KAJIAN BAURAN PEMASARAN DAN MANAJEMEN PENGETAHUAN DALAM INOVASI KABUTO INSTAN

KAJIAN BAURAN PEMASARAN DAN MANAJEMEN
PENGETAHUAN DALAM INOVASI KABUTO INSTAN
1,2,2

Sarinah1, Syamsul Maarif2, Yandra3
Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fateta IPB Bogor

ABSTRACT
Kabuto instant is a product innovation of cassava flour is dried after fermentation origin
Southeast Sulawesi. New product Kabuto instant need to touch the marketing mix and knowledge
management (KM) in order to have a competitive edge. The concept of the marketing mix (4P) and
KM, both focus on how attempts were made to support the business activities of Kabuto instant
products to gain a competitive edge. Focus on managing the marketing mix marketing in 4 elements:
(1) Product, (2) Promotion, (3) Place, and (4) Price. Management of the marketing mix will increase
the interest of consumers against products Kabuto instant. KM see the knowledge available to a
business Kabuto instant as a major factor of success. Through knowledge of the company superior
results can be achieved faster, cheaper and with higher quality than their competitors.
Knowledge about customers, target market and other factors that may influence the likelihood
that a faster utilization of opportunities and a more flexible response to the threat. From the
perspective of a marketing mix and KM promising positive impact on the cost structure and revenue
stream Kabuto instant. This paper demonstrates the advantages of using the marketing mix and the

KM approach that can increase and reduce the risk of business failure by integrating both
approaches. Management of the marketing mix requires knowledge to manage consumers, consumer
knowledge and knowledge of the consumer. KM took on the role as a service provider for the
consumer, managing four (4P) in product innovation Kabuto instant. This study is based on literature
studies.
Keywords: Kabuto instant, marketing mix, knowledge management
1.

PENDAHULUAN

Kabuto instan dikenal sebagai produk
inovasi yang berasal dari tepung kabuto,
dimana kabuto merupakan bahan makanan
pokok masyarakat kepulauan Sultra. Kabuto
diolahan dari ubi kayu yang dikeringkan
setelah fermentasi. Kabuto instan dibuat untuk
lebih
memudahkan
konsumen
dalam

mengkonsumsi. Dengan keunggulan dari
kabuto instan dari rasa, nilai gizi dan
kemudahkan mengolahnya akan membuat
kabuto tidak ditinggalkan masyarakat asal
Sulawesi Tenggara.
Peningkatan konsumsi kabuto instant
akan menunjang program pemerintah dalam
diversifikasi
pangan
terutama
upaya
mendorong masyarakat untuk mengurangi
ketergantungan terhadap komoditi beras.
Namun tidak mudah untuk menuntut
masyarakat mengubah pola konsumsi terutama
terhadap produk yang belum diketahui secara
jelas. Masyarakat atau konsumen perlu
mengenal kinerja suatu produk. Pengetahuan
terhadap suatu produk akan menentukan
Kajian Bauran Pemasaran (Sarinah, dkk)


tingkat kepuasan konsumen. Dinamika
kepuasan konsumen ini akan berhubungan
dengan preferensi terhadap barang dan jasa.
Dalam dunia bisnis, perusahaan akan
meningkatkan daya saing dengan melakukan
inovasi produk untuk memberikan kepuasan
pada konsumennya. Manajemen pengetahuan
(knowledge management) dalam perusahaan
dapat ditingkatkan dengan menghasilkan
barang dan jasa yang memberikan nilai kepada
konsumennya (customer value). Perusahaan
yang mampu mengimplementasikan inovasi
nilai (value innovation) bukan saja akan
mampu mempertahankan hidupnya melainkan
akan menjadi perusahaan yang unggul atau
“visioner” secara terus menerus dan selalu
mengalahkan pasar, sehingga dapat membuka
ruang pasar yang baru dan tanpa pesaing [Kim,
2005]. Value yang terbaik kepada konsumen

dapat
diberikan
apabila
perusahaan
mengimplementasikan strategi pemasaran
yang beroreantasi pasar (Craven, 2003).
Banyak penelitian dilakukan untuk
mengembangkan
model
implementasi
knowledge
management dan knowledge
Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340

123

management system untuk meningkatkan
kinerja pengembangan produk baru. Jiang dan
Li
(2008)

meneliti
tentang
hubungan knowledge
management dengan
kinerja inovasi. Lin et al.(2005) yang
membuktikan bahwa di perusahaan berbasis
pengetahuan, pengembangan produk baru
dapat dirancang dan dikelola dengan cara yang
berbeda.
Belbaly, et.al, (2007)
mengembangkan
model
pemanfaatan knowledge
creation pada
konsumen untuk meningkatkan kinerja
pengembangan produk baru. Kolbacher (2008)
mengembangkan
model knowledge
creation pada tim pengembang pengembangan
produk baru. Schulze dan Hoegl (2006)

mengembangkan model hubungan knowledge
creation dalam framework SECI pada tahap
konsep dan pengembangan di proyek
pengembangan produk baru. Jiang dan Li
(2008)
meneliti
tentang
hubungan
antara knowledge management dengan kinerja
kegiatan inovatif dalam kasus aliansi. Dari
hasil
penelitian-penelitian
yang
telah
dilakukan,
dapat
dilihat,
bahwa
implementasi knowledge
management pada

pengembangan produk baru sangat berperan
untuk meningkatkan kinerja produk baru.
Melengkapi kinerja produk, maka agar
produk baru dapat diterima konsumen dengan
cepat dibutuhkan strategi pemasaran. Menjadi
penting bagi kabuto instan yang merupakan
produk baru untuk merancang pemasarannya.
Semakin baik penerapan strategi pemasaran
maka semakin besar minat beli ulang sebuah
produk. Pemasaran adalah kegiatan manusia
yang diarahkan untuk memuaskan kebutuhan
dan keinginan melalui proses pertukaran
(Kotler, 2002). Komponen strategi yang
diamati adalah bauran pemasaran atau 4P
(Product, place, price, dan promotion).
Konsep bauran pemasaran (4P) dan
manajemen
pengetahuan
(KM) telah
mendapatkan perhatian luas dalam bisnis

dan akademisi.
Kedua
pendekatan tersebut fokus
pada bagaimana mengalokasikan sumberdaya
untuk mendukung kegiatan bisnis dalam
rangka mendapatkan keunggulan
kompetitif. Meskipun kedua hal tersebut, saat
ini sebagian besar masih memperlakukan
sebagai area penelitian yang terpisah, dalam

Kajian Bauran Pemasaran (Sarinah, dkk)

kajian ini pendekatan keterpaduan keduanya
akan dibahas.
2.

TINJAUAN PUSTAKA

Bauran Pemasaran (4P)
Bauran pemasaran untuk suatu barang

adalah strategi produk, promosi, tempat/lokasi
dan penentuan harga yang bersifat unik serta
dirancang untuk menghasilkan pertukaran
yang saling menguntungkan (Kotler, 2002).
Sedangkan untuk bauran pemasaran jasa
mengacu pada konsep bauran pemasaran
tradisional yang terdiri dari 4P, yaitu produk,
harga, tempat/lokasi dan promosi yang saat ini
diperluas dengan penambahan unsur non
tradisional yaitu orang, fasilitas fisik dan
proses sehingga menjadi tujuh unsur (7P),
Hurriyati (2005).
1. Bauran Produk (Product mix)
Menurut Djaslim Saladin, (2003)
Bauran produk yang terdiri dari unsur-unsur
produk seperti variasi produk, kualitas, merek,
desain, garansi, ukuran, retur, layanan, ciri
khas/fitur, kemasan, serta unsur produk
lainnya sangatlah menguntungkan pihak
perusahaan dalam menambah keunggulan

kompetetifnya dalam persaingan, apabila
direncanakan, dikelola serta terus menerus
diperbaiki.
2. Bauran Promosi (Promotion mix)
Promosi adalah Sebuah upaya dari
pemasar (marketer) dalam menginformasikan
dan mempengaruhi orang atau pihak lain untuk
tertarik melakukan transaksi atau untuk
melakukan pertukaran produk barang atau jasa
yang dipasarkannya Kombinasi spesifik dari
metode-metode promosi yang digunakan untuk
sebuah produk atau family product disebut
dengan promotion mix (bauran promosi).
Kotler (2005), mengatakan bahwa unsur
bauran promosi (promotion mix) terdiri atas
lima perangkat utama, yaitu : 1) Advertising :
merupakan semua penyajian non personal,
promosi ide-ide, promosi produk atau jasa
yang dilakukan sponsor tertentu yang dibayar,
2) Sales Promotion : berbagai insentif jangka

pendek untuk mendorong keinginan mencoba
atau membeli suatu produk atau jasa, 3) Public
Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340

124

relation and publicity : berbagai program
untuk mempromosikan dan/atau melindungi
citera perusahaan atau produk individualnya,
4) Personal Selling : Interaksi langsung
dengan calon pembeli atau lebih untuk
melakukan suatu
presentasi, menjawab
langsung dan menerima pesanan, 5) Direct
marketing : penggunaan surat, telepon,
faksimil, e-mail dan alat penghubung
nonpersonal lain untuk berkomunikasi secara
dengan atau mendapatkan tanggapan langsung
dari pelanggan tertentu dan calon pelanggan.
Menurut Kotler & Armstrong variabelvariabel yang ada di dalam promotional mix
ada lima, yaitu: 1) Periklanan (advertising) :
segala biaya yang harus dikeluarkan sponsor
untuk melakukan presentasi dan promosi non
pribadi dalam bentuk gagasan, barang atau
jasa, b) Penjualan Personal (personal selling) :
presentasi pribadi oleh para wiraniaga
perusahaan dalam rangka mensukseskan
penjualan dan membangun hubungan dengan
pelanggan, c) Promosi penjualan (sales
promotion) : Insentif jangka pendek untuk
mendorong pembelian atau penjualan suatu
produk atau jasa, d) Hubungan masyarakat
(public relation) : membangun hubungan baik
dengan publik terkait untuk memperoleh
dukungan, membangun "citra perusahaan"
yang baik dan menangani atau menyingkirkan
gosip, cerita dan peristiwa yang dapat
merugikan, e) Pemasaran langsung (direct
marketing) : komunikasi langsung dengan
pelanggan yang diincar secara khusus untuk
memperoleh tanggapan langsung.
3. Bauran Tempat/Lokasi/Distribusi
(Place mix)
Ada tiga aspek pokok yang berkaitan
dengan keputusan-keputusan tentang distribusi
(tempat). Aspek tersebut adalah : a) Sistem
transportasi perusahaan, termasuk dalam
sistem ini antara lain keputusan tentang
pemilihan alat transportasi (pesawat udara,
kereta api, kapal, truk, pipa), penetuan jadwal
pengiriman, penentuan rute yang harus
ditempuh dan seterusnya, b) Sistem
penyimpanan, dalam sistem ini bagian
pemasaran harus menentukan letak gudang,
jenis peralatan yang dipakai untuk menangani
material maupun peralatan lainnya,
c)
Pemilihan saluran distribusi, menyangkut
keputusan-keputusan tentang penggunaan
Kajian Bauran Pemasaran (Sarinah, dkk)

penyalur (pedagang besar, pengecer, agen,
makelar), dan bagaimana menjalin kerjasama
yang baik dengan para penyalur tersebut.
4. Bauran Harga (Price mix )
Menurut Kotler dan Keller (2009)
menyatakan bahwa harga adalah elemen dalam
bauran pemasaran yang tidak saja menentukan
profitabilitas tetapi juga sebagai sinyal untuk
mengkomunikasikan proporsi nilai suatu
produk. Pemasaran produk perlu memahami
aspek psikologis dari informasi harga yang
meliputi harga referensi (reference price),
inferensi kualitas berdasarkan harga (pricequality inferences)dan petunjuk harga (price
clues).
Pada setiap produk atau jasa yang
ditawarkan,
bagian
pemasaran
berhak
menentukan harga pokoknya. Faktor-faktor
yang perlu dipertimbangkan dalam penetapan
harga tersebut antara lain biaya, keuntungan,
praktik saingan dan perubahan keinginan
pasar. Kebijaksanaan harga ini menyangkut
pula penetapan jumlah potongan, mark-up,
mark-down, dan sebagainya.
Manajemen
Manajement)

Pengetahuan

(Knowledge

Manajemen pengetahuan (knowledge
management) adalah sebuah konsep baru di
dunia bisnis. Konsep ini berkembang pesat
terutama sejak tahun 2000-an. Tujuan
penerapan
konsep
ini adalah
untuk
meningkatkan dan memperbaiki operasional
perusahaan dalam mencari keuntungan
kompetitif.
Manajemen
pengetahuan
digunakan untuk memperbaiki komunikasi
diantara manajemen puncak dan pekerja untuk
mempertahankan proses kerja, menanamkan
budaya
berbagai
pengetahuan
dan
mengimplementasikan sistem penghargaan
berbasis
kinerja.
Definisi knowledge management masih
beragam antar berbagai ahli. Perbedaan ini
terutama karena masih beragamnya persepsi
atau pendapat tentang perbedaan informasi dan
pengetahuan. Para ahli dibidang informasi
menyebutkan bahwa informasi adalah
pengetahuan yang disajikan kepada seseorang
dalam bentuk yang dapat dipahami; atau data
yang telah diproses atau ditata untuk
Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340

125

menyajikan fakta yang mengandung arti.
Sedangkan pengetahuan berasal dari informasi
yang relevan yang diserap dan dipadukan
dalam
pikiran
seseorang.
Sedangkan
pengetahuan berkaitan dengan apa yang
diketahui dan dipahami oleh seseorang.
Informasi cenderung nyata, sedangkan
pengetahuan
adalah
informasi
yang
diinterpretasikan dan diintegrasikan.
Knowledge Management secara luas
diartikan
sebagai
“pengelolaan
atau
manajemen dari knowledge organisasi untuk
menciptakan nilai bisnis dan membangun daya
saing”. Knowledge Management mampu untuk
menciptakan,
mengkomunikasikan
dan
mengaplikasikan
knowledge
sebagai
kemampuan
untuk
menciptakan
dan
mempertahankan peningkatan nilai dari inti
kompetensi bisnis.
Knowledge
dapat
dikelompokkan
menjadi dua kategori, yaitu:
1. Explicit Knowledge
Explicit Knowledge dapat diartikan
sebagai hasil pengetahuan yang telah berwujud
misalnya skripsi, tugas akhir, laporan
penelitian, buku dan semacamnya.
2. Tacit Knowledge
Tacit Knowledge dapat diartikan sebagai
pengetahuan yang masih tersimpan dalam
kepala pemiliknya. Pengetahuan yang “tidak
terlihat” karena keberadaannya yang tersebar
dan embedded dalam berbagai bentuk, seperti:
pengalaman seseorang, percakapan antar
individu, dialog, diskusi formal maupun
informal, intelejensia individu, mekanisme
pengambilan keputusan, pemikiran-pemikiran,
dan lain sebagainya.
Menurut Nonaka Takeuchi, terdapat 4
model dari knowledge creation yang sudah
diidentifikasi,
yaitu
socialization,
exernalization,
internalization,
dan
combination (SECI). Model ini disajikan
dalam Gambar 1.
1. Socialization
Konversi dari pengetahuan tacit menjadi
pengetahuan tacit yang baru, dilakukan
dengan interaksi sosial dan berbagai
pengalaman
antar
anggota
dari
organisasi.
2. Externalization
Konversi dari pengetahuan tacit menjadi
pengetahuan eksplisit yang baru.
Kajian Bauran Pemasaran (Sarinah, dkk)

3. Internalization
Konversi dari pengetahuan eksplisit
menjadi pengetahuan tacit yang baru.
4. Combination
Penciptaan dari sebuah pengetahuan
eksplisit dengan melakukan penggabungan,
kategori, klasifikasi ulang, dan mensintesiskan
pengetahuan eksplisit yang ada.
Knowledge
management
(KM)
merupakan proses yang terus-menerus harus
dilakukan sehingga proses tersebut akan
menjadi satu budaya dari perusahaan tersebut,
dan akhirnya perusahaan akan membentuk
perusahaan yang berbasis kepada pengetahuan.
KM dapat didefiniskan sebagai satu set
(himpunan) intervesi orang, proses dan tool
(teknologi)
untuk
mendukung
proses
pembuatan, pembauran, penyebaran dan
penerapan pengetahuan.
1. Pembuatan (creation) pengetahuan
adalah
proses
perbaikan
dari
pengetahuan yang ada melalui proses
pengalaman yang ada. Biasanya
proses ini terjadi ketika ada deteksi
kesalahan dan perbaikannya.
2. Lesson learned merupakan salah satu
contoh
output
dari knowledge
creation.
3. Pembauran (assimilation) pengetahuan
merupakan proses pengumpulan,
penyimpanan
pengetahuan
yang
dibuat dengan pengetahuan yang
sudah ada di organisasi/perusahaan.
4. Penyebaran
(dissemination)
pengetahuan
merupakan
proses
pengambilan
dan
penyebaran
pengetahuan untuk dipergunakan
dalam proses pengalaman yang
lainnya.
5. Penerapan (application) pengetahuan
merupakan
proses
pemanfaatan
pengetahuan
untuk
membantu
penyelesaian masalah yang sedang
dihadapi.
Secara simple, mereka mendefinisikan
manajemen pengetahuan sebagai
keseluruhan proses membangkitkan
nilai organisasi dari modal intelektual
organisasi
dan
aset
berbasis
pengetahuan. Kebanyakan, usaha
pembangkitan nilai dari aset tersebut
melibatkan
seluruh
karyawan,
departemen-departemen, dan bahkan
Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340

126

perusahaan lain dalam berbagi
b
untuk
menemukan praktik yang
y
terbaik.
Mereka juga mengungk
gkapkan bahwa
penting `dicatat bah
ahwa definisi
tersebut sama seka
kali bukanlah

teknologi.
Ke
Ketika
manajemen
pengetahuan
sering
s
difasilitasi
teknologi inform
rmasi, tidak berarti
teknologi
ada
dalah
manajemen
pengetahuan.

Gambar 1. SECI Model
KM berkembang menjadi
di bidang kajian
tersendiri dalam studi organisasi
asi dan berperan
signifikan dalam membangun
un competitive
advantage (Nonaka, 1991;; Nonaka &
Takeuchi, 1995; Davis, 1998; M
Matusik & Hill,
1998; Miller, 1999; Moore & Birkinshaw,
1998, Stewart, 1997). Meskipunn demikian KM
mendapat kritik dari berbagai pih
pihak, dikatakan
sebagai penggunaan istilah yang
ang tidak cocok
(misnomer) atau oxymoron, penggunaan
pen
dua
kata yang maknanya salingg bertentangan
(Coleman, 1999), atau membin
bingungkan dan
tidak tepat (McCune, 1999).. D
Dari ide dan
kritik ini, akhirnya menj
njadikan KM
berkembang dan memiliki sist
istem fisik dan
proses serta ruang lingkup yangg ssemakin jelas,
tidak ada hambatan dalam mend
endefinisikannya
(Liebowitz, 1999). KM memb
mberi perhatian
pada formalisasi akses kepada
da pengalaman,
pengetahuan dan keahlian guna
na menciptakan
kemampuan baru, mendukung kkinerja unggul,
mendorong inovasi, dan meningkatkan
customer value (Beckman, 1999
999). Sementara
itu, Coleman (1999) mendef
efinisikan KM
sebagai sebuah payung bagi berbagai
be
fungsi
yang saling berketergantungan ddan terkait satu
dengan lainnya yang terdiri da
dari knolwedge
creation; knowledge valuation dan metrics;
knowledge mapping dan indexin
xing; knowledge
Kajian Bauran Pemasaran (Sarina
inah, dkk)

transport, storage
knowledge sharing.
3.

dan
an

distribusi;

serta

METODOLOGI PE
PENELITIAN

1. Tahapan Kajian
ajian ini dibagi dua
Pelaksanaan kajia
tahap, yaitu (1) kajian komponen
k
yang ada
dalam setiap kompone
nen dalam bauran
pemasaran didasarkan kebutuhan untuk
kepuasan konsumen prod
roduk inovasi kabuto
instan, (2) kajian baura
uran pemasaran dan
manajemen pengetahuan
an dalam menunjang
pengembangan produk kabuto
kab
instan sehingga
memberikan
kepuasann
konsumen
dan
memberikan keuntungan
an bagi perusahan.
Asumsi yang mendasa
asari bahwa bauran
pemasaran merupakan faktor
fa
kunci dalam
mencapai keberhasilan ddalam memberikan
kepuasan konsumen terha
rhadap produk kabuto
instan.
2. Metode Pengumpulan
an Data
Data yang dikump
mpulkan berasal dari
data sekunder. Data sekun
under yang diperlukan
untuk mendukung kajiann yang diperoleh dari
beberapa sumber dian
iantaranya hasil-hasil
survey atau penelitian yang
ya
telah dilakukan
oleh pihak lain serta
rta diakses dengan
mengunjungi beberapa per
erpustakaan.
Jurnal Teknik Industri ISSN
SN: 1411-6340

127

4.

HASIL KAJIAN

A.

Pandangan Produk “Kabuto Instan”
sebagai Inovasi

Kabuto instan merupakan jenis beras
analog, sebutan lain dari beras tiruan (artificial
rice). Beras analog adalah beras yang dibuat
dari non padi dengan kandungan karbohidrat
mendekati atau melebihi beras dengan bentuk
menyerupai beras dan dapat berasal dari
kombinasi tepung lokal atau padi (Samad
2003; Deptan 2011). Metode pembuatan beras
analog terdiri atas dua cara yaitu metode
granulasi dan ekstrusi. Perbedaan pada kedua
metode ini adalah tahapan gelatinisasi adonan
dan tahap pencetakkan. Hasil cetakan metode
granulasi adalah butiran sedangkan hasil
cetakan metode ekstrusi adalah bulat lonjong
dan sudah lebih menyerupai beras.
Produk beras analog lokal “Kabuto
Instan” dapat dikatakan sebagai suatu inovasi.
Sebagaimana produk tersebut memenuhi
kriteria dalam karakteristik inovasi yang
dikemukan oleh Rogers. Menurut Rogers
(1983) mengemukakan lima karakteristik
inovasi, yaitu :
1) Keunggulan relatif
(relative advantage), 2) Kompatibilitas
(comparibil liv), 3) Kerumitan (complexity), 4)
Kemampuan diujicobakan (trialability), 5)
Kemampuan untuk diamati (observability).
Keunggulan relatif adalah derajat di
mana suatu inovasi dianggap lebih baik unggul
daripada yang pernah ada. Hal ini dapat diukur
dari beberapa segi, seperti segi ekonomi,
prestise sosial, kenyamanan. dan kepuasan.
Semakin besar keunggulan relatif dirasakan
oleh pengadopsi.Semakin cepat inovasi
tersebut dapat diadopsi. Produk beras analog
lokal ini bila dibandingkan dengan produk
awalnya sangat berbeda. Keunggulan yang
dapat ditampilkan diantaranya adalah : a)

Kajian Bauran Pemasaran (Sarinah, dkk)

Lebih tahan lama, b) Penambilan produk lebih
menarik, c) Kandungan gizi lebih baik, d)
Dapat diperoleh dengan berbagai rasa, e)
Memiliki kemasan, f) Ukuran lebih kecil, g)
Mudah disajikan, dan h) Makanan diabet.
Kompalibilitas adalah derajat di mana
inovasi tersebut dianggap konsisten dengan
nilai-nilai yang berlaku. pengalaman masa
lalu, dan kebutuhan pengadopsi. Sebagai
contoh, jika suatu inovasi atau ide baru
tertentu tidak sesuai dengan nilai dan norma
yang berlaku, inovasi itu tidak dapat diadopsi
dengan mudah sebagairnana halnya dengan
inovasi yang sesuai (compatible). Inovasi ini
mengangkat produk lokal dari daerah Sulawesi
Tenggara, yang akan membuat kabuto sebagai
pangan lokal menjadi pangan yang bisa
diperdagangkan ke luar daerah Sulawesi
Tenggara.
Inovasi secara umum diakui oleh
industri dan akademisi sebagai pendorong
untuk setiap perusahaan yang ingin tetap
kompetitif dan bertahan serta berkembang.
Meskipun inovasi merupakan mempengaruhi
dalam persaingan antar produsen, namun tidak
semua inovasi dapat memberikan keuntungan
bagi perusahaan. Inovasi yang kreatif dengan
berbagai ide yang inovatif belum dapat
menjamin bahwa produk tersebut dapat terjual
dengan baik. Masalahnya tidak terletak di
bagian penemuan atau generasi ide inovatif,
tapi lebih pada tingkat keberhasilan
pengelolaan proses inovasi dari ide untuk
produk agar bisa sukses di pasar. Dalam hal ini
inovasi produk mengacu pada kebutuhan
pasar. Keadaan ini sangat berbeda dengan
cara-cara lama dimana inovasi lahir
berdasarkan kebijakan atau tidak melihat pasar
atau kebutuhan pasar. Dalam Gambar 2
disajikan komponen yang perlu diperhatikan
dalam sebuah inovasi.

Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340

128

Gambar 2. Komponen dalam Siklus Hidup Inovasi
Untuk inovasi produk kabuto instan asal
Sultra ini mendapat respon yang sangat baik
karena produk disajikan dengan mudah dan
konsumen dapat memilih dalam berbagi
variasi rasa. Namun untuk bentuk yang terlihat
masih
kurang
beraturan
sehingga
pengembangan dari inovasi selanjutnya dari
produk ini diperlukan. Untuk itu inovasi yang
berkelanjutan merupakan kunci penting dalam
pengembangan produk beras analog lokal
Sultra “Kabuto Instan”.
B.

Integrasi Bauran Pemasaran dan
Manajemen Pengetahuan dalam
Inovasi Produk Kabuto Instan

Strategi pemasaran sebagai alat
fundamental yang direncanakan untuk
mencapai
tujuan
perusahaan
dengan
mengembangkan keunggulan bersaing yang
berkesinambungan melalui pasar yang
dimasuki dan progran-program pemasaran
yang digunakan untuk melayani pasar sasaran.
Strategi pemasaran dapat terpenuhi dengan
penyediaan suatu sarana yang disebut dengan
Marketing Mix (Bauran Pemasaran). Mc
Carthy dalam Kotler dan Keller (2009)
mengklasifikasikan Marketing Mix menjadi
empat besar kelompok yang disebut dengan 4P
tentang pemasaran yaitu Product (produk),
Price (harga), Place (tempat) dan Promotion
(promosi).
Dalam kasus ini menggunakan 4
(empat) elemen dalam bauran pemasaran
sebagai berikut : (1) Elemen produk,dengan
sub elemen : a) bentuk produk, b) manfaat inti
Kajian Bauran Pemasaran (Sarinah, dkk)

dari produk, c) kemasan produk, d) variasi
produk, dan e) merek produk; (2) Elemen
harga, dengan sub elemen : a) menetapkan
harga dengan potongan, b) menetapkan harga
dengan diskriminan, (3) Elemen tempat, dan
(4) Elemen promosi.
a.
Elemen Produk (Product)
Pendekatan KM akan mendukung
kinerja inovasi produk kabuto instan dengan
melakukan R & D yang merupakan sesuatu
yang dapat dilihat sebagai kemajuan
fungsional produk yang dapat membawa
produk selangkah lebih maju dibandingkan
dengan produk pesaing. Apabila produk
tersebut memiliki suatu kelebihan yang
dipandang sebagai nilai tambah bagi
konsumen. Pengembangan produk baru dan
strategisnya yang lebih efektif seringkali
menjadi
penentu
keberhasilan
dan
kelangsungan hidup suatu perusahaan, tetapi
ini bukanlah sebuah pekerjaan yang mudah.
Pengembangan produk baru memerlukan
upaya, waktu dan kemampuan termasuk
besarnya resiko dan biaya kegagalan. Song
dan Parry (1997) menjelaskan bahwa
keunggulan bersaing suatu produk merupakan
salah satu faktor penentu dari kesuksesan
produk baru (hingga suatu produk inovasi
harus mempunyai keunggulan dibanding
dengan produk lain sejenis). Hal ini juga
sejalan dengan pendapat Cooper (2000) bahwa
keunggulan produk baru sangat penting dalam
lingkaran pasar global yang sangat bersaing.
Keunggulan tersebut tidak lepas dari
pengembangan produk inovasi yang dihasilkan
sehingga akan mempunyai keunggulan dipasar
Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340

129

yang selanjutnya akan menang
me
dalam
persaingan.
Elemen produk yang men
enjadi perhatian
adalah a) bentuk produk, b) ma
manfaat inti dari
produk, c) kemasan produk, dan
d
d) variasi
produk dari kabuto instan. Beri
erikut gambaran
dari sub elemen tersebut :
- Bentuk Produk
Bentuk produk dapat m
mempengaruhi
perilaku konsumen dalam m
membeli suatu
produk. Banyak produk yang sama
s
jenisnya,
sama fungsinya, namun ber
berbeda dalam
bentuknya. Kabuto instant meru
rupakan produk
imitasi dari beras. Inspirasi pemb
mbuatan kabuto
instant adalah diversifikasi pangan
pa
dengan
memanfaatkan komoditi lokal Indonesia
In
yang
kaya akan produk sumber kar
karbohidrat lain
seperti jagung, singkong, sorgu
gum, sagu, dan
umbi-umbian lainnya. Bahan-ba
bahan tersebut
sudah sekian lama digunakan ssebagai bahan
pangan,
namun
masih
belum
b
bisa
menggantikan beras sebagai makanan
ma
pokok.
Biasanya bahan tersebut lebih
ih sering diolah
menjadi penganan, kue atau jajanan
j
pasar.
Kendala dalam mengonsumsii bahan
b
tersebut
sebagai bahan makanan pokok
kok disebabkan
kurangnya pengetahuan gizi
zi masyarakat,
kurangnya kesiapan masyar
yarakat secara
psikologis untuk mengganti ma
makanan pokok
dan kurangya ketersediaan pr
produk pangan
yang
memenuhi
selera
masyarakat.
Masyarakat merasa bosan dengan cara
konsumsi umbi-umbian yang belum
bel
bervariasi
sehingga lebih memilih prod
roduk berbasis

gandum sebagai penggan
ganti beras (Hidayah
2011). Oleh karena itu,, diperlukan
d
teknologi
untuk mengolah bahan-bah
bahan tersebut menjadi
bentuk yang menyerupai
pai beras yang dapat
diolah dan dikonsumsi sep
seperti nasi. Salah satu
produk olahan sumber karbohidrat
ka
non padi
yang dikembangkan adala
alah beras tiruan dan
beras analog. Beras tiruan
uan adalah beras yang
dibuat dari non padi dengan kandungan
karbohidrat mendekati aatau melebihi beras
yang terbuat dari tepung
ng lokal atau tepung
beras (Samad 2003; Deptan
tan 2011).
Beras analog adala
alah beras tiruan yang
hanya terbuat dari tepun
pung lokal non-beras
(Budijanto et al. 2011).
). Hingga saat ini
teknologi pembuatan bera
eras analog antara lain
metode pembutiran atau granulasi
g
(Yoshida et
al. 1971; Kurachi 1995;
5; Samad 2003) dan
metode ekstrusi (Scella
lla et al. 1987; BettGaber et al. 2004; Moretti
M
et al. 2005;
Mishra et al. 2012). Perbedaan metode
tersebut menyebabkan per
erbedaan bentuk akhir
produk. Pada pembuat
uatan beras analog
menggunakan metode pembutiran
pem
beras akan
memiliki bentuk bulat se
seperti sagu mutiara,
namun pada metode ekst
kstrusi bentuk produk
adalah lonjong dan hamp
mpir menyerupai butir
beras.
Bentuk
kabuto
to
instant
belum
sempurna seperti berass dari padi sehingga
belum sepenuhnya me
menggantikan beras.
Bentuk dari kabuto insta
stant disajikan dalam
Gambar 3.

Gambar 3. Foto Produk Matan
tang Kabuto Instan dengan Berbagai Jenis Tepun
pung Subtitusitasi dan
Perbandingan. (Wahy
ahyuni, 2011).

Kajian Bauran Pemasaran (Sarina
inah, dkk)

Jurnal Teknik Industri ISSN
SN: 1411-6340

130

Perbaikan dalam bentukk produk
p
kabuto
sehingga menjadi produk yangg mirip dengan
beras akan meningkatkan min
inat konsumen
untuk membeli dan mengkonsum
umsi.
- Kemasan Produk
Strategi dalam kemasann produk
p
kabuto
merupakan hal terpenting dalam
da
menarik
minat konsumen. Dalam membuat
me
suatu
kemasan (packaging) harus dapa
pat memberikan
informasi struktur produk, m
manfaat, dan
informasi tambahan, sehingga
ga mendorong
konsumen
untuk
mencoba
ba
membeli,
mendorong untuk membeli
li ulang dan
menyediakan cara pemakai
kaian produk.
Pembentukan kemasan yangg baik harus
memiliki empat keistimewaan.
Sebuah kemasan memp
mpunyai fungsi
yang paling dasar secara fisik se
sebagai sebuah
wadah dan pelindung dari produ
duk yang ada di
dalamnya. Sebagai sebuah wadah dan
pelindung, maka secara fisik, seb
sebuah kemasan
harus andal terhadap bentur
turan, tekanan,
temperatur, air, debu, dan lain-lain.
lai
Tidak
hanya andal bagi produk di dala
alamnya, sebuah
kemasan juga harus direncan
anakan dengan

mempertimbangkan
ppenempatan
dan
penyimpanannya terutam
tama dalam jumlah
banyak. Umumnya sebu
buah kemasan akan
disimpan secara bertump
mpuk, sehingga harus
diperhitungkan barapa tu
tumpukan maksimal
yang aman dan sesuaii untuk sebuah jenis
produk tertentu. Satu hall lagi
l
yang tidak kalah
pentingnya untuk direncanakan
dir
adalah
kemudahan secara fisik saat
sa pengepakan dan
distribusinya. Bahkan ha
harus dipikirkan juga
ketika produk tersebut sampai
sam
pada pengguna
(end-user).
Desain kemasan
an (Packing) produk
kabuto yang baik tidakk hanya andal secara
fisik, tetapi juga harus memenuhi
m
fungsinya
untuk
memberikan
iinformasi
kepada
konsumen. Informasi yan
ang diberikan adalah
segala sesuatu yang dipa
ipandang perlu untuk
diketahui pada tahap konsumen hendak
membeli produknya. Pada
da kemasan konsumen
akan mendapatkan inform
ormasi tentang bahan
baku apa saja yang digun
gunakan dalam proses
produksinya. Tampilan kemasan
kem
dalam produk
kabut disajikan dalam Gam
ambar 4.

(a)
(b)
Gambar 4. Desain kema
masan beras analog Kabuto Instan
(a) = Tampak bagian dep
epan kemasan (b) = Tampak bagian belakang kem
emasan
Kemasan kabuto instan
an seperti dalam
Gambar 2 belum perlihatkann desain yang
menarik, di mana sentuhann pembaharuan
belum dilakukan kepada asp
spek kemasan.
Desain, dengan tujuan untukk meningkatkan
daya tarik (attractiveness), secar
cara visual akan
cukup kompetitif, bila dipaj
pajang berjejer
dengan para pesaing. Kemasan
an yang atraktif
juga dapat menjadi elemen promosi
p
yang
efektif. Inovasi kemasan produk,
pro
dengan
melakukan pengembangan prod
oduk baru, baik
Kajian Bauran Pemasaran (Sarina
inah, dkk)

yang berbasis dari produ
duk yang sudah ada
ataupun produk yang baru.
ru.
Inovasi kemasan
san memang bukan
hanya bertujuan untukk melahirkan sesuatu
yang baru bagi pelangga
gan yang sudah ada,
tetapi juga dapat dilakuka
kan untuk melahirkan
produk yang disasarkann untuk segmen lain
atau pasar yang baru (ne
new product for new
market). Tentunya krea
reasi untuk produk
makanan dan minuman ddengan kemasan dan
kualitas produk yang menarik
me
dan berdaya
saing dengan kompetisi pasar.
pa
Jurnal Teknik Industri ISSN
SN: 1411-6340

131

- Variasi Produk
Untuk dapat memena
enangkan hati
konsumen harus berlomba-lo
lomba untuk
berkompetisi dengan berbagai
gai cara serta
upaya. Salah satu bentuk upay
paya itu adalah
dengan menciptakan variasi pada
ada produk yang
dihasilkannya. Variasi adalah
lah salah satu
jawaban yang diberikan oleh peru
erusahaan untuk
memenuhi selera serta kebu
ebutuhan yang
berbeda dari para konsumen. D
Dengan adanya
variasi diharapkan konsumen ddapat memilih
produk tersebut dikarenakan kem
kemudahan serta

fungsinya yang semakin
in beragam. Sebagai
salah satu contoh adalah
ah dengan melakukan
kombinasi berbagai rasaa sehingga konsumen
dapat membeli sesuai dengan
den
kebutuhannya.
Diharapkan dengan semakin
se
lengkapnya
variasi
dalan
suatu
tu
produk,
dapat
meningkatkan fungsi sert
erta memenuhi selera
konsumen akan produk.
Variasi rasa yang
ng diberikan inovasi
produk kabuto memberi
eri gambaran upaya
untuk merebut hati konsumen.
ko
Hal ini
diperlihatkan pada Gambar
bar 5.

Gambar 5. Produk Mentah Beras
ras Analog Kabuto + Tepung dengan Berbagai Jen
enis Tepung Subtitusi
dan Perbandingan. (Wahyuni, 2011).
b. Elemen Harga (Price)
Harga
yang
diteta
tetapkan
atas
suatu produk baru harus dapat
at memberikan
pengaruh yang baik bagi petum
tumbuhan pasar.
Selain itu untuk mencegah
gah timbulnya
persaingan yang sengit. Ada dua
d
hal yang
perlu diperhatikan dalam pen
enetapan harga
produk baru, Tjiptono (200
2001). Strategi
pemasaran melalui dimensi harga
h
dengan
menetapkan harga yang sesuaii dengan
d
fungsi
kabuto instan, harga terjangkauu dan
d pemberian
potongan harga akan meningkatk
atkan minat beli
ulang produk.
- Skimming Pricing, merupakan
an strategi yang
menetapkan harga tinggi pada
da suatu produk
baru, dengan dilengkapi akti
ktifitas promosi
yang gencar, tujuannya adalah
ah : 1) Melayani
pelangggan yang tidak terl
erlalu sensitive
terhadap harga, selagi persaing
ingannya belum
ada,
2) Untuk menutup
tupi biaya-biaya
Kajian Bauran Pemasaran (Sarina
inah, dkk)

promosi dan riset melalu
alui margin yang besar,
dan 3) Untuk berja
rjaga-jaga terjadinya
kekeliruan dalam penet
netapan harga, karena
akan lebih mudah men
enurunkan harga dari
pada menaikan harga awal.
aw
- Penetration Pricing,, merupakan strategi
dengan menetapkan harg
arga rendah pada awal
produksi, dengan tujuan
tuju
dapat meraih
pangsa pasar yang besar
be
dan sekaligus
menghalangi masukny
nya para pesaing.
Dengan harga rendah pe
perusahaan dapat pula
mengupayakan tercapai
painya skala ekonomi
dan menurunnya biayaa pper-unit. Strategi ini
mempunyai perspektif
tif jangka panjang,
dimana laba jangka ppendek dikorbankan
demi tercapainya keu
eunggulan kompetitif
yang berkelanjutan. Ada
da empat bentuk harga
yang menggunakan strategi
st
”Penetration
Pricing”, antara lain;
in; 1) Harga yang
dikendalikan (restrained
ed price), yaitu harga
Jurnal Teknik Industri ISSN
SN: 1411-6340

132

yang
ditetapkan
dengan
tujuan
mempertahankan tingkat harga tertentu
selama periode inflasi, 2) Elimination price,
yaitu merupakan penetapan harga pada
tingkat tertentu yang dapat menyebabkan
pesaing - pesaing tertentu (terutama yang
kecil) keluar dari persaingan, 3) Promotion
price adalah harga yang ditetapkan rendah
dengan kualitas sama, dengan tujuan untuk
mempromosikan produk tertentu, dan 4)
Keep-out price, merupakan penetapan harga
tertentu sehingga dapat mencegah para
pesaing memasuki pasar.
c. Elemen Tempat (Place)
Melalukan perencanaan penjualan pada
tempat yang bagus dan lokasi yang strategis
merupakan sebuah keuntungan juga bagi suatu
usaha. Karena dengan lokasi strategis akan
mendatangkan banyak konsumen karena lokasi
tersebut mudah dijangkau oleh konsumen.
Strategi
pemasaran
melalui
dimensi
distribusi/tempat
dengan
memperhatikan
ketersediaan kabuton instan, pemilihan lokasi
pemasaran yang tepat dan penataan jaringan
distribusi yang baik akan meningkatkan minat
beli ulang kabuto instan.
d. Elemen Promosi (Promotion)
Promosi yang dilakukan untuk produk
kabuto instan adalah menginformasikan,
mempengaruhi
dan
membujuk serta
mengingatkan konsumen tentang kabuto
instan.. Intinya promosi memperkenalkan atau
menginformasikan kepada konsumen bahwa
saat ini ada produk baru yang tidak kalah
dengan produk yang lama. Setelah konsumen
mengetahui produk yang baru, diharapkan
konsumen akan terpengaruh dan terbujuk
sehingga beralih ke produk tersebut. Dan pada
akhirnya,
perusahaan
hanya
sekedar
mengingatkan bahwa produk tersebut tetap
bagus
untuk
dikonsumsi.
Dalam
melakukan promosi agar dapat efektif perlu
adanya bauran promosi, yaitu kombinasi yang
optimal bagi berbagai jenis kegiatan atau
pemilihan jenis kegiatan promosi yang paling
efektif dalam meningkatkan penjualan. Dalam
hal ini ada empat jenis kegiatan promosi,
antara lain :
1. Periklanan (Advertising), yaitu bentuk
promosi non personal dengan menggunakan
berbagai media yang ditujukan untuk
Kajian Bauran Pemasaran (Sarinah, dkk)

merangsang
pembelian.
Periklanan
menawarkan suatu produk kepada konsumen
dengan cara mengemukakan alasan supaya
membeli
2. Penjualan Tatap Muka (Personal
Selling), yaitu bentuk promosi secara
personal dengan presentasi lisan dalam suatu
percakapan dengan calon pembeli yang
ditujukan
untuk
merangsang
pembelian atau kegiatan
mempromosikan
suatu produk dengan cara mendatangi ke
tempat konsumen berada, oleh seorang
wiraniaga/salesperson.
Dengan
adanya
kontak langsung antara wiraniaga dan
konsumen, maka terjadilah komunikasi dua
arah.
3. Publisitas (Publisity), yaitu suatu bentuk
promosi non personal mengenai, pelayanan
atau kesatuan usaha tertentu dengan jalan
mengulas informasi/berita tentangnya (pada
umumnya bersifat ilmiah) atau merupakan
usaha untuk merangsang permintaan dari
suatu produk secara non personal yang
bersifat komersial. Tentang produk tersebut
di media cetak dan media elektronik,
maupun hasil wawancara yang ditampilkan
dalam media tersebut. Cara ini sangat baik
untuk memperkenalkan perusahaan atau
produk yang dihasilkan, karena publisitas
dapat mencapai pembeli yang potensial yang
tidak dapat dicapai dengan advertensi dan
personal selling.
4. Promosi Penjualan (Sales promotion), yaitu
suatu bentuk promosi diluar ketiga bentuk
diatas yang ditujukan untuk merangsang
pembelian. Promosi penjualan menawarkan
suatu produk dengan cara memberikan
perangsang supaya membeli. Perangsang ini
bisa berupa uang, barang atau pelayanan
tambahan lainya yang biasanya tak
disertakan bersama produk tersebut.
Promosi untuk produk kabuto ini dapat
dilakukan dengan lebih menonjolkan nilai
manfaat dari produk, karena produk tersebut
sangat baik untuk konsumen yang memiliki
penyakit gula (diabetes).
Perpaduan antara bauran pemasaran
untuk menempatkan produk kabuto di hati
konsumen dan manajemen pengetahuan untuk
meningkatkan daya saing dari perusahan yang
mengembangkan
kabuto
instan
akan
mendapatkan keuntungan.

Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340

133

4. KESIMPULAN
- Kabuto instan dapat menjadi produk
pengganti beras yang cukup diminati
dengan kandungan dan manfaat yang
bias diperoleh dari produk.
- Implementasi perpaduan antara bauran
pemasaran
dan
manajemen
pengetahuan
dalam
produk
memungkinkan produk kabuto instan
memiliki keunggulan yang bisa
bersaing dengan produk alternatif
lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Belbaly, N., Benbya, H., Meissonier, R.
(2007) : An Empirical Investigation of the
Customer Knowledge Creation Impact on
NPD Performance, Proceedings of the 40
Hawaii International Conference on
System Sciences.
2]

Cooper , Robert G., 2000. “ Product
Inovation and Technology Strategy”,
Journal
Research
Technology
Management, p. 38 -41.

[3] Craven, David, W., dan Nigel, F.P. 2003.
Strategy
Marketing.
McGrow-Hill
Companies, Inc. New York, NY.
[4] Jiang, X., Li, Y. (2008) : An Empirical
Investigation of Knowledge Management
and Innovative Performance: The Case of
Alliance, Research Policy, Volume 38,
Issue 2, pp. 358-368.
[5] Kim, W.C., dan Renee, M. 2005. Blue
Ocean Strategy. HBSP. Boston
[6]

Kotler,
Philip.,2002,
Marketing
Management, Millennium Edition, New
Jersey : Prentice Hall International, Inc.

[7] Nonaka, Ikujiro and Takeuchi, Hirotaka,
The Knowledge Creating Company: How
Japanese Companies Create the Dynamics
of Innovation. Oxford: Oxford University
Press, 1996.
[8] Song X. Michael and Parry M.E., 1997.,
“The Determinants of Japanese New
Product Successes”. Journal of Marketing
Research, Vol. XXXIV February 1997.
Pp. 64-76.
Kajian Bauran Pemasaran (Sarinah, dkk)

Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340

134