ANALISIS KETERAMPILAN BERBICARA PADA SIS
ANALISIS KETERAMPILAN BERBICARA
PADA SISWA
Arhaida Akhmad
Jurusan Bahasa Inggris, Fakultas keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar
[email protected]
BAB I
A. Latar Belakang
Kehidupan manusia tidak dapat lepas dari kegiatan berbahasa. Bahasa merupakan
sarana untuk berkomunikasi antar manusia. Bahasa sebagai alat komunikasi ini, dalam
rangka memenuhi sifat manusia sebagai makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan
sesama manusia. Bahasa dianggap sebagai alat yang paling sempurna dan mampu
membawakan pikiran dan perasaan baik mengenai hal-hal yang bersifat konkrit maupun
yang bersifat
abstrak (Effendi, 1985:5). Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi manusia dituntut untuk mempunyai kemampuan berbahasa yang baik.
Seseorang yang mempunyai kemampuan berbahasa yang memadai akan lebih mudah
menyerap dan menyampaikan informasi baik secara lisan maupun tulisan.
Keterampilan berbahasa terdiri dari empat aspek, yaitu menyimak atau
mendengarkan,
berbicara, membaca, dan menulis. Siswa harus menguasai keempat
aspek tersebut agar terampil berbahasa. Dengan demikian, pembelajaran keterampilan
berbahasa di sekolah tidak hanya menekankan pada teori saja, tetapi siswa dituntut untuk
mampu menggunakan bahasa sebagaimana fungsinya, yaitu sebagai alat untuk
berkomunikasi.
Salah satu aspek berbahasa yang harus dikuasai oleh siswa adalah berbicara,
sebab
keterampilan berbicara menunjang keterampilan lainnya (Tarigan, 1986:86).
Keterampilan ini bukanlah suatu jenis keterampilan yang dapat diwariskan secara turun
temurun walaupun pada dasarnya secara alamiah setiap manusia dapat berbicara. Namun,
keterampilan berbicara secara formal memerlukan latihan dan pengarahan yang intensif.
Stewart dan Kennert Zimmer (Haryadi dan Zamzani, 1997:56) memandang kebutuhan
akan komunikasi yang efektif dianggap sebagai suatu yang esensial untuk mencapai
keberhasilan setiap individu maupun kelompok.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Keterampilan Berbicara
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2008: 196) tertulis bahwa
berbicara adalah “berkata, bercakap, berbahasa atau melahirkan pendapat (dengan
perkataan, tulisan, dan sebagainya) atau berunding”.Berbicara secara umum dapat
diartikan suatu penyampaian maksud (ide, pikiran, isi hati) seseorang kepada orang lain
dengan menggunakan bahasa lisan sehingga maksud tersebut dapat dipahami oleh orang
lain(Depdikbud, 1984:3/1985:7). Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyibunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan
pikiran, gagasan, dan perasaan ( Tarigan 2008:16),
Berbicara merupakan suatu sistem tanda-tanda yang dapat didengar(audible) dan
yang kelihatan (visible)yang memanfaatkan sejumlah otot tubuh manusia demi maksud
dan tujuan gagasan atau ide-ide yang dikombinasikan. Berbicara merupakan suatu bentuk
perilaku manusia yang memanfaatkan faktor-faktor fisik, psikologis,
neurologis,semantik, dan linguistik. Berbicara merupakan instrumen yang
mengungkapkan kepada penyimak hampir-hampir secara langsung apakah sang
pembicara memahami atau tidak baik bahan pembicaraan maupun para penyimaknya,
apakah dia bersikap tenang serta dapat menyesuaikan diri atau tidak, pada saat dia
bersikap tenang serta dapat menyesuaikan diri atau tidak, padasaat dia
mengkombinasikan gagasan-gagasannya apakah dia waspada serta antusias ataukah
tidak.
B. Tujuan Berbicara
Tujuan utama dari berbicara adalah untuk berkomunikasi agar dapat
menyampaikan pikiran secara efektif, supaya si pendengar dapat memahami segala
sesuatu yang ingin disampaikan oleh si pembicara. Menurt Ochs and Winker (dalam
Tarigan, 2008:17), pada dasarnya, berbicara mencakup tiga tujuan umum, yaitu:
memberitahukan dan melaporkan (to inform); menjamu dan menghibur (to entertaint);
membujuk, mengajak, mendesak, dan meyakinkan (to persuade). Gabungan atau
campuran dari maksud-maksud itupun mungkin saja terjadi, misalnya suatu pembicaraan
mungkin saja merupakan gabungan dari melaporkan dan menjamu begitu pula mungkin
sekaligus menghibur dan meyakinkan. Adapun pengertian lebih rinci dari tujuan yang
telah disebutkan di atas yaitu:
Memberitahukan dan melaporkan ( to inform)
Bebicara dengan tujuan ini, biasanya bersuasana serius, tertib, dan
hening. Soalnya, pesan yang dibicarakan merupakan pusat perhatian, baik
pembicara
maupun
pendengar.
Dalam
hal
ini,
pembicara
harus
berusaha berbicara dengan jelas, sistematis, dan tepat mengenai isi pembicaraan
yang akan disampaikan, agar apa yang akan di sampaikan terjaga keakurtannya.
Pendengarpun biasanya berusaha menangkap isi dari informasi yang di
sampaikan dengan penuh kesungguhan. Contoh nya yaitu: penjelasan seorang
Polisi mengenai konflik yang sedang terjadi ke khalayak umum, penjelasan
seorang Presiden mengenai kenaikan BBM.
Menjamu dan Menghibur (to entertaint)
Berbicara dengan tujuan menghibur biasanya bersuasana santai, rileks,
dan kocak. Soal pesan yang di sampaikan bukanlah tujuan utama. Contoh
berbicara menghibur : Lawaka., Srimulat Cerita Kabayan, dan Cerita Abu nawas.
Membujuk, Mengajak,dan Mendesak, (to persuade)
Berbicara dengan tujuan ini, biasanya bersuasana serius, kadang-kadang
terasa kaku, karena pembicara mempunyai kedudukan yang lebih tinggi dari
pendengarnya. Si pembicara biasanya memberikan masukan atau motivasi kepada
pendengar dengan dilandasi kasih sayang, kebutuhan, harapan, serta memberikan
inspirasi agar pendengar mampu melakukan segala apa yang disampaikan
pembicara. Contohnya yaitu: Nasehat seorang Pemimmpin perusahaan kepada
Karyawan-karyawannya,
agar
mereka
mampu
meningkatkan
pendapatan
Perusahaan lebih tinggi. Serta nasehat seorang Guru kepada Siswanya yang malas
mengerjakan tugas.
Meyakinkan
Berbicara meyakinkan bertujuan meyakinkan pendengarnya. Pembicara
berusaha mengubah sikap pendengarnya dari tidak setuju menjadi setuju, dari
tidak simpati menjadi simpati, dan sebagainya. Dalam pembicaraan itu, pembicara
harus melandaskan pembicaraannya kepada argumentasi yang nalar, logis, masuk
akal, dan dapat dipertanggung jawabkan dari segala segi. Contohnya: pidato
seorang caleg kepada masyarakat tertentu, agar masyarakat dapat memilihnya
sebagai anggota legislatif.
C. Fungsi Berbicara
Secara praktis pragmatis keterampilan berbicara memiliki empat fungsi utama
dalam kognitif, aspek afektif, aspek keterampilan berbicara, dan aspek keterampilan
mengelola pembelajaran berbicara. Konsekuensinya dalam kegiatan pembelajaran
keterampilan berbicara siswa dibina dan diarahkan agar memahami dan mendalami
teori, konsep, dan generalisasi berbicara serta metodologi pengajaran berbicara.
Logisnya, pengetahuan siswa perihal teori, konsep, dan generalisasi berbicara serta
metodologi pengajaran berbicara meningkat sejalan dengan tahap pembelajarannya.
Pengalaman berbicara dan pengalaman mengajarkan keterampilan berbicara
merupakan fungsi aspek kognitif.
Di sisi lain kemampuan keterampilan berbicara juga berpengaruh terhadap
sikap siswa. Mungkin saja selama ini sikap mereka terhadap keterampilan berbicara
belum bersifat positif, namun melalui kegiatan pembelajaran keterampilan berbicara
sikap itu diubah menjadi sikap positif. Siswa menjadi lebih memahami, menghayati,
menyenangi, dan mencintai keterampilan berbicara, serta lebih gemar melaksanakan
kegiatan dan pengajaran berbicara.
Adapun menurut Halliday dan Brown fungsi berbicara dapat dikelompokan
menjadi tujuh, yaitu:
1. Fungsi
instrumental,
yaitu
bertindak
untuk
menggerakan
serta
memanipulasikan lingkungan, menyebabkan peristiwa-peristiwa tertentu
terjadi. Dengan fungsi ini, bahasa yang diucapkan menimbulkan suatu
kondisi khusus. Sebagai contoh fungsi ini adalah, ketika seorang atasan
memberikan
nasiha-nasihat,
perintah-perintah,
serta
larangan-larangan
kepada bawahannya.
2. Fungsi regulasi atau pengaturan, yaitu pengawasan kepada peristiwaperistiwa. melalui ini, berbicara difungsikan untuk persetujuan, celaan,
pengawasan kelakuan. Sebagai contoh, adalah keputusan seorang pengusaha
yang memecat karyawannya, karena sering terlambat datang.
3. Fungsi representasional merupakan penggunaan bahasa untuk membuat
pernyataan-pernyataan, menyampaikan fakta dan pengetahuan, menjelaskan,
melaporkan, dan menggambarkan. Sebagai contoh, seorang Penyiar yang
menyampaikan berita gunung meletus. Seorang Guru yang mendeskripsikan
tentang suatu benda kepada murid-muridnya.
4. Fungsi intraksional merupakan penggunaan bahasa untuk menjamin
pemeliharaan sosial. Fungsi ini untuk menjaga agar saluran-saluran
komunikasi tetap terbuka. Sebagai contoh, seorang Guru yang memberikan
permainan, agar Siswanya tidak merasa bosan dengan pelajaran yang
disampaikan.
5. Fungsi
personal
merupakan
penggunaan
bahasa
untuk
menyatakan perasaan, emosi, kepribadian, dan reaksi-reaksi yang terkandung
dalam benaknya. Sebagai contoh, Orang tua yang memarhi Anaknya karena
tidak melaksanakan pekerjaan Rumah dengan baik.
6. Fungsi heuristik merupakan penggunaan bahasa untuk mendapatkan
pengetahuan, mempelajari lingkungan. Fungsi ini sering disampaikan dalam
pertanyaan-pertanyaan. Sebagai contoh, seorang mahasiswa yang bertanya
kepada dosennya tenteang hal yang belum dipahami ketika dosen sedang
menerangkan.
7. Fungsi nimajinatif merupakan penggunaan bahasa untuk menciptakan
sistem-sistem atu gagasan-gagasan imajiner. Sebagai contoh, seorang Ibu
yang
mendongeng
kepada
Anaknya,
tentang
cerita
Sangkuriang
atau Malinkundang.
D. Faktor-faktor Penunjang Keefektifan Keterampilan Berbicara
1. Ketepatan ucapan
Seorang pembicara harus membiasakan diri mengucapkan bunyi-bunyi bahasa
secara tepat. Pengucapan bunyi bahasa yang kurang tepat, dapat mengalihkan
perhatian pendengar. Sudah tentu pola ucapan dan artikulasi yang digunakan tidak
sama. Masing-masing mempunyai gaya tersendiri dan gaya bahasa yang dipakai
berubah-ubah sesuai dengan pokok pembicaraan, perasaan, dan sasaran. Akan tetapi,
kalau perbedaan atau perubahan itu terlalu mencolok, sehingga menjadi suatu
penyimpangan, maka keefektifan komunikasi akan terganggu
2. Penempatan tekanan, nada, sendi, dan durasi yang sesuai
Kesesuaian tekanan, nada, sendi, dan durasi akan merupakan daya tarik tersendiri
dalam berbicara. Bahkan kadang-kadang merupakan faktor penentu. Walaupun
masalah yang dibicarakan kurang menarik, dengan penempatan tekanan, nada, sendi,
dan durasi yang sesuai, akan menyebabkan masalahnya menjadi menarik. Sebaliknya
jika penyampaian datar saja, dapat dipastikan akan menimbulkan kejemuan dan
keefektifan berbicara tentu berkurang.
3. Pilihan kata (Diksi)
Pilihan kata hendaknya tepat, jelas, dan bervariasi. Jelas maksunya mudah dimengerti
oleh pendengar yang menjadi sasaran. Pendengar akan lebih terangsang dan akan lebih
paham, kalau kata-kata yang digunakan sudah kata-kata yang sudah dikenal oleh pendengar.
Misalnya, kata-kata populer tentu akan lebih efektif daripada kata-kata yang muluk-muluk,
dan kata-kata yang berasal dari bahasa asing.
E. Faktor Penghambat Keefektifan Berbicara
Faktor penghambat keefektifan berbicara terdiri atas dua macam, yaitu hambatan
internal dan eksternal. Hambatan internal adalah hambatan yang berasal dari dalam diri
pembicara, sedangkan hambatan eksternal adalah hambatan yang berasal dari luar
pembicara (Taryono, 1999:68).
Adapun hambatan internal yang dimaksud terdiri atas tiga bagian, yaitu sebagai
berikut.
1. Hambatan yang bersifat fisik, antara lain meliputi alat ucap yang sudah tidak
sempurna lagi, kondisi fisik yang kurang segar, dan kesalahan dalam mengambil
postur dan posisi tubuh
2. Hambatan yang bersifat mental atau psikis, terdiri atas dua bagian, yaitu:
hambatan mental yang temporer dan hambatan mental yang laten. Hambatan
mental yang temporer misalnya rasa malu, rasa takut, dan rasa ragu atau grogi.
Hambatan mental yang bersifat laten ada empat jenis yaitu tipe penggelisah, tipe
ehm vokalis, tipe penggumam, dan tipe tuna gairah;
3. Hambatan lain-lain meliputi :
a. kurangnya penguasaan kaidah yaitu tata bunyi, tata bentuk, tata kalimat,
dan tata makna;
b. kurangnya pengalaman dalam hal berbicara;
c. kurangnya perhatian pada tugas yang diemban di bidang berbicara; dan
d. adanya kebiasaan yang kurang baik (Taryono, 1999:68-72).
Sedangkan hambatan eksternal menurut Taryono (1999:72-77) meliputi:
a. hambatan yang berupa suara, dapat berasal dari dalam ruang atau dari
luar ruang;
b. hambatan yang berupa gerak, sering terjadi dalam berbicara informal,
misalnya di atas bus kota, kereta, atau pesawat. Sedangkan pada kondisi
formal jarang dijumpai;
c. hambatan yang berupa cahaya, dapat terjadi jika pembicaraan dilakukan
di malam hari atau ruang yang gelap tanpa pencahayaan
d. hambatan yang berupa jarak, hal ini sering terjadi jika pendengar atau
pembicara tidak memperdulikan pentingnya pengaturan jarak bicara
antara pembicara dengan pendengar.
F. Strategi Untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa Berbicara
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, strategi bermakna rencana yang cermat
mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Strategi kompetensi disebut juga
dengan strategi komunikasi atau communication strategies (Thornburry, 2006: 29).
Ada beberapa hal yang yang harus diperhatikan dalam strategi komunikasi yaitu:
a. Menggunakan kata-kata yang banyak/tidak langsung (tidak to the point).
b. Mengubah kata-kata baru agar lebih dikenal (penyerapan kata asing), contoh:
mesjid
c. Menggunakan kata-kata yang umum atau sudah dikenal.
d. Menggunakan ekspresi atau alih kode, contoh: menggunakan bahasa yang
sopan kepada orang yang lebih tua.
e. Menggunakan gerak tubuh atau mimik untuk meyakinkan maksud yang kita
inginkan.
Strategi berbicara menurut Modul untuk Profesional Persiapan Pengajaran
Asisten dalam Bahasa Asing (Grace Stovall Burkart, ed 1998.; Pusat Linguistik Terapan)
adalah sebagai berikut:
1)
Menggunakan minimal tanggapan
Bahasa peserta didik yang kurang percaya diri dalam kemampuan
mereka untuk berpartisipasi dengan sukses dalam interaksi lisan sering
mendengarkan dalam keheningan sementara yang lain yang bicara. Salah
satu cara untuk mendorong peserta didik tersebut untuk mulai berpartisipasi
adalah untuk membantu mereka membangun suatu persediaan tanggapan
minimal yang mereka dapat digunakan dalam berbagai jenis pertukaran..
2)
Menggunakan bahasa untuk berbicara tentang bahasa
Bahasa peserta didik sering terlalu malu atau malu untuk
mengatakan sesuatu ketika mereka tidak mengerti pembicara lain atau
ketika mereka menyadari bahwa mitra percakapan tidak mengerti mereka.
Guru dapat membantu siswa mengatasi keengganan ini dengan meyakinkan
mereka bahwa kesalahpahaman dan kebutuhan untuk klarifikasi dapat
terjadi pada berbagai tipe interaksi, apapun bahasa peserta tingkat
keterampilan.
Kemampuan berbicara sangat penting dalam kehidupan manusia
pada umumnya. Kemampuan berbicara yang baik dapat menunjang segala
aktifitas yang ada, contohnya:
a.
Sebagai calon guru tentunya harus memiliki kemampuan berbicara
yang baik agar dalam menyampaikan materi kepada siswa akan berjalan
dengan baik.
b.
Ketika dihadapkan pada suatu forum, seminar dan diskusi dipastikan
sang partisipan harus memiliki kemampuan berbicara yang sangat baik.
Karena di dalam forum tersebut tentunya sang partisipan diajak untuk
berargumen yang didukung dengan kemampuan berbicara yang baik.
c.
Pada situasi wawancara, kemampuan berbicara yang baik tentu
diperlukan untuk menunjang kemampuan menjawab pertanyaan dalam
wawancara.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bahwa dalam berbicara itu sendiri merupakan suatu cara manusia
berkomunikasi, dimana menjadi hal yang penting yang harus dimiliki oleh manusia
umumnya. Berbicara adalah suatu cara manusia mengekspresikan, menyatakan serta
menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaaan. Dalam meningkatkan kemampuan
berbicara, diperlukan adanya strategi-strategi yang mendukung..
Guru dapat membantu siswa mengatasi keengganan ini dengan meyakinkan
mereka bahwa kesalahpahaman dan kebutuhan untuk klarifikasi dapat terjadi pada
berbagai tipe interaksi, apapun bahasa peserta tingkat keterampilan. Guru juga dapat
memberikan strategi siswa dan frase yang digunakan untuk klarifikasi dan cek
pemahaman.
DAFTAR PUSTAKA
Amri, zaenul. 2015. “makalah bahasa indonesia”
http://zaenulamry.blogspot.co.id/2015/08/makalah-bahasa-indonesia-tentang.html. (Online).
Diakses pada tanggal 1 Mei 2017 pukul 11:10
Nuriah, eshinta. 2015. “makalah keterampilan berbicara”
http://eshintanuriah.blogspot.co.id/2015/10/makalah-keterampilan-berbicara-bahasa.html.
(Online). Diakses pada tanggal 1 Mei 2017 pukul 11:10
Delvina, reza. 2016. “makalah keterampilan berbicara”
http://rezadelvina12.blogspot.co.id/2016/10/makalah-keterampilan-berbicara.html. (Online).
Diakses pada tanggal 1 Mei 2017 pukul 11:00
PADA SISWA
Arhaida Akhmad
Jurusan Bahasa Inggris, Fakultas keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar
[email protected]
BAB I
A. Latar Belakang
Kehidupan manusia tidak dapat lepas dari kegiatan berbahasa. Bahasa merupakan
sarana untuk berkomunikasi antar manusia. Bahasa sebagai alat komunikasi ini, dalam
rangka memenuhi sifat manusia sebagai makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan
sesama manusia. Bahasa dianggap sebagai alat yang paling sempurna dan mampu
membawakan pikiran dan perasaan baik mengenai hal-hal yang bersifat konkrit maupun
yang bersifat
abstrak (Effendi, 1985:5). Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi manusia dituntut untuk mempunyai kemampuan berbahasa yang baik.
Seseorang yang mempunyai kemampuan berbahasa yang memadai akan lebih mudah
menyerap dan menyampaikan informasi baik secara lisan maupun tulisan.
Keterampilan berbahasa terdiri dari empat aspek, yaitu menyimak atau
mendengarkan,
berbicara, membaca, dan menulis. Siswa harus menguasai keempat
aspek tersebut agar terampil berbahasa. Dengan demikian, pembelajaran keterampilan
berbahasa di sekolah tidak hanya menekankan pada teori saja, tetapi siswa dituntut untuk
mampu menggunakan bahasa sebagaimana fungsinya, yaitu sebagai alat untuk
berkomunikasi.
Salah satu aspek berbahasa yang harus dikuasai oleh siswa adalah berbicara,
sebab
keterampilan berbicara menunjang keterampilan lainnya (Tarigan, 1986:86).
Keterampilan ini bukanlah suatu jenis keterampilan yang dapat diwariskan secara turun
temurun walaupun pada dasarnya secara alamiah setiap manusia dapat berbicara. Namun,
keterampilan berbicara secara formal memerlukan latihan dan pengarahan yang intensif.
Stewart dan Kennert Zimmer (Haryadi dan Zamzani, 1997:56) memandang kebutuhan
akan komunikasi yang efektif dianggap sebagai suatu yang esensial untuk mencapai
keberhasilan setiap individu maupun kelompok.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Keterampilan Berbicara
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2008: 196) tertulis bahwa
berbicara adalah “berkata, bercakap, berbahasa atau melahirkan pendapat (dengan
perkataan, tulisan, dan sebagainya) atau berunding”.Berbicara secara umum dapat
diartikan suatu penyampaian maksud (ide, pikiran, isi hati) seseorang kepada orang lain
dengan menggunakan bahasa lisan sehingga maksud tersebut dapat dipahami oleh orang
lain(Depdikbud, 1984:3/1985:7). Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyibunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan
pikiran, gagasan, dan perasaan ( Tarigan 2008:16),
Berbicara merupakan suatu sistem tanda-tanda yang dapat didengar(audible) dan
yang kelihatan (visible)yang memanfaatkan sejumlah otot tubuh manusia demi maksud
dan tujuan gagasan atau ide-ide yang dikombinasikan. Berbicara merupakan suatu bentuk
perilaku manusia yang memanfaatkan faktor-faktor fisik, psikologis,
neurologis,semantik, dan linguistik. Berbicara merupakan instrumen yang
mengungkapkan kepada penyimak hampir-hampir secara langsung apakah sang
pembicara memahami atau tidak baik bahan pembicaraan maupun para penyimaknya,
apakah dia bersikap tenang serta dapat menyesuaikan diri atau tidak, pada saat dia
bersikap tenang serta dapat menyesuaikan diri atau tidak, padasaat dia
mengkombinasikan gagasan-gagasannya apakah dia waspada serta antusias ataukah
tidak.
B. Tujuan Berbicara
Tujuan utama dari berbicara adalah untuk berkomunikasi agar dapat
menyampaikan pikiran secara efektif, supaya si pendengar dapat memahami segala
sesuatu yang ingin disampaikan oleh si pembicara. Menurt Ochs and Winker (dalam
Tarigan, 2008:17), pada dasarnya, berbicara mencakup tiga tujuan umum, yaitu:
memberitahukan dan melaporkan (to inform); menjamu dan menghibur (to entertaint);
membujuk, mengajak, mendesak, dan meyakinkan (to persuade). Gabungan atau
campuran dari maksud-maksud itupun mungkin saja terjadi, misalnya suatu pembicaraan
mungkin saja merupakan gabungan dari melaporkan dan menjamu begitu pula mungkin
sekaligus menghibur dan meyakinkan. Adapun pengertian lebih rinci dari tujuan yang
telah disebutkan di atas yaitu:
Memberitahukan dan melaporkan ( to inform)
Bebicara dengan tujuan ini, biasanya bersuasana serius, tertib, dan
hening. Soalnya, pesan yang dibicarakan merupakan pusat perhatian, baik
pembicara
maupun
pendengar.
Dalam
hal
ini,
pembicara
harus
berusaha berbicara dengan jelas, sistematis, dan tepat mengenai isi pembicaraan
yang akan disampaikan, agar apa yang akan di sampaikan terjaga keakurtannya.
Pendengarpun biasanya berusaha menangkap isi dari informasi yang di
sampaikan dengan penuh kesungguhan. Contoh nya yaitu: penjelasan seorang
Polisi mengenai konflik yang sedang terjadi ke khalayak umum, penjelasan
seorang Presiden mengenai kenaikan BBM.
Menjamu dan Menghibur (to entertaint)
Berbicara dengan tujuan menghibur biasanya bersuasana santai, rileks,
dan kocak. Soal pesan yang di sampaikan bukanlah tujuan utama. Contoh
berbicara menghibur : Lawaka., Srimulat Cerita Kabayan, dan Cerita Abu nawas.
Membujuk, Mengajak,dan Mendesak, (to persuade)
Berbicara dengan tujuan ini, biasanya bersuasana serius, kadang-kadang
terasa kaku, karena pembicara mempunyai kedudukan yang lebih tinggi dari
pendengarnya. Si pembicara biasanya memberikan masukan atau motivasi kepada
pendengar dengan dilandasi kasih sayang, kebutuhan, harapan, serta memberikan
inspirasi agar pendengar mampu melakukan segala apa yang disampaikan
pembicara. Contohnya yaitu: Nasehat seorang Pemimmpin perusahaan kepada
Karyawan-karyawannya,
agar
mereka
mampu
meningkatkan
pendapatan
Perusahaan lebih tinggi. Serta nasehat seorang Guru kepada Siswanya yang malas
mengerjakan tugas.
Meyakinkan
Berbicara meyakinkan bertujuan meyakinkan pendengarnya. Pembicara
berusaha mengubah sikap pendengarnya dari tidak setuju menjadi setuju, dari
tidak simpati menjadi simpati, dan sebagainya. Dalam pembicaraan itu, pembicara
harus melandaskan pembicaraannya kepada argumentasi yang nalar, logis, masuk
akal, dan dapat dipertanggung jawabkan dari segala segi. Contohnya: pidato
seorang caleg kepada masyarakat tertentu, agar masyarakat dapat memilihnya
sebagai anggota legislatif.
C. Fungsi Berbicara
Secara praktis pragmatis keterampilan berbicara memiliki empat fungsi utama
dalam kognitif, aspek afektif, aspek keterampilan berbicara, dan aspek keterampilan
mengelola pembelajaran berbicara. Konsekuensinya dalam kegiatan pembelajaran
keterampilan berbicara siswa dibina dan diarahkan agar memahami dan mendalami
teori, konsep, dan generalisasi berbicara serta metodologi pengajaran berbicara.
Logisnya, pengetahuan siswa perihal teori, konsep, dan generalisasi berbicara serta
metodologi pengajaran berbicara meningkat sejalan dengan tahap pembelajarannya.
Pengalaman berbicara dan pengalaman mengajarkan keterampilan berbicara
merupakan fungsi aspek kognitif.
Di sisi lain kemampuan keterampilan berbicara juga berpengaruh terhadap
sikap siswa. Mungkin saja selama ini sikap mereka terhadap keterampilan berbicara
belum bersifat positif, namun melalui kegiatan pembelajaran keterampilan berbicara
sikap itu diubah menjadi sikap positif. Siswa menjadi lebih memahami, menghayati,
menyenangi, dan mencintai keterampilan berbicara, serta lebih gemar melaksanakan
kegiatan dan pengajaran berbicara.
Adapun menurut Halliday dan Brown fungsi berbicara dapat dikelompokan
menjadi tujuh, yaitu:
1. Fungsi
instrumental,
yaitu
bertindak
untuk
menggerakan
serta
memanipulasikan lingkungan, menyebabkan peristiwa-peristiwa tertentu
terjadi. Dengan fungsi ini, bahasa yang diucapkan menimbulkan suatu
kondisi khusus. Sebagai contoh fungsi ini adalah, ketika seorang atasan
memberikan
nasiha-nasihat,
perintah-perintah,
serta
larangan-larangan
kepada bawahannya.
2. Fungsi regulasi atau pengaturan, yaitu pengawasan kepada peristiwaperistiwa. melalui ini, berbicara difungsikan untuk persetujuan, celaan,
pengawasan kelakuan. Sebagai contoh, adalah keputusan seorang pengusaha
yang memecat karyawannya, karena sering terlambat datang.
3. Fungsi representasional merupakan penggunaan bahasa untuk membuat
pernyataan-pernyataan, menyampaikan fakta dan pengetahuan, menjelaskan,
melaporkan, dan menggambarkan. Sebagai contoh, seorang Penyiar yang
menyampaikan berita gunung meletus. Seorang Guru yang mendeskripsikan
tentang suatu benda kepada murid-muridnya.
4. Fungsi intraksional merupakan penggunaan bahasa untuk menjamin
pemeliharaan sosial. Fungsi ini untuk menjaga agar saluran-saluran
komunikasi tetap terbuka. Sebagai contoh, seorang Guru yang memberikan
permainan, agar Siswanya tidak merasa bosan dengan pelajaran yang
disampaikan.
5. Fungsi
personal
merupakan
penggunaan
bahasa
untuk
menyatakan perasaan, emosi, kepribadian, dan reaksi-reaksi yang terkandung
dalam benaknya. Sebagai contoh, Orang tua yang memarhi Anaknya karena
tidak melaksanakan pekerjaan Rumah dengan baik.
6. Fungsi heuristik merupakan penggunaan bahasa untuk mendapatkan
pengetahuan, mempelajari lingkungan. Fungsi ini sering disampaikan dalam
pertanyaan-pertanyaan. Sebagai contoh, seorang mahasiswa yang bertanya
kepada dosennya tenteang hal yang belum dipahami ketika dosen sedang
menerangkan.
7. Fungsi nimajinatif merupakan penggunaan bahasa untuk menciptakan
sistem-sistem atu gagasan-gagasan imajiner. Sebagai contoh, seorang Ibu
yang
mendongeng
kepada
Anaknya,
tentang
cerita
Sangkuriang
atau Malinkundang.
D. Faktor-faktor Penunjang Keefektifan Keterampilan Berbicara
1. Ketepatan ucapan
Seorang pembicara harus membiasakan diri mengucapkan bunyi-bunyi bahasa
secara tepat. Pengucapan bunyi bahasa yang kurang tepat, dapat mengalihkan
perhatian pendengar. Sudah tentu pola ucapan dan artikulasi yang digunakan tidak
sama. Masing-masing mempunyai gaya tersendiri dan gaya bahasa yang dipakai
berubah-ubah sesuai dengan pokok pembicaraan, perasaan, dan sasaran. Akan tetapi,
kalau perbedaan atau perubahan itu terlalu mencolok, sehingga menjadi suatu
penyimpangan, maka keefektifan komunikasi akan terganggu
2. Penempatan tekanan, nada, sendi, dan durasi yang sesuai
Kesesuaian tekanan, nada, sendi, dan durasi akan merupakan daya tarik tersendiri
dalam berbicara. Bahkan kadang-kadang merupakan faktor penentu. Walaupun
masalah yang dibicarakan kurang menarik, dengan penempatan tekanan, nada, sendi,
dan durasi yang sesuai, akan menyebabkan masalahnya menjadi menarik. Sebaliknya
jika penyampaian datar saja, dapat dipastikan akan menimbulkan kejemuan dan
keefektifan berbicara tentu berkurang.
3. Pilihan kata (Diksi)
Pilihan kata hendaknya tepat, jelas, dan bervariasi. Jelas maksunya mudah dimengerti
oleh pendengar yang menjadi sasaran. Pendengar akan lebih terangsang dan akan lebih
paham, kalau kata-kata yang digunakan sudah kata-kata yang sudah dikenal oleh pendengar.
Misalnya, kata-kata populer tentu akan lebih efektif daripada kata-kata yang muluk-muluk,
dan kata-kata yang berasal dari bahasa asing.
E. Faktor Penghambat Keefektifan Berbicara
Faktor penghambat keefektifan berbicara terdiri atas dua macam, yaitu hambatan
internal dan eksternal. Hambatan internal adalah hambatan yang berasal dari dalam diri
pembicara, sedangkan hambatan eksternal adalah hambatan yang berasal dari luar
pembicara (Taryono, 1999:68).
Adapun hambatan internal yang dimaksud terdiri atas tiga bagian, yaitu sebagai
berikut.
1. Hambatan yang bersifat fisik, antara lain meliputi alat ucap yang sudah tidak
sempurna lagi, kondisi fisik yang kurang segar, dan kesalahan dalam mengambil
postur dan posisi tubuh
2. Hambatan yang bersifat mental atau psikis, terdiri atas dua bagian, yaitu:
hambatan mental yang temporer dan hambatan mental yang laten. Hambatan
mental yang temporer misalnya rasa malu, rasa takut, dan rasa ragu atau grogi.
Hambatan mental yang bersifat laten ada empat jenis yaitu tipe penggelisah, tipe
ehm vokalis, tipe penggumam, dan tipe tuna gairah;
3. Hambatan lain-lain meliputi :
a. kurangnya penguasaan kaidah yaitu tata bunyi, tata bentuk, tata kalimat,
dan tata makna;
b. kurangnya pengalaman dalam hal berbicara;
c. kurangnya perhatian pada tugas yang diemban di bidang berbicara; dan
d. adanya kebiasaan yang kurang baik (Taryono, 1999:68-72).
Sedangkan hambatan eksternal menurut Taryono (1999:72-77) meliputi:
a. hambatan yang berupa suara, dapat berasal dari dalam ruang atau dari
luar ruang;
b. hambatan yang berupa gerak, sering terjadi dalam berbicara informal,
misalnya di atas bus kota, kereta, atau pesawat. Sedangkan pada kondisi
formal jarang dijumpai;
c. hambatan yang berupa cahaya, dapat terjadi jika pembicaraan dilakukan
di malam hari atau ruang yang gelap tanpa pencahayaan
d. hambatan yang berupa jarak, hal ini sering terjadi jika pendengar atau
pembicara tidak memperdulikan pentingnya pengaturan jarak bicara
antara pembicara dengan pendengar.
F. Strategi Untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa Berbicara
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, strategi bermakna rencana yang cermat
mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Strategi kompetensi disebut juga
dengan strategi komunikasi atau communication strategies (Thornburry, 2006: 29).
Ada beberapa hal yang yang harus diperhatikan dalam strategi komunikasi yaitu:
a. Menggunakan kata-kata yang banyak/tidak langsung (tidak to the point).
b. Mengubah kata-kata baru agar lebih dikenal (penyerapan kata asing), contoh:
mesjid
c. Menggunakan kata-kata yang umum atau sudah dikenal.
d. Menggunakan ekspresi atau alih kode, contoh: menggunakan bahasa yang
sopan kepada orang yang lebih tua.
e. Menggunakan gerak tubuh atau mimik untuk meyakinkan maksud yang kita
inginkan.
Strategi berbicara menurut Modul untuk Profesional Persiapan Pengajaran
Asisten dalam Bahasa Asing (Grace Stovall Burkart, ed 1998.; Pusat Linguistik Terapan)
adalah sebagai berikut:
1)
Menggunakan minimal tanggapan
Bahasa peserta didik yang kurang percaya diri dalam kemampuan
mereka untuk berpartisipasi dengan sukses dalam interaksi lisan sering
mendengarkan dalam keheningan sementara yang lain yang bicara. Salah
satu cara untuk mendorong peserta didik tersebut untuk mulai berpartisipasi
adalah untuk membantu mereka membangun suatu persediaan tanggapan
minimal yang mereka dapat digunakan dalam berbagai jenis pertukaran..
2)
Menggunakan bahasa untuk berbicara tentang bahasa
Bahasa peserta didik sering terlalu malu atau malu untuk
mengatakan sesuatu ketika mereka tidak mengerti pembicara lain atau
ketika mereka menyadari bahwa mitra percakapan tidak mengerti mereka.
Guru dapat membantu siswa mengatasi keengganan ini dengan meyakinkan
mereka bahwa kesalahpahaman dan kebutuhan untuk klarifikasi dapat
terjadi pada berbagai tipe interaksi, apapun bahasa peserta tingkat
keterampilan.
Kemampuan berbicara sangat penting dalam kehidupan manusia
pada umumnya. Kemampuan berbicara yang baik dapat menunjang segala
aktifitas yang ada, contohnya:
a.
Sebagai calon guru tentunya harus memiliki kemampuan berbicara
yang baik agar dalam menyampaikan materi kepada siswa akan berjalan
dengan baik.
b.
Ketika dihadapkan pada suatu forum, seminar dan diskusi dipastikan
sang partisipan harus memiliki kemampuan berbicara yang sangat baik.
Karena di dalam forum tersebut tentunya sang partisipan diajak untuk
berargumen yang didukung dengan kemampuan berbicara yang baik.
c.
Pada situasi wawancara, kemampuan berbicara yang baik tentu
diperlukan untuk menunjang kemampuan menjawab pertanyaan dalam
wawancara.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bahwa dalam berbicara itu sendiri merupakan suatu cara manusia
berkomunikasi, dimana menjadi hal yang penting yang harus dimiliki oleh manusia
umumnya. Berbicara adalah suatu cara manusia mengekspresikan, menyatakan serta
menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaaan. Dalam meningkatkan kemampuan
berbicara, diperlukan adanya strategi-strategi yang mendukung..
Guru dapat membantu siswa mengatasi keengganan ini dengan meyakinkan
mereka bahwa kesalahpahaman dan kebutuhan untuk klarifikasi dapat terjadi pada
berbagai tipe interaksi, apapun bahasa peserta tingkat keterampilan. Guru juga dapat
memberikan strategi siswa dan frase yang digunakan untuk klarifikasi dan cek
pemahaman.
DAFTAR PUSTAKA
Amri, zaenul. 2015. “makalah bahasa indonesia”
http://zaenulamry.blogspot.co.id/2015/08/makalah-bahasa-indonesia-tentang.html. (Online).
Diakses pada tanggal 1 Mei 2017 pukul 11:10
Nuriah, eshinta. 2015. “makalah keterampilan berbicara”
http://eshintanuriah.blogspot.co.id/2015/10/makalah-keterampilan-berbicara-bahasa.html.
(Online). Diakses pada tanggal 1 Mei 2017 pukul 11:10
Delvina, reza. 2016. “makalah keterampilan berbicara”
http://rezadelvina12.blogspot.co.id/2016/10/makalah-keterampilan-berbicara.html. (Online).
Diakses pada tanggal 1 Mei 2017 pukul 11:00