HUBUNGAN HUKUM DENGAN KELOMPOK SOSIAL DA

HUBUNGAN HUKUM DENGAN KELOMPOK
SOSIAL DALAM MASYARAKAT
MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Sosiologi Hukum
yang dibina oleh Bapak I Ketut Diara Astawa
oleh :
Harisa Rahmawati

130711616169

Muhammad Febri Andhika

1307116161...

Silvia Putri Rahayu

130711616

Rukmana Wulandari


130711616186

Universitas Negeri Malang
Fakultas Ilmu Sosial
Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan
Prodi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Oktober 2014

i

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga makalah yang
berjudul HUBUNGAN HUKUM DENGAN KELOMPOK SOSIAL DALAM
MASYARAKAT ini dapat terselesaikan.
Dalam menyelesaikan makalah ini, penulis banyak mengalami
kesulitan.Namun, berkat bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, akhirnya
makalah ini bisa terselesaikan dengan cukup baik. Untuk itu, sudah sepantasnya
jika penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1.


Bapak I Ketut Diara Astawa, selaku dosen matakuliah Sosiologi Hukum

2.

sekaligus pembimbing dari tugas makalah ini.
Orang Tua dan keluarga penulis yang telah banyak memberikan motivasi

3.

kepada kami, baik dukugan moral atau spiritual.
Teman-teman penulis yang telah membantu dalam hal pencarian sumbersumber informasi untuk melengkapi makalah ini.
Harapan penulis, semoga makalah ini menjadi bahan bacaan yang

bermanfaat bagi semua pihak dan menjadi sumber-sumber referensi bagi semua
pihak yang ingin menjadikan makalah ini sebagai sumber bacaan.

Malang, 26 Oktober 2014

PENULIS


ii

DAFTAR ISI

Cover
KATA PENGANTAR......................................................................................

ii

DAFTAR ISI....................................................................................................

iii

BAB I

BAB II

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................


1

B.

Masalah atau Topik Bahasan................................................

2

C.

Tujuan...................................................................................

2

PEMBAHASAN
A.

Pengertian Hukum............................................................


3

B.

Pengertian Kelompok Sosial.............................................

4

C.

Hubungan Hukum dengan Kelompok Sosial dalam
Masyarakat........................................................................

BAB III

12

PENUTUP
Kesimpulan..................................................................................


14

DAFTAR RUJUKAN.......................................................................................

15

iii

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Suatu kenyataan hidup bahwa manusia itu tidak sendiri. Manusia hidup
berdampingan,

bahkan

berkelompok-kelompok

dan


sering

mengadakan

hubungan antar sesamanya. Hubungan itu terjadi berkenaan dengan kebutuhan
hidupnya yang tidak mungkin selalu dapat dipenuhi sendiri. Kebutuhan hidup
manusia bermacam- macam. Pemenuhan kebutuhan hidup tergantung dari hasil
yang diperoleh melalui daya upaya yang dilakukan. Setiap waktu manusia ingin
memenuhi kebutuhannya dengan baik. Kalau dalam saat yang bersamaan dua
manusia ingin memenuhi kebutuhan yang sama dengan hanya satu objek
kebutuhan, sedangkan keduanya tidak mau mengalah, bentrokan dapat terjadi.
Suatu bentrokan akan terjadi juga kalau dalam suatu hubungan, antara manusia
satu dan manusia lain ada yang tidak memenuhi kewajiban.
Hal-hal semacam itu sebenarnya merupakan akibat dari tingkah laku manusia
yang ingin bebas. Suatu kebebasan dalam bertingkah-laku tidah selamanya akan
menghasilkan sesuatu yang baik. Apalagi kalau kebebasan tingkah laku seseorang
tidak dapat diterima oleh kelompok sosialnya. Oleh karena itu, untuk
menciptakan ketaraturan dalam suatu kelompok sosial, baik dalam situasi
kebersamaan maupun dalam situasi sosial diperlukan ketentuan-ketentuan.
Ketentuan itu untuk membatasi kebebasan tingkah laku itu. Ketentuan-ketentuan

yang diperlukan adalah ketentuan yang timbul dari dalam pergaulan hidup atas
dasar kesadaran; yang biasanya dinamakan hukum. Jadi, hukum adalah
ketentuan-ketentuan yang timbul dari pergaulan hidup manusia. Hal itu timbul
berdasarkan rasakesadaran manusia itu sendiri, sebagai gejala-gejala sosisal.
Gejala-gejala sosisal itu merupakan hasil dari pengukuran baik tentang tingkah
laku manusia dalam pergaulan hidupnya.
Berlainan halnya dengan ketentuan hukum. Setiap ketentuan hukum
berfungsi mencapai tata tertib antarhubungan manusia dalam kehidupan sosial.
Hukum menjaga kebutuhan hidup agar terwujud suatu keseimbangan psikis dan
fisik dalam kehidupan, terutama kehidupan kelompok sosial yang merasakan

iv

tekanan atau ketidaktepatan ikatan sosial. Berarti, hukum juga menjaga supaya
selalu terwujud keadilan dalam kehidupan dalam kehidupan sosial (masyarakat).
Jadi, norma hukum merupakan sesuatu yang berkenaan dengan kehidupan
manuasia dalam kelompok sosial tertentu, baik dalam situasi kebersamaan
maupun situasi sosial. Hal itu untuk mencapai tata tertib demi keadilan.
B. Masalah atau Topik Bahasan
Bagaimana hubungan hukum dengan kelompok sosial dalam masyarakat ?

C. Tujuan
Makalah ini dimaksudkan untuk membahas tentang hubungan hukum dengan
kelompok sosial dalam masyarakat.

v

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian hukum
Sebelum membahas tentang hubungan hukum dengan kelompok sosial dalam
masyarakat kita harus memahami pengertian hukum dan kelompok sosial. Istilah
hukum identik dengan istilah law dalam bahasa inggris, droit dalam bahasa
Perancis, recht daslam bahasa Belanda, atau dirito dalam bahasa Italia. Hukum
dalam arti luas dapat disamakan dengan aturan, kaidah, norma, atau ugeran, baik
yang tertulis maupun tidak tertulis, yang apda dasarnya berlaku dan diakui orang
sebagai peraturan yang harus ditataati dalam kehidupan bermasyarakat dan
apabila dilanggar akan dikenakan sanksi. Sedangkan menurut Ensiklopedia
Indonesia,”Hukum merupakan rangkaian kaidah, peraturan-peraturan, tata aturan,
baik tertulis maupun tidak tertulis, yang menentukan atau mengatur hubunganhubungan antara para anggota masyarakat.” Rumusan diatas memperlihatkan

bahwa penekanannya diletakkan pada hukum sebagai rangkaian kaidah,
peraturan, dan tata aturan (proses dan prosedur) serta pembedaan antara sumber
hukum undang-undang (kaidah yang tertulis) dan kebiasaan (kaidah yang tidak
tertulis).
Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa hukum itu meliputi berbagai
unsur yaitu:
a)

Peraturan mengenai tingkah laku manusia

b) Peraturan itu dibuat oleh badan berwenang
c)

Peraturan itu bersifat memaksa, walaupun tidak dapat dipaksakan

d) Peraturan itu disertai sanksi yang tegas dan dapat dirasakan oleh yang
bersangkutan
Sedangkan ciri-cirinya adalah sebagai berikut:
a.


Adanya suatu perintah, larangan, dan kebolehan

b.

Adanya sanksi yang tegas

vi

B. Pengertian kelompok sosial
Kelompok merupakan salah satu konsep yang penting dalam sosiologi. Ada
beberapa pengertian yang menyangkut kelompok. Menurut Horton dan Chester
(1987) kelompok mencakup banyak bentuk interaksi manusia. Hakekat
keberadaan kelompok sosial bukanlah terletak pada kedekatan atau jarak fisik,
melainkan pada kesadaran untuk berinteraksi. Kesadaran berinteraksi diperlukan
oleh mereka untuk dapat menciptakan suatu kelompok, sedangkan kehadiran fisik
kadang-kadang sama sekali tidak diperlukan. Banyak kelompok yang para
anggotanya jarang sekali bertemu, namun mereka saling berinteraksi melalui
surat menyurat, telepon, mass media, dan sebagainya.
Menurut Seorjono (2003) kelompok sosial adalah himpunan atau kesatuan
manusia yang hidup bersama, oleh karena adanya hubungan antara mereka.
Hubungan tersebut antara lain menyangkut hubungan timbal balik yang saling
mempengaruhi dan juga suatu kesadaran untuk saling tolong-menolong.
Suatu kelompok sosial adalah suatu kesatuan yang terdiri dari dua orang atau
lebih dimana diantara mereka terjadi komunikasi dua arah atau timbal balik serta
interaksi satu dengan yang lainnya. Jarak fisik yang dekat tidak menjadi ukuran
karena

belum

tentu

terjadi

interaksi,

tetapi

pada

kesadaran

untuk

berinteraksi.Kelompok Sosial atau Social Group adalah himpunan atau kesatuan kesatuan manusia yang hidup bersama, oleh karena adanya hubungan antara
mereka. Hubungan tersebut antara lain menyangkut hubungan timbal balik yang
saling mempengaruhi dan juga suatu kesadaran untuk saling menolong.
Kelompok sosial merupakan sekumpulan orang yang memiliki kesadaran
keanggotaan dan saling berinteraksi, misalnya anak-anak sudah mulai bermain
bersama, pengusaha-pengusaha mempunyai perhatian yang sama di pasar bursa
atau di suatu tempat pertandingan. Pada saat itulah tercipta suatu kelompok
walaupun waktunya singkat. Sebaliknya, dalam sebuah kereta api atau bis yang
penuh dengan penumpang belum tentu terbentuk suatu kelompok sosial, karena
diantara para penumpangnya tidak terjadi suatu kesadaran untuk saling
berinteraksi.
Dalam kelompok sosial perlu dibedakan pengertian agregasi sosial dan
kategori sosial. Agregasi sosial merupakan kumpulan orang dalam arti

vii

pengelompokan secara fisik tanpa mempersoalkan adanya komunikasi diantara
mereka. Akan tetapi, suatu agregasi sosial dapat membentuk suatu kelompok
sosial walaupun hanya untuk sementara apabila terjadi suatu komunikasi dan
interaksi diantara mereka, misalnya dalam suatu bis yang penuh dengan
penumpang, dalam perjalan supir terlalu cepat menjalankan bisnya sehingga
penumpang merasa terganggu dan takut terjadi sesuatu atas sikap supir yang ugalugalan, kemudian penumpang secara berkelompok berusaha menegur supir agar
menjalankan bisnya dengan hati-hati. Dalam hal ini, kesadaran berinteraksi para
penumpang diperlukan untuk menciptakan suatu kelompok.
Faktor-faktor pembentukan kelompok sosial diantaranya adalah :
1.

Keturunan atau geneologi satu nenek moyang

2.

Tempat tinggal bersama atau teritorial

3.

Kepentingan bersama

Syarat Kelompok sosial :
1.

Setiap anggota kelompok tersebut harus sadar bahwa dia merupakan
sebagian dari kelompok yang bersangkutan.

2.

Ada hubungan timbal balik antara anggota yang satu dengan anggota
lainnya(interaksi).

3.

Terdapat suatu faktor (atau beberapa faktor) yang dimiliki bersama oleh
anggota - anggota kelompok itu, sehingga hubungan antara mereka
bertambah erat. Faktor tadi dapat merupakan nasib yang sama, kepentingan
yang sama, tujuan yang sama, ideologi politik yang sama dan lain - lain.

4.

Berstruktur.

5.

berkaidah dan mempunyai pola perilaku.

Ada beberapa macam Kelompok Sosial antara lain :
a. Klasifikasi Macam-macam Kelompok Sosial
Menurut Robert Bierstedt, kelompok memiliki banyak jenis dan dibedakan
berdasarkan ada tidaknya organisasi, hubungan sosial antara kelompok, dan
kesadaran jenis. Bierstedt kemudian membagi kelompok berdasarkan ada
tidaknya organisasi hubungan sosial antara kelompok, dan kesadaran jenis
menjadi empat macam antara lain:

viii

1) Kelompok statis, yaitu kelompok yang bukan organisasi, tidak memiliki
hubungan sosial dan kesadaran jenis di antaranya. Contoh: Kelompok
penduduk usia 10-15 tahun di sebuah kecamatan.
2) Kelompok kemasyarakatan, yaitu kelompok yang memiliki persamaan tetapi
tidak mempunyai organisasi dan hubungan sosial di antara anggotanya.
3) Kelompok sosial, yaitu kelompok yang anggotanya memiliki kesadaran jenis
dan berhubungan satu dengan yang lainnya, tetapi tidak terikat dalam ikatan
organisasi. Contoh: Kelompok pertemuan, kerabat, dan lain-lain.
4) Kelompok asosiasi, yaitu kelompok yang anggotanya mempunyai kesadaran
jenis dan ada persamaan kepentingan pribadi maupun kepentingan bersama.
Dalam asosiasi, para anggotanya melakukan hubungan sosial, kontak dan
komunikasi, serta memiliki ikatan organisasi formal. Contoh: negara,
sekolah, dan lain-lain.
Berdasarkan interaksi sosial agar ada pembagian tugas, struktur dan norma
yang ada, kelompok sosial dapat dibagi menjadi beberapa macam, antara lain:
1.

Kelompok Primer
Merupakan kelompok yang didalamnya terjadi interaksi sosial yang

anggotanya saling mengenal dekat dan berhubungan erat dalam kehidupan,
sedangkan menurut Goerge Homan, kelompok primer merupakan sejumlah orang
yang terdiri dari beberapa orang yang acapkali berkomunikasi dengan lainnya
sehingga setiap orang mampu berkomunikasi secara langsung (bertatap muka)
tanpa melalui perantara. Misalnya, keluarga, RT, kawan sepermainan, kelompok
agama, dan lain-lain.
2.

Kelompok Sekunder
Jika interaksi sosial terjadi secara tidak langsung, berjauhan, dan sifatnya

kurang kekeluargaan. Hubungan yang terjadi biasanya bersifat lebih objektif.
Misalnya, partai politik, perhimpunan serikat kerja dan lain-lain.
3.

Kelompok Formal
Pada kelompok ini ditandai dengan adanya peraturan atau Anggaran Dasar

(AD), Anggaran Rumah Tangga (ART) yang ada. Anggotanya diangkat oleh
organisasi. Contoh dari kelompok ini adalah semua perkumpulan yang memiliki
AD/ART.

ix

4.

Kelompok Informal
Merupakan suatu kelompok yang tumbuh dari proses interaksi, daya tarik,

dan kebutuhan-kebutuhan seseorang. Keanggotan kelompok biasanya tidak
teratur dan keanggotaan ditentukan oleh daya tarik bersama dari individu dan
kelompok. Kelompok ini terjadi pembagian tugas yang jelas tapi bersifat informal
dan hanya berdasarkan kekeluargaan dan simpati. Misalnya, kelompok arisan dan
sebagainya.
b. Kelompok Sosial Dipandang dari Sudut Individu
Suatu individu merupakan kelompok kecil dari suatu kelompok sosial atas dasar
usia, keluarga, kekerabatan, seks, pekerjaan, hal tersebut memberikan kedudukan
prestise tertentu/sesuai adat istiadat. Dengan kata lain keanggotaan dalam
masyarakat tidak selalu gratis.
c. In Group dan Out Group
In group merupakan kelompok sosial yang dijadikan tempat oleh individuindividunya untuk mengidentifikasikan dirinya. Out group merupakan kelompok
sosial yang oleh
individunya diartikan sebagai lawan in group jelasnya kelompok sosial di luar
anggotanya disebut out group. Contohnya, istilah kita atau kami menunjukkan
adanya
artikulasi in group, sedangkan mereka berartikulasi out group. Perasaan in group
atau
out group didasari dengan suatu sikap yang dinamakan etnosentris, yaitu adanya
anggapan bahwa kebiasaan dalam kelompoknya merupakan yang terbaik
dibandingkan dengan kelompok lainnya. Sikap in group dan out group dapat
dilihat dari kelainan berwujud antagonisme atau antipati. Sikap in group dan out
group merupakan dasar sikap
etnosentrisme yang merupakan sikap bahwa setiap sesuatu yang merupakan
produk kelompoknya dianggap paling baik dan benar. (JBAF Mayor Polak, Buku
Pengantar Ringkas, Balai Buku Ikhtiar Jkt, 1966).

x

d. Kelompok Primer dan Kelompok Sekunder
Charles Horton Cooley mengemukakan tentang kelompok primer (primary
group) atau face to face group merupakan kelompok sosial yang paling
sederhana, dimana para anggota-anggotanya saling mengenal, di mana ada kerja
sama yang erat. Contohnya, keluarga, kelompok bermain, dan lain-lain.
Kelompok sekunder (secondary group) ialah kelompok yang terdiri dari banyak
orang, bersama siapa hubungannya tidak perlu berdasarkan pengenalan secara
pribadi dan sifatnya tidak begitu langgeng, contohnya, hubungan kontrak jual
beli.
e. Paguyuban dan Patembayan
Tonnies dan Loomis menyatakan bahwa paguyuban (gemeinschaft) ialah bentuk
kehidupan bersama, di mana para anggota-anggotanya diikat oleh hubungan batin
yang murni dan bersifat alamiah serta kekal, dasar hubungan tersebut adalah rasa
cinta dan rasa persatuan batin yang memang telah dikodratkan. Hubungan seperti
ini dapat dijumpai dalam keluarga, kelompok kekeluargaan, rukun tetangga, dan
lain-lain.
Patembayan (gesellschaft) yaitu berupa ikatan lahir yang bersifat pokok untuk
jangka waktu yang pendek, bersifat imajiner dan strukturnya bersifat mekanis
sebagaimana terdapat dalam mesin. Ia bersifat sebagai suatu bentuk dalam
pikiran belaka. Contohnya, ikatan antar pedagang, organisasi dalam suatu pabrik,
dan lainlain.
f. Formal Group dan Informal Group
J.A.A. Van Doorn membedakan kelompok formal dan informal. Formal group
ialah kelompok yang mempunyai peraturan tegas dan sengaja diciptakan oleh
anggota-anggotanya untuk mengatur hubungan antara sesama, contohnya,
organisasi. Informal group tidak mempunyai struktur dan organisasi tertentu atau
yang pasti. Kelompok-kelompok tersebut biasanya terbentuk karena pertemuanpertemuan yang berulang kali, yang menjadi dasar pertemuan, kepentingankepentingan dan pengalaman-pengalaman yang sama, contohnya, klik (clique).

xi

g. Membership Group & Reference Group
Membership group merupakan suatu kelompok di mana setiap orang secara fisik
menjadi anggota kelompok tersebut. Reference group ialah kelompok-kelompok
sosial yang menjadi acuan bagi seseorang (bukan anggota kelompok tersebut)
untuk membentuk pribadi dan perilakunya. Robert K. Merton dengan menyebut
beberapa hasil karya Harold H. Kelley, Shibutani, dan Ralph H.Turner
mengemukakan adanya dua tipe umum reference group yakni tipe normatif, yang
menentukan dasar-dasar bagi kepribadian seseorang dan tipe perbandingan, yang
merupakan pegangan bagi individu di dalam menilai kepribadiannya.
h. Kelompok Okupasional dan Volunter
Kelompok okupasional adalah kelompok yang muncul karena semakin
memudarnya fungsi kekerabatan, di mana kelompok ini timbul karena
anggotanya memiliki pekerjaan yang sejenis. Contohnya, kelompok profesi,
seperti asosiasi sarjana farmasi, ikatan dokter indonesia, dan lain-lain.
Okupasional diambil dari kata okupasi yang berarti menempati tempat atau objek
kosong yang tidak mempunyai penguasa, dalam hal ini dicontohkan kelompok
tersebut adalah orang-orang yang dapat memonopoli suatu teknologi tertentu
yang mempunyai patokan dan aturan tertentu seperti halnya etika profesi,
sedangkan
volonter adalah orang yang mempunyai kepentingan yang sama, namun tidak
mendapat perhatian dari masyarakat. Kelompok ini dapat memenuhi
kepentingankepentingan anggotanya secara individual, tanpa mengganggu
kepentingan masyarakat secara umum. Terjadinya kelompok volunter karena
beberapa hal antara lain:
1) kebutuhan sandang dan pangan
2) kebutuhan keselamatan jiwa dan raga
3) kebutuhan akan harga diri
4) kebutuhan untuk dapat mengembangkan potensi diri
5) kebutuhan akan kasih sayang

xii

i. Kelompok-kelompok Sosial yang Teratur dan Tidak Teratur
Kelompok teratur merupakan kelompok yang mempunyai peraturan tegas dan
sengaja diciptakan anggota-anggotanya untuk mengatur hubungan antarmereka.
Ciri-ciri kelompok teratur, antara lain:
a)

Memiliki identitas kolektif yang tegas (misalnya tampak pada nama
kelompok, simbol kelompok,dll).

b) Memiliki daftar anggota yang rinci.
c)

Memiliki program kegiatan yang terus-menerus diarahkan kepada

d) Pencapaian tujuan yang jelas.
e)

Memiliki prosedur keanggotaan.

Contoh kelompok teratur antara lain berbagai perkumpulan pelajar atau
mahasiswa, instansi pemerintahan, parpol, organisasi massa, perusahaan, dan
lainlain. Kelompok-kelompok sosial yang tidak teratur terdiri dari berbagai
macam,
antara lain:
1) Kerumunan (Crowd) adalah individu yang berkumpul secara bersamaan serta
kebetulan di suatu tempat dan juga pada waktu yang bersamaan. Bentukbentuk
kerumunan antara lain:
a. Khalayak penonton atau pendengar yang formal (Formal audiences)
Merupakan kerumunan-kerumunan yang mempunyai pusat perhatian dan
persamaan tujuan, tetapi sifatnya pasif, contohnya menonton film.
b. Kelompok ekspresif yang telah direncanakan (Planned Expressive Group)
Adalah kerumunan yang pusat perhatiannya tidak begitu penting, tetapi
mempunyai persamaan tujuan yang tersimpul dalam aktifitas kerumunan tersebut
serta kepuasan yang dihasilkannya. Fungsinya adalah sebagai penyalur
ketegangan-ketegangan yang dialami orang karena pekerjaan sehari-hari, contoh
orang yang berpesta, berdansa, dsb.
2) Kerumunan yang bersifat sementara (Casual crowds)
a.

Kumpulan yang kurang menyenangkan (inconvenient aggregations) Dalam

kerumunan itu kehadiran orang-orang lain merupakan halangan terhadap
tercapainya maksud seseorang. Contoh; orang-orang yang antri karcis, orangorang yng menunggu bis dan sebagainya.

xiii

b.

Kerumunan orang yang sedang dalam keadaan panik (panic crowd) Yaitu

orang-orang yang bersama-sama menyelamatkan diri dari suatu bahaya.
c.

Kerumunan penonton (spectator crowd), karena ingin melihat suatu kejadian

tertentu. Kerumunan semacam ini hampir sama dengan khalayak penonton, tetapi
bedanya adalah bahwa kerumunan penonton tidak direncanakan, sedangkan
kegiatan-kegiatan juga pada umumnya belum tak terkendalikan.
3) Kerumunan yang berlawanan dengan norma-norma hukum.
a.

Kerumunan yang bertindak emosional

b.

Kerumunan yang bersifat imoral.
Ada dua faktor pembentukan kelompok sosial, dua faktor utama yang

tampaknya mengarahkan pilihan tersebut adalah kedekatan dan kesamaan.
1) Kedekatan
Pengaruh tingkat kedekatan, atau kedekatan geografis, terhadap keterlibatan
seseorang dalam sebuah kelompok tidak bisa diukur. Kita membentuk kelompok
bermain dengan orang-orang di sekitar kita. Kita bergabung dengan kelompok
kegiatan sosial lokal. Kelompok tersusun atas individu-individu yang saling
berinteraksi. Semakin dekat jarak geografis antara dua orang, semakin mungkin
mereka saling melihat, berbicara, dan bersosialisasi. Singkatnya, kedekatan fisik
meningkatkan peluang interaksi dan bentuk kegiatan bersama yang
memungkinkan terbentuknya kelompok sosial. Jadi, kedekatan menumbuhkan
interaksi, yang memainkan peranan penting terhadap terbentuknya kelompok
pertemanan.
2) Kesamaan
Pembentukan kelompok sosial tidak hanya tergantung pada kedekatan fisik,
tetapi juga kesamaan di antara anggota-anggotanya. Sudah menjadi kebiasaan,
orang lebih suka berhubungan dengan orang yang memiliki kesamaan dengan
dirinya. Kesamaan yang dimaksud adalah kesamaan minat, kepercayaan, nilai,
usia, tingkat intelejensi, atau karakter-karakter personal lain. Kesamaan juga
merupakan faktor utama dalam memilih calon pasangan untuk membentuk
kelompok sosial yang disebut keluarga.

xiv

C. Hubungan hukum dengan kelompok sosial dalam masyarakat
Mempelajari kelompok sosial merupakan hal yang penting bagi hukum, oleh
karena hukum merupakan abstraksi dari interaksi sosial sinamis di dalam
kelompok-kelompok sosial tersebut. Interaksi sosial yang dinamis tersebut lamakelamaan karena pengalaman, menjadi nilai-nilai sosial yaitu konsepsi-konsepsi
abstrak yang hidup di dalam alam pikiran bagian terbesar warga masyarakat
tentang apa yang dianggap baik dan tidak baik di dalam pergaulan hidup. Nilainilai sosial tersebut biasanya telah berkembang sejak lama dan telah mencapai
suatu kemantapan dalam jiwa bagian terbesar warga masyarakat dan dianggap
sebagai pedoman atau pendorong bagi tata kelakuannya. Nilai-nilai sosial yang
abstrak tersebut mendapatkan bentuk yang konkret dalam kaidah yang
merupakan bagian dari kebudayaan masyarakat bersangkutan. Betapa pentingnya
kelompok-kelompok sosial bagi pembentukan hukum maupun pelaksanaannya
kiranya menjadi jelas dengan adanya uraian diatas. Untuk jelasnya, akan
dikemukakan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh seorang sosiolog yaitu
Richard Schwartz, terhadap dua bentuk masyatakat tani di Israel (R.D. Schwartz
1964: 471-491). Masyarakat tani yang satu dibentuk atas dasar kolektivisme
ekonomis dan dinamakan kvutza, sedangkan yang lainnya merupakan masyarakat
yang didasarkan pada milik perseorangan yang dinamakan moshav. Pada moshav
dijumpai suatu badan peradilan khusus yang mengadili persengketaanpersengketaan yang terjadi, badan yang tidak dijumpai pada kvutza. Walaupun
kvutza mempunyai rapat desa sebagai badan legislatif yang melahirkan
keputusan-keputusan terhadap orang banyak, namun tak ada badan khusus yang
bertugas sebagai badan pelaksana hukum atau penegak hukum. Apabila
pelaksanaan pengendalian sosial ditinjau pada kedua masyarakat tersebut, maka
pada kvutza yang kolektif sifatnya, warganya secara tetap melakukan interaksi
sosial antara sesamanya. Mereka mempunyai sistem kaidah-kaidah sosial yang
terinci konkret, dapat diterapkan terhadap bagian terbesar dari masyaratakat dan
pada umumnya mereaka menegtahui, menghargai serta mentaati kaidah-kaidah
tertentu. Sebaliknya, antara warga-warga moshav tidak terjadi hubungan-

xv

hubungan yang rapat dan juga tak ada kesatuan pendapat perihal isi kaidahkaidah sosial yang berlaku. Schwartz berkesimpulan, bahwa kvutza mempunyai
sistem pengadilan sosial informal yang kuat, maka masyrakat tersebut tidak
begitu memerlukan suatu sistem hukum. Walaupun mungkin terjadi kegoncangan
pada sistem pengendalian sosial yang informal tadi, namun ada kecenderungan
untuk memperkuatnya kembali dari pada membentuk pengendalian sosial yang
formal (hukum). Sebaliknya pada moshav, perkembangan yang kuat dari hukum
disebabkan karena kurang efektifnya alat-alat pengendali sosial yang informal.
Dari keterangan-keterangan Schwartz tersebut terdaoat suatu bukti, bahwa pada
masyarakat tertentu hukum kurang berperan apabila dibandingkan dengan
kaidah-kaidah lainnya. Terutama pada masyarakat gemein schaftlich kaidahkaidah sosial lainnya lebih efektif karena hukum sebetulnya secara implisit
berarti turut sertanya atau campur tangannya pihak lain, yang berarti pula
memperluas persengketaan, artinya, pada masyarakat-masyarakat tertentu yang
masih sederhana dan homogen sifatnta ada kecenderungan untuk menyelesaikan
suatu konflik di antara mereka sendiri.
Contoh-contoh lain masih banyak, antara lain tentang konsepsi kesebandingan
yang merupakan salah satu tugas hukum. Sebetulnya tak ada suatu konsepsi
umum tentang kesebandingan, kesebandingan tergantung dari nilai-nilai sosial
bagian tertentu dari masyarakat. Dan hal itu haruslah di perhatikan di dalam
melaksanakan

hukum.

Konsepsi-konsepsi

tentang

kesebandingan

pada

hakikatnya berakar didalam kondisi yang pada suatu waktu tertentu diingini oleh
suatu kelompok sosial tertentu. Biasanya, konsepsi tentang kesebandingan baru
menonjol apabila warga suatu kelompok sosial tertentu dihadapi oleh hal-hal
yang dirasakan tidak adil.

xvi

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Hukum merupakan rangkaian kaidah, peraturan-peraturan, tata aturan, baik
tertulis maupun tidak tertulis, yang menentukan atau mengatur hubunganhubungan antara para anggota masyarakat. Sedangkan suatu kelompok sosial
adalah suatu kesatuan yang terdiri dari dua orang atau lebih dimana diantara
mereka terjadi komunikasi dua arah atau timbal balik serta interaksi satu dengan
yang lainnya. Jarak fisik yang dekat tidak menjadi ukuran karena belum tentu
terjadi interaksi, tetapi pada kesadaran untuk berinteraksi. Dalam mempelajari
kelompok sosial merupakan hal yang penting bagi hukum, oleh karena hukum
merupakan abstraksi dari interaksi sosial sinamis di dalam kelompok-kelompok
sosial tersebut. Interaksi sosial yang dinamis tersebut lama-kelamaan karena
pengalaman, menjadi nilai-nilai sosial yaitu konsepsi-konsepsi abstrak yang
hidup di dalam alam pikiran bagian terbesar warga masyarakat tentang apa yang
dianggap baik dan tidak baik di dalam pergaulan hidup.

xvii

DAFTAR RUJUKAN
Machmudin, Dudu Duswara. 2010. Pengantar Ilmu Hukum. Bandung.
Refika Aditama
Soekanto, Soerjono. 1988. Pokok - Pokok Sosiologi Hukukm. Jakarta. PT
Raja Grafindo Persada
Soekanto, Soerjono. 1977. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta. Universitas
Indonesia

xviii