Analisis Dampak Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) Terhadap Peningkatan Pendapatan Dalam Pengembangan Ekonomi Lokal Di Kabupaten Asahan

(1)

ANALISIS DAMPAK PELAKSANAAN

PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

MANDIRI PERDESAAN (PNPM-MP) TERHADAP PENINGKATAN

PENDAPATAN DALAM PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL

DI KABUPATEN ASAHAN

TESIS

Oleh

SUSILISTIAWATI RITONGA

097003015/PWD

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011


(2)

ANALISIS DAMPAK PELAKSANAAN

PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

MANDIRI PERDESAAN (PNPM-MP) TERHADAP PENINGKATAN

PENDAPATAN DALAM PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL DI

KABUPATEN ASAHAN

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan

pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

SUSILISTIAWATI RITONGA 097003015/PWD

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N 2011


(3)

Judul : ANALISIS DAMPAK PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN (PNPM-MP) TERHADAP

PENINGKATAN PENDAPATAN DALAM

PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL DI

KABUPATEN ASAHAN. Nama Mahasiswa : SUSILISTIAWATI RITONGA Nomor Pokok : 097003015

Program Studi : Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan (PWD)

Menyetujui, Komisi Pembimbing

Prof. Dr.lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE K e t u a

Kasyful Mahalli, SE. MSi Wahyu Ario Pratomo, SE. M.Ec Anggota Anggota

Ketua Program Studi, Direktur,

Prof. Dr.lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE Prof.Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE


(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 25 Agustus 2011

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr.lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE Anggota : 1. Kasyful Mahalli, SE, M.Si

2. Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec 3. Ir. Supriadi, M.Si


(5)

ABSTRACT

SUSILISTIAWATI RITONGA, AN ANALYSIS OF THE IMPACT OF THE IMPLEMENTATION OF THE NATIONAL PROGRAM IN INDEPENDENT COMMUNITY EMPOWERMENT IN RURAL AREAS (PNPM-MP) ON THE INCREASE OF THE INCOME IN DEVELOPING THE LOCAL ECONOMY IN THE ASAHAN REGENCY. Advised by Professor Dr. lic. rer. reg. Sirojuzilam, SE as the Chief of the Advisory Committee, Kasyful Mahalli, SE, M. Si and Wahyu Ario Pratomo, SE, M. Ec as the Members of the Advisory Committee.

Since 2008, the Asahan Regency has ben participating in the National Program in Independent Community Empowerment in Rural Areas (PNPM-MP) to eradicate the poverty. This research aims to 1) to analyze the impact of PNPM-MP in the Asahan Regency on the income of the community who are the participants of the program, 2) to analyze the impact of PNPM-MP in the Asahan Regency on the income of the community and eradicate the poverty, and 3) to analyze the impact of PNPM-MP in the Asahan Regency on the development of the local economy. Data analytical methods which are used are descriptive analysis and comparing means-paired sample test analysis as well as analytical method to evaluate the achievement of the poverty eradication program based on Economic and Social Commission for Asean and Pacific (ESCAP) in the manual of Poverty Eradication Program Evaluation.

The result of this research which was observed in twelve villages within six sub-districts in the Asahan Regency shows that the National Program in Independent Community Empowerment in Rural Areas (PNPM-MP) has not been optimally implemented. Nonetheless, the income of the local community significantly increased, whether of the members of the female save and loan group (SPP) program or of the members of the infrastructure program.

The SPP program has the average household income before participating in the program was Rp. 1.887.812,50 and after participating in the program is Rp. 3.394.062,50 (increased by 79,79 %). The number of the SPP participants which are classified in a poor household is 9,37 %. By using the Asahan inflation rate in 2010 was 13,78 %, household income indicator as a 0,0706 of their incomes shows that


(6)

after participating in SPP program their incomes increased by average 7,06 % of their incomes before participating in the program.

In infrastructure program, the average value of the household income before participating in the program was Rp. 1.326.229,51,- and after participating in the program is Rp. 1.751.619,67 (increased by 32,07 %). The participants of the infrastructure program who are included in the targets as much as 21,31 %, by using inflation rate was 13,78 %, income indicator of the infrastructure program as much as 0,0343 which illustrates the increase of the household income of the infrastructure program participants as much as 3,43 Therefore, it is required the insistence of the program manager to ensure that the program is not indicated only to the people who are potential to pay the loan back. The most important thing is how to increase the life quality of the poor community in order to make them successful in their efforts which eventually they will be able to pay the loan back. For the infrastructure program, it is essential to recruit the employees from the locally poor community; hence they can achieve a direct benefit which is the salary.

The development of various infrastructures in rural areas using the local employees will encourage the local economic development to grow and be improved. It is caused by the existence of the absorption of the local employees in various public infrastructures. The existence of additional capital from PNPM-MP for the SPP program can increase the capital of the household and the micro-financial institution was established in each sub district. The existence of these financial institutions will facilitate the local community to get the service of those non-formal institutions. Therefore, PNPM-MP will sustainably empower the local community economy directly and indirectly.

Keywords: National Program in Independent Community Empowerment in Rural Areas (PNPM-MP), income increase and local economic development.


(7)

RINGKASAN

SUSILISTIAWATI RITONGA, ANALISIS DAMPAK PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN (PNPM-MP) TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN DALAM PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL DI KABUPATEN ASAHAN. Dengan dibimbing oleh Prof. Dr.lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE. Selaku ketua komisi pembimbing, Kasyful Mahalli, SE. M.Si. dan Wahyu Ario Pratomo, SE. M.Ec masing-masing selaku anggota komisi pembimbing.

Sejak tahun 2008 Kabupaten Asahan telah berpartisipasi didalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) untuk mengentaskan kemiskinan. Dan tujuan Penelitian ini adalah untuk 1) Menganalisis pengaruh PNPM - Mandiri Perdesaan di Kabupaten Asahan terhadap pendapatan masyarakat yang menjadi peserta program, 2) Menganalisis dampak PNPM - Mandiri Perdesaan di Kabupaten Asahan didalam meningkatkan pendapatan masyarakat dan mengurangi kemiskinan, dan 3) Menganalisis dampak PNPM - Mandiri Perdesaan terhadap pengembangan ekonomi lokal di Kabupaten Asahan. Metoda analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis Uji-t SEBELUM dan SESUDAH program dilaksanakan serta metode analisis untuk mengevaluasi keberhasilan suatu program penanggulangan kemiskinan menurut Economic and Social Comision for Asean and Pasific (ESCAP) dalam Manual Evaluasi Program Penanggulangan Kemiskinan.

Dari hasil penelitian yang dilakukan pada dua belas desa dari enam kecamatan di Kabupaten Asahan menunjukkan bahwa Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) di Kabupaten Asahan belum berjalan dengan optimal, meskipun terjadi peningkatan secara signifikan terhadap pendapatan masyarakat, baik pada peserta program Simpan Pinjam kelompok Perempuan (SPP) maupun program Infrastruktur.


(8)

Program SPP mempunyai nilai rata-rata pendapatan rumah tangga sebelum mengikuti program sebesar Rp. 1.887.812,50 dan setelah program Rp.3.394.062,50,. (meningkat 79,79%), dan peserta program yang tergolong dalam rumah tanggga miskin sebanyak 9,37%. Dengan menggunakan angka inflasi Kabupaten Asahan Thn 2010 sebesar 13,78%, diperoleh hasil nilai income indicator rumah tangga sebesar 0,0706 (pendapatan rumah tangga meningkat rata-rata sebesar 7,06%).

Pada program Infrastruktur rata-rata pendapatan rumah tangga sebelum mengikuti program sebesar Rp. 1.326.229,51,- dan setelah program Rp.1.751.619,67,- (meningkat 32,07%). Peserta program infrastruktur yang termasuk dalam rumah tangga miskin sebesar 21,31%, dengan menggunakan angka inflasi diperoleh Income indicator sebesar 0,0343 (pendapatan meningkat 3,43%).

Adanya Pembangunan berbagai infrastruktur di perdesaan dengan menggunakan tenaga kerja lokal, akan mendorong kegiatan ekonomi lokal untuk tumbuh dan berkembang. Melalui program SPP modal usaha dapat bertambah yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan keluarga, dan lembaga keuangan mikro yang terbentuk di setiap kecamatan akan mempermudah masyarakat lokal untuk memanfaatkan jasa lembaga keuangan non formal tersebut. Dengan demikian PNPM Mandiri Perdesaan akan mampu memberdayakan ekonomi masyarakat lokal baik secara langsung maupun tidak langsung dan berkelanjutan.

Kata Kunci : Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP), Peningkatan Pendapatan dan Pengembangan Ekonomi Lokal.

Medan, Agustus 2011 Penulis


(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesempatan dan kelapangan waktu untuk menyelesaikan tugas membuat tesis “ANALISIS DAMPAK PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

MANDIRI PERDESAAN (PNPM-MP) TERHADAP PENINGKATAN

PENDAPATAN DALAM PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL DI KABUPATEN ASAHAN” dalam rangkaian menyelesaikan sekolah Pasca Sarjana Program Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan, Universitas Sumatera Utara (USU) Medan.

Tesis ini berisi tentang pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) di Kabupaten Asahan. Penulis mencoba meneliti seberapa besar dampak program terhadap peningkatan pendapatan masyarakat dalam mengurangi kemiskinan serta terhadap pengembangan ekonomi lokal di Kabupaten Asahan.

Penulis menyadari dalam tesis ini masih banyak kekurangannya baik dari segi metodologi maupun referensi penelitian sebelumnya. Untuk itu kepada semua pembaca yang ingin meneliti hal yang sama agar dapat memperbaiki dan mempertajam dan memperdalam kajian sehingga menghasilkan penelitian yang terbaik. Dalam penulisan tesis ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada bapak Prof.Dr.lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE. Selaku ketua komisi pembimbing, Kasyful Mahalli, SE. M.Si. dan Wahyu Ario Pratomo, SE. M.Ec masing-masing selaku


(10)

anggota komisi pembimbing, begitu juga kepada semua dosen yang telah mengajarkan ilmunya dan seluruh staf sekretariat pada Program Study Perencanaan Wilayah Perdesaan dan Perkotaan pada pendidikan Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara. Juga penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada kawan-kawan dari Fasilitator PNPM-MP di Kabupaten dan Kecamatan serta kawan-kawan di Satker PNPM-MP, dan kawan-kawan kuliah di Pasca Sarjana Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan (PWD), penulis ucapkan terimakasih atas dukungan dan bantuannya.

Penulis juga ingin mengucapkan rasa terima kasih yang tak terhingga dan setinggi-tinggi kepada keluarga yang telah mendukung dan memberikan motivasi kepada penulis untuk tetap belajar sampai saat ini. Sekali lagi penulis ucapkan terimaksih banyak kepada semua pihak yang tidak disebutkan namanya yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan tesis ini. Akhir kata penulis berharap semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi pihak yang memerlukannya.

Medan, Agustus 2011 Penulis


(11)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Susilistiawati Ritonga, lahir di Kisaran, Kabupaten Asahan, pada tanggal 28 Pebruari 1968. Tamat dari Sekolah Dasar Negeri Senanggalih I Bandung pada tahun 1980, Sekolah Menengah Pertama Negeri 13 Medan pada tahun 1983, dan Sekolah Menegah Atas Negeri 2 Medan pada tahun 1986. Kemudian Pada tahun 1986 juga penulis melanjutkan pendidikan ke Universitas Sumatera Utara (USU) pada Fakultas Pertanian dan telah menyelesaikan pendidikan S1 untuk Jurusan Teknologi Hasil Pertanian (THP) pada tahun 1991.

Perjalanan hidup selanjutnya penulis diterima bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) pada tahun 1993 di Pemerintahan Kotamadya Medan dan ditempatkan pada kantor Bappeda. Kemudian pada tahun 1995 penulis pindah tugas karena ikut suami ke Pemerintahan Kabupaten Asahan dan ditempatkan pada kantor Bappeda Kabupaten Asahan. Pada tahun 1998 penulis diangkat menjadi pejabat eselon V.a di Bappeda Kabupaten Asahan, dan pada tahun 2001 s/d 2008 diangkat sebagai pejabat eselon IV.a. Pada Oktober 2008 kemudian penulis dipindah tugaskan sebagai pejabat eselon IV.a di kantor Badan Penyuluhan Pertanian dan Ketahanan Pangan (BPPKP) Kabupaten Asahan, dan kemudian pada Pebruari 2009 penulis diangkat menjadi pejabat eselon III.b pada kantor Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa (BAPEMMAS) Kabupaten Asahan sampai saat ini.

Penulis mempunyai keluarga besar yaitu enam bersaudara, dan merupakan anak pertama, dan saat ini penulis telah memiliki tiga orang putra.


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

- RINGKASAN……….. i

- KATA PENGANTAR………. ii

- DAFTAR RIWAYAT HIDUP……… iii

- DAFTAR ISI……… iv

- DAFTAR TABEL……… v

- DAFTAR GAMBAR……… BAB.I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah………. 1

1.2. Perumusan Masalah……… 6

1.3. Tujuan Penelitian……… 7

1.4. Manfaat Penelitian………... 7

BAB.II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembangunan………. 9

1. Pembangunan Ekonomi……….. 9

2. Model Pembangunan Ekonomi………... 10

3. Pembangunan Ekonomi Daerah ……… 11

4. Pembangunan Perdesaan .…....……….. 12

2.2. Kemiskinan………. 14

1. Ukuran Kemiskinan……… 17

2. Penyebab Kemiskinan………... 18

3. Cara Mengatasi Kemiskinan……….. 20

4. Garis Kemiskinan……….. 21

2.3. Pemberdayaan …….………. 23

2.4. Konsep Pengembangan Wilayah ……….. 26

2.5. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) ….……….…….. 29


(13)

2.6. Penelitian Sebelumnya……… 34

2.7. Kerangka Pemikiran………. 37

2.8. Hipotesis……….. 39

BAB.III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Ruang Lingkup Penelitian………... 40

3.2. Teknik Pengambilan Sampel……….. 40

3.3. Defenisi Operasional Variabel………... 45

3.4. Instrumen Penelitian………-………. 47

3.5. Metode Pengumpulan Data………... 47

3.6. Metode Analisis Data……… 48

BAB. IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Kabupaten Asahan ……… 51

4.2. Kondisi Perekonomian Kabupaten Asahan ………. 54

1. Penduduk dan Lapangan Usaha ……… 54

2. Pertumbuhan Ekonomi ………. 56

3. PDRB antar Kecamatan ……… 58

4. Laju Pertumbuhan PDRB Kecamatan ……….. 60

5. PDRB Kecamatan Perkapita ……….……… 62

4.3. Profil Wilayah Kecamatan dan Desa Lokasi Penelitian ….. 64

4.4. Deskripsi Karakteristik Sosial Ekonomi Responden 79 4.5. Hasil Analisis Data ………. 83

1. Program Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPP) 84 2. Program Infrastruktur………. 90

4.6. Dampak PNPM-MP terhadap Pengembangan Ekonomi Lokal.. 94

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN………. 98

DAFTAR PUSTAKA………... 101 LAMPIRAN


(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1.1. Data Jumlah Penduduk dan Jumlah Penduduk Miskin Kab. Asahan

2008 ………... 03

2.4. Garis Kemiskinan Kabupaten Asahan 2007-2010……….. 21

3.1. Jumlah Pemanfaat SPP Menurut Desa……….. 40

3.2. Jumlah Peserta Program Infrastruktur Menurut Desa………. 41

3.3. Distribusi Sampel Program SPP……….. 43

3.4. Distribusi Sampel Program Infrastruktur (fisik)……….. 43

4.1. Luas Wilayah, Distribusi, Kepadatan dan Jumlah Penduduk……… 52

4.2. Persentase penduduk Usia 10 Tahun Keatas Menurut Tingkat Pendidikan yang ditamatkan……... 54

4.3. Komposisi Penduduk Kabupaten Asahan Berdasarkan Kelompok Umur Tahun 2009... 55

4.4. Persentase Penduduk Umur 15 Tahun ke atas yang Bekerja menurut Lapangan Usaha dan Jenis Kelamin Tahun 2009... 56

4.5. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Asahan ADHK 2000 Menurut Sektor Tahun 2007 s/d 2009……….. 57

4.6. PDRB Kabupaten Asahan Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut 2007 s/d 2009……….... 58

4.7. PDRB per Kecamatan Asahan Aatas Dasar Harga Berlaku Tahun 2009……… 59

4.8. Pertumbuhan PDRB Menurut Kecamatan Tahun 2009 di Kabupaten Asahan Atas Dasar Harga Konstan 2000 (%)... 61


(15)

4.9. PDRB Perkapita Menurut Kecamatan di Kabupaten Asahan Tahun 2009………

63

4.10. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian ... 64 4.11 Jumlah Penduduk Kec. Sei Kepayang Timur Menurut Mata

Pencaharian tahun 2009... 66 4.12. Jumlah Penduduk Sei Kepayang Barat Menurut Mata Pencaharian

tahun 2009……….. 78

4.13. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian……….. 72 4.14. 4.15. 4.16. 4.17. 4.18. 4.19. 4.20. 4.21. 4.22. 4.23. 4.24.a. 4.24.b. 4.25.

Jumlah Penduduk Kecamatan Silo Baru Menurut Mata Pencaharian……… Jumlah Penduduk Kecamatan Silo Lama Menurut Mata Pencaharian……… Distribusi Sampel Program Kerja SPP……….. Variabel Demografi Responden SPP………. Data Demografi Responden SPP………... Komposisi Responden SPP Menurut Tingkat Pendapatan………… Distribusi Sampel Program Kerja Infrastruktur………. Demografi Responden Infrastruktur……….. Sosial Ekonomi Responden Infrastruktur (padat karya)……… Komposisi Responden Program Infrastruktur Menurut Tingkat Pendapatan………. Hasil Analisis Uji Beda Rata-Rata Pendapatan Rumah Tangga Program SPP……... Hasil Analisis Uji Beda Rata-Rata Pendapatan Peserta Program SPP……... Indikator Pendapatan Program SPP………

73 74 76 77 78 78 80 81 82 83 84 85 86


(16)

4.26. 4.27.a.

4.27.b.

4.28. 4.29. 4.30.

Pengurangan Kemiskinan (Poverty Reduction) Program SPP……... Hasil Analisis Uji Beda Rata-Rata Pendapatan Rumah Tangga Program Infrastruktur…….……… Hasil Analisis Uji Beda Rata-Rata Pendapatan Peserta Program Infrastruktur…….………..…… Indikator Pendapatan Program Infrastruktur………... Pengurangan Kemiskinan (PR) ProgramInfrastruktur……….. Jumlah Dana APBN/D dan Swadaya Masyarakat, Kelompok Usaha Masyarakat, dan Tenaga Kerja yang Terserap dalam PNPM Mandiri Perdesaan Tahun 2009 s/d 2010………..

89 90 91

92 93


(17)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1. Lingkaran Setan Kemiskinan (The Vicious Circle of Poverty)………

18

2.2. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 37 4.1. Peta Kabupaten Asahan………... 50


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul

1. REKAPITULASI DATA RESPONDEN PESERTA PNPM-MP PROGRAM

SIMPAN PINJAM KELOMPOK PEREMPUAN (SPP)

2. REKAPITULASI DATA RESPONDEN PESERTA PNPM-MP PROGRAM

INFRASTRUKTUR 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.

RATA-RATA PENDAPATAN RUMAH TANGGA RESPONDEN SEBELUM DAN SETELAH PNPM MANDIRI PERDESAAN

PENDAPATAN RATA-RATA RESPONDEN SEBELUM DAN SETELAH PNPM MANDIRI PERDESAAN

DATA SASARAN RUMAH TANGGA MISKIN (RTM) BERDASARKAN GARIS KEMISKINAN BPS UNTUK RESPONDEN PROGRAM SPP

DATA SASARAN RUMAH TANGGA MISKIN (RTM) BERDASARKAN GARIS KEMISKINAN BPS UNTUK RESPONDEN PROGRAM INFRASTRUKTUR

DATA ALOKASI DANA DAN JUMLAH KELOMPOK USAHA BERSAMA PROGRAM SPP PNPM MANDIRI PERDESAAN

DATA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI KECAMATAN SEI KEPAYANG

DATA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI KECAMATAN SEI KEPAYANG TIMUR.

DATA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI KECAMATAN SEI KEPAYANG BARAT.

DATA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI KECAMATAN TANJUNG BALAI.

DATA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI KECAMATAN SILAU LAUT DATA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI KECAMATAN RAWANG PANCA ARGA


(19)

ABSTRACT

SUSILISTIAWATI RITONGA, AN ANALYSIS OF THE IMPACT OF THE IMPLEMENTATION OF THE NATIONAL PROGRAM IN INDEPENDENT COMMUNITY EMPOWERMENT IN RURAL AREAS (PNPM-MP) ON THE INCREASE OF THE INCOME IN DEVELOPING THE LOCAL ECONOMY IN THE ASAHAN REGENCY. Advised by Professor Dr. lic. rer. reg. Sirojuzilam, SE as the Chief of the Advisory Committee, Kasyful Mahalli, SE, M. Si and Wahyu Ario Pratomo, SE, M. Ec as the Members of the Advisory Committee.

Since 2008, the Asahan Regency has ben participating in the National Program in Independent Community Empowerment in Rural Areas (PNPM-MP) to eradicate the poverty. This research aims to 1) to analyze the impact of PNPM-MP in the Asahan Regency on the income of the community who are the participants of the program, 2) to analyze the impact of PNPM-MP in the Asahan Regency on the income of the community and eradicate the poverty, and 3) to analyze the impact of PNPM-MP in the Asahan Regency on the development of the local economy. Data analytical methods which are used are descriptive analysis and comparing means-paired sample test analysis as well as analytical method to evaluate the achievement of the poverty eradication program based on Economic and Social Commission for Asean and Pacific (ESCAP) in the manual of Poverty Eradication Program Evaluation.

The result of this research which was observed in twelve villages within six sub-districts in the Asahan Regency shows that the National Program in Independent Community Empowerment in Rural Areas (PNPM-MP) has not been optimally implemented. Nonetheless, the income of the local community significantly increased, whether of the members of the female save and loan group (SPP) program or of the members of the infrastructure program.

The SPP program has the average household income before participating in the program was Rp. 1.887.812,50 and after participating in the program is Rp. 3.394.062,50 (increased by 79,79 %). The number of the SPP participants which are classified in a poor household is 9,37 %. By using the Asahan inflation rate in 2010 was 13,78 %, household income indicator as a 0,0706 of their incomes shows that


(20)

after participating in SPP program their incomes increased by average 7,06 % of their incomes before participating in the program.

In infrastructure program, the average value of the household income before participating in the program was Rp. 1.326.229,51,- and after participating in the program is Rp. 1.751.619,67 (increased by 32,07 %). The participants of the infrastructure program who are included in the targets as much as 21,31 %, by using inflation rate was 13,78 %, income indicator of the infrastructure program as much as 0,0343 which illustrates the increase of the household income of the infrastructure program participants as much as 3,43 Therefore, it is required the insistence of the program manager to ensure that the program is not indicated only to the people who are potential to pay the loan back. The most important thing is how to increase the life quality of the poor community in order to make them successful in their efforts which eventually they will be able to pay the loan back. For the infrastructure program, it is essential to recruit the employees from the locally poor community; hence they can achieve a direct benefit which is the salary.

The development of various infrastructures in rural areas using the local employees will encourage the local economic development to grow and be improved. It is caused by the existence of the absorption of the local employees in various public infrastructures. The existence of additional capital from PNPM-MP for the SPP program can increase the capital of the household and the micro-financial institution was established in each sub district. The existence of these financial institutions will facilitate the local community to get the service of those non-formal institutions. Therefore, PNPM-MP will sustainably empower the local community economy directly and indirectly.

Keywords: National Program in Independent Community Empowerment in Rural Areas (PNPM-MP), income increase and local economic development.


(21)

RINGKASAN

SUSILISTIAWATI RITONGA, ANALISIS DAMPAK PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN (PNPM-MP) TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN DALAM PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL DI KABUPATEN ASAHAN. Dengan dibimbing oleh Prof. Dr.lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE. Selaku ketua komisi pembimbing, Kasyful Mahalli, SE. M.Si. dan Wahyu Ario Pratomo, SE. M.Ec masing-masing selaku anggota komisi pembimbing.

Sejak tahun 2008 Kabupaten Asahan telah berpartisipasi didalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) untuk mengentaskan kemiskinan. Dan tujuan Penelitian ini adalah untuk 1) Menganalisis pengaruh PNPM - Mandiri Perdesaan di Kabupaten Asahan terhadap pendapatan masyarakat yang menjadi peserta program, 2) Menganalisis dampak PNPM - Mandiri Perdesaan di Kabupaten Asahan didalam meningkatkan pendapatan masyarakat dan mengurangi kemiskinan, dan 3) Menganalisis dampak PNPM - Mandiri Perdesaan terhadap pengembangan ekonomi lokal di Kabupaten Asahan. Metoda analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis Uji-t SEBELUM dan SESUDAH program dilaksanakan serta metode analisis untuk mengevaluasi keberhasilan suatu program penanggulangan kemiskinan menurut Economic and Social Comision for Asean and Pasific (ESCAP) dalam Manual Evaluasi Program Penanggulangan Kemiskinan.

Dari hasil penelitian yang dilakukan pada dua belas desa dari enam kecamatan di Kabupaten Asahan menunjukkan bahwa Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) di Kabupaten Asahan belum berjalan dengan optimal, meskipun terjadi peningkatan secara signifikan terhadap pendapatan masyarakat, baik pada peserta program Simpan Pinjam kelompok Perempuan (SPP) maupun program Infrastruktur.


(22)

Program SPP mempunyai nilai rata-rata pendapatan rumah tangga sebelum mengikuti program sebesar Rp. 1.887.812,50 dan setelah program Rp.3.394.062,50,. (meningkat 79,79%), dan peserta program yang tergolong dalam rumah tanggga miskin sebanyak 9,37%. Dengan menggunakan angka inflasi Kabupaten Asahan Thn 2010 sebesar 13,78%, diperoleh hasil nilai income indicator rumah tangga sebesar 0,0706 (pendapatan rumah tangga meningkat rata-rata sebesar 7,06%).

Pada program Infrastruktur rata-rata pendapatan rumah tangga sebelum mengikuti program sebesar Rp. 1.326.229,51,- dan setelah program Rp.1.751.619,67,- (meningkat 32,07%). Peserta program infrastruktur yang termasuk dalam rumah tangga miskin sebesar 21,31%, dengan menggunakan angka inflasi diperoleh Income indicator sebesar 0,0343 (pendapatan meningkat 3,43%).

Adanya Pembangunan berbagai infrastruktur di perdesaan dengan menggunakan tenaga kerja lokal, akan mendorong kegiatan ekonomi lokal untuk tumbuh dan berkembang. Melalui program SPP modal usaha dapat bertambah yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan keluarga, dan lembaga keuangan mikro yang terbentuk di setiap kecamatan akan mempermudah masyarakat lokal untuk memanfaatkan jasa lembaga keuangan non formal tersebut. Dengan demikian PNPM Mandiri Perdesaan akan mampu memberdayakan ekonomi masyarakat lokal baik secara langsung maupun tidak langsung dan berkelanjutan.

Kata Kunci : Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP), Peningkatan Pendapatan dan Pengembangan Ekonomi Lokal.

Medan, Agustus 2011 Penulis


(23)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Indikator keberhasilan pembangunan suatu negara biasanya dilihat dari pembangunan ekonominya. Definisi pembangunan ekonomi semakin berkembang seiring dengan berkembangnya pemikiran ahli-ahli ekonomi. Todaro ( 2000 : 17 ) menyatakan bahwa pembangunan ekonomi selalu diikuti dengan meningkatnya pendapatan yang diterima. Pendapat tersebut merupakan cara pandang klasik terhadap pembangunan ekonomi, dimana pendapatan selalu dijadikan tolok ukur. Namun seiring dengan berkembangnya pembangunan yang terjadi, pembangunan ekonomi tidak hanya dikaitkan dengan peningkatan pendapatan saja. Tetapi juga dikaitkan dengan masalah-masalah sosial ekonomi lain seperti pengentasan kemiskinan dan penanganan ketimpangan distribusi pendapatan.

Perkembangan PDRB per kapita Kabupaten Asahan menurut harga berlaku dan atas dasar harga konstan tahun 2000 dari tahun 2005-2009 ke tahun terus mengalami peningkatan. Apabila dilihat dari harga berlaku, pertumbuhan tertinggi terjadi di tahun 2005, yaitu sebesar 14,33 persen. Sampai dengan tahun 2009 PDRB per kapita Kabupaten Asahan atas dasar harga berlaku sebesar 14,89 juta rupiah, tumbuh 7,89 persen disbanding tahun 2008 sebesar 13,80 juta rupiah. Adanya peningkatan PDRB per kapita dari tahun ke tahun di Kabupaten Asahan


(24)

belum dapat menggambarkan pemerataan pendapatan masyarakat di setiap strata ekonomi. Pengaruh inflasi sangat dominan dalam pembentukan nilai PDRB. Sementara itu jika dilihat dari perhitungan harga konstan tahun 2000, maka pada periode 2005-2009 peningkatan yang terjadi relatif stabil. Tahun 2009 PDRB per kapita mengalami perlambatan, PDRB perkapita tahun 2009 lambat menjadi 2,86 persen dibandingkan tahun 2008 sebesar 3,20 persen.

Namun demikian pertumbuhan ekonomi yang meningkat belum menjamin penyelesaian masalah kemiskinan, pengangguran dan masalah sosial lainnya secara keseluruhan. Hal ini disebabkan ketimpangan pendapatan yang sangat berbeda. Dalam perhitungan rata-rata pendapatan, hal ini tidak terlalu diperhitungkan, namun kenyataannya perbedaan pendapatan diantara masyarakat sangat nyata, hal ini terus menerus terjadi, sehingga ketimpangan semakin besar dan pada akhirnya penyelesaian pemerataan kesejahteraan sulit dicapai.

Walaupun pertumbuhan ekonomi Kabupaten Asahan setiap tahun terus meningkat, namun jumlah rumah tangga miskin tahun 2008 di Kabupaten Asahan masih sangat besar, yaitu 32.303 KK (19,92%). Hal ini menunjukkan masih sangat dibutuhkannya suatu kebijakan dari Pemerintah Kabupaten Asahan dalam upaya pengentasan kemiskinan. Masalah kemiskinan dan keterbelakangan merupakan permasalahan pokok terutama di daerah perdesaan. Data BPS (Badan Pusat Statistik) menunjukkan bahwa persentase penduduk miskin yang ada di desa relatif lebih tinggi dari persentase penduduk miskin yang ada di kota. Berikut ini sekilas potret


(25)

kemiskinan Kabupaten Asahan (Tabel 1.1)

Tabel 1.1. Jumlah Penduduk dan Jumlah Penduduk Miskin Kab. Asahan 2008

No Kecamatan

JUMLAH Penduduk

(jiwa) KK RTM

RTM (%)

1 2 3 4 5 6

1 Air Batu 41.681 9.693 1.040 10.72

2 Sei Dadap 32.369 7.528 1.101 14.62

3 Simpang Empat 40.124 9.331 1.809 19.38

4 Teluk Dalam 17.289 4.021 621 15.44

5 Pulau Rakyat 32.515 7.615 1.226 16.09

6 Aek Kuasan 25.665 5.780 620 10.72

7 Aek Ledong 19.925 4.488 382 8.51

8 Bandar Pulau 19.590 4.642 656 14.13

9 Aek Songsongan 19.349 4.585 596 12.99

10 Rahuning 18.071 4.282 690 16.11

11 Sei Kepayang 16.833 3.589 2.385 66.45

12 Sei Kepayang Barat 12.383 2.640 2.005 75.95 13 Sei Kepayang Timur 9.354 1.994 1.253 62.84

14 Tanjung Balai 33.424 6.712 3.164 47.14

15 Buntu Pane 23.466 13.149 80 5.17

16 Setia Janji 13.200 3.188 602 18.88

17 Tinggi Raja 21.498 5.193 878 16.91

18 BP. Mandoge 32.006 7.602 1.016 13.36

19 Air Joman 42.119 9.196 2.389 25.98

20 Silau Laut 20.930 4.570 1.832 40.09

21 Rawang Panca Arga 16.305 3.810 1.233 32.36

22 Meranti 23.549 5.502 1.235 22.45

23 Pulo Bandring 25.828 6.034 1.309 21.69

24 Kota Kisaran Barat 62.917 13.359 1.071 8.02 25 Kota Kisaran Timur 68.139 13.590 2.510 18.47

Jumlah 688.529 162.093 32.303 19.92


(26)

Hal yang menarik untuk disimak bahwa kebanyakan masyarakat miskin berada di wilayah perdesaan adalah sebagai akibat dari sulitnya mengakses program pembangunan. Tingginya jumlah penduduk yang berada dibawah garis kemiskinan, dan tingginya angka pengangguran dari tahun ke tahun juga disebabkan tidak seimbangnya jumlah antara penyediaan lapangan kerja baru dengan pertumbuhan jumlah penduduk.

Demikian seriusnya permasalahan kemiskinan untuk segera ditangani, membuat pemerintah berkonsentrasi penuh dalam usaha mencari solusinya. Banyak upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi masalah kemiskinan di Indonesia. Antisipasi dan respon pemerintah dalam menghadapi problem kesenjangan dan kemiskinan telah dimulai jauh sebelumnya. Beberapa program pengentasan kemiskinan yang telah dilaksanakan pada era pemerintahan sebelumnya seperti Program Inpres, Jaring Pengaman Sosial (JPS), dan lain sebagainya. Pada tahun 1993, pemerintah mengeluarkan kebijakan strategis berupa instruksi Presiden No. 5 tahun 1993 tentang Peningkatan Penanggulangan Kemiskinan di Pedesaan/Kelurahan tertinggal. Program IDT dan P3DT dirancang untuk menangani krisis yang terjadi di perdesaan, dimana banyak masyarakat yang kehilangan sumber daya manusia yang potensial dan pekerjaan yang produktif.

Kedua program itu dirasa belum menunjukkan proses pengembangan dan pemberdayaan masyarakat sebagai subjek dalam seluruh proses kegiatan pembangunan. Seiring dengan dinamika dan perkembangan bidang ekonomi, sosial, budaya dan politik yang mengedepankan proses demokratisasi, maka melalui


(27)

instruksi Presiden No.21 tahun 1998 tentang Gerakan Terpadu Pengentasan Kemiskinan, dimulai Program Pengembangan Kecamatan (PPK) dimana jangkauan programnya berakhir pada tahun 2006. Pada Tahun 2006 Pemerintah menyepakati Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) sebagai instrument dalam percepatan penanggulangan kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja sebagai lanjutan dari PPK, dan pada tahun 2007 Presiden menyempurnakan nama PNPM menjadi PNPM Mandiri. PNPM Mandiri terdiri dari PNPM Mandiri Perdesaan untuk masyarakat daerah Kabupaten, PNPM Mandiri Perkotaan untuk masyarakat daerah Kota, PNPM Mandiri Daerah Tertinggal dan Khusus, PNPM Mandiri Infrastruktur Perdesaan, dan PNPM Mandiri Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah. PNPM Mandiri diharapkan dapat menjadi suatu program pembangunan yang dapat diakses secara adil dan merata oleh semua komponen masyarakat, karena program ini mengusung sistem pembangunan follow up planning.

Program PNPM-MP yang dirancang sebagai bagian dari proses percepatan penanggulangan kemiskinan melalui peningkatan kemampuan kelembagaan masyarakat dan aparat, dengan memberikan modal usaha untuk pengembangan usaha ekonomi produktif dan pembangunan prasarana dan sarana yang mendukung kegiatan ekonomi perdesaan. Program ini juga dirancang sebagai proses (learning) bagi masyarakat dan aparat melalui proses pengambilan keputusan yang demokratis, baik dalam perencanaan, pelaksanaan dan pelestarian kegiatan. Pengelolaan program ini diberikan secara langsung kepada masyarakat, dan


(28)

dengan pengelolaan seperti ini diharapkan masyarakat dapat melaksanakannya dengan optimal.

Bentuk kegiatan dalam pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) di Kabupaten Asahan adalah pembangunan fisik sarana dan prasarana (infrastruktur) dan Simpan Pinjam kelompok Perempuan (SPP) yang penyaluran dananya diberikan kepada kelompok masyarakat di desa melalui lembaga pengelola kegiatan di kecamatan.

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) adalah program penanggulangan kemiskinan dengan penggunaan dana yang sangat besar. Jika program ini dapat berjalan dengan baik, dan hasilnya menunjukkan dampak yang positif dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat jika dilihat dari hasil penelitian yang memenuhi kaidah-kaidah ilmiah sebuah tesis, maka program ini diharapkan dapat menjadi program unggulan yang harus terus didukung didalam menetapkan kebijakan pembangunan daerah dalam hal penangggulangan kemiskinan.

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas penulis mencoba untuk melakukan penelitian dengan judul ANALISIS DAMPAK PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN (PNPM-MP) TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN DALAM PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL DI KABUPATEN ASAHAN.


(29)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Bagaimana dampak PNPM-Mandiri Perdesaan di Kabupaten Asahan terhadap pendapatan masyarakat yang menjadi peserta program?

2. Sejauh mana PNPM Mandiri Perdesaan mampu meningkatkan pendapatan masyarakat dan mengurangi kemiskinan?

3. Bagaimana dampak PNPM-Mandiri Perdesaan terhadap pengembangan ekonomi lokal di Kabupaten Asahan?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdadesarkan rumusan masalah, maka yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Menganalisis pengaruh PNPM - Mandiri Perdesaan di Kabupaten Asahan terhadap pendapatan masyarakat yang menjadi peserta program.

2. Menganalisis dampak PNPM - Mandiri Perdesaan di Kabupaten Asahan didalam meningkatkan pendapatan masyarakat dan mengurangi kemiskinan. 3. Menganalisis dampak PNPM - Mandiri Perdesaan terhadap pengembangan

ekonomi lokal di Kabupaten Asahan. 1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah:

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan pemikiran sekaligus sebagai bahan evaluasi bagi para pengambil keputusan dan


(30)

instansi terkait yang berkenaan dengan penyusunan program penanggulangan kemiskinan.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi kepustakaan dan sumbangan informasi sebagai bahan perbandingan bagi penelitian selanjutnya.


(31)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pembangunan

1. Pembangunan Ekonomi

Pembangunan ekonomi adalah suatu proses dimana pendapatan perkapita suatu negara selama kurun waktu yang panjang selalu meningkat dengan catatan jumlah penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan absolut tidak menigkat dan distribusi pendapatan tidak semakin timpang (Mudrajad, 2000).

Definisi lain tentang pembangunan ekonomi dikemukakan oleh Arsyad (1999) yang mengartikan pembangunan ekonomi sebagai proses yang menyebabkan kenaikan pendapatan riil per kapita penduduk suatu negara dalam jangka panjang disertai oleh perbaikan sistem kelembagaan.

Dari definisi tersebut, pembangunan ekonomi mengandung beberapa konsep dasar, yaitu :

a. Suatu proses yang berarti perubahan yang terjadi terus menerus. b. Usaha untuk menaikkan pendapatan perkapita.

c. Kenaikan pendapatan itu harus terus berlangsung dalam jangka panjang. d. Perbaikan sosial dan budaya sisitem kelembagaan. Hal ini dapat

ditinjau dari dua aspek, yaitu perbaikan organisasi (institusi) dan perbaikan di bidang regulasi (baik formal maupan informal).


(32)

2. Model Pembangunan Ekonomi

Menurut Suryana (2000:68-72) ada empat teori atau model pembangunan ekonomi yang bisa diterapkan, khususnya dalam pembangunan di Indonesia, yaitu :

a. Model pembangunan yang berorientasi pertumbuhan.

Tujuan pokok strategi ini adalah menigkatkan laju produksi (GDP). Kenaikan GDP (Gross Domestic Product) merupakan faktor utama dan merupakan parameter ekonomi dan sosial yang paling baik untuk tingkat hidup suatu masyarakat.

b. Model pembangunan ekonomi yang berorientasi pada penciptaan lapangan kerja.

Sasaran yang dicapai adalah peningkatan dalam kesempatan kerja produktif dan meningkatkan produksi dengan cara redistribusi pendapatan melalui perluasan lapangan kerja untuk mengurangi pengangguran.

c. Model pembangunan yang berorientasi pada penghapusan kemiskinan. Tujuan strategi ini mengurangi kemiskinan, peningkatan kesempatan kerja produktif dan peningkatan GNP (Gross National Product) atau peningkatan pendapatan kelompok miskin. Strategi ini dapat dilakukan dengan redistribusi kekayaan harta produktif melalui kebijaksanaan fiskal dan kredit, pemanfaatan fasilitas-fasilitas, reorientasi produksi melalui proyek padat karya dan relokasi sumber daya produktif yang menguntungkan


(33)

golongan miskin melalui pengalihan investasi dan konsumsi serta penekanan sektor tradisional dan sektor informal di perkotaan.

d. Model p embangunan yang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan dasar

(The Bassic Necessary Oriented).

1) Terciptanya investasi yang tinggi ; a) Pemanfaatan teknologi tepat guna

b) Penggunaan sumber daya alam dalam produksi secara efisien. 2) Perubahan dalam pola redistribusi ;

a) Mobilitas pengangguran b) Relokasi pelayanan jasa umum c) Land reform

3) Perubahan kelembagaan ; a) Partisipasi masyarakat b) Dukungan pemerintah 3. Pembangunan Ekonomi Daerah

Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan 29ector swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut (Arsyad, 1999)

Masalah pokok dalam pembangunan daerah adalah terletak pada penekanan terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan pada


(34)

kekhasan daerah yang bersangkutan (endogenous development) dengan menggunakan potensi sumberdaya manusia, kelembagaan, dan sumberdaya fisik secara local (daerah). Orientasi ini mengarahkan kita kepada pengambilan inisitif-inisiatif yang berasal dari daerah tersebut dalam proses pembangunan untuk menciptakan kesempatan kerja baru dan merangsang peningkatan kegiatan ekonomi.

Setiap upaya pembangunan ekonomi daerah mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja untuk masyarakat daerah. Dalam upaya untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah daerah dan masyarakatnya harus secara bersama-sama mengambil inisiatif pembangunan daerah. Oleh karena itu, pemerintah daerah beserta partisipasi masyarakat dan dengan menggunakan sumberdaya-sumberdaya yang ada harus mampu menaksir potensi sumberdaya- sumberdaya yang diperlukan untuk merancang dan membangun perekonomian daerah.

4. Pembangunan Perdesaan

Pembangunan desa dalam pelaksanaannya dikenal dengan konsep pembangunan masyarakat desa (PMD). Tujuan dari pembangunan desa adalah membantu kesulitan-kesulitan yang melilit masyarakat desa, meningkatkan taraf hidup serta membentuk kemandirian masyarakat desa. Dari sudut modernisasi desa, dapat dikemukakan lima tujuan pembangunan desa yaitu : (Bintoro


(35)

dalam Sartono, 2002:35)

a. Memberi gairah dan semangat hidup baru serta menghilangkan monotoni dari kehidupan masyarakat desa, sehingga warga desa tidak merasa jemu dengan lingkungannya.

b. Meningkatkan kesejahteraan sosial ekonomi warga desa, sehingga dapat menahan arus urbanisasi.

c. Meningkatkan pelayanan bidang pendidikan secara merata sehingga dapat mengurangi arus para pelajar ke kota dan tenaga terdidik akan tetap tinggal di desa membimbing warga desa lain yang belum maju.

d. Modernisasi di bidang pengangkutan akan secara berangsur angsur menghilangkan sifat isolasi desa.

e. Modernisasi merupakan tumpuan bagi pengembangan teknologi pedesaan dan dalam proses pengembangannya warga desa dapat diikutsertakan.

Berdasarkan Louis Helling, dkk (2005), bahwa elemen dari rencana pembangunan lokal adalah:

a. Empowerment (pemberdayaan), yaitu meningkatkan kesempatan dan

kemampuan masyarakat dalam membuat dan memutuskan langkah yang akan diambil dalam mencapai tujuan pembangunan sesuai dengan potensi dan masalah yang ada.


(36)

mempunyai kewenangan dalam merencanakan, pembuat keputusan, dan pelaksana peraturan. Pemerintah lokal disini bukan hanya pemerintah lokal secara struktur kenegaraan, tetapi juga institusi yang tumbuh dari masyarakat itu sendiri.

c. Local Service Provision System (peraturan lokal), yang mengatur sumber

daya hasil dan jasa serta fasilitas publik sebagai sumber dana pembiayaan pembangunan yang berkelanjutan.

d. Enabling Local Private Sector Growth (dukungan bagi pertumbuhan sektor

swasta), dimana terdapat kesempatan bagi pihak swasta untuk berperan aktif dalam perekonomian.

Pemberdayaan masyarakat (PM) merupakan komponen pokok dalam penentuan kebijakan pembangunan nasional untuk mencapai peningkatan kapasitas dan sumber daya. Agar kebijakan yang diambil sesuai dengan kondisi riil yang terjadi, diperlukan masyarakat yang mengerti akan potensi dan masalah pada lingkungannya. Disamping itu, juga diperlukan unsur lainnya untuk menentukan arah kebijakan pembangunan lokal.

2.2.Kemiskinan

Mudrajad (2000:103) mendefinisikan kemiskinan sebagai seseorang atau sekelompok orang yang tidak mampu mencukupi tingkat kemakmuran ekonomi yang dianggap sebagai kebutuhan minimal standar hidup tertentu.


(37)

Beberapa ahli lain mendefinisikan kemiskinan sebagai keadaan yang serba kekurangan dalam mendapatkan sumber pendapatan untuk hidup minimum dan kekurangan dalam memenuhi kebutuhan hidup yang paling mendasar (Tumanggor, Suparlan dalam Misbach, 2004:4).

Kemiskinan dapat dikatakan sebagai suatu hambatan dalam pembangunan, karena kemiskinan merupakan masalah keterbelakangan ekonomi suatu negara (M.L Jhingan, 1996:42). Kemiskinan dapat mengakibatkan masyarakat di suatu negara terutama di negara sedang berkembang tidak mempunyai akses yang cukup untuk memasuki sektor riil, baik sebagai pekerja maupun sebagai pelaku bisnis lainnya. Karena itu sangat diperlukan suatu upaya penanggulangan agar seluruh masyarakat dapat memasuki pasar kerja.

Kemiskinan merupakan masalah sosial yang telah mengakar dari tahun ke tahun di Indonesia. Kemiskinan menjadi suatu hal yang sangat menarik bagi kalangan akademisi maupun praktisi. Ilmu kemiskinan dari hari kehari berkembang sesuai dengan perkembangan permasalahan yang terkait dengannya. Kemiskinan pada dasarnya adalah suatu permasalahan yang kompleks dan tidak hanya berurusan dengan kepemilikan harta benda, kemiskinan bukan saja berurusan dengan ekonomi, tetapi bersifat multidimensional karena berurusan dengan persoalan-persoalan non ekonomi (sosial, budaya, dan politik). Karena bersifat multidimensional tersebut maka kemiskinan tidak hanya berurusan dengan kesejahteraan sosial. Menurut Suharto (2005), kemiskinan memiliki


(38)

beberapa ciri, diantaranya:

a. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar (pangan, sandang dan papan) b. Ketiadaaan akses terhadap kebutuhan hidup dasar lainnya (kesehatan,

pendidikan dan keluarga)

c. Ketiadaan jaminan masa depan (karena tiadanya investasi untuk pendidikan dan keluarga).

d. Kerentanan terhadap goncangan yang bersifat individual maupun massal e. Rendahnya kualitas sumber daya manusia dan dan keterbatasan sumber

daya alam.

f. Ketidakterlibatan dalam kegiatan sosial masyarakat.

g. Ketiadaan akses terhadap lapangan pekerjaan dan mata pencaharian yang berkesinambungan.

h. Ketidakmampuan untuk berusaha karena cacat fisik maupun mental.

i. Ketidakmampuan dan ketidakberuntungan sosial (anak terlantar, wanita korban tindak kekerasan rumah tangga, janda miskin, kelompok marjinal dan terpencil).

Soemardjan (1994), menyebutkan bahwa kemiskinan yang diakibatkan oleh struktur sosial yang ada, menjadikan masyarakat itu tidak dapat memperoleh pendapatan yang sebenarnya tersedia bagi mereka. Untuk mengatasi hal ini, maka salah satu jalan keluarnya adalah dengan pembangunan kualitas sumber daya manusia. Secara lebih tegas Koentjaraningrat (1990), menekankan akan perlunya mentalitas pembangunan pada setiap diri manusia dan untuk


(39)

menstimulir mentalitas tersebut dapat dicapai melalui pendidikan. 1. Ukuran Kemiskinan

Secara umum ukuran kemiskinan dapat dibedakan menjadi dua (Arsyad, 1992; 190-192), yaitu:

a. Kemiskinan absolut

Konsep kemiskinan pada dasarnya bisa diukur dengan membandingakan tingkat pendapatan seseorang dengan pendapatan yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dasarnya. Kebutuhan hanya dibatasi pada kebutuhan dasar minimum yang memungkinkan seseorang untuk hidup secara layak. Bila pendapatan tidak memenuhi kebutuhan minimum maka orang tersebut dapat dikatakan miskin.

Tingkat pendapatan minimum merupakan pembatas antara keadaan miskin dengan tidak miskin, atau yang sering disebut dengan garis batas kemiskinan. Konsep ini sering disebut dengan kemiskinan absolut. Konsep ini dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan fisik terhadap makanan, pakaian dan perumahan untuk kelangsungan hidup.

b. Kemiskinan relatif

Seseorang yang memiliki tingkat pendapatan yang dapat memenuhi kebutuhan dasar minimum tidak selalu berarti tidak miskin. Ada ahli yang berpendapat bahwa meskipun pendapatan sudah mencapai tingkat kebutuhan dasar minimum, tetapi masih jauh lebih rendah dibandingkan


(40)

dengan keadaan masyarakat di sekitarnya maka orang tersebut masih berada dalam keadaan miskin. Ini terjadi karena kemiskinan lebih ditentukan oleh keadaan sekitarnya.

Berdasarkan konsep ini, garis kemiskinan akan mengalami perubahan bila tingkat hidup masyarakat berubah. Hal ini jelas merupakan pengembangan dari konsep kemiskinan absolut. Konsep kemiskinan relatif lebih bersifat dinamis, sehingga kemiskinan akan selalu ada.

Menurut BPS dan Depsos, kemiskinan merupakan sebuah kondisi yang berada di bawah garis nilai standar kebutuhan minimum, baik untuk makanan dan non-makanan, yang disebut garis kemiskinan (poverty level) atau batas kemiskinan (poverty treshold). Garis kemiskinan yaitu sejumlah rupiah yang diperlukan oleh setiap individu untuk dapat membayar kebutuhan dasar makanan setara 2100 kilo kalori per orang per hari dan kebutuhan non-makanan yang terdiri dari perumahan, pakaian, kesehatan, pendidikan, transportasi, serta aneka barang dan jasa lainnya.

2. Penyebab Kemiskinan

Sharp dalam Mudrajad (1997:107), mengidentifikasikan penyebab kemiskinan dipandang dari sisi ekonomi, yaitu:

a. Kemiskinan muncul karena adanya ketidaksamaan pola kepemilikan sumber daya yang menimbulkan distribusi pendapatan yang timpang.


(41)

manusia (SDM).

c. Kemiskinan muncul akibat perbedaan akses dalam modal.

Ketiga penyebab kemiskinan tersebut bermuara pada teori lingkaran setan kemiskinan (vicious circle of poverty), yang dapat dilihat pada gambar di dibawah. Adanya keterbelakangan, ketidaksempurnaan pasar dan kurangnya modal menyebabkan rendahnya produktifitas. Produktivitas yang rendah menyebabkan pendapatan yang diterima seseorang juga rendah. Rendahnya pendapatan akan berdampak pada rendahnya tabungan dan investasi, dimana investasi yang rendah berarti mengakibatkan kekuranga Sumber : Mudrajad, 1997:107

Gambar. 2.1. Lingkaran Setan Kemiskinan ( The Vicious Circle of Poverty) Ketidak Sempurnaan

Pasar , keterbelakangan,

Kekurangan

Produktivitas Rendah

Pendapatan Investasi


(42)

Untuk kasus Indonesia Ginanjar (1996), mengemukakan ada empat faktor penyebab kemiskinan. Faktor tersebut yaitu :

a. rendahnya taraf pendidikan; b. rendahnya taraf kesehatan; c. terbatasnya lapangan kerja; dan d. kondisi keterisolasian.

Dengan rendahnya faktor-faktor di atas menyebabkan aktivitas ekonomi yang dapat dilakukan berakibat terhadap rendahnya produksi dan pendapatan yang diterima. Pada gilirannya pendapatan tersebut mampu memenuhi kebutuhan fisik minimum yang menyebabkan terjadi proses kemiskinan.

3. Cara Mengatasi Kemiskinan

Setelah mengetahui sebab-sebab kemiskinan, selanjutnya diuraikan model untuk mengatasi masalah kemiskinan. Dimensi kemiskinan yang begitu luas mengharuskan setiap upaya penanggulangan kemiskinan dalam tatanan makro perlu dilakukan secara terpadu, yang meliputi berbagai program pembangunan terpadu baik sektoral maupun regional. Dalam hal ini yang diperlukan adalah penajaman program dan kegiatan sehingga hasilnya lebih optimal dan berdampak langsung terhadap kelompok sasaran.

Kebijaksanaan penanggulangan kemiskinan secara umum dapat dibagi atas tiga kelompok (Edwina dalam Palupi, 2004:37)


(43)

memberikan dasar tercapainya upaya penanggulangan kemiskinan. Berbagai program dan kebijaksanaan tidak terbatas pada penduduk miskin tetapi program-program tersebut cukup berperan dalam mengatasi kemiskinan.

b. Kebijaksanaan yang langsung diarahkan pada peningkatan akses terhadap sarana dan prasarana yang mendukung penyediaan kebutuhan dasar berupa pangan, sandang, perumahan, kesehatan dan pendidikan, peningkatan produktifitas dan pendapatan, khususnya masyarakat berpendapatan rendah.

c. Kebijaksanaan khusus, keseluruhan rencana dan kegiatannya tertuju pada kelompok masyarakat miskin dan diberi nama yang mencerminkan kegiatan tersebut. Program khusus ini berupaya untuk memberdayakan masyarakat miskin agar mampu melepaskan diri dari perangkap kemiskinan.

Keberhasilan suatu program dipengaruhi oleh tersedianya dana, daya dan sarana, intensitas dan kualitas berbagai kegiatan pelaksanaannya, kualitas hasil langsung dari kegiatan tersebut dan efek serta dampak yang diperoleh.

4. Garis Kemiskinan

a. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS)

Kriteria kemiskinan BPS diperoleh dengan cara menghitung jumlah penduduk miskin di Indonesia berdasarkan pengeluaran yang mampu


(44)

memenuhi kecukupan konsumsi makanan sebanyak 2100 kk perkapita per hari ditambah pemenuhan kebutuhan pokok minimum untuk perumahan, bahan bakar, sandang, pendidikan, kesehatan dan transportasi.

Batas garis kemiskinan perkotaan yang lebih tinggi daripada batas garis kemiskinan di pedesaan disebabkan oleh adanya perbedaan kebutuhan minimum antara perkotaan dan pedesaan. Garis Kemiskinan untuk Kabupaten Asahan dapat dilihat pada table bawah ini.

Tabel 2.4.

Garis Kemiskinan Kabupaten Asahan 2007-2010 Tahun Rp/kapita/bln

2007 161.480

2008 174.787

2009 202.180

2010 224.417

Sumber : www/Asahankab.bps.go.id

b. Menurut Sayogyo tahun 1971

Batas garis kemiskinan sebagai tingkat konsumsi perkapita setahun dikonversi dengan nilai tukar beras. Sayogyo dalam Suseno (1990:126-127) telah menghitung bahwa seseorang dikelompokkan kedalam golongan :

1) Miskin, apabila tingkat pendapatannya lebih kecil dari 320 kg nilai tukar beras per kapita per tahun untuk pedesaan dan 480 kg


(45)

untuk perkotaan.

2) Miskin sekali, apabila tingkat pendapatannya lebih kecil dari 240 kg nilai tukar beras per kapita per tahun untuk pedesaan dan 360 kg untuk perkotaan.

3) Melarat, apabila seseorang mempunyai pengeluaran 180 kg nilai tukar beras per kapita per tahun untuk pedesaan dan 270 kg nilai tukar beras untuk perkotaan.

Dalam ilmu-ilmu sosial pemahaman mengenai pengertian kemiskinan dilakukan dengan menggunakan tolok ukur. Dengan adanya tolok ukur ini mereka yang tergolong sebagai orang miskin atau yang berada dalam taraf kehidupan miskin dapat diketahui untuk dijadikan sebagai kelompok sasaran yang perlu diperangi kemiskinannya.

M.P Todaro (2000: 200-206) mengemukakan dua anggapan dasar yang kiranya cukup relevan dengan teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli di atas mengenai kemiskinan, yaitu :

a. Kemiskinan identik dengan penduduk miskin yang tinggal di daerah pedesaan, dengan mata pencaharian pokok di bidang pertanian dan kegiatan lain yang erat hubungannya dengan sektor ekonomi tradisional. b. Kaum wanita dan anak-anak merupakan kaum yang paling menderita, yang disebabkan oleh rendahnya kapasitas mereka dalam mencetak pendapatan sendiri, terbatasnya kesempatan menikmati pendidikan dan pekerjaan yang layak di sektor formal.


(46)

Dari anggapan dasar tersebut dapat kita ambil konsep-konsep dasar yang perlu dibangun, yaitu :

a. Pembangunan hendaknya lebih diarahkan pada daerah-daerah pedesaan yang identik dengan penduduk miskin, dengan meningkatkan potensi yang dimiliki daerah pedesaan yang bersangkutan.

b. Kaum wanita dan anak-anak harus diberi kesempatan berusaha secara mandiri agar dapat berperan serta secara aktif dalam proses pembangunan. Konsep-konsep yang diuraikan di atas sangat diterima dan popular di negara sedang berkembang terutama di Asia Tenggara. Hal ini ditunjukkan oleh banyaknya negara yang melaksanakan program dengan pengembangan konsep serupa, disesuaikan dengan kondisi negara yang bersangkutan. Begitu juga di Indonesia, PNPM Mandiri merupakan pengembangan dari konsep yang telah di uraikan di atas.

2.3. Pemberdayaan.

Konsep pemberdayaan dapat ditinjau dari perspektif pembangunan berdasarkan indikator kesejahteraan yang ditandai dengan kemakmuran yaitu meningkatnya komsumsi yang disebabkan oleh meningkatnya pendapatan. Maka dengan asumsi-asumsi pembangunan yang ada yaitu kesempatan kerja atau partisipasi termanfaatkan secara penuh (full employment), setiap orang memiliki kemampuan yang sama (equal productivity), dan masing-masing pelaku bertindak rasional (efficient) dapat terpenuhi.


(47)

Menurut Suharto (2005), pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan, dan cara-cara pemberdayaan. Maka sebagai suatu proses pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan. Sebagai tujuan, maka pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial, yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya.

Program pembangunan melalui pendekatan pemberdayaan yaitu masyarakat berdaya (mempunyai kemampuan). Kemampuan disini meliputi aspek fisik dan material, aspek ekonomi dan pendapatan, aspek kelembagaan (tumbuhnya kekuatan individu dalam bentuk wadah/kelompok), kekuatan kerjasama, kekuatan intelektual (meningkatnya sumberdaya manusia) dan kekuatan komitmen bersama untuk mematuhi dan menerapkan prinsip-prinsip pemberdayaan.

Pelaksanaan pembangunan nasional ada tiga pernyataan dasar yang perlu dijawab yaitu, pertama pembangunan perlu diletakkan pada arah perubahan struktur. Kedua, pembangunan perlu diletakkan pada arah pemberdayaan


(48)

masyarakat untuk menuntaskan masalah kesenjangan berupa pengangguran, kemiskinan dan ketidakmerataan dengan memberikan ruang dan kesempatan yang lebih besar kepada rakyat banyak untuk berpartisipasi aktif dalam pembangunan. Dan ketiga pembangunan perlu diletakkan pada arah koordinasi lintas sektor, pembangunan antar daerah dan pembangunan khusus yang semuanya dilaksanakan secara terpadu, terarah dan sistematis (Dwidjowijoto, 2000).

Pemberdayaan (empowerment) sebagai konsep alternatif pembangunan pada intinya menekankan pada otonomi pengambilan keputusan dari suatu kelompok masyarakat, yang berlandas pada sumber daya pribadi, langsung (melalui partisipasi), demokratis dan pembelajaran sosial melalui pengalaman langsung. Sebagai titik fokusnya adalah lokalitas, sebab masyarakat sipil (civil society) akan merasa siap diberdayakan lewat isu-isu lokal dan sangat tidak realistis apabila kekuatan-kekuatan ekonomi dan struktur-struktur diluar masyarakat sipil diabaikan (Hall dalam Friedmann, 1992).

Konsep pemberdayaan sekaligus mengandung konteks pemihakan kepada lapisan masyarkat yang berada pada garis kemiskinan (Mubyarto,1997).

2.4. Konsep Pengembangan Wilayah

Wilayah adalah kumpulan daerah berhampiran, sebagai satu kesatuan geografis dalam bentuk dan ukurannya. Wilayah memiliki sumber daya alam dan


(49)

sumber daya manusia serta posisi geografis yang dapat diolah dan dimanfaatkan secara efisien dan efektif melalui perencanaan yang komprehensif (Miraza, 2005), Secara ringkas konsep mengenai ruangan/wilayah ditandai dengan lokasi absolute dan distribusi areal dari gambaran tertentu di permukaan bumi. Ruang memiliki jarak secara geometri, absolute dan unik dalam hubungannya dengan lokasi yang lain, dan memiliki bentuk yang dibatasi oleh batas lokasi tetap.

Menurut Sukrino (1985) wilayah dibedakan menjadi 3 bagian, yaitu : a. Wilayah homogeny, merupakan wilayah dimana kegiatan ekonomi berlaku

dipelbagai pelosok ruang mempunyai sifat yang sama antara lain ditinjau dari segi pendapatan perkapita penduduk dan dari segi struktur ekonominya.

b. Wilayah nodal, merupakan wilayah sebagai satu ruang ekonomi yang dikuasai oleh beberapa pelaku ekonomi.

c. Wilayah administrasi, merupakan wilayah yang didasarkan atas pembagian administrasi pemerintahan.

Pengembangan dapat diartikan sebagai suatu kegiatan menambah, meningkatkan, memperbaiki atau memperluas. Konsep pengembangan wilayah di Indonesia lahir dari suatu proses interaktif yang menggabungkan dasar-dasar pemahaman teroritis dengan pengalaman-pengalaman praktis sebagai bentuk penerapannya yang bersifat dinamis.

Menurut Miraza (2005), pembangunan wilayah tidak hanya membangun fisik wilayah saja tetapi membangun masyarakatnya juga. Harus terdapat keseimbangan antara pembangunan fisik dengan aktivitas masyarakat agar keduanya saling bersinergi menjadikan wilayah sebagai wilayah maju.


(50)

Dengan demikian wilayah akan menjadi wilayah yang nyaman untuk berproduksi dan berkonsumsi di tengah suatu kehidupan wilayah yang dinamis dan produktif.

Dalam kenyataannya hipotesis makro ekonomi ini tidak selalu signifikan teruji. Dalam masa-masa pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi pada tahun 80-an ternyata tetesan pembangunan tidak terasa bagi masyarakat miskin terutama di perdesaan. Keadaan ini yang menuntut pergeseran paradigma pertumbuhan menuju people centred development yang memperlakukan manusia sebagai yang utama dalam pembangunan melalui kontribusi masing-masing serta partisipasi dalam peningkatan setiap pelaku ekonomi.

Untuk mengembangkan sebuah wilayah secara optimal dibutuhkan intervensi dan kebijakan agar mekanisme pasar tidak menimbulkan dampak-dampak negatif terhadap lingkungan. Kebijakan tersebut meliputi upaya-upaya pengembangan kegiatan-kegiatan sosial ekonomi di kawasan-kawasan yang terdapat di dalam wilayah tersebut agar kegiatan-kegiatan tersebar sesuai dengan potensi kawasan dan infrastruktur pendukungnya. Apabila dapat tersebar merata maka kesempatan kerja akan tersebar. Diharapkan bahwa penduduk tersebar secara proporsional sehingga dapat meningkatkan efisiensi pembangunan prasarana wilayah yang dibutuhkan.


(51)

2.5. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP)

1. Gambaran Umum PNPM Mandiri Perdesaan

PNPM Mandiri Perdesaan adalah program untuk mempercepat penangulangan kemiskinan secara terpadu dan berkelanjutan. Pendekatan PNPM Mandiri Perdesaan merupakan pengembangan dari Program Pengembangan Kecamatan (PPK), yang selama ini dinilai berhasil. Beberapa keberhasilan PPK adalah berupa penyediaan lapangan kerja dan pendaapatan bagi kelompok rakyat miskin, efisiensi dan efektifitas kegiatan, serta berhasil menumbuhkan kebersamaan dan partisipasi masyarakat.

Visi PNPM Mandiri Perdesaan adalah tercapainya kesejahteraan dan kemandirian masyarakat miskin perdesaan. Kesejahteraan berarti terpenuhinyya kebutuhan dasar masyarakat. Kemandirian berarti mamppu mengorganisir diri untuk memobilisasi sumber daya yang ada di lingkungannya, mampu mengakses sumber daya tersebut untuk mengatasi masalah kemiskinan. Misi PNPM Mandiri Perdesaan adalah : 1) peningkatan kapasitas masyarakat dan kelembagaannya; 2) pelembagaan system pembangunan partisipatif; 3) pengefektifan fungsi dan peran pemerintah local; 4) peningkatan kualitas dan kuantitas prasarana sarana sosial dasar dan ekonomi masyarakat; 5) pengembangan jaringan kemitraaan dalam pembangunan.


(52)

Dalam rangka mencapai visi dan misi PNPM Mandiri Perdesaan, strategi yang dikembangkan PNPM Mandiri Perdesaan yaitu menjadikan masyarakat miskin sebagai kelompok sasaran, menguatkan system pembangunan partisipatif, serta mengembangkan kelembagaan kerjasama antar desa. Berdasarkan visi, misi, dan strategi yang dikembangkan, maka PNPM Mandiri Perdesaan lebih menekankan pentingnya pemberdayaan sebagai pendekatan yang dipilih. Melalui PNPM Mandiri Perdesaan diharapkan masyarakat dapat menuntaskan tahapan pemberdayaan yaitu tercapainya kemandirian dan keberlanjutan, setelah tahapan pembelajaran dilakukan melalui Program Pengembangan Kecamatan (PPK). (PTO PNPM Mandiri Perdesaan, 2008)

2. Tujuan PNPM Mandiri Perdesaan

Tujuan Umum PNPM Mandiri Perdesaan adalah meningkatnya kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin di perdesaan dengan mendorong kemandirian dalam pengambilan keputusan dan pengelolaan pembangunan.

Tujuan khususnya meliputi:

a. Meningkatkan partisipasi seluruh masyarakat, khususnya masyarakat miskin dan atau kelompok perempuan, dalam pengambilan keputusan perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan pelestarian pembangunan

b. Melembagakan pengelolaan pembangunan partisipatif dengan mendayagunakan sumber daya lokal


(53)

c. Mengembangkan kapasitas pemerintahan desa dalam memfasilitasi pengelolaan pembangunan partisipatif

d. Menyediakan prasarana sarana sosial dasar dan ekonomi yang diprioritaskan oleh masyarakat

e. Melembagakan pengelolaan dana bergulir

f. Mendorong terbentuk dan berkembangnya kerjasama antar desa.

g. Mengembangkan kerja sama antar pemangku kepentingan dalam upaya penanggulangan kemiskinan perdesaan.

3. Prinsip Dasar PNPM Mandiri Perdesaan

Sesuai dengan Pedoman Umum PNPM Mandiri Perdesaan mempunyai prinsip atau nilai-nilai dasar yang selalu menjadi landasan atau acuan dalam setiap pengambilan keputusan maupun tindakan yang akan diambil dalam pelaksanaan rangkaian kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan. Nilai-nilai dasar tersebut diyakini mampu mendorong terwujudnya tujuan PNPM Mandiri Perdesaan. Prinsip-prinsip itu meliputi: (PTO PNPM Mandiri Perdesaan, 2008) a. Bertumpu pada pembangunan manusia, dimana masyarakat hendaknya

memilih kegiatan yang berdampak langsung terhadap pembangunan manusia daripada pembangunan fisik semata.

b. Otonomi, pengertiannya adalah masyarakat memiliki hak dan kewenangan mengatur diri secara mandiri dan bertanggung jawab, tanpa intervensi negative dari luar.


(54)

c . Desentralisasi, yaitu memberikan ruang yang lebih luas kepada masyarakat untuk mengelola kegiatan pembangunan sektoral dan kewilayahan yang bersumber dari pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan kapasitas masyarakat.

d. Berorientasi pada masyarakat miskin, pengertinnya adalah segala keputusan yang diambil berpihak kepada masyarakat miskin.

e. Partisipasi, pengertiannya adalah masyarakat berperan secara aktif dalam proses atau alur tahapan program dan pengawasannya, mulai dari tahap soaialisasi, perencanaan, pelaksanaan dan pelestarian kegiatan dengan memberikan sumbangan tenaga, pikiran, atau dalam bentuk materil.

f. Kesetaraan dan keadilan gender, pengertiannya adalah masyarakat baik laki-laki dan peremmpuan mempunyai kesetaraan dalam perannya disetiap tahapan program dan dalam menikmati manfaat keegiatan pembangunan, kesetaraan juga dalam pengertian kesejajaran kedudukan pada saat situasi konflik.

g. Demokratis, pengertiannya adalah masyarakat mengambil keputusan pembangunan secara musyawarah dan mufakat.

h . Transparansi dan Akuntabel, pengertiannya adalah masyarakat memiliki akses terhadap segala informasi dan proses pengambilan keputusan sehingga pengelolaaan kegiatan dapat dilaksanakan secara terbuka dan dapat dipertangggungjawabkan baik secara moral, teknis, legal, maupun administratif.

i . Prioritas, pengertiannya adalah masyarakat memilih kegiatan yang diutamakan dengan mempertimbangkan kemendesakan dan kemanfaaatan untuk pengentasan kemiskinan.

j. Keberlanjutan, pengertiannya adalah bahwa dalam setiap pengambilan keputusan atau tindakan pembangunan, mulai dari tahap perrencanaan,


(1)

500.000 800.000

21 Ismail 50 Kawin Petani SMA 4 Tim 18

2.900.000 4.000.000 2.900.000 4.000.000

DESA ASAHAN MATI

22 Fahmi Sitompul 35 Kawin Tarik Becak SMA 3 Ikut dlm MAD

630.000 940.000 630.000

940.000

23 Syamsul 43 Kawin Nelayan SMA 4 Ikut dlm MAD

1.700.000 2.100.000 1.700.000 2.100.000

DESA SILO BARU

24 Syahnur 48 Kawin wiraswasta SD 4 pekerja

1.800.000 2.017.000 1.800.000 2.017.000

25 Fajar Evrianto 32 Kawin PNS SMK 3 Ikut dlm MAD

650.000 3.900.000 650.000 2.400.000

26 Rafika Juli 22 Kawin lainnya SMA 2 pekerja

1.200.000 1.840.000 450.000

640.000

27 Akhyar 42 Kawin Petani SMP 4 TPK

2.000.000 2.500.000 2.000.000 2.500.000

28 Sumarni 41 janda lainnya SMA 2 Panitia lelang

1.650.000 1.950.000 1.650.000 1.950.000

DESA SILO LAMA

29 Sulaiman 63 Kawin Petani SD 4 Ikut dlm MAD

1.100.000 1.800.000 1.100.000 1.800.000

30 Rahmat 37 Kawin wiraswasta SMA 4 pekerja

1.500.000 1.627.000 1.500.000 1.627.000

31 Kusnan 52 Kawin Usaha Kecil Tdk Tmt Sd 2 tim 18

1.650.000 1.650.000 1.650.000 1.650.000

32 Aminuddin Sitorus 43 Kawin Petani SD 6 TPK

1.500.000 1.683.500 1.500.000 1.683.500

33 Sidik 43 Kawin Petani SD 4 pekerja

1.600.000 1.862.500 1.600.000 1.862.500

34 Junaidi 36 Kawin petani SD 7 Ikut dlm MAD

3.500.000 4.200.000 3.500.000 4.200.000

35 Ngadiman 49 Kawin Petani SD 7 Ikut dlm MAD

3.400.000 4.600.000 3.400.000 4.600.000 Sambungan

DESA RAWANG BARU

36 Saminah 46 Janda Petani SMA 8 pekerja

750.000 777.000 750.000

777.000

37 Burhan Simorangkir 28 Kawin Petani STM 2 pekerja

500.000 517.000 500.000

517.000

38 Tumpak Sitorus 48 Kawin Peg.Swasta S1 7 pekerja

1.000.000 1.027.000 1.000.000 1.027.000

39 Doli Ritonga 31 Kawin Petani SMA 4 pekerja

550.000 1.227.000 550.000 1.227.000

40 Sauddin Marbun 55 Kawin Petani SMA 6 pekerja

1.250.000 1.267.000 1.250.000 1.267.000

41 Sohir Siagian 60 Kawin Petani SMK 3 pekerja

800.000 827.000 800.000

827.000

42 Tianggur Siahaaan 66 Janda Petani/Pensiunan SMA 1 pekerja

500.000 517.000 500.000

517.000

43 Tamrin panjaitan 54 Kawin Petani SD 4 pekerja

1.200.000 1.227.000 1.200.000 1.227.000

44 Victor H Manik 52 Kawin Petani SMA 5 pekerja

600.000 827.000 600.000

827.000


(2)

45 Nisa Tambunan 60 Janda Petani SMP 1 pekerja

400.000 427.000 400.000

427.000

46 Januri 46 Kawin Petani SMA 6 pekerja

750.000 1.017.000 750.000 1.017.000

47 E. Manurung 51 Kawin Petani SMA 4 pekerja

1.000.000 1.217.000 1.000.000 1.217.000

48 Abdul M Sitorus 56 Duda Petani STM 2 Tim 18

1.100.000 1.017.000 800.000 1.017.000

49 Billem Panjaitan 49 Kawin Petani SMP 5 pekerja

1.200.000 1.497.000 900.000

997.000

50 Romulus Smnjtk 59 Kawin Petani SD 4 Tim 18

1.100.000 1.627.000 500.000

527.000

51 Saida Pakpahan 61 janda Petani SMP 1 Tim 18

800.000 927.000 800.000

927.000

52 Rauli Hutabarat 62 Janda petani SMA 1 pekerja

800.000 1.027.000 800.000 1.027.000

DESA RAWANG LAMA

53 Supramudi 39 Kawin Petani SD 4 pekerja

800.000 827.000 800.000

827.000

54 Rohim 36 Kawin wiraswasta SMP 4 pekerja

1.000.000 1.067.000 1.000.000 1.067.000

55 Pendi Simbolon 40 Kawin Petani STM 4 pekerja

600.000 627.000 600.000

627.000

56 Suryadi 42 Kawin wiraswasta SMA 4 pekerja

1.500.000 1.667.000 1.500.000 1.667.000

57 Suyadi 46 Kawin wiraswasta SD 6 pekerja

800.000 927.000 800.000

927.000

58 Suyono 50 Kawin Petani SD 5 pekerja

600.000 627.000 600.000

627.000

59 Muliyadi 55 Kawin Petani SMP 4 Tim 18

700.000 720.000 700.000

720.000

60 Boyman 46 Kawin wiraswasta SD 2 Ikut dlm MAD

800.000 820.000 800.000

820.000

61 Syah Budiono 30 Kawin wiraswasta SMA 3 pekerja

1.200.000 1.217.000 1.200.000 1.217.000


(3)

Lampiran 3 : RATA-RATA PENDAPATAN RUMAH TANGGA RESPONDEN SEBELUM DAN SETELAH PNPM MANDIRI PERDESAAN

RESPONDEN PROGRAM SPP

RESPONDEN PROGRAM FISIK

NO SEBELUM SETELAH NO SEBELUM SETELAH

(Rp/Bln) (Rp/Bln) (Rp/Bln) (Rp/Bln) sambungan

1 2 3 1 2 3 1 2 3

1 1.250.000 1.700.000 1 2.075.000 3.131.250 33 1.600.000 1.862.500 2 1.250.000 1.750.000 2 1.350.000 1.880.000 34 3.500.000 4.200.000 3 1.050.000 1.650.000 3 3.225.000 3.010.400 35 3.400.000 4.600.000 4 950.000 1.700.000 4 1.040.000 1.622.500 36 750.000 777.000 5 1.350.000 1.900.000 5 2.000.000 2.516.700 37 500.000 517.000 6 1.500.000 1.975.000 6 1.260.000 1.345.000 38 1.000.000 1.027.000 7 1.550.000 2.000.000 7 3.100.000 3.525.000 39 550.000 1.227.000 8 1.500.000 1.800.000 8 1.200.000 2.209.200 40 1.250.000 1.267.000 9 2.250.000 1.600.000 9 1.980.000 2.258.300 41 800.000 827.000 10 1.300.000 2.000.000 10 1.035.000 1.558.300 42 500.000 517.000 11 1.400.000 2.240.000 11 1.095.000 1.542.000 43 1.200.000 1.227.000 12 2.470.000 3.070.000 12 1.425.000 2.143.300 44 600.000 827.000 13 2.040.000 2.500.000 13 840.000 1.279.200 45 400.000 427.000 14 2.000.000 5.600.000 14 2.000.000 2.575.000 46 750.000 1.017.000 15 3.200.000 7.300.000 15 1.195.000 1.716.250 47 1.000.000 1.217.000 16 4.100.000 7.000.000 16 2.800.000 3.702.500 48 1.100.000 1.467.000 17 4.500.000 9.300.000 17 700.000 1.516.700 49 1.200.000 1.497.000 18 1.900.000 5.000.000 18 1.000.000 2.016.700 50 1.100.000 1.627.000 19 1.350.000 1.650.000 19 2.000.000 3.912.500 51 800.000 927.000 20 2.750.000 3.350.000 20 500.000 800.000 52 800.000 1.027.000 21 2.700.000 3.750.000 21 2.900.000 4.000.000 53 800.000 827.000 22 2.000.000 10.000.000 22 630.000 940.000 54 1.000.000 1.067.000 23 500.000 1.275.000 23 1.700.000 2.100.000 55 600.000 627.000 24 750.000 1.600.000 24 1.800.000 2.017.000 56 1.500.000 1.667.000 25 2.300.000 4.600.000 25 650.000 3.900.000 57 800.000 927.000 26 2.100.000 3.000.000 26 1.200.000 1.840.000 58 600.000 627.000 27 2.000.000 3.500.000 27 2.000.000 2.500.000 59 700.000 720.000 28 2.000.000 4.000.000 28 1.650.000 1.950.000 60 800.000 820.000 29 1.500.000 4.000.000 29 1.100.000 1.800.000 61 1.200.000 1.217.000 30 2.500.000 3.800.000 30 1.500.000 1.627.000

31 800.000 1.500.000 31 1.650.000 1.650.000 32 1.600.000 2.500.000 32 1.500.000 1.683.500


(4)

Lampiran 4 : PENDAPATAN RATA-RATA RESPONDEN SEBELUM DAN SETELAH PNPM MANDIRI PERDESAAN

RESPONDEN SPP RESPONDEN PROGRAM FISIK

NO TKT PENDAPATAN PEMANFAAT NO TKT PENDAPATAN PEMANFAAT

SEBELUM SETELAH NO SEBELUM SETELAH sambungan

(Rp/bln) (Rp/bln) (Rp/bln) (Rp/Bln)

1 2 3 1 2 3 1 2 3

1 650.000 1.150.000 1 950.000 1.731.250 33 1.600.000 1.862.500

2 650.000 1.100.000 2 850.000 1.280.000 34 3.500.000 4.200.000

3 400.000 1.000.000 3 3.225.000 3.010.400 35 3.400.000 4.600.000

4 350.000 1.150.000 4 1.040.000 1.622.500 36 750.000 777.000

5 650.000 1.150.000 5 2.000.000 2.516.700 37 500.000 517.000

6 700.000 1.175.000 6 660.000 845.000 38 1.000.000 1.027.000

7 600.000 1.250.000 7 3.100.000 3.525.000 39 550.000 1.227.000

8 1.500.000 1.800.000 8 1.200.000 2.209.200 40 1.250.000 1.267.000

9 500.000 700.000 9 1.230.000 1.358.000 41 800.000 827.000

10 650.000 1.000.000 10 1.035.000 1.558.000 42 500.000 517.000

11 850.000 1.350.000 11 1.035.000 1.477.000 43 1.200.000 1.227.000

12 620.000 620.000 12 1.380.000 2.058.300 44 600.000 827.000

13 840.000 1.100.000 13 740.000 1.029.200 45 400.000 427.000

14 800.000 3.500.000 14 1.300.000 1.825.000 46 750.000 1.017.000

15 700.000 2.000.000 15 1.250.000 1.666.250 47 1.000.000 1.217.000

16 600.000 2.000.000 16 1.300.000 1.962.500 48 800.000 1.017.000

17 1.000.000 2.300.000 17 700.000 1.516.700 49 900.000 997.000

18 700.000 1.500.000 18 500.000 1.016.700 50 500.000 527.000

19 450.000 650.000 19 1.000.000 2.012.500 51 800.000 927.000

20 0 650.000 20 500.000 800.000 52 800.000 1.027.000

21 700.000 1.750.000 21 2.900.000 4.000.000 53 800.000 827.000

22 0 0 22 630.000 940.000 54 1.000.000 1.067.000

23 325.000 675.000 23 1.700.000 2.100.000 55 600.000 627.000

24 500.000 1.100.000 24 1.800.000 2.017.000 56 1.500.000 1.667.000

25 1.500.000 3.000.000 25 650.000 2.400.000 57 800.000 927.000

26 1.100.000 1.500.000 26 450.000 640.000 58 600.000 627.000

27 1.000.000 1.500.000 27 2.000.000 2.500.000 59 700.000 720.000

28 1.000.000 2.000.000 28 1.650.000 1.950.000 60 800.000 820.000

29 500.000 1.000.000 29 1.100.000 1.800.000 61 1.200.000 1.217.000

30 500.000 800.000 30 1.500.000 1.627.000

31 200.000 600.000 31 1.650.000 1.650.000

32 300.000 500.000 32 1.500.000 1.683.500


(5)

Lampiran 5 : DATA SASARAN RUMAH TANGGA MISKIN (RTM) BERDASARKAN

GARIS KEMISKINAN BPS UNTUK RESPONDEN PROGRAM SPP

NO SEBELUM SETELAH Rata2 Grs Rata2 Grs

(2008) (2011) Kemiskinan 2008 Kemiskinan 2011

Rp. 873.935 Rp. 1.122.085

1 2 3 4 5

1 1.250.000 1.700.000 Bkn RTM Bkn RTM

2 1.250.000 1.750.000 Bkn RTM Bkn RTM

3 1.050.000 1.650.000 Bkn RTM RTM

4 950.000 1.700.000 Bkn RTM Bkn RTM

5 1.350.000 1.900.000 Bkn RTM Bkn RTM

6 1.500.000 1.975.000 Bkn RTM Bkn RTM

7 1.550.000 2.000.000 Bkn RTM Bkn RTM

8 1.500.000 1.800.000 Bkn RTM Bkn RTM

9 2.250.000 1.600.000 Bkn RTM Bkn RTM

10 1.300.000 2.000.000 Bkn RTM Bkn RTM

11 1.400.000 2.240.000 Bkn RTM Bkn RTM

12 2.470.000 3.070.000 Bkn RTM Bkn RTM

13 2.040.000 2.500.000 Bkn RTM Bkn RTM

14 2.000.000 5.600.000 Bkn RTM Bkn RTM

15 3.200.000 7.300.000 Bkn RTM Bkn RTM

16 4.100.000 7.000.000 Bkn RTM Bkn RTM

17 4.500.000 9.300.000 Bkn RTM Bkn RTM

18 1.900.000 5.000.000 Bkn RTM Bkn RTM

19 1.350.000 1.650.000 Bkn RTM Bkn RTM

20 2.750.000 3.350.000 Bkn RTM Bkn RTM

21 2.700.000 3.750.000 Bkn RTM Bkn RTM

22 2.000.000 10.000.000 Bkn RTM Bkn RTM

23 500.000 1.275.000 RTM Bkn RTM

24 750.000 1.600.000 RTM Bkn RTM

25 2.300.000 4.600.000 Bkn RTM Bkn RTM

26 2.100.000 3.000.000 Bkn RTM Bkn RTM

27 2.000.000 3.500.000 Bkn RTM Bkn RTM

28 2.000.000 4.000.000 Bkn RTM Bkn RTM

29 1.500.000 4.000.000 Bkn RTM Bkn RTM

30 2.500.000 3.800.000 Bkn RTM Bkn RTM

31 800.000 1.500.000 RTM Bkn RTM

32 1.600.000 2.500.000 Bkn RTM Bkn RTM


(6)

Lampiran 6 : DATA SASARAN RUMAH TANGGA MISKIN (RTM) BERDASARKAN

GARIS KEMISKINAN BPS UNTUK RESPONDEN PROGRAM INFRASTRUKTUR

NO SEBELUM SETELAH Rata2 Grs Rata2 Grs

(2008) (2011) Kemiskinan 2008 Kemiskinan 2011

Rp. 699.148 Rp. 897.668

1 2 3 4 5

1 2.075.000 3.131.250 Bkn RTM Bkn RTM

2 1.350.000 1.880.000 Bkn RTM Bkn RTM

3 3.225.000 3.010.400 Bkn RTM Bkn RTM

4 1.040.000 1.622.500 Bkn RTM Bkn RTM

5 2.000.000 2.516.700 Bkn RTM Bkn RTM

6 1.260.000 1.345.000 Bkn RTM Bkn RTM

7 3.100.000 3.525.000 Bkn RTM Bkn RTM

8 1.200.000 2.209.200 Bkn RTM Bkn RTM

9 1.980.000 2.258.300 Bkn RTM Bkn RTM

10 1.035.000 1.558.300 Bkn RTM Bkn RTM

11 1.095.000 1.542.000 Bkn RTM Bkn RTM

12 1.425.000 2.143.300 Bkn RTM Bkn RTM

13 840.000 1.279.200 Bkn RTM Bkn RTM

14 2.000.000 2.575.000 Bkn RTM Bkn RTM

15 1.195.000 1.716.250 Bkn RTM Bkn RTM

16 2.800.000 3.702.500 Bkn RTM Bkn RTM

17 700.000 1.516.700 RTM Bkn RTM

18 1.000.000 2.016.700 Bkn RTM Bkn RTM

19 2.000.000 3.912.500 Bkn RTM Bkn RTM

20 500.000 800.000 RTM RTM

21 2.900.000 4.000.000 Bkn RTM Bkn RTM

22 630.000 940.000 RTM Bkn RTM

23 1.700.000 2.100.000 Bkn RTM Bkn RTM

24 1.800.000 2.017.000 Bkn RTM Bkn RTM

25 650.000 3.900.000 RTM Bkn RTM

26 1.200.000 1.840.000 Bkn RTM Bkn RTM

27 2.000.000 2.500.000 Bkn RTM Bkn RTM

28 1.650.000 1.950.000 Bkn RTM Bkn RTM

29 1.100.000 1.800.000 Bkn RTM Bkn RTM

30 1.500.000 1.627.000 Bkn RTM Bkn RTM

31 1.650.000 1.650.000 Bkn RTM Bkn RTM

32 1.500.000 1.683.500 Bkn RTM Bkn RTM

33 1.600.000 1.862.500 Bkn RTM Bkn RTM

34 3.500.000 4.200.000 Bkn RTM Bkn RTM


Dokumen yang terkait

“Efektivitas Pelaksanaan Pembangunan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM –MP) Di Desa Hutapadang Kota Padangsidimpuan Hutaimbaru

1 83 111

Analisis Dampak Program Pnpm Mandiri Perkotaan Bidang Infrastruktur Terhadap Pendapatan Masyarakat Di Kota Tebing Tinggi

0 35 104

PENGARUH TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP PELAKSANAAN PEMBANGUNAN MELALUI PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN (PNPM-MP) DI KECAMATAN LAGUBOTI TOBA SAMOSIR

0 65 7

Pengaruh Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM MP) Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Di Desa Kampung Bilah Kecamatan Bilah Hilir Kabupaten Labuhan Batu

0 57 124

Dampak Program Dana Bergulir PNPM Mandiri Perkotaan Terhadap Kesejahteraan Masyarakat di Kecamatan Medan Kota

0 95 100

Sosialisasi Pemanfaatan Fasilitas Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan (Study Deskriptif di Desa Purbadolok, Kecamatan Doloksanggul, Kabupaten Humbanghasundutan)

4 63 111

Evaluasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) Terhadap Pengembangan Sosio-Ekonomi Dan Kesejahteraan Masyarakat Di Kecamatan Balige Kabupaten Toba Samosir

0 50 160

Efektivitas Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) di Desa Pulo Dogom Kecamatan Kualuh Hulu Kabupaten Labuhan Batu Utara

1 39 106

Partisipasi Masyarakat Dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP)Di Kecamatan Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara

4 84 264

Analisis Dampak Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Pengembangan Kecamatan Terhadap pengentasan Kemiskinan Di Kabupaten Deli Serdang

2 51 121