Analisis Pengaruh Pemanfaatan Dana pada Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM-MP) Kota Medan

(1)

PERKOTAAN (PNPM–MP)KOTAMEDAN

TESIS

Oleh

Muhammad Arief 117017033/Akt

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013


(2)

ANALISISPENGARUHPEMANFAATANDANAPADAPROGRAM NASIONALPEMBERDAYAANMASYARAKATMANDIRI

PERKOTAAN (PNPM–MP)KOTAMEDAN

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Magister Sains Dalam Program Studi Ilmu Akuntansi pada

Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

Muhammad Arief 117017033/Akt

SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013


(3)

ANALISISPENGARUHPEMANFAATANDANAPADAPROGRAM NASIONALPEMBERDAYAANMASYARAKATMANDIRI

PERKOTAAN (PNPM–MP)KOTAMEDAN

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dana APBN, APBD, dan Dana Swadaya Masyarakat pada program PNPM – MP secara parsial dalam penanggulangan kemiskinan sehingga tercapainya target MDG’s 2015. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh kelurahan yang ada di Kota Medan yang terdiri atas 151 kelurahan dari 21 kecamatan yang ada di Kota Medan. Penelitian ini menggunakan tehnik purposive sampling dalam pengambilan sampel, dengan kelurahan yang menerima anggaran APBN dan APBD secara konsisten mulai tahun 2011. Sedangkan yang menjadi sampel dalam penelitian ini berjumlah 149 Kelurahan yang ada di Kota Medan. Data yang digunakan adalah Dana APBN, APBD, dan swadaya masyarakat dan jumlah penduduk miskin yang di gunakan oleh PNPM Mandiri Perkotaan dalam program kemiskinan. Populasi yang akan digunakan di dalam penelitian ini menggunakan data pooling, yaitu silang tempat (cross section). Variabel independen dalam penelitian ini adalah APBN, APBD, Dan Dana Swadaya Masyarakat serta Variabel Dependennya yaitu Kemiskinan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Anggaran Pendapatan Belanja Negara dan Dana swadaya Masyarakat berpengaruh positif terhadap penanggulangan kemiskinan sedangkan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah berpengaruh negatif terhadap penanggulangan kemiskinan.

Kata Kunci : Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN), Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD), Dana Swadaya Masyarakat, Kemiskinan.


(4)

THE ANALYSIS OF THE INFLUENCE OF FUND UTILIZATION ON THE URBAN INDEPENDENT COMMUNITY EMPOWERMENT NATIONAL

PROGRAM (PNPM-MP), THE CITY OF MEDAN

ABSTRACT

The aim of the research was to know the influence of APBN (National budget Revenues and Expenditure), APBD (Regional Budget Revenues and Expenditure), and community funds on PNPM-MP program partially in handling poverty in order that the MDG’s 2015 target can be achieved. The population was all 151 kelurahan of 21 subdistricts in Medan which have received APBN and APBD funds since 2011, and 149 of them were used as the samples, using purposive sampling technique. The data comprised APBN, APBD, community funds, and the number of poor families used by PNPM Mandiri in the poverty handling program. The data of the population were gathered by using data pooling technique or cross section method. The independent variables comprised APBN, APBD, and community funds, while the dependent variable was poverty. The result of the research showed that APBN and community funds had positive influence on handling poverty, while APBD had negative influence on handling poverty.

Keywords: National Budget Revenues and Expenditure (APBN), Regional Budget Revenues and Expenditure (APBD), Community Fund, Poverty.


(5)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,

Dengan segala kerendahan hati, tulus dan ikhlas, penulis mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang yang telah memberikan berkah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.

Selama melaksanakan penelitian dan penulisan tesis ini, penulis banyak memperoleh bantuan moril dan materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada : 1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), SP.A(K), selaku

Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Erman Munir, M.Sc, selaku Direktur Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, CPA., selaku Ketua Program Studi Ilmu Akuntansi Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, sekaligus sebagai Ketua Komisi Pembanding.

4. Ibu Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si. Ak., selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Akuntansi Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, sekaligus sebagai Anggota Komisi Pembanding atas saran dan kritik yang diberikan. 5. Ibu Dr. Murni Daulay, M.Si., Selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah

membimbing dan mengarahkan penulis dalam penulisan tesis ini.

6. Bapak Drs. Idhar Yahya, M.Si, Ak., selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam penulisan tesis ini. 7. Bapak Drs. Zainul Bahri Torong, M.Si, Ak., selaku Anggota Komisi

Pembanding atas saran dan kritik yang diberikan.

8. Seluruh Fasilitator dan Konsultan Pemberdayaan pada Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan ( PNPM-MP) Kota Medan. 9. Orang tua tersayang : Mama Hj. Aminah, serta kakak dan Adik–Adik : Nurmi

Ade Warti, SP., Ilham Syah Putra, Nur Aisiyah, S.Pd., serta doa dan amanah Ayah tercinta Alm. Azwar, SB. yang senantiasa memberikan motivasi dan semangat kepada penulis sejak memulai perkuliahan hingga penulisan tesis ini.


(6)

10.Staf/karyawan Sekretariat Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara yang telah membantu dari sisi administrasi selama penulisan dan penyelesaian tesis ini.

11.Rekan–rekan mahasiswa di Sekolah Pasca Sarjana Program Studi Ilmu Akuntansi Universitas Sumatera Utara atas masukan dan saran yang diberikan.

Penulis menyadari tesis ini masih banyak memiliki kekurangan dan jauh dari sempurna. Namun harapan penulis semoga tesis ini bermanfaat kepada seluruh pembaca. Semoga Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa memberkati kita semua. Amin.

Medan, April 2013 Penulis,


(7)

RIWAYAT HIDUP

N a m a : Muhammad Arief

DATA PRIBADI

Tempat/Tgl Lahir : Medan, 14 Nopember 1982

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Suku : Minang

Status Pernikahan : Belum Menikah

Alamat : Jl. Garu II B No. 75 A Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas Kota Medan.

Nomor Telp : 0813 7845 0636

Nama Ayah : Azwar, SB.

Nama Ibu : Hj. Aminah.

Tahun 2011 – 2013 : S-2 Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Program Studi Ilmu Akuntansi, Medan.

PENDIDIKAN

Tahun 2001 – 2006 : S-1 Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, Program Studi Ilmu Akuntansi, Medan. Tahun 1997 – 2000 : SMK Negeri 2, Medan.

Tahun 1994 – 1997 : SLTP Swasta Al-Ulum, Medan . Tahun 1988 – 1994 : SD Swasta Al-Ulum, Medan. Tahun 1987 – 1988 : TK Bustanul Athfal, Medan.

Tahun 2010 – Sekarang : Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan ( PNPM-MP ).

PENGALAMAN KERJA

Tahun 2009 – 2010 : PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. Tahun 2008 – 2009 : PT. Bussan Auto Finance.


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 12

1.3Tujuan Penelitian ... 13

1.4Manfaat Penelitian ... 13

1.5Originalitas ... 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 16

2.1 Review Peneliti Terdahulu ... 16

2.2 Landasan Teori ... 20

2.2.1 Alokasi Dana ... 20

2.2.2 Perencanaan dan Anggaran ... 21

2.2.3 Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara ... 25

2.2.4 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah ... 29

2.2.5 Dana Swadaya Masyarakat ... 31

2.2.6 Pengawasan ... 31

2.2.7 Kemiskinan ... 36

2.2.7.1 Mengentaskan kemiskinan ekstrim dan kelaparan ... 42

2.2.7.2 Mencapai penidikan dasar untuk semua ... 42

2.2.7.3 Mendukung kesetaraan gender ... 42

2.2.7.4 Menggurangi tingkat kematian anak ... 43

2.2.7.5 Meningkatkan kesehatan ibu ... 43

2.2.7.6 Mengurangi penyakit HIV/AIDS ... 44

2.2.7.7 Memastikan kelestarian lingkungan ... 44

2.2.7.8 Mengembangkan kemitraan untuk pembangunan ... 44

2.2.8. Indeks Fiskal dan Kemiskinan Daerah ... 45

2.2.9. Prinsip-prinsip Pendanaan UB APBN dan APBD ... 45

2.2.10. Karakteristik Pendanaan Urusan Bersama ... 49

2.2.11. Dasar Hukum Pendanaan Urusan Bersama ... 49

BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS ... 51

3.1 Kerangka Konsep ... 51


(9)

BAB IV METODE PENELITIAN ... 55

4.1 Jenis Penelitian ... 55

4.2 Lokasi Penelitian ... 55

4.3 Populasi dan Sampel ... 55

4.4 Metode Pengumpulan Data ... 56

4.5 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 56

4.5.1. Kemiskinan ... 57

4.5.2. APBN ... 58

4.5.3. APBD ... 59

4.5.4. Dana Swadaya Masyarakat ... 59

4.6 Metode Analisis Data ... 61

4.6.1. Pengujian Asumsi Klasik ... 61

4.6.2. Pengujian Hipotesis ... 64

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN ... 66

5.1 Analisa Hasil Penelitian ... 66

5.1.1. Uji Normalitas ... 67

5.1.2. Uji Multikolineritas ... 70

5.1.3. Autokorelasi ... 71

5.1.4. Pengujian Hipotesis ... 71

5.1.4.1. Uji t ... 71

5.1.4.2. Uji F ... 72

5.1.4.3. Uji R2 ... 73

5.2 Pembahasan ... 159

5.3 Evaluasi dan Kebijakan ... 160

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 163

6.1 Kesimpulan ... 163

6.2 Keterbatasan ... 164

6.3 Saran ... 164


(10)

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

1.1 Persentase Jumlah Penduduk Miskin . ... 9

2.2 Theoritical Mapping. ... 19

2.1.1 Distribusi Alokasi Dana BLM per Kelurahan. ... 21

2.2.2 Proses Perencanaan dan Penganggaran Dana APBN. ... 23

2.2.6 Indikator Keberhasilan. ... 35

4.3 Pengambilan Sampel. ... 56

4.5.4 Realisasi Dana PNPM . ... 59

4.5 Definisi Operasional & Pengukuran Variabel... 60

5.1.1.1 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ... 68

5.1.1.2 Coefficients ... 71

5.1.2.1 Metode Korelasi ... 70

5.1.2.2 Metode uji VIF / Tolerance ... 70

5.1.4.1 Uji t ... 71

5.1.4.2 Uji F ... 72

5.1.4.3 Uji R2 ... 73


(11)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

1.1.1. Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin Kota Medan ... 9

1.1.2 Realisasi Dana PNPM Kota Medan ... 10

2.2.2 Siklus Perencanaan PNPM hubungan dengan APBN dan APBD ... 24

2.2.7 Siklus Perencanaan PNPM MP Memahami Tentang Kemiskinan ... 41

2.2.9 Sumber Pendanaan Urusan Bersama ... 46

2.2.10 Karakteristik Pendanaan Urusan Bersama ... 49

3.1. Kerangka Konsep. ... 51

5.3 Dana APBN, APBD, Swadaya dan Penduduk Miskin Kota Medan ... 66


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman

1 Dana APBN, APBD, Swadaya dan Penduduk Miskin ... 170

2 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ... 179

3 Uji Multikolineritas, Autokorelasi dan Pengujian Hipotesis ... 180


(13)

ANALISISPENGARUHPEMANFAATANDANAPADAPROGRAM NASIONALPEMBERDAYAANMASYARAKATMANDIRI

PERKOTAAN (PNPM–MP)KOTAMEDAN

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dana APBN, APBD, dan Dana Swadaya Masyarakat pada program PNPM – MP secara parsial dalam penanggulangan kemiskinan sehingga tercapainya target MDG’s 2015. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh kelurahan yang ada di Kota Medan yang terdiri atas 151 kelurahan dari 21 kecamatan yang ada di Kota Medan. Penelitian ini menggunakan tehnik purposive sampling dalam pengambilan sampel, dengan kelurahan yang menerima anggaran APBN dan APBD secara konsisten mulai tahun 2011. Sedangkan yang menjadi sampel dalam penelitian ini berjumlah 149 Kelurahan yang ada di Kota Medan. Data yang digunakan adalah Dana APBN, APBD, dan swadaya masyarakat dan jumlah penduduk miskin yang di gunakan oleh PNPM Mandiri Perkotaan dalam program kemiskinan. Populasi yang akan digunakan di dalam penelitian ini menggunakan data pooling, yaitu silang tempat (cross section). Variabel independen dalam penelitian ini adalah APBN, APBD, Dan Dana Swadaya Masyarakat serta Variabel Dependennya yaitu Kemiskinan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Anggaran Pendapatan Belanja Negara dan Dana swadaya Masyarakat berpengaruh positif terhadap penanggulangan kemiskinan sedangkan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah berpengaruh negatif terhadap penanggulangan kemiskinan.

Kata Kunci : Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN), Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD), Dana Swadaya Masyarakat, Kemiskinan.


(14)

THE ANALYSIS OF THE INFLUENCE OF FUND UTILIZATION ON THE URBAN INDEPENDENT COMMUNITY EMPOWERMENT NATIONAL

PROGRAM (PNPM-MP), THE CITY OF MEDAN

ABSTRACT

The aim of the research was to know the influence of APBN (National budget Revenues and Expenditure), APBD (Regional Budget Revenues and Expenditure), and community funds on PNPM-MP program partially in handling poverty in order that the MDG’s 2015 target can be achieved. The population was all 151 kelurahan of 21 subdistricts in Medan which have received APBN and APBD funds since 2011, and 149 of them were used as the samples, using purposive sampling technique. The data comprised APBN, APBD, community funds, and the number of poor families used by PNPM Mandiri in the poverty handling program. The data of the population were gathered by using data pooling technique or cross section method. The independent variables comprised APBN, APBD, and community funds, while the dependent variable was poverty. The result of the research showed that APBN and community funds had positive influence on handling poverty, while APBD had negative influence on handling poverty.

Keywords: National Budget Revenues and Expenditure (APBN), Regional Budget Revenues and Expenditure (APBD), Community Fund, Poverty.


(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Permasalahan kemiskinan di Indonesia sudah sangat mendesak untuk ditangani. Khususnya di wilayah perkotaan, salah satu ciri umum dari kondisi fisik masyarakat miskin adalah tidak memiliki akses ke prasarana dan sarana dasar lingkungan yang memadai, dengan kualitas perumahan dan permukiman yang jauh dibawah standar kelayakan, serta mata pencaharian yang tidak menentu. Disadari bahwa selama ini banyak pihak lebih melihat persoalan kemiskinan hanya pada tataran gejala-gejala yang tampak terlihat dari luar atau di tataran permukaan saja, yang mencakup multidimensi, baik dimensi politik, sosial, ekonomi, aset dan lain-lain.

Karakteristik kemiskinan seperti tersebut di atas dan krisis ekonomi yang terjadi telah menyadarkan semua pihak bahwa pendekatan dan cara yang dipilih dalam penanggulangan kemiskinan selama ini perlu diperbaiki, yaitu ke arah pengokohan kelembagaan masyarakat. Keberdayaan kelembagaan masyarakat ini dibutuhkan dalam rangka membangun organisasi masyarakat warga yang benar-benar mampu menjadi wadah perjuangan kaum miskin, yang mandiri dan berkelanjutan dalam menyuarakan aspirasi serta kebutuhan mereka dan mampu mempengaruhi proses pengambilan keputusan yang berkaitan dengan kebijakan publik di tingkat lokal, baik aspek sosial, ekonomi maupun lingkungan, termasuk perumahan dan permukiman.


(16)

Konsep pembangunan dijadikan dasar berbagai kebijakan dan alasan bagi setiap tindakan pelaku. Hal ini karena adanya motivasi untuk mengejar masa depan yang lebih baik, menurut kondisi dan cara masing-masing, hingga melahirkan berbagai konsep pembangunan, antara lain: reconstruction, modernization, westernization, social change, liberation, inovation serta national building, yang implementasinya mengarah pada sebuah konsep keterbelakangan (kemiskinan). Adapula pandangan yang mengatakan, keterbelakangan (kemiskinan) dilihat dari kapasitas masyarakat yang tidak mampu mengumpulkan modal, dimana ketergantungan ekonomi dapat pula menghasilkan kemiskinan. Kemiskinan dapat berasal dari karakteristik orang-orang miskin itu sendiri, artinya ada semacam budaya kemiskinan. Tetapi ada pula yang memandang bahwa orang menjadi miskin karena dieksploitasi oleh kelompok dominan elit penguasa. Dari berbagai pemikiran di atas menunjukkan, fenomena-fenomena kemiskinan belum disentuh secara persepstif konfrehensif dan terkesan belum dilaksanakan secara terpadu.

Dalam mencermati persoalan ini, intervensi pendidikan dan proses pembelajaran, sangat penting dalam menjelajahi ‘benang merah’, yaitu usaha bersikap transparan dan akuntabel, dengan mendekatkan diri pada orientasi kemajuan. Sedangkan dari tinjauan psikologis, kemajuan tidak dapat dicapai apabila pelaku pembangunan dalam kondisi internal yang laizes fair, sehingga perlu pembelajaran kritis masyarakat agar cerdas, cakap, dan bermoral, selaku subyek pembangunan.

Negara mempunyai kewajiban menanggulangi permasalahan kemiskinan, guna mencapai tujuan pembangunan yaitu meningkatkan kesejahteraan hidup dari


(17)

seluruh rakyat. Pembangunan yang tidak mengubah kondisi kemiskinan akan menyisakan masalah ekonomi, sosial dan politik. Usaha untuk melaksanakan pembangunan nasional yang meliputi pembangunan daerah diperlukan adanya perencanaan dan penyusunan yang lebih baik dan mantab, baik mengenai sumber-sumber penerimaan maupun kondisi masyarakat setempat. Penanggulangan kemiskinan menjadi penting karena kemiskinan akan menurunkan kualitas hidup (quality of life) masyarakat, meningkatkan beban sosial ekonomi masyarakat, menurunkan kualitas dan produktivitas sumber daya manusia, mengurangi partisipasi aktif masyarakat, menurunkan tingkat ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat, merosotnya kepercayaan terhadap pemerintah dalam hal pelayanan kepada masyarakat, dan kemungkinan merosotnya mutu generasi yang akan datang Yudhoyono dan Harniati (2004).

Pengembangan kapasitas masyarakat pada hakikatnya merupakan usaha meningkatkan kemampuan masyarakat itu sendiri, sehingga kegiatan tersebut seharusnya mendapat dukungan dan peran serta aktif dari masyarakat itu sendiri. Apabila masyarakat sebagai pihak yang paling berkepentingan belum memahami secara betul makna dari pengembangan kapasitas itu sendiri dan tidak memberikan tanggapan secara positif terhadap upaya-upaya pengembangan kapasitas yang dilaksanakan maka bisa dipastikan upaya tersebut tidak akan berdaya guna dan berhasil sesuai tujuan yang ingin dicapai. Ada empat tahapan pemberdayaan di dalam masyarakat, yaitu tahap penyadaran, tahap pemahaman, tahap pemanfaatan, dan tahap pembiasaan. Tahap pemberdayaan dimana mengelola sumber daya manusia dan sumber daya lainnya yang berada di masyarakat dari yang tidak berdaya ke berdaya lalu mandiri dan madani, tahap


(18)

penyadaran yaitu tahapan yang memberikan penyadaran kritis kepada masyarakat tentang pembangunan di lingkungannya, Tahapan pemahaman yaitu tahapan yang merubah paradigma tentang pembangunan dari masyarakat dan untuk masyarakat, tahap pemanfaatan yaitu tahapan memanfaatkan sumber-sumber daya manusia yang ada di masyarakat dan sumber daya lainnya. Tahap pembiasaan adalah tahapan paling akhir dalam proses pemberdayaan, dimana masyarakat telah terbiasa untuk terlibat secara aktif dalam pembangunan di lingkungannya, karena pada pada dasarnya hasil atau keluaran yang didapatkan adalah untuk kepentingan mereka sendiri.

Tujuan pembangunan berisikan tujuan kuantitatif yang harus dicapai dalam jangka waktu tertentu, terutama persoalan penanggulangan kemiskinan pada tahun 2015. Tujuan ini di rumuskan dari “Deklarasi Milenium” dan Indonesia merupakan salah satu dari 189 negara penandatangan pada september 2000. Kemiskinan telah menjadi agenda bersama setiap negara yang tergabung dalam membangun komitmen tujuan pembangunan milenium (Millenium Development Goals, MDGs). Sebagai salah satu anggota MDGs, Indonesia turut terikat dengan komitmen ini Sukidjo (2009).

Delapan tujuan pembangunan milenium juga menjelaskan mengenai tujuan pembangunan manusia, yang secara lansung dapat memberikan dampak bagi penanggulangan kemiskinan ekstrim. Masing-masing tujuan MDGs terdiri dari target-target yang memiliki batas pencapaian minimum yang harus di capai Indonesia pada tahun 2015. Salah satu faktor penyebabnya adalah karena program yang ada selama ini hanya dilihat dari aspek ekonomi yang bersifat charity tanpa


(19)

menekankan pemberdayaan masyarakat agar masyarakat menjadi mandiri Sukidjo (2009).

Perencanaan dalam pembangunan seringkali mengalami kegagalan, menurut Kartasasmita (1997) bahwa salah satu penyebab kegagalan perencanaan adalah karena perencanaan tidak memberikan kesempatan berkembangnya kapasitas serta potensi masyarakat secara penuh. Dengan demikian sistem perencanaan yang diterapkan saat ini adalah perencanaan partisipatif. Namun perencanaan partisipatif tidak mudah dilakukan karena berbagai hambatan. Salah satu hambatan partisipasi adalah karena masyarakat tidak memiliki kemampuan dan kekuasaan. Namun pemberian kekuasaan saja tidak ada artinya apabila tidak diikuti peningkatan kapasitas untuk melakukannya.

Penanggulangan kemiskinan membutuhkan penanganan yang menyeluruh dalam skala perwilayahan yang memadai yang memungkinkan ketidak paduan antar pendekatan sektoral, perwilayahan dan partisipatif yang dalam hal ini di pilih kecamatan sebagai lokus program yang mampu mempertemukan perencanaan dari atas dan dari bawah.

Di tataran kecamatan inilah rencana pembangunan yang direncanakan oleh SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) bertemu dengan perencanaan dari masyarakat dalam Musrembang (Musyawarah Perencanaan Pembangunan) kecamatan sehingga dapat digalang perencanaan pembangunan yang menyeluruh, terpadu dan selaras waktu (synchrone). Dengan demikian PNPM Mandiri Perkotaan akan menekan pemanfaatan Musrembang Kecamatan sebagai mekanisme harmonisasi kegiatan berbagai program yang ada sehingga peran


(20)

forum LKM (Lembaga Keswadayaan Masyarakat) tingkat kecamatan menjadi sangat vital.

Berdasarkan pemikiran tersebut diatas maka pendekatan atau upaya– upaya rasional dalam mencapai tujuan program dengan memperhatikan prinsip– prinsip pengelolahan program adalah pembangunan yang berbasis masyarakat dengan :

a. Menggunakan kecamatan sebagai lokus program

b. Memposisikan masyarakat sebagai pelaku utama pembangunan

c. Mengutamakan nilai-nilai universal dan budaya lokal dalam proses pembanguanan pembangunan partisipatif

d. Mengunakan pendekatan pemberdayaan masyarakat yang sesuai karakteristik sosial dan geografis. Melalui proses pemberdayaan yang terdiri atas pembelajaran, kemandirian, keberlanjutan.

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM Mandiri Perkotaan) adalah kelanjutan dari Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP) yang telah dilaksanakan sejak tahun 1999 sebagai suatu upaya pemerintah untuk membangun kemandirian masyarakat dan pemerintah daerah dalam menanggulangi kemiskinan secara berkelanjutan. Program ini berupaya menyiapkan landasan kemandirian masyarakat berupa lembaga kepemimpinan masyarakat yang representatif, mengakar dan kondusif bagi perkembangan modal sosial (social capital) masyarakat di masa mendatang serta menyiapkan program masyarakat jangka menengah dalam penanggulangan kemiskinan yang menjadi pengikat dalam kemitraan masyarakat dengan pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat (Departemen Pekerjaan Umum, 2008).


(21)

Penguatan kelembagaan masyarakat yang dimaksud terutama juga dititik beratkan pada upaya penguatan perannya sebagai motor penggerak dalam ‘melembagakan' dan ‘membudayakan' kembali nilai-nilai kemanusiaan serta kemasyarakatan (nilai-nilai dan prinsip-prinsip di P2KP), sebagai nilai-nilai utama yang melandasi aktivitas penanggulangan kemiskinan oleh masyarakat setempat. Melalui kelembagaan masyarakat tersebut diharapkan tidak ada lagi kelompok masyarakat yang masih terjebak pada lingkaran kemiskinan, yang pada gilirannya antara lain diharapkan juga dapat tercipta lingkungan kota dengan perumahan yang lebih layak huni di dalam permukiman yang lebih responsif, dan dengan sistem sosial masyarakat yang lebih mandiri melaksanakan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan.

Kepada kelembagaan masyarakat tersebut yang dibangun oleh dan untuk masyarakat, selanjutnya dipercaya mengelola dana abadi P2KP secara partisipatif, transparan, dan akuntabel. Dana tersebut dimanfaatkan oleh masyarakat untuk membiayai kegiatan-kegiatan penanggulangan kemiskinan, yang diputuskan oleh masyarakat sendiri melalui rembug warga, baik dalam bentuk pinjaman bergulir maupun dana waqaf bagi stimulan atas keswadayaan masyarakat untuk kegiatan yang bermanfaat langsung bagi masyarakat, misalnya perbaikan prasarana serta sarana dasar perumahan dan permukiman.

Model tersebut diharapkan mampu memberikan kontribusi untuk penyelesaian persoalan kemiskinan yang bersifat multi dimensional dan struktural, khususnya yang terkait dengan dimensi-dimensi politik, sosial, dan ekonomi, serta dalam jangka panjang mampu menyediakan aset yang lebih baik bagi masyarakat miskin dalam meningkatkan pendapatannya, meningkatkan kualitas perumahan


(22)

dan permukiman meraka maupun menyuarakan aspirasinya dalam proses pengambilan keputusan. Untuk mewujudkan hal-hal tersebut, maka dilakukan proses pemberdayaan masyarakat, yakni dengan kegiatan pendampingan intensif di tiap kelurahan sasaran.

Melalui pendekatan kelembagaan masyarakat dan penyediaan dana bantuan langsung masyarakat (BLM) Kelurahan sasaran, P2KP cukup mampu mendorong dan memperkuat partisipasi serta kepedulian masyarakat setempat secara terorganisasi dalam penanggulangan kemiskinan. Artinya, Program Penanggulangan Kemiskinan berpotensial sebagai “Gerakan Masyarakat” yakni: dari, oleh dan untuk masyarakat.

Mempertimbangkan perkembangan positif P2KP tersebut, mulai tahun 2007 telah dirintis untuk mengadopsi P2KP menjadi bagian dari Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri. Oleh sebab itu mulai 2007, PNPM Mandiri P2KP diarahkan untuk mendukung upaya peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dengan pencapaian sasaran Millenium Development Goals (MDGs) sehingga tercapai pengurangan penduduk miskin sebesar 50% di tahun 2015.

Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk mencapai target pertama MDGs. Menurut data BPS jumlah penduduk miskin menurun dari 32,53 juta jiwa pada 2009 menjadi 31,02 juta jiwa tahun 2010 dengan penurunan yaitu 1,51 juta jiwa, Sedangkan tahun 2011 Sebesar 29,89 juta jiwa dan tahun 2012 sebesar 29,13 juta jiwa, hal ini tetap merupakan jumlah yang sangat tinggi. Pada tingkat nasional, dengan usaha yang lebih keras, indonesia akan dapat mengurangi kemiskinan dan kelaparan hingga setengahnya pada tahun 2015.


(23)

Menurut data PNPM Kota Medan mencatat tahun 2010 jumlah penduduk miskin mencapai 444.986 Jiwa atau sekitar 15,91% dari total 2.796.980 jiwa penduduk Kota Medan, sedangkan tahun 2011 penduduk miskin mencapai 416.015 Jiwa atau 15,03% dari total penduduk 2.767.325 jiwa Data ini juga menujukan bahwa tahun 2012 penduduk miskin Kota Medan berjumlah 322.609 jiwa dari 2.517.912 jiwa atau 12,81%. Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

Tabel 1.1

Persentase Jumlah Penduduk Miskin Kota Medan

Tahun Jumlah Penduduk (Jiwa)

Jumlah Penduduk Miskin (Jiwa)

Persentase %

2010

2.796.980

444.986 15,91 2011

2.767.325

416.015 15,03 2012

2.517.921

322.609 12,81

Sumber : PNPM-MP Kota Medan tahun 2010 sampai 2012

Gambar 1.1.1


(24)

Sesuai Dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 168/PMK.07/2009 Pedoman Pendanaan Urusan Pusat dan Daerah Untuk Penanggulangan Kemiskinan yang bersumber Dana APBN, APBD dan Dana Swadaya Masyarakat maka realisasi dana dari tahun 2010 sampai tahun 2012 untuk Kota Medan adalah sebagai berikut:

Gambar 1.1.2

Realisasi Dana PNPM Kota Medan Tahun Anggaran 2010 – 2012

Sumber : APBN dan APBD dan Dana Swadaya Masyarakat PNPM Kota Medan TA. 2010 sampai 2012

Sebagai salah satu Program Inti adalah PNPM Mandiri, maka dasar hukum pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan adalah sama dan merujuk pada dasar hukum PNPM Mandiri, sebagaimana ditetapkan dalam Pedoman Umum PNPM Mandiri, Peraturan Presiden nomor. 13 tahun 2009 tentang Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan.

Penelitian yang dilakukan Santoso (2011) mengungkapkan bahwa Desentralisasi Fiskal sebagai salah satu instrumen kebijakan yang mempunyai prinsip dan tujuan, antara lain untuk (1) menguranggi kesenjangan fiskal antara


(25)

fiscal imbalance), (2) meningkatkan kualitas pelayanan publik di daerah dan mengurangi kesenjangan pelayanan publik antardaerah, (3) meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber daya nasional, (4) tata kelola, transparan, dan akuntabel dalam pelaksanaan kegiatan pengalokasian transfer ke daerah yang tepat sasaran, tepat waktu, efisien, dan adil dan (5) mendukung kesinambungan fiskal dalam kebijakan ekonomi makro.

Dalam pengalokasian dana PNPM pemerintah dalam hal ini mengeluarkan peraturan Menteri Keuangan sebagai pejabat wewenang anggaran dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 61/PMK.07/2010 tentang Indeks Fiskal dan Kemiskinan Daerah Dalam Rangka Perencanaan Pendanaan Urusan bersama Pusat dan Daerah untuk Penanggulangan Kemiskinan tahun Anggaran 2011 pada Pasal (2) yang berbunyi Indeks Fiskal dan Kemiskinan Daerah digunakan untuk perencanaan lokasi dan alokasi DUB serta penentuan besaran (persentase) penyediaan DDUB oleh daerah dalam rangka pelaksanaan Bantuan Langsung Masyarakat Program Pemberdayaan Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan dan PNPM Mandiri Perkotaan Tahun Anggaran 2011. dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 10/PMK.05/2011 tentang Penyusunan dan Pelaksanaan Anggaran lanjutan Program atau kegiatan Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri tahun Anggaran 2010 sebagai Anggaran Belanja tambahan Tahun Anggaran 2011. Melalui jalur Dana Urusan Bersama bagi Pemerintah Pusat dan Dana Daerah untuk Urusan Bersama bagi Pemerintah Daerah sebagai sumber dana Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) seiring perjalanan program ini menuai kritikan mengenai efektifitas dan banyaknya kasus penyalahgunaan dana program nasional pemberdayaan masyarakat yang


(26)

mengunakan dana APBN, APBD dan Dana Masyarakat dengan melibatkan masyarakat dalam pelaksanaan program untuk meningkatkan Kesejahteraan Rakyat dan mencapai target Indeks Persentase Penduduk Miskin Daerah (IPPMD).

Pemilihan Program PNPM dalam penelitian ini karena program ini berhubungan lansung kepada masyarakat yang bersumber dana APBN, APBD dan Dana Swadaya Masyarakat. Dari tiga sumber dana ini program yang dilakukan oleh pemerintah pusat dan daerah apakah mempunyai dampak signifikan terhadap kemiskinan. Karena kemiskinan menjadi isu sentral dalam penialian kinerja pusat dan daerah dengan menjadikan penggurangan kemiskinan merupakan indikator keberhasilan pemerintahannya.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti akan melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Pemanfaatan Dana Pada Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM – MP) Kota Medan.”

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

“ Apakah Pemanfaatan Dana PNPM yang bersumber dari APBN, APBD, dan Dana Swadaya Masyarakat Pada Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan berpengaruh secara parsial terhadap kemiskinan?”


(27)

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah : “ Untuk mengetahui Seberapa pengaruh Pemanfaatan Dana PNPM yang bersumber dari APBN, APBD, dan Dana Swadaya Masyarakat Pada Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan berpengaruh secara parsial terhadap kemiskinan”

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi peneliti sendiri, penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang pengaruh Pemanfaatan dana APBN, APBD, dan Dana Swadaya Masyarakat terhadap kemiskinan.

2. Bagi pemerintah, untuk pemerintah pusat dan daerah, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pemerintah dalam pengalokasian dan pemanfaatan dana PNPM Mandiri Perkotaan yang berasal dari APBN dan APBD yang berbasis kinerja sehingga tercapai tujuan dan sasaran program.

3. Bagi masyarakat ataupun para stakeholder , penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan informasiuntuk mengetahui seberapa besar pengaruh Dana APBN, APBD serta dana swadaya masyarakat terhadap kemiskinan perkotaan.

4. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber referensi.


(28)

1.5. Originalitas

Penelitian ini merupakan replikasi dan pengembangan penelitian dari Santoso (2011) yang berjudul Pengaruh PNPM dan Alokasi Belanja Daerah Untuk Pendidikan, Kesehatan dan Perkerjaan umum terhadap Penanggulanggan Kemiskinan. Tetapi perbedaannya disini melihat seberapa besar pengaruh APBN, APBD, dan dana swadaya masyarakat terhadap kemiskinan tahun berikutnya secara silmultan dan parsial dalam pelaksanannya dan pengelolaannya sehingga dapat mencapai IPPMD dan target MDG’s 2015.

Penelitian Pengaruh PNPM dan Alokasi Belanja Daerah Untuk Pendidikan, Kesehatan dan Perkerjaan umum terhadap Penanggulanggan Kemiskinan dilakukan Santoso (2011) dengan melakukan studi kasus Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur menyimpulkan bahwa penaggulangan kemiskinan dapat berhasil dilakukan bila ada kerjasama antara Pusat dan Daerah.

Perbedaan selanjutnya adalah dalam Penelitian yang dilakukan Santoso (2011) mempunyai variabel dependen yaitu Indeks Kemiskinan, Indeks Kedalaman kemiskinan, Indeks Keparahan Kemiskinan dengan penelitian kuantitatif membandingkan dengan Independen PNPM, Belanja Daerah urusan Pendidikan, Belanja Daerah urusan Kesehatan dan Belanja Daerah urusan Pekerjaan Umum Sedangkan Penelitian ini variabel dependen adalah Kemiskinan dan variabel independennya Dana APBN, APBD dan Dana Swadaya Masyarakat.

Penelitian Santoso (2011) melakukan studi kasus dengan mengambil populasi Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur dengan periode penelitian 3 tahun yaitu tahun 2007 - 2009, sedangkan dalam penelitian ini menggunakan 151


(29)

kelurahan dari 21 Kecamatan atau seluruh kelurahan yang ada di Kota Medan sebagai populasinya dengan periode penelitian tahun 2011 dan 2012.


(30)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Review Peneliti Terdahulu

Penelitian yang di lakukan Santoso pada tahun 2011 yang berjudul Pengaruh PNPM dan Alokasi Belanja Daerah Untuk Pendidikan, Kesehatan dan Perkerjaan umum terhadap Penanggulanggan Kemiskinan dengan variabel dependen yaitu Indeks Kemiskinan, Indeks Kedalaman kemiskinan, Indeks Keparahan Kemiskinan dengan penelitian kuantitatif membandingkan dengan Independen PNPM, Belanja Daerah urusan Pendidikan, Belanja Daerah urusan Kesehatan dan Belanja Daerah urusan Pekerjaan Umum. Adapun hasil penelitian dari studi kasus ini adalah Indeks kemiskinan signifikan mempengaruhi penurunan terhadap PNPM dan alokasi belanja daerah bidang kesehatan, Indeks kedalaman kemiskinan signifikan mempengaruhi kesenjangan pengeluaran penduduk miskin dengan garis kemiskinan adalah PNPM dan belanja daerah untuk pendidikan, Indeks keparahan kemiskinan signifikan terhadap kesenjangan distribusi diantara penduduk miskin adalah PNPM dan belanja di bidang pendidikan.

Dalam International Journal of Bisnis dan Manajemen tahun 2012, Augustine Addo melakukan penelitian tentang Keuangan Mikro sebagai Strategi Penanggulangan Kemiskinan Negara Ghana. Variabel bebas yaitu Keuangan Mikro, Penggurangan Kemiskinan berpengaruh secara signifikan Strategi Penanggulangan Kemiskinan Dari hasil penelitian yang dilakukan, terdapat kesimpulan Penelitian ini berangkat untuk menguji dampak dari dukungan


(31)

Lembaga Keuangan Mikro (LKM) pada kemungkinan penduduk miskin di kota metropolitan Ghana. Keuangan Mikro sangat penting dalam pembangunan negara serta membantu mengentaskan kemiskinan. Oleh karena itu keuangan mikro harus memberikan pengakuan yang tepat. Hasil yang telah dianalisis dengan keuangan mikro memungkinkan kesimpulan berikut. Mayoritas dari responden melaporkan peningkatan dalam pendapatan mereka yang telah meningkatkan standar hidup mereka. Keuangan mikro telah membantu untuk membentu anak-anak mereka sekolah dan mampu membayar tagihan medis mereka. Serta membantu dalam memberi kehidupan sandang dan pangan keluarga mereka dengan baik. Di kesimpulan keuangan mikro telah membantu dalam meningkatkan taraf hidup rakyat dan telah membantu mengurangi tingkat kemiskinan dari responden baik secara sosial maupun ekonomi.

Sementara Goodwin (2006) dalam jurnalnya berjudul Pengukuran dan Pelaporan Dampak Pariwisata Terhadap Kemiskinan yang melakukan Penelitian tentang Pariwisata dan kemiskinan, dengan variabel bebas yaitu dampak pariwisata, pembangunan terhadap kemiskinan. Menyimpulkan Indikator yang luas dapat menunjukkan bahwa pertumbuhan pariwisata kedatangan domestik atau internasional berkorelasi dengan peningkatan rata-rata pendapatan per kapita Sehingga dapat menggurangi kemiskinan.

Hamzah (2008) Journal by tittle Analysis The Revenue And Expense On

Economic Growth, Poverty, And Unemployment.The samples of the study are

APBN for 1999 – 2006. The result study with descriptive analysis indicate that

revenue and expense meanly increase, but increase expense bigger than revenue.


(32)

increase, while poverty fluctuative from year to year. The result of study with

regression indicate that expense positively significant effect on revenue For effect

revenue and revenue on unemploymentt indicate positively significant effect. The

effect expense and expense on unemployment indicate positively significant effect.

For effect economic growth on unemployment indicate positively significant effect.

Demikian juga penelitian yang dilakukan PUSLITBAG Sosial, Ekonomi dan Sosial dan Lingkungan Kementrian Pekerjaan Umum (2011) yang menyimpulkan Kegiatan pengelolaan PNPM Mandiri Perkotaan dibentuk dengan mempertimbangkan input kegiatan yang terdiri dari aspek keuangan dimana keuangan dapat dipakai sebagai alat kontrol pengelolaan, variabel pengembangan, Pengelolaan, berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Program.

Beberapa penelitian terdahulu antara lain dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut :


(33)

Tabel 2.1.Theoritical Mapping

Nama/Thn Peneliti Topik Variabel Independen

yang Digunakan Hasil yang Diperoleh

Santoso, (2011)

Pengaruh PNPMdan Alokasi Belanja Daerah Untuk Pendidikan, Kesehatan dan Perkerjaan umum terhadap Penanggulanggan Kemiskinan Indeks Kemiskinan (Y1) Indeks Kedalaman kemiskinan (Y2) Indeks Keparahan Kemiskinan (Y3) PNPM (X1) Belanja Daerah urusan Pendidikan (X2) Belanja Daerah urusan Kesehatan (X3) Belanja Daerah urusan Pekerjaan Umum (X4)

1.Indeks kemiskinan signifikan mempengaruhi penurunan terhadap PNPM dan alokasi belanja daerah bidang kesehatan

2.Indeks kedalaman kemiskinan signifikan mempengaruhi kesenjangan pengeluaran penduduk miskin dengan garis kemiskinan adalah PNPM dan belanja daerah untuk pendidikan 3.Indeks keparahan kemiskinan signifikan terhadap kesenjangan

distribusi diantara penduduk miskin adalah PNPM dan belanja di bidang pendidikan.

Augustine Addo,(2012) Kepala Departemen, Kewirausahaan dan Keuangan

International Journal of Bisnis dan Manajemen, Keuangan Mikro sebagai Strategi Penanggulangan Kemiskinan Negara Ghana

Strategi Penanggulangan Kemiskinan (Y) Keuangan Mikro (X1) Penggurangan Kemiskinan(X2)

Keuangan mikro sangat penting dan menyambut dalam Pembangunan Negara serta membantu mengentaskan kemiskinan. Keuangan mikro telah membantu dalam meningkatkan taraf hidup rakyat dan telah membantu mengurangi tingkat kemiskinan dari responden baik secara sosial maupun ekonomi.

Goodwin, (2006) Harold Dr University of Greenwich

Pengukuran dan Pelaporan Dampak Pariwisata Terhadap Kemiskinan Kemiskinan (Y) Pembangunan Millenium (X1) Dampak Pariwisata (X2)

Indikator yang luas dapat menunjukkan bahwa pertumbuhan pariwisata kedatangan domestik atau internasional berkorelasi dengan peningkatan rata-rata pendapatan per kapita Sehingga dapat menggurangi kemiskinan.

Hamzah, (2006)

Lecturer in Accounting Department, Economic Faculty,

Trunojoyo University, Madura–Indonesia.

Analysis The Revenue And Expense On Economic Growth, Poverty, And Unemployment

Poverty (Y1) Unemployment (Y2) Revenue (X1) Expanse (X2) Economic Growth (X3)

The gowth economic and unemployment meanly increase, while poverty fluctuative from year to year. The result of study with regression indicate that expense positively significant effect on revenue For effect revenue and revenue on unemploymentt indicate positively significant

effect. The effect expense and expense on unemployment indicate positively significant effect. For effect economic growth on unemployment indicate positively significant effect.

PUSLITBAG Sosial, Ekonomi dan Sosial dan Lingkungan Kementrian Pekerjaan Umum (2011)

Penelitian dan Pengembangan Pengelolaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan

Kinerja Program (Y) Pengembangan (X1) Pengelolaan (X2)

Kegiatan pengelolaan PNPM Mandiri Perkotaan dibentuk dengan mempertimbangkan input kegiatan yang terdiri dari aspek keuangan dimana keuangan dapat dipakai sebagai alat kontrol pengelolaan


(34)

2.2. Landasan Teori 2.2.1. Alokasi Dana

Penetapan lokasi dan alokasi dana PNPM dilakukan melalui proses konsultasi dan koordinasi diantara Kementrian/lembaga, Badan Perencanaan Pembangunan nasional (BAPENNAS), Kementrian Keuangan, dan Pemerintah Daerah (Provinsi, Kabupaten/Kota) di bawah kordinasi pengendali PNPM Mandiri dengan arahan Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K).

Adapun arahan TNP2K dalam penentuan lokasi dan alokasi dana PNPM adalah sebagai berikut:

1. Bantuan dana PNPM di terima secara secara penuh untuk seluruh lokasi sampai tahun anggaran 2014.

2. Alokasi dana PNPM menggunakan anggaran yang telah dibahas bersama dengan DPR.

3. Pokja Pengendali PNPM Mandiri bersama Menteri Keuangan dan Kementrian Pembangunan Perencanaan Nasional/ BAPPENAS ditugaskan mengembalikan alokasi dana PNPM menjadi penuh melalui APBN Perubahan.

4. Alokasi secara Penuh melalui mekanisme APBN.

5. Pengalokasian Dana PNPM Mandiri harus mengacu kepada Peraturan Menteri Keuangan Nomor 168/PMK.07/2009 tentang pendoman pendanaan urusan bersama pusat dan daerah dalam penanggulangan kemiskinan.


(35)

Tujuan dari alokasi dana itu sendiri yaitu untuk menanggulangi dampak kemiskinan dan mengurangi kesenjangan masyarakat dengan mengembangkan kegiatan sosial dan ekonomi masyarakat, meningkatkan pembangunan infrastruktur pedesaan serta untuk meningkatkan pendapatan dan masyarakat.

Pelaksanaan program alokasi dana merupakan sebagai bagian dari pemberdayaan masyarakat yang wajib melibatkan keikutsertaan masyarakat secara aktif dalam proses perencanaan, pelaksaan dan pengendalian.

Dalam Pedoman Pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan (2010) Besarnya dana BLM tiap Kelurahan ditentukan berdasarkan jumlah penduduk di kelurahan lokasi PNPM Mandiri Perkotaan seperti pada tabel sebagai berikut:

Tabel 2.2.1

Distribusi Alokasi Dana BLM per Kelurahan

Kategori Lokasi

Katagori Jumlah Penduduk Kelurahan / Desa ( Jiwa)

< 3000 3000–10000 > 10000

% - tase KK Miskin> 10 % (0-1x BLM) 150 jt 200 jt 350 jt

% - tase KK Miskin> 10 % (2 x BLM) 100 jt 150 jt 200 jt

% - tase KK Miskin< 10 % Jumlah KK Miskin < 50 KK, BLM = 50 jt Jumlah KK Miskin > 50 KK, BLM = 100 jt Mekanisme Pencairan Dana BLM Dilakukan 3 Tahap, Yakni : Tahap 1 = 30 %

Tahap 2 = 50 % dan Tahap 3 = 20 %

Sumber : Pedoman Pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan tahun 2010

2.2.2 Perencanaan dan Anggaran.

Penyusunan perencanaan disusun dengan mengikuti tahapan atau siklus tertentu. Tahapan tersebut biasanya berbeda-beda tergantung pada jenis


(36)

perencanaan, tujuan perencanaan dan konteks perencanaan. Secara garis besar perencanaan sosial dapat dirumuskan menjadi lima tahapan yang meliputi identifikasi masalah, penentuan tujuan, penyusunan dan pengembangan rencana program, pelaksanaan program dan evaluasi program.

Pemerintah telah menata sistem perencanaan dan pembangunan nasional sebagai mana diatur dalam undang – undang nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Perubahan itu juga terjadi sebagaimana di amanatkan oleh undang – undang tahun 2003 tentang keuangan negara yang meliputi:

1) Penerapan pendekatan anggaran dengan persepektif jangka menegah, memberikan kerangka yang menyeluruh dan meningkatkan keterkaitan antara proses perencanaan dan penganggaran.

2) Penerapan anggaran secara terpadu, memuat semua kegiatan, dalam APBN yang disusun secara terpadu yang mengintegrasikan anggaran belanja rutin dan pembangunan.

3) Penerapan anggaran berdasarkan kinerja dalam memperjelas tujuan dan indikator sebagai bagian pengembangan sistem penganggaran berbasis kinerja yang akan mendukung perbaikan efisiensi dan efektivitas dalam memanfaattkan sumber daya dan memperkuat proses pengambilan keputusan tentang kebijakan dalam kerangka jangka menengah.

Berkaitan dengan reformasi perencanaan dan penganggaran, para dan tingat satuan kerja menetapkan kebijakaan, program, kegiatan, sasaran, dan anggaran. Langkah tersebut merupakan silkus tahunan sehingga pelaksanaanya tepat sasaran, tepat waktu, efisien, efektif dan akuntabel.


(37)

Proses perencanan dan penggangaran Dana APBN menurut PMK 168/2009 dapat di lihat di tabel berikut :

Tabel 2.2.2

Proses Perencanan dan Penggangaran Dana APBN

TIME FRAME KEMENTERIAN/LEMBAGA KEPALA DAERAH

PMK IFKD Maret

Menyusun Program/Kegiatan (RKP dan Renja)

Setelah Pagu Sementara

Juni

Memberitahukan Indikasi

Program/Kegiatan Urusan Bersama

Penyusunan RKA-KL

Apabila Indikasi Program/ kegiatan UB sesuai kebijakan Pemda, KDH

Meneruskan kepada SKPD sebagai bahan perencanaan penyediaan APBN

Setelah Perpres RABPP Desember

Penandatanganan Naskah Perjanjian UB Menyampaikan RKA-KL yang telah

disetujui Menkeu

Menetapkan KPA dan menyusun Konsep DIPA

Menyampaikan RKA-KL kepada DPRD sebagai bahan

penetapan APBD Menyampaikan usulan nama

KPA untuk APBN

Sumber : menurut PMK 168/No. 07/Tahun 2009

Menurut Badjuri dan Yuwono (2002) bahwa karakteristik perencanaan kebijakan publik yang baik adalah sebagai berikut :

a. Merupakan respon yang positif dan proaktif terhadap kepentingan publik. Hal ini perlu ditekankan karena seringkali kebijakan direncanakan semata-mata untuk memenuhi kepentingan politik atau kepentingan pribadi.

b. Merupakan hasil konsultasi dan debat publik dengan analisis yang mendalam,rasional dan memang ditunjuksn untuk kepentingan umum. c. Merupakan hasil dari manajemen partisipatif yang tetap membuka diri


(38)

d. Menghasilkan rencana kebijakan yang mudah dipahami, mudah dilakukan, mudah dievaluasi, indikatornya jelas sehingga mekanisme akuntabilitasnya mudah pula.

e. Merupakan hasil pemikiran panjang yang telah mempertimbangkan berbagai hal yang mempengaruhi

f. Merupakan perencanaan yang bervisi ke depan dan berdimensi luas yang tidak dipersiapkan untuk kepentingan sesaat semata.

Karakteristik sasaran anggaran yaitu partisipasi anggaran (budgetary participation), kejelasan sasaran anggaran (budget goal clarity), umpan balik anggaran (budgetary feedback), evaluasi anggaran (budgetray evaluation) dan kesulitan sasaran anggaran (budget goal difficulty). Karakteristik sasaran anggaran dapat berpengaruh terhadap sikap yang terkait dengan pekerjaan dan sikap yang terkait dengan anggaran Kenis (1979).

Secara umum silkus perencanaan PNPM dapat di lihat pada gambar hubungan dengan APBN dan APBD dapat dilihat pada Gambar 2.2.2 berikut :

2

Gambar 2.2.2

Silkus Perencanaan PNPM Hubungan dengan APBN dan APBD

PS

RK PJM/ RENTA

RKM KSM

SOS AWAL / Pemetaan Sosial

Pemanfaatan BLM

(bersumber Dana APBN dan APBD) Pencairan BLM (bersumber Dana APBN dan APBD)


(39)

Keterangan Gambar :

SOS AWAL : Sosialisasi Awal

RKM : Rembug Kesiapan Masyarkat

RK : Refleksi Kemiskinan

PS : Pemetaan Swadaya

LKM : Lembaga Kesawadayaan Masyarakat

PJM : Program Jangka Menengah

Renta : Rencana Tahunan

BLM : Bantuan Lansung Masyarakat

APBD : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBN : Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional

KSM : Kelompok Swadaya Masyarakat

2.2.3. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)

APBN adalah : Suatu daftar yang memuat perincian sumber - sumber pendapatan negara dan jenis-jenis pengeluaran negara dalam jangka waktu satu tahun ( 1 Januari – 31 Desember ) yang ditetapkan dengan undang-undang dan dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung jawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Adapun fungsi APBN jika ditinjau dari kebijakan fiskal : a) Fungsi Alokasi.

APBN dapat digunakan untuk mengatur alokasi dana dari seluruh pendapatan negara kepada pos-pos belanja untuk pengadaan barang-barang dan jasa-jasa publik, serta pembiayaan pembangunan lainnya.


(40)

b) Fungsi Distribusi.

Fungsi ini bertujuan untuk menciptakan pemerataan atau mengurangi kesenjangan antar wilayah, kelas sosial maupun sektoral. APBN selain digunakan untuk kepentingan umum yaitu untuk pembangunan dan kegiatan penyelenggaraan pemerintahan, juga disalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk subsidi, bea siswa, dan dana pensiun. Subsidi, bea siswa, dan dana pensiun merupakan bentuk dari transfer payment. Transfer payment adalah pengalihan pembiayaan dari satu sektor ke sektor yang lain.

c) Fungsi Stabilitas.

APBN merupakan salah satu instrumen bagi pengendalian stabilitas perekonomian negara di bidang fiskal. Misalnya jika terjadi ketidakseimbangan yang sangat ekstrem maka pemerintah dapat melakukan intervensi melalui anggaran untuk mengembalikan pada keadaan normal.

Fungsi APBN jika ditinjau dari sisi manajemen sebagai berikut:

 Pedoman bagi pemerintah untuk melakukan tugasnya pada periode mendatang.

 Alat kontrol masyarakat terhadap kebijakan yang telah dibuat oleh pemerintah.

 Untuk menilai seberapa jauh pencapaian pemerintah dalam melaksanakan kebijakan dan program-program yang direncanakan.

Tujuan APBN adalah sebagai pedoman penerimaan dan pengeluaran negara dalam melaksanakan tugas kenegaraan untuk meningkatkan produksi,


(41)

memberi kesempatan kerja, dan menumbuhkan perekonomian, untuk mencapai kemakmuran masyarakat.

Menurut Erlina, Sirojusilam dan Rasdianto (2012) Adapun tahap penyusunan RKP adalah sebagai berikut:

a. Penyiapan rancangan awal RKP sebagai penjabaran RPJM Nasional

b. Penyiapkan rancangan Renja-KL sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya dengan mengacu kepada rancangan awal RKP

c. Bappenas mengkoordinasikan penyusunan rancangan RKP dengan menggunakan rancangan Renja-KL;

d. Musyawarah perencanaan pembangunan (Musrenbang)

e. Penyusunan rancangan akhir rencana kerja berdasarkan hasil Musrenbang; f. Penetapan RKP dalam bentuk Peraturan Presiden.

Selanjutnya, RKP ini menjadi pedoman dalam menyusun Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Renja-KL menjadi pedoman untuk menyusun Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara / Lembaga (RKA - KL).

Dalam suatu perencanaan pembangunan sebagai suatu siklus ada empat tahapan yang dilalui, yakni:

1. Penyusunan rencana 2. Penetapan rencana

3. Pengendalian pelaksanaan rencana dan 4. Evaluasi pelaksanaan rencana.


(42)

Keempat tahapan diselenggarakan secara berkelanjutan sehingga secara keseluruhan membentuk satu siklus perencanaan yang utuh. Penyusunan rencana dilaksanakan untuk menghasilkan rancangan lengkap suatu rencana yang siap untuk ditetapkan yang terdiri dari 4 (empat) langkah.

1. Penyiapan rancangan rencana pembangunan yang bersifat teknokratik, menyeluruh, dan terukur.

2. Masing-masing instansi pemerintah menyiapkan rancangan rencana kerja dengan berpedoman pada rancangan rencana pembangunan yang telah disiapkan.

3. Melibatkan masyarakat (stakeholders) dan menyelaraskan rencana pembangunan yang dihasilkan masing-masing jenjang pemerintahan melalui musyawarah perencanaan pembangunan.

4. Penyusunan rancangan akhir rencana pembangunan. Selanjutnya adalah penetapan rencana menjadi produk untuk melaksanakannya.

Pencairaan dana urusan bersama dan penyaluran Dana APBN menurut PMK 168/2009 adalah sebagai berikut :

1. Pencairan APBN secara umum dilakukan sesuai dengan mekanisme yang berlaku dalam pembayaran atas beban APBN, sedangkan ketentuan ebih lanjut diatur dengan Perdirjen Perbendaharaan.

2. APBN disalurkan secara langsung kepada masyarakat, kelompok masyarakat dan/atau lembaga partsipatif masyarakat dalam bentuk uang. 3. APBN yang telah ditransfer ke rekening masyarakat, kelompok


(43)

dimanfaatkan sesuai dengan rencana selambat-lambatnya 3 bulan setelah tahun anggaran bersangkutan berakhir.

4. Apabila dalam jangka waktu sebagaimana tersebut di atas, dana tersebut belum dimanfaatkan maka dana tersebut harus disetorkan ke rekening kas umum negara.

5. Mekanisme pencairan dan penyaluran APBN berpedoman pada peraturan yang mengatur mengenai pengelolaan keuangan daerah.

2.2.4. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah adalah rencana keuangan tahunan Pemerintahan Daerah yang di bahas dan di setujui oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah ( DPRD ), dan di tetapkan dengan Peraturan Daerah. APBD merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah dalam masa 1 (satu) tahun anggaran terhitung 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember. Kepala Daerah dalam penyusunan rancangan APBD menetapkan prioritas dan plafon anggaran sebagai dasar penyusunan rencana kerja dan anggaran satuan kerja perangkat daerah. APBD perubahan dan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD setiap tahun ditetapkan dengan Peraturan Daerah. APBD berfungsi sebagai otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi dan distribusi. Semua penerimaan dan pengeluaraan daerah dalam tahun anggaran yang bersangkutan harus dimasukkan dalam APBD. Surplus APBD dapat digunakan untuk membiayai pengeluaran Daerah tahun anggaran berikutnya ( UU No. 33 Tahun 2004 )


(44)

Struktur APBD terdiri Laporan Realisasi Anggaran merupakan istilah baru yang digunakan dalam pertanggungjawaban atas pengelolaan keuangan negara/daerah. Selama inilistilah yang digunakan adalah Laporan Perhitungan Anggaran. Kepmendagri 29/2002 dan SAP menggunakan struktur APBD yang sama, yaitu APBD terdiri dari Anggaran Pendapatan, Anggaran Belanja, dan Anggaran Pembiayaan. Perbedaan terjadi dalam struktur anggaran belanja. SAP mengatur penyajian Laporan Realisasi Anggaran pada lembar muka berdasarkan karakter belanja dan jenis belanja, sedangkan Kep mendagri 29/2002 mengklasifikasikan belanja ke dalam Belanja Aparatur dan Belanja Publik. Selanjutnya baik pada Belanja Aparatur maupun Belanja Publik, Belanja diklasifikasikan menjadi Belanja Administrasi Umum, Belanja Operasi dan Pemeliharaan, dan Belanja Modal

Proses penyusunan APBD terjadi di tingkat eksekutif dan legislatif, Adapun prosesnya sebagai berikut :

1. Proses yang terjadi di Eksekutif

Proses penyusunan APBD secara keseluruhan berada di tangan Sekretaris Daerah yang bertanggungjawab mengkoordinasikan seluruh kegiatan penyusunan APBD, sedangkan proses penyusunan belanja rutin disusun oleh bagian keuangan Pemda. Proses penyusunan penerimaan dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah dan proses penyusunan belanja pembangunan disusun oleh BAPPEDA (bagian penyusunan program dan bagian keuangan).

2. Proses di legislatif

Proses penyusunan APBD di tingkat legislatif dilakukan berdasarkan Tatib DPRD yang bersangkutan.


(45)

2.2.5. Dana Swadaya Masyarakat

Dana swadaya masyarakat adalah dana yang bersumber dari swadaya masyarakat yang bertujuan memberikan keluasaan pada masyarakat berperan aktif dalam perencanaan dan pelaksanaan program kegiatan. Partisipasi masyarakat dalam bentuk dana tunai maupun berbentuk barang merupakan keberhasilan program ini. Karena kegiatan ini di laksanakan oleh masyarakat untuk masyarakat dan bermanfaat untuk masyarakat luas.

Besarnya dana masyarakat dalam program ini di sesuaikan minimal 30 % dari kegiatan program baik kegiatan infrastruktur maupun kegiatan yang berbentuk sosial.

2.1.6. Pengawasan

Pengelolaan pemerintah daerah yang berakuntabilitas, tidak bisa lepas dari anggaran pemerintah daerah. Hal ini sesuai dengan pendapat Mardiasmo (2002), yang mengatakan wujud dari penyelenggaraan otonomi daerah adalah pemanfaatan sumber daya yang dilakukan secara ekonomis, efisien, efektif, adil dan merata untuk mencapai akuntabilitas publik. Anggaran diperlukan dalam pengelolaan sumber daya tersebut dengan baik untuk mencapai kinerja yang diharapkan oleh masyarakat dan untuk menciptakan akuntabilitas terhadap masyarakat.

Pelaporan dan Pertanggung jawaban Dana APBN dan APBD Sesuai PMK 168/PMK.07/2009 Pasal 16, 17 dan 18 adalah :

1. SKPD yang menjadi pelaksana kegiatan penanggulangan kemiskinan Dana APBN dan APBD wajib menyusun Laporan Keuangan berupa:


(46)

• Neraca

• Laporan Realisasi Anggaran dan

• Catatan atas Laporan Keuangan

2. Tata cara penyusunan dan penyampaian laporan keuangan APBN mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat.

3. Tata cara penyusunan dan penyampaian laporan keuangan APBD mengacu ketentuan peraturan mengenai pengelolaan keuangan daerah dan Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah

4. Kepala daerah melampirkan laporan keuangan tahunan atas pelaksanaan APBD dalam Laporan Pertanggungjawaban APBD kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) sebagai wujud transparansi dan akuntabilitas APBN dan APBD.

Kenis (1979) menemukan bahwa pelaksana anggaran memberikan reaksi positif dan secara relatif sangat kuat untuk meningkatkan kejelasan sasaran anggaran. Reaksi tersebut adalah peningkatan kepuasan kerja, penurunan ketegangan kerja, peningkatan sikap karyawan terhadap anggaran, kinerja anggaran dan efisiensi biaya pada pelaksana anggaran secara signifikan, jika sasaran anggaran dinyatakan secara jelas. Kenis (1979) menyatakan bahwa penetapan tujuan spesifik akan lebih produktif daripada tidak menetapkan tujuan spesifik. Hal ini akan mendorong karyawan untuk melakukan yang terbaik bagi pencapaian tujuan yang dikehendaki.


(47)

Kejelasan sasaran anggaran akan mempermudah aparat pemerintah daerah dalam menyusun anggaran untuk mencapai target-target anggaran yang telah ditetapkan. Komitmen yang tinggi dari aparat pemerintah daerah akan berimplikasi pada komitmen untuk bertanggung-jawab terhadap penyusunan anggaran tersebut. Dengan demikian, semakin jelas sasaran anggaran aparat pemerintah daerah dan dengan didorong oleh komitmen yang tinggi, akan mengurangi kesenjangan anggaran pemerintah daerah. Berdasarkan uraian di atas, disusun hipotesis dalam konteks pemerintah daerah, sebagai berikut: semakin tinggi kesesuaian kejelasan sasaran anggaran dengan komitmen organisasi, semakin rendah senjangan anggaran instansi pemerintah daerah

Pengawasan dan Pengendalian Dana APBN dan APBD Menurut PMK 168/PMK.07/2009 Pasal 23 yaitu :

1. TKPK Nasional melakukan koordinasi pengawasan dan pengendalian terhadap efektivitas pelaksanaan urusan bersama untuk Penanggulangan Kemiskinan paling kurang setiap 3 (tiga) bulan sekali.

2. Menteri/Pimpinan Lembaga dan Kepala Daerah melakukan pengawasan dan pengendalian atas efektivitas pengelolaan kegiatan urusan bersama untuk Penanggulangan Kemiskinan.

3. Menteri Keuangan melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap pelaporan keuangan APBN.

4. Kepala daerah melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap pelaporan keuangan APBD.


(48)

5. Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) dilaksanakan dalam rangka peningkatan efisiensi dan efektivitas pengelolaan APBN dan APBD

Indikator keberhasilan PNPM Mandiri Perkotaan ini menjadi rujukan bagi semua pihak dalam menilai capaian dampak maupun hasil program, baik Departemen Pekerjaan Umum sebagai Executing Agency, Pemerintah Pusat dan Daerah, Masyarakat dan Lembaga Donor serta para pihak lainnya, Pedoman Pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan (2010) dapat di lihat pada tabel berikut ini:


(49)

Tabel 2.2.6 Indikator Keberhasilan PNPM Mandiri Perkotaan

Tujuan Akhir Indikator Dampak Kegunaan dari Informasi

Dampak

Masyarakat miskin di

lokasi PNPM Perkotaan mendapat manfaat dari perbaikan sosial ekonomi dan tata pemerintahan

setempat

•Peningkatan angka pengeluaran keluarga atau perbaikan akses ke pelayanan ekonomi dan sosial 80 % kelurahan •Prasarana lebih murah 20 % di bandingkan

dengan di bangun pola yang tidak bertumpu pada masyarakat, di 80 % Kelurahan

•Tingkat kepuasan Pemanfaatan terhadap perbaikan pelayanan dan tata pemerintahan setempat mencapai 80 %

Menetapkan apakah PNPM memberikan dampak kesejahteraan sosial dan ekonomi sesuai dengan yang di harapkan.

Hasil Antara Indikator Hasil Kegunaan Pemantauan Hasil

Komponen I: a. Masyarakat yang

terorganisasi dengan kebutuhan yang meningkat untuk menyuarakan pendapatnya b. Pemerintah Kab/Kota menyediakan pelayanan yang lebih baik untuk masyarakat miskin

•Min 40% tingkat kehadiran kaum miskin dan rentan dalam pertemuan 2 perencanaan dan pengambilan keputusan

•Min 40% tingkat kehadiran perempuan dalam pertemuan 2 perencanaan dan pengambilan keputusan

•Min 30% penduduk dewasa mengikuti pemilihan LKM di tingkat RT/komunitas basis

•LKM terbentuk di Min 90% kelurahan •Min 90% dari kelurahan telah

menyelesaikan PJM Pronangkis dan telah diratifikasi dalam musyawarah warga

•Min 80% Pemerintah Kab/Kota menyediakan dana pendukung 20% untuk Pemkot/Kab dengan kapasitas fiskal rendah dan 50% untuk Pemkot/kab dengan fiskal sedang, tinggi dan sangat tinggi.

•Menilai apakah rancangan pembentukan LKM dan PJM Pronangkis perlu diperbaiki. •Menetapkan bilamana proses

pemilihan LKM dan sosialisasi perlu diperbaiki.

Komponen II:

LKM menyediakan layanan yang terbaik untuk masyarakat miskin

•Jumlah dari setiap prasarana, ekonomi dan sosial diselesaikan di 80 % kelurahan •Min 70% dari prasarana memiliki kwalitas

baik

•Min 90% kelurahan dengan program dana bergulir memiliki pinjaman beresiko (LAR) > `3d 3 bulan < 10 %

•Min 90% kelurahan dengan program dana bergulir memiliki pendapatan rasio pendapatan dan biaya > 125%

•Min 90% kelurahan dengan dana bergulir dengan tingkat pengembalian modal tahunan > 10%

•Min 30% anggota KSM adalah perempuan

Menentukan apakah dibutuhkan tambahan bantuan teknik di bidang tertentu.

Komponen III: Konsultan

menyediakan bantuan teknik dan dukungan dalam pelaksanaan proyek.

• 90% KMW menyediakan data secara akurat dan tepat waktu melalui SIM

• 70% LKM telah meyelesaikan Audit keuangan tahunan

•Menilai apakah bantuan teknik dan dukungan pelaksanaan perlu diperbaiki/ditingkatkan

•Menyediakandata yang akurat tepat waktu untuk pengambilan keputusan di tingkat manajemen.


(50)

2.2.7. Kemiskinan

Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan masalah global. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan.

Kemiskinan dipahami dalam berbagai cara. Pemahaman utamanya mencakup:

 Gambaran kekurangan materi, yang biasanya mencakup kebutuhan pangan sehari-hari, sandang, perumahan, dan pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini dipahami sebagai situasi kelangkaan barang-barang dan pelayanan dasar.

 Gambaran tentang kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan sosial, ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam masyarakat. Hal ini termasuk pendidikan dan informasi. Keterkucilan sosial biasanya dibedakan dari kemiskinan, karena hal ini mencakup masalah-masalah politik dan moral, dan tidak dibatasi pada bidang ekonomi.

 Gambaran tentang kurangnya penghasilan dan kekayaan yang memadai. Makna "memadai" di sini sangat berbeda-beda melintasi bagian-bagian politik dan ekonomi di seluruh dunia.


(51)

Kemiskinan bisa dikelompokan dalam dua kategori , yaitu Kemiskinan absolut dan Kemiskinan relatif. Kemiskinan absolut mengacu pada satu set standard yang konsisten, tidak terpengaruh oleh waktu dan tempat atau negara. Sebuah contoh dari pengukuran absolut adalah persentase dari populasi yang makan dibawah jumlah yg cukup menopang kebutuhan tubuh manusia ( kira - kira 2000 - 2500 kalori per hari untuk laki laki dewasa).

Bank Dunia mendefinisikan Kemiskinan absolut sebagai hidup dengan pendapatan dibawah USD $1/hari dan Kemiskinan menengah untuk pendapatan dibawah $2 per hari, dengan batasan ini maka diperkiraan pada 2001 1,1 miliar orang didunia mengonsumsi kurang dari $1/hari dan 2,7 miliar orang didunia mengonsumsi kurang dari $2/hari. Proporsi penduduk negara berkembang yang hidup dalam Kemiskinan ekstrem telah turun dari 28 % pada 1990 menjadi 21 % pada 2001. Melihat pada periode 1981 - 2001, persentase dari penduduk dunia yang hidup dibawah garis kemiskinan $1 dolar/hari telah berkurang separuh. Tetapi, nilai dari $1 juga mengalami penurunan dalam kurun waktu tersebut.

Meskipun kemiskinan yang paling parah terdapat di negara bekembang, ada bukti tentang kehadiran kemiskinan di setiap region. Di negara-negara maju, kondisi ini menghadirkan kaum tuna wisma yang berkelana ke sana kemari dan daerah pinggiran kota. Kemiskinan dapat dilihat sebagai kondisi kolektif masyarakat miskin, atau kelompok orang-orang miskin, dan dalam pengertian ini keseluruhan negara kadang-kadang dianggap miskin. Untuk menghindari stigma ini, negara-negara ini biasanya disebut sebagai negara berkembang.


(52)

 Penyebab individual, atau patologis, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari perilaku, pilihan, atau kemampuan dari si miskin.

 Penyebab keluarga, yang menghubungkan kemiskinan dengan pendidikan keluarga.

 Penyebab sub-budaya (subcultural), yang menghubungkan kemiskinan dengan kehidupan sehari-hari, dipelajari atau dijalankan dalam lingkungan sekitar

 Penyebab agensi, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari aksi orang lain, termasuk perang, pemerintah, dan ekonomi

 Penyebab struktural, yang memberikan alasan bahwa kemiskinan merupakan hasil dari struktur sosial.

A. Jenis - jenis Kemiskinan

Besarnya kemiskinan dapat diukur dengan atau tanpa mengacu kepada garis kemiskinan. Konsep yang mengacu kepada garis kemiskinan disebut kemiskinan relatif, sedangkan konsep yang pengukurannya tidak didasarkan pada garis kemiskinan disebut kemiskinan absolute:

1) Kemiskinan relatif adalah suatu ukuran mengenai kesenjangan di dalam distribusi pendapatan, biasanya dapat didefinisikan didalam kaitannya dengan tingkat rata-rata dari distribusi yang dimaksud.

2) Kemiskinan absolut adalah derajat kemiskinan dibawah, dimana kebutuhan-kebutuhan minimum untuk bertahan hidup tidak dapat terpenuhi.


(53)

B. Faktor - faktor penyebab kemiskinan

Tidak sulit mencari faktor penyebab kemiskinan, tetapi dari faktor-faktor tersebut sangat sulit memastikan mana yang merupakan penyebab sebenarnya serta mana yang berpengaruh langsung dan tidak langsung terhadap perubahan kemiskinan.

C. Kebijakan Kemiskinan

Untuk menghilangkan atau mengurangi kemiskinan di tanah air diperlukan suatu strategi dan bentuk intervensi yang tepat, dalam arti cost effectiveness-nya tinggi.

Ada tiga pilar utama strategi pengurangan kemiskinan, yakni : 1. Pertumuhan ekonomi yang berkelanjutan dan yang prokemiskinan 2. Pemerintahan yang baik (good governance)

3. Pembangunan social

Untuk mendukung strategi tersebut diperlukan intervensi-intervensi pemerintah yang sesuai dengan sasaran atau tujuan yang bila di bagi menurut waktu yaitu :

a. Intervensi jangka pendek, terutama pembangunan sektor pertanian dan ekonomi perdesaan

b. Intervensi jangka menengah dan panjang  Pembangunan sektor swasta

 Kerjasama regional  APBN dan administrasi  Desentralisasi


(54)

 Pendidikan dan Kesehatan

 Penyediaan air bersih dan Pembangunan perkotaan

Kesenjangan ekonomi atau ketimpangan dalam distribusi pendapatan antara kelompok masyarakat berpendapatan tinggi dan kelompok masyarakat berpendapatan rendah serta tingkat kemiskinan atau jumlah orang yang berada di bawah garis kemiskinan (poverty line) merupakan dua masalah besar di banyak negara - negara berkembang, tidak terkecuali di Indonesia.

Program PNPM memahami kemuiskinan adalah akibat dan akar penyebab kemiskinan yang sebenarnya adalah kondisi masyarakat utamanya para pemimpin yang belum berdaya sehingga tidak mampu menerapkan nilai – nilai luhur dalam setiap keputusan dan tindakan yang dilakukan, sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 2.2.7 :


(55)

Penyebab tingkat 4 atau gejala kemiskinan

Penyebab tingkat 3

Penyebab Tingkat 2

Penyebab Tingkat 1

Gambar 2.2.7

Program PNPM Mandiri Perkotaan Memahami Tentang Kemiskinan KEMISKINAN

Tidak memiliki akses ke sistem politik yang akomodatif Tidak, transparan, tidak partisipatif,tidak akuntabel, demokrasi semu berorintasi kepentingan pribadi dan kelompok , dominasi elite dll.

Tidak memiliki akses ke lingkungan permukiman yang layak. Pencemaran dan kerusakan alam, permukiman kumuh, tinggal dikawasan Ilegal, tidak berorientasipada pembangunan yang berkelanjutan dsb.

Rendahnya Kapital Sosial

Kehidupan Sosial yang segregatif,pudarnya solidaritas sosial, proses marginalisasi, SDM rendah, pendidikan tidak memadai, penggangguran,budaya miskin. dsb

Tidak memiliki Akses Ke peluang & sumber daya ekonomi

Tidak ada kesempatan, keterampilan rendah, masih sulit akses ke sumber daya kunci dan permodalan, tidak membangun jiwa kewirausahaan.

Kebijakan dan Keputusan – Keputusan yang Tidak Adil

Institusi Pengambilan Keputusan Tidak Mampu Menerapkan Nilai – Nilai luhur

Lunturnya nilai –nilai luhur universal ( jujur, adil, ikhlas, tanpa pamrih, dll) dari pada perilaku pengambilan keputusan di berbagai tingkat.


(56)

Tujuan Pembangunan Milenium sejumlah target yang ditetapkan untuk beberapa dimensi utama kelaparan kemiskinan, akses ke air minum, penghasilan harian, kematian ibu, pendidikan dan berbagai prioritas atau lainnya (UN GA, 2000 : Bank Dunia, 2005). Program dilaksanakan berdasarkan kerangka acuan yang menjelaskan antara lain pendekatan dan metodologi pelaksanaan, menguraikan secara ringkas berbagai kegiatan yang akan dilaksanakan dalam rangka mendukung implementasi program yang bersangkutan, indikator-indikator keberhasilan program, serta penanggungjawabnya.

2.2.7.1. Mengentaskan Kemiskinan Ekstrim dan Kelaparan

Pada tingkat nasional, dengan usaha yang lebih keras, indonesia akan dapat mengurangi kemiskinan dan kelaparan hingga setengahnya pada tahun 2015. Meskipun begitu, masih terdapat perbedaan antara daerah kaya dan miskin. Banyak daerah miskin di perdesaan, terutama wilayah timur indonesia yang memerlukan kerja keras untuk mencapai target menggurangi kemiskinan dan kelaparan.

2.2.7.2. Mencapai Pendidikan Dasar Untuk Semua

Pemerintah indonesia berkomitmen untuk memenuhi target ini dengan merancang program wajib belajar 9 tahun. Program wajib belajar 9 tahun berfokus pada peningkatan akses dan memperluas kesempatan belajar kepada seluruh anak usia sekolah, terutama yang berada di daerah miskin dan daerah perdalaman.

2.2.7.3. Mendukung kesetaraan gender dan memperdayakan perempuan

Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kesempatan bagi perempuan untuk bekerja di sektor non pertanian dan kesetaraan imbalan. Aspek kesetaraan


(57)

perempuan merupakan langkah untuk mencapai tujuan MDG’s termasuk juga peningkatan keterwakilan perempuan dalam aspek politik dan ekonomi.

Meskipun Pasal 27 UUD 1945 menjamin kesetaraan hak bagi seluruh Indonesia laki – laki dan perempuan, cukup banyak ditemukan praktek – praktek yang justru mendiskriminasikan dan memicu terjadinya ketersenjangan, terutama di tingkat daerah. Hal ini mencakup implementasi peraturan daerah yang mengadung dualisme yang tidak sesuai dengan UUD 45.

2.2.7.4. Menguranggi tingkat kematian anak

Program ini merupakan bagian dari visi anak indonesia 2015 sebuah gerakan yang melibatkan masyarakat dari mulai pemerintah, sektor swasta, hingga akademisi dan balita. UU Nomor 23 tentang perlindungan anak menyatakan bahwa setiap anak memiliki hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan dan keamanan sosial menurut kebutuhan fisik, psikis dan sosial mereka.

Sepertiga kematian bayi di indonesia terjadi pada bulan pertama setelah kelahiran, 80% diantaranya terjadi pada minggu pertama. Penyebab utama kematian adalah infeksi pernafasan akut, komplikasi kelahiran dan diare selain penyebab utama beberapa penyakit menular seperti infeksi radang selaput otak (meningtis), typus dan encephalitis juga sering menjadi penyebab kematian bayi. Target MDG’s adalah untuk meningkatkan propesi kelahiran yang dibantu tenaga terlatih, sehingga diharapkan terjadi perubahan perilaku masyarakat untuk lebih aktif mencari pelayanan kesehatan terutama untuk anak dan

2.2.7.5 Meningkatkan Kesehatan Ibu

Resiko Kematian ibu karena progres kelahiran di indonesia adalah 1 kematian dalam 65 kelahiran. Setiap tahun diperkirakan terjadi 20.000 kematian


(58)

ibu karena komplikasi sewaktu melahirkan dan selama kehamilan. Tingkat kematian ibu dihitung berdasarkan jumlah kematian setiap 100.000 kelahiran.

2.2.7.6 Menguranggi penyakit HIV / AIDS dan penyakit menular lainnya.

Sejak pertama kali ditemukan pada tahun 2007, jumlah penderitanya terus meningkat. Hingga maret 2007 hampir 8.988 kasus AIDS dan 5.640 HIV yang dilaporkan. Diperkirakan lebih satu juta masyarakat indonesia akan terinfeksi pada tahun 2010.

2.2.7.7 Memastiakan kelestarian lingkungan

Mengurangi hingga setengahnya proposi masyarakat indonesia yang tidak memiliki akses terhadap air minum yang aman dan sanitasi dasar. Kualitas air yang sampai ke masyarakat dan didistribusikan oleh PDAM ternyata tidak memenuhi prasyrat air minum yang aman yang dikeluarkan oleh departemen kesehatan. Hal ini disebabkan oleh kualitas jaringan distribusi dan perawatan yang kemudian menyebabkan terjadinya kontaminasi.

Berdasarkan data terakhir yang tersedia, akses masyarakat secara umum terhadap fasilitas sanitasi adalah 68%. Akan tetapi, tampak sanitasi tidak menjadi prioritas utama pembangunan, baik tingkat nasional, regional, badan legislatif maupun sektor swasta. Hal ini tampak dari relatif kecilnya anggaran yang di sediakan untuk sanitasi.

2.2.7.8 Mengembangkan kemitraan untuk pembangunan

Dengan cara mengembangkan sistem keuangan dan perdagangan yang terbuka, berbasis peraturan, dapat diprediksi, dan tidak diskriminatif.


(59)

2.2.8 Indeks Fiskal Dan Kemiskinan Daerah

Indeks Ruang Fiskal =

KFD riil Per kapita Nasional

KFD riil Per kapita

Indeks Persentase penduduk Miskin Daerah =

(IPPMD) Indeks kemiskinan Manusia Nasional Indeks kemiskinan Manusia

Indeks Kemiskinan Manusia (IKM) dihitung dari 5 variabel berikut: • Probability meninggal sebelum umur 40

• Angka melek huruf

• Penduduk tanpa akses pada air bersih • Penduduk tanpa akses ke sarana kesehatan • Balita kurang gizi

2.2.9 Prinsip - Prinsip Pendanaan Urusan Bersama Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

Prinsip - prinsip pendanaan urusan bersama sesuai Perpres15/2010 dan PMK 168/2009 :

• Pendanaan program/kegiatan urusan bersama untuk penanggulangan

kemiskinan bersumber dari APBN (DUB) dan APBD (DDUB).

• Pendanaan Urusan Bersama untuk Penanggulangan Kemiskinan

disalurkan dalam bentuk Bantuan Langsung Masyarakat (BLM).

• Pendanaan Urusan Bersama mempertimbangkan kemampuan keuangan

negara, Indeks Fiskal dan Kemiskinan Daerah (IFKD) dan Indikator Teknis.


(60)

• Penerapan Indeks Fiskal dan Kemiskinan Daerah (IFKD) dalam

pendanaan urusan bersama bertujuan agar pengalokasian APBN dilakukan secara proporsional, tidak terkonsentrasi pada daerah tertentu serta transparan dan akuntabel.

• Persentase besaran APBD ditetapkan oleh TNP2K dengan

mempertimbangkan Indeks Fiskal dan Kemiskinan Daerah (IFKD)

KP KD DK TP UB

Gambar 2.2.9

Pasal 3 PMK No.168/PMK.07/2009 Sumber Pendanaan Urusan Bersama

Keterangan :

KP : Kantor Pusat KD : Kantor Daerah DK : Dekonsentrasi TB : Tugas Pembantu UB : Usaha Bersama

APBN APBD

Anggaran K/L (RKA - KL)

Anggaran SKPD (RKA –SKPD)

DANA URUSAN BERSAMA

PROGRAM PNPM PERKOTAAN DAN PERDESAAN BANTUAN LANSUNG MASYARAKAT (BLM)

Dana Daerah Untuk Urusan Bersama


(61)

2.2.9.1 Belanja Negara dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)

Sebagaimana diamanatkan Pasal 11 ayat (4) Undang - Undang Nomor 17 Tahun 2003, belanja negara dalam APBN digunakan untuk keperluan penyelenggaraan tugas pemerintahan pusat dan pelaksanaan perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah. Jadi, dalam hal ini terdapat 2 (dua) jenis pengeluaran pemerintah, yaitu belanja pemerintah dan pengeluaran transfer. Pengeluaran dalam bentuk belanja untuk keperluan penyelenggaraan tugas pemerintahan tersebut menurut ketentuan peraturan perundangan-undangan diklasifikasikan menurut organisasi, fungsi, dan jenis belanja. Khusus untuk keperluan pengendalian manajemen, klasifikasi yang mudah untuk dilakukan pengendalian sejak perencanaan penganggaran, pelaksanaan, dan pertanggungjawabannya adalah klasifikasi menurut ekonomi atau jenis belanja, yaitu:

• Belanja Operasi: terdiri dari belanja pegawai, belanja barang, bunga, subsidi, hibah, dan bantuan sosial.

• Belanja Modal: terdiri dari belanja tanah, belanja peralatan dan mesin, belanja gedung dan bangunan, belanja jalan, irigasi, dan jaringan, dan belanja aset tetap lainnya

• Belanja Lain-lain/Tidak Terduga • Transfer

Dalam menyusun LRA, sebagaimana diatur dalam PSAP Nomor 02, klasifikasi yang dicantumkan pada lembar muka laporan keuangan adalah menurut jenis belanja.


(62)

2.1.9.2 Belanja Daerah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

Untuk pemerintahan daerah, berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 yang kemudian dijabarkan dalam Permendagri 13 Tahun 2006, belanja diklasifikasikan berdasarkan jenis belanja sebagai belanja tidak langsung dan belanja langsung. Kelompok belanja tidak langsung merupakan belanja yang dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Kelompok belanja langsung merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. .

2.1.9.3 Hibah Dan Bantuan Sosial a. Hibah

Hibah adalah pengeluaran pemerintah dalam bentuk uang, barang atau jasa kepada pemerintah atau pemerintah lainnya, perusahaan daerah, masyarakat, dan organisasi kemasyarakatan, yang secara spesifik telah ditetapkan peruntukannya, bersifat tidak wajib dan tidak mengikat, serta tidak secara terus menerus.

b. Bantuan Sosial

Bantuan Sosial adalah transfer uang atau barang yang diberikan kepada masyarakat guna melindungi dari kemungkinan terjadinya resiko sosial. Bantuan sosial dapat langsung diberikan kepada anggota masyarakat dan/atau lembaga kemasyarakatan termasuk didalamnya bantuan untuk lembaga non pemerintah bidang pendidikan dan keagamaan. Jadi Belanja Bantuan Sosial adalah pengeluaran pemerintah dalam bentuk uang atau barang atau jasa kepada masyarakat yang bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat, yang sifatnya tidak terus-menerus dan selektif.


(1)

(2)

(3)

Lampiran 4. Hasil PLS pendekatan REM

Dependent Variable: KEMISKINAN

Method: Pooled EGLS (Two-way random effects) Date: 04/09/13 Time: 14:41

Sample: 1 149

Included observations: 149 Cross-sections included: 4

Total pool (balanced) observations: 596

Wansbeek and Kapteyn estimator of component variances White cross-section standard errors & covariance (d.f. corrected)

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 5527.976 415.2191 13.31339 0.0000

Random Effects (Cross)

@APBN—C -3340.397

@APBD—C -3340.397

@SWADAYA—C -3340.397

@KEMISKINAN—C -3340.397

Random Effects (Period)

1—C -4681.976

2—C -4930.976

3—C -5072.976

4—C -3519.976

5—C -5185.976

6—C -4342.976

7--C 11644.02

8--C -1827.976

9--C -2995.976

10--C -2140.976

11--C -4900.976

12--C -4807.976

13--C -4679.976

14--C -4797.976

15--C -960.9756

16--C -5277.976

17--C -5086.976

18--C -4985.976

19--C -2645.976

20--C -5055.976

21--C -4683.976

22--C -5433.976

23--C -1483.976

24--C -3159.976

25--C -2959.976

26--C 1404.024


(4)

29--C -3880.976

30--C -4843.976

31--C -172.9756

32--C -4579.976

33--C -4539.976

34--C -3855.976

35--C -4176.976

36--C -4295.976

37--C -5313.976

38--C -4374.976

39--C -5312.976

40--C -4849.976

41--C -5089.976

42--C -3652.976

43--C -4538.976

44--C -4642.976

45--C -4529.976

46--C -4667.976

47--C -4895.976

48--C -4537.976

49--C -5413.976

50--C -5400.976

51--C -5356.976

52--C -5432.976

53--C -4105.976

54--C -4738.976

55--C -3968.976

56--C -5467.976

57--C -4308.976

58--C -5042.976

59--C -727.9756

60--C -5320.976

61--C -1067.976

62--C -4922.976

63--C -4647.976

64--C -4902.976

65--C -4702.976

66--C -4812.976

67--C -5229.976

68--C -4539.976

69--C -4902.976

70--C -2860.976

71--C -4637.976

72--C -1845.976

73--C -4157.976

74--C -4452.976

75--C -4454.976


(5)

77--C 4138.024

78--C -3732.976

79--C 5174.024

80--C -2077.976

81--C -3712.976

82--C -4717.976

83--C -4513.976

84--C -3027.976

85--C -1639.976

86--C -3017.976

87--C 758.0244

88--C -4599.976

89--C -5131.976

90--C -3787.976

91--C -5293.976

92--C -5255.976

93--C -5249.976

94--C 577.0244

95--C -4235.976

96--C -3764.976

97--C 1972.024

98--C 1112.024

99--C -5349.976

100--C -4962.976

101--C -5430.976

102--C -5374.976

103--C -4820.976

104--C -4802.976

105--C -4349.976

106--C -4906.976

107--C -5324.976

108--C -3054.976

109--C -4058.976

110--C -3782.976

111--C -4952.976

112--C -5110.976

113--C -4017.976

114--C -2518.976

115--C -3631.976

116--C -3382.976

117--C -2958.976

118--C -4367.976

119--C 312.0244

120--C -1737.976

121--C -4446.976

122--C -4366.976

123--C -4220.976


(6)

125--C -4255.976

126--C -5417.976

127--C -4079.976

128--C -3017.976

129--C -4079.976

130--C -3659.976

131--C -4086.976

132--C -2171.976

133--C -2236.976

134--C -823.9756

135--C 1372.024

136--C -4327.976

137--C 1997.024

138--C -688.9756

139--C -4327.976

140--C -3508.976

141--C -1871.976

142--C -1799.976

143--C -292.9756

144--C -104.9756

145--C -4802.976

146--C -957.9756

147--C 2500.024

148--C 526.0244


Dokumen yang terkait

“Efektivitas Pelaksanaan Pembangunan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM –MP) Di Desa Hutapadang Kota Padangsidimpuan Hutaimbaru

1 83 111

PENGARUH TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP PELAKSANAAN PEMBANGUNAN MELALUI PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN (PNPM-MP) DI KECAMATAN LAGUBOTI TOBA SAMOSIR

0 65 7

Dampak Program Dana Bergulir PNPM Mandiri Perkotaan Terhadap Kesejahteraan Masyarakat di Kecamatan Medan Kota

0 95 100

Analisis Dampak Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) Terhadap Peningkatan Pendapatan Dalam Pengembangan Ekonomi Lokal Di Kabupaten Asahan

4 55 137

Sosialisasi Pemanfaatan Fasilitas Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan (Study Deskriptif di Desa Purbadolok, Kecamatan Doloksanggul, Kabupaten Humbanghasundutan)

4 63 111

Evaluasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) Terhadap Pengembangan Sosio-Ekonomi Dan Kesejahteraan Masyarakat Di Kecamatan Balige Kabupaten Toba Samosir

0 50 160

Efektivitas Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) di Desa Pulo Dogom Kecamatan Kualuh Hulu Kabupaten Labuhan Batu Utara

1 39 106

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Review Peneliti Terdahulu - Analisis Pengaruh Pemanfaatan Dana pada Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM-MP) Kota Medan

1 1 35

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Analisis Pengaruh Pemanfaatan Dana pada Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM-MP) Kota Medan

0 0 15

Analisis Pengaruh Pemanfaatan Dana pada Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM-MP) Kota Medan

0 0 12