Mengenal Ilmu Hubungan Internasional Hubungan Internasional

Aulia Djatnika || Universitas Pertahanan

Mengenal Ilmu Hubungan Internasional1
oleh Aulia Djatnika
Penulis adalah Mahasiswa Pasca Sarjana Jurusan Diplomasi Pertahanan
Fakultas Strategi Pertahanan – Universitas Pertahanan Indonesia

Hubungan Internasional (HI) merupakan ilmu yang tergolong baru ditengah ilmu sosial
lainnya. Kehadiran HI saat ini, bukan saja dapat dilihat dari konsep-konsep ilmu namun dapat
dirasakan dalam kehidupan sehari-hari. Wujud kehadiran HI dalam kehidupan sehari-hari dapat
dirasakan antara lain dengan adanya produk yang kita gunakan sehari-hari lewat perdaganan
antar Negara, komunikasi antar Negara yang didukung kemajuan teknologi sekaligus media
sosial seperti facebook, bekerja di perusahaan internasional baik di dalam atau luar negeri,
preferensi politik dalam pemilihan umum, hingga terjadinya perang.
Lahir pada tahun 1919, HI dianggap semakin penting karena semakin ‘samar’ nya
batasan antara hubungan yang sifatnya local atau domestic dengan hubungan lintas Negara atau
global. HI sebenanya lahir ketika manusia yang menjadi tokoh awal lahirnya HI merasa ‘lelah’
dengan perang. Alasan utama lahirnya HI adalah karena realitas perang yang dihadapi oleh
tokoh-tokoh HI pada saat itu dan kebutuhan untuk damai. Walau diperkenalkan setelah Perang
Dunia I (PDI), konsepsi tentang HI sejatinya telah banyak diperbincangkan sejak zaman Yunani
Kuno.

Terdapat banyak Isu Internasional – Domestik mengenai HI, antara lain pembahasan
soal perdagangan dan pergerakan modal, pengeluaran soal pertahanan, terorisme dan kejahatan
politik, bencana alam, global warming dan sebagainya. Dengan bersepakat untuk turut serta
ditengah HI, sebuah Negara dianggap ‘menyerahkan sebagian kedaulatan’ demi kedamaian.
(Robert Jackson, 2005:99)

1

Disusun untuk memenuhi Tugas I semester I, Matakuliah International Relation. Perkuliahan Pascasarjana
Departemen Diplomasi Pertahanan, Fakultas Strategi Pertahanan – Universitas Pertahanan Indonesia.

Mengenal Ilmu Hubungan Internasional || Page 1 of 11

Aulia Djatnika || Universitas Pertahanan

Definisi Umum Ilmu Hubungan Internasional
HI tidak memiliki definisi yang baku dan terus berkembang sesuai dengan
perkembangan pemikiran tentang konsep HI itu sendiri dan perkembangan teknologi.
Pemikiran HI pada gilirannya melahirkan berbagai variasi, diantaranya terdiri dari banyak teori,
melibatkan banyak objek, terdiri dari berbagai pilihan strategi diplomasi, dan lain sebagainya.

Pengertian HI secara umum berkembang menjadi dua kelompok besar seiring perjalanan waktu.
Dua kelompok tersebut adalah Tradisional dan Kontemporer.
HI secara Tradisional berfokus pada kekuatan diplomasi dan strategi. Menurut
kelompok tradisional, pengertian HI secara Tradisional yang dimaksud adalah International
Relations yang berkembang dari pemikiran tentang International Politics. Contoh kecil dari
fenomena HI menurut pengertian Tradisional dibidang ekonomi misalnya pada fenomena
Globalisasi. Menurut pengertian kontemporer, HI merupakan Global Politics yang lebih luas
dimengerti sebagai bagian dari World Politics. Menurut pengertian kontemporer, yang
dimaksud dengan Ilmu HI termasuk dengan kehidupan politik global sehari-hari.
HI memiliki spectrum waktu sesuai dengan perkembangannya. Secara umum, HI dibagi
menjadi dua bagian yaitu perkembangan Ilmu HI pada masa lalu dan perkembangan Ilmu HI
kekinian. Perkembangan HI pada masa lalu memiliki Negara sebagai aktor utama. Isu yang
berkembang dalam perbincangan Ilmu HI masa lalu adalah seputar perang dan perdamaian.
Prinsip dari Ilmu HI masalalu adalah soal kedaulatan Negara dan kepentingan nasional
sedangkan dasar kekuatan menurut Ilmu HI masa lampau adalah kekuatan militer dan
pertumbuhan ekonomi.
Perkembangan Ilmu HI kekinian melibatkan berbagai pihak sebagai aktor seperti
Negara, organisasi internasional, bisnis dan Lembaga Swadaya Masyarakat. Isu yang
berkembang dalam perbincangan HI kekinian meliputi perdagangan, keadilan global,
pembangunan dan lain sebagainya. Prinsip yang dibangun dalam HI kekinian adalah seputar

ketergantungan dan hak asasi manusia sedangkan dasar kekuatan menurut HI kekinian adalah
kapasitas aktor untuk berkerjasama dan perkembangan teknologi untuk mengatasi
permasalahan global.(Griffiths, O’challagan & Roach, 2007:viii)

Mengenal Ilmu Hubungan Internasional || Page 2 of 11

Aulia Djatnika || Universitas Pertahanan

Operasionalisasi Ilmu Hubungan Internasional
Terdapat beberapa aspek yang dibahas oleh HI yaitu aspek politik, aspek ekonomi dan
aspek sosio kultural. Aspek politik meliputi hubungan antar Negara, perang, donor, kerjasama
militer, organisasi internasional, lembaga swadaya masyarakat dan lain sebagainya. Aspek
ekonomi meliputi lahirnya perusahaan multi nasional, pertukaran kebutuhan yang berhubungan
dengan modal capital, sumber daya alam, dan lain sebagainya. Aspek sosio kultural meliputi
lahirnya ide yang muncul ditengah masyarakat hasil dari interaksi antar individu, dan lain
sebagainya.
Berbagai Isu HI yang sering menjadi pembahasan antara lain isu politik, ekonomi,
lingkungan, sosial, kultur dan keamanan. Dari berbagai isu tersebut terdapat dua konsekuensi
yaitu konflik atau kerjasama. Beberapa kemungkinan kerjasama yang mungkin muncul dari
relasi HI adalah pertukaran informasi akibat peningkatan teknologi, peningkatan produktifitas

global, lonjakan perkembangan ekonomi, pembahasan tentang energy yang terbarukan,
perkembangan demokrasi, terus berkembangnya otoritas dari institusi global dan internasional
(seperti WTO, WHO, dan lain sebagainya), perkembangan jaringan dari Lembaga Swadaya
Masyarakat (seperti Imparsial, Kontras, WWF, dan lain sebagainya), pertumbuhan rezim
internasional, penundaan perang dan hukum internasional tentang perlingdungan terhadap
individual. Pada gilirannya perkembangan Hukum Internasional menyebabkan bergeseran
pembahasan tentang keamanan nasional menjadi pembahasan tentangang keamanan manusia.
Selain kemungkinan kerjasama, ada beberapa hal yang memungkinkan timbulnya
konflik, antara lain isu degradasi lingkungan berskala global, monopoli sumber daya (seperti
privatisasi air, dan sebagainya), pemanasan global dan kebutuhan dunia atas hutan tropis,
urbanisasi dan pergeseran wilayah desa menjadi kota karena modernisasi, sampah dari energy
nuklir, ledakan populasi, kepemilikan senjata, agama, kegagalan Negara, wabah globat (seperti
ebola, HIV Aids, SARs, dan lain sebagainya), dominasi produk sehari-hari akibat
berkembangnya perusahaan internasional, perjanjian LIEO dan tumbuhnya resistensi baik di
masyarakat, komunitas atau Negara terhadap Amerika Serikat.

Mengenal Ilmu Hubungan Internasional || Page 3 of 11

Aulia Djatnika || Universitas Pertahanan


Ilmu Hubungan Internasional dari Negara ke Negara
Perlu digaris bawahi, sifat Ilmu HI adalah normative karena sejak awal ilmu HI
didirikan dengan ‘keberpihakan’ untuk meninggalkan perang. Pada gilirannya, solusi umum
untuk menjawab pertanyaan tentang bagaimana menghindari perang adalah dengan
menegakkan keadilan, patuh pada hukum dunia, menciptakan kehidupan sosial yang baik,
distribusi kekuasaan lewat keseimbangan relasi kuasa.
Ilmu HI yang pada mulanya lahir di Inggris, kemudian menyebar ke Geneva, Amerika
Serikat dan Indonesia. Universitas pertama di Indonesia yang mengajarkan tentang Ilmu
Hubungan Internasional adalah Universitas Gajah Mada di Yogyakarta (UGM Yogyakarta).
Teradapat pendekatan beragam yang dilakukan oleh berbagai Negara terkait dengan Ilmu HI.
Sebagai contoh, Prancis menggunakan pendekatan sosiologis, Inggris dengna pendekatan
filosofis, Belanda dengan pendekatan hukum sedangkan Amerika mempelajari Ilmu HI dengan
pendekatan politik. Selain karena perkembangan teori dari ilmu HI, perbedaan pendekatan
tersebutlah yang melahirkan fariasi perspektif dalam menjalin hubungan internasional antar
Negara atau aktor dalam HI.

4 Perdebatan dalam Ilmu Hubungan Internasional
Setelah mendapatkan pengesahan sebagai sebuah Ilmu, terdapat 4 perdebatan pokok
dalam HI. Keempat perdebatan itu adalah perdebatan tentang apakah Ilmu HI, Bagaimana cara
menyampaikan Ilmu HI, siapa saja aktor dalam Ilmu HI dan apa sajakah pendekatan dalam

Ilmu HI. Perdebatan Ilmu HI dalam tema “apakah Ilmu HI”, dibedakan menjadi dua kelompok
besar yaitu kelompok Idealis (yang pada gilirannya melhirkan paham liberal, liberal
institusionalis, dan sebagainya serta mengedepankan diplomasi semata untuk menghindari
terjadinya perang) dan kelompok Realis yang lahir setelah terjadinya perang pasca Ilmu HI
sendiri ditemukan.
Kelompok Realis muncul setelah krisis HI selama 20 tahun. Dalam perang selama 20
tahun yang kemudian disebut Krisis HI tersebut, kelompok Realis berpendapat bahwa
hubungan diplomasi ternyata tidak dapat menghentikan perang. (Asrudin,2010:1). Perdebatan
kedua adalah bagaimana menyampaikan Ilmu HI. Terdapat dua kelompok dalam perdebatan
kedua ini yaitu kelompok yang menyampaikan Ilmu HI secara Normatif seperti yang dilakukan

Mengenal Ilmu Hubungan Internasional || Page 4 of 11

Aulia Djatnika || Universitas Pertahanan

oleh Negara Inggris dengan Ilmu HI Klassik dan kelompok yang menyampaikan Ilmu HI secara
Empiris seperti Amerika dengan Ilmu HI Positifis.(M.Saeri,2012:4)
Perdebatan ketiga adalah tentang siapakah Aktor dalam Ilmu HI. Terdapat tiga
pandangan umum untuk perdebatan ini. Para Realis atau state sentris berpendapat bahwa aktor
dari Ilmu HI adalah State atau Negara. Para Pluralis atau multi sentris, berpendapat bahwa aktor

dari Ilmu HI tidak terbatas pada Negara namun juga organisasi internasional, organisasi antar
pemerintah, dan lain sebagainya. Sedangkan pandangan Strukturalis yang berpaham Marxist
berpendapat bahwa aktor dalam Ilmu HI bukan dibatasi dalam klasifikasi yang dilakukan oleh
Realis dan Pluralis namun dibedakan menjadi kelas.
Perdebatan keempat adalah tentang pendekatan yang dilakukan terhadap Ilmu HI.
Terdapat dua pandangan dalam perdebatan keempat yaitu pendekatan positifistik dan
pendekatan reflektifitas. Pendekatan Positifistik mengatakan bahwa dalam melakukan
pendekatan terhadap Ilmu HI, harus objektif dan bebas nilai. Sedangkan Pendekatan
Reflektifitas mengatakan bahwa pendekatan terhadap Ilmu HI harus melibatkan Value sehingga
dalam melakukan pendekatan terhadap Ilmu HI, mengenal subjektifitas.
Pertanyaan besar Ilmu HI pada gilirannya tetap pada pembahasan tentang bagaimana
menghindari perang. Secara garis besar, jawaban-jawaban dari pemikiran tentang Ilmu HI
bermuara pada beberapa thesis antara lain adalah dengan menciptakan keadilan, kepatuhan
terhadap aturan dunia, menciptakan komunitas yang baik, distribusi kekuasaan dan
keseimbangan dari distribusi kekuasaan.

Pendekatan Tradisional utama Ilmu Hubungan Internasional
Ilmu HI berkembang sesuai dengan tuntutan zaman, kondisi actual politik dunia,
perkembangan teknologi, asal Negara lahirnya Ilmu HI dan lain sebagainya. Dilihat dari
periodesasinya, terdapat empat pendekatan tradisional utama dalam Ilmu HI. Keempat

pendekatan tersebut adalah realisme, liberalism, Masyarakat Internasional dan Ekonomi Politik
Internasional.

Mengenal Ilmu Hubungan Internasional || Page 5 of 11

Aulia Djatnika || Universitas Pertahanan

Bagian 1. Realisme
Dalam membangun asumsi teorinya, kaum Realis memandang manusia secara pesimis.
Manusia memiliki ambisi untuk selalu menang, terganggu jika diganggu keuntungannya, tidak
pernah puas dan cenderung ‘harus’menjadi yang terkuat. Kaum Realis percaya bahwa dengan
nature manusia tersebut, selalu akan terjadi konflik kepentingan yang berskala internasional
dan berpotensi ‘menciptakan’ perang.
Konsepsi yang dibangun oleh kaum Realis berfokus pada pengoperasian Negara untuk
melindungi kepentingan nasional yang terdiri dari kepentingan akan kesejahteraan dan
keamanan yang keseluruhannya didedikasikan untuk warga Negara. Keseluruhan konsep yang
disusun oleh kaum Realis manandakan bahwa para pemikir Realis skeptis atas perkembangan
kehidupan politik.
Realis menginginkan Negara sebagai aktor dalam politik dunia sedangkan organisasi lain
seperti lembaga swadaya masyarakat atau organisasi internasional lain dianggap tidak penting.

Dalam konsepsi Realis, Negara yang dianggap penting adalah Negara dengan kekuatan besar.
Negara dalam konsepsi Realis dianggap besar jika memiliki kekuatan dalam dominasi,
ekonomi dan kekuatan militer besar. (Viotti & Kauppi,1987:55-57)
Perebutan dominasi Negara dalam konsepsi Realis adalah untuk melindungi kepentingan
nasional. Kepentingan nasional yang dimaksud dalam konsep Realis adalah kepentingan untuk
melindungi warga Negara yang dinilai memiliki posisi rentan, wilayah, sumber daya dan
keamanan. Berdasar pada kepentingan nasional yang selalu berubah tersebut, kesepakatan
internasional menurut konsepsi Realis akan bertahan sepanjang Negara Negara di Dunia siap
mematuhi kesepakatan tersebut. Namun pada kenyataannya, kesepakatan internasional akan
selalu berubah seiring ‘ambisi’ Negara untuk memaksimalkan kepentingan nasional masingmasing. Dalam perkembangannya, pemikiran Realis dibagi menjadi 2 kelompok besar yaitu
Realisme Klasik dan Realisme Kontemporer.
Realisme Klasik berfokus pada keamanan nasional dan kelangsungan kehidupan Negara.
Secara umum Realisme Klasik berfikir bahwa manusia sangat rentan dengan konflik, bahwa
ada kebijakan Negara yang dapat dilakukan untuk menghadapi kerentanan tersebut dan bahwa
segala kesepakatan bersifat dinamis dan tidak permanen. Dengan kata lain, kesepakatan atau
perjanjian yang terjadi antar Negara selalu dapat diperbaharui seiring dengan pergeseran

Mengenal Ilmu Hubungan Internasional || Page 6 of 11

Aulia Djatnika || Universitas Pertahanan


kepentingan. Pemikir Realisme Klasika antara lain Thucydides (sejarahwan Yunani Kuno),
Machiavelli, Hobbes (dilemma keamanan), Morgenthau tentang realism neo klasik (Sitepu,
2006:51), dan sebagainya.
Realisme Kontemporer berfokus pada sistem internasional. Dikembangkan secara sangat
pesat di Amerika Serikat dan masih merupakan teori HI paling terkemuka di Negara tersebut
menjadikan Realisme Kontemporer menjadi teori HI yang sangat penting. Pemikir Realisme
Kontemporer antara lain Schelling (Realisme Strategis) dan Waltz (Neorealisme).

Bagian 2. Liberalisme
Kemunculan kaum pemikir Liberalis hampir bersamaan dengan munculnya Negaranegara liberal dan modernisasi lewat kemajuan pesat teknologi. Efisiensi sebagai keniscayaan
dari teknologi menginspirasi pemikiran kaum Liberalis. Walaupun tidak menafikkan keinginan
manusia untuk menjadi ‘yang paling’ dan kemudian menjadi dominative, namun kaum
liberalis mempercayai rasionalitas tiap-tiap manusia untuk cenderung berkooperasi untuk
mengakomodir kepentingan-kepentingan tersebut melalui jalan kerjasama. Akumulasi
kooperasi tersebut dalam tataran internasional dan massif akan menghasilkan semacam timbal
balik yang –baik secara instan atau dalam waktu panjang- bermanfaat bagi banyak orang.
Memandang relasi secara optimis, kaum Liberalis sangat percaya pada kemajuan baik itu
teknologi, kualitas komunikasi, kerjasama dan hasil yang didapatkan dari pengoperasian
seluruh instrument tersebut. Tidak seperti kaum Realis yang memusatkan perhatian pada

eksistensi Negara sebagai instrument utama dan aktor utama dalam HI, kaum Liberalis
menghargai usaha warga Negara untuk mencapai kebahagiaannya tanpa campur tangan yang
tidak diperlukan.
Negara bagi kaum Liberalis lebih merupakan entitas konstitusional yang memberikan ruang
kepada warga Negara untuk berekspresi selama hal tersebut dilakukan dalam koridor hukum.
Dengan kata lain, vocal point dari pemikiran HI kaum Liberalis adalah individu. Organisasi
lain diluar Negara seperti perusahaan, organisasi, asosiasi dan kelompok lain juga merupakan
aktor dari HI yang memiliki pengaruh menurut kaum Liberalis. Muncul sebelum Perang Dunia
II, pemikiran Liberalisme memiliki pasang surut terutama dalam hal optimisme kaum Liberalis

Mengenal Ilmu Hubungan Internasional || Page 7 of 11

Aulia Djatnika || Universitas Pertahanan

dalam memandang HI. Pada sebelum Perang Dunia II, kaum Liberalis sangat optimis
memandang HI dari sudut pandang masyarakat dunia.(Yuniarti, 2010:2-3)
Pasca Perang Dunia II, pemikiran kaum Liberalis berkembang menjadi setidaknya empat
aliran pemikiran utama. Empat aliran pemikiran utama kaum Liberalis tersebut adalah
(Jackson & Sorensen, 2005:143-176):
1. Liberalisme Sosiologis mempelajari bukan hanya hubungan antar Negara namun juga
masyarakat, organisasi, aliansi dan sebagainya. Koordinasi antar aktor secara luas di
dunia Internasional akan menciptakan jaringan kerjasama yang dapat mengukuhkan
perdamaian.
2. Liberalisme Interdependensi mengawali pemikirannya dengan isntrumentalisasi
kebutuhan antar masyarakat yang memunculkan kebutuhan Negara. Berbagai Negara
pada akhirnya melakukan kerjasama dengan Negara lain demi memenuhi kebutuhan
tersebut. Kerjasama yang dijalin antar Negara akan menumbuhkan ketergantungan satu
sama lain.
Dalam pemikiran Liberalisme Interdependensi, tujuan dari Negara bukan lagi bertitik
berat pada keamanan saja melainkan bagaimana menciptakan kesejahtaraan. Dengan
begitu, kebutuhan untuk meningkatkan kekuatan militer yang pada mulanya penting
guna menjadikan sebuah Negara menjadi Negara kuat seperti paham Realis berkurang
karena pergeseran focus dari kepentingan Negara tersebut.
3. Liberalisme Institusional memunculkan organisasi atau institusi internasional sebagai
aktor. Dengan adanya institusi internasional yang didirikan oleh Negara bersamaan
dengan Negara lain, kepercayaan dapat ditingkatkan. Kerjasama antar pemerintah
akhirnya dapat disokong juga oleh institusi internasional sehingga kemunculan institusi
internasional dapat mereduksi ketakutan yang muncul jika kerjasama hanya dilakukan
antar pemerintah saja.
4. Liberalisme Republikan mendorong Negara-negara di dunia untuk menganut sistem
politik demokratis. Dengan menganut sistem politik demokratis dalam suatu negara
dapat meminimalisir kemungkinan Negara tersebut terlibat perang dengan negara lain.
Hal tersebut menurut pemikiran Liberalisme Republikan dapat terjadi karena budaya
demokratis yang tercipta baik ditingkatan masyakat hingga mindset pemerintah.
Pemerintah dalam sistem politik Negara demokratis lebih tertarik pada diskusi dan
Mengenal Ilmu Hubungan Internasional || Page 8 of 11

Aulia Djatnika || Universitas Pertahanan

menggunakan jalur diplomatis dalam ‘memenangkan’ kepentingannya ketimbang
memulai perang.

Bagian 3. Masyarakat Internasional
Fokus dari konsepsi Masyarakat Internasional terletak pada manusia atau rakyat dan
nilai. Nilai yang dimaksud dalam focus konsep Masyarakat Internasional lebih menyoal pada
nilai dasar manusia seperti kemerdekaan, keamanan, ketertiban dan keadilan. Konsepsi
Masyarakat Internasional mencoba menginterpretasikan maksud dari aksi masyarakat yang
timbul dari HI. Masyarakat Internasional menerima paham anarki internasional. Politik dunia
menurut kaum Masyarakat Internasional adalah manifesteasi dari masyarakat anarkis yang
dibatasi oleh aturan, norma dan institusi masing-masing.
Aktor dalam Masyarakat Internasional adalah negarawan yang bertindak atas nama
Negara dalam menyelesaikan pekerjaan yang berhubungan dengan luar negeri. Oleh karena
itu, presiden, jajaran menteri, diplomat, pimpinan militer dan lain lain merupakan yang
menjadi perhatian bagi kaum Masyarakat Internasional.
Teori Masyarakat Internasional berasal dari tiga ilmu utama dan dua ilmu pelengkap.
Ilmu utama yang pertama adalah Ilmu Filsafat yang secara umum membahas soal kaidah hidup,
bermasyarakat dan bagaimana interaksi antar aktor. Ilmu Filsafat yang dimaksud juga telah
terlebih dahulu melahirkan filsafat politik yang pada gilirannya diformasikan menjadi teori
politik yang membahas tetang politik internasional.
Ilmu utama yang kedua adalah Ilmu Hukum yang secaar umum membahas tentang
bagaimana mengatur sesuatu agar selaras. Ilmu Hukum yang dimaksud juga telah terlebih
dahulu membahas hukum internasional yang mengatur organisasi internasional lewat hukumhukum Internasional tersebut. Ilmu utama yang ketiga adalah Sejarah yang secara umum
mengajarkan tentang pelajaran yang dipetik dari kejadian yang terjadi pada masa lampau.
Perkembangan dari sejarah dalam kaitannya dengan HI adalah Sejarah Diplomasi yang secara
umum membahas soal sejarah negarawan atau para elit politik dan sejarah militer.
Intinya, Masyarakat Internasional berbicara soal bagaimana aktor berperan aktif dalam
memelihara perdamaian dan ketertiban internasional. Sebagai pendekatan yang merupakan
jalan tengah dari pemikiran Realis dan pemikiran Liberalis, Masyarakat Internasional

Mengenal Ilmu Hubungan Internasional || Page 9 of 11

Aulia Djatnika || Universitas Pertahanan

‘membebankan’ negarawan dengan values to deliver dan nilai yang secara nyata harus
dipraktikkan guna terjaganya sinergitas antar Negara-negara dunia. (Griffits, 1999:45) Dengan
mengakui posisi Negara kuat dan memungkinkan partisipasi lembaga atau organisasi non
Negara terlibat, Masyarakat Internasional tetap menyerahkan tanggung jawab menjaga
perdamaian abadi kepada Negara dengan kekuatan besar.
Ide besar dari Masyarakat Internasional adalah perdamaian melalui keadilan. Keadilan
menurut konsepsi Masyarakat Internasional adalah keadilan bagi komunitas dan keadilan
distributive yang kesemuanya merupakan bagian dari keadilan internasional. Dalam
menjabarkan pemenuhan rasa keadilan tersebut, konsep Masyarakat Internasional juga
menuntut Negarawan untuk memperhatikan tiap dimensi secara spesifik yaitu dimensi nasional,
internasional dan kemanusiaan.

Bagian 4. Ekonomi Politik Internasional
Berbeda dengan tiga bagian sebelumnya yang hampir secara keseluruhan berbicara
tentang interaksi masyarakat, kelompok, Negara dan antar Negara dalam kaitannya dengan
politik, dalam bagian ini pembahasan tentang HI dibahas melalui tambahan pendekatan
ekonomi. Sejatinya, ekonomi merupakan bagian yang tidak terpisahkan ketika berbicara
tentang kepentingan. Instrumentalisasi ekonomi baik ditingkatan local dalam kehidupan seharihari hingga dalam kaitannya dengan hubungan antar satu pihak dengan pihak lain di dunia,
diatur melalui aturan-aturan politik.(Yuniarti, 2013:8)
Politik dan Ekonomi merupakan dua konsep yang memiliki korelasi antara satu dan yang
lainnya. Ekonomi Politik Internasional merupakan pembahasan tentang hubungan kompleks
antara politik dan ekonomi dalam tataran internasional. Dalam perkembangannya, Ekonomi
Politik Internasional memperkenalkan tiga teori utamaya, yaitu:
1. Merkantilisme; menganggap politik dan ekonomi sebagai dua hal yang saling
melengkapi. Ketika berbicara soal perkembangan Negara dalam relasi kesejahteraan
dan kekuasaan maka kebijakan politik yang perlu diambil adalah kebijakan yang
menunjang pertumbuhan pesat dibidang ekonomi. Namun kebijakan politik dalam hal
pertahanan akan menjadi perhatian khusus dan tetap merupakan prioriatas dari
kebijakan politik internasional.

Mengenal Ilmu Hubungan Internasional || Page 10 of 11

Aulia Djatnika || Universitas Pertahanan

2. Liberalisme Ekonomi; menganggap ekonomi sebagai ‘anak emas’. Kemandirian
ekonomi akan dicapai jika masyarakat diberikan kebebasan dalam menjalankan roda
perekonomian. Kemandirian ekonomi dengan sendirinya akan menguntungkan dan
menciptakan kerjasama yang harmonis secara kumulatif baik ditingkatan masyarakat
hingga antar Negara. Dengan operasionalisasi tersebut, kegiatan ekonomi yang bersifat
otonom merupakan suatu hal yang mutlak harus terjadi disemua bidang
3. Marxis; perkembangan perekonomian mempengaruhi perkembangan politik. Kelas
yang secara ekonomi dominan akan menghegemoni kelas lain. Pertumbuhan ekonomi
lewat sistem kapitalis pada gilirannya akan memunculkan ‘gesekan’ baru baik di tatanan
masyarakat maupun antar Negara.

Daftar Acuan
Buku
Griffiths, Martin, 1999, Fifty Key Thinkers in International Relations, London & New York: Routledge.
Griffiths, Martin, Terry O’Callaghan & Steven C Roach, 2007, International Relations, The Key Concept, Second
Edition, London & New York: Routledge.
Jackson, Robert, 2005, Classical and Modern Thought on International Relations, New York: Macmillan.
Jackson, Robert & Georg Sorensen, 2005, Pengantar Studi Hubungan Internasional, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Viotti, Paul R. & Mark V. Kauppi, 1987, International Realtions Theory: Realism, Pluralism, Globalism and
Beyond, London: Allyn and Bacon.
Jurnal
Asrudin, 2010, “The Twenty Years Crisis: Telaah atas Pemikiran Realisme Politik E.H Carr”, Verity, Volume 2,
No. 3, Januari – Juni 2010, Hlm.1
Saeri, M, 2012, “Teori Hubungan Internasional Sebuah Pendekatan Paradigmatik”, Jurnal Transnasional, Volume
3, No.2, Februari 2012, hlm.4
Sitepu, P. Antonius, 2006, “Teori Realisme Politik Hans J Morghentau dalam Studi Politik dan Hubungan
Internasional”, Jurnal Analisis Administrasi dan Kebijakan, Volume 3, No.1, Januari – April 2006, hlm.
51
Yuniarti, 2010, “Perubahan Pola Hubungan Internasional Abad 20 dan Pengaruhnya terhadap Realisme dan
Idealisme”, Jurnal Sosial Politika, Volume 17, No.1, Juni 2010, hlm.2-3
Yuniarti, 2013, “Pendekatan Ekonomi dalam Politik Internasional”, Interdependence – Jurnal Hubungan
Internasional, Volume 1, No.1, Januari 2013, hlm.8

Mengenal Ilmu Hubungan Internasional || Page 11 of 11