10 SEPULUH PROBLEMATIKA DAN SOLUSI PEMBA

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam membangun daerah yang baru, terutama bagi daerah hasil pemekaran, perlu
dirancang suatu perencanaan strategis dan terarah dalam mewujudkan visi pemerintahan yaitu
masyarakat yang adil dan makmur serta pemerataan keesempatan, namun untuk mewujudkan hal
ini bukanlah suatu hal yang gampang seperti yang diucapkan, tapi perlu adanya pendekatanpendekatan dan strategi yang tepat agar pembangunan tepat sasaran dan memiliki Multiplier
effect yang juga dapat membangitkan sektor-sektor lain yang berhubungan langsung bagi
pendapatan masyarakat. Kabupaten Karimun merupakan daerah hasil pemekaran dari
terbentuknya Propinsi Kepulauan Riau yang dipisahkan dari Propinsi Riau,yang merupakan
daerah yang sangat kaya atas Sumber Daya Alam jika dibandingkan dengan Kepulauan Riau
yang baru mekar maka hal ini akan berimbas terhadap pendapatan daerah yang akan berimplikasi
terhadap biaya pembangunan daerah. Kurangnya pemberdayaan Sumber Daya yang ada di
Kabupaten Karimun serta masih rendahnya investasi terhadap pengembangan sumber daya local
dan Belem tersusunnya pengembangan perekonomian berdasarkan keunggulan lokal yang
dimiliki ,maka permasalahan tersebut menyebabkan pembangunan perekonomian Kabupaten
Karimun berjalan lambat,hal ini tercermin dari perhitungan PDRB Kabupaten Karimun di
peroleh laja pertumbuhan ekonomi Karimun pada tahun 2001 sebesar 7,85 persen, pada tahun
2002 turun menjadi 5,79 persen, pada tahun 2003 turun lagi menjadi 5,42 persen, pada tahun
2004 semakin turun menjadi 5,05 persen, baru pada tahun 2005 naik menjadi 5,61 persen .
Sebagai daerah laut yang sangat strategis yang langsung berbatasan dengan Negara tetangga

yakni Singapura dan Malaysia,serta kota-kota strategis seperti Batam,dan Bengkalis,maka perlu
adanya perencanaan pembangunan yang terarah serta menggali berbagai potensi lokal yang bisa
dijadikan sebagai andalan bagi penerimaan daerah (PAD).
2.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, rumusan masalah yang akan di bahas adalah:
1.

Bagaimana gambaran singkat profil Kabupaten Karimun Propinsi Kepulauan Riau?

2.

Problematika Apa Saja yang Terjadi dalam pembangunan di Kabupaten Karimun Propinsi
Kepulauan Riau?
1

BAB II
PEMBAHASAN
10 (SEPULUH) PROBLEMATIKA DAN SOLUSI PEMBANGUNAN KABUPATEN
KARIMUN
2.1 Profil Kabupaten Karimun

a. Wilayah
Kabupaten Karimun dibentuk berdasarkan Undang-undang nomor 53 tahun 1999. Pada awal
terbentuknya wilayah Kabupaten karimun terdiri dari tiga kecamatan, yakni Kecamatan
Karimun, Moro dan Kundur. Selanjutnya berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Karimun
nomor 16 tahun 2001, maka wilayah Kabupaten karimun dimekarkan menjadi 8 kecamatan, dan
akhirnya berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Karimun nomor 10 tahun 2004 dimekarkan
lagi menjadi 9 kecamatan yaitu Kecamatan Karimun, Meral, Tebing, Kundur Kota, Kundur
Utara, Kundur Barat, Durai, Moro dan Buru. Sementara jumlah kelurahan sebanyak 22
Kelurahan dan 32 Desa dengna 327 RW dan 945 RT.
Berdasarrkan luasan wilayahnya, Kabupaten Karimun merupakan Daerah kepulauan yang
mempunyai luas 7.984 kilometer persegi yang terdiri dari wilayah daratan seluas 1.524 kilometer
persegi dan wilayah perairan seluas 6.460 kilometer persegi. Secara astronomis terletak antara 0
derjat 35 detik lintang utara sampai dengan 1 derjat 10 detik Lingtang Utara dan 1103 derjat 30
detik Bujur Timur sampai dengan 104 derjat Bujur Timur .
Kabupaten Karimun Berbatasan Langsung Dengan:
Utara : Selat Malaka dan Singapura
Selatan: Kecamatan Kateman Kabupaten Indragiri Hilir
Barat : Kecamatan Rangsang, Kabupaten Bengkalis dan Kecamatan Kuala Kampar, Kabupaten
Pelalawan.
Timur : Kota Batam dan Kepulauan Riau.

Sebagai daerah kepulauan, Kabupaten Karimun memiliki 245 pulau dimana 3 diantaranya
merupakan pulau-pulau yang besar, yakni pulau Karimun, Pulau Kundur dan Pulau Sugi. Dari
245 pulau tersebut dimana wilyah Kabupaten Karimun terdiri dari 73 pulau berpenghuni, 172
pulau tidak berpenghuni, 200 pulau bernama dan 45 pulau tidak bernama.
2

b. Tentang Daratan dan Perairan
Kabupaten Karimun merupakan wilayah yang relative datar dan landai dengan ketinggian 2500 meter diatas permukaan laut. Sebagian wilayah Kabupaten Karimun merupakan
pegunungan/ perbukitan dengan kemiringan 40 dan ketinggian 20-500 meter diatas permukaan
laut, yang terdapat di Utara Pulau Karimun.
Disamping itu pada beberapa pulau diwilayah Kabupaten karimun terdapat rawa-rawa.
Kemudian, dilihat dari keberadaan potensi wilayahnya maka wilayah laut Kabupaten Karimun
merupakan perairan yang subur karena sebagian wilayahnya berada pada Selat Malaka.
c.

Tentang Iklim

Sebagaiman daerah Tropis lainnya, Kabupaten Karimun hanya mengenal dua musim yaitu
musim Kemaru dan musim Hujan. Temperatur udara rata-rata mencapai 27.2 derjat, kelembatan
udara 85 persen.

Musim kemaru pada umumnya terjadi di Kabupaten karimun sepanjang bulan Pebruari
sampai dengan bulan Juni. Sedangkan bulan Januari mengalami curah hujan rata-rata pertahun
mencapai 238.6 milimeter. Kecepatan angin maksimun terjadi pada musim hujan dengan ratarata kecepatan perhari 4 knot.
2.2 10 (Sepuluh) Problematika Pembangunan dan Solusi di Kabupaten Karimun
1. Pembangunan Tanggul Urung Teluk Radang Karimun
Pembangunan tanggul penahan ombak sepanjang 23 kilometer, dari Urung Teluk Radang ke
Gading, Tanjungbatu Kundur, Kabupaten Karimun, mulai menuai masalah. Hal itu ditandai dari
adanya temuan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) atas pelaksanaan megaproyek pembangunan
tanggul sepanjang 23 km di Kabupaten Karimun sejak 2013, yang menelan dana Rp8,9 miliar.
Kemudian ditambah temuan BPK pada pelaksanaan pekerjaan tahun 2014 yang menelan dana
Rp16 miliar.
Tahun 2013 dengan alokasi dana Rp8,9 miliar sempat juga bermasalah, dan menjadi temuan
BPK. Demikian juga pada 2014, dengan alokasi dana Rp16 miliar, juga terindikasi bermasalah,
karena hingga akhir pelaksanaan pekerjaan tahap II ini juga tidak selesai 100 persen, Tetapi
pembayaran sudah dilakukan 100 persen. (BATAMTODAY.COM)

3

Sementara itu, dari pelaksanaan peninjauan yang dilaksanakan DPRD Kepri dan Kabid Bina
Marga Dinas PU Kepri, selain pelaksanaan pembangunan, lokasi lahan proyek didapati juga

bermasalah. Salah seorang warga pemilik lahan di kawasan 23 km pembangunan tanggul itu,
mematok kawasan lahannya karena keberatan dengan pelaksanaan pembangunan tersebut.
Sekretaris Komisi III DPRD Kepri, Sofiyan Samsir, yang turun dan ikut melaksanakan
peninjauan, mengatakan pemilik lahan masih memagar lokasi proyek dengan sejumlah kayu,
hingga alat berat proyek tidak dapat masuk dan melakukan pengerjaan di lokasi proyek.
Sangat prihatin melihat kondisi ini, karena alokasi dana dan pelaksanaan pembangunan
sudah dari 2013 dilaksanakan, dan pada 2015 ini Pemprov Kepri kembali mengalokasikan dana
pembangunan Rp 30 miliar tapi kalau masalah lahan belum selesai, hal ini sangat
memprihatinkan.
Sofiyan Samsir juga meminta, pada Kepala Dinas PU Kepri, agar dapat menyelesaikan
permasalahan lahan warga, agar tidak menjadi kendala dalam pelaksanaan pembangunan
megaproyek yang menelan dana Rp 54 miliar tersebut.
Sebagaimana diketahui, pelaksanaan megaproyek Tanggul Urung Teluk Radang-Gading di
Kecamatan Kundur Utara Kabupaten Karimun akan menelan dana Rp 94 miliar lebih APBD
Kepri. Sebab pelaksanaannya telah dilaksanakan sejak 2013 dengan alokasi dana Rp 8,9 miliar.
Kemudian pada 2014, Pemprov Kepri kembali mengalokasikan dana Rp 16 miliar untuk proyek
lanjutan, dan pada 2015 ini, kembali dialokasikan Rp 30 miliar.
Dalam Musrenbang Daerah Provinsi Kepri untuk APBD 2016, Pemprov Kepri juga
berencana mengalokasikan dana Rp 45 miliar guna kelanjutkan pelaksanaan megaproyek
penahan ombak dan akses darat menuju Sumatera dan bahkan ke daerah Kukup, Johor Baru,

Malaysia itu.
Solusi dari permasalahan pembangunan Tanggul Urung Teluk Radang Karimun adalah
diantaranya seperti guna penyesaiaan masalah ini, agar bisa mengundang Kepala Bappeda,
Kepala Dinas PU Karimun, serta Camat Kundur Utara untuk duduk bersama dengan Dinas PU
Kepri, dalam penyelesaian kasus ini.
2. Jembatan Leho Karimun

4

Pembangunan Jembatan Leho di Kecamatan Tebing yang dikerjakan dengan sistem kontrak
tahun jamak APBD Karimun sejak tahun 2012 sebesar Rp 21 miliar ternyata masih
meninggalkan masalah bagi warga pemilik lahan.
Raja Atan, salah satu pemilik lahan mengungkapkan bahwa lahan miliknya seluas 1 hektar
lebih yang digunakan untuk pembangunan jembatan yang menghubungkan Coastal Are ke
Bandara Sei Bati tersebut hingga kini belum diganti rugi oleh Pemerintah Kabupaten Karimun
“Dari tahun 2013 saya dijanjikan akan dibayar, tapi sampai sekarang belum dibayar juga.
Ini sudah penipuan!! Dalam waktu dekat ini, saya akan melakukan somasi kepada Pemda
Karimun,” ujar Raja Atan kepada swarakepri.com, Kamis, (21/1/2016).
Kesal karena tak kunjung diganti rugi, Raja Atan mengaku telah menutup lahannya dengan
cara membuat parit disepanjang jalan menuju Jembatan Leho.

Sementara itu, Sekretaris Dinas PU Karimun, Yusrizal Mahyudin ketika dikonfirmasi
mengatakan bahwa untuk ganti rugi lahan Raja Atan tidak ada.
Namun kemudian, ia menarik pernyataannya tersebut dan mengaku tidak memiliki
wewenang untuk menjelaskan permasalah lahan Raja Atan tersebut.
Untuk diketahui dalam penjelasan Peraturan Pemerintah(PP) Nomor 34 tahun 2006 tentang
Jalan, disebutkan bahwa sebelum pekerjaan dilaksanakan, penyelenggara jalan harus terlebih
dahulu melaksanakan pengadaan tanah.
Selain itu dalam Peraturan Presiden RI No 30 tahun 2015 tentang perubahan ketiga atas
peraturan presiden No 71 tahun 2012 tentang penyelenggaraan pengadaan tanah bagi
pembangunan untuk kepentingan umum disebutkan bahwa sebelum pekerjaan jalan di mulai,
tanah masyarakat harus dibebaskan terlebih dahulu.
Dari masalah yang terjadi terhadap pembangunan jembatan Leho di Kabupaten Karimun
yang melibatkan warga pemilik lahan, Pemerintahan Kabupaten Karimun harus duduk bersama
warga yang terlibat agar lahan warga yang di gunakan untuk pembangunan jembatan Leho
segera mendapatkn ganti rugi.
3. Reklamasi Pantai Karimun
Reklamasi dilakukan PT Jaya Karimun di RT.01/RW.02 Kelurahan Tebing, Kecamatan
Tebing dan pembangunan Karimun Exhibition Convention Centre(KECC) di Tanjungrambut,
ternyata tidak mengantongi izin dari instansi terkait.
5


Kepala Syahbandar dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kelas II Tanjungbalai Karimun, Capt
Gajah Rooseno di ruang kerjanya, Rabu (23/10) mengatakan, reklamasi pantai oleh PT Jaya
Karimun dan pembangunan KECC di Tanjungrambut tidak mengantongi izin dari pihak terkait
alis ilegal.
Menurut Rooseno, kedua pembangunan yang terketak di kawasan jalan lingkar (Coastal
Area) tersebut telah mengangkangi UU no 17 tahun 2008 tentang Pelayaran, PP no 61 tahun
2009 tentang Kepelabuhanan, PP 05 tahun 2010 tentang Kenavigasian, UU no 32 tahun 2009
tentang Lingkungan Hidup dan Permenhub no 52 tahun 2011 tentang Pengerukan dan
Reklamasi.
Reklamasi pantai yang dilakukan PT Jaya Karimun dan reklamasi pantai untuk
pembangunan KECC di kawasan Tanjungrambut tidak mengantongi izin sama sekali. Menurut
prosedurnya, pelaku usaha yang melakukan reklamasi tersebut harus punya izin usaha dari
Kementerian Perhubungan.
Rooseno menjelaskan, ada beberapa tahapan yang harus dilakukan pelaku usaha untuk
memperoleh izin reklamasi tersebut, mereka harus mengantongi Analisis Mengenai Lingkungan
(Amdal), sesuaikan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan master plan
(peruntukkan), Bupatin lalu mengeluarkan surat rekomendasi kepada Syahbandar dan nantinya
Syahbandar yang akan mengajukan ke Kementerian Perhubungan.
Sampai saat ini, pejabat Syahbandar dan Otoritas Pelabuhan di Karimun ini tidak pernah

menerima surat rekomendasi dari Bupati terkait reklamasi yang dilakukan oleh PT Jaya Karimun
dan pembangunan gedung KECC tersebut. Kalau tanpa surat rekomendasi dari Bupati berarti tak
ada izin dari Kementerian Perhubungan.
Pelaku reklamasi bisa dipenjara berdasarkan pasal 318 UU no 17 tahun 2008 tentang
Pelayaran yang bunyinya, setiap orang yang melakukan pekerjaan pengerukan atau reklamasi
alur pelayaran dalam kolam pelabuhan tanpa izin pemerintah dipidana penjara paling lama dua
tahun dan denda paling banyak Rp300 juta.
Sementara, pejabat yang memberikan rekomendasi reklamasi tersebut juga bisa dipenjara
dan didenda sesuai dengan pasal 336 UU n0 17 tahun 2008 tentang Pelayaran yang menyatakan,
setiap pejabat yang melanggar suatu kewajiban khusus dari jabatannya atau pada waktu
melakukan tindak pidana menggunakan kekuasaan, kesempatan atau sarana yang diberikan

6

kepadanya karena jabatan dipidana dengan pidana penjara paling lama satu tahun dan denda
paling banyak Rp100 juta.
Jadi, perbuatan melakukan rekalamasi pantai atau membabat hutan mangrove tidak hanya
menjerat pelaku usahanya saja, namun juga pejabat yang memberikan rekomendasi bagi pelaku
usaha untuk memudahkan usaha tersebut. Sanksinya jelas pidana penjara dan denda. Jadi, jangan
main-main dengan aturan hukum," ungkap Rooseno lagi.

Tanah di bibir pantai merupakan tanah negara, jadi untuk memanfaatkan tanah negara
haruslah diketahui oleh negara. Artinya, apapun perbuatan yang berkaitan dengan kepentingan
negara harus diketahui oleh negara. Sebab, pelebaran suatu wilayah secara hedografi harus
diketahui oleh Angkatan Laut juga, karena nantinya akan ada perubahan peta untuk dunia.
4. Coastal Area Karimun
Pengerjaan mega proyek pembangun jalan pesisir sepanjang 5 kilometer dan panggung
rakyat (Coastal Area) dengan nilai Rp172.988.168.000 yang dikerjakan PT Arta Niaga Nusantara
(ANN) nyaris menelan korban jiwa. Pasalnya, aspal yang dibuat sekitar dua minggu yang lalu itu
terkesan asal jadi. Bahkan keretakan sangat jelas kelihatan di berbagai titik.
Ketua LSM Asli Karimun Maju (AKM), Sofner (53) mengatakan hasil kerja kontraktor
sangat tidak sebanding dengan nilai proyek dan detailed engineering design (DED) proyek, yang
begitu fantastis. Bahkan menurutnya, proyek yang dibuat oleh konsultan perencana PT
Wiswakharman dan peran serta PT Epadascon Permata sebagai konsultan pengawas, itu sangat
pantas dikategorikan kelas ‘kacangan’.
Namun staf PT Arta Niaga Nusantara (ANN), Cahyo mengatakan proyek itu telah rampung
100 persen dan di-grand opening-kan Bupati Karimun pada 31 Januari 2012 yang lalu.
Sedangkan keberadaan mereka di sana untuk melakukan perawatan.
Dari data yang yang dikeluarkan oleh Dinas PU Kabupaten Karimun yang selama ini tidak
disampaikan ke publik termasuk ke DPRD Karimun, yang didapat oleh salah satu media,
akhirnya terungkap bahwa Dana Kontrak yang sudah dibayarkan kepada kontraktor pelaksana

PT Arta Niaga Nusantara (ANN) adalah sebesar Rp 145.130.585.896 dengan persentase 89,189
persen.
Sementara jumlah termin kontrak yang belum dibayarkan adalah sebesar Rp27.857.582.104
dengan rincian sisa dana kontrak sebesar Rp19.208.173.704 dengan persentase 95 persen dan
dana pemeliharaan sebesar Rp8.649.408.400 dengan persentase 5 persen.
7

Kemudian, dana uang muka yang sudah dikembalikan adalah sebesar Rp29.475.453.946
dengan persentase 20 persen. Sisa dana uang muka yang belum dikembalikan adalah
Rp5.122.179.654. Jadi jumlah total dan uang muka adalah sebesar Rp34.597.633.600.
Sebelumnya, kontraktor proyek Coastal Area yang dikerjakan PT Artha Niaga Nusantara
(ANN) sudah dikenakan denda Rp172 juta per hari, karena belum menyelesaian proyek itu
hingga batas ditentukan, 29 Desember 2011.
Selain itu Pusat kuliner Coastal Area ternyata masih dikelola pihak Dinas Koperasi, UKM
dan Perindag Kabupaten Karimun. Padahal Coastal Area harusnya sudah dikelola Perusda. Hal
itu tertuang dalam Perda Perusda tahun 2015 yang telah direvisi DPRD Karimun.
Padahal pengelolaan Coastal Area bisa lebih dimaksimalkan untuk menarik kunjungan
wisatawan asing. Selain itu perlu ditambah fasilitas umum. Coastal Area dibangun miliaran
rupiah, tapi kondisinya saat ini cukup memprihatinkan. Bisa lihat, hal sepele saja pengelola
Coastal Area tidak mampu mengatasi seperti selokan yang bau.
Belum lagi diperparah kondisi pembangunan toilet yang tak standar. Toilet di Coastal Area
cukup unik. Tempat jamban air kecil untuk dewasa malah seperti jamban untuk anak-anak.
Sementara itu Kepala Dinas Koperasi, UKM dan Perindag Karimun HM Hasbi
membenarkan, bahwa hingga akhir tahun 2015. Coastal Area masih dibawah pengawasan Dinas
Koperasi, UKM dan Perindag Karimun. Artinya, pengelolaannya masih tanggungjawab dirinya.
Coastal Area merupakan icon baru untuk Kabupaten Karimun, dengan total anggaran yang
begitu besar seharusnya Pemerintah Daerah harus melakukan pengawasan ekstra terhadap proses
pembangunan Coastal Area agar bisa terlaksana sebagaimana dengan

rencana. Selain itu

perawatan juga harus di perhatikan oleh Pemerintah Daerah, agar Coastal Area bisa selalu
menarik wisatawan ke Kabupaten Karimun.
5. Proyek Pasar Baru Karimun
Ketua Forum Peduli Masyarakat Karimun, Basri Muhammad, mengadu ke Komisi C DPRD
setempat terkait pengerjaan proyek Pasar Baru di Kelurahan Sei Lakam, Kecamatan Tanjung
Balai Karimun yang dikhawatirkan ambruk saat pengerjaan proyek itu dilanjutkan.
Pengerjaan proyek senilai Rp 3,9 miliar yang dibiayai APBD Karimun Tahun Anggaran
(TA) 2010 dikerjakan asal jadi oleh PT Darma Abdi Primaju, bagaimana mungkin pemenang
lelang tahap kedua yang dibiayai APBD TA 2011 melanjutkan pengerjaannya.
8

Basri Muhammad menuturkan bila kondisi pasar itu tidak disikapi oleh pihak terkait dari
sekarang dan pengerjaannya tetap dilanjutkan dikhawatirkan gedung itu ambruk saat
dioperasikan.
Berdasarkan pengamatan, konstruksi tangga beton proyek itu nyaris ambruk, kemudian
sejumlah "balok gantung" pada konstruksi gedung pun sudah mengalami retak yang cukup parah.
Di tempat yang sama Sekretaris Komisi C DPRD Karimun, Bakti Lubis, mengaku informasi
negatif tentang kondisi konstruksi pasar sentra tradisional tiga lantai itu yang akan menggantikan
fungsi Pasar Puakang dan Sri Karimun sudah diketahui sebelumnya.
Bila pengerjaan tidak asal-asalan disebabkan pengawasan tidak optimal, pastinya tidak
sesuai rencana karena sebelumnya umumnya proyek fisik milik dinas itu tidak memiliki rencana
yang matang, Hal itu dapat dilihat secara kasat mata hampir setiap proyek fisik yang dibiayai
APBD Karimun sejak tahun 2006-2010 selalu bermasalah.
6. Pasar Telaga Mas Karimun
Pasar Telaga Mas Kolong di Kelurahan Sei Lakam, Kecamatan Karimun belum bisa
dioperasikan. Parahnya, puluhan kios yang sudah dibangun 10 tahun itu kini berubah fungsi
menjadi tempat tinggal bagi mereka yang tidak memiliki tempat tinggal.
Dari pantauan pasar yang pembangunannya dikerjasamakan dengan Koperasi Pasar
Karimun itu belakangan sebagian kiosnya sudah berubah fungsi menjadi tempat tinggal warga,
terutama bagi kalangan tuna wisma dan warga miskin.
Rolling door puluhan kios sudah karatan dan kondisi pasar terlihat sudah sangat tidak
terawat. Rumput-rumput liar dibiarkan tumbuh di halaman pasar. Sementara di kawasan pasar
basah dijadikan tempat bermain oleh anak-anak yang orangtuanya tinggal di kios-kios yang
diubah fungsinya menjadi tempat tinggal. Sementara, terminal yang berada di samping pasar
difungsikan sebagai tempat uji kelayakan kendaraan roda empat.
Kondisi bangunan pertokoan yang berada dalam komplek pasar itu sudah banyak yang
terlihat rusak, karena sudah hampir 10 tahun tidak dipakai dan tidak dirawat dengan baik.
Seharusnya pemerintah daerah memberi perhatian dengan memanfaatkan pasar itu
sebagaimana layaknya aktivitas pasar. Pasar ini harus mendapat perhatian serius Pemkab
Karimun, dan bukan hanya berencana mengoperasikan Pasar Baru Kolong Blok A yang berada
di belakang toko Hawai di Jalan A. Yani yang baru selesai dibangun.

9

Pembangunan Pasar Telaga Mas Kolong yang tak kunjung juga difungsikan merupakan
suatu pemubaziran anggaran. Dan membangun pasar lagi di lokasi yang sama, yakni sama-sama
di Kolong adalah pemborosan anggaran. Meskipun pasar tersebut dikelola oleh swasta, namun
tidak ada salahnya Pemda memfasilitasi untuk menghidupkan kembali, bukan malah membuat
pasar tandingan.
7.

Gedung Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan (P2PL)

Proyek pembangunan gedung Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) di
Jalan Poros Kecamatan Meral diduga bermasalah.
Proyek dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Tahun 2013 yang berasal
dari Direktorat Jendral P2PL Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (RI) ini dikerjakan tidak
tepat waktu menjadi salah satu sorotan.
Sementara dari informasi dihimpun, dari situs lelang LPSE Kementrian Kesehatan R.I.
www.lpse.depkes.go.id/, pembangunan gedung Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan (P2PL) di Kabupaten Karimun ini semestinya dikerjakan harus selesai pada akhir
tahun 2013 kemaren, namun nyatanya tidak selesai dikerjakan.
Andi Sopandi menjelaskan, banyak pengerjaan proyek pusat apalagi menggunakan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) di Kabupaten Karimun bermasalah namun sayang
dibiarkan saja oleh aparat penegak hukum.
Sementara itu dari pantauan di lokasi pengerjaan proyek pembangunan gedung P2PL,
Minggu (9/3) siang, terlihat pengerjaan baru mencapai 60-65 persen. Kondisi gedung belum
teratap tetapi kerangka atap beton sudah terpasang, sementara sebagian masih belum diplester.
Beberapa tukang terlihat sedang mengerjakan beberapa pekerjaan di memasang kerangka atap
gedung dengan bahan baja ringan.
Sementara dari informasi dihimpun dari situs www.depkes.go.id, proyek pembangunan
gedung P2PL tidak hanya ada di Karimun juga telah dibangun juga di Batam. Gedung ini
nantinya akan difungsikan dan digunakan untuk sebagai kantor P2PL. Bidang Pengendalian
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan mempunyai tugas pokok melaksanakan kebijakan dan
standarisasi teknis di bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan di Kabupaten
Karimun.

10

8.

Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) Desa Batu Limau, Kecamatan Kundur,
Kab. Karimun

Berhubungan dengan matinya Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) di wilayah Desa
Batu Limau, Kecamatan Kundur, Kab. Karimun, Provinsi Kepri, sudah berlangsung sekitar dua
bulan lamanya. Tidak hanya itu, saat ini masih banyak terdapat desa di Kundur belum teraliri
listrik. Namun, hingga detik ini belum ada jawaban dari Pemerintah Kabupaten Karimun
menangapi keluhan masyarakat itu
Saat ini warga berharap masalah listrik di Kundur bisa diperhatikan serius pemerintah
Kabupaten Karimun. Hal ini dikarenakan listrik merupakan salah satu infrastruktur penting
dalam rangka percepatan pembangunan yang menjadi program pemerintah saat ini.
Pulau Kundur yang sudah memiliki tiga Kecamatan masih banyak terdapat rumah warga
yang belum teraliri listrik. Bahkan beberapa desa di Kundur saat ini masih gelap gulita. Sudah
seharusnya listrik menjadi perhatian utama pemerintah jika ingin mempercepat pembangunan di
wilaya Karimun. Pemerintah juga seharusnya tidak hanya memperhatikan pusat kota yang ada di
Kabupaten Karimun tetapi juga daerah-daerah yang ada di pelosok, agar kesejahteraan masyrakat
menjadi merata khususnya listrik.
9. Dermaga Penumpang Kelurahan Alai, Kabupaten Karimun
Pembangunan dermaga penumpang senilai Rp2,7 miliar di Kelurahan Alai, Kabupaten
Karimun, Kepulauan Riau bermasalah, diprediksi kelak setelah dioperasikan bisa mengancam
keselamatan jiwa masyarakat sebagai pengguna.
Pengerjaan proyek yang didanai APBD Provinsi Kepulauan Riau Tahun Anggaran 2011 itu
dikerjakan asal jadi oleh pihak pelaksana dan tanpa mendapat pengawasan yang optimal dari
pejabat pengawas yang ditunjuk oleh Dinas Perhubungan provinsi, akibatnya banyak
kejanggalan ditemukan dalam pengerjaannya, diantaranya ada beberapa tiang pancang beton
dermaga yang sudah retak sebelum dioperasikan.
Keretakan tiang pancang beton itu akibat tidak mampu menampung berat, balok beton
penghubung antar tiang dan pelat besi dermaga, selaku masyarakat awam saja dirinya sudah
meragukan bentuk konstruksi yang seperti itu, karena hanya dua tiang pancang beton yang
digunakan untuk menampung beban pelat besi dermaga penghubung ke ponton.
Pembangunan dermaga itu bertujuan untuk mempermudah akses transportasi bagi
masyarakat yang ada di kepulauan, tapi dengan kondisi pengerjaan asal harapan mempermudah
11

akses bagi masyarakat tersebut tidak akan tercapai. Untuk itu pemerintah seharusnya melakukan
pengawasan terhadap pembangunan dermaga, agar tidak ada oknum yang bermain untuk
kepentingan dan pembangunan dermaga bisa terlaksana sesuai dengan rencana.
10. Pasar Puan Maimun Kelurahan Sei lakam, Kecamatan Karimun, Kabupaten
Karimun
Pasar Puan Maimun Blok A yang terletak di belakang swalayan Oriental Kelurahan
Seilakam, Kecamatan Karimun, terancam ambruk. Dinding bangunan yang menelan anggaran
senilai Rp25 miliar dari APBD Kabupaten Karimun itu sudah retak.
Pantauan di lokasi, selain yang retak, terlihat juga pengeroposan pada pagar besi pasar.
Bahkan atap yang dikerjakanya selama dua tahun (2012 -2013) juga bocor. Sehingga saat hujan
turun di beberapa tempat tergenang air.
Bukan hanya fisik bangunan yang diduga bermasalah. Lapak-lapak itu juga menjadi ladang
bisnis oleh pedagang tertentu.
Salah seorang pedagang yang tidak mau namanya ditulis mengungkapkan, ada pedagang
yang mendapatkan lapak dagangan sampai 12 unit di Pasar Puan Maimun itu. Dari jumlah lapak
itu, ada yang disewakan serta dijual ke pedagang lain yang membutuhkan.
Sama seperti kasus-kasus yang terjadi di atas, yaitu kurangnya pengawasan pemerintahn
Daerah terhadap pembangunan di daerah Kabupaten Karimun. Pasar Puan Maimun juga
demikian, dengan anggaran yang mencapai Rp 25 miliar dari APBD Kabupaten Karimun
seharusnya bangunan Pasar Puan Maimun bisa bertahan lama, namun pada kenyataannya dengan
pengawasan yang tidak terlalu di perhatikan Pemerintah Daerah maka bangunan yang siap
adalah bangunan asal jadi, selain itu juga dengan tingkat pengawasan yang lemah, lapak-lapak
juga menjadi masalah yaitu adanya lapak-lapak menjadi ladang bisnis oleh pedagang terten tu.

12

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpuan
Pertumbuhan ekonomi tidak akan berjalan jika tidak didukung sumber daya manusia yang
memadai. Sebaliknya, pembangunan kualitas sumber daya manusia juga tidak akan tercapai
tanpa dukungan pertumbuhan ekonomi. Demikian pula pertumbuhan ekonomi dan pembangunan
kualitas sumber daya manusia. Segitiga pertumbuhan ekonomi dan pembangunan sosial,
pengendalian pertumbuhan penduduk, serta lingkungan hidup harus dikelola pemerintah
secara bersama-sama.
Dalam melakukan pembangunan, Pemerintah Daerah harus benar-benar mempersiapkan dan
melakukan kajian-kajian agar bisa tercapai sesuai rencana dan akan memberikan dampak
terhadap pertumban ekonomi daerah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi strategi pembangunan diantaranya:


Kependudukan dan sosial budaya



Wilayah dan lingkungan



Sumber daya alam serta persebarannya



Kualitas sumber daya manusia terhadap penguasaan ilmu pengetahuaan dan teknologi



Manajemen nasional



Kemungkinan pengembangan

3.2 Saran
Segitiga pertumbuhan ekonomi dan pembangunan sosial, pengendalian pertumbuhan
penduduk, serta lingkungan hidup harus dikelola pemerintah secara bersama-sama dan
terintegrasi. Itulah konsep pembangunan berwawasan kependudukan dalam rangka mewujudkan
pembangunan yang berkelanjutan. Penduduk harus ditempatkan sebagai titik sentral kegiatan
pembangunan.

13

DAFTAR PUSTAKA


Karimuncity.wordpres.com/profil-karimun/



HTTP://WWW.KAB-KATIMUN.GO.ID

14