ETIKA BISNIS DAN PROFESI GOOD GOFERNANCE

ETIKA BISNIS DAN PROFESI
(GOOD GOVERNANCE)

OLEH:
William Tanumihardja

(2013 220 096)

Hadi Putra Salim

(2013 220 048)

Yohanes Ivan

(2013 220 032)

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI
INDONESIA
KAYU TANGI BANJARMASIN

1


BAB I. LATAR BELAKANG
Terjadinya krisis ekonomi di Indonesia antara lain disebabkan oleh tatacara penyelenggaraan
pemerintahan yang tidak dikelola dan diatur dengan baik. Akibatnya timbul berbagai masalah
seperti korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) yang sulit diberantas, masalah penegakan
hukum yang sulit berjalan, monopoli dalam kegiatan ekonomi, serta kualitas pelayanan
kepada masyarakat yang memburuk.
Masalah-masalah tersebut juga telah menghambat proses pemulihan ekonomi Indonesia,
sehingga jumlah pengangguran semakin meningkat, jumlah penduduk miskin bertambah,
tingkat kesehatan menurun, dan bahkan telah menyebabkan munculnya konflik-konflik di
berbagai daerah yang dapat mengancam persatuan dan kesatuan negara Republik Indonesia.
Bahkan kondisi saat inipun menunjukkan masih berlangsungnya praktek dan perilaku yang
bertentangan dengan kaidah tata pemerintahan yang baik, yang bisa menghambat
terlaksananya agenda-agenda reformasi.
Penyelenggaraan pemerintahan yang baik adalah landasan bagi pembuatan dan penerapan
kebijakan negara yang demokratis dalam era globalisasi. Fenomena demokrasi ditandai
dengan menguatnya kontrol masyarakat terhadap penyelenggaraan pemerintahan, sementara
fenomena globalisasi ditandai dengan saling ketergantungan antarbangsa, terutama dalam
pengelolaan sumber-sumber ekonomi dan aktivitas dunia usaha (bisnis).
Kedua perkembangan diatas, baik demokratisasi maupun globalisasi, menuntut redefinisi

peran pelaku-pelaku penyelenggaraan pemerintahan. Pemerintah, yang sebelumnya
memegang kuat kendali pemerintahan, cepat atau lambat harus mengalami pergeseran peran
dari posisi yang serba mengatur dan mendikte ke posisi sebagai fasilitator. Dunia usaha dan
pemilik modal, yang sebelumnya berupaya mengurangi otoritas negara yang dinilai
cenderung menghambat perluasan aktivitas bisnis, harus mulai menyadari pentingnya
regulasi yang melindungi kepentingan publik. Sebaliknya, masyarakat yang sebelumnya
ditempatkan sebagai penerima manfaat (beneficiaries), harus mulai menyadari kedudukannya
sebagai pemilik kepentingan yang juga harus berfungsi sebagai pelaku.
Oleh karena itu, tata pemerintahan yang baik perlu segera dilakukan agar segala
permasalahan yang timbul dapat segera dipecahkan dan juga proses pemulihan ekonomi
dapat dilaksanakan dengan baik dan lancar. Disadari, mewujudkan tata pemerintahan yang
baik membutuhkan waktu yang tidak singkat dan juga upaya yang terus menerus. Disamping
itu, perlu juga dibangun kesepakatan serta rasa optimis yang tinggi dari seluruh komponen
bangsa yang melibatkan tiga pilar berbangsa dan bernegara, yaitu para aparatur negara, pihak
swasta dan masyarakat madani untuk menumbuhkembangkan rasa kebersamaan dalam
rangka mencapai tata pemerintahan yang baik.

BAB II. PEMBAHASAN

2


A. PENGERTIAN GOOD GOVERNANCE
Good Governance adalah suatu peyelegaraan manajemen pembangunan yang solid dan
bertanggung jawab yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien,
penghindaran salah alokasi dana investasi dan pencegahan korupsi baik secara politik
maupun secara administratif menjalankan disiplin anggaran serta penciptaan legal dan
politican framework bagi tumbuhnya aktifitas usaha.
Good governance pada dasarnya adalah suatu konsep yang mengacu kepada proses
pencapaian keputusan dan pelaksanaannya yang dapat dipertanggungjawabkan secara
bersama. Sebagai suatu konsensus yang dicapai oleh pemerintah, warga negara, dan
sektor swasta bagi penyelenggaraan pemerintahaan dalam suatu negara.

B. PRINSIP GOOD GOVERNANCE
Menurut UNDP ada 14 prinsip good governance, penulis memilih yang lebih lengkap karena
sudah menyangkut banyak unsur dan prinsip dalam menjalankan Good Governance dengan
masing-masing penjelasan terdapat empat belas prinsip yang dapat terhimpun dari telusuran
wacana good governance, yaitu:
1
2
3

4
5
6
7
8
9
10
11

Wawasan ke Depan (visionary);
Keterbukaan dan Transparansi (openness and transparency);
Partisipasi Masyarakat (participation);
Tanggung Gugat (accountability);
Supremasi Hukum (rule of law);
Demokrasi (democracy);
Profesionalisme dan Kompetensi (profesionalism and competency);
Daya Tanggap (responsiveness);
Keefisienan dan Keefektifan (efficiency and effectiveness);
Desentralisasi (decentralization);
Kemitraan dengan Dunia Usaha Swasta dan Masyarakat (private Sector and civil society

partnership);
12 Komitmen pada Pengurangan Kesenjangan (commitment to reduce Inequality);
13 Komitmen pada Lingkungan Hidup (commitment to environmental protection);
14 Komitmen Pasar yang Fair (commitment to Fair Market);
Ke-empat belas prinsip good governance secara singkat dijelaskan sebagai berikut :
1 Tata pemerintahan yang berwawasan ke depan (visi strategis), Semua kegiatan pemerintah
di berbagai bidang dan tingkatan seharusnya didasarkan pada visi dan misi yang jelas
dan jangka waktu pencapaiannya serta dilengkapi strategi implementasi yang tepat
sasaran, manfaat dan berkesinambungan.
2 Tata pemerintahan yang bersifat terbuka (transparan), Wujud nyata prinsip tersebut antara
lain dapat dilihat apabila masyarakat mempunyai kemudahan untuk mengetahui serta
memperoleh data dan informasi tentang kebijakan, program, dan kegiatan aparatur
pemerintah, baik yang dilaksanakan di tingkat pusat maupun daerah.
3 Tata pemerintahan yang mendorong partisipasi masyarakat, Masyarakat yang
berkepentingan ikut serta dalam proses perumusan dan/atau pengambilan keputusan

3

atas kebijakan publik yang diperuntukkan bagi masyarakat, sehingga keterlibatan
masyarakat sangat diperlukan pada setiap pengambilan kebijakan yang menyangkut

masyarakat luas.
4 Tata pemerintahan yang bertanggung jawab/ bertanggung gugat (akuntabel), Instansi
pemerintah dan para aparaturnya harus dapat mempertanggungjawabkan pelaksanaan
kewenangan yang diberikan sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. Demikian
halnya dengan kebijakan, program, dan kegiatan yang dilakukannya dapat
dipertanggungjawabkan.
5 Tata pemerintahan yang menjunjung supremasi hukum, Wujud nyata prinsip ini mencakup
upaya penuntasan kasus KKN dan pelanggaran HAM, peningkatan kesadaran HAM,
peningkatan kesadaran hukum, serta pengembangan budaya hukum. Upaya-upaya
tersebut dilakukan dengan menggunakan aturan dan prosedur yang terbuka dan jelas,
serta tidak tunduk pada manipulasi politik.
6 Tata pemerintahan yang demokratis dan berorientasi pada konsensus, Perumusan
kebijakan pembangunan baik di pusat maupun daerah dilakukan melalui mekanisme
demokrasi, dan tidak ditentukan sendiri oleh eksekutif. Keputusan-keputusan yang
diambil antara lembaga eksekutif dan legislatif harus didasarkan pada konsensus agar
setiap kebijakan publik yang diambil benar-benar merupakan keputusan bersama.
7 Tata pemerintahan yang berdasarkan profesionalitas dan kompetensi, Wujud nyata dari
prinsip profesionalisme dan kompetensi dapat dilihat dari upaya penilaian kebutuhan
dan evaluasi yang dilakukan terhadap tingkat kemampuan dan profesionalisme
sumber daya manusia yang ada, dan dari upaya perbaikan atau peningkatan kualitas

sumber daya manusia.
8 Tata pemerintahan yang cepat tanggap (responsif), Aparat pemerintahan harus cepat
tanggap terhadap perubahan situasi/kondisi mengakomodasi aspirasi masyarakat, serta
mengambil prakarsa untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapi masyarakat.
9 Tata pemerintahan yang menggunakan struktur & sumber daya secara efisien & efektif,
Pemerintah baik pusat maupun daerah dari waktu ke waktu harus selalu menilai
dukungan struktur yang ada, melakukan perbaikan struktural sesuai dengan tuntutan
perubahan seperti menyusun kembali struktur kelembagaan secara keseluruhan,
menyusun jabatan dan fungsi yang lebih tepat, serta selalu berupaya mencapai hasil
yang optimal dengan memanfaatkan dana dan sumber daya lainnya yang tersedia
secara efisien dan efektif.
10 Tata pemerintahan yang terdesentralisasi, Pendelegasian tugas dan kewenangan pusat
kepada semua tingkatan aparat sehingga dapat mempercepat proses pengambilan
keputusan, serta memberikan keleluasaan yang cukup untuk mengelola pelayanan
publik dan menyukseskan pembangunan di pusat maupun di daerah.
11 Tata pemerintahan yang mendorong kemitraan dengan dunia usaha swasta dan
masyarakat, Pembangunan masyarakat madani melalui peningkatan peran serta
masyarakat dan sektor swasta harus diberdayakan melalui pembentukan kerjasama
atau kemitraan antara pemerintah, swasta, dan masyarakat. Hambatan birokrasi yang
menjadi rintangan terbentuknya kemitraan yang setara harus segera diatasi dengan

perbaikan sistem pelayanan kepada masyarakat dan sektor swasta serta
penyelenggaraan pelayanan terpadu.
12 Tata pemerintahan yang memiliki komitmen pada pengurangan kesenjangan,
Pengurangan kesenjangan dalam berbagai bidang baik antara pusat dan daerah maupun
antardaerah secara adil dan proporsional merupakan wujud nyata prinsip pengurangan
kesenjangan. Hal ini juga mencakup upaya menciptakan kesetaraan dalam hukum (equity
of the law) serta mereduksi berbagai perlakuan diskriminatif yang menciptakan
kesenjangan antara laki-laki dan perempuan dalam kehidupan bermasyarakat.

4

13 Tata pemerintahan yang memiliki komitmen pada lingkungan hidup, Daya dukung
lingkungan semakin menurun akibat pemanfaatan yang tidak terkendali. Kewajiban
penyusunan analisis mengenai dampak lingkungan secara konsekuen, penegakan
hukum lingkungan secara konsisten, pengaktifan lembaga-lembaga pengendali
dampak lingkungan, serta pengelolaan sumber daya alam secara lestari merupakan
contoh perwujudan komitmen pada lingkungan hidup.
14 Tata pemerintahan yang memiliki komitmen pada pasar, Pengalaman telah membuktikan
bahwa campur tangan pemerintah dalam kegiatan ekonomi seringkali berlebihan
sehingga akhirnya membebani anggaran belanja dan bahkan merusak pasar. Upaya

pengaitan kegiatan ekonomi masyarakat dengan pasar baik di dalam daerah maupun
antar daerah merupakan contoh wujud nyata komitmen pada pasar.

C. KONSEP GOOD GOVERNANCE
Good Governance sebenarnya telah lama dilaksanakan oleh semua pihak yaitu Pemerintah,
Swasta dan Masyarakat, namun demikian masih banyak yang rancu memahami konsep
Governance. Secara sederhana, banyak pihak menerjemahkan governance sebagai Tata
Pemerintahan. Tata pemerintahan disini bukan hanya dalam pengertian struktur dan
manajemen lembaga yang disebut eksekutif, karena pemerintah (government) hanyalah salah
satu dari tiga aktor besar yang membentuk lembaga yang disebut governance. Dua aktor lain
adalah private sektor (sektor swasta) dan civil society (masyarakat madani). Karenanya
memahami governance adalah memahami bagaimana integrasi peran antara pemerintah
(birokrasi), sektor swasta dan civil society dalam suatu aturan main yang disepakati bersama.
Lembaga pemerintah harus mampu menciptakan lingkungan ekonomi, politik, sosial budaya,
hukum dan keamanan yang kondusif. Sektor swasta berperan aktif dalam menumbuhkan
kegiatan perekonomian yang akan memperluas lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan,
sedangkan civil society harus mampu berinteraksi secara aktif dengan berbagai macam
aktifitas perekonomian, sosial dan politik termasuk bagaimana melakukan kontrol terhadap
jalannya aktifitas-aktifitas tersebut


D.PENERAPAN GOOD GOVERNANCE
Penerapan good governance akan berjalan baik jika didukung oleh tiga pilar yang saling
berhubungan, yaitu Negara/Pemerintah dan perangkatnya sebagai regulator, dunia usaha
sebagai pelaku pasar, dan masyarakat sebagai pengguna produk dan dunia usaha. Sehingga
menjalankan good Governance seyogyanya dilakukan bersama-sama pada tiga pilar/elemen.
Bila pelaksanaan hanya dibebankan pada Pemerintah saja maka keberhasilannya kurang
optimal dan bahkan memerlukan waktu yang panjang. Prinsip dasar yang harus dilaksanakan
oleh tiga pilar dalam menjalankan Good Governance adalah:
1. Negara/Pemerintah dan perangkatnya menciptakan peraturan perundang-undangan yang
menunjang iklim usaha yang sehat, efisien dan transparan, melaksanakan peraturan
perundang-undangan dan penegakan hukum secara konsisten. Antara lain yang harus
dilakukan :
-Menjaga stabilitas Politik, Ekonomi, Hankam dan social budaya secara
berkesinambungan.

5

-Melaksanakan koordinasi secara efektif antar penyelenggara negara dalam penyusunan
Regulasi berdasarkan sistem hukum nasional dengan memprioritaskan kebijakan yang
sesuai dengan kepentingan publik, dunia usaha dan masyarakat.

-Mengikutsertakan Stakeholder dan dunia usaha serta masyarakat secara
bertanggungjawab dalam penyusunan Regulasi.
-Menciptakan sistem politik yang sehat dengan penyelenggara negara yang memiliki
integritas dan profesionalitas yang tinggi.
-Melaksanakan peraturan perundang-undangan dan penegakan hukum secara konsisten.
-Mencegah terjadinya korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN).
-Mengatur kewenangan dan desentralisasi pemerintahan yang jelas dalam meningkatkan
pelayanan masyarakat dengan integritas yang tinggi mendukung terciptanya iklim usaha
yang sehat, efisien dan transparan.
-Membuat peraturan yang efektif dan berkeadilan
-Menyediakan public service yang efektif dan accountable.
-Menegakkan HAM
-Melindungi lingkungan hidup
-Mengurus standar kesehatan dan standar keselamatan public
-Membuka ruang Publik yang transparan terhadap informasi Dunia usaha sebagai pelaku
pasar menerapkan Good Corporate Governance sebagai pedoman dasar pelaksanaan
usaha.
-Menerapkan etika bisnis secara konsisten sehingga dapat terwujud iklim usaha yang
sehat, efisien dan transparan.
-Bersikap dan berperilaku yang memperlihatkan kepatuhan dunia usaha dalam
melaksanakan peraturan perundang-undangan.
-Mencegah terjadinya korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) dalam mengelola
perusahaan.
-Meningkatkan kualitas struktur pengelolaan dan pola kerja perusahaan yang didasarkan
pada asasGCG secara berkesinambungan.
-Menciptakan lapangan kerja
-Menyediakan insentif bagi karyawan
-Meningkatkan standar dan kesejahteraan hidup karyawan dan Lingkungan (CSR).
-Memelihara lingkungan hidup dan ikut melestarikan.
-Transfer ilmu pengetahuan dan tehnologi kepada masyarakat
-Menyediakan kredit bagi pengembangan UMKM di lingkungannya maupun yang
mendukung usahanya.
2. Masyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena
dampak dari keberadaan perusahaan, menunjukkan kepedulian dan melakukan kontrol sosial
secara aktif dan obyektif serta ikut bertanggung jawab.
-Melakukan kontrol sosial dengan memberikan perhatian dan kepedulian terhadap pelayanan
masyarakat yang dilakukan penyelenggara negara serta terhadap kegiatan dan produk atau
jasa yang dihasilkan oleh dunia usaha, melalui penyampaian pendapat secara objektif dan
bertanggung jawab.
-Melakukan komunikasi dengan penyelenggara negara dan dunia usaha dalam
mengekspresikan pendapat dan keberatan masyarakat.
-Mematuhi peraturan perundang-undangan dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab.
-Menjaga agar hak-hak masyarakat terlindungi bersama.
-Mempengaruhi kebijakan publik yang dibuat dan dijalankan oleh pemerintah.
-Sebagai sarana cheks and balances terhadap pemerintah

6

-Mengawasi penyalahgunaan kewenangan sosial pemerintah
-Mengembangkan Sumber Daya Manusia secara bersama-sama.
-Sarana berkomunikasi, dialog dan gotong royong sesama anggota masyarakat.

E. GOOD CORPORATE GOVERNANCE
Dalam melaksanakan Governance di sektor privat/perusahaan sudah banyak badan usaha
yang menerapkan Good Corporate Governance (GCG) dengan tujuan untuk memastikan
bahwa manajemen berjalan dengan baik, efektif,efisien, transparan dan konsisten.
Secara umum istilah governance lebih ditujukan untuk sistem pengendalian dan pengaturan
perusahaan, dalam arti lebih ditujukan pada tindakan yang dilakukan eksekutif perusahaan
agar tidak merugikan para stakeholder. Good Corporate Governance memang menyangkut
orang (moralitas), etika kerja, dan prinsip kerja yang baik. Dalam prakteknya ada empat
model pengendalian perusahaan yaitu;
1. Simple financial model. Ada konflik kepentingan antara pemilik dan manajer. Karena
tidak memiliki saham, dikhawatirkan manajer akan banyak merugikan pemilik saham.
Maka diperlukan kontrak insentif (misalnya hak pemilikan, bonus, dan sebagainya),
atau aturan-aturan yang melindungi kepentingan pemilik.
2. Stewardship model. Berbeda dengan model pertama, manajer dianggap steward,
sehingga tidak terlalu perlu dikontrol. Ini bisa terjadi pada perusahaan keluarga,
dimana direksi dikendalikan ketat oleh pemegang saham, sehingga diperlukan
direktur yang independen.
3. Stakeholder model. Perusahaan merupaka satu sistem dari stakeholder dalam suatu
sistem masyarakat yang lebih luas. Suara stakeholder diakomodasi dalam struktur
dewan direksi. Karyawan diusahakan bekerja seumur hidup.
4. Political model. Pemerintah memiliki pengaruh besar, misalnya dalam mengatur
jumlah maksimum kepemilikan saham, dan sebagainya.
Pada prakteknya, GCG dilaksanakan dengan gabungan dari empat hal diatas. Tujuannya
adalah bagaimana mengarahkan dan mengontrol perusahaan melalui distribusi hak/
tanggungjawab semua pihak dalam perusahaan. Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam
penerapan GCG yaitu:
1. Pentingnya hak pemegang saham untuk memperoleh informasi dengan benar dan
tepat pada waktunya.
2. Kewajiban perusahaan untuk melakukan pengungkapan (disclosure) secara akurat,
tepat waktu, dan transparan terhadap semua informasi kinerja perusahaan,
kepemilikan, dan stakeholder. Dari berbagai hasil pengkajian yang dilakukan oleh
berbagai lembaga riset independen nasional dan internasional, menunjukkan
rendahnya pemahaman terhadap arti penting dan strategisnya penerapan prinsipprinsip GCG oleh pelaku bisnis di Indonesia. Selain itu, budaya organisasi turut
mempengaruhi penerapan GCG di Indonesia.
Prinsip Good Corporate Governance dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan semua
pihak yang berhubungan dengan perusahaan (stakeholders). Diharapkan hal ini akan segera
bisa dirumuskan lebih lanjut dan diterapkan dalam semua perusahaan, karena pengakuan
public terhadap perusahaan yang berkualitas termasuk penerapan GCG dalam sistemnya
dapat diakui keberadaannya kedepan.
Sedangkan pengukuran kinerja konsep Good Corporate Governance berdasarkan kepada lima
dasar, yaitu:
7

1.perlindungan hak pemegang saham,
2.persamaan perlakuan pemegang saham,
3.peranan stakeholders terkait dengan bisnis,
4.keterbukaan dan transparansi,
5.akuntabilitas dewan komisaris.
Pengukuran kinerja tersebut juga, berdimensi aktifitas operasional internal, intelektual kapital
dan pembelajaran, kapasitas untuk inovasi dan respon terhadap pasar, produk dan penerimaan
pasar, hubungan dengan pelanggan, hubungan dengan investor, hubungan dengan partner dan
stakeholders lainnya, hubungan dengan publik sasaran, lingkungan, keuangan. Sehingga,
pengukuran kinerja yang berorientasi Good Corporate Governance ada yang memandang
sebagai pengembangan dari pengukuran kinerja Balance Score Card yang melalui empat
core. Good Corporate Governance memberikan kontribusi dapat dijadikan alternatif penting
meningkatkan kualitas proses bisnis melalui informasi yang dihasilkan serta peranannya
sebagai performance driver, performance measurement. Karena, bagaimana pun proses bisnis
diperbaiki secara tepat dan akurat apabila diperoleh informasi yang akurat serta komprehensif
tentang apa yang harus diperbaiki termasuk apa yang harus ditingkatkan. Mudah-mudahan
bila semua telah menjalankan good Governance dengan baik, maka dinamika kemajuan
mudah diraih dan kepercayaan public terhadap semua pilar terpelihara dengan baik dan
berkesinambungan.

F.MANFAAT DAN FAKTOR PENERAPAN GCG
Seberapa jauh perusahaan memperhatikan prinsip-prinsip dasar GCG telah semakin menjadi
faktor penting dalam pengambilan keputusan investasi. Terutama sekali hubungan antara
praktik corporate governance dengan karakter investasi internasional saat ini. Karakter
investasi ini ditandai dengan terbukanya peluang bagi perusahaan mengakses dana melalui
‘pool of investors’ di seluruh dunia. Suatu perusahaan dan atau negara yang ingin menuai
manfaat dari pasar modal global, dan jika kita ingin menarik modal jangka panjang yang,
maka penerapan GCG secara konsisten dan efektif akan mendukung ke arah itu. Bahkan
jikapun perusahaan tidak bergantung pada sumber daya dan modal asing, penerapan prinsip
dan praktik GCG akan dapat meningkatkan keyakinan investor domestik terhadap
perusahaan.
Di samping hal-hal tersebut di atas, GCG juga dapat:
1.Mengurangi agency cost, yaitu suatu biaya yang harus ditanggung pemegang saham
sebagai akibat pendelegasian wewenang kepada pihak manajemen. Biaya-biaya ini dapat
berupa kerugian yang diderita perusahaan sebagai akibat penyalahgunaan wewenang
(wrong-doing), ataupun berupa biaya pengawasan yang timbul untuk mencegah
terjadinya hal tersebut.
2.Mengurangi biaya modal (cost of capital), yaitu sebagai dampak dari pengelolaan
perusahaan yang baik tadi menyebabkan tingkat bunga atas dana atau sumber daya yang
dipinjam oleh perusahaan semakin kecil seiring dengan turunnya tingkat resiko
perusahaan.
3.Meningkatkan nilai saham perusahaan sekaligus dapat meningkatkan citra perusahaan
tersebut kepada publik luas dalam jangka panjang.
4.Menciptakan dukungan para stakeholder (para pihak yang berkepentingan) dalam
lingkungan perusahaan tersebut terhadap keberadaan dan berbagai strategi dan kebijakan
yang ditempuh perusahaan, karena umumnya mereka mendapat jaminan bahwa mereka
juga mendapat manfaat maksimal dari segala tindakan dan operasi perusahaan dalam
menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan.
8

Faktor Eksternal
Yang dimakud faktor eksternal adalah beberapa faktor yang berasal dari luar perusahaan yang
sangat mempengaruhi keberhasilan penerapan GCG. Di antaranya:
a. Terdapatnya sistem hukum yang baik sehingga mampu menjamin berlakunya supremasi
hukum yang konsisten dan efektif.
b.
Dukungan pelaksanaan GCG dari sektor publik/ lembaga pemerintahaan yang
diharapkan dapat pula melaksanakan Good Governance dan Clean Government menuju Good
Government Governance yang sebenarnya.
c. Terdapatnya contoh pelaksanaan GCG yang tepat (best practices) yang dapat menjadi
standard pelaksanaan GCG yang efektif dan profesional. Dengan kata lain, semacam
benchmark (acuan).
d. Terbangunnya sistem tata nilai sosial yang mendukung penerapan GCG di masyarakat. Ini
penting karena lewat sistem ini diharapkan timbul partisipasi aktif berbagai kalangan
masyarakat untuk mendukung aplikasi serta sosialisasi GCG secara sukarela.
Hal lain yang tidak kalah pentingnya sebagai prasyarat keberhasilan implementasi
GCG terutama di Indonesia adalah adanya semangat anti korupsi yang berkembang di
lingkungan publik di mana perusahaan beroperasi disertai perbaikan masalah kualitas
pendidikan dan perluasan peluang kerja. Bahkan dapat dikatakan bahwa perbaikan
lingkungan publik sangat mempengaruhi kualitas dan skor perusahaan dalam
implementasi GCG.
Faktor Internal
Maksud faktor internal adalah pendorong keberhasilan pelaksanaan praktek GCG yang
berasal dari dalam perusahaan. Beberapa faktor dimaksud antara lain:
a. Terdapatnya budaya perusahaan (corporate culture) yang mendukung penerapan GCG
dalam mekanisme serta sistem kerja manajemen di perusahaan.
b. Berbagai peraturan dan kebijakan yang dikeluarkan perusahaan mengacu pada penerapan
nilai-nilai GCG.
c. Manajemen pengendalian risiko perusahaan juga didasarkan pada kaidah-kaidah standar
GCG.
d.
Terdapatnya sistem audit (pemeriksaan) yang efektif dalam perusahaan untuk
menghindari setiap penyimpangan yang mungkin akan terjadi.
e. Adanya keterbukaan informasi bagi publik untuk mampu memahami setiap gerak dan
langkah manajemen dalam perusahaan sehingga kalangan publik dapat memahami dan
mengikuti setiap derap langkah perkembangan dan dinamika perusahaan dari waktu ke
waktu.

G.STUDI KASUS

9

Enron Corporation dan KAP Anderson Enron Corporation
Pada tahun 1985, Enron didirikan oleh Kenneth Lay melalui merger antara Houston Natural
Gas dan InterNorth. Perusahaan yang bergerak di bidang energi tersebut melakukan
penjualan listrik dengan menggunakan harga pasar pada awal tahun 1990. Adanya hasil
Kongres Amerika Serikat yang memutuskan untuk melakukan deregulasi penjualan gas alam
telah menyebabkan Enron mengalami peningkatan pendapatan yang signifikan. Enron
merupakan penjual gas alam terbesar pada tahun 1992 di Amerika Utara, kontrak penjualan
gas Enron menghasilkan laba sebelum pajak sebesar $122 juta, dan merupakan penyumbang
kedua terbesar dalam laba usaha perusahaan.
Dalam upaya untuk memperluas pertumbuhan bisnis perusahaan, Enron menerapkan strategi
bisnis diversifikasi. Perusahaan tersebut memiliki dan mengoperasikan berbagai aset meliputi
gas pipelines, electricity plants, pulp and paper plants, water plants, dan broadband services.
Perkembangan pesat Enron telah menyebabkan harga saham perusahaan tersebut mengalami
kenaikan sebesar 311% dari awal tahun 1990 sampai akhir tahun 1998. Pada tahun 1999
harga saham mengalami kenaikan sebesar 56% dan pada tahun 2000 sebesar 87%. Harga
saham per lembar perusahaan adalah sebesar $83.13.
Dari hasil survey majalah Fortune tentang “Most Admired Company”, Enron dinobatkan
sebagai “the Most Innovative Company” di Amerika.
Pada tahun 2001, Enron telah menjadi konglomerat yang memiliki dan mengoperasikan gas
pipelines, electricity plants, pulp and paper plants, water plants, dan broadband
services berskala internasional, dan sahamnya diperdagangkan secara luas di pasar modal.
Sepanjang akhir periode 1990-an, saham Enron naikks ecara perlahan-lahan di NYSE,
dengan rentang perdagangan $20-$40. Dalam beberapa bulan awal tahun 2000 harga saham
Enron melonjak menjadi $70 dan mencapai puncaknya pada Agustus 2000 pada harga $90,56
dan menutup tahun dengan harga saham mendekati $80. Pada tahun 2001, tren tersebut
menurut secara drastis hingga suatu titik dimana saham Enron sebenarnya sudah tidak
berharga lagi. Pada tanggal 2 April 2002, saham Enron hanya bernilai 24 sen pada
pasar over-the-counter.
KAP Arthur Andersen
KAP Arthur Andersen didirikan pada tahun 1913 oleh Arthur Andersen dan Clarence Delany
sebagai Anderse Delany & Co. Perusahaan tersebut berubah nama menjadi Arthur Andersen
& Co. pada tahun 1918.
Pada akhir tahun 1990-an, Arthur Andersen telah berhasil mengali-tigakan pendapatan per
saham para partnernya,Sesuai perkiraan, Arthur Andersen berjuang untuk menyeimbangkan
antara “faithfulness to accouting standards” dengan “its clients’ desire to maximize profits”,
khususnya di laporan laba rugi kuartalan. Arthur Andersen telah diduga terlibat dalam
penipuan akuntansi dan audit pada Enron.

Studi Kasus Enron
Kasus Enron menjadi sebuah pelajaran bagi dunia bisnis di seluruh dunia. Apabila suatu
praktik atau perilaku yang dilandasi dengan ketidak-baikan akhirnya akan menuai ketidak-

10

baikan pula. Saran dari kelompok kami untuk entitas bisnis agar tidak jatuh seperti yang
dialami Enron :
-Menjunjung tinggi nilai-nilai dan etika agar setiap perilaku senantiasa berpijak untuk
kebaikan semua.
-Jangan melakukan hal yang dapat merugikan orang banyak untuk memperkaya diri
sendiri.
Saran bagi KAP Arthur Anderson :
-Menjunjung tinggi kejujuran dan profesionalitas
-Mematuhi kode etik menggunakan prinsip Akuntansi Berterima Umum
-Menjaga integritas profesi dan tidak merangkap jabatan sekaligus

BAB III. PENUTUP

11

D. KESIMPULAN
Good governance adalah suatu tindakan atau tingkah laku yang didasarkan pada nilai-nilai
yang bersifat mengarahkan,mengendalikan, atau mempengaruhi masalah public untuk
mewujudkan nilai-nilai itu dalam kehidupan keseharian.Good Governance merupakan
pengertian dalam hal yang luas sehingga untuk memberikan arti serta defenisi tidak semudah
mengartikan kata perkata melainkan perlunya aspek –aspek serta pemikiran yang luas
menyangkut bidang tersebut.






Berkaca dari contoh kasus di atas, kita dapat melihat etika dan bisnis sebagai dua hal
yang berbeda. Memang, beretika dalam berbisnis tidak akan memberikan keuntungan
dengan segera, karena itu para pelaku bisnis harus belajar untuk melihat prospek
jangka panjang.
Keunci utama kesuksesan bisnis adalah reputasinya sebagai pengusaha yang
memegang teguh integritas dan kepercayaan pihak lain.
Kemajuan teknologi informasi khususnya internet telah menambah kompleksitas
kegiatan “public relation” dan “crisis management” perusahaan
Product recall dapat dilihat sebagai bagian dari etika perusahaan yang menjunjung
tinggi keselamatan konsumen. Dalam jangka panjang, etika semacam itu justru akan
menguntungkan perusahaan.

Perilaku tidak etis khususnya yang berkaitan dengan skandal keuangan berimbas pada
menurunnya aktivitas dan kepercayaan investor terhadap bursa saham dunia yang
mengakibatkan jatuhnya harga-harga saham.

E. DAFTAR PUSTAKA
http://teknikkepemimpinan.blogspot.co.id/2014/07/analisis-prinsip-good-corporate.html
12

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31059/4/Chapter%20I.pdf
https://diaryintan.wordpress.com/2010/11/15/good-corporate-governance-gcg-2/
http://knkg-indonesia.com/home/news/93-10-prinsip-good-governance.html
http://seputarpengertian.blogspot.co.id/2015/12/pengertian-dan-prinsip-goodgovernance.html
http://celotehlestarius.blogspot.co.id/2015/03/pengertian-dan-konsep-goodgovernance.html
htttp://google.com
http://wikipedia.com

13