Tulisan Ilmiah Populer 2014 BBPPTP SURAB

Tulisan Ilmiah Populer
2014

PENTINGNYA KONSERVASI TANAH PADA
PENGELOLAAN KEBUN SUMBER BENIH KOPI
oleh
Diana Kustantini, AMd.(PBT Ahli Pertama)
Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan
(BBPPTP) Surabaya

A. Pendahuluan
Ada banyak faktor yang menyebabkan penurunan produktivitas pertanian Indonesia.
Berdasarkan kajian yang dilakukan oleh Bappenas (2002) salah satu penyebabnya adalah
berkurangnya lahan pertanian di Indonesia. Luas lahan sawah di Indonesia pada tahun
1983 adalah seluas 16,7 juta ha, pada tahun 2002 luas sawah menyusut menjadi seluas 14
juta ha. Dalam periode tahun 1990 – 1995 konversi lahan subur di Pulau Jawa mencapai
10.000 ha per tahun. Penyebab lain menurut Adi (2003) adalah menurunnya kualitas lahan
pertanian di Indonesia akibat erosi, residu bahan kimia seperti herbisida dan pestisida, dan
pencemaran logam berat. Penurunan produktivitas pertanian Indonesia berbanding terbalik
dengan kebutuhan pangan masyarakat Indonesia.
Kebun sumber benih


kopi arabika banyak dibudidayakan pada lahan miring di daerah

pegunungan yang umumnya mempunyai pola sebaran hujan tidak merata. Curah hujan yang
tinggi terkonsentrasi pada bulan-bulan tertentu, sehingga erosivitasnya sangat besar.
Lahan miring merupakan lahan yang peka terhadap degradasi/penurunan kualitas. Erosi
merupakan penyebab utama kemunduran lahan kering di daerah tropika basah. Tanah
yang hilang karena erosi merupakan tanah lapisan atas yang subur, sehingga erosi akan
menurunkan kesuburan tanah secara nyata (Dariah, et.al, 2012).
Konservasi tanah merupakan salah satu upaya untuk mencegah terjadinya erosi yang dapat
menurunkan produktivitas kebun sumber benih.

BBPPTP SURABAYA

Tulisan Ilmiah Populer
2014

B. Pengertian, Jenis, Proses, dan Faktor yang Mempengaruhi Erosi
 Erosi
Adalah suatu proses dimana tanah dihancurkan (detached) dan kemudian dipindahkan

ke tempat lain oleh kekuatan air, angin dan gravitasi. Di Indonesia erosi yang terpenting
disebabkan oleh air.
 Ada dua macam erosi yaitu:
a. Erosi geologi
Merupakan erosi yang berjalan sangat lambat dimana jumlah tanah yang tererosi
sama dengan jumlah tanah yang terbentuk. Erosi ini tidak berbahaya karena terjadi
dalam keseimbangan alami.
b. Erosi dipercepat
Merupakan erosi yang dipercepat (Accelarated erosion) akibat kegiatan manusia
yang mengganggu keseimbangan alam. Jumlah tanah yang tererosi lebih banyak
daripada tanah yang terbentuk. Erosi ini berjalan sangat cepat sehingga tanah di
permukaan (top soil) menjadi hilang.

 Proses Terjadinya Erosi
Untuk dapat terjadi erosi, tanah harus dihancurkan dulu oleh curah hujan dan aliran
permukaan. Setelah tanah dihancurkan baru siap untuk diangkut ke tempat lain oleh
curah hujan dan aliran permukaan. Jika total daya angkut dari air (curah hujan dan
aliran permukaan) lebih besar dari tanah yang tersedia untuk diangkut maka akan
terjadi erosi. Sebaliknya bila total daya angkut dari air (curah hujan dan aliran


BBPPTP SURABAYA

Tulisan Ilmiah Populer
2014

permukaan) lebih kecil dari tanah yang

dihancurkan

maka

akan terjadi

pengendapan.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Erosi:
1. Curah Hujan :


Intensitas hujan (mm/jam) yaitu menunjukkan banyaknya curah hujan per
satuan waktu.




Jumlah hujan yaitu menunjukkan banyaknya air hujan selama terjadi
hujan, selama satu tahun, satu bulan, dsb.



Distribusi hujan yaitu menunjukkan penyebaran waktu terjadi hujan.

2. Sifat-sifat tanah yang mempengaruhi terhadap kepekaan tanah:


Tekstur tanah



Bentuk dan kemantapan struktur tanah




Daya infiltrasi atau permeabilitas tanah



Kandungan Bahan Organik

3. Tingkat kemiringan lereng
Erosi akan meningkat apabila lereng semakin curam atau semakin panjang.
Apabila lereng semakin curam maka kecepatan aliran permukaan meningkat
sehingga kekuatan aliran permukaan untuk mengangkut meningkat pula.
Lereng yang semakin panjang menyebabkan volume air yang mengalir menjadi
semakin besar. Apabila dalamnya air menjadi dua kali lipat, maka kecepatan
aliran menjadi empat kali lebih besar, akibatnya maka besar /berat benda yang
dapat diangkut juga berlipat ganda.
4. Vegetasi
Pengaruh vegetasi terhadap erosi:
 Menghalangi air hujan agar tidak jatuh langsung di permukaan tanah, sehingga
kekuatan untuk menghancurkan tanah sangat dikurangi.
 Menghambat aliran permukaan dan memperbanyak air infiltrasi.

 Penyerapan air dari dalam tanah meningkat oleh transpirasi (penguapan air)
melalui vegetasi (Buckman and Brady, 1982).

BBPPTP SURABAYA

Tulisan Ilmiah Populer
2014

C. Pengertian dan Metode Konservasi
Konservasi merupakan usaha-usaha untuk menjaga agar tanah tetap produktif atau
memperbaiki tanah yang rusak karena erosi.
Teknik konservasi tanah di Indonesia diarahkan pada tiga prinsip utama yaitu
perlindungan permukaan tanah terhadap pukulan

butir butir hujan, meningkatkan

kapasitas infiltrasi tanah seperti pemberian bahan organik atau dengan cara meningkatkan
penyimpanan air, dan mengurangi laju aliran permukaan sehingga menghambat material
tanah dan hara terhanyut.
Manusia mempunyai keterbatasan dalam mengendalikan erosi sehingga perlu ditetapkan

kriteria tertentu yang diperlukan dalam tindakan konservasi tanah. Salah satu
pertimbangan yang harus disertakan dalam merancang teknik konservasi tanah adalah
nilai batas erosi yang masih dapat diabaikan (tolerable soil loss).
Jika besarnya erosi pada tanah dengan sifat-sifat tersebut lebih besar daripada angka
erosi yang masih dapat diabaikan, maka tindakan konservasi sangat diperlukan. Ketiga
teknik konservasi tanah secara vegetatif, mekanis dan kimia pada prinsipnya memiliki
tujuan yang sama yaitu mengendalikan laju erosi, namun efektifitas, persyaratan dan
kelayakan untuk diterapkan sangat berbeda. Oleh karena itu pemilihan teknik konservasi
yang tepat sangat diperlukan.
 Tiga Metode Konservasi yaitu:
a. Metode Vegetatif
Teknik

konservasi

tanah

secara

vegetatif


adalah

setiap

pemanfaatan

tanaman/vegetasi maupun sisa-sisa tanaman sebagai media pelindung tanah dari
erosi, penghambat laju aliran permukaan, peningkatan kandungan lengas tanah, serta
perbaikan sifat-sifat tanah, baik sifat fisik, kimia maupun biologi.
Tanaman ataupun sisa-sisa tanaman berfungsi sebagai pelindung tanah terhadap
daya pukulan butir air hujan maupun terhadap daya angkut air aliran permukaan
(runoff), serta meningkatkan peresapan air ke dalam tanah.
Teknik konservasi tanah secara vegetatif yang akan diuraikan dalam makalah ini
adalah: penghutanan kembali (reforestation), wanatani (agroforestry) termasuk
didalamnya adalah pertanaman lorong (alley cropping), pertanaman menurut strip
(strip cropping), strip rumput (grass strip), barisan sisa tanaman, tanaman penutup
tanah (cover crop), penerapan pola tanam termasuk di dalamnya adalah pergiliran

BBPPTP SURABAYA


Tulisan Ilmiah Populer
2014

tanaman (crop rotation), tumpang sari (intercropping), dan tumpang gilir (relay
cropping).
Dalam penerapannya, petani biasanya memodifikasi sendiri teknik-teknik tersebut
sesuai dengan keinginan dan lingkungan agroekosistemnya sehingga teknik
konservasi ini akan terus berkembang di lapangan. Keuntungan yang didapat dari
system

vegetatif

ini

adalah

kemudahan

dalam


penerapannya,

membantu

melestarikan lingkungan, mencegah erosi dan menahan aliran permukaan, dapat
memperbaiki sifat tanah dari pengembalian bahan organik tanaman, serta
meningkatkan nilai tambah bagi petani dari hasil sampingan tanaman konservasi
tersebut.

b. Metode Mekanik
Cara mekanik adalah cara pengelolaan lahan tegalan (tanah darat) dengan
menggunakan sarana fisik seperti tanah dan batu sebagai sarana konservasi
tanahnya. Tujuannya untuk memperlambat aliran air di permukaan, mengurangi
erosi serta menampung dan mengalirkan aliran air permukaan (Seloliman, 1997).
Termasuk dalam metode mekanik untuk konservasi tanah dan air di antaranya
pengolahan tanah. Pengolahan tanah adalah setiap manipulasi mekanik terhadap
tanah yang diperlukan untuk menciptakan keadaan tanah yang baik bagi
pertumbuhan tanaman termasuk pembuatan rorak (saluran pembuangan air) dan
pembuatan terasering. Tujuan pokok pengolahan tanah adalah menyiapkan tempat

tumbuh bibit, menciptakan daerah perakaran yang baik, membenamkan sisa-sisa
tanaman dan memberantas gulma (Arsyad, 2000).
Pengendalian erosi secara teknis-mekanis merupakan usaha-usaha pengawetan tanah
untuk mengurangi banyaknya tanah yang hilang di daerah lahan pertanian dengan
cara mekanis tertentu. Sehubungan dengan usaha-usaha perbaikan tanah secara
mekanik yang ditempuh bertujuan untuk memperlambat aliran permukaan dan
menampung serta melanjutkan penyaluran aliran permukaan dengan daya pengikisan
tanah yang tidak merusak.
Pengolahan tanah menurut kontur adalah setiap jenis pengolahan tanah (pembajakan,
pencangkulan, pemerataan) mengikuti garis kontur sehingga terbentuk alur-alur dan
jalur tumpukan tanah yang searah kontur dan memotong lereng. Alur-alur tanah ini

BBPPTP SURABAYA

Tulisan Ilmiah Populer
2014

akan menghambat aliran air di permukaan dan mencegah erosi sehingga dapat
menunjang konservasi di daerah kering. Keuntungan utama pengolahan tanah
menurut kontur adalah terbentuknya penghambat aliran permukaan yang
memungkinkan penyerapan air dan menghindari pengangkutan tanah. Oleh sebab
itu, pada daerah beriklim kering pengolahan tanah menurut kontur juga sangat
efektif untuk konservasi ini.
Terasering adalah bangunan konservasi tanah dan air secara mekanis yang dibuat
untuk memperpendek panjang lereng dan atau memperkecil kemiringan lereng
dengan jalan penggalian dan pengurugan tanah melintang lereng. Pembuatan terras
adalah untuk mengubah permukaan tanah miring menjadi bertingkat-tingkat untuk
mengurangi kecepatan aliran permukaan dan menahan serta menampungnya agar
lebih banyak air yang meresap ke dalam tanah melalui proses infiltrasi.
Secara garis besar terasering adalah kondisi lereng yang dibuat bertangga
tangga yang dapat digunakan pada timbunan atau galian yang tinggi dan berfungsi
untuk:
1.

Menambah stabilitas lereng

2.

Memudahkan dalam perawatan (Konservasi Lereng)

3.

Memperpanjang daerah resapan air

4.

Memperpendek panjang lereng dan atau memperkecil kemiringan lereng

5.

Mengurangi kecepatan aliran permukaan (run off)

6.

Dapat digunakan untuk landscaping

 Jenis Jenis Terasering
a. Teras Datar (level terrace)
Teras datar dibuat pada tanah dengan kemiringan kurang dari 3 %
dengan tujuan memperbaiki pengaliran air dan pembasahan tanah. Teras
datar dibuat dengan jalan menggali tanah menurut garis tinggi dan tanah
galiannnya ditimbunkan ke tepi luar, sehingga air dapat tertahan dan
terkumpul. Pematang yang terjadi ditanami dengan rumput.
b. Teras Kridit (ridge terrace)
Teras kridit dibuat pada tanah yang landai dengan kemiringan 3 – 10
%, bertujuan untuk mempertahankan kesuburan tanah. Pembuatan teras kridit

BBPPTP SURABAYA

Tulisan Ilmiah Populer
2014

di mulai dengan membuat jalur penguat teras sejajar garis tinggi dan
ditanami dengan tanaman seperti caliandra.
c. Teras Guludan (cotour terrace)
Teras guludan dibuat pada tanah yang mempunyai kemiringan 10 – 50 % dan
bertujuan untuk mencegah hilangnya lapisan tanah
d. Teras Bangku (bench terrace)
Teras bangku dibuat pada lahan dengan kelerengan 10 – 30 % dan
bertujuan untuk mencegah erosi pada lereng yang ditanami palawija
e. Teras Individu
Teras individu dibuat pada lahan dengan kemiringan lereng antara 30 – 50 %
yang direncanakan untuk areal penanaman tanaman perkebunan di daerah
yang curah hujannya terbatas dan penutupan tanahnya cukup baik sehingga
memungkinkan pembuatan teras individu.
f. Teras Kebun
Teras kebun dibuat pada lahan-lahan dengan kemiringan lereng antara 30 –
50 % yang direncanakan untuk areal penanaman jenis tanaman perkebunan.
Pembuatan teras hanya dilakukan pada jalur tanaman sehingga pada areal
tersebut terdapat lahan yang tidak diteras dan biasanya ditutup oleh vegetasi
penutup tanah. Ukuran lebar jalur teras dan jarak antar jalur teras disesuaikan
dengan jenis komoditas. Dalam pembuatan teras kebun, lahan yang terletak
di antara dua teras yang berdampingan dibiarkan tidak diolah.
g. Teras Saluran
Teras saluran atau lebih dikenal dengan rorak atau parit buntu adalah teknik
konservasi tanah dan air berupa pembuatan lubang-lubang buntu yang dibuat
untuk meresapkan air ke dalam tanah serta menampung sedimen-sedimen
dari bidang olah.
h. Teras Batu
Adalah penggunaan batu untuk membuat dinding dengan jarak yang sesuai di
sepanjang garis kontur pada lahan miring (Anonim, 2004).

BBPPTP SURABAYA

Tulisan Ilmiah Populer
2014

c. Metode kimia
Kemantapan struktur tanah merupakan salah satu sifat tanah yang menentukan
tingkat kepekaan tanah terhadap erosi. Yang dimaksud dengan cara kimia dalam
usaha pencegahan erosi, yaitu dengan pemanfaatan soil conditioner atau bahanbahan pemantap tanah dalam hal memperbaiki struktur tanah sehingga tanah akan
tetap resisten terhadap erosi.
Bahan kimia sebagai soil conditioner mempunyai pengaruh yang besar sekali
terhadap stabilitas agregat tanah. Pengaruhnya berjangka panjang karena senyawa
tersebut tahan terhadap mikroba tanah. Permeabilitas tanah dipertinggi dan erosi
berkurang. Bahan tersebut juga memperbaiki pertumbuhan tanaman semusim
pada tanah liat yang berat (Arsyad, 2000).

D. Teknik Konservasi Pada Kebun Sumber Benih Kopi
Beberapa teknik konservasi pada kebun sumber benih kopi arabika yaitu:
1. Tanaman penguat teras tidak berpengaruh negatif terhadap produksi kopi. Teknik
penggunaan tanaman penguat teras telah mulai diterapkan oleh petani di Propinsi
Aceh dalam rangka

mendukung keberhasilan budidaya kopi organik. Beberapa

tanaman penguat teras yang dapat digunakan antara lain: L. leucocephala, V.
zizanioides, serta M. macrophylla, (Anonim , 2012).
Vetiver zizanioides atau yang biasa kita kenal dengan akar wangi sangat baik untuk
konservasi tanah yaitu:


Membentuk pagar tanaman yang tegak, kaku dan lebat yang memiliki ketahanan
terhadap arus air permukaan dan memiliki akar yang luas dan dalam yang
mengikat tanah dan mencegah keluarnya air dari kanal buatan dan penghanyutan
di dekat penghalang.



Mampu bertahan dari stres kelembaban dan hara dan tumbuh kembali dengan
cepat sesudah hujan.



Meminimalkan berkurangnya hasil panen (penghalang tidak harus berkembang
biak menjadi rumput liar, tidak bersaing untuk kelembapan, hara, dan cahaya, dan
tidak menjadi sarang hama dan penyakit).



Tidak perlu lebar untuk bisa efektif

BBPPTP SURABAYA

Tulisan Ilmiah Populer
2014



Tidak menjadi inang bagi OPT tertentu karena daun Vetiver yang berambut, larva
yang menetaskan telurnya tidak bisa bergerak dengan mudah. Larva jatuh dari
tanaman dan mati di tanah, dengan tingkat kematian tinggi sekitar 90%. Vetiver
juga menjadi sarang bagi serangga yang menguntungkan yang merupakan predator
hama yang menyerang tanaman.



Dapat menjadi suplai bahan yang memiliki nilai ekonomis bagi petani yaitu
sebagai bahan berbagai kerajinan.

2. Pembuatan Rorak. Rorak adalah lubang-lubang buntu dengan ukuran tertentu yang
dibuat pada bidang olah dan sejajar dengan garis kontur. Fungsi rorak adalah untuk
menjebak dan meresapkan air ke dalam tanah serta menampung sedimen-sedimen
dari bidang olah.
Ukuran dan Jarak Rorak
Ukuran dan jarak rorak yang direkomendasikan cukup beragam. Arsyad (2000)
merekomendasikan dimensi rorak: dalam 60 cm, lebar 50 cm dengan panjang
berkisar antara satu meter sampai 5 meter. Jarak ke samping disarankan agar sama
dengan panjang rorak dan diatur penempatannya di lapangan dilakukan secara
berselang-seling seperti pada gambar agar terdapat penutupan areal yang merata.
Jarak searah lereng berkisar dari 10 sampai 15 meter pada lahan yang landai (3% –
8%) dan agak miring (8% – 15%), 5 sampai 3 meter untuk lereng yang miring (15%
– 30%).

BBPPTP SURABAYA

Tulisan Ilmiah Populer
2014

Penempatan rorak berselang seling. Sumber: Arsyad (2006)

Rorak yang dikombinasikan dengan teras gulud (Anonim, 2006)
3. Pembangunan teras yang sebaiknya dikombinasikan dengan penerapan sistem

vegetatif dengan penanaman tanaman penutup tanah di bagian tepi teras maupun di
atas guludan pada teras gulud. Jenis teras yang akan dibangun disesuaikan dengan
kemiringan lahan.
Kemiringan lahan adalah besaran yang dinyatakan dalam derajat / persen (%) yang
menunjukkan sudut yang dibentuk oleh perbedaan tinggi tempat . Kemiringan lahan
dapat digolongkan dalam 7 (tujuh) golongan sebagai berikut:
a. Datar : kemringan lahan antara 0 – 3%
b. Landai/ berombak : kemiringan lahan antara 3 – 8%
c. Bergelombang : kemiringan lahan antara 8 – 15%
d. Berbukit : kemiringan lahan antara 15 – 30%
e. Agak Curam : kemiringan lahan antara 30 – 45%
f. Curam : kemiringan lahan antara 45 – 65%
g. Sangat Curam : kemiringan lahan antara > 65% (teras 3)

BBPPTP SURABAYA

Tulisan Ilmiah Populer
2014

Beberapa pilihan teras yang dapat digunakan pada kebun sumber benih kopi yaitu
teras individu, teras kebun (Tulus, T.2011) teras bangku, teras guludan dan teras
kebun (Dariah et.al, 2012) .

Gambar Penampang melintang teras bangku/tangga

BBPPTP SURABAYA

Tulisan Ilmiah Populer
2014

E. Kesimpulan
Konservasi tanah sangat penting dilakukan pada kebun sumber benih kopi arabika
yang yang banyak dibudidayakan pada lahan miring di daerah pegunungan yang umumnya
mempunyai pola sebaran hujan tidak merata untuk mencegah terjadinya erosi sehingga
produktivitas kebun dapat dijaga. Beberapa metode konservasi tanah yang dapat
digunakan pada kebun sumber benih antara lain penggunaan vegetasi untuk penguat teras,
pembuatan rorak, pembangunan berbagai jenis teras yang disesuaikan dengan kemiringan
lahan.

F. Daftar Pustaka
Arsyad, S. 2000. Pengawetan Tanah dan Air. Departemen Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian.
IPB.
Adi, A. 2003. Degradasi Tanah Pertanian Indonesia Tanggung Jawab Siapa? Tabloid Sinar
Tani, 11 Juni 2003.
Anonim. 2004. Tujuan dan Manfaat Pembuatan Terasering. http://rajinbelajar.net

Anonim. 2006. Rorak . http://bebasbanjir2025.wordpress.com.

Anonim. 2012. Konservasi Tanah dan Air. http://www.slideshare.net.

Buckman, H.O. dan Brady, N.C. 1982. Ilmu Tanah. Terjemahan Prof.Dr. Soegiman.
Bhratara Karya Aksara. Jakarta.
Bappenas. 2002. Indonesia Food Policy Program: Does Indonesia Face a Food Security
Time Bomb? Working Paper No. 11. Bappenas/Departemen Pertanian/USAID/DAI
FOOD POLICY ADVISORY TEAM.

BBPPTP SURABAYA

Tulisan Ilmiah Populer
2014

Dariah, et.al. Teknologi Konservasi Tanah Mekanik. http://baliitanah.litbag.deptan.go.id.

Tulus, T. 2011. Teknologi Pencegahan Tanah Longsor Pada Lahan Perkebunan Dengan
Cara Mekanis.

BBPPTP SURABAYA