PERBEDAAN TEORI HUKUM DAN FILSAFAT HUKUM

PERBEDAAN TEORI HUKUM DAN FILSAFAT HUKUM

A. Pengertian Filsafat Hukum
Terdapat banyak definisi dan perumusan tentang filsafat. Pada umumnya
filsafat diartikan sebagai Karya manusia tentang hakekat seseuatu. Muchtar
Kusumaatmadja merumuskan Hakekat Sesuatu Inti atau Dasar yang sedalamdalamnya dari sesuatu.1Sedangkan untuk filsafat hukum terdapat banyak definisi dari
beberapa pakar ahli. Soetikno mengatakan Filsafat hukum adalah mencari hakikat
dari hukum, dia inginmengetahui apa yang ada dibelakang hukum, mencari apa yang
tersembunyi di dalam hukum, dia menyelidiki kaidah-kaidah hukum sebagai
pertimbangan nilai, dia memberi penjelasan mengenai nilai, postulat (dasar-dasar)
sampai pada dasar-dasarnya, ia berusaha untuk mencapai akar-akar dari hukum.
Sedangkan, Satjipto Raharjo Filsafat hukum mempelajari pertanyaan-pertanyaan
dasar dari hukum. Pertanyaan tentang hakikat hukum, tentang dasar bagi kekuatan
mengikat dari hukum, merupakan contoh-contoh pertanyaan yang bersifat mendasar
itu. Atas dasar yang demikian itu, filsafat hukum bisa menggarap bahan hukum, tetapi
masing-masing mengambil sudut pemahaman yang berbeda sama sekali. Ilmu hukum
positif hanya berurusan dengan suatu tata hukum tertentu dan mempertanyakan
konsistensi logis asa, peraturan, bidang serta system hukumnya sendiri. 2 Purnadi dan
Soerjono Soekanto mengatakan bahwa Filsafat hokum adalah perenungan dan
perumusan nilai-nilai; kecuali itu filsafat hokum juga mencakup penyerasian nilainilai misalnya : penyerasian antara ketertiban dengan ketentraman antara kebendaan
dengan keakhlakan dan antara kelanggengan/ konservatisme dengan pembaharuan. 3


1 Pengantar Metode Penelitian Hukum, H.Lili Rasjidi dan Ira Thania Rasjidi Hal 3
2 https://kuliahade.wordpress.com/2009/11/22/pengertian-filsafat-hukum-menurut-para-ahli/
3 Dasar-dasar Filsafat dan Teori Hukum Prof.(Emeritus) Dr. H. Lili Rasjidi,S.H,S.sos.,LL.M,
dan Liza Sonia Rasjidi, S.H.,M.H, Hal 2

Di dalam Ilmu Filsafat Hukum F.S.G Northrop mengemukakan tentang adanya
beberapa aliran/mahzab sebagai berikut :
a.
b.
c.
d.
e.

Legal Positivism.
Pragmatic Legal Realism
Neo Kantian and Kelsenian Ethical Jurisprudence
Functional Anthropological or Sociological Jurisprudence
Naturalistic Jurisprudence.4


a. Legal Positivism
Legal Positivism atau teori hukum positif di kemukakan oleh seorang ahli hukum
inggris bernama John Austin. John Austin berpendapat bahwa hukum adalah suatu
peraturan yang dibuat untuk dipergunakan sebagai pedoman makhluk berakal, oleh
makhluk berakal yang mempunyai kekuasaan terhadapnya. “Hukum” di pisahkan dari
“keadilan” dan tidak di dasarkan pada pengertian “baik” akan tetapi pada kekuasaan
dari sesuatu yang lebih kuat.

5

Austin mengatakan Hukum buatan manusia (Human

Laws) dapat dibedakan dalam 3 Jenis yaitu :
1. Hukum yang dengan tepat disebut “Hukum” (Laws properly so called postive
law)
2. Hukum yang tidak dengan tepat dapat dinamakan “Hukum” (Law improperly
so called)
3. Laws properly so called adalah hukum yang dibuat penguasa politik yang
sedang memegang kekuasaan atas orang –orang yang secara politik ada di
bawah kekuasaannya (Political subordinates). 6

b. Pragmatic Legal Realism
Pragmatic Legal Realism atau Mahzab Hukum Pragamtis menurut F.S Cohen
adalah ilmu hukum fungsional merumuskan pengertian-pengertian atau peraturanperaturan dan lembaga-lembaga hukum dalam istilah-istilah putusan hakim atau
tindakan kekuasaan-kekuasaan negara lainnya dan sebagai bidang ilmu hukum
sosiologis. Penilaian hukum dalam istilah tingkah laku manusia yang dipengaruhi
4 Ibid., Hal 45
5 Filsafat Hukum Bagian 1., Mr. Soetiksno., Hal 55.
6 Ibd., Hal 56

oleh hukum. Tujuan gerakan ini dibuat untuk mempergunakan metode pengamatan
secara ilmiah guna mempelajari hukum, maka harus diadakan penyelidikan terlebih
dahulu mengenai masalah sampai dimana metode ilmiah yang telah diketahui dapat
dipergunakan untuk ilmu kemasyarakatan, sebagai ilmu hukum sebelumnya dapat
diadakan penyelidikan khusus tentang hukum dengan metode pengamatan.7
c. Neo Kantian and Kelsenian Ethical Jurisprudence
Neo Kantian atau Neo Kantianisme adalah aliran filsafat idealisme yang muncul
di Jerman pada tahun 1860an atau abad 19. Nama aliran ini berasal dari dua kata
yaitu, neo yang berarti baru dan Kant yang berarti nama filsuf, Imanuel Kant. Dari
penggabungan dua kata tersebut, Neo Kantianisme berarti kembali kepada Kant, yaitu
mengembangkan kembali unsur-unsur idealis, metafisis dan dialektis. Slogan

"kembali kepada Kant" ini dicetuskan oleh Otto Liebmann pada tahun 1965. 8 Paham
ini menganggap bahwa hukum tercipta karena adanya perjanjian dengan masyarakat
dan dalam kehidupan bermasyarakat tentulah diperlukan adanya peraturan yang
berfungsi untuk mengatur segala tingkah laku manusia supaya dapat meminimalisir
terjadinya sesuatu yang tidak di inginkan9. Sedangkan Kelsenian Ethical
Jurisprudence dengan tokohnya Hans Kelsen menganggap bahwa hukum tak oleh
dicampuri oleh masalah-masalah politik, kesusilaan, sejarah, kemasyarakatan dan
sebagainya. Juga tidak boleh dicampuri oleh masalah keadilan, karena menrut kelsen
masalah keadilan adalah masalah ilmu politik. Kelsen menganggap suatu ketertiban
hukum merupakan suatu ketertiban paksa (dwangorde) tindakan-tindakan tertentu tak
diperkenankan, dan jika tindakan itu toh terjadi maka yang melakukan tindakan
tersebut dikenakan sanksi. 10
d. Functional Anthropological or Sociological Jurisprudence
7 Ibd., Hal 78
8 https://id.wikipedia.org/wiki/Neo_Kantianisme
9 http://www.pengertianartidefinisi.com/pengertian-hukum-menurut-immanuel-kant/
10 Op.Cit., Hal 60

Menurut aliran ini adalah masyarakat melihat hukum di dalam masyarakat itu
sendiri dan hukum itu diterapkan/diaplikasikan dalam masyarakat. Dengan kata lain

hukum adalah sebuah rekayasa sosial atau “Law sense in a Legal Order”. Tokoh yang
terkenal dari teori ini adalah Roscue Pound. Roscue Pound berpendapat Hukum
berrati tatanan hukum atau tertib hukum yang pokok bahasannya adalah hubungan
individu antara manusia dengan manusia lainya dan hubungan antara tingkah laku
para individu yang dapat mempengaruhi individu lainnya atau yang dapat
mempengaruhi

ekonomi

sosial

atau

yang

mempengaruhi

tatanan

politik.


Aliran/mahzab ini juga menilai bahwa hukum itu dapat dipahami lewat dasar-dasar
kewenangan, putusan pengadilan, tindakan (aksi) administratif yang mempunyai
pokok-pokok bahasan tentang harapan-harapan atau tuntutan-tuntutan manusia
sebagai individu.
e. Naturalistic Jurisprudence.
Naturalistic Jurisprudence atau Teori Hukum Alam merupakan aliran/mahzab
yang dikembangkan oleh Aristoteles dan Thomas Aquinas. Aristoteles mengatakan
bahwa Manusia ini adalah bagian dari alam, manusia bagian dari ciptaan tuhan dan
Manusia memiliki pemikiran yang aktif dan hukum alam punya kekuatan yang sama
dimana-mana dan tidak eksis karena kontemplasinya manusia. Aristoteles juga
menilai hukum alam itu universal atau ada di mana-mana (Nature Law is Universal
Every Where). Sedangkan Hukum positif harus dipatuhi bahkan bertentangan dengan
hukum alam. Sedangkan Thomas Aquinas berpendapat bahwa menurutnya hukum
adalah aturan atau ukuran dari tindakan-tindakan atau suatu tindakan, dimana
manusia dirangsang untuk bertindak atau tidak bertindak karena hukum itu sifatnya
mengikat seseorang untuk bertindak dan hukum tidak lain adalah perintah yang
rasional dari sesuatu yang memperhatikan hal-hal yang baik, yang disebarluaskan
atau dipublikasikan kepada masyarakat11.


11 http://myrizal-76.blogspot.co.id/2011/03/teori-hukum.html

B. Teori Hukum
Selain istilah Filsafat Hukum, Cabang ilmu hukum lainnya adalah Teori
hukum. Berbeda dengan Filsafat Hukum yang merupakan refleksi (renungan) semua
permasalahan fundamental yang berkaitan dengan hukum dan tidak hanya merefleksi
habitat dan metode dari ilmu hukum atau ajaran metode. Lebih dari itu, filsafat
hukum bersikap kritis terhadap pengaruh dari filsafat ilmu modern dan teori hukum.
Sedangkan Teori hukum sendiri adalah mempelajari tentang pengertian –pengertian
pokok dan sistematika hukum. Pengertian-pengertian pokok itu seperti misalnya
subjek hukum, perbuatan hukum, objek hukum, peristiwa hukum, badan hukum dan
lain-lain, memiliki pengertian yang bersifat umum dan bersifat teknis. Pengertianpengertian pokok ini amat penting untuk dapat memahami system hukum pada
umumnya, maupun system hukum positif. Oleh karena itu, teori hukum dipelajari
secara intensif mendahului ilmu hukum positif dan dilanjutkan secara lebih mendasar
melalui suatu cabang yang lain yaitu filsafat hukum. Teori hukum sendiri menurut
Prof. Bernard Arief Sidharta adalah dapat diartikan sebagai ilmu atau disiplin hukum
yang dalam perspektif interdisipliner dan eksternal secara kritis

menganalisis


berbagai aspek gejala hukum, baik tersendiri maupun dalam kaitan keseluruhan, baik
dalam konsepsi teoritisnya mau pun dalam pengejawantahan praktisnya, dengan
tujuan untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik dan memberikan penjelasan
sejernih mungkin tentang bahan hukum yang tersaji dan kegiatan yuridis dalam
kenyataan masyarakat. Obyek telaahnya adalah gejala umum dalam tatanan hukum
positif yang meliputi analisis bahan hukum, metode dalam hukum dan kritik
ideologikal terhadap hukum. Sedangkan JJH Bruggink mengatakan teori hukum
adalah seluruh pernyataan yang saling berkaitan berkenan dengan sistem konseptual
aturan-aturan hukum

dan putusan-putusan hukum, dan sistem tersebut untuk

sebagian yang penting dipositifkan12. Melalui Teori hukum ini dapat dipelajari mata
kuliah pengantar ilmu hukum, ilmu negara dan mata kuliah lainnya yang dimulai
12 https://krisnaptik.com/polri-4/teori/teori-hukum-dan-pengertian/

dengan kata-kata asas –asas seperti misalnya, asas hukum tata negara, asas hukum
perdata, asas hukum pidana dan sebagainya. Namun demikian tidaklah berarti teori
hukum itu identik dengan pengantar ilmu hukum misalnya, sebab dalam pengantar ini
tercakup pula materi cabang-cabang ilmu hukum lainnya.13 Pada tataran yang lebih

tinggi tingkat abstraksinya dari ilmu-ilmu hukum adalah teori hukum, yang
menwujudkan peralihan ke Filsafat Hukum. Teori Hukum merefleksi objek dan
metode dari berbagai bentuk ilmu hukum, sehingga teori hukum dapat juga
dipandang sebagai suatu jenis filsafat ilmu dari ilmu hukum .
Teori Hukum modern banyak menggunakan hasil-hasil dari filsafat ilmu
modern. Oleh karena itu, terdapat kecendrungan yang kuat untuk menonjolkan
pandangan ilmu empiris. Dalam teori hukum dipermasalahkan apakah teori hukum
praktis harus dipandang sebagai ilmu empiris yang bersifat deskriptif atau tidak.
Dalam teori hukum juga merefleksikan ciri khas dari pengembanan hukum praktis
yaitu ia mempelajari makna dan struktur dari pembentukan dan penemuan hukum.
Dengan demikian, maka teori hukum menjadi ajaran metode yuridis. 14
Manfaat dalam mempelajari Filsafat dan Teori Hukum Indonesia adalah di
samping meluaskan wawasan pengetahuan hukum bagi mereka yang mempelajarinya,
juga memperoleh pemahaman tentang pemikiran-pemikiran hukum baru pada taraf
filosofikal dan teorikal yang berkembang khususnya di Indonesia dan dapat
memberikan pemikiran hukum yang bersumber dari para filsuf dan pakar hukum
Indonesia.

15


13 Dasar-dasar Filsafat dan Teori Hukum Prof.(Emeritus) Dr. H. Lili Rasjidi,S.H,S.sos.,LL.M,
dan Liza Sonia Rasjidi, S.H.,M.H, Hal 37
14 Ibid., Hal 162-163
15 Ibid., Hal 165

DAFTAR PUSTAKA
1. Rasjidi, Lili dan Rasjidi, Sonia Liza. 2016. Dasar-Dasar Filsafat dan Teori
Hukum. Bandung. Citra Aditya Bakti.
2. Rasjidi Lili dan Rasjidi Thania Ira. Pengantar Metode Penelitian Ilmu Hukum.
3.
4.
5.
6.

Bandung
Soetiksno, Mr. 2013. Filsafat Ilmu Hukum Bagian 1. Jakarta. Balai Pustaka
https://krisnaptik.com/polri-4/teori/teori-hukum-dan-pengertian/
http://myrizal-76.blogspot.co.id/2011/03/teori-hukum.html
https://kuliahade.wordpress.com/2009/11/22/pengertian-filsafat-hukum-


menurut-para-ahli/
7. https://id.wikipedia.org/wiki/Neo_Kantianisme
8. http://www.pengertianartidefinisi.com/pengertian-hukum-menurut-immanuelkant/