LAPORAN HASIL OBSERVASI PENGELOLAAN LIMB (1)
LAPORAN HASIL OBSERVASI PENGELOLAAN LIMBAH DOMESTIK
DI LINGKUNGAN CUNGKING KABUPATEN BANYUWANGI
27 Maret 2017
Nama Kelompok 3 :
Yogi Yhuwono
101411535004
Tifal Dakwani
101411535005
Dwi Lailatul Fitria
101411535022
Hanifatul Mukaromah
101411535025
Renika Cahya Maulida
101411535026
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
PSDKU UNIVERSITAS AIRLANGGA
BANYUWANGI
2017
Laporan Hasil Observasi Pengelolaan Limbah Domestik
di Lingkungan Cungking Kabupaten Banyuwangi
27 Maret 2017
1. Pendahuluan
a. Nama Kegiatan
Nama Kegiatan ini adalah Studi Lapangan Pengelolaan Limbah di Lingkungan
Cungking
b. Latar Belakang
Limbah merupakan buangan atau sesuatu yang sudah tidak terpakai lagi baik
yang berbentuk padat, cair atau gas. Limbah tidak baik bagi lingkungan hidup dan
kesehatan serta kelangsungan hidup masyarakat. Karena limbah padat terutama
dapat menjadi sarang dan penyebaran
bibit penyakit juga menyebabkan
penurunan estetik lingkungan. Pengelolaan limbah penting untuk dilakukan agar
tidak menimbulkan kerugian bagi kesehatan dan lingkungan hidup. Berdasarkan
asalnya limbah dibedakan menjadi 3 yaitu limbah rumah tangga, limbah pertanian
dan limbah industri.
Limbah rumah tangga (domestik) diklasifikasikan beberapa hal yaitu limbah
padat, limbah cair dari kegiatan mencuci dan mandi, limbah gas, serta limbah
tinja. Limbah padat yang berupa sampah rumah tangga jika tidak dikelola dengan
baik dapat berpotensi tinggi mencemari lingkungan sekitar. Lingkungan Cungking
yang terletak di Kelurahan Mojopanggung dan berbatasan langsung dengan sungai
cungking memiliki jumlah penduduk yang padat dan telah memiliki TPS. Oleh
karena itu, kegiatan ini dilaksanakan untuk mengetahui pengelolaan limbah di
Lingkungan Cungking..
c. Tujuan
Kegiatan ini bertujuan untuk :
- Mengetahui pengelolaan limbah di Lingkungan Cungking
- Mahasiswa mampu menganalisis permasalahan limbah di masyarakat
2. Tinjauan Pustaka
A. Pengelolaan Limbah Padat (sampah)
Berdasarkan Undang-Undang No. 18 Tahun 2008, sampah adalah sisa
kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat.
Pengelolaan sampah dimaksudkan adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh,
dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah.
Berdasarkan sifat fisik dan kimianya sampah dapat digolongkan menjadi: 1)
sampah ada yang mudah membusuk terdiri atas sampah organik seperti sisa
sayuran, sisa daging, daun dan lain-lain; 2) sampah yang tidak mudah membusuk
seperti plastik, kertas, karet, logam, sisa bahan bangunan dan lain-lain; 3) sampah
yang berupa debu/abu; dan 4) sampah yang berbahaya (B3) bagi kesehatan,
seperti sampah berasal dari industri dan rumah sakit yang mengandung zat-zat
kimia dan agen penyakit yang berbahaya (marliani,2014).
Pengelolaan sampah bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan
kualitas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumberdaya. Dari sudut
pandang kesehatan lingkungan, pengelolaan sampah dipandang baik jika sampah
tersebut tidak menjadi media berkembang biaknya bibit penyakit serta sampah
tersebut tidak menjadi medium perantara menyebarluasnya suatu penyakit. Syarat
lainnya yang harus dipenuhi, yaitu tidak mencemari udara, air dan tanah, tidak
menimbulkan bau (tidak mengganggu nilai estetis), tidak menimbulkan
kebakaran
dan
yang
lainnya
(Azwar,
1986
dalam
marliani,2014).
Penyelenggarana pengelolaan sampah meliputi pengurangan sampah dan
penangan sampah. Pengurangan dan penangan sampah meliputi kegiatan
pembatasan sampah mulai dari sumbernya, mendaur ulang sampah, pemanfaatan
kembali sampah, pemilahan sampah, pengumpulan sampah, pengangkutan
sampah, pengelolaan sampah dan pemrosesan akhir sampah (Undang-Undang
No. 18 Tahun 2008).
Menurut Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia
Nomor 13 Tahun 2012 Tentang Pedoman Pelaksanaan Reduce, Reuse, Dan
Recycle Melalui Bank Sampah, Bank sampah adalah tempat pemilahan dan
pengumpulan sampah yang dapat didaur ulang dan/atau diguna ulang yang
memiliki nilai ekonomi. Kegiatan 3R yang dilakukan di bank smapah meliputi
sampah rumah tangga dan sampah sejenis rumah tangga. Persyaratan bank
sampah paling sedikit ada 2 yakni kontruksi bangunan dan sistem manajemen
bank sampah. Kontruksi bangunan sudah ditentukan dalam lampiran peraturan
menteri tersebut sedangkan sistem manjemen yang dimaksud meliputi :
a. Pemilahan sampah
b. Penyerahan sampah ke bank sampah
c. Penimbangan sampah
d.
e.
Pencatatan
Hasil penjualan sampah yang diserahkan dimasukkan ke dalam buku
tabungan
f.
Bagi hasil penjualan sampah antara penabung dan pelaksana.
B. Pengelolaan limbah cair
Limbah cair adalah sisa buangan hasil suatu kegiatan berbentuk cair dan tidak
digunakan kembali, baik berupa sisa kegiatan industri, rumah tangga, peternakan,
pertanian dan sebagainya. Pengelolaan air limbah ini merupakan upaya untuk
memelihara kelestarian lingkungan. Beberapa teknik pengelolaan air limbah
terbagi menjadi 3 metode:
1. Pengolahan secara fisik
Merupakan upaya pengendapan dan penyaringan terhadap bahan-bahan
tersuspensi berukuran besar yang mudah mengendap.
2. Pengolahan secara kimia
Dilakukan untuk menghilangkan partikel-partikel yang tidak mudah
mengendap, logam berat, senyawa fosfor, dan zat organic beracun dengan
menambahkan
bahan kimia tertentu yang diperlukan. Prinsip dari
pengolahan ini adalah perubahan sifat dari yang tidak dapat diendapkan
menjadi mudah diendapkan.
3. Pengolahan secara biologi
Semua buangan biodegredeble dapat diolah secara biologi. Pengolahan ini
dipandang paling murah dan efisien. Pada dasarnya pengolahan secara
biologi ini dibedakan menjadi 2 jenis:
a. Reactor pertumbuhan tersuspensi (mikroorganisme tumbuh dan
berkembang dalam keadaan tersuspensi)
b. Reactor pertumbuhan lekat (mikroorganisme tumbuh di atas media
pendukung membentuk lapisan film melekatan dirinya).
Limbah cair rumah tangga adalah segala proses penggunaan dan kegiatan
dalam rumah tangga. Misalnya air bekas cuci baju, mandi, memasak. Air limbah
yang dibuang secara langsung ke sungai tanpa proses pengolahan dapat
membahayakan kehidupan biota didalamnya dan menurunkan kualitas air.
Sehingga ketersediaan air bersih dapat berkurang. Selain itu membuang air
limbah tanpa pengelolaan dapat menimbulkan berbagai penyakit menular karena
terjadinya pencemaran air. Penyakit-penyakit ini menyebar jika kondisi
lingkungan permukiman atau dengan snitasi yang sangat buruk. Jenis mikrobia
yang terdapat dalam air cukup beragam antara lain karena virus, bakteri, protozoa
dan metazoan (Subekti,2009). Untuk lebih jelasnya jenis agent dan jenis penyakit
dapat dilihat pada table di bawah ini:
Oleh karena itu dalam pembuangan limbah domestik di daerah permukiman
sebaiknya dilakukan pembuatan sistem jaringan pembuangan limbah yang dapat
menampung dan mengalirkan limbah tersebut secara baik dan benar, agar dapat
mencegah terjadinya kontak antara kotoran sebagai sumber penyakit dengan air yang
sangat diperlukan untuk keperluan hidup sehari-hari. Pengolahan air limbah domestik
sebagaimana tercantum dalam Peraturan Mneteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
No. 68 Tahun 2016 dilakukan secara:
a. tersendiri, tanpa menggabungkan dengan pengolahan air limbah dari kegiatan
lainnya
b. terintegrasi, melalui penggabungan air limbah dari kegiatan lainnya ke dalam satu
sistem pengolahan air limbah.
3. Metode
Peserta kegiatan ini adalah Mahasiswa S1 Program Studi Kesehatan
Masyarakat (PDD Banyuwangi) semester VI, Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Universitas Airlangga yang terdaftar sebagai mahasiswa mata kuliah pengelolaan
limbah peminatan kesehatan lingkungan yang berjumlah 24 orang. Didampingi oleh
dosen mata kuliah pengelolaan limbah. Metode yang kami gunakan dalam kegiatan
ini adalah observasi langsung dan melakukan wawancara dengan kepala desa
Mojopanggung dan Pak RW lingkungan Cungking serta warga masyarakat
lingkungan Cungking. Waktu dan Tempat Kegiatan dilaksanakan pada :
Hari, tanggal
Tempat
Hari, tanggal
Tempat
: Kamis, 23 Maret 2017
: Desa Pakistaji, dan
: Senin, 27 Maret 2017
: Lingkungan Cungking
4. Hasil dan Pembahasan
A. Pengelolaan limbah padat di Kelurahan Cungking
1. Melakukan pembatasan sampah dari rumah
Tidak ada upaya untuk membatasi jumlah sampah di tingkat rumah tangga. Sampah
dibuang sepanjang aliran sungai padahal terdapat plang larangan untuk membuang
sampah di sepanjang aliran sungai. Sampah yang terdapat di sepanjang badan sungai
seperti: detergen, steroform, plastic bungkus makanan , bungkus rokok, kardus, botol
plastic dll. Banyak upaya yang sudah dilakukan oleh pihak desa untuk mengurangi
sampah dan tidak membuang sampah di sungai melalui sosialisasi yang dilakukan di
posyandu, yasinan atau perkumpulan masyarakat lainya.
Gambar 1 plang larangan membuang sampah disungai
Gambar 2 kondisi sampah disepanjang aliran sungai
2. Memilah dan mengolah sampah di TPS untuk dimanfaatkan
Jenis sampah yang terkumpul di TPS adalah sampah dapur, sampah kebun dan sampah
pasar. Tidak ada pengolahan maupun pemilahan di TPS, bahkan kondisi sampah di TPS
melebihi tempat yang tersedia. Tidak ada plang/himbauan untuk menjaga kebersihan di
sekitar TPS. Bau sampah yang menyengat dapat di cium di rumah terdekat.
Gambar 3 kondisi sampah di TPS
3. Pengumpulan sampah dari rumah tangga menuju TPS secara terpisah
Terdapat tempat sampah di depan rumah warga yang terbuat
dari
bamboo.Pengangkutan sampah dari rumah tangga menuju TPS di Lingkungan
Cungking menggunakan gerobak sampah yang di operasikan oleh pasukan kuning.
Tersedia 2 gerobak sampah dengan 3 orang pasukan kuning yang memperoleh upah Rp
3.000 – Rp 5.000/ bulan per rumah. Kondisi gerobak sampah ada penutupnya, terbuat
dari kayu dan beroda 2 Pengangkutan sampah dari TPS ke tempat pengolahan TPS,
atau TPA dan dilakukan pemilahan. Sampah dari TPS di angkut oleh truk sampah dari
DKP setiap 1 kali sehari pada waktu pagi atau sore. Namun tidak ada pemilahan ketika
pengangkutan.
Gambar 4 Kondisi TPS
4. Pengolahan sampah untuk dimanfaatkan di TPS
Tidak ada pengolahan sampah di TPS, keberadaan lindi juga tidak ada. Kondisi TPS
berupa bangunan permanen dengan atap terbuat dari seng dan pintu terbuat dari besi
berwarna hitam, luas bangunan sekitar 2 meter, dinding berwarna hijau tua dan
memiliki satu ventilasi di bagian belakang. Jarak TPS dengan rumah warga terdekat
sekitar 30 meter. Terdapat banyak lalat dan semut. TPS juga dekat dengan sungai
sekitar 1 meter di bagian belakang dan 3 meter di samping TPS.
Gambar 5 Pengelolaan sampah di TPS
5. Pemrosesan sampah di TPA agar aman untuk lingkungan
Pemrosesan sampah di jadikan kompos, diuraikan, dan dimanfaatkan sebagai biogas
untuk bahan bakar.
B. Pengelolaan Limbah Cair Rumah Tangga
Beberapa masyarakat masih melakukan berbagai aktivitas rumah tangga yang
menghasilkan limbah disungai, seperti contohnya mandi, BAB, dan mencuci baju.
Sebagain besar dari mereka adalah masyarakat usia tua, sedangkan usia muda enggan
untuk mandi/BAB disungai karena malu. Ketersediaan air bersih di rumah-rumah
warga sudah ada yakni dari PDAM, ketersediaan kamar mandi juga sudah tersedia.
Namun masih ditemukan beberapa rumah warga yang belum memiliki WC/Jamban
.Hasil wawancara kami kepada ketua RW lingkungan cungking, beberapa alasan warga
masyarakat melakukan aktivitas disungai karena murah, tidak perlu membayar dan
praktis.
Masyarakat yang tidak beraktivitas disungai (mandi, cuci baju dan BAB),
mempunyai saluran air limbah langsung menuju sungai atau got. Ada 1 rumah warga
yang pengelolaan air limbahnya menggunakan septi tank karena sudah tersedia sejak
rumah tersebut dibeli. Saluran pembuangan air limbah menjadi satu baik limbah cair
dari dapur dan limbah cair dari kamar mandi.
Gambar 6 Saluran pembuangan air limbah ke sungai
Gambar 7 aktivitas mandi dan BAB disungai
Gambar 8 Aktivitas Mencuci baju disungai
5. Kesimpulan dan Saran
Pengelolaan limbah padat dan cair rumah tangga di Lingkungan Cungkin
masih kurang. Karena belum adanya upaya untuk mengurangi sampah, pemilahan
sampah dari sumber sampai ke TPS, pengelolaan sampah , masih ada beberapa
masyarakat yang membuang sampah disungai, sumber saluran air imbah rumah
tangga langsung ke sungai, dan masih melakukan aktivitas penyebab limbah langsung
disungai (BAB, mandi, mencuci baju). Untuk itu perlu adanya upaya untuk
meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat akan pentingnya menjaga serta
meningkatkan
kelestarian lingkungan dan kulitas air sungai. Juga program
jambanisasi untuk masyarakat yang belum memiliki jamban, karena beberapa
masyarakat beralasan BAB dan mandi disungai karena belum memiliki jamban.
Pengelolaan terhadap saluran pembuangan air limbah dipemukiman juga perlu
ditingkatkan, dengan membuat septitank atau sumur resapan.
6. Daftar Pustaska
1. Marliani,Novi.2014.Pemanfaatan Limbah Rumah Tangga (Sampah Anorganik)
Sebagai Bentuk Implementasi Dari Pendidikan Lingkungan Hidup. Jurnal
Formatif 4(2): 124-132
2. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 13
Tahun 2012 Tentang Pedoman Pelaksanaan Reduce, Reuse, Dan Recycle Melalui
Bank Sampah
3. Peraturan Mneteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. 68 Tahun 2016 tentang
Baku Mutu Air Limbah Domestik
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2012
Tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Dan Sampah
Sejenis Sampah Rumah Tangga
5. Subekti.2009. Pengelolaan Limbah Cair Rumah Tangga. jurnal unpad.ac.id.
[diakses tanggal 1 Mei 2017]
7. Lampiran
A. Poin Observasi dan wawancara
POIN OBSERVASI LINGKUNGAN CUNGKING
-
Limbah Padat:
o TPS:
Deskripsi dan gambaran bentuk TPS
Jarak TPS dari rumah terdekat
Jarak TPS dari air permukaan
Aroma sampah di TPS dari rumah terdekat
Keberadaan lalat di rumah terdekat dari TPS
Aroma sampah di TPS
Atap TPS ada / tidak ada
Lalat di TPS ada / tidak ada
Kecoa di TPS ada / tidak ada
Ukuran TPS
TPS terbuka / tertutup
Bahan konstruksi TPS
Besaran sampah di TPS penuh / tidak penuh
Jenis sampah di TPS
Deskripsi kondisi sampah
Pemilahan sampah
Penataan sampah di TPS rapi / tidak rapi
Keberadaan informasi jadwal pengambilan sampah di TPS
Keberadaan anjuran kebersihan atau pengelolaan sampah
Sumber sampah di TPS
Keberadaan lindi di TPS
Keberadaan gerobak sampah
o Rumah Warga:
Kepemilikan tempat sampah
Pemilahan sampah
Jenis tempat sampah
Jenis sampah
Penempatan tempat sampah di rumah
-
-
Tempat membuang sampah dalam tempat sampah
Usaha minimalisasi sampah (4R)
Keberadaan pengangkutan sampah oleh petugas dari rumah
o Bantaran Sungai:
Keberadaan sampah di bantaran maupun aliran
Turbiditas air sungai secara fisik
Jenis sampah di sungai
Keberadaan anjuran tidak buang sampah di sungai
Limbah Cair:
o Rumah Warga:
Aktivitas warga yang merupakan sumber limbah cair
Jenis limbah cair
Alur dan muara pembuangan limbah cair
Warna limbah cair
o Bantaran Sungai:
Keberadaan aktivitas warga yang menjadi sumber limbah cair
Keberadaan saluran pembuangan limbah cair warga ke sungai
Limbah Tinja:
o Rumah Warga:
Keberadaan jamban di rumah
Ketersediaan air bersih di rumah
Alur dan muara pembuangan limbah tinja
o Bantaran Sungai:
Keberadaan aktivitas warga yang menjadi sumber limbah tinja
Prasarana pembuangan tinja ke sungai
Pengguna prasarana pembuangan tinja ke sungai
PANDUAN WAWANCARA LINGKUNGAN CUNGKING
-
Tokoh Masyarakat (Ketua RW):
o Limbah Padat:
Jenis sampah di TPS
Jumlah TPS
Penataan sampah di TPS rapi / tidak rapi
Sumber sampah di TPS
Keberadaan gerobak sampah
Pemilihan sampah di TPS
Usaha minimalisasi sampah (4R)
Keberadaan pengangkutan sampah oleh petugas dari rumah
Frekuensi pengangkutan sampah dari rumah
-
Pakaian yang digunakan pengangkut sampah
Pemilahan sampah saat pengangkutan
Jenis angkutan sampah
Jumlah pengangkut sampah
Kondisi angkutan sampah
Frekuensi dan waktu pengosongan TPS
Jenis pengangkut dari TPS ke TPA
Asal petugas pengangkut dari TPS ke TPA
Asal petugas pengangkut sampah dari rumah ke TPS
Keberadaan sampah di bantaran maupun aliran
Turbiditas air sungai secara fisik
Keberadaan anjuran tidak buang sampah di sungai
o Limbah Cair:
Alur dan muara pembuangan limbah cair
Keberadaan saluran pembuangan limbah cair warga ke sungai
Keberadaan aktivitas warga yang menjadi sumber limbah cair
o Limbah Tinja:
Keberadaan jamban di rumah
Ketersediaan air bersih di rumah
Alur dan muara pembuangan limbah tinja
Keberadaan aktivitas warga yang menjadi sumber limbah tinja
Prasarana pembuangan tinja ke sungai
Pengguna prasarana pembuangan tinja ke sungai
Warga Masyarakat:
o Limbah Padat:
Aroma sampah di TPS dari rumah terdekat
Keberadaan lalat di rumah terdekat dari TPS
Jenis sampah di TPS
Penataan sampah di TPS rapi / tidak rapi
Sumber sampah di TPS
Keberadaan gerobak sampah
Kepemilikan tempat sampah
Pemilahan sampah di rumah
Pemilihan sampah di TPS
Jenis tempat sampah di rumah
Jenis sampah di rumah
Penempatan tempat sampah di rumah
Tempat membuang sampah dalam tempat sampah
Usaha minimalisasi sampah (4R)
Keberadaan pengangkutan sampah oleh petugas dari rumah
Frekuensi pengangkutan sampah
Pakaian yang digunakan pengangkut sampah
Pemilahan sampah saat pengangkutan
Jenis angkutan sampah
Jumlah pengangkut sampah
Kondisi angkutan sampah
Frekuensi pengosongan TPS
Jenis pengangkut dari TPS ke TPA
Asal petugas pengangkut dari TPS ke TPA
Asal petugas pengangkut sampah dari rumah ke TPS
Keberadaan sampah di bantaran maupun aliran
Turbiditas air sungai secara fisik
o Limbah Cair:
Aktivitas warga yang merupakan sumber limbah cair
Alur dan muara pembuangan limbah cair
Keberadaan aktivitas warga yang menjadi sumber limbah cair
Keberadaan saluran pembuangan limbah cair warga ke sungai
Sebab memilih alur dan muara pembuangan limbah cair
o Limbah Tinja:
Keberadaan jamban di rumah
Ketersediaan air bersih di rumah
Alur dan muara pembuangan limbah tinja
Keberadaan aktivitas warga yang menjadi sumber limbah tinja
Prasarana pembuangan tinja ke sungai
Pengguna prasarana pembuangan tinja ke sungai
B. Dokumentasi
Gambar 9 foto bersama degan Ibu Kepala Desa Mojopanggung
Gambar 10 santunan kepada lansia sebelum kegiatan observasi dilaksanakan
Gambar 11 wawancara dengan warga di Lingkungan Cungking
Gambar 12 tanya jawab kepada Ibu Kepala Desa Mojopanggung
DI LINGKUNGAN CUNGKING KABUPATEN BANYUWANGI
27 Maret 2017
Nama Kelompok 3 :
Yogi Yhuwono
101411535004
Tifal Dakwani
101411535005
Dwi Lailatul Fitria
101411535022
Hanifatul Mukaromah
101411535025
Renika Cahya Maulida
101411535026
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
PSDKU UNIVERSITAS AIRLANGGA
BANYUWANGI
2017
Laporan Hasil Observasi Pengelolaan Limbah Domestik
di Lingkungan Cungking Kabupaten Banyuwangi
27 Maret 2017
1. Pendahuluan
a. Nama Kegiatan
Nama Kegiatan ini adalah Studi Lapangan Pengelolaan Limbah di Lingkungan
Cungking
b. Latar Belakang
Limbah merupakan buangan atau sesuatu yang sudah tidak terpakai lagi baik
yang berbentuk padat, cair atau gas. Limbah tidak baik bagi lingkungan hidup dan
kesehatan serta kelangsungan hidup masyarakat. Karena limbah padat terutama
dapat menjadi sarang dan penyebaran
bibit penyakit juga menyebabkan
penurunan estetik lingkungan. Pengelolaan limbah penting untuk dilakukan agar
tidak menimbulkan kerugian bagi kesehatan dan lingkungan hidup. Berdasarkan
asalnya limbah dibedakan menjadi 3 yaitu limbah rumah tangga, limbah pertanian
dan limbah industri.
Limbah rumah tangga (domestik) diklasifikasikan beberapa hal yaitu limbah
padat, limbah cair dari kegiatan mencuci dan mandi, limbah gas, serta limbah
tinja. Limbah padat yang berupa sampah rumah tangga jika tidak dikelola dengan
baik dapat berpotensi tinggi mencemari lingkungan sekitar. Lingkungan Cungking
yang terletak di Kelurahan Mojopanggung dan berbatasan langsung dengan sungai
cungking memiliki jumlah penduduk yang padat dan telah memiliki TPS. Oleh
karena itu, kegiatan ini dilaksanakan untuk mengetahui pengelolaan limbah di
Lingkungan Cungking..
c. Tujuan
Kegiatan ini bertujuan untuk :
- Mengetahui pengelolaan limbah di Lingkungan Cungking
- Mahasiswa mampu menganalisis permasalahan limbah di masyarakat
2. Tinjauan Pustaka
A. Pengelolaan Limbah Padat (sampah)
Berdasarkan Undang-Undang No. 18 Tahun 2008, sampah adalah sisa
kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat.
Pengelolaan sampah dimaksudkan adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh,
dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah.
Berdasarkan sifat fisik dan kimianya sampah dapat digolongkan menjadi: 1)
sampah ada yang mudah membusuk terdiri atas sampah organik seperti sisa
sayuran, sisa daging, daun dan lain-lain; 2) sampah yang tidak mudah membusuk
seperti plastik, kertas, karet, logam, sisa bahan bangunan dan lain-lain; 3) sampah
yang berupa debu/abu; dan 4) sampah yang berbahaya (B3) bagi kesehatan,
seperti sampah berasal dari industri dan rumah sakit yang mengandung zat-zat
kimia dan agen penyakit yang berbahaya (marliani,2014).
Pengelolaan sampah bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan
kualitas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumberdaya. Dari sudut
pandang kesehatan lingkungan, pengelolaan sampah dipandang baik jika sampah
tersebut tidak menjadi media berkembang biaknya bibit penyakit serta sampah
tersebut tidak menjadi medium perantara menyebarluasnya suatu penyakit. Syarat
lainnya yang harus dipenuhi, yaitu tidak mencemari udara, air dan tanah, tidak
menimbulkan bau (tidak mengganggu nilai estetis), tidak menimbulkan
kebakaran
dan
yang
lainnya
(Azwar,
1986
dalam
marliani,2014).
Penyelenggarana pengelolaan sampah meliputi pengurangan sampah dan
penangan sampah. Pengurangan dan penangan sampah meliputi kegiatan
pembatasan sampah mulai dari sumbernya, mendaur ulang sampah, pemanfaatan
kembali sampah, pemilahan sampah, pengumpulan sampah, pengangkutan
sampah, pengelolaan sampah dan pemrosesan akhir sampah (Undang-Undang
No. 18 Tahun 2008).
Menurut Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia
Nomor 13 Tahun 2012 Tentang Pedoman Pelaksanaan Reduce, Reuse, Dan
Recycle Melalui Bank Sampah, Bank sampah adalah tempat pemilahan dan
pengumpulan sampah yang dapat didaur ulang dan/atau diguna ulang yang
memiliki nilai ekonomi. Kegiatan 3R yang dilakukan di bank smapah meliputi
sampah rumah tangga dan sampah sejenis rumah tangga. Persyaratan bank
sampah paling sedikit ada 2 yakni kontruksi bangunan dan sistem manajemen
bank sampah. Kontruksi bangunan sudah ditentukan dalam lampiran peraturan
menteri tersebut sedangkan sistem manjemen yang dimaksud meliputi :
a. Pemilahan sampah
b. Penyerahan sampah ke bank sampah
c. Penimbangan sampah
d.
e.
Pencatatan
Hasil penjualan sampah yang diserahkan dimasukkan ke dalam buku
tabungan
f.
Bagi hasil penjualan sampah antara penabung dan pelaksana.
B. Pengelolaan limbah cair
Limbah cair adalah sisa buangan hasil suatu kegiatan berbentuk cair dan tidak
digunakan kembali, baik berupa sisa kegiatan industri, rumah tangga, peternakan,
pertanian dan sebagainya. Pengelolaan air limbah ini merupakan upaya untuk
memelihara kelestarian lingkungan. Beberapa teknik pengelolaan air limbah
terbagi menjadi 3 metode:
1. Pengolahan secara fisik
Merupakan upaya pengendapan dan penyaringan terhadap bahan-bahan
tersuspensi berukuran besar yang mudah mengendap.
2. Pengolahan secara kimia
Dilakukan untuk menghilangkan partikel-partikel yang tidak mudah
mengendap, logam berat, senyawa fosfor, dan zat organic beracun dengan
menambahkan
bahan kimia tertentu yang diperlukan. Prinsip dari
pengolahan ini adalah perubahan sifat dari yang tidak dapat diendapkan
menjadi mudah diendapkan.
3. Pengolahan secara biologi
Semua buangan biodegredeble dapat diolah secara biologi. Pengolahan ini
dipandang paling murah dan efisien. Pada dasarnya pengolahan secara
biologi ini dibedakan menjadi 2 jenis:
a. Reactor pertumbuhan tersuspensi (mikroorganisme tumbuh dan
berkembang dalam keadaan tersuspensi)
b. Reactor pertumbuhan lekat (mikroorganisme tumbuh di atas media
pendukung membentuk lapisan film melekatan dirinya).
Limbah cair rumah tangga adalah segala proses penggunaan dan kegiatan
dalam rumah tangga. Misalnya air bekas cuci baju, mandi, memasak. Air limbah
yang dibuang secara langsung ke sungai tanpa proses pengolahan dapat
membahayakan kehidupan biota didalamnya dan menurunkan kualitas air.
Sehingga ketersediaan air bersih dapat berkurang. Selain itu membuang air
limbah tanpa pengelolaan dapat menimbulkan berbagai penyakit menular karena
terjadinya pencemaran air. Penyakit-penyakit ini menyebar jika kondisi
lingkungan permukiman atau dengan snitasi yang sangat buruk. Jenis mikrobia
yang terdapat dalam air cukup beragam antara lain karena virus, bakteri, protozoa
dan metazoan (Subekti,2009). Untuk lebih jelasnya jenis agent dan jenis penyakit
dapat dilihat pada table di bawah ini:
Oleh karena itu dalam pembuangan limbah domestik di daerah permukiman
sebaiknya dilakukan pembuatan sistem jaringan pembuangan limbah yang dapat
menampung dan mengalirkan limbah tersebut secara baik dan benar, agar dapat
mencegah terjadinya kontak antara kotoran sebagai sumber penyakit dengan air yang
sangat diperlukan untuk keperluan hidup sehari-hari. Pengolahan air limbah domestik
sebagaimana tercantum dalam Peraturan Mneteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
No. 68 Tahun 2016 dilakukan secara:
a. tersendiri, tanpa menggabungkan dengan pengolahan air limbah dari kegiatan
lainnya
b. terintegrasi, melalui penggabungan air limbah dari kegiatan lainnya ke dalam satu
sistem pengolahan air limbah.
3. Metode
Peserta kegiatan ini adalah Mahasiswa S1 Program Studi Kesehatan
Masyarakat (PDD Banyuwangi) semester VI, Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Universitas Airlangga yang terdaftar sebagai mahasiswa mata kuliah pengelolaan
limbah peminatan kesehatan lingkungan yang berjumlah 24 orang. Didampingi oleh
dosen mata kuliah pengelolaan limbah. Metode yang kami gunakan dalam kegiatan
ini adalah observasi langsung dan melakukan wawancara dengan kepala desa
Mojopanggung dan Pak RW lingkungan Cungking serta warga masyarakat
lingkungan Cungking. Waktu dan Tempat Kegiatan dilaksanakan pada :
Hari, tanggal
Tempat
Hari, tanggal
Tempat
: Kamis, 23 Maret 2017
: Desa Pakistaji, dan
: Senin, 27 Maret 2017
: Lingkungan Cungking
4. Hasil dan Pembahasan
A. Pengelolaan limbah padat di Kelurahan Cungking
1. Melakukan pembatasan sampah dari rumah
Tidak ada upaya untuk membatasi jumlah sampah di tingkat rumah tangga. Sampah
dibuang sepanjang aliran sungai padahal terdapat plang larangan untuk membuang
sampah di sepanjang aliran sungai. Sampah yang terdapat di sepanjang badan sungai
seperti: detergen, steroform, plastic bungkus makanan , bungkus rokok, kardus, botol
plastic dll. Banyak upaya yang sudah dilakukan oleh pihak desa untuk mengurangi
sampah dan tidak membuang sampah di sungai melalui sosialisasi yang dilakukan di
posyandu, yasinan atau perkumpulan masyarakat lainya.
Gambar 1 plang larangan membuang sampah disungai
Gambar 2 kondisi sampah disepanjang aliran sungai
2. Memilah dan mengolah sampah di TPS untuk dimanfaatkan
Jenis sampah yang terkumpul di TPS adalah sampah dapur, sampah kebun dan sampah
pasar. Tidak ada pengolahan maupun pemilahan di TPS, bahkan kondisi sampah di TPS
melebihi tempat yang tersedia. Tidak ada plang/himbauan untuk menjaga kebersihan di
sekitar TPS. Bau sampah yang menyengat dapat di cium di rumah terdekat.
Gambar 3 kondisi sampah di TPS
3. Pengumpulan sampah dari rumah tangga menuju TPS secara terpisah
Terdapat tempat sampah di depan rumah warga yang terbuat
dari
bamboo.Pengangkutan sampah dari rumah tangga menuju TPS di Lingkungan
Cungking menggunakan gerobak sampah yang di operasikan oleh pasukan kuning.
Tersedia 2 gerobak sampah dengan 3 orang pasukan kuning yang memperoleh upah Rp
3.000 – Rp 5.000/ bulan per rumah. Kondisi gerobak sampah ada penutupnya, terbuat
dari kayu dan beroda 2 Pengangkutan sampah dari TPS ke tempat pengolahan TPS,
atau TPA dan dilakukan pemilahan. Sampah dari TPS di angkut oleh truk sampah dari
DKP setiap 1 kali sehari pada waktu pagi atau sore. Namun tidak ada pemilahan ketika
pengangkutan.
Gambar 4 Kondisi TPS
4. Pengolahan sampah untuk dimanfaatkan di TPS
Tidak ada pengolahan sampah di TPS, keberadaan lindi juga tidak ada. Kondisi TPS
berupa bangunan permanen dengan atap terbuat dari seng dan pintu terbuat dari besi
berwarna hitam, luas bangunan sekitar 2 meter, dinding berwarna hijau tua dan
memiliki satu ventilasi di bagian belakang. Jarak TPS dengan rumah warga terdekat
sekitar 30 meter. Terdapat banyak lalat dan semut. TPS juga dekat dengan sungai
sekitar 1 meter di bagian belakang dan 3 meter di samping TPS.
Gambar 5 Pengelolaan sampah di TPS
5. Pemrosesan sampah di TPA agar aman untuk lingkungan
Pemrosesan sampah di jadikan kompos, diuraikan, dan dimanfaatkan sebagai biogas
untuk bahan bakar.
B. Pengelolaan Limbah Cair Rumah Tangga
Beberapa masyarakat masih melakukan berbagai aktivitas rumah tangga yang
menghasilkan limbah disungai, seperti contohnya mandi, BAB, dan mencuci baju.
Sebagain besar dari mereka adalah masyarakat usia tua, sedangkan usia muda enggan
untuk mandi/BAB disungai karena malu. Ketersediaan air bersih di rumah-rumah
warga sudah ada yakni dari PDAM, ketersediaan kamar mandi juga sudah tersedia.
Namun masih ditemukan beberapa rumah warga yang belum memiliki WC/Jamban
.Hasil wawancara kami kepada ketua RW lingkungan cungking, beberapa alasan warga
masyarakat melakukan aktivitas disungai karena murah, tidak perlu membayar dan
praktis.
Masyarakat yang tidak beraktivitas disungai (mandi, cuci baju dan BAB),
mempunyai saluran air limbah langsung menuju sungai atau got. Ada 1 rumah warga
yang pengelolaan air limbahnya menggunakan septi tank karena sudah tersedia sejak
rumah tersebut dibeli. Saluran pembuangan air limbah menjadi satu baik limbah cair
dari dapur dan limbah cair dari kamar mandi.
Gambar 6 Saluran pembuangan air limbah ke sungai
Gambar 7 aktivitas mandi dan BAB disungai
Gambar 8 Aktivitas Mencuci baju disungai
5. Kesimpulan dan Saran
Pengelolaan limbah padat dan cair rumah tangga di Lingkungan Cungkin
masih kurang. Karena belum adanya upaya untuk mengurangi sampah, pemilahan
sampah dari sumber sampai ke TPS, pengelolaan sampah , masih ada beberapa
masyarakat yang membuang sampah disungai, sumber saluran air imbah rumah
tangga langsung ke sungai, dan masih melakukan aktivitas penyebab limbah langsung
disungai (BAB, mandi, mencuci baju). Untuk itu perlu adanya upaya untuk
meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat akan pentingnya menjaga serta
meningkatkan
kelestarian lingkungan dan kulitas air sungai. Juga program
jambanisasi untuk masyarakat yang belum memiliki jamban, karena beberapa
masyarakat beralasan BAB dan mandi disungai karena belum memiliki jamban.
Pengelolaan terhadap saluran pembuangan air limbah dipemukiman juga perlu
ditingkatkan, dengan membuat septitank atau sumur resapan.
6. Daftar Pustaska
1. Marliani,Novi.2014.Pemanfaatan Limbah Rumah Tangga (Sampah Anorganik)
Sebagai Bentuk Implementasi Dari Pendidikan Lingkungan Hidup. Jurnal
Formatif 4(2): 124-132
2. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 13
Tahun 2012 Tentang Pedoman Pelaksanaan Reduce, Reuse, Dan Recycle Melalui
Bank Sampah
3. Peraturan Mneteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. 68 Tahun 2016 tentang
Baku Mutu Air Limbah Domestik
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2012
Tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Dan Sampah
Sejenis Sampah Rumah Tangga
5. Subekti.2009. Pengelolaan Limbah Cair Rumah Tangga. jurnal unpad.ac.id.
[diakses tanggal 1 Mei 2017]
7. Lampiran
A. Poin Observasi dan wawancara
POIN OBSERVASI LINGKUNGAN CUNGKING
-
Limbah Padat:
o TPS:
Deskripsi dan gambaran bentuk TPS
Jarak TPS dari rumah terdekat
Jarak TPS dari air permukaan
Aroma sampah di TPS dari rumah terdekat
Keberadaan lalat di rumah terdekat dari TPS
Aroma sampah di TPS
Atap TPS ada / tidak ada
Lalat di TPS ada / tidak ada
Kecoa di TPS ada / tidak ada
Ukuran TPS
TPS terbuka / tertutup
Bahan konstruksi TPS
Besaran sampah di TPS penuh / tidak penuh
Jenis sampah di TPS
Deskripsi kondisi sampah
Pemilahan sampah
Penataan sampah di TPS rapi / tidak rapi
Keberadaan informasi jadwal pengambilan sampah di TPS
Keberadaan anjuran kebersihan atau pengelolaan sampah
Sumber sampah di TPS
Keberadaan lindi di TPS
Keberadaan gerobak sampah
o Rumah Warga:
Kepemilikan tempat sampah
Pemilahan sampah
Jenis tempat sampah
Jenis sampah
Penempatan tempat sampah di rumah
-
-
Tempat membuang sampah dalam tempat sampah
Usaha minimalisasi sampah (4R)
Keberadaan pengangkutan sampah oleh petugas dari rumah
o Bantaran Sungai:
Keberadaan sampah di bantaran maupun aliran
Turbiditas air sungai secara fisik
Jenis sampah di sungai
Keberadaan anjuran tidak buang sampah di sungai
Limbah Cair:
o Rumah Warga:
Aktivitas warga yang merupakan sumber limbah cair
Jenis limbah cair
Alur dan muara pembuangan limbah cair
Warna limbah cair
o Bantaran Sungai:
Keberadaan aktivitas warga yang menjadi sumber limbah cair
Keberadaan saluran pembuangan limbah cair warga ke sungai
Limbah Tinja:
o Rumah Warga:
Keberadaan jamban di rumah
Ketersediaan air bersih di rumah
Alur dan muara pembuangan limbah tinja
o Bantaran Sungai:
Keberadaan aktivitas warga yang menjadi sumber limbah tinja
Prasarana pembuangan tinja ke sungai
Pengguna prasarana pembuangan tinja ke sungai
PANDUAN WAWANCARA LINGKUNGAN CUNGKING
-
Tokoh Masyarakat (Ketua RW):
o Limbah Padat:
Jenis sampah di TPS
Jumlah TPS
Penataan sampah di TPS rapi / tidak rapi
Sumber sampah di TPS
Keberadaan gerobak sampah
Pemilihan sampah di TPS
Usaha minimalisasi sampah (4R)
Keberadaan pengangkutan sampah oleh petugas dari rumah
Frekuensi pengangkutan sampah dari rumah
-
Pakaian yang digunakan pengangkut sampah
Pemilahan sampah saat pengangkutan
Jenis angkutan sampah
Jumlah pengangkut sampah
Kondisi angkutan sampah
Frekuensi dan waktu pengosongan TPS
Jenis pengangkut dari TPS ke TPA
Asal petugas pengangkut dari TPS ke TPA
Asal petugas pengangkut sampah dari rumah ke TPS
Keberadaan sampah di bantaran maupun aliran
Turbiditas air sungai secara fisik
Keberadaan anjuran tidak buang sampah di sungai
o Limbah Cair:
Alur dan muara pembuangan limbah cair
Keberadaan saluran pembuangan limbah cair warga ke sungai
Keberadaan aktivitas warga yang menjadi sumber limbah cair
o Limbah Tinja:
Keberadaan jamban di rumah
Ketersediaan air bersih di rumah
Alur dan muara pembuangan limbah tinja
Keberadaan aktivitas warga yang menjadi sumber limbah tinja
Prasarana pembuangan tinja ke sungai
Pengguna prasarana pembuangan tinja ke sungai
Warga Masyarakat:
o Limbah Padat:
Aroma sampah di TPS dari rumah terdekat
Keberadaan lalat di rumah terdekat dari TPS
Jenis sampah di TPS
Penataan sampah di TPS rapi / tidak rapi
Sumber sampah di TPS
Keberadaan gerobak sampah
Kepemilikan tempat sampah
Pemilahan sampah di rumah
Pemilihan sampah di TPS
Jenis tempat sampah di rumah
Jenis sampah di rumah
Penempatan tempat sampah di rumah
Tempat membuang sampah dalam tempat sampah
Usaha minimalisasi sampah (4R)
Keberadaan pengangkutan sampah oleh petugas dari rumah
Frekuensi pengangkutan sampah
Pakaian yang digunakan pengangkut sampah
Pemilahan sampah saat pengangkutan
Jenis angkutan sampah
Jumlah pengangkut sampah
Kondisi angkutan sampah
Frekuensi pengosongan TPS
Jenis pengangkut dari TPS ke TPA
Asal petugas pengangkut dari TPS ke TPA
Asal petugas pengangkut sampah dari rumah ke TPS
Keberadaan sampah di bantaran maupun aliran
Turbiditas air sungai secara fisik
o Limbah Cair:
Aktivitas warga yang merupakan sumber limbah cair
Alur dan muara pembuangan limbah cair
Keberadaan aktivitas warga yang menjadi sumber limbah cair
Keberadaan saluran pembuangan limbah cair warga ke sungai
Sebab memilih alur dan muara pembuangan limbah cair
o Limbah Tinja:
Keberadaan jamban di rumah
Ketersediaan air bersih di rumah
Alur dan muara pembuangan limbah tinja
Keberadaan aktivitas warga yang menjadi sumber limbah tinja
Prasarana pembuangan tinja ke sungai
Pengguna prasarana pembuangan tinja ke sungai
B. Dokumentasi
Gambar 9 foto bersama degan Ibu Kepala Desa Mojopanggung
Gambar 10 santunan kepada lansia sebelum kegiatan observasi dilaksanakan
Gambar 11 wawancara dengan warga di Lingkungan Cungking
Gambar 12 tanya jawab kepada Ibu Kepala Desa Mojopanggung