya pencegahan dan penanganan prostitusi online?

3.

Tujuan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah:
 Menjelaskan prostitusi online dan penyebab timbulnya prostitusi online..

 Menjelaskan dampak yang ditimbulkan prostitusi online terhadap ketahanan nasional.
 Menjelaskan upaya pencegahan dan penanganan prostitusi online.

Makalah Cyber Crime

1

BAB II
PEMBAHASAN
1.

Prostitusi Online dan Penyebab Timbulnya
 Sejarah prostitusi online
Revolusi teknologi yang telah menciptakan komputer puluhan tahun silam dan kini
telah menjelma menjadi jaringan internet. Dunia maya atau telah menjadi dunia baru bagi
masyarakat modern saat ini, di samping hidup didunia nyata. Pada awal 1990an, internet
di Indonesia masih menjadi barang langka yang hanya dikonsumsi kalangan terbatas,
seperti dosen, peneliti atau pejabat pemerintah. Baru tahun 1994, perkembangan layanan
internet komersial dimulai dan publik pun dapat dengan mudah mengaksesnya.
Kini, mulai dari Balita sampai Lansia sudah berselancar didunia maya. Jika awalnya

mengakses di warnet-warnet atau dirumah melalui jaringan telepon, sekarang beberapa
tempat telah menyediakan Wifi, mulai dari perkantoran pemerintah, swasta, sekolah,
kampus, bandara, mall, café sampai dengan bis. Apabila merasa repot untuk mencari
Wifi, anda tinggal menggunakan modem atau lebih praktis lagi lewat Android, Ipad
bahkan cukup dengan HP.
Internet kini tidak lagi sekedar kebutuhan, tetapi juga telah menjadi gaya hidup
masyarakat. Namun sebagaimana produk teknologi lainnya, internet tidak hanya memiliki
sisi positif, seperti adanya Email, FB, E-Learning, E-Banking dan E-Goverment, dunia
maya juga berdampak negatif dengan berkembangnya cybercrime, termasuk dibidang
kesusilaan, seperti cyberporn, cyber prostitution, sex online dan cybersex.
 Penyebab timbulnya prostitusi online
Faktor yang menyebabkan prostitusi online internet semakin marak terjadi dan terus
berkembang dari waktu ke waktu, Adapun 5 faktor penyebab terjadinya pelacuran, yakni:
1. Lemahnya tingkat keimanan seseorang terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Pada dasarnya, keimanan adalah landasan seseorang dalam menjalani kehidupan ini.
Tiap-tiap agama mempunyai aturan sendiri-sendiri mengenai perintah dan larangan
Tuhan Y.M.E. Tidak ada satu pun agama yang memperbolehkan pelacuran terjadi.
Dalam hidupnya, seseorang harus selalu berada pada jalur yang benar yakni jalur yang
sudah diatur dalam kitab suci agama. Dengan dilandasi keimanan yang baik,
diharapkan orang tersebut akan kuat menjalani arus tajam dalam kehidupan ini.

2. Kemiskinan, kemiskinan telah memaksa banyak keluarga untuk merencanakan
strategi penopang kehidupan mereka termasuk menjual moral untuk bekerja dan
bekerja karena jeratan hutang, yaitu pekerjaan yang dilakukan seseorang guna
membayar hutang atau pinjaman;
Pada dasarnya, penyebab utama terjadinya pelacuran ialah keterpurukan kondisi
ekonomi Indonesia. Hal tersebut akan berdampak langsung pada penutupan banyak

Makalah Cyber Crime

2

pabrik dan rasionalisasi besar-besaran terhadap jumlah tenaga kerja. Akibatnya,
banyak orang yang kehilangan pekerjaan. Selain itu, akibat kurang kondusifnya iklim
investasi terutama karena faktor keamanan, sedikit sekali lapangan kerja yang
tersedia. Peluang kerja yang ada tidak sebanding dengan jumlah orang yang mencari
pekerjaan. Keadaan ini membuat orang berupaya keras mencari pekerjaan hingga
kenegara lain. Disisi lain, dilihat dalam konteks keluarga, wanita dipandang sebagai
”pekerja alternatif” yang dapat menjamin kelangsungan hidup satu keluarga.
Fenomena pelacuran ini merupakan sektor perdagangan yang kini berkembang pesat.
Dimana ini juga ada yang dikendalikan oleh jaringan global yang tersusun serta

bersindikat, dengan menggunakan kelengkapan teknologi yang canggih serta
dilindungi oleh pihak-pihak yang tidak bertangunggung jawab.
3. Keinginan cepat kaya (materialistic), keinginan untuk memiliki materi dan standar
hidup yang lebih tinggi-memicu terjadinya pelacuran. Aktivitas haram ini sudah
menjamah lingkungan pendidikan. Pelajar SMP, SMA, Mahasiswa banyak pula yang
terjun dalam dunia ini. Motifnya, selain faktor kemiskinan juga adanya keinginan
untuk dapat segera memenuhi kebutuhan gaya hidup yang mewah.
4. Faktor budaya, faktor-faktor budaya berikut memberikan kontribusi terhadap
terjadinya pelacuran wanita, seperti: budaya cyberporn di internet dengan memasang
foto-foto porno tanpa ada rasa malu dari pihak yang bersangkutan dan secara terangterangan menawarkan dirinya dengan tarif dan harga yang dicantumkan dalam akun
tersebut dengan akses yang mudah karena banyaknya pengguna internet yang akan
dapat melihat produk yang ditawarkannya. Situs prostitusi online menjadi budaya
bisnis yang memberikan keuntungan lebih besar dibandingkan tempat prostitusi pada
umumnya seperti Gang Dolly di Surabaya, teknologi sangat tidak dibutuhkan sebagai
media promosi dalam hal prostitusi. Contohnya saja "Gang Dolly". Sebagai tempat
Prostitusi terbesar di "Asia Tenggara" seharusnya lebih menguntungkan dibanding
prostitusi di Internet yang jaringannya tidak besar. Namun bila dibandingkan tarif,
Prostitusi Online yang menang. Bila pada internet tarif berkisar antara Rp 500 ribu
hingga Rp 50 juta, di Gang Dolly paling murah hanyalah Rp 100 ribu.
5. Lemahnya penegakan hukum, pejabat penegak hukum dalam mengawasi beredarnya

cyberporn. Bahkan kegiatan prostitusi dan pornografi online internet dianggap
“bahaya laten” yang selalu ada dan berkembang walaupun terus diberantas.
Sebenarnya, kenyataan di masyarakat memang demikian. Akan tetapi hal ini kembali
lagi pada ketegasan aparat penegak hukum dalam memberikan “shock therapy” pada
pemuat situs porno.

Makalah Cyber Crime

3

2.

Beberapa Kasus Prostitusi OnLine
 Inilah Kronologi Penangkapan Artis Amel Alvi
Jakarta – Artis seksi, Amel Alvi atau AA yang ditangkap Polres Jakarta Selatan
(Jaksel) dari salah satu hotel berbintang lima karena terlibat prostitusi online, masih
diperiksa. Statusnya masih sebagai saksi. Sementara mucikarinya, RA, telah ditetapkan
sebagai tersangka.
Kepada wartawan, Kasatreskrim Polres Jakarta Selatan, AKBP Yulius Audie
Sonny Latuheru, sore tadi memaparkan kronologi penangkapan Amel dan RA. “Kami

melakukan penyamaran. Lalu setelah melalui komunikasi yang rumit, kami bertemu
dengan RA di salah satu restoran. prosesnya panjang, karena RA tak sembarangan
memilih pelanggan,” katanya.
Di restoran itu, RA yang juga manajer seorang artis dangdut, meminta uang muka
atau down payment (DP) sebesar 30 persen. Setelah pertemuan itu, polisi kemudian
berkomunikasi dengan RA melalui Whatsapp dan BBM. “RA lalu menawarkan foto
sejumlah PSK, yang ternyata sebagian besar artis, tarifnya Rp80 juta untuk short time dan
Rp200 juta untuk long time,” sebutnya.
Audie mengatakan, RA kemudian memastikan pelanggannya adalah orang
berduit. Dia mengajak bertemu di restoran mewah. Setelah yakin dengan penampilan
calon pelanggan, RA kemudian meminta DP. “Lalu pada pertemuan kedua tadi malam.
RA membawa PSK pesanan kami, yakni artis AA. Kami lalu menangkapnya,”
tambahnya. (msc)
 Kronologi Kasus Kasus Prostitusi Online Yang Menjerat Artis AA
JAKARTA - Kasatreskrim Polres Jakarta Selatan, AKBP Yulius Audie Sonny
Latuheru memaparkan kronologi penangkapan mucikari RA di sebuah hotel bintang lima,
Jakarta selatan, pada Jumat (8/5) malam hingga menetapkannya sebagai tersangka.
"Saat penangkapan, kami melewati proses penyamaran sebagai pemesan PSK.
Kami pertama bertemu di salah satu restoran kelas atas juga, lalu bayar uang muka atau
down payment (DP) tiga puluh persen. RA ini tidak sembarangan untuk ketemu
pelanggannya," ungkap Yulius saat jumpa pers di Polres Jakarta Selatan, Sabtu (9/5).
Dia mengatakan, pertemuan pertama terjadi setelah ada komunikasi kedua belah
pihak lewat dunia maya. Komunikasi berlanjut melalui telepon genggam lewat aplikasi
Whatsapp atau BlackBerry Messanger (BBM). RA kemudian menawarkan sejumlah PSK
yang ternyata juga ada nama-nama artis dengan bayaran minimal Rp 80 juta hingga Rp
200 juta.
Harga fantastis itu bukan untuk pesan satu hari penuh. RA memberi batas waktu
tiga jam alias short time untuk PSK-PSK yang dia jajakan. Pertemuan pertama pun
terjadi.

Makalah Cyber Crime

4

"Pertemuan pertama kami lakukan di salah satu restoran mewah, tempatnya
rahasia. RA mau memastikan kalau pelanggannya itu berduit karena RA lihat penampilan
untuk memastikan. Kalau enggak meyakinkan berduit, dia enggak bakal melanjutkan
transaksi PSK itu," kata dia.
Alhasil, di pertemuan pertama, polisi yang menyamar juga berlaga sebagai orang
kaya dan membawa uang cash untuk bayar DP tiga puluh persen dari harga yang dikasih
RA. PSK yang diinginkan pun diminta.
"Ya, lalu pertemuan kedua tadi malam. Dia (RA) bawa PSK pesanan kami, lalu
kami lakukan penangkapan. Sisa uang itu dibayar saat pertemuan kedua tersebut," jelas
dia.
PSK yang dibawa RA tadi malam diduga artis muda berinisial AA. Yulius juga
bicara kalau RA memasarkan 200 PSK dan jumlah tersebut terdiri dari banyak artis juga.
 RA Mucikari Artis Bisa Dijerat UU ITE
JAKARTA – Pakar hukum pidana Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ),
Chairul Huda menilai, artis berinisial AA tidak bisa dipidana. Pasalnya, belum ada
instrumen hukum yang dapat menjerat para pelaku prostitusi sekalipun penjaja seks media
online.
"Kalau untuk perempuan yang melayani tidak bisa," jelas Chaerul kepada
Okezone, Senin (11/5/2015).
Namun, RA mucikari dari artis AA dapat dipidana lantaran menjadi
penyelenggara terjadinya peristiwa yang melanggar kesusilaan. Terhadap pelaku germo,
dapat disangkakan telah memudahkan seseorang untuk melakukan pelanggaran asusila.
"Sebenarnya yang dilarang adalah kegiatan kesusilaan, dalam hal ini mucikari dari
PSK itu yang mempermudah atau penyelenggara, sehingga dia yang dipidana," imbuhnya.
Selain itu, adanya Undang-Undang nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elekronik (ITE) serta Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2008 tentang
Pornografi, dapat dijadikan bahan tambahan.
Chaerul menambahkan, saat ini para mucikari telah memanfaatkan kecanggihan
teknologi untuk menjajakan bisnis esek-esek.
"Kalau untuk mucikari bisa ditambahkan ITE dan pornografi," pungkasnya.
Seperti diketahui, Polres Jakarta Selatan berhasil membongkar sindikat prostitusi yang
melibatkan artis. Ditengarai, tarif short time layanan esek-esek para artis mencapai
ratusan juta rupiah.

Makalah Cyber Crime

5

3.

Peraturan Undang Undang Negara
 Pengaturan pornografi melalui internet dalam UU ITE
Dalam UU No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik juga
tidak ada istilah pornografi, tetapi “muatan yang melanggar kesusilaan”.
Penyebarluasan muatan yang melanggar kesusilaan melalui internet diatur dalam pasal
27 ayat (1) UU ITE mengenai Perbuatan yang Dilarang, yaitu;
“Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau
mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau
Dokumen Elektronik yang memiliki muatan yang melanggar kesusilaan.”
Pelanggaran terhadap pasal 27 ayat (1) UU ITE dipidana dengan pidana penjara
paling lama enam tahun dan/atau denda paling banyak Rp1 milyar (pasal 45 ayat [1] UU
ITE).
Dalam pasal 53 UU ITE, dinyatakan bahwa seluruh peraturan perundangundangan yang telah ada sebelumnya dinyatakan tetap berlaku, selama tidak
bertentangan dengan UU ITE tersebut.
 Pengaturan pornografi melalui internet dalam UU Pornografi
Undang-undang yang secara tegas mengatur mengenai pornografi adalah UU
No. 44 Tahun 2008 tentang Pornografi (UU Pornografi). Pengertian pornografi menurut
pasal 1 angka 1 UU Pornografi adalah:
“… gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi, gambar bergerak,
animasi, kartun, percakapan, gerak tubuh, atau bentuk pesan lainnya melalui berbagai
bentuk media komunikasi dan/atau pertunjukan di muka umum, yang memuat
kecabulan atau eksploitasi seksual yang melanggar norma kesusilaan dalam
masyarakat.”
Pelarangan penyebarluasan muatan pornografi, termasuk melalui di internet,
diatur dalam pasal 4 ayat (1) UU Pornografi, yaitu;
“Setiap
orang
dilarang
memproduksi,
membuat,
memperbanyak,
menggandakan, menyebarluaskan, menyiarkan, mengimpor, mengekspor, menawarkan,
memperjualbelikan, menyewakan, atau menyediakan pornografi yang secara eksplisit..."
Pelanggaran pasal 4 ayat (1) UU Pornografi diancam pidana penjara paling
singkat enam bulan dan paling lama 12 tahun dan/atau pidana denda paling sedikit
Rp250 juta dan paling banyak Rp6 miliar (pasal 29 UU Pornografi)

Makalah Cyber Crime

6

4.

Dampak Prostitusi Online Terhadap Ketahanan Nasioanal
Adapun dampak yang akan ditimbulkan prostitusi online teerhdap ketahanan
nasional adalah:
 Merusak moral bangsa terutama genrasi penerus bangsa sebagai estafet penerus bangsa.
Hadirnya prostitusi dapat merusak moral dan jati diri generu bangsa,
sehingga
dapat mengancam kelangsunagn hidup bangsa dan Negara di masa
mendatang.
 Lunturnya nilai-nilai Pancasila sebagai ideology bangsa yang dijadikan sebagai dasar
pijakan berdirinya Negara Indonesia. Nilai-nilai agama, moral, dan social akan
tersisihkan, dan hanya akan tertinggal kebudayaan liberalisme.
 Prostitusi dapat dimanfaatkan oleh pihak luar untuk merusak ketahanan nasioanal.
 Menjatuhkan jati diri bangsa Indonesia yang tersohor dengan luhur budinya
dan menjunjung tinggi nilai budaya ketimuran dan agamanya.
 Menimbulkan dan menyebarluaskan penyakit kelamin dan kulit.
 Berkolerasi dengan kriminalitas dan kecanduan bahan-bahan narkotika (ganja, heroin,
morfin, dan lain-lain.

5.

Upaya Penanganan dan Pencegahan Prostitusi Online
 Upaya Penanganan dan Penanggulangan Prostitusi Online
Penangana Prostitusi Online Prostitusi adalah persoalan yang rumit dan terkait
aspek sosial, budaya, ekonomi, politik serta moral dan agama. upaya menanggulangi
prostitusi hanya dengan pendekatan moral dan agama adalah naif dan tidak akan
menyelesaikan masalah itu.
Pemerintah bersama seluruh masyarakat disarankan untuk menggunakan
pendekatan sosial, budaya, ekonomi, politik selain moral dan agama untuk mencari
penyelesaian sert menjawab persoalan prostitusi secara komprehensif. Pencegahan
Prostitusi Online
Secara umum upaya penanggulan prostitusi online dapat dilakukan dengan dua cara:
a. Usaha yang bersifat preventif/ pencegahan Usaha
yang
bersifat preventif
diwujudkan dalam kegiatan-kegiatan untuk mencegah terjadinya pelacuran.
Usaha ini antara lain berupa :

Makalah Cyber Crime

7

1. Penyempurnaan
perundang-undangan
mengenai
larangan
atau
penyelenggaraan prostitusi, khusunya prostitusi online.
2. Intensifikasi pemberian pendidikan keagamaan dan kerohanian.
3. Memperluas lapangan kerja. Karena kebanyakan dari para pelaku
prostitusi melakukan prostitusi karena desak ekonomi.
4. Penyelenggaraan pendidikan seks dan pemahaman nilai perkawinan
dalam kehidupan keluarga.
5. Penyelenggaraan sosialisasi mengenai internet sehat.
6. Pembentukan
badan
atau
tim
koordinasi
dari
semua
usaha
penanggulangan pelacuran yang dilakukan oleh beberapa instansi
sekaligus mengikutsertakan potensi masyarakat lokal.
7. Penyitaan terhadap buku-buku, majalah-majalah cabul, gambar-gambar
porno film-film biru serta sarana-sarana lainnya yang merangsang nafsu
seks. Serta pemblokiran situs-situs internet yang menyediakan semua
hal yang berbau pornografi maupun bisnis prostitusi.
b. Usaha yang bersifat represif dan kuratif
Usaha represif dan kuratif ini antara lain berupa :
1. Melalui lokalisasi yang sering ditafsirkan sebagai legalisasi, orang
melakukan pengawasan/kontrol yang ketat.
2. Diusahakan rehabilitas dan resosialisasi bagi para pelaku prostitusi, agar mereka
bisa dikembalikan sebagai warga masyarakat yang susila.
3. Menyediakan lapangan kerja baru.
4. Memberikan hukuman yang setimpal bagi pelaku prostitusi, untuk memberikan
efek jera.
5. Meblokir situs-situs internet yang menyediakan semua hal yang berbau
pornografi dan prostitusi. Dan lebih mengamankan penggunaan internet di
Indonesia

Makalah Cyber Crime

8

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan dalam makalah ini adalah:
 Prostitusi merupakan bentuk penyimpangan seksual, yang menyimpang dari nilai social,
agama, dan moral bangsa Indonesia. Sedangkan prostitusi online merupakan bentuk dari
kegiatan prostitusi yang dilakukan melalui media social maupun internet.
Faktor utama yang menimbulkan terjadi prostitusi online adalah perkembangan
teknologi yang tidak di dasari dengan nilai-nilai karakter yang baik.
 Prostitusi, khusunya prostitusi online merupakan gangguan atau hambatan bagi
ketahanan nasional. Yang jika dibiarkan terus-menerus tanpa penanganan yang tegas
dapat menjadi ancaman yang membahayakan integritas, identitas, kelangsungan hidup
bangsa dan Negara serta perjuangan mengejar tujuan nasionalnya.
 Banyak dampak yang ditimbulkan prostitusi online terhadap ketahan bangsa,
salah satunya adalah merusak moral bangsa yang dapat menjadi ancaman
kelansungan hidup bangsa dan Negara dimasa yang mendatang.
 Penanganan prostitusi online tidak dapat dilakukan sendiri oleh pemerintah,
melainkan dibutuhkan kerjasama pemerintah dengan seluruh rakyat. Dan usaha
penanggulangan prostitusi online dapat dilakukan denga 2 usaha, yakni usaha
secara preventif dan usaha yang bersifat represif dan kuratif.
3.2 Saran
 Sebagai warga Negara yang baik, maka kita harus membantu pemerintah dalam
mewujudkan ketahanan nasional, khusunya dalam hal ini adalah tentang prostitusi
online. Pencegahan secara preventif perlu dilakukan sejak dini.
 Bekerjasama dan ikut berperan aktif dengan pemerintah
penanganan maupun penanggulangan prostitusi online.

dalam

upaya

 Membentengi diri sendiri dan keluarga
norma agama dan norma- norma lainnya.

moral

dengan

Makalah Cyber Crime

9

dengan mempertebal

DAFTAR PUSTAKA
 http://lipsus.kompas.com/topikpilihanlist/2355/1/prostitusi.online
 http://www.liputan6.com/tag/prostitusi-online
 http://metro.sindonews.com/topic/3146/kasus-prostitusi-online
 http://www.cnnindonesia.com/nasional/20150514100234-20-53228/soal-prostitusionline-lulung-itu-artis-artisan/

Makalah Cyber Crime

10