BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Review Peneliti Terdahulu - Analisis Pengaruh Pemanfaatan Dana pada Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM-MP) Kota Medan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Review Peneliti Terdahulu
Penelitian yang di lakukan Santoso pada tahun 2011 yang berjudul Pengaruh PNPM dan Alokasi Belanja Daerah Untuk Pendidikan, Kesehatan dan Perkerjaan umum terhadap Penanggulanggan Kemiskinan dengan variabel dependen yaitu Indeks Kemiskinan, Indeks Kedalaman kemiskinan, Indeks Keparahan Kemiskinan dengan penelitian kuantitatif membandingkan dengan Independen PNPM, Belanja Daerah urusan Pendidikan, Belanja Daerah urusan Kesehatan dan Belanja Daerah urusan Pekerjaan Umum. Adapun hasil penelitian dari studi kasus ini adalah Indeks kemiskinan signifikan mempengaruhi penurunan terhadap PNPM dan alokasi belanja daerah bidang kesehatan, Indeks kedalaman kemiskinan signifikan mempengaruhi kesenjangan pengeluaran penduduk miskin dengan garis kemiskinan adalah PNPM dan belanja daerah untuk pendidikan, Indeks keparahan kemiskinan signifikan terhadap kesenjangan distribusi diantara penduduk miskin adalah PNPM dan belanja di bidang . pendidikan
Dalam International Journal of Bisnis dan Manajemen tahun 2012, Augustine Addo melakukan penelitian tentang Keuangan Mikro sebagai Strategi Penanggulangan Kemiskinan Negara Ghana. Variabel bebas yaitu Keuangan Mikro, Penggurangan Kemiskinan berpengaruh secara signifikan Strategi Penanggulangan Kemiskinan Dari hasil penelitian yang dilakukan, terdapat kesimpulan Penelitian ini berangkat untuk menguji dampak dari dukungan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) pada kemungkinan penduduk miskin di kota metropolitan Ghana. Keuangan Mikro sangat penting dalam pembangunan negara serta membantu mengentaskan kemiskinan. Oleh karena itu keuangan mikro harus memberikan pengakuan yang tepat. Hasil yang telah dianalisis dengan keuangan mikro memungkinkan kesimpulan berikut. Mayoritas dari responden melaporkan peningkatan dalam pendapatan mereka yang telah meningkatkan standar hidup mereka. Keuangan mikro telah membantu untuk membentu anak-anak mereka sekolah dan mampu membayar tagihan medis mereka. Serta membantu dalam memberi kehidupan sandang dan pangan keluarga mereka dengan baik. Di kesimpulan keuangan mikro telah membantu dalam meningkatkan taraf hidup rakyat dan telah membantu mengurangi tingkat kemiskinan dari responden baik secara sosial maupun ekonomi .
Sementara Goodwin (2006) dalam jurnalnya berjudul Pengukuran dan Pelaporan Dampak Pariwisata Terhadap Kemiskinan yang melakukan Penelitian tentang Pariwisata dan kemiskinan, dengan variabel bebas yaitu dampak pariwisata, pembangunan terhadap kemiskinan. Menyimpulkan Indikator yang luas dapat menunjukkan bahwa pertumbuhan pariwisata kedatangan domestik atau internasional berkorelasi dengan peningkatan rata-rata pendapatan per kapita Sehingga dapat menggurangi kemiskinan.
Hamzah (2008) Journal by tittle Analysis The Revenue And Expense On
Economic Growth, Poverty, And Unemployment.The samples of the study are
APBN for 1999 – 2006. The result study with descriptive analysis indicate that
revenue and expense meanly increase, but increase expense bigger than revenue.
Indicate this meanly deficit. The gowth economic and unemployment meanly
increase, while poverty fluctuative from year to year. The result of study with
regression indicate that expense positively significant effect on revenue For effect
revenue and revenue on unemployment t indicate positively significant effect. The
effect expense and expense on unemployment indicate positively significant effect.
For effect economic growth on unemployment indicate positively significant effect.
Demikian juga penelitian yang dilakukan PUSLITBAG Sosial, Ekonomi dan Sosial dan Lingkungan Kementrian Pekerjaan Umum (2011) yang menyimpulkan Kegiatan pengelolaan PNPM Mandiri Perkotaan dibentuk dengan mempertimbangkan input kegiatan yang terdiri dari aspek keuangan dimana keuangan dapat dipakai sebagai alat kontrol pengelolaan , variabel pengembangan, Pengelolaan, berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Program.
Beberapa penelitian terdahulu antara lain dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut :
Tabel 2.1.Theoritical Mapping Nama/Thn Peneliti Topik Variabel Independen yang Digunakan Hasil yang Diperoleh Santoso, (2011)
Pengukuran dan Pelaporan Dampak Pariwisata Terhadap Kemiskinan Kemiskinan (Y)
Pengelolaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan Kinerja Program (Y)
PUSLITBAG Sosial, Ekonomi dan Sosial dan Lingkungan Kementrian Pekerjaan Umum (2011) Penelitian dan Pengembangan
The gowth economic and unemployment meanly increase, while poverty fluctuative from year to year. The result of study with regression indicate that expense positively significant effect on revenue For effect revenue and revenue on unemployment t indicate positively significant effect. The effect expense and expense on unemployment indicate positively significant effect. For effect economic growth on unemployment indicate positively significant effect.
Poverty (Y1) Unemployment (Y2) Revenue (X1) Expanse (X2) Economic Growth (X3)
Analysis The Revenue And Expense On Economic Growth, Poverty, And Unemployment
, Madura–Indonesia.
Hamzah, (2006) Lecturer in Accounting Department, Economic Faculty, Trunojoyo University
Indikator yang luas dapat menunjukkan bahwa pertumbuhan pariwisata kedatangan domestik atau internasional berkorelasi dengan peningkatan rata-rata pendapatan per kapita Sehingga dapat menggurangi kemiskinan.
Pembangunan Millenium (X1) Dampak Pariwisata (X2)
Goodwin, (2006) Harold Dr University of Greenwich
Pengaruh PNPM dan Alokasi Belanja Daerah Untuk Pendidikan, Kesehatan dan Perkerjaan umum terhadap Penanggulanggan Kemiskinan Indeks Kemiskinan
Keuangan mikro sangat penting dan menyambut dalam Pembangunan Negara serta membantu mengentaskan kemiskinan. Keuangan mikro telah membantu dalam meningkatkan taraf hidup rakyat dan telah membantu mengurangi tingkat kemiskinan dari responden baik secara sosial maupun ekonomi.
Kemiskinan (Y) Keuangan Mikro (X1) Penggurangan Kemiskinan(X2)
Penanggulangan Kemiskinan Negara Ghana Strategi Penanggulangan
International Journal of Bisnis dan Manajemen, Keuangan Mikro sebagai Strategi
Augustine Addo, (2012) Kepala Departemen, Kewirausahaan dan Keuangan
2. Indeks kedalaman kemiskinan signifikan mempengaruhi kesenjangan pengeluaran penduduk miskin dengan garis kemiskinan adalah PNPM dan belanja daerah untuk pendidikan 3. Indeks keparahan kemiskinan signifikan terhadap kesenjangan distribusi diantara penduduk miskin adalah PNPM dan belanja di bidang pendidikan.
Indeks kemiskinan signifikan mempengaruhi penurunan terhadap PNPM dan alokasi belanja daerah bidang kesehatan
Belanja Daerah urusan Pekerjaan Umum (X4) 1.
Belanja Daerah urusan Pendidikan (X2) Belanja Daerah urusan Kesehatan (X3)
(Y1) Indeks Kedalaman kemiskinan (Y2) Indeks Keparahan Kemiskinan (Y3) PNPM (X1)
Pengembangan (X1) Pengelolaan (X2) Kegiatan pengelolaan PNPM Mandiri Perkotaan dibentuk dengan mempertimbangkan input kegiatan yang terdiri dari aspek keuangan dimana keuangan dapat dipakai sebagai alat kontrol pengelolaan
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Alokasi Dana
Penetapan lokasi dan alokasi dana PNPM dilakukan melalui proses konsultasi dan koordinasi diantara Kementrian/lembaga, Badan Perencanaan Pembangunan nasional (BAPENNAS), Kementrian Keuangan, dan Pemerintah Daerah (Provinsi, Kabupaten/Kota) di bawah kordinasi pengendali PNPM Mandiri dengan arahan Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K).
Adapun arahan TNP2K dalam penentuan lokasi dan alokasi dana PNPM adalah sebagai berikut:
1. Bantuan dana PNPM di terima secara secara penuh untuk seluruh lokasi sampai tahun anggaran 2014.
2. Alokasi dana PNPM menggunakan anggaran yang telah dibahas bersama dengan DPR.
3. Pokja Pengendali PNPM Mandiri bersama Menteri Keuangan dan Kementrian Pembangunan Perencanaan Nasional/ BAPPENAS ditugaskan mengembalikan alokasi dana PNPM menjadi penuh melalui APBN Perubahan.
4. Alokasi secara Penuh melalui mekanisme APBN.
5. Pengalokasian Dana PNPM Mandiri harus mengacu kepada Peraturan Menteri Keuangan Nomor 168/PMK.07/2009 tentang pendoman pendanaan urusan bersama pusat dan daerah dalam penanggulangan kemiskinan.
Tujuan dari alokasi dana itu sendiri yaitu untuk menanggulangi dampak kemiskinan dan mengurangi kesenjangan masyarakat dengan mengembangkan kegiatan sosial dan ekonomi masyarakat, meningkatkan pembangunan infrastruktur pedesaan serta untuk meningkatkan pendapatan dan masyarakat.
Pelaksanaan program alokasi dana merupakan sebagai bagian dari pemberdayaan masyarakat yang wajib melibatkan keikutsertaan masyarakat secara aktif dalam proses perencanaan, pelaksaan dan pengendalian.
Dalam Pedoman Pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan (2010) Besarnya dana BLM tiap Kelurahan ditentukan berdasarkan jumlah penduduk di kelurahan lokasi PNPM Mandiri Perkotaan seperti pada tabel sebagai berikut:
Tabel 2.2.1 Distribusi Alokasi Dana BLM per Kelurahan
Katagori Jumlah Penduduk Kelurahan / Desa ( Jiwa) Kategori Lokasi < 3000 3000–10000 > 10000 150 jt 200 jt 350 jt
% - tase KK Miskin> 10 % (0-1x BLM) % - tase KK Miskin> 10 % (2 x BLM) 100 jt 150 jt 200 jt % - tase KK Miskin< 10 % Jumlah KK Miskin < 50 KK, BLM = 50 jt
Jumlah KK Miskin > 50 KK, BLM = 100 jt Mekanisme Pencairan Dana BLM Dilakukan 3 Tahap, Yakni : Tahap 1 = 30 % Tahap 2 = 50 % dan Tahap 3 = 20 %
Sumber : Pedoman Pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan tahun 2010 2.2.2 Perencanaan dan Anggaran.
Penyusunan perencanaan disusun dengan mengikuti tahapan atau siklus tertentu. Tahapan tersebut biasanya berbeda-beda tergantung pada jenis perencanaan, tujuan perencanaan dan konteks perencanaan. Secara garis besar perencanaan sosial dapat dirumuskan menjadi lima tahapan yang meliputi identifikasi masalah, penentuan tujuan, penyusunan dan pengembangan rencana program, pelaksanaan program dan evaluasi program.
Pemerintah telah menata sistem perencanaan dan pembangunan nasional sebagai mana diatur dalam undang – undang nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Perubahan itu juga terjadi sebagaimana di amanatkan oleh undang – undang tahun 2003 tentang keuangan negara yang meliputi:
1) Penerapan pendekatan anggaran dengan persepektif jangka menegah, memberikan kerangka yang menyeluruh dan meningkatkan keterkaitan antara proses perencanaan dan penganggaran.
2) Penerapan anggaran secara terpadu, memuat semua kegiatan, dalam
APBN yang disusun secara terpadu yang mengintegrasikan anggaran belanja rutin dan pembangunan.
3) Penerapan anggaran berdasarkan kinerja dalam memperjelas tujuan dan indikator sebagai bagian pengembangan sistem penganggaran berbasis kinerja yang akan mendukung perbaikan efisiensi dan efektivitas dalam memanfaattkan sumber daya dan memperkuat proses pengambilan keputusan tentang kebijakan dalam kerangka jangka menengah.
Berkaitan dengan reformasi perencanaan dan penganggaran, para dan tingat satuan kerja menetapkan kebijakaan, program, kegiatan, sasaran, dan anggaran. Langkah tersebut merupakan silkus tahunan sehingga pelaksanaanya tepat sasaran, tepat waktu, efisien, efektif dan akuntabel.
Proses perencanan dan penggangaran Dana APBN menurut PMK 168/2009 dapat di lihat di tabel berikut :
Tabel 2.2.2 Proses Perencanan dan Penggangaran Dana APBN
TIME FRAME KEMENTERIAN/LEMBAGA KEPALA DAERAH
Menyusun Program/Kegiatan (RKP dan Renja) Maret PMK IFKD
Memberitahukan Indikasi Apabila Indikasi Program/ Juni Program/Kegiatan Urusan Bersama kegiatan UB sesuai kebijakan
Pemda, KDH Setelah Pagu Sementara
Meneruskan kepada SKPD Penyusunan RKA-KL sebagai bahan perencanaan penyediaan APBN
Penandatanganan Naskah Perjanjian UB Desember
Menyampaikan RKA-KL yang telah Menyampaikan RKA-KL disetujui Menkeu kepada DPRD sebagai bahan Setelah Perpres penetapan APBD
Menetapkan KPA dan menyusun Menyampaikan usulan nama RABPP Konsep DIPA
KPA untuk APBN Sumber : menurut PMK 168/No. 07/Tahun 2009
Menurut Badjuri dan Yuwono (2002) bahwa karakteristik perencanaan kebijakan publik yang baik adalah sebagai berikut : a.
Merupakan respon yang positif dan proaktif terhadap kepentingan publik.
Hal ini perlu ditekankan karena seringkali kebijakan direncanakan semata- mata untuk memenuhi kepentingan politik atau kepentingan pribadi.
b.
Merupakan hasil konsultasi dan debat publik dengan analisis yang mendalam,rasional dan memang ditunjuksn untuk kepentingan umum.
c.
Merupakan hasil dari manajemen partisipatif yang tetap membuka diri pada masukan dan input, sepanjang belum ditetapkan sebagai kebijkan. d.
Menghasilkan rencana kebijakan yang mudah dipahami, mudah dilakukan, mudah dievaluasi, indikatornya jelas sehingga mekanisme akuntabilitasnya mudah pula.
e.
Merupakan hasil pemikiran panjang yang telah mempertimbangkan berbagai hal yang mempengaruhi f.
Merupakan perencanaan yang bervisi ke depan dan berdimensi luas yang tidak dipersiapkan untuk kepentingan sesaat semata.
Karakteristik sasaran anggaran yaitu partisipasi anggaran (budgetary
participation ), kejelasan sasaran anggaran (budget goal clarity), umpan balik
anggaran (budgetary feedback), evaluasi anggaran (budgetray evaluation) dan kesulitan sasaran anggaran (budget goal difficulty). Karakteristik sasaran anggaran dapat berpengaruh terhadap sikap yang terkait dengan pekerjaan dan sikap yang terkait dengan anggaran Kenis (1979).
Secara umum silkus perencanaan PNPM dapat di lihat pada gambar hubungan dengan APBN dan APBD dapat dilihat pada Gambar 2.2.2 berikut :
PS LKM Pencairan BLM (bersumber Dana APBN dan APBD) PJM/ RENTA RK Pemanfaatan BLM (bersumber Dana APBN dan APBD) SOS AWAL /
KSM RKM Pemetaan Sosial
2 Gambar 2.2.2
Silkus Perencanaan PNPM Hubungan dengan APBN dan APBD Keterangan Gambar : SOS AWAL : Sosialisasi Awal RKM : Rembug Kesiapan Masyarkat RK : Refleksi Kemiskinan PS : Pemetaan Swadaya LKM : Lembaga Kesawadayaan Masyarakat PJM : Program Jangka Menengah Renta : Rencana Tahunan BLM : Bantuan Lansung Masyarakat APBD : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBN : Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional KSM : Kelompok Swadaya Masyarakat
2.2.3. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
APBN adalah : Suatu daftar yang memuat perincian sumber - sumber pendapatan negara dan jenis-jenis pengeluaran negara dalam jangka waktu satu tahun ( 1 Januari – 31 Desember ) yang ditetapkan dengan undang-undang dan dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung jawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Adapun fungsi APBN jika ditinjau dari kebijakan fiskal : a) Fungsi Alokasi.
APBN dapat digunakan untuk mengatur alokasi dana dari seluruh pendapatan negara kepada pos-pos belanja untuk pengadaan barang-barang dan jasa-jasa publik, serta pembiayaan pembangunan lainnya. b) Fungsi Distribusi.
Fungsi ini bertujuan untuk menciptakan pemerataan atau mengurangi kesenjangan antar wilayah, kelas sosial maupun sektoral. APBN selain digunakan untuk kepentingan umum yaitu untuk pembangunan dan kegiatan penyelenggaraan pemerintahan, juga disalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk subsidi, bea siswa, dan dana pensiun. Subsidi, bea siswa, dan dana pensiun merupakan bentuk dari transfer payment. Transfer payment adalah pengalihan pembiayaan dari satu sektor ke sektor yang lain.
c) Fungsi Stabilitas.
APBN merupakan salah satu instrumen bagi pengendalian stabilitas perekonomian negara di bidang fiskal. Misalnya jika terjadi ketidakseimbangan yang sangat ekstrem maka pemerintah dapat melakukan intervensi melalui anggaran untuk mengembalikan pada keadaan normal.
Fungsi APBN jika ditinjau dari sisi manajemen sebagai berikut: Pedoman bagi pemerintah untuk melakukan tugasnya pada periode
mendatang.
pemerintah.
Alat kontrol masyarakat terhadap kebijakan yang telah dibuat oleh
kebijakan dan program-program yang direncanakan. Tujuan APBN adalah sebagai pedoman penerimaan dan pengeluaran negara dalam melaksanakan tugas kenegaraan untuk meningkatkan produksi,
Untuk menilai seberapa jauh pencapaian pemerintah dalam melaksanakan memberi kesempatan kerja, dan menumbuhkan perekonomian, untuk mencapai kemakmuran masyarakat.
Menurut Erlina, Sirojusilam dan Rasdianto (2012) Adapun tahap penyusunan RKP adalah sebagai berikut: a.
Penyiapan rancangan awal RKP sebagai penjabaran RPJM Nasional b. Penyiapkan rancangan Renja-KL sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya dengan mengacu kepada rancangan awal RKP c.
Bappenas mengkoordinasikan penyusunan rancangan RKP dengan menggunakan rancangan Renja-KL; d.
Musyawarah perencanaan pembangunan (Musrenbang) e. Penyusunan rancangan akhir rencana kerja berdasarkan hasil Musrenbang; f. Penetapan RKP dalam bentuk Peraturan Presiden.
Selanjutnya, RKP ini menjadi pedoman dalam menyusun Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Renja-KL menjadi pedoman untuk menyusun Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara / Lembaga (RKA - KL).
Dalam suatu perencanaan pembangunan sebagai suatu siklus ada empat tahapan yang dilalui, yakni:
1. Penyusunan rencana 2.
Penetapan rencana 3. Pengendalian pelaksanaan rencana dan 4. Evaluasi pelaksanaan rencana.
Keempat tahapan diselenggarakan secara berkelanjutan sehingga secara keseluruhan membentuk satu siklus perencanaan yang utuh. Penyusunan rencana dilaksanakan untuk menghasilkan rancangan lengkap suatu rencana yang siap untuk ditetapkan yang terdiri dari 4 (empat) langkah.
1. Penyiapan rancangan rencana pembangunan yang bersifat teknokratik, menyeluruh, dan terukur.
2. Masing-masing instansi pemerintah menyiapkan rancangan rencana kerja dengan berpedoman pada rancangan rencana pembangunan yang telah disiapkan.
3. Melibatkan masyarakat (stakeholders) dan menyelaraskan rencana pembangunan yang dihasilkan masing-masing jenjang pemerintahan melalui musyawarah perencanaan pembangunan.
4. Penyusunan rancangan akhir rencana pembangunan. Selanjutnya adalah penetapan rencana menjadi produk untuk melaksanakannya.
Pencairaan dana urusan bersama dan penyaluran Dana APBN menurut PMK 168/2009 adalah sebagai berikut : 1.
Pencairan APBN secara umum dilakukan sesuai dengan mekanisme yang berlaku dalam pembayaran atas beban APBN, sedangkan ketentuan ebih lanjut diatur dengan Perdirjen Perbendaharaan.
2. APBN disalurkan secara langsung kepada masyarakat, kelompok masyarakat dan/atau lembaga partsipatif masyarakat dalam bentuk uang.
3. APBN yang telah ditransfer ke rekening masyarakat, kelompok masyarakat dan/atau lembaga partsipatif masyarakat harus telah dimanfaatkan sesuai dengan rencana selambat-lambatnya 3 bulan setelah tahun anggaran bersangkutan berakhir.
4. Apabila dalam jangka waktu sebagaimana tersebut di atas, dana tersebut belum dimanfaatkan maka dana tersebut harus disetorkan ke rekening kas umum negara.
5. Mekanisme pencairan dan penyaluran APBN berpedoman pada peraturan yang mengatur mengenai pengelolaan keuangan daerah .
2.2.4. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah adalah rencana keuangan tahunan Pemerintahan Daerah yang di bahas dan di setujui oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah ( DPRD ), dan di tetapkan dengan Peraturan Daerah. APBD merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah dalam masa 1 (satu) tahun anggaran terhitung 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember. Kepala Daerah dalam penyusunan rancangan APBD menetapkan prioritas dan plafon anggaran sebagai dasar penyusunan rencana kerja dan anggaran satuan kerja perangkat daerah. APBD perubahan dan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD setiap tahun ditetapkan dengan Peraturan Daerah. APBD berfungsi sebagai otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi dan distribusi. Semua penerimaan dan pengeluaraan daerah dalam tahun anggaran yang bersangkutan harus dimasukkan dalam APBD. Surplus APBD dapat digunakan untuk membiayai pengeluaran Daerah tahun anggaran berikutnya ( UU No. 33 Tahun 2004 )
Struktur APBD terdiri Laporan Realisasi Anggaran merupakan istilah baru yang digunakan dalam pertanggungjawaban atas pengelolaan keuangan negara/daerah. Selama inilistilah yang digunakan adalah Laporan Perhitungan Anggaran. Kepmendagri 29/2002 dan SAP menggunakan struktur APBD yang sama, yaitu APBD terdiri dari Anggaran Pendapatan, Anggaran Belanja, dan Anggaran Pembiayaan. Perbedaan terjadi dalam struktur anggaran belanja. SAP mengatur penyajian Laporan Realisasi Anggaran pada lembar muka berdasarkan karakter belanja dan jenis belanja, sedangkan Kep mendagri 29/2002 mengklasifikasikan belanja ke dalam Belanja Aparatur dan Belanja Publik.
Selanjutnya baik pada Belanja Aparatur maupun Belanja Publik, Belanja diklasifikasikan menjadi Belanja Administrasi Umum, Belanja Operasi dan Pemeliharaan, dan Belanja Modal
Proses penyusunan APBD terjadi di tingkat eksekutif dan legislatif, Adapun prosesnya sebagai berikut : 1.
Proses yang terjadi di Eksekutif Proses penyusunan APBD secara keseluruhan berada di tangan Sekretaris Daerah yang bertanggungjawab mengkoordinasikan seluruh kegiatan penyusunan APBD, sedangkan proses penyusunan belanja rutin disusun oleh bagian keuangan Pemda. Proses penyusunan penerimaan dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah dan proses penyusunan belanja pembangunan disusun oleh BAPPEDA (bagian penyusunan program dan bagian keuangan).
2. Proses di legislatif
Proses penyusunan APBD di tingkat legislatif dilakukan berdasarkan Tatib DPRD yang bersangkutan.
2.2.5. Dana Swadaya Masyarakat
Dana swadaya masyarakat adalah dana yang bersumber dari swadaya masyarakat yang bertujuan memberikan keluasaan pada masyarakat berperan aktif dalam perencanaan dan pelaksanaan program kegiatan. Partisipasi masyarakat dalam bentuk dana tunai maupun berbentuk barang merupakan keberhasilan program ini. Karena kegiatan ini di laksanakan oleh masyarakat untuk masyarakat dan bermanfaat untuk masyarakat luas.
Besarnya dana masyarakat dalam program ini di sesuaikan minimal 30 % dari kegiatan program baik kegiatan infrastruktur maupun kegiatan yang berbentuk sosial.
2.1.6. Pengawasan
Pengelolaan pemerintah daerah yang berakuntabilitas, tidak bisa lepas dari anggaran pemerintah daerah. Hal ini sesuai dengan pendapat Mardiasmo (2002), yang mengatakan wujud dari penyelenggaraan otonomi daerah adalah pemanfaatan sumber daya yang dilakukan secara ekonomis, efisien, efektif, adil dan merata untuk mencapai akuntabilitas publik. Anggaran diperlukan dalam pengelolaan sumber daya tersebut dengan baik untuk mencapai kinerja yang diharapkan oleh masyarakat dan untuk menciptakan akuntabilitas terhadap masyarakat.
Pelaporan dan Pertanggung jawaban Dana APBN dan APBD Sesuai PMK 168/PMK.07/2009 Pasal 16, 17 dan 18 adalah : 1.
SKPD yang menjadi pelaksana kegiatan penanggulangan kemiskinan Dana APBN dan APBD wajib menyusun Laporan Keuangan berupa:
- Neraca • Laporan Realisasi Anggaran dan
- Catatan atas Laporan Keuangan 2.
Tata cara penyusunan dan penyampaian laporan keuangan APBN mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat.
3. Tata cara penyusunan dan penyampaian laporan keuangan APBD mengacu ketentuan peraturan mengenai pengelolaan keuangan daerah dan Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah 4. Kepala daerah melampirkan laporan keuangan tahunan atas pelaksanaan
APBD dalam Laporan Pertanggungjawaban APBD kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) sebagai wujud transparansi dan akuntabilitas APBN dan APBD.
Kenis (1979) menemukan bahwa pelaksana anggaran memberikan reaksi positif dan secara relatif sangat kuat untuk meningkatkan kejelasan sasaran anggaran. Reaksi tersebut adalah peningkatan kepuasan kerja, penurunan ketegangan kerja, peningkatan sikap karyawan terhadap anggaran, kinerja anggaran dan efisiensi biaya pada pelaksana anggaran secara signifikan, jika sasaran anggaran dinyatakan secara jelas. Kenis (1979) menyatakan bahwa penetapan tujuan spesifik akan lebih produktif daripada tidak menetapkan tujuan spesifik. Hal ini akan mendorong karyawan untuk melakukan yang terbaik bagi pencapaian tujuan yang dikehendaki.
Kejelasan sasaran anggaran akan mempermudah aparat pemerintah daerah dalam menyusun anggaran untuk mencapai target-target anggaran yang telah ditetapkan. Komitmen yang tinggi dari aparat pemerintah daerah akan berimplikasi pada komitmen untuk bertanggung-jawab terhadap penyusunan anggaran tersebut. Dengan demikian, semakin jelas sasaran anggaran aparat pemerintah daerah dan dengan didorong oleh komitmen yang tinggi, akan mengurangi kesenjangan anggaran pemerintah daerah. Berdasarkan uraian di atas, disusun hipotesis dalam konteks pemerintah daerah, sebagai berikut: semakin tinggi kesesuaian kejelasan sasaran anggaran dengan komitmen organisasi, semakin rendah senjangan anggaran instansi pemerintah daerah
Pengawasan dan Pengendalian Dana APBN dan APBD Menurut PMK 168/PMK.07/2009 Pasal 23 yaitu : 1.
TKPK Nasional melakukan koordinasi pengawasan dan pengendalian terhadap efektivitas pelaksanaan urusan bersama untuk Penanggulangan Kemiskinan paling kurang setiap 3 (tiga) bulan sekali.
2. Menteri/Pimpinan Lembaga dan Kepala Daerah melakukan pengawasan dan pengendalian atas efektivitas pengelolaan kegiatan urusan bersama untuk Penanggulangan Kemiskinan.
3. Menteri Keuangan melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap pelaporan keuangan APBN.
4. Kepala daerah melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap pelaporan keuangan APBD.
5. Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) dilaksanakan dalam rangka peningkatan efisiensi dan efektivitas pengelolaan APBN dan APBD Indikator keberhasilan PNPM Mandiri Perkotaan ini menjadi rujukan bagi semua pihak dalam menilai capaian dampak maupun hasil program, baik
Departemen Pekerjaan Umum sebagai Executing Agency, Pemerintah Pusat dan Daerah, Masyarakat dan Lembaga Donor serta para pihak lainnya, Pedoman Pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan (2010) dapat di lihat pada tabel berikut ini:
Tabel 2.2.6 Indikator Keberhasilan PNPM Mandiri PerkotaanTujuan Akhir Indikator Dampak Kegunaan dari Informasi Dampak Masyarakat miskin di lokasi PNPM Perkotaan mendapat manfaat dari perbaikan sosial ekonomi dan tata pemerintahan setempat
- Peningkatan angka pengeluaran keluarga atau perbaikan akses ke pelayanan ekonomi dan sosial 80 % kelurahan
- Prasarana lebih murah 20 % di bandingkan dengan di bangun pola yang tidak bertumpu pada masyarakat, di 80 % Kelurahan • Tingkat kepuasan Pemanfaatan terhadap perbaikan pelayanan dan tata pemerintahan setempat mencapai 80 % Menetapkan apakah PNPM memberikan dampak kesejahteraan sosial dan ekonomi sesuai dengan yang di harapkan.
Hasil Antara Indikator Hasil Kegunaan Pemantauan Hasil Komponen I:
- Min 40% tingkat kehadiran kaum miskin dan rentan dalam pertemuan 2 perencanaan dan pengambilan keputusan
- Min 40% tingkat kehadiran perempuan dalam pertemuan 2 perencanaan dan pengambilan keputusan
- Min 30% penduduk dewasa mengikuti pemilihan LKM di tingkat RT/komunitas basis
- LKM terbentuk di Min 90% kelurahan
- Min 90% dari kelurahan telah menyelesaikan PJM Pronangkis dan telah diratifikasi dalam musyawarah warga
- Min 80% Pemerintah Kab/Kota menyediakan dana pendukung 20% untuk Pemkot/Kab dengan kapasitas fiskal rendah dan 50% untuk Pemkot/kab dengan fiskal sedang, tinggi dan sangat tinggi.
- Menilai apakah rancangan pembentukan LKM dan PJM Pronangkis perlu diperbaiki.
- Menetapkan bilamana proses pemilihan LKM dan sosialisasi perlu diperbaiki.
a. Masyarakat yang terorganisasi dengan kebutuhan yang meningkat untuk menyuarakan pendapatnya
b. Pemerintah Kab/Kota menyediakan pelayanan yang lebih baik untuk masyarakat miskin
Komponen II: LKM menyediakan layanan yang terbaik untuk masyarakat miskin
- Jumlah dari setiap prasarana, ekonomi dan sosial diselesaikan di 80 % kelurahan
- Min 70% dari prasarana memiliki kwalitas baik
- Min 90% kelurahan dengan program dana bergulir memiliki pinjaman beresiko (LAR) > `3d 3 bulan < 10 %
- Min 90% kelurahan dengan program dana bergulir memiliki pendapatan rasio pendapatan dan biaya > 125%
- Min 90% kelurahan dengan dana bergulir dengan tingkat pengembalian modal tahunan > 10%
- Min 30% anggota KSM adalah perempuan Menentukan apakah dibutuhkan tambahan bantuan teknik di bidang tertentu.
Komponen III: Konsultan menyediakan bantuan teknik dan dukungan dalam pelaksanaan proyek.
- 90% KMW menyediakan data secara akurat dan tepat waktu melalui SIM
- 70% LKM telah meyelesaikan Audit keuangan tah>Menilai apakah bantuan teknik dan dukungan pelaksanaan perlu diperbaiki/ditingkatkan
- Menyediakandata yang akurat tepat waktu untuk pengambilan keputusan di tingkat manajemen.
2.2.7. Kemiskinan
Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan masalah global. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan.
Kemiskinan dipahami dalam berbagai cara. Pemahaman utamanya mencakup: Gambaran kekurangan materi, yang biasanya mencakup kebutuhan pangan
- sehari-hari, sandang, perumahan, dan pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini dipahami sebagai situasi kelangkaan barang-barang dan pelayanan dasar.
- ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam masyarakat. Hal ini termasuk pendidikan dan informasi. Keterkucilan sosial biasanya dibedakan dari kemiskinan, karena hal ini mencakup masalah-masalah politik dan moral, dan tidak dibatasi pada bidang ekonomi.
Gambaran tentang kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan sosial,
- Makna "memadai" di sini sangat berbeda-beda melintasi bagian-bagian politik dan ekonomi di seluruh dunia.
Gambaran tentang kurangnya penghasilan dan kekayaan yang memadai.
Kemiskinan bisa dikelompokan dalam dua kategori , yaitu Kemiskinan absolut dan Kemiskinan relatif. Kemiskinan absolut mengacu pada satu set standard yang konsisten, tidak terpengaruh oleh waktu dan tempat atau negara. Sebuah contoh dari pengukuran absolut adalah persentase dari populasi yang makan dibawah jumlah yg cukup menopang kebutuhan tubuh manusia ( kira - kira 2000 - 2500 kalori per hari untuk laki laki dewasa).
Bank Dunia mendefinisikan Kemiskinan absolut sebagai hidup dengan pendapatan dibawah USD $1/hari dan Kemiskinan menengah untuk pendapatan dibawah $2 per hari, dengan batasan ini maka diperkiraan pada 2001 1,1 miliar orang didunia mengonsumsi kurang dari $1/hari dan 2,7 miliar orang didunia mengonsumsi kurang dari $2/hari. Proporsi penduduk negara berkembang yang hidup dalam Kemiskinan ekstrem telah turun dari 28 % pada 1990 menjadi 21 % pada 2001. Melihat pada periode 1981 - 2001, persentase dari penduduk dunia yang hidup dibawah garis kemiskinan $1 dolar/hari telah berkurang separuh.
Tetapi, nilai dari $1 juga mengalami penurunan dalam kurun waktu tersebut.
Meskipun kemiskinan yang paling parah terdapat di negara bekembang, ada bukti tentang kehadiran kemiskinan di setiap region. Di negara-negara maju, kondisi ini menghadirkan kaum tuna wisma yang berkelana ke sana kemari dan daerah pinggiran kota. Kemiskinan dapat dilihat sebagai kondisi kolektif masyarakat miskin, atau kelompok orang-orang miskin, dan dalam pengertian ini keseluruhan negara kadang-kadang dianggap miskin. Untuk menghindari stigma ini, negara-negara ini biasanya disebut sebagai negara berkembang.
Penyebab kemiskinan banyak dihubungkan dengan antara lain:
akibat dari perilaku, pilihan, atau kemampuan dari si miskin.
Penyebab individual, atau patologis, yang melihat kemiskinan sebagai
keluarga.
Penyebab keluarga, yang menghubungkan kemiskinan dengan pendidikan
dengan kehidupan sehari-hari, dipelajari atau dijalankan dalam lingkungan sekitar Penyebab agensi, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari aksi orang
Penyebab sub-budaya (subcultural), yang menghubungkan kemiskinan
lain, termasuk perang, pemerintah, dan ekonomi Penyebab struktural, yang memberikan alasan bahwa kemiskinan
merupakan hasil dari struktur sosial.
A.
Jenis - jenis Kemiskinan Besarnya kemiskinan dapat diukur dengan atau tanpa mengacu kepada garis kemiskinan. Konsep yang mengacu kepada garis kemiskinan disebut kemiskinan relatif, sedangkan konsep yang pengukurannya tidak didasarkan pada garis kemiskinan disebut kemiskinan absolute:
1) Kemiskinan relatif adalah suatu ukuran mengenai kesenjangan di dalam distribusi pendapatan, biasanya dapat didefinisikan didalam kaitannya dengan tingkat rata-rata dari distribusi yang dimaksud.
2) Kemiskinan absolut adalah derajat kemiskinan dibawah, dimana kebutuhan-kebutuhan minimum untuk bertahan hidup tidak dapat terpenuhi.
B.
Faktor - faktor penyebab kemiskinan Tidak sulit mencari faktor-faktor penyebab kemiskinan, tetapi dari faktor- faktor tersebut sangat sulit memastikan mana yang merupakan penyebab sebenarnya serta mana yang berpengaruh langsung dan tidak langsung terhadap perubahan kemiskinan.
C.
Kebijakan Kemiskinan Untuk menghilangkan atau mengurangi kemiskinan di tanah air diperlukan suatu strategi dan bentuk intervensi yang tepat, dalam arti cost effectiveness-nya tinggi.
Ada tiga pilar utama strategi pengurangan kemiskinan, yakni : 1. Pertumuhan ekonomi yang berkelanjutan dan yang prokemiskinan 2.
Pemerintahan yang baik (good governance) 3. Pembangunan social
Untuk mendukung strategi tersebut diperlukan intervensi-intervensi pemerintah yang sesuai dengan sasaran atau tujuan yang bila di bagi menurut waktu yaitu : a.
Intervensi jangka pendek, terutama pembangunan sektor pertanian dan ekonomi perdesaan b.
Intervensi jangka menengah dan panjang Pembangunan sektor swasta
Kerjasama regional
APBN dan administrasi
Desentralisasi
Penyediaan air bersih dan Pembangunan perkotaan
Pendidikan dan Kesehatan
Kesenjangan ekonomi atau ketimpangan dalam distribusi pendapatan antara kelompok masyarakat berpendapatan tinggi dan kelompok masyarakat berpendapatan rendah serta tingkat kemiskinan atau jumlah orang yang berada di bawah garis kemiskinan (poverty line) merupakan dua masalah besar di banyak negara - negara berkembang, tidak terkecuali di Indonesia.
Program PNPM memahami kemuiskinan adalah akibat dan akar penyebab kemiskinan yang sebenarnya adalah kondisi masyarakat utamanya para pemimpin yang belum berdaya sehingga tidak mampu menerapkan nilai – nilai luhur dalam setiap keputusan dan tindakan yang dilakukan, sebagaimana dapat dilihat pada
Gambar 2.2.7 :Penyebab tingkat 4 atau gejala kemiskinan Penyebab tingkat 3 Penyebab Tingkat 2 Penyebab Tingkat 1
Gambar 2.2.7
Program PNPM Mandiri Perkotaan Memahami Tentang Kemiskinan
KEMISKINAN
Tidak memiliki akses ke sistem politik yang akomodatif Tidak, transparan, tidak partisipatif,tidak akuntabel , demokrasi semu berorintasi kepentingan pribadi dan kelompok , dominasi elite dll.
Tidak memiliki akses ke lingkungan permukiman yang layak.
Pencemaran dan kerusakan alam, permukiman kumuh, tinggal dikawasan Ilegal, tidak berorientasipada pembangunan yang berkelanjutan dsb .
Rendahnya Kapital Sosial Kehidupan Sosial yang segregatif,pudarnya solidaritas sosial, proses marginalisasi, SDM rendah, pendidikan tidak memadai, penggangguran,budaya miskin. dsb
Tidak memiliki Akses Ke peluang & sumber daya ekonomi Tidak ada kesempatan, keterampilan rendah, masih sulit akses ke sumber daya kunci dan permodalan, tidak membangun jiwa kewirausahaan .
Kebijakan dan Keputusan – Keputusan yang Tidak
Adil
Institusi Pengambilan Keputusan Tidak Mampu Menerapkan Nilai – Nilai luhur
Lunturnya nilai –nilai luhur universal ( jujur, adil, ikhlas, tanpa pamrih, dll) dari pada perilaku pengambilan keputusan di berbagai tingkat.Tujuan Pembangunan Milenium sejumlah target yang ditetapkan untuk beberapa dimensi utama kelaparan kemiskinan, akses ke air minum, penghasilan harian, kematian ibu, pendidikan dan berbagai prioritas atau lainnya (UN GA, 2000 : Bank Dunia, 2005). Program dilaksanakan berdasarkan kerangka acuan yang menjelaskan antara lain pendekatan dan metodologi pelaksanaan, menguraikan secara ringkas berbagai kegiatan yang akan dilaksanakan dalam rangka mendukung implementasi program yang bersangkutan, indikator-indikator keberhasilan program, serta penanggungjawabnya.
2.2.7.1. Mengentaskan Kemiskinan Ekstrim dan Kelaparan
Pada tingkat nasional, dengan usaha yang lebih keras, indonesia akan dapat mengurangi kemiskinan dan kelaparan hingga setengahnya pada tahun 2015. Meskipun begitu, masih terdapat perbedaan antara daerah kaya dan miskin. Banyak daerah miskin di perdesaan, terutama wilayah timur indonesia yang memerlukan kerja keras untuk mencapai target menggurangi kemiskinan dan kelaparan.
2.2.7.2. Mencapai Pendidikan Dasar Untuk Semua
Pemerintah indonesia berkomitmen untuk memenuhi target ini dengan merancang program wajib belajar 9 tahun. Program wajib belajar 9 tahun berfokus pada peningkatan akses dan memperluas kesempatan belajar kepada seluruh anak usia sekolah, terutama yang berada di daerah miskin dan daerah perdalaman.
2.2.7.3. Mendukung kesetaraan gender dan memperdayakan perempuan
Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kesempatan bagi perempuan untuk bekerja di sektor non pertanian dan kesetaraan imbalan. Aspek kesetaraan perempuan merupakan langkah untuk mencapai tujuan MDG’s termasuk juga peningkatan keterwakilan perempuan dalam aspek politik dan ekonomi.
Meskipun Pasal 27 UUD 1945 menjamin kesetaraan hak bagi seluruh Indonesia laki – laki dan perempuan, cukup banyak ditemukan praktek – praktek yang justru mendiskriminasikan dan memicu terjadinya ketersenjangan, terutama di tingkat daerah. Hal ini mencakup implementasi peraturan daerah yang mengadung dualisme yang tidak sesuai dengan UUD 45.
2.2.7.4. Menguranggi tingkat kematian anak
Program ini merupakan bagian dari visi anak indonesia 2015 sebuah gerakan yang melibatkan masyarakat dari mulai pemerintah, sektor swasta, hingga akademisi dan balita. UU Nomor 23 tentang perlindungan anak menyatakan bahwa setiap anak memiliki hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan dan keamanan sosial menurut kebutuhan fisik, psikis dan sosial mereka.
Sepertiga kematian bayi di indonesia terjadi pada bulan pertama setelah kelahiran, 80% diantaranya terjadi pada minggu pertama. Penyebab utama kematian adalah infeksi pernafasan akut, komplikasi kelahiran dan diare selain penyebab utama beberapa penyakit menular seperti infeksi radang selaput otak (meningtis), typus dan encephalitis juga sering menjadi penyebab kematian bayi. Target MDG’s adalah untuk meningkatkan propesi kelahiran yang dibantu tenaga terlatih, sehingga diharapkan terjadi perubahan perilaku masyarakat untuk lebih aktif mencari pelayanan kesehatan terutama untuk anak dan
2.2.7.5 Meningkatkan Kesehatan Ibu
Resiko Kematian ibu karena progres kelahiran di indonesia adalah 1 kematian dalam 65 kelahiran. Setiap tahun diperkirakan terjadi 20.000 kematian ibu karena komplikasi sewaktu melahirkan dan selama kehamilan. Tingkat kematian ibu dihitung berdasarkan jumlah kematian setiap 100.000 kelahiran.
2.2.7.6 Menguranggi penyakit HIV / AIDS dan penyakit menular lainnya.
Sejak pertama kali ditemukan pada tahun 2007, jumlah penderitanya terus meningkat. Hingga maret 2007 hampir 8.988 kasus AIDS dan 5.640 HIV yang dilaporkan. Diperkirakan lebih satu juta masyarakat indonesia akan terinfeksi pada tahun 2010.
2.2.7.7 Memastiakan kelestarian lingkungan
Mengurangi hingga setengahnya proposi masyarakat indonesia yang tidak memiliki akses terhadap air minum yang aman dan sanitasi dasar. Kualitas air yang sampai ke masyarakat dan didistribusikan oleh PDAM ternyata tidak memenuhi prasyrat air minum yang aman yang dikeluarkan oleh departemen kesehatan. Hal ini disebabkan oleh kualitas jaringan distribusi dan perawatan yang kemudian menyebabkan terjadinya kontaminasi.
Berdasarkan data terakhir yang tersedia, akses masyarakat secara umum terhadap fasilitas sanitasi adalah 68%. Akan tetapi, tampak sanitasi tidak menjadi prioritas utama pembangunan, baik tingkat nasional, regional, badan legislatif maupun sektor swasta. Hal ini tampak dari relatif kecilnya anggaran yang di sediakan untuk sanitasi.
2.2.7.8 Mengembangkan kemitraan untuk pembangunan
Dengan cara mengembangkan sistem keuangan dan perdagangan yang terbuka, berbasis peraturan, dapat diprediksi, dan tidak diskriminatif.
2.2.8 Indeks Fiskal Dan Kemiskinan Daerah Indeks Ruang Fiskal = KFD riil Per kapita KFD riil Per kapita Nasional Indeks Persentase penduduk Miskin Daerah = Indeks kemiskinan Manusia (IPPMD) Indeks kemiskinan Manusia Nasional
Indeks Kemiskinan Manusia (IKM) dihitung dari 5 variabel berikut:
- Probability meninggal sebelum umur 40
- Angka melek huruf
- Penduduk tanpa akses pada air bersih
- Penduduk tanpa akses ke sarana kesehatan
- Balita kurang gizi
2.2.9 Prinsip - Prinsip Pendanaan Urusan Bersama Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara (APBN), Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)Prinsip - prinsip pendanaan urusan bersama sesuai Perpres15/2010 dan PMK 168/2009 :
- Pendanaan program/kegiatan urusan bersama untuk penanggulangan kemiskinan bersumber dari APBN (DUB) dan APBD (DDUB).
- Pendanaan Urusan Bersama untuk Penanggulangan Kemiskinan disalurkan dalam bentuk Bantuan Langsung Masyarakat (BLM).
- Pendanaan Urusan Bersama mempertimbangkan kemampuan keuangan negara, Indeks Fiskal dan Kemiskinan Daerah (IFKD) dan Indikator Teknis.
- Penerapan Indeks Fiskal dan Kemiskinan Daerah (IFKD) dalam pendanaan urusan bersama bertujuan agar pengalokasian APBN dilakukan secara proporsional, tidak terkonsentrasi pada daerah tertentu serta transparan dan akuntabel.
- Persentase besaran APBD ditetapkan oleh TNP2K dengan mempertimbangkan Indeks Fiskal dan Kemiskinan Daerah (IFKD)
APBN APBD Anggaran K/L Anggaran SKPD (RKA - KL) (RKA –SKPD)
KP KD DK TP UB
Dana Daerah Untuk Urusan Bersama (DDUB) DANA URUSAN BERSAMA
PROGRAM PNPM PERKOTAAN DAN PERDESAAN
BANTUAN LANSUNG MASYARAKAT (BLM)
Gambar 2.2.9 Sumber Pendanaan Urusan Bersama
Pasal 3 PMK No.168/PMK.07/2009 Keterangan : KP : Kantor Pusat KD : Kantor Daerah DK : Dekonsentrasi TB : Tugas Pembantu UB : Usaha Bersama
2.2.9.1 Belanja Negara dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN)Sebagaimana diamanatkan Pasal 11 ayat (4) Undang - Undang Nomor 17 Tahun 2003, belanja negara dalam APBN digunakan untuk keperluan penyelenggaraan tugas pemerintahan pusat dan pelaksanaan perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah. Jadi, dalam hal ini terdapat 2 (dua) jenis pengeluaran pemerintah, yaitu belanja pemerintah dan pengeluaran transfer. Pengeluaran dalam bentuk belanja untuk keperluan penyelenggaraan tugas pemerintahan tersebut menurut ketentuan peraturan perundangan-undangan diklasifikasikan menurut organisasi, fungsi, dan jenis belanja. Khusus untuk keperluan pengendalian manajemen, klasifikasi yang mudah untuk dilakukan pengendalian sejak perencanaan penganggaran, pelaksanaan, dan pertanggungjawabannya adalah klasifikasi menurut ekonomi atau jenis belanja, yaitu:
- subsidi, hibah, dan bantuan sosial.
Belanja Operasi: terdiri dari belanja pegawai, belanja barang, bunga,