PETA MODEL RESILIENSI RANTAI PASOK UMKM

Seminar Nasional Kewirausahaan dan Inovasi Bisnis VII
Universitas Tarumanagara, Jogjakarta, 24 Mei 2017
ISSN NO: 2089-1040
e-ISSN: 2579-9517

PETA MODEL RESILIENSI RANTAI PASOK UMKM
DI JAWA TIMUR
Lilia Pasca Riani
Fakultas Ekonomi, Universitas Nusantara PGRI Kediri
bungalilia@gmail.com

ABSTRAK:
Sektor UMKM memegang peranan penting dalam perekonomian nasional meskipun banyak terjadi
turbulensi kondisi dan konjungtur ekonomi yang tidak pasti, UMKM dituntut tetap bertahan dan tetap
menjalin partnership dengan stakeholdernya. Berdasarkan jenis barang yang diproduksi, UMKM dibagi
menjadi 4 kategori, yaitu UMKM yang memproduksi makanan/minuman, UMKM yang memproduksi
sandang dan alas kaki, UMKM produk kerajinan kayu, kulit dan tanaman, dan UMKM penghasil barangbarang dari logam. Tujuan dari penelitian ini adalah memetakan model rantai pasok yang diterapkan oleh
UMKM, membuat formulasi rantai pasok menurut kategori UMKM berdasarkan jenis barang yang di
produksi. Dan menganalisis kecenderungan resiliensi rantai pasok UMKM.
Hasil dari penelitian ini adalah terdapat 9 (sembilan) pemetaan model rantai pasok UMKM sesuai dengan
kategori UMKM berdasarkan jenis barang yang di produksi, dan 99% UMKM melakukan resiliensi rantai

pasoknya sesuai dengan perubahan tren perekonomian di Jawa Timur
Kata Kunci: Rantai Pasok, UMKM, resiliensi, Jawa timur

ABSTRACT :
SMEs sector has an important role in national economic despite the turbulence and economic
conjunctures of uncertain conditions , SMEs are required to survive and maintain partnerships with
stakeholders. Based on the type of goods produced, SMEs are divided into 4 categories, namely SMEs
producing food / beverages, SMEs that produce clothing and footwear, SME produce wooden products,
animal skin, and plants, and SMEs producing metal goods. The purpose of this research is to map out
supply chain model applied by SMEs, to make supply chain formulation according to the SMEs category
based on the type of goods in production. And analyze the trend of resilience of SMEs supply chain.
The result of this research is there are 9 (nine) mapping of SME supply chain model according to the
category of SMEs based on the type of goods in production, and 99% of UMKM conduct their supply
chain resilience in accordance with the change of economic trend in East Java.
Keywords: Supply Chain, SMEs, resilince, East Java.

PENDAHULUAN
Kecenderungan untuk bertahan merupakan keharusan bagi para pelaku ekonomi,
terutama untuk Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di era turbulensi
konjungtur ekonomi yang tidak menentu ini. Menjalin partnership dengan stakeholder

adalah salah satu strategi yang dapat diterapkan dalam menghadapi ketidakpastian
situasi. Mengelola rantai pasok yang dinamis dan adaptif merupakan langkah yang
tepat. Mulai dari integrasi pemasok bahan-bahan baku dan bahan pembantu, sampai
pada menjalin kolaborasi yang erat dengan distributor dan konsumen penggunanya.
Persaingan yang semakin ketat menimbulkan berbagai masalah yang semakin
kompleks disamping permasalahan klasik seperti kurangnya kesadaran pembuatan
produk yang berkualitas, dan minimnya kesadaran proses produksi yang higienis,
penggunaan teknologi yang masih sederhana dengan menggunakan alat-alat produksi
79

Seminar Nasional Kewirausahaan dan Inovasi Bisnis VII
Universitas Tarumanagara, Jogjakarta, 24 Mei 2017
ISSN NO: 2089-1040
e-ISSN: 2579-9517

manual, serta ketidak sanggupan menyediakan produk dalam jumlah besar membuat
UMKM di Jawa Timur sulit bersaing di pasar global.
Dalam penyediaan bahan bahan, mayoritas UMKM masih membeli bahan baku
maupun bahan-bahan pembantu secara insidental, dengan membeli di pasar atau di
warung toko terdekat, belum ada pemikiran untuk berkolaborasi dengan penyedia bahan

baku secara terstruktur dan kesepakatan periodik. Begitu juga dengan produk jadi yang
sudah siap dijual, sistem pemasaran yang belum terstuktur seringkali menyulitkan
pengusaha kecil dan menengah ini untuk menjual barangnya. Belum memiliki merk
produk yang dikenal oleh masyarakat menjadi celah bagi distributor untuk membeli
produk dari UMKM dengan harga yang murah kemudian diberi label tertentu oleh
distributor kemudian dijual dengan harga yang mahal, serta perubahan teknologi
informasi yang sangat cepat, dan komunikasi jejaring sosial yang dinamis.
Sebuah tantangan bagi pelaku UMKM untuk bertahan dan beradaptasi dengan
menjalin kolaborasi yang erat dengan stakeholdernya di era yang tidak pasti seperti
sekarang ini. Penelitian ini bertujuan untuk memetakan model resiliensi yang diterapkan
oleh UMKM di Propinsi Jawa Timur.
TINJAUAN LITERATUR
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
Terdapat beragam definisi mengenai UMKM yang dikemukakan oleh BPS,
Kemenkeu, KemenkopUMKM, maupun Kementrian industri dan perdagangan, UMKM
di Jawatimur dengan berbagai karakteristiknya memenuhi kriteria disebut UMKM.
Ditinjau dari bahan bakunya, UMKM dibagi menjadi 4 jenis, yaitu UMKM pengolah
makanan dan minuman, UMKM yang memproduksi barang atau kerajinan dari logam,
UMKM pembuat pakaian dan alas kaki, serta UMKM pengolah kayu, kulit dan tanaman
untuk kerajinan.

Karakteristik UMKM menyebutkan bahwa, produk yang di buat oleh UMKM
mayoritas merupakan produk untuk memenuhi keinginan seseorang, bukan memenuhi
kebutuhan (Hamidin et, al., 2013). Misalnya UMKM pembuat anyaman rotan atau
bambu atau kerajinan dari kayu. Konsumen membeli dengan harga yang sangat mahal.
Contoh lain menunjukkan UMKM pengolah makanan dan minuman, meskipun
makanan merupakan kebutuhan pokok, namun banyak UMKM restoran atau cafe yang
memberi citra bahwa konsumen datang ke restorang atau cafe tersebut lebih
dikarenakan keinginan bersantai atau berkumpul bersama komunitasnya dengan
berbagai varian makanan minuman, bukan untuk sekedar makan.
Manajemen Rantai Pasok
Supply Chain Management (Manajemen Rantai Pasokan) menurut Heizer dan
Render (2014) merupakan pengintegrasian seluruh aktifitas mulai dari pengadaan bahan
hingga pelayanan, perubahan bahan baku menjadi barang setengah jadi dan menjadi
produk akhir serta pengiriman kepada pelanggan melalui sistem distribusi. Sejalan
dengan pengertian tersebut, Hayati (2014) mengemukakan bahwa Supply Chain
Management merupakan pengelolaan berbagai kegiatan dalam rangka memperoleh
bahan mentah, kemudian dilanjutkan dengan kegiatan transformasi sehingga menjadi
produk dalam proses, kemudian menjadi produk jadi dan diteruskan dengan sistem
distribusi pengiriman ke konsumen.
Hayati (2014) menambahkan tujuan dari SCM adalah untuk meningkatkan

efektifitas dan efisiensi mulai dari suppliers, manufacturers, warehouse, dan stores.

80

Seminar Nasional Kewirausahaan dan Inovasi Bisnis VII
Universitas Tarumanagara, Jogjakarta, 24 Mei 2017
ISSN NO: 2089-1040
e-ISSN: 2579-9517

Apabila tidak ada koordinasi yang baik dengan semua pihak yang terkait dapat
menyebabkan kerugian yang sangat besar bagi UMKM.
Resiliensi
Menurut Walker et al. (2004) seperti dikutip oleh Dwiartama (2016), Resiliensi,
atau daya lenting (dari akar kata latin resalire, yang berarti melenting) didefinisikan
sebagai kemampuan suatu sistem untuk bertahan atau melenting kembali dari gangguan,
tanpa mengubah identitas dan fungsi dari sistem tersebut. Lebih lanjut Dwiartama
(2016) menjelaskan bahwa resiliensi merupakan kemampuan bertahan suatu kelompok
masyarakat yang dilanda krisis. Di model-model pembangunan dunia, resiliensi bahkan
menggantikan istilah keberlanjutan (sustainability). Menjadi lenting (being resilient)
terhadap perubahan menjadi syarat penting bagi hidup berkelanjutan.

Holling dan Gunderson (2002) menambahkan definisi konkrit dari istilah
resiliensi adalah jumlah gangguan yang mampu diterima oleh sistem sebelum bergeser
dari titik kestabilan ke titik kestabilan berikutnya.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan, yakni mengembangkan
framework mengadopsi dan memodifikasi metode penelitian riset sistem informasi dari
Henver, et al. (2004). Tahapannya adalah sebagai berikut :
1. Tahapan konstruksi : mendefinisikan konsep-konsep secara jelas, studi literature
terhadap knowledge base dan tinjauan hasil penelitian terdahulu yang terkait
dengan :
a. Teori resiliensi
b. Konsep manajemen rantai pasok dan elemen-elemen pendukungnya
c. Kajian hasil penelitian terdahulu
2. Tahapan pendefinisian resiliensi rantai pasok UMKM : mengidentifikasi
permasalahan UMKM, karakteristik, dan kecenderungan yang terjadi.
Indentifikasi setiap kecenderungan akan menjadi knowlegde bse bagi terciptanya
resiliensi rantai pasok UMKM.
Berikut adalah gambaran mengenai alur dalam penelitian ini :
Studi Pendahuluan
tentang UMKM


- Studi Literatur awal
- Data UMKM dari BPS
- Wawancara dengan
pelaku UMKM

Studi Literatur Hasil
penelitian terdahulu
- Strategi pemilihan
supplier
- Pemain utama
rantai pasok
- Hambatan
mengelola rantai
pasok

Identifikasi
Karakteristik UMKM

Identifikasi entitas /

pihak / pelaku yang
terlibat

- Studi Literatur Lanjutan
- Observasi lanjutan
Identifikasi resiliensi
Rantai Pasok UMKM
Gambar 1. Alur penelitian

81

Seminar Nasional Kewirausahaan dan Inovasi Bisnis VII
Universitas Tarumanagara, Jogjakarta, 24 Mei 2017
ISSN NO: 2089-1040
e-ISSN: 2579-9517

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Identifikasi pihak-pihak yang terlibat dalam sebuah sistem rantai pasok
Berikut adalah 5 pihak yang berkepentingan dalam sistem rantai pasok yang
diimplementasikan oleh UMKM. Setiap rantai menentukan kualitas dan harga dari

sebuah produk.
1. Suppliers: sebahai pihak penyedia bahan-bahan untuk produksi, baik bahan baku
utama, bahan-bahan pembantu, maupun penyedia mesin-mesin dan onderdil
mesin.
Pihak ini berperan sangat besar dalam penyediaan bahan yang berkualitas, dan
harga yang terjangkau oleh UMKM. Besar kemungkinan nya status dari supplier
ini juga merupakan UMKM.
2. Manufacturer : merupakan pihak yang membuat produk, baik pembuat produk
jadi maupun produk setengah jadi. Pihak manufacturer seharusnya memiliki
bergaining yang lebih tinggi dibandingkan dengan supplier karena pihak
manufacturer-lah yang menentukan jenis bahan baku yang digunakan dengan
harga yang disesuaikan dengan kemampuannya, namun tetap mengedepankan
proses produksi yang higienis dan membuat produk yang berkualitas.
3. Distributor : merupakan pihak yang bertanggung jawab mengirimkan barang,
baik berupa bahan mentah dari supplier menuju manufacturer, maupun produk
jadi dari manufacturer menuju gudang-gudang di luar daerah. Kehandalan dalam
pengiriman menentukan kualitas produk.
4. Wholeseller : merupakan pihak yang membeli produk dalam jumlah yang besar
dari manufacturer untuk berikutnya dijual ke pengecer atau langsung ke
konsumen.

Biasanya mark up harga paling besar ada dirantai ini, pemilik modal lebih
memilih menjadi wholeseller dari pada menjadi manufacturer karena margin
laba yang lebih menjanjikan.
5. Konsumen : merupakan pembeli akhir, yaitu pengguna produk.
Identifikasi hambatan pada setiap rantai
Dalam setap rantai, terdapat banyak hambatan yang harus dapat diselesaikan demi
kelancaran sistem rantai pasok. Berikut adalah identifikasi hambatan yang sering terjadi
pada setiap rantai :
1. Suppliers :
a. Tidak dapat memenuhi order
b. Kehabisan stock
c. Tidak dapat memenuhi spesifikasi bahan baku yang diinginkan manufacturer
d. Permintaan barang dari manufacturer tidak menyebutkan spesifikasi yang
jelas
e. Menyediakan bahan baku yang dibeli dari perusahaan besar
2. Manufacturers :
a. Bahan baku yang datang tidak memenuhi kualitas
b. Barang yang datang tidak memenuhi spesifikasi
c. Sangat tergantung pada pemasok insidental
d. Kerusakan mesin

e. Kelelahan pegawai
f. Elemen-elemen produk berserakan
g. Harga material yang akan dibeli terlalu mahal
82

Seminar Nasional Kewirausahaan dan Inovasi Bisnis VII
Universitas Tarumanagara, Jogjakarta, 24 Mei 2017
ISSN NO: 2089-1040
e-ISSN: 2579-9517

h. Tidak dapat memenuhi permintaan yang mendadak
i. Sulit menentukan standarisasi produk
3. Distributors :
a. Keterlambatan pengiriman barang dari suppliers
b. Keterlambatan pengiriman barang dari manufacturer
c. Tidak tersedianya alat angkut yang memadahi
d. Alat angkut / transportasi / crane sering rusak
e. Kondisi lalulintas yang tidak dapat diprediksi
f. Tidak memberikan garansi untuk kerusakan barag saat pengiriman
4. Wholeseller :
a. Mark up harga yang besar membuat harga barang menjadi mahal
b. Melakukan labelling sendiri
c. Merupakan decoupeling point dari banyak manufacturer
5. Konsumen :
a. Permintaan yang bervariasi dalam jumlah sedikit menyulitkan manufacturer
memproduksinya
b. Sulit diprediksi kecenderunganya karena daur hidup produk yang semakin
menurun
c. Selalu menginginkan produk dengan harga yang terjangkau namun
berkualitas tinggi
Identifikasi strategi rantai pasok
Pemilihan pemasok merupakan hal yang penting dalam keberlangsungan sebuah
usaha, terutama untuk UMKM. Dalam hal ini UMKM bisa berada pada posisi sebagai
supplier, manufacturer, distributor, maupun sebagai wholeseller. Keempat pihak dalam
sistem rantai pasok ini, semuanya berstatus UMKM. Yang dibahas dalam penelitian ini
adalah UMKM yang berada pada rantai manufacturer. Berikut adalah identifikasi
strategi rantai pasok yang diterapkan oleh UMKM pada posisi rantai manufacturer
ditinjau dari jenis produk yang dihasilkan :
1. UMKM pengolah makanan dan minuman :
Berikut strategi rantai pasok dari UMKM pengolah makanan dan minuman
a. Makanan dan minuman dengan jangka waktu kadaluwarsa kurang dari
seminggu
Supplier :
petani
Supplier :
peternak
Supplier :
pembudidaya

Retailer : pasar
tradisional
Wholeseller :
supermarket

Manufacturer :
restoran, warung,
produk dalam
kemasan

Konsumen

Gambar 2. Strategi rantai pasok UMKM makanan dan minuman dengan jangka waktu
kadaluwarsa kurang dari seminggu

83

Seminar Nasional Kewirausahaan dan Inovasi Bisnis VII
Universitas Tarumanagara, Jogjakarta, 24 Mei 2017
ISSN NO: 2089-1040
e-ISSN: 2579-9517

b. Makanan dan minuman ringan dalam kemasan dengan jangka waktu
kadaluwarsa lebih dari seminggu sampai sebulan, seperti kue-kue basah
Supplier :
pabrik tepung

Supplier :
pabrik susu

Distributor :
gudang
wilayah

Supplier :
penghasil telur
ayam

Manufacturer :
UMKM
pembuat kue
skala kecil dan
menengah

Distributor

Retailer :
distro,
toko-toko,
minimarket

Konsumen

Gambar 3. Strategi rantai pasok UMKM makanan dan minuman dengan jangka waktu
kadaluwarsa antara seminggu sampai sebulan

c. Makanan dan minuman ringan dalam kemasan dengan jangka waktu
kadaluwarsa lebih dari 3 bulan
Supplier :
perusahaan
besar
Supplier :
perusahaan
besar
Supplier :
perusahaan
besar

Manufacturer :
UMKM
makanan dan
minuman
dalam kemasan

Wholeseller :
Supermarket,
toko grosir
Distributor :
gudang
wilayah

Konsumen
Retailer :
distro,
toko-toko,
minimarket

Gambar 4. Strategi rantai pasok UMKM makanan dan minuman dengan jangka waktu
kadaluwarsa lebih dari sebulan

2. UMKM penghasil kerajinan kayu, kulit dan tanaman
Contoh UMKM penghasil kerajinan kayu adalah pembuat meja, kursi dari kayu
sengon atau kayu jati, sedangkan UMKM pembuat kerajinan kulit biasanya
memproduksi wayang atau kaligrafi, dan UMKM mengolah tanaman untuk
kerajinan yaitu tanaman enceng gondok untuk kerajinan tas, dan batok kelapa
untuk manik-manik perhiasan, dan sovenir pernikahan. Gambar berikut
mengilustrasikan karakteristik UMKM penghasil kerajinan kaju, kulit, dan
tanaman.
Supplier :
perusahaan
pengelola
hutan
Supplier :
usaha
perorangan
pengelola
perkebunan

Manufacturer :
Pembuat
kerajinan dari
kayu, kulit,
dan tanaman

Distributor di
berbagai
wilayah seperti
bali, jakarta,
dan yogyakarta

Wholeseller :
supermarket,
pusat oleh-oleh
Konsumen
Retailer : distro,
dan galeri
kerajinan tangan

Gambar 5. Strategi rantai pasok UMKM penghasil kerajinan kayu, kulit, dan tanaman

3. UMKM pembuat pakaian dan alas kaki
UMKM Manufacturer pembuat pakaian dan alas kaki biasanya membeli bahan
baku dan bahan-bahan pembantu maupun bahan pendukungnya dari industri

84

Seminar Nasional Kewirausahaan dan Inovasi Bisnis VII
Universitas Tarumanagara, Jogjakarta, 24 Mei 2017
ISSN NO: 2089-1040
e-ISSN: 2579-9517

besar, misalnya industri kain mori, kain katun, benang, dan pewarna tekstil.
UMKM jenis ini keberlanjutan usahanya sangat bergantung pada kondisi
industri besar. Berikut adalah ilustrasi model strategi rantai pasoknya :
Supplier :
usaha besar
produk kain,
benang, dan
pewarna tekstil
Supplier :
usaha besar
produk bahanbahan
pendukung

Manufacturer :
Pembuat
pakaian dan
alas kaki

Distributor di
berbagai
wilayah seperti
bali, jakarta,
dan yogyakarta

Wholeseller :
toko grosir,
pusat kulakan

Retailer :
distro, dan
galeri
kerajinan
tangan

Konsumen

Gambar 6. Strategi rantai pasok UMKM pembuat pakaian dan alas kaki

4. UMKM pengolah logam dan kerajinan dari logam
UMKM pengrajin logam dibagi menjadi 4 jenis, yaitu pembuat perhiasan
berbahan dasar logam, pembuat peralatan dapur, pertanian dan pertukangan, dan
UMKM pembuat onderdil kendaraan bermotor dengan mesin sederhana seperti
gerinda, dan mesin bubut, serta UMKM logam pembuat lemari, etalase toko, dan
pagar teralis logam. Dibawah ini adalah gambar strategi rantai pasok untuk
masing-masing jenis UMKM pengolah logam dan kerajinan dari logam :
a. Membuat perhiasan berbahan dasar logam
Supplier :
importir
produk perak,
tembaga,
alumunium,
dan perunggu

Distributor
berbagai
wilayah seperti
surabaya,
jombang,
nganjuk

Manufacturer :
Pengrajin
perhiasan,
manik-manik,
hiasan dinding

Wholeseller :
toko grosir,
pusat kulakan

Konsumen
Retailer :
distro, dan
galeri

Gambar 7. Strategi rantai pasok UMKM pembuat pakaian dan alas kaki

b. Membuat peralatan dapur, pertanian, dan pertukangan
Supplier :
limbah produk
besi, baja,
tembaga,
alumunium

Manufacturer :
Membuat
peralatan
dapur,
pertanian, dan
pertukangan

Retailer :
pasar
tradisional

Konsumen

Gambar 8. Strategi rantai pasok UMKM pembuat dapur, pertanian, dan pertukangan

c. Pembuat onderdil kendaraan bermotor
Supplier :
limbah produk
besi, baja,
tembaga,

Manufacturer :
Membuat
peralatan
dapur,
pertanian, dan
pertukangan

Konsumen

Gambar 9. Strategi rantai pasok UMKM pembuat dapur, pertanian, dan pertukangan

85

Seminar Nasional Kewirausahaan dan Inovasi Bisnis VII
Universitas Tarumanagara, Jogjakarta, 24 Mei 2017
ISSN NO: 2089-1040
e-ISSN: 2579-9517

d. Pembuat lemari, etalase toko, dan pagar teralis logam
Supplier :
importir
produk
alumunium,
dan besi
batangan

Distributor
berbagai
wilayah seperti
surabaya,
jombang,
nganjuk

Manufacturer :
Pembuat
lemari, etalase
toko, dan pagar
teralis besi

Retailer :
toko-toko
dan distro

Konsumen

Gambar 10. Strategi rantai pasok UMKM pembuat lemari, etalase toko, dan pagar
teralis logam

Model resiliensi rantai pasok UMKM
Resiliensi diartikan sebagai langkah adaptasi untuk bertahan pada situasi sulit,
dalam hal ini UMKM untuk mempertahankan keberlangsungan usahanya dituntut untuk
beradaptasi sering berbagai permasalahan eksternal yang dihadapi, seperti tingkat
inflasi, perubahan teknologi, perubahan selera konsumen, dan kelangkaan bahan baku.
Persaingan harga tidak dapat dihindari, konsumen semakin selektif dalam memilih
produk dengan selisih harga namun menyediakan manfaat yang sama. Berikut adalah
peta model resiliensi strategi rantai pasok UMKM menurut jenis produk yang
dihasilkan:
1. Strategi resiliensi ke hilir : UMKM menerapkan strategi resiliensi rantai pasok
dengan cara mempererat hubungan dengan pe-retail maupun konsumennya.
Customer relationship management merupakan knowledge base yang harus
dipahami dan diterapkan oleh pelaku UMKM.
Mengumpulkan segala bentuk interaksi dengan pe-retail dan konsumen
merupakan hal yang mutlak dilakukan, baik saran tentang perbaikan kualitas
produk, maupun mengenai kemasan dan penentuan harga.
Memperluas jaringan toko atau pe-retail yang menjual produk dari UMKM
ditunjang dengan pemanfaatan media-media sosial untuk menjual produk akan
meningkatkan penjualan dan lebih jauh membuat pelanggan menjadi loyal.
2. Strategi resiliensi ke hulu : UMKM menerapkan strategi resiliensi rantai pasok
dengan cara mempererat hubungan dengan para pemasoknya. Konsep yang
populer dalam konteks ini adalah Supplier relationship management, yaitu
mengelola hubungan baik dengan pemasoknya, baik pemasok bahan baku,
bahan pembantu, maupun komponen-komponennya.
Hal ini sangat penting dalam menjaga komitmen bersama mengenai kualitas.
Bahan baku yang berkualitas sangat menentukan nilai dari produk akhir yang
dijual kepada konsumen. Dengan proses pengadaan bahan yang lancar, manfaatmanfaat lain akan diperoleh, seperti kepastian ketersediaan bahan, kepastian
harga bahan, dapat lebih menfokuskan diri pada inovasi produk meskipun
bahan-bahan yang digunakan sama.
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
Mengelola aliran barang, aliran uang, dan aliran informasi secara akurat
merupakan tujuan utama dalam mengimplementasikan strategi resiliensi rantai pasok
UMKM di Propinsi Jawa Timur. Adapun strategi resiliensi rantai pasok ada 2 macam,
yaitu strategi resiliensi ke hilir dan strategi resiliensi ke hulu.
Pemilihan strategi resiliensi yang tepat dapat membantu UMKM di Jawa Timur
lebih fokus pada tujuannya. Ditinjau dari jenis produknya, maka strategi resiliensi ke

86

Seminar Nasional Kewirausahaan dan Inovasi Bisnis VII
Universitas Tarumanagara, Jogjakarta, 24 Mei 2017
ISSN NO: 2089-1040
e-ISSN: 2579-9517

hilir lebih tepat diterapkan oleh UMKM pembuat makanan minuman dan UMKM
pembuat pakaian dan alas kaki, karena daur hidup produk yang sangat cepat, era fashion
pada masa tertentu dapat berubah dengan cepat dan selera konsumen selalu mengikuti
perubahan tersebut.
UMKM pembuat kerajinan kayu, kulit, dan tanaman juga sangat tepat
menerapkan strategi resiliensi ini, karena melalui media sosial dapat memperluas area
pemasaran dan kesempatan memperkenalkan produk-produk kerajinan diluar negeri
sangat terbuka.
Sedangkan pemilihan strategi resiliensi ke hulu sangat tepat diterapkan oleh
UMKM pengolah logam, karena pasar sudah terbentuk, namun pengadaan bahan
bakunya sulit, karena impor dengan fluktuasi nilai tukar yang tidak menentu.
DAFTAR PUSTAKA
Dwiartama, Angga. (2016). “Membangun Kerangka Teoretis untuk Memahami
Resiliensi Sistem Pertanian Pangan di Indonesia.” Lembaga Penelitian Sosial
AKATIGA, Manajemen Sumber Daya Hayati, Sekolah Ilmu dan Teknologi
Hayati, ITB : Bandung. [Online] diakses tanggal 10 Maret 2017 tersedia di
https://dwiartama.files.wordpress.com/2016/08/makalah_angga_akatiga.pdf
Haizer, J., & Render, B., (2014). Manajemen Operasi. Edisi Sebelas. Penerbit : Salemba
Empat, Jakarta.
Hamidin, Dini, Yunani, Akhmad, Zakish, Azizah, 2013. “Penciptaan Kolaborasi Pada
Manajemen Rantai Pasok UKM.” [Online] diakses tanggal 10 Maret 2017 tersedia
di: http://jp.feb.unsoed.ac.id/index.php/sca-1/article/viewFile/276/281.
Hayati, Enty Nur. (2014). “Supply Chain Management (SCM) dan Logistic
Management”. Jurnal Dinamika Teknik. Vol. 8 No. 1 Januari 2014 h. 25-34. ISSN
: 1412-3339. [Online] diakses tanggal 15 Maret 2017 tersedia di
https://www.unisbank.ac.id/ojs/index.php/ft1/article/view/3039
Henver, A., March, S., Park, J., & Ram. S., ( 2004). Design Science in Information
Systems Research. MIS Quarterly.
Holling, C.S., Gunderson, L.H. (2002). “Resilience and Adaptive Cycles”. In L.H
Gunderson & C.S Holling (Eds.). Panarchy : Understanding Transformations in
Human and Natural Systems. Washington : Island Press.
Walker, B., Holling, C., Carpenter, S.R., & Kinzing, A. (2004). Resilience, Adaptability
And Transformability in Social-ecological Systems, Ecology dan Society, Vol. 9
No. 2. Pp. 5.
BIODATA
Penulis lahir di Kediri, 18 April 1985 merupakan staf pengajar di Fakultas Ekonomi
Universitas Nusantara PGRI Kediri. Telah menyelesaikan Pendidikan Pascasarjana
program Doktor di Universitas Negeri Malang. Bidang konsentrasi penulis adalah
Manajemen Operasional dan Operations Research.
Beberapa artikel yang sudah pernah dimuat dalam jurnal ilmiah dan dipresentasikan
dalam sesi Call for Paper antara lain berkaitan dengan pengendalian kualitas dan
pengukuran produktifitas kerja UMKM.

87

Dokumen yang terkait

ANALISIS KEMAMPUAN SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN SOAL PISA KONTEN SHAPE AND SPACE BERDASARKAN MODEL RASCH

69 778 11

MODEL KONSELING TRAIT AND FACTOR

0 2 9

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

2 5 46

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DITINJAU DARI PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI

6 77 70

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA ANTARA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL)

11 75 34

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA ANTARA MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING(PBL) DAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI)

6 62 67

MENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA REALIA DI KELAS III SD NEGERI I MATARAM KECAMATAN GADINGREJO KABUPATEN TANGGAMUS TAHUN PELAJARAN 2011/2012

21 126 83

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM GERAK MANUSIA (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning Semester Ganjil T

47 275 59

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TPS UNTUK MENINGKATKAN SIKAP KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV B DI SDN 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

6 73 58

PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMA MAKANANKU SEHAT DAN BERGIZI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE PADA SISWA KELAS IV SDN 2 LABUHAN RATU BANDAR LAMPUNG

3 72 62