ANALISIS KINERJA REKSADANA DI INDONESIA

ANALISIS KINERJA REKSADANA DI INDONESIA
(Studi Kasus: Reksadana Saham Terbaik Dalam 5 Tahun Terakhir Menurut IndoPremier)
Deva Isnaini Romadhona Putra1
Prodi S1 Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Sebelas Maret,
Surakarta

E-mail: Deva.Isnaini@gmail.com
Abstrak
Kinerja reksa dana saham yang baik tergambar jika manajer investasi dapat memberikan
expected return di atas rata-rata pada benchmark (return pasar). Dengan melihat kinerja reksa dana
saham tersebut dapat menjadi pertimbangan bagi investor dalam menanamkan dananya ke reksadana
saham yang mencerminkan kinerja yang baik, sehingga mampu menghasilkan return yang optimal di
masa yang akan datang. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang dianggap
mempengaruhi kinerja reksadana Saham, yaitu; Dana Kelolaan, Kinerja Terdahulu, Stock Selection
Skill, Umur Reksadana, dan Market Timing Ability serta menjelaskan harapan hasil penelitian saya
dalam sudut pandang ekonomi politik.
Pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Penelitian ini dilakukan pada
reksadana saham yang sudah dipublikasikan secara umum oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
selama periode 2012-2016. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
bersumber dari laman www.indopremier.com, www.bareksa.com, www.idx.com, dan www.bi.go.id.
Teknik pemilihan sampel menggunakan purposive sampling dan diperoleh 29 reksa dana saham yang

disertakan dengan kurun waktu 5 tahun sehingga diperoleh 145 sampel yang memenuhi kriteria.
Metode analisis data dalam penelitian ini adalah statistik deskriptif dan regresi data panel metode
pooled least square (PLS) dengan menggunakan software E-views 9.
Hasil penelitian menunjukan bahwa secara simultan terdapat pengaruh signifikan antara stock
selection, market timing, dana kelolaan, umur reksadana dan kinerja terdahulu terhadap kinerja
reksadana saham. berdasarkan pengujian parsial stock selection skill, dana kelolaan dan market
timing ability memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja reksa dana saham di Indonesia.
Sedangkan, kinerja terdahulu dan umur reksadana tidak berpengaruh signifikan terhadap reksadana
saham di Indonesia. Salah satu variabel bebas yaitu dana kelolaan sangat bergantung dengan masuk
atau keluarnya investor dari negara maju sehingga berdampak juga terdahap kinerja reksadana
saham di Indonesia. Hasil tersebut menunjukkan terdapat hubungan dengan salah satu prinsip
ekonomi politik yaitu core-Periphery.
Kata Kunci : Dana Kelolaan, Kinerja Terdahulu, Stock Selection Skill, Umur Reksadana, Market
Timing Ability, Kinerja Reksadana Saham, Core-Periphery

1.

PENDAHULUAN
Pada era modernisasi seperti saat ini
menjadikan

semakin
pentingnya
masyarakat untuk melakukan investasi.
Dalam berinvestasi setidaknya harus
memperhatikan
dua
hal
yaitu

keuntungan (return) yang diperoleh dan
risiko (risk) yang mungkin terjadi.
Menurut Pratomo & Nugraha (2005:
34), kesulitan utama yang dihadapi
pemodal ketika berinvestasi di pasar
saham yaitu pemodal harus melakukan
berbagai analisa dan memonitor kondisi
1

pasar secara terus-menerus yang sangat
menyita waktu. Oleh karena itu, dengan

semakin sulitnya berinvestasi saham
langsung di bursa efek dan semakin
berkembangnya inovasi di pasar modal
maka munculah suatu alternatif produk
investasi portofolio di pasar modal yaitu
reksadana.
Menurut Undang-Undang Pasar
Modal No. 8 Tahun 1995, pasal 1 ayat
(27) didefinisikan bahwa reksadana
adalah wadah yang dipergunakan untuk
menghimpun dana dari masyarakat
pemodal
untuk
selanjutnya
diinvestasikan dalam portofolio efek
oleh manajer investasi. Hal tersebut
semakin
mempermudah
dalam
berinvestasi di pasar modal dikarenakan

dikelola manajer investasi (perusahaan)
yang sudah profesional.
Dalam memilih produk reksadana
saham mana yang dapat menghasilkan
keuntungan di masa yang akan datang,
investor sebaiknya melakukan evaluasi
terhadap kinerja suatu produk reksadana
untuk mendapatkan keuntungan yang
optimal. Metode evaluasi kinerja
portofolio secara khusus yaitu dengan
mengukur risk dan return dari portofolio
investasi reksadana yang bersangkutan.
Terdapat 3 metode penghitungan kinerja
reksadana, antara lain: metode Sharpe,
metode Treynor , dan metode Jensen
(Pratomo & Nugraha, 2005: 195). Guna
melihat kinerja reksadana yang baik,
terdapat beberapa variabel yang dapat
menjadi pertimbangan investor dalam
memilih produk reksadana antara lain:

Dana Kelolaan, Kinerja Terdahulu,
Stock Selection Skill, Umur Reksadana,
dan Market Timing Ability.
Alasan peneliti memilih reksadana
saham sebagai sampel penelitian
dikarenakan
reksadana
saham
merupakan jenis reksadana yang

memiliki keuntungan (return) dan risiko
(risk) paling tinggi serta mengalami
fluktuasi yang tertinggi dibandingkan
dengan jenis reksadana yang lainnya.
Tujuan penelitian ini yaitu untuk
memperkenalkan kepada calon investor
bahwa reksadana memiliki benefit yang
besar, salah satunya kemudahan dalam
pengelolaanya serta pembelianya sangat
terjangkau. Selain itu, tujuan penelitian

ini adalah untuk menunjukkan faktor apa
yang sangat mempengaruhi kinerja
reksadana saham yang baik/buruk agar
investor memperoleh keuntungan yang
optimal.
Keterkaitan penelitian ini dengan
salah satu prinsip ekonomi politik yaitu
core-periphery
adalah salah satu
variabel bebas yaitu dana kelola yang
sangat bergantung dengan
adanya
investor dari luar negeri terutama negara
maju yaitu Amerika Serikat dan negara
Eropa.
2. KERANGKA TEORITIS DAN
HIPOTESIS
Menurut Tandelilin (2010: 48)
reksadana adalah wadah yang berisi
sekumpulan sekuritas yang dikelola oleh

perusahaan investasi dan dibeli oleh
investor. Menurut Jenisnya investasi nya
terdapat empat reksadana, antara lain :
reksadana saham dimana memiliki
tingkat return dan risiko paling besar,
reksadana
campuran,
reksadana
pendapatan tetap, dan yang terakhir
yaitu reksadana pasar uang dimana
memiliki tingkat return dan risiko paling
kecil (Pratomo & Nugraha, 2005: 72).
Menurut Pratomo & Nugraha
(2005: 84) seperti halnya wahana
investasi
lainnya,
disamping
mendatangkan peluang keuntungan,
reksadana pun umumnya mengandung 2
jenis, yakni risiko kerugian karena

2

berkurangnya nilai NAB/Unit yaitu
adanya perubahan kondisi ekonomi,
politik termasuk juga kondisi sosial
(adanya bencana dll.) dan keamanan di
dalam dan luar negeri yang dapat
mempengaruhi kinerja perusahaan dan
risiko likuiditas oleh yaitu risiko
menyangkut kesulitan yang dihadapi
manajer investasi jika sebagian besar
pemegang unit melakukan penjualan
kembali (redemption) atas unit-unit
yang dipegangnya.
Menurut Abbasi et al. (2012)
terdapat
9
keuntungan
dengan
berinvestasi di reksadana, antara lain :

Manajemen yang professional, biaya
yang rendah, likuiditas yang tinggi,
website yang baik dan profesional,
penyebaran informasi yang lengkap
yaitu dalam bentuk prospektus,
pengawasan dapat dilakukan secara
online, dan yang terakhir modal
investasi dapat diversifikasi ke berbagai
bentuk investasi seperti saham, obligasi,
SBI dll.

menjadi OJK). Berikut ini mekanisme
kerja dalam reksadana berbentuk
Kontrak Investasi Kolektif (KIK)
(Pratomo & Nugraha, 2005: 43)
Gambar 2. Mekanisme Kerja Reksadana

a)

Kinerja Reksa Dana Saham

Kinerja sebuah portofolio
tidak bisa hanya melihat tingkat
return yang dihasilkan portofolio
tersebut,
tetapi
juga
harus
memperhatikan faktor-faktor lain
seperti tingkat risiko portofolio
tersebut. Dengan berdasarkan pada
teori pasar modal, beberapa ukuran
kinerja
portofolio
sudah
memasukkan faktor return dan
risiko
dalam
perhitungannya
(Trisnopati & Titik: 2015). Pada
penelitian ini, meggunakan metode

Sharpe dengan rumus sebagai
berikut:

b)

Dana Kelolaan
Menurut Hermawan dan
Wiagustini (2016), dana kelolaan
reksadana dapat dilihat berdasarkan
nilai Asset Under Management
(AUM) tahunan.

Gambar 1. Keuntungan Berinvestasi di
Reksadana

Sumber: Abbas et al. 2012. Benefit Mutual Fund

Mekanisme kerja yang terjadi
dalam reksadana, selain melibatkan
Manajer Investasi, Bank Kustodian dan
investor juga melibatkan pelaku
(perantara) di pasar modal (broker) serta
di pasar uang (bank) serta pengawasan
yang dilakukan oleh Bapepam (saat ini

3

c) Kinerja Terdahulu (Past
Performance)
Menurut Bitomo & Muharam
(2016),
Kinerja
masa
lalu
mencerminkan kemampuan reksa
dana dalam menghasilkan return
atau tingkat pengembalian yang
diberikan untuk para investornya
pada tahun lalu. Metode yang
digunakan dalam mengukur kinerja
reksadana masa lalu yaitu dengan
metode
pengukuran
Sharpe.
Sehingga past performance dapat
dihitung dengan rumus:
Srd (t − 1) = Rrd (t − 1) – Rfr (t − 1)
σ (t − 1)

d) Stock Selection Skill
Menurut
Waelan
(2008)
Kemampuan
memilih
saham
merupakan kemampuan manajer
investasi untuk memilih sahamsaham yang under valued yang akan
dimasukkan kedalam portofolio dan
diprediksi mempunyai kinerja yang
lebih baik masa mendatang. Dalam
menentukan stock selection skill dan
market timing ability, penelitian ini
menggunakan metode Treynor dan
Mazuy.
e) Umur Reksadana (Fund Age)
Menurut
Hermawan
dan
Wiagustini (2016), Suatu produk
reksadana yang memiliki usia yang
lebih lama memiliki pengalaman
yang lebih banyak dibandingkan
dengan yang masih baru, semakin
lama usia reksa dana semakin
banyak
pengalaman
manajer
investasi yang kemungkinan akan

menghasilkan kinerja yang lebih
baik.
f) Market Timing Ability
Market timing ability adalah
kemampuan manajer investasi dalam
rangka mengelola portofolio yaitu
membeli saham-saham dengan beta
diatas satu pada saat pasar akan naik,
dan menjualnya dengan mengganti
membeli saham dengan beta di
bawah satu

ketika pasar akan turun
(Manurung,
dalam
Putri
&
Haryanto: 2016). Dalam penelitian
ini menggunakan metode Treynor &
Mazuy. Berikut ini persamaan
metode Treynor dan Mazuy :
Rp – Rf = α +

(Rm - Rf) + (Rm - Rf)2

g) Teori Core-Periphery
Teori
Core-Periphery
dikembangkan oleh John Friedman
(dalam El Aiyubbi & Wijayanti:
2014) yang menyatakan bahwa
daerah itu terbagi menjadi dua
bagian besar, yaitu pusat yang
dinanis (core) dan pinggiran yang
statis (phery). Teori ini menekankan
bahwa ada hubungan yang erat
antara daerah pusat yang dinamis
(kota) dan derah pinggiran yang
statis (desa). Perkembangan daerah
perkotaan akan sangat ditentukan
oleh
daerah
di
sekitarnya.
Sebaliknya perkembangan daerah
pedesaan
juga
akan
sangat
dipengaruhi oleh daerah perkotaan.

4

Menurut Hoogvelt (dalam Jati:
2013), core-periphery sendiri terjadi
karena pola disruptif ekonomi yang
ditimbulkan
oleh
masuknya
ekonomi swasta asing ke negaranegara Selatan (periphery). Letak
disruptifnya terletak pada pelaku
pasar yang cirinya antara lain
kompromi terhadap pasar, kebijakan
pintu terbuka untuk mendorong
investasi
dan
perdagangan
internasional, serta berorientasi pada
ekspor
tanpa
memperdulikan
penguatan ekonomi nasional dalam
globalisasi. Meskipun secara makro
ekonomi, negara selatan (periphery)
mengalami kenaikan pendapatan dan
pertumbuhan instan, namun kedua
hal itu lebih banyak ditopang oleh
kekuatan asing. Akibatnya setelah
semuanya terkuras habis, Selatan
(periphery) kemudian menjadi
kekuatan yang dikuasai oleh Utara
(core).
Dalam
diskursus
teori
pembangunan (Setiadi: 2009) istilah
pusat-pinggiran
(core-periphery)
pertama kali dimunculkan oleh para
penganut teori ketergantungan
(Dependency
Theory).
Teori
ketergantungan itu sendiri muncul
pertama kali di kalangan ahli
ekonomi Marxis dari Amerika Latin,
seperti Raul Prebisch, Paul Baran,
Andre Gunder Frank, Celso Furtado,
Theotonio dos Santos dan F. H.
Cardoso. Secara garis besar, tesistesis utama teori ini merupakan
reaksi kritis terhadap pandangan
Teori Modernisasi dan Teori
Pertumbuhan
Ekonomi
yang
dilandasi oleh aliran ekonomi NeoKlasik.

Andre Gunder Frank (dalam
Kasnawi & AT: 2014) sebagai
pencetus teori ketergantungan,
dalam salah satu tulisannya yang
berjudul
Capitalism
and
in
Underdevelopment Latin America
(1967) menyatakan bahwa kontak
antara negara-negara core "pusat"
dan
negara-negara
periphery
"pinggiran" lah yang menyebabkan
keterbelakangan antara negaranegara periphery. Kontak tersebut
yang
menyeret
negara-negara
periphery masuk ke dalam sistem
kapitalisme dunia dan kemudian
terperangkat di dalamnya.
Meskipun demikian, Frank
(dalam Samudro, Bloch, dan Salim:
2015) juga menyatakan bahwa
surplus ekonomi harus dihasilkan
oleh interkoneksi antara daerah
perkotaan dan pedesaan. Frank
mengamati bahwa skala ekonomi
akan terus bergerak dari daerah
perkotaan (core) ke daerah pedesaan
(periphery). Menurut perspektif
Frank, pengalihan skala ekonomi
antara daerah perkotaan dan
pedesaan harus terjadi sehingga
kedua wilayah tersebut dapat
tumbuh bersama secara bersamaan.
Menurut teori ketergantungan
dari Dos Santos (dalam Kasnawi &
AT: 2014) menyatakan bahwa negara
pinggiran bisa juga berkembang,
meskipun
perkembangan
ini
merupakan perkembangan yang
masih tergantung dengan negara inti.
Dinamika perkembangan ini tidak
datang dari negara pinggiran tersebut,
tetapi dari negara inti nya (core).
Karena adanya perbedaan struktur
internal antara negara maju dengan
negara terbelakang sehingga negaranegara
terbelakang
mengalami
5

ketidakadilan
dalam
hubungan
tersebut. Proses ketidakadilan ini
sesungguhnya berasal dari dominasi
negara-negara maju sebagai pemilik
modal
dalam
menentukan
kebijaksanaan investasinya sehingga
investasi tersebut meskipun dirasakan
positif oleh negara-negara sedang
berkembang, tetap menimbulkan
ketimpangan dalam perolehan nilai
surplus yang masuk ke masingmasing negara. Nilai surplus ini
biasanya lebih banyak yang mengalir
ke negara investor daripada ke negara
yang dibantu.
h) Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan
oleh See dan Jusoh (2012) terhadap
reksadana konvensional di Malaysia
menunjukkan
bahwa
adanya
pengaruh positif tetapi tidak
signifikan dari dana kelolaan (fund
size) terhadap kinerja reksa dana
konvensional. Hasil tersebut sejalan
dengan penelitian dari Bitomo &
Muharam (2016) dan Purwanto &
Musdholifah (2016). Meski dana
yang lebih besar bisa menikmati
skala ekonomi dan memberikan
imbal hasil yang lebih tinggi
dibandingkan dana yang lebih kecil,
hasilnya
menunjukkan
adanya
hubungan yang tidak signifikan
antara dana kelolaan dan kinerja
reksadana di Malaysia.
Menurut
penelitian
dari
Desiyanti (2014), menjelaskan
adanya keterkaitan antara kinerja
dimasa lalu (past performance)
dengan kinerja dimasa yang depan.
Hasil tersebut sejalan dengan
penelitian dari Bitomo & Muharam
(2016) dimana variabel past
performance berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kinerja reksa

dana. Hal ini menjelaskan bahwa
kinerja historis reksadana menjadi
pertimbangan utama bagi investor
dalam memilih kinerja reksadana.
Kinerja masa lalu merupakan salah
satu petunjuk bagi reksadana
tersebut dimasa yang akan datang.
Informasi mengenai kinerja dimasa
lalu (past performance) bermanfaat
bagi investor sehingga dalam
memilih reksadana yang baik.
Hasil penelitian dari Trisnopati
& Titik (2015) menunjukkan bahwa
stock selection skill berpengaruh
positif signifikan terhadap kinerja
reksadana saham di Indonesia. Hal
ini berkaitan dengan analisis statistik
deskriptif yang menunjukkan bahwa
dari 23 sampel yang mempunyai
stock selection skill dibawah ratarata atau memiliki kinerja reksadana
saham yang baik. Hal ini
membuktikan bahwa stock selection
skill yang tinggi menunjukkan
adanya kinerja reksadana saham
yang tinggi juga. Hasil tersebut
sejalan dengan penelitian dari
Alexandri (2013) dimana variabel
stock selection skill berpengaruh
positif signifikan terhadap kinerja
reksadana.
Penelitian yang dilakukan
Alexandri
(2013)
terhadap
reksadana saham di Indonesia
periode 2008-2011 menunjukkan
bahwa variabel umur reksadana
(fund age) berpengaruh positif
signifikan
terhadap
kinerja
reksadana saham di Indonesia. Hasil
tersebut sejalan dengan penelitian
dari Bitomo & Muharam (2016) dan
Purwanto & Musdholifah (2016).
Dapat dikatakan bahwa semakin tua
umur manajer investasi reksadana

6

maka menunjukkan pengalaman
dalam mengelola reksa dana.
Putri & Haryanto (2014)
meneliti pengaruh market timing
ability, stock selection skill, expense
ratio dan tingkat risiko terhadap
kinerja reksadana saham KIK di
Indonesia periode 2009-2013. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa
variabel market timing ability
berpengaruh
positif
signifikan
terhadap kinerja reksadana saham
KIK. Hal tersebut menjadikan
kemampuan manajer investasi dalam
menjual maupun membeli jenis
saham di waktu yang tepat, akan
meningkatkan kinerja dari reksadana
saham tersebut. Hasil tersebut
bertentangan dengan penelitian dari
Alexandri (2013) dan Trisnopati &
Titik (2015) dimana variabel market
timing ability berpengaruh negatif
signifikan
terhadap
kinerja
reksadana.
i) Hipotesis
 HA1 = Variabel dana kelolaan
(fund size) diduga berpengaruh
positif dan signifikan terhadap
kinerja reksadana saham di
Indonesia periode 2012-2016.
 HA2 = Variabel
kinerja
terdahulu (past performance)
diduga berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kinerja
reksadana saham di Indonesia
periode 2012-2016.
 HA3 = Variabel stock selection
skill diduga berpengaruh positif
dan signifikan terhadap kinerja
reksadana saham di Indonesia
periode 2012-2016
 HA4 = Variabel umur reksadana
(fund age) diduga berpengaruh
positif dan signifikan terhadap



kinerja reksadana saham di
Indonesia periode 2012-2016.
HA5 = Variabel market timing
ability diduga berpengaruh
positif dan signifikan terhadap
kinerja reksadana saham di
Indonesia periode 2012-2016.

3. METODE PENELITIAN
Pendekatan dalam penelitian ini
menggunakan pendekatan kuantitatif
karena informasi atau data diwujudkan
dalam bentuk angka dan dianalisis
berdasarkan analisis statistik. Penelitian
ini dilakukan pada reksadana saham
yang sudah dipublikasikan secara umum
di Otoritas Jasa Keuangan (OJK) selama
periode 2012-2016. Waktu penelitian
dimulai pada Bulan September 2017 Januari 2018.
Data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data sekunder yaitu
sumber data yang diperoleh secara tidak
langsung seperti dari website, publikasi
dll. Jenis data yang digunakan adalah
kombinasi antara time series dan cross
section data yang disebut data panel
antara tahun 2012 s.d 2016.
Sumber data dalam penelitian ini
adalah reksadana saham terbaik dalam 5
tahun terakhir yang diambil dari laman
www.indopremier.com,
kinerja
reksadana saham dan dana kelolaan dari
laman www.bareksa.com, IHSG yang
menjadi benchmarking (www.idx.co.id)
serta BI Rate yang sebagai risk free
(www.bi.go.id). Teknik sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
purposive sampling dengan kriteria
sebagai berikut :

7

Tabel 1. Kriteria Pengambilan Sampel

b)

Berdasarkan hasil pengujian
hipotesis secara parsial yang telah
dilakukan,
kinerja
terdahulu
memiliki nilai prob lebih dari 0,05,
maka berbeda dengan ketentuan
bahwa HA2 ditolak yang dapat
diartikan bahwa kinerja terdahulu
tidak
mempunyai
pengaruh
signifikan terhadap kinerja reksa
dana saham. Dengan semakin
bagusnya kinerja sebelumnya,
maka belum tentu berpengaruh
terhadap kinerja reksadana di masa
datang.

Total sampel yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu 145 sampel yang
terdiri dari 29 reksadana saham dengan
periode waktu penelitian selama 5 tahun.
Teknik
analisis
data
yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis statistik deskriptif dan analisis
regresi data panel yang merupakan
gabungan dari data time series dana
cross section.
4.

c)

ANALISIS DATA DAN
PEMBAHASAN
a)

Pengaruh Stock Selection Skill
Terhadap Kinerja Reksa Dana
Saham
Berdasarkan hasil pengujian
hipotesis secara parsial yang telah
dilakukan, stock selection skill
memiliki nilai prob 0,0000 < 0,05,
maka sesuai dengan ketentuan
bahwa HA3 diterima yang dapat
diartikan bahwa stock selection skill
mempunyai pengaruh signifikan
terhadap kinerja reksa dana saham.
Semakin bagusnya kemampuan
manajer investasi dalam memilih
portofolio investasinya, maka
kinerja reksadana tersebut juga
akan baik.

Pengaruh Dana Kelolaan (fund size)
Terhadap Kinerja Reksa Dana
Saham
Berdasarkan hasil pengujian
hipotesis secara parsial yang telah
dilakukan, dana kelolaan memiliki
nilai prob 0,0000 < 0,05, maka
sesuai dengan ketentuan bahwa
HA1 diterima yang dapat diartikan
bahwa dana kelolaan mempunyai
pengaruh
signifikan
terhadap
kinerja reksa dana saham. Sehingga
dengan semakin banyaknya dana
kelolaan bagi produk reksadana
dapat
lebih
leluasa
dan
memaksimalkan peran manajer
investasi dalam menanamkan
modal di berbagai portofolio
investasi.

Pengaruh
Kinerja
Terdahulu
Terhadap Kinerja Reksa Dana
Saham

d)

Pengaruh
Umur
Reksadana
Terhadap Kinerja Reksa Dana
Saham
Berdasarkan hasil pengujian
hipotesis secara parsial yang telah
dilakukan,
umur
reksadana
memiliki nilai prob lebih dari 0,05,
maka berbeda dengan ketentuan
HA4 bahwa hipotesis ditolak yang
dapat diartikan bahwa umur
8

reksadana mempunyai pengaruh
tidak signifikan terhadap kinerja
reksa dana saham. Sehingga,
meskipun umur produk reksadana
tersebut lebih tua, belum tentu
berpengaruh terhadap peningkatan
kinerja.
e)

Pengaruh Market Timing Ability
Terhadap Kinerja Reksa Dana
Saham
Berdasarkan hasil pengujian
hipotesis secara parsial yang telah
dilakukan, market timing ability
memiliki nilai prob kurang 0,05,
maka sesuai dengan ketentuan HA5
bahwa hipotesis diterima yang
dapat diartikan bahwa market
timing ability mempunyai pengaruh
signifikan terhadap kinerja reksa
dana saham.

f)

Pengaruh Secara Simultan Variabel
Bebas Terhadap Variabel Terikat
Dilihat dari probabilitas FStatistik
menunjukkan
hasil
dibawah 0,05 yang artinya variabel
dana kelolaan, kinerja terdahulu,
stock
selection
skill,
umur
reksadana, dan market timing
ability
secara
bersama-sama
berpengaruh signifikan terhadap
kinerja reksadana saham di
Indonesia.

g)

Keterkaitan Hasil Penelitian dengan
Prinsip Ekonomi Politik
Dilihat dari variabel dalam
penelitian ini yang berkaitan
dengan prinsi ekonomi politik yaitu
core-periphery
dan
termasuk
didalam
teori
ketergantungan
adalah variabel dana kelolaan.

Hal itu disebabkan karena
variabel tersebut sangat bergantung
adanya modal investor asing yang
masuk di Indonesia. Hal tersebut
sesuai pernyataan dari Hoogvelt
(dalam Jati: 2013) dimana pola
disruptif ekonomi ditimbulkan oleh
masuknya ekonomi swasta asing ke
negara-negara Selatan (periphery).
Jika modal asing yang kebanyakan
dari investor amerika dan benua
eropa tersebut keluar dari Indonesia
salah satu nya adanya kebijakan
kenaikan suku bunga dari bank
sentral Amerika Serikat The Fed
maka dana kelolaan dari produk
reksadana akan turun sehingga
berdampak pada kinerja reksadana
tersebut. Dampak ke sisi makro
ekonomi adalah dengan keluarnya
modal dari luar negeri dapat
berdampak pada nilai kurs rupiah
akan melemah terhadap dollar dan
berdampak juga pada sisi impor
(multiplier effect).
Meskipun jumlah investor
dari asing sedikit, akan tetapi
mampu menguasai total modal
sebesar 60%. Negara-negara maju
sebagai pemilik modal dalam
menentukan
kebijaksanaan
investasinya
menimbulkan
ketimpangan dalam perolehan nilai
surplus yang masuk ke masingmasing negara. Nilai surplus ini
biasanya lebih banyak yang
mengalir ke negara investor
daripada ke negara yang dibantu
(Kasnawi & AT: 2014).

9

5. KESIMPULAN, IMPLIKASI,
SARAN DAN BATASAN
Dapat disimpulkan bahwa variabel
dana kelolaan, stock selection skill, dan
market timing ability memiliki pengaruh
signifikan terhadap reksadana saham di
Indonesia. Sedangkan, variabel kinerja
terdahulu dan umur reksadana tidak
berpengaruh signifikan terhadap kinerja
reksadana
saham
di
Indonesia.
Meskipun demikian, secara simultan
variabel bebas tersebut secara bersamasama berpengaruh signifikan terhadap
kinerja reksadana saham di Indonesia.
Variabel bebas tidak signifikan
menunjukkan bahwa dengan umur
reksadana yang lebih tua dan kinerja
reksadana terdahulu tidak dapat menjadi
acuan terhadap kinerja reksadana di
masa yang akan datang.
Keterkaitan variabel dana kelolaan
terhadap salah satu prinsip ekonomi
politik yaitu “core-periphery” adalah
dengan bergantungnya dana kelolaan
dari luar negeri dimana investor asing
tersebut mendominasi jumlah modal di
reksadana saham, maka pengaruh global
sangat berdampak terhadap kinerja dari
reksadana dan secara lebih luas
menimbulkan multiple effect bagi
ekonomi makro Indonesia khususnya
nilai kurs terhadap dollar AS.
Saran bagi investor adalah perlunya
memahami variabel tersebut terutama
dana kelolaan, stock selection skill, dan
market timing ability dikarenakan
variabel tersebut sangat berpengaruh
terhadap baik atau buruknya kinerja dari
reksadana saham. Hal tersebut dapat
dilihat di prospektus produk reksadana
sebelum memilih mana produk yang
akan dibeli.
Saran bagi manajer investasi harus
memberikan perhatian utama pada stock

selection dan market timing dalam
mengelola dana investor. Sebab, stock
selection dan market timing yang
dilakukan oleh manajer investasi akan
mempengaruhi kinerja reksa dana saham
yang mereka kelola sehingga akan
meningkatnya investor yang ingin
berinvestasi pada reksa dana saham yang
mereka kelola.

Saran bagi pemerintah adalah
perlunya melakukan sosialisasi terkait
produk reksadana agar masyarakat
mengerti apa itu reksadana, menjelaskan
kelebihan
dan
kekurangan
dari
reksadana, serta menjelaskan bagaimana
sistem keuntungan dan risiko dalam
investasi di reksadana. Hal tersebut
dikarenakan reksadana merupakan salah
satu alat investasi dan mampu
menghasilkan keuntungan yang optimal
di masa yang akan datang dibandingkan
hanya menabung di Bank yang akan
tergerus dengan inflasi.
Batasan dalam penelitian ini adalah
sulitnya mencari sumber referensi baik
teori maupun penelitian terdahulu/
literature review yang terkait.

DAFTAR PUSTAKA

Abbasi et al. 2012. Effect of Fund
Size on the Performance of Mutual
Funds Evidence from Iran. Journal of
Basic and Applied Scientific Research
Vol 2(7), 6889-6902.
Alexandri, Mohammad Benny.
2013. Analysis of Mutual Fund’s
Performance and Persistence in
Indonesia. International Journal of
Science and Research (IJSR), 14041408.

10

Bitomo, Habib., Muharam, Harjum.
2016. Analisis Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Kinerja Reksadana di
Indonesia
(Studi
Empiris
pada
Reksadana Konvensional di Indonesia
Periode
2012-2014).
Dipenogoro
Journal of Management Vol 5(2), 1-14.
Desiyanti, Rika. 2014. Persistensi
dan Konsistensi Kinerja Reksadana di
Indonesia. Jurnal Kajian Manajemen
Bisnis, Vol 3(1).
El
Aiyubbi,
Dityawarman.,
Wijayanti, Diana. 2014. Pengaruh
Regional Spillover Terhadap PDRB
Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun
1996-2010. Jurnal Aplikasi Bisnis Vol
15(9), 1777-1798.
Hermawan, Denny., Wiagustini, Bi
Luh Putu. 2016. Pengaruh Inflasi, Suku
Bunga, Ukuran Reksadana, dan Umur
Reksadana
Terhadap
Kinerja
Reksadana. E-Jurnal Manajemen Unud
Vol 5(5), 3106 – 3133.
Jati, Wasisto Raharjo. 2013.
Ketimpangan Utara-Selatan Dalam
Globalisasi. Jurnal Studi Hubungan
Internasional Vol 2(2), 83-102.

Purwanto, Musdholifah. 2016. The
Effect of Age and Size to Mixed Mutual
Fund Performance in Indonesia.
International Journal of Social Science
and Economic Research Vol (1) issue
(1), 106-119.
Putri, Cicilia Heny Mungkas.,
Haryanto, A. Mulyo. 2014. Analisis
Pengaruh Market Timing Ability, Stock
Selection Skill, Expense Ratio dan
Tingkat Risiko Terhadap Kinerja
Reksadana Saham (Studi Pada Reksa
Dana Saham Jenis KIK Periode 20092013). Dipenogoro
Journal
of
Management, 1-10.
Rehman, Alam., Baloch, Qadar
Bakhsh. 2015. Factors Affecting
Mutual Fund Performance In Pakistan:
Evidence From Open Ended Mutual
Funds. Abasyn Journal of Social
Sciences Vol 9(2), 211-219.
Republik Indonesia. 1995. UndangUndang No. 8 Tahun 1995 tentang
Pasar Modal.

Kasnawi, M Tahir., AT, Ramli.
2014. Konsep dan Teori Pembangunan
[Modul]. Jakarta: Universitas Terbuka.

Samudro, Bhimo Rizky., Bloch,
Harry., Salim, Ruhul. 2015. Uneven
Regional Pattern of Ecological Capital
in Indonesia: A Heterodox-Political
Economy Perspective. International
Journal of Green Economics Vol (9)
Issue 3-4, 258-272.

Nazir, Mian Sajid., Nawaz,
Muhammad Musarat. 2010. The
Determinants of Mutual Fund Growth
in Pakistan. International Research
Journal of Finance and Economics
Issue 54, 75-84.

See, Yong Pui., Jusoh, Ruzita.
2012. Fund Characteristics and Fund
Performance: Evidence of Malaysian
Mutual Funds. International Journal of
Economics and Management Sciences
Vol 1(9), 31-43.

Pratomo, Eko Priyo., Nugraha,
Ubaidillah.
2005.
REKSADANA
“Solusi Perencanaan Investasi di Era
Modern”, Edisi Keempat. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.

Setiadi, Hafid. 2009. Konsep PusatPinggiran: Sebuah Tinjauan Teoritis
[Working Paper]. Depok: Universitas
Indonesia.

11

Tandelilin,
Eduardus.
2010.
Portofolio dan Investasi Teori dan
Aplikasi, Edisi Pertama. Yogyakarta:
Kanisius.
Trisnopati, Titik Farida. 2015.
Pengaruh Stock Selection, Market
Timing, dan Ukuran Reksadana
Terhadap Kinerja Reksadana Saham
(Studi Kasus pada Reksadana Saham
yang Terdaftar di Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) Periode 2011-2014).
Journal e-Proceeding of Management
Vol 2(3), 3491- 3497.

Waelan.
2008.
Kemampuan
Memilih Saham dan Market Timing
Manajer Investasi Reksadana Saham di
Bursa Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi
dan Auditing Indonesia Vol 2(12), 167176.
www.Bareksa.com
www.idx.co.id
https://www.indopremier.com
www.bi.go.id

12