MAKALAH FILSAFAT IPA FUNGSI DAN TUJUAN F
MAKALAH FILSAFAT IPA
FUNGSI DAN TUJUAN FILSAFAT
Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Filsafat IPA
dibimbing oleh Dr. H. Abdul Gofur, M.Si
Oleh:
Eni Suyantri (130341818672)
Learning University
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
PROGRAM PASCA SARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
OKTOBER 2013
BAB I
FUNGSI FILSAFAT
A. FUNGSI FILSAFAT SEBAGAI SUMBER ILMU-ILMU
1. Filsafat sebagai Induk segala Ilmu
Pada mulanya di dunia ini hanya ada satu ilmu pengetahuan, maka dari itu pada mulanya
ilmu pengetahuan bersifat mono-displiner-sistem. Ilmu pengetahuan yang bersifat monodisipliner-sistem tersebut adalah filsafat. Pada masa itu segala masalah ilmu pengetahuan serta
segala macam permasalahan hidup dibahas dan dipecahkan oleh filsafat. Masalah manusia,
masalah individu, masalah sosial ekonomi dan kultural, masalah olahraga dan kesehatan dan
sebagainya itu semuanya dibahas dan dipecahkan dengan filsafat. Bahkan masalah-masalah yang
kita kenal sekarang sebagai matematika dan fisika, kedokteran dan farmasi, sains dan teknologi
pada masa dahulu menjadi obyek material dan obyek formal filsafat, termasuk runag lingkup
filsafat, menjadi obyek yang dibahas dan dipecahkan oleh filsafat.
Karena perkembangan jaman dan kebutuhan manusia, keadaan menjadi berubah.
Berbagai permasalahan hidup bermunculan dan keadaan semakin kompleks. Hal itu memerlukan
pemecahan yang yang tepat nilai dan tepat guna serta dapat dipertanggungjawabkan secara
ilmiah, moral dan humanistis.
Berdasarkan sejarah kelahirannya ilmu dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
a. Ilmu Induk
Yaitu filsafat yang merupakan sumber dari segala ilmu cabang maupun ilmu ranting. Segenap
ilmu pengetahuan (cabang dan ranting) bersumber pada filsafat. Filsafat dapat dianggap sebagai
ibu dari segala ilmu, karena filsafat merupakan sub dari ilmu tersebut. Filsafatlah yang
melahirkan semua ilmu tersebut. Berdasar sejarah kelahirannya filsafat mula-mula berfungsi
sebagai induk ilmu atau ibu ilmu pengetahuan. Pada waktu itu belum ada ilmu pengetahuan lain,
sehingga filsafat harus menjawab segala macam hal.
b. Ilmu Cabang
Yaitu ilmu-ilmu yang dilahirkan oleh filsafat, sehingga ilmu-ilmu cabang tersebut dapat pula
disebut sebagai “anak”nya filsafat. Pengertian ini sejalan dengan pemaparan diatas yang
menyatakan bahwa filsafat merupakan sumber dari segala ilmu cabang, segenap ilmu
pengetahuan bersumber pada filsafat, filsafat merupakan ilmu dari segala ilmu, dan filsafatlah
yang melahirkan ilmu.
c. Ilmu Ranting
Yaitu pecahan ilmu cabang yang merupakan spesialisasi dalam suatu bidang atau sub-bidang
tertentu. Misalnya dalam ilmu cabang Geografi dapat dipecah lagi menjadi ilmu pengetahuan
ranting seperti Hydrologi, Vulkanologi, Meteorologi, dan sebagainya.
Spesialisi itu terjadi sedemikian rupa sehingga hubungan antara cabang ilmu dan ranting ilmu itu
sangat kompleks. Hubungan-hubungan tersebut ada yang masih dekat tetapi ada pula yang telah
jauh. Bahkan ada yang seolah-olah tidak mempunyai hubungan. Pdahal sesungguhnya antara
ilmu induk dengan ilmu cabang dan ilmu ranting mempunyai hubungan kausal dan hubungan
organis. Hal ini dapat dilacak dari sejarah timbulnya ilmu-ilmu cabang dan ilmu-ilmu ranting
sebagaimana dipaparkan di atas.
2. Filsafat Memberi Unsur-unsur Pokok kepada Ilmu
Unsur-unsur yang diperoleh oleh ilmu-ilmu cabang dari filsafat mencakup: obyeknya,
dasar-dasar ilmu, sifat-sifat atau syarat-syarat ilmu, metode, pemersatu ilmu.
a. Objek Ilmu
Semua ilmu (cabang ilmu maupun ilmu ranting) mendapatkan ketentuan dari filsafat
mengenai obyeknya. Misalnya ilmu ekonomi, ilmu hukum, ilmu sosial dan ilmu politik, ilmu
pendidikan, ilmu sastra, ilmu kedokteran, ilmu pasti dan matematika, ilmu alam atau fisika,
dan sebagainya merupakan ilmu-ilmu yang meninjau satu obyek tertentu. Akan tetapi ilmuilmu tersebut tidak mengadakan sendiri obyeknya. Sebab obyek bagi ilmu-ilmu tersebut telah
ada sebelumnya. Yang memberikan atau mengadakan objek bagi ilmu-ilmu tersebut adalah
filsafat.
b. Dasar-dasar Ilmu
Filsafat memberikan dasar-dasar kepada ilmu-ilmu pengetahuan, baik ilmu pengetahuan
cabang maupun ilmu pengetahuan ranting. Dasar-dasar ilmu yang diberikan oleh filsafat
meliputi 3 macam dasar:
Dasar-dasar mutlak atau axiomata
Dasar-dasar umum, meliputi segala alam
Dasar-dasar khusus, yang mengenai masing-masing ilmu
c. Sifat-sifat atau Syarat-syarat Ilmu
Filsafat memberikan kepada ilmu-ilmu pengetahuan cabang maupun ilmu-ilmu pengetahuan
ranting sejumlah sifat atau syarat-syarat tertentu, agar sesuatu pengetahuan itu menjadi
bersifat ilmiah. Ilmu pengetahuan itu harus memiliki empat syarat agar menjadi ilmiah:
Berobjek, yaitu mempunyai sesuatu yang dijadikan bahan atau lapangan
penyelidikannya;
Bermetode, yaitu mempunyai ciri-ciri tertentu guna memudahkan mencapai
tujuannya;
Bersistem, yaitu tersusun secara teratur dan konsisten dalam satu kesatuan;
Bersifat universal, yaitu berlaku secara umum yang tidak terbatas oleh ruang dan
waktu.
d. Metode
Filsafat memberikan metode atau cara penyelidikan kepada ilmu. Setiap ilmu harus
mempunyai metode, yaitu cara-cara tertenu guna memudahkan pencapaian tujuan. Hal ini
merupakan salah satu syarat mutlak agar suatu pengetahuan dapat disebut sebagai ilmu atau
sesuatu pengetahuan itu bersifat ilmiah. Hampir setiap ilmu memiliki metodenya sendirisendiri. Metode harus disesuaikan dan diselaraskan dengan disiplin ilmu yang bersangkutan
bagi disiplin ilmu tersebut. Tepatnya metode merupakan separuh dari pencapain tujuan. Hal
ini berarti bahwa berhasil-tidaknya tujuan suatu ilmu sangat ditentukan oleh ketepatan metode
yang dipergunakan.
Metode yang pokok yang dapat berlaku karena hal yang dipakai sebagai pokok-pangkal
memang dapat berlainan. Macam metode pokok ada dua, yaitu:
Metode analitis atau metode aposteriori, yaitu metode yang berpokok-pangkal dari
hal-hal yang bersifat khusus, untuk mencapai hal yang bersifat khusus. Sebagai
pembuktian untuk metode ini digunakan cara induksi.
Metode sintesis dan metode apriori, yaitu untuk hal yang bersifat khusus, berpokokpangkal dari hal yang sederhana untuk mencapai hal-hal bersifat kompleks. Sebagai
pembuktian untuk metode ini digunakan cara deduksi.
e. Pemersatu Ilmu
Agar supaya ilmu-ilmu cabang yang telah “disapih” oleh induknya itu tidak berjalan sendirisendiri, dan para ilmuwan yang bersangkutan tidak terkungkung di dalam dunia
spisialisasinya masing-masing, maka filsafat turun tangan untuk mempertemukan dan
mempersatukan kembali ilmu-ilmu cabang itu, yang pada hakikatnya masih bersaudara satu
sama lain, masih se “nenek moyang” dengan filsafat yang melahirkan ilmu-ilmu cabang itu.
B. FUNGSI FILSAFAT SEBAGAI MAHKOTA/PERANGKUM ILMU
1. Pemekaran Ilmu-ilmu Cabang
Semenjak filsafat “menyapih” ilmu-ilmu cabang menjadi displin ilmu yang mandiri maka
ilmu-ilmu cabang tersebut kemudian benar-benar memisahkan diri dari induknya (filsafat).
Meskipun demikian, ilmu-ilmu pengetahuan tersebut semuanya masih erat hubungannya dengan
filsafat, sehingga acap kali sangat sulit untuk secara cermat menunjukkan dimanakah letak batas
diantara kedua hal tersebut. Oleh sebab itu manusia kemudian menyadari akan perlunya factor
pembeda antara:
a. Sikap terhadap dan dalam menangani masalah-masalah filsafat, dengan
b. Sikap terhadap dan dalam menangani masala-masalah penyelidikan ilmiah.
Makin lama ilmu pengetahuan cabang itu semakin cenderung untuk memandang faktafakta/hal-hal yang khusus sebagai hal-hal yang terpenting. Sebaliknya, filsafat lebih memusatkan
perhatiannya terhadap hal-hal yang merupakan azas-azas. Oleh sebab itu filsafat harus melakukan
kajian terhadap azas-azas tersebut berdasarkan fakta-fakta serta pendapat-pendapat yang baru
ditemukan.
2. Filsafat dan Pengetahuan Cabang
Perkembangan
ilmu
pengetahuan
(ilmu
pengetahuan
cabang)
terus
berusaha
memperdalam dirinya, akhirnya sampai juga pada filsafat. Filsafat dan imu pengetahuan itu
sama-sama ingin mencari pengetahuan yang benar. Dengan demikian filsafat dan ilmu
pengetahuan cabang memiliki tujuan yang sama. Namun antara keduanya ada perbedaan ruang
lingkup kerjanya, filsafat bertugas menafsirkan sedangkan ilmu pengetahuan cabang bertugas
melukiskan. Filsafat tersusun dari hasil berpikir yang radikal, sistematis, dan universal.
Sedangkan ilmu pengetahuan cabang tersusun dari hasil riset dan eksperimen adalah merupakan
ilmu empirik, sehingga pembahasannya terbatas pada hal-hal yang bersifat empirik, hal-hal yang
dapat dialami. Kebenaran ilmu pengetahuan cabang adalah sepanjang pengalaman. Sebaliknya,
filsafat kebenarannya adalah sepanjang pemikiran.
3. Filsafat sebagai Dasar, Perangka dan Pemersatu Ilmu
Berdasarkan pemaparan diatas, filsafat memiliki fungsi sebagai ilmu yang sentral dalam
susunan ilmu pengetahuan alam arti sebagai dasar, perangka dan pemersatu bagi cabang-cabang
ilmu pengetahuan yang lain. Filsafat sebagai dasar dari semua ilmu cabang pengetahuan adalah
karena filsafatlah yang melahirkan semua ilmu pengetahuan yang lain, filsafatlah sumber dari
segala ilmu pengetahuan itu.
Filsafat sebagai perangka dan pemersatu bagi ilmu-ilmu pengetahuan cabang adalah
karena setelah imu-ilmu pengetahuan cabang itu memisahkan diri dari filsafat dan berkembang
serta maju pesat, pada akhirnya akan sampai persoalan “batas”. Perkembangan dan kemajuan
ilmu-ilmu pengetahuan cabang itu bukannya tanpa batas, sebab sebagai pengetahuan empirik
segala ilmu pengetahuan cabang itu tidak melampaui batas pengalaman.
4. Filsafat Sebagai Inter-Disipliner-Sistem
Filsafat berfungsi sebagai penghubung antar berbagai cabang ilmu-ilmu pengetahuan
yang keadaannya sudah sangat kompleks. Filsafat menjadi “stasiun penghubung” antar berbagai
disiplin ilmu yang beraneka ragam. Filsafat dapat menjadi “tempat bertemunya” berbagai disiplin
ilmu atau berbagai cabang ilmu pengetahuan. Secara skematis berikut digambarkan fungsi filsafat
sebagai Inter-Disipliner-Sistem:
IP
IP
EK
EK
IP
IP TEK
TEK
FILSAFAT
FILSAFAT
IP
IP PERT
PERT
IP
IP
KED
KED
IP
IP
SOS
SOS
IP
IP BUD
BUD
IP
IP POL
POL
IP
IP
HUK
HUK
Keterangan:
Penyebutan berbagai disiplin ilmu seperti IPK EK (Ilmu Pengetahuan Ekonomi), IP SOS ((Ilmu
Pengetahuan Sosial), IP BUD ((Ilmu Pengetahuan Budaya), IP POL ((Ilmu Pengetahuan Politik)
dan sebagainya itu hanyalah sekedar contoh.
BAB II
TUJUAN FILSAFAT
A. TUJUAN FILSAFAT SEBAGAI ILMU PENGETAHUAN
Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang seluas-luasnya dan sedalam-dalamnya. Sebagai
ilmu pengetahuan yang seluas-luasnya dan sedalam-dalamnya, filsafat yang sedalam-dalamnya
bertujuan untuk memperoleh “pengertian hakikat” yang bersifat abstrak dan universal, dengan
menggunakan metode analisa dan bersifat abstraksi. Hakikat atau substansi itu diliputi oleh atau
“dibungkus” oleh unsur-unsur aksidensia sebagai hal-hal yang menyertainya. Untuk menemukan
hakikat atau substansi itu maka unsur-unsur aksidensia itu harus “dilepaskan” secara bertahap
dengan cara analisa dan abstraksi. Apabila hakikat atau substansi itu telah tercapai, maka
diperolehlah pengertian pengertian tentang “sesuatu” yang bersifat tetap, tidak berubah, dan
kebenarannya tidak terbatas ruang dan waktu (universal).
B. TUJUAN FILSAFAT SEBAGAI DASAR, PERANGKA, DAN PEMERSATU ILMU
Sebagai dasar, perangka, dan pemersatu ilmu bertujuan untuk:
1. Memberikan kecerdasan berpikir dan menggugah pengertian kita tentang kedudukan ilmu,
2. Mengembangkan diri dalam memperoleh pengertian kritis dan mandiri,
3. Menghargai kemerdekaan berpikir orang lain dan bersikap toleran,
4. Membina dan mengembangkan peradaban kemanusiaan,
5. Memberikan keseimbangan kepribadian,
C. TUJUAN PENDIDIKAN FILSAFAT
Menurut UNESCO (1952) pendidikan filsafat sangat penting bagi negara-negara, bangsabangsa dan orang-orang yang bersangkutan, pergaulan internasional, saling pengertian dan
toleransi, serta sangat besar artinya bagi usaha-usaha kemerdekaan dan menggalang perdamaian
dunia serta persahabatan internasional.
Melalui pendidikan tersebut akan diperoleh manfaat:
1. Dapat menyusun pendapat sendiri secara tepat dan bebas,
2. Terlaksananya persiapan hidup di berbagai bidang,
3. Dapat berpikir secara bebas dan mandiri dan menghindarkan diri dari sifat apatisme dan
dogmatis,
4. Memberikan kejelasan dan kemurnian dalam menanggapi nilai-nilai hidup kemanusiaan dan
pembuktian sifatnya universal,
5. Menghargai kemerdekaan berpikir orang lain, bersikap toleran adanya saling pengertian,
6. Membantu orang menyusun cita-cita hidupnya, pola berpikir, dan kreativitasnya,
7. Bermanfaat bagi terpeliharanya dan berkembangnya peradaban serta pendirian dan sikap
menghadapi propaganda yang membahayakan,
8. Berguna untuk menanamkan benih watak kemanusiaan sehingga pendidikan filsafat perlu
diberikan di universitas dan SMA.
Ditinjau dari segi sifatnya, tujuan pendidikan filsafat dapat dibedakan menjadi 2
golongan, yaitu:
1. Pendidikan filsafat yang bersifat intelektual
Adalah demi pengembangan akal dan kecerdasan pikir serta menggugah pengertian dan
penjelmaan manusi, maupun pemikiran terhadap hubungan kemanusiaan.
2. Pendidikan filsafat yang bersifat kejiwaan
Adalah demi terwujudnya manusia bejaksana.
D. TUJUAN FILSAFAT SEBAGAI PANDANGAN HIDUP
Sebagai pandangan hidup filsafat diartikan sebagai suatu azas atau pendirian yang kebenarannya
telah diterima dan diyakini, untuk dipakai sebagai dasar pedoman di dalam menyelesaikan
masalah-masalah hidup. Tujuan filsafat sebagai pandangan hidup adalah untuk menjadikan orang
dapat memiliki pandangan dunia yang luas dan padangan hidup yang mantap. Pandangan dunia
dan pandangan hidup itu akhirnya akan menjelma menjadi tujuan hidup, pedoman hidup,
pegangan hidup, sikap hidup dan cara hidup manusia yang bersangkutan.
DAFTAR PUSTAKA
Wibisono, K. 1989. Dasar-dasar Filsafat. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Universitas Terbuka.
FUNGSI DAN TUJUAN FILSAFAT
Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Filsafat IPA
dibimbing oleh Dr. H. Abdul Gofur, M.Si
Oleh:
Eni Suyantri (130341818672)
Learning University
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
PROGRAM PASCA SARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
OKTOBER 2013
BAB I
FUNGSI FILSAFAT
A. FUNGSI FILSAFAT SEBAGAI SUMBER ILMU-ILMU
1. Filsafat sebagai Induk segala Ilmu
Pada mulanya di dunia ini hanya ada satu ilmu pengetahuan, maka dari itu pada mulanya
ilmu pengetahuan bersifat mono-displiner-sistem. Ilmu pengetahuan yang bersifat monodisipliner-sistem tersebut adalah filsafat. Pada masa itu segala masalah ilmu pengetahuan serta
segala macam permasalahan hidup dibahas dan dipecahkan oleh filsafat. Masalah manusia,
masalah individu, masalah sosial ekonomi dan kultural, masalah olahraga dan kesehatan dan
sebagainya itu semuanya dibahas dan dipecahkan dengan filsafat. Bahkan masalah-masalah yang
kita kenal sekarang sebagai matematika dan fisika, kedokteran dan farmasi, sains dan teknologi
pada masa dahulu menjadi obyek material dan obyek formal filsafat, termasuk runag lingkup
filsafat, menjadi obyek yang dibahas dan dipecahkan oleh filsafat.
Karena perkembangan jaman dan kebutuhan manusia, keadaan menjadi berubah.
Berbagai permasalahan hidup bermunculan dan keadaan semakin kompleks. Hal itu memerlukan
pemecahan yang yang tepat nilai dan tepat guna serta dapat dipertanggungjawabkan secara
ilmiah, moral dan humanistis.
Berdasarkan sejarah kelahirannya ilmu dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
a. Ilmu Induk
Yaitu filsafat yang merupakan sumber dari segala ilmu cabang maupun ilmu ranting. Segenap
ilmu pengetahuan (cabang dan ranting) bersumber pada filsafat. Filsafat dapat dianggap sebagai
ibu dari segala ilmu, karena filsafat merupakan sub dari ilmu tersebut. Filsafatlah yang
melahirkan semua ilmu tersebut. Berdasar sejarah kelahirannya filsafat mula-mula berfungsi
sebagai induk ilmu atau ibu ilmu pengetahuan. Pada waktu itu belum ada ilmu pengetahuan lain,
sehingga filsafat harus menjawab segala macam hal.
b. Ilmu Cabang
Yaitu ilmu-ilmu yang dilahirkan oleh filsafat, sehingga ilmu-ilmu cabang tersebut dapat pula
disebut sebagai “anak”nya filsafat. Pengertian ini sejalan dengan pemaparan diatas yang
menyatakan bahwa filsafat merupakan sumber dari segala ilmu cabang, segenap ilmu
pengetahuan bersumber pada filsafat, filsafat merupakan ilmu dari segala ilmu, dan filsafatlah
yang melahirkan ilmu.
c. Ilmu Ranting
Yaitu pecahan ilmu cabang yang merupakan spesialisasi dalam suatu bidang atau sub-bidang
tertentu. Misalnya dalam ilmu cabang Geografi dapat dipecah lagi menjadi ilmu pengetahuan
ranting seperti Hydrologi, Vulkanologi, Meteorologi, dan sebagainya.
Spesialisi itu terjadi sedemikian rupa sehingga hubungan antara cabang ilmu dan ranting ilmu itu
sangat kompleks. Hubungan-hubungan tersebut ada yang masih dekat tetapi ada pula yang telah
jauh. Bahkan ada yang seolah-olah tidak mempunyai hubungan. Pdahal sesungguhnya antara
ilmu induk dengan ilmu cabang dan ilmu ranting mempunyai hubungan kausal dan hubungan
organis. Hal ini dapat dilacak dari sejarah timbulnya ilmu-ilmu cabang dan ilmu-ilmu ranting
sebagaimana dipaparkan di atas.
2. Filsafat Memberi Unsur-unsur Pokok kepada Ilmu
Unsur-unsur yang diperoleh oleh ilmu-ilmu cabang dari filsafat mencakup: obyeknya,
dasar-dasar ilmu, sifat-sifat atau syarat-syarat ilmu, metode, pemersatu ilmu.
a. Objek Ilmu
Semua ilmu (cabang ilmu maupun ilmu ranting) mendapatkan ketentuan dari filsafat
mengenai obyeknya. Misalnya ilmu ekonomi, ilmu hukum, ilmu sosial dan ilmu politik, ilmu
pendidikan, ilmu sastra, ilmu kedokteran, ilmu pasti dan matematika, ilmu alam atau fisika,
dan sebagainya merupakan ilmu-ilmu yang meninjau satu obyek tertentu. Akan tetapi ilmuilmu tersebut tidak mengadakan sendiri obyeknya. Sebab obyek bagi ilmu-ilmu tersebut telah
ada sebelumnya. Yang memberikan atau mengadakan objek bagi ilmu-ilmu tersebut adalah
filsafat.
b. Dasar-dasar Ilmu
Filsafat memberikan dasar-dasar kepada ilmu-ilmu pengetahuan, baik ilmu pengetahuan
cabang maupun ilmu pengetahuan ranting. Dasar-dasar ilmu yang diberikan oleh filsafat
meliputi 3 macam dasar:
Dasar-dasar mutlak atau axiomata
Dasar-dasar umum, meliputi segala alam
Dasar-dasar khusus, yang mengenai masing-masing ilmu
c. Sifat-sifat atau Syarat-syarat Ilmu
Filsafat memberikan kepada ilmu-ilmu pengetahuan cabang maupun ilmu-ilmu pengetahuan
ranting sejumlah sifat atau syarat-syarat tertentu, agar sesuatu pengetahuan itu menjadi
bersifat ilmiah. Ilmu pengetahuan itu harus memiliki empat syarat agar menjadi ilmiah:
Berobjek, yaitu mempunyai sesuatu yang dijadikan bahan atau lapangan
penyelidikannya;
Bermetode, yaitu mempunyai ciri-ciri tertentu guna memudahkan mencapai
tujuannya;
Bersistem, yaitu tersusun secara teratur dan konsisten dalam satu kesatuan;
Bersifat universal, yaitu berlaku secara umum yang tidak terbatas oleh ruang dan
waktu.
d. Metode
Filsafat memberikan metode atau cara penyelidikan kepada ilmu. Setiap ilmu harus
mempunyai metode, yaitu cara-cara tertenu guna memudahkan pencapaian tujuan. Hal ini
merupakan salah satu syarat mutlak agar suatu pengetahuan dapat disebut sebagai ilmu atau
sesuatu pengetahuan itu bersifat ilmiah. Hampir setiap ilmu memiliki metodenya sendirisendiri. Metode harus disesuaikan dan diselaraskan dengan disiplin ilmu yang bersangkutan
bagi disiplin ilmu tersebut. Tepatnya metode merupakan separuh dari pencapain tujuan. Hal
ini berarti bahwa berhasil-tidaknya tujuan suatu ilmu sangat ditentukan oleh ketepatan metode
yang dipergunakan.
Metode yang pokok yang dapat berlaku karena hal yang dipakai sebagai pokok-pangkal
memang dapat berlainan. Macam metode pokok ada dua, yaitu:
Metode analitis atau metode aposteriori, yaitu metode yang berpokok-pangkal dari
hal-hal yang bersifat khusus, untuk mencapai hal yang bersifat khusus. Sebagai
pembuktian untuk metode ini digunakan cara induksi.
Metode sintesis dan metode apriori, yaitu untuk hal yang bersifat khusus, berpokokpangkal dari hal yang sederhana untuk mencapai hal-hal bersifat kompleks. Sebagai
pembuktian untuk metode ini digunakan cara deduksi.
e. Pemersatu Ilmu
Agar supaya ilmu-ilmu cabang yang telah “disapih” oleh induknya itu tidak berjalan sendirisendiri, dan para ilmuwan yang bersangkutan tidak terkungkung di dalam dunia
spisialisasinya masing-masing, maka filsafat turun tangan untuk mempertemukan dan
mempersatukan kembali ilmu-ilmu cabang itu, yang pada hakikatnya masih bersaudara satu
sama lain, masih se “nenek moyang” dengan filsafat yang melahirkan ilmu-ilmu cabang itu.
B. FUNGSI FILSAFAT SEBAGAI MAHKOTA/PERANGKUM ILMU
1. Pemekaran Ilmu-ilmu Cabang
Semenjak filsafat “menyapih” ilmu-ilmu cabang menjadi displin ilmu yang mandiri maka
ilmu-ilmu cabang tersebut kemudian benar-benar memisahkan diri dari induknya (filsafat).
Meskipun demikian, ilmu-ilmu pengetahuan tersebut semuanya masih erat hubungannya dengan
filsafat, sehingga acap kali sangat sulit untuk secara cermat menunjukkan dimanakah letak batas
diantara kedua hal tersebut. Oleh sebab itu manusia kemudian menyadari akan perlunya factor
pembeda antara:
a. Sikap terhadap dan dalam menangani masalah-masalah filsafat, dengan
b. Sikap terhadap dan dalam menangani masala-masalah penyelidikan ilmiah.
Makin lama ilmu pengetahuan cabang itu semakin cenderung untuk memandang faktafakta/hal-hal yang khusus sebagai hal-hal yang terpenting. Sebaliknya, filsafat lebih memusatkan
perhatiannya terhadap hal-hal yang merupakan azas-azas. Oleh sebab itu filsafat harus melakukan
kajian terhadap azas-azas tersebut berdasarkan fakta-fakta serta pendapat-pendapat yang baru
ditemukan.
2. Filsafat dan Pengetahuan Cabang
Perkembangan
ilmu
pengetahuan
(ilmu
pengetahuan
cabang)
terus
berusaha
memperdalam dirinya, akhirnya sampai juga pada filsafat. Filsafat dan imu pengetahuan itu
sama-sama ingin mencari pengetahuan yang benar. Dengan demikian filsafat dan ilmu
pengetahuan cabang memiliki tujuan yang sama. Namun antara keduanya ada perbedaan ruang
lingkup kerjanya, filsafat bertugas menafsirkan sedangkan ilmu pengetahuan cabang bertugas
melukiskan. Filsafat tersusun dari hasil berpikir yang radikal, sistematis, dan universal.
Sedangkan ilmu pengetahuan cabang tersusun dari hasil riset dan eksperimen adalah merupakan
ilmu empirik, sehingga pembahasannya terbatas pada hal-hal yang bersifat empirik, hal-hal yang
dapat dialami. Kebenaran ilmu pengetahuan cabang adalah sepanjang pengalaman. Sebaliknya,
filsafat kebenarannya adalah sepanjang pemikiran.
3. Filsafat sebagai Dasar, Perangka dan Pemersatu Ilmu
Berdasarkan pemaparan diatas, filsafat memiliki fungsi sebagai ilmu yang sentral dalam
susunan ilmu pengetahuan alam arti sebagai dasar, perangka dan pemersatu bagi cabang-cabang
ilmu pengetahuan yang lain. Filsafat sebagai dasar dari semua ilmu cabang pengetahuan adalah
karena filsafatlah yang melahirkan semua ilmu pengetahuan yang lain, filsafatlah sumber dari
segala ilmu pengetahuan itu.
Filsafat sebagai perangka dan pemersatu bagi ilmu-ilmu pengetahuan cabang adalah
karena setelah imu-ilmu pengetahuan cabang itu memisahkan diri dari filsafat dan berkembang
serta maju pesat, pada akhirnya akan sampai persoalan “batas”. Perkembangan dan kemajuan
ilmu-ilmu pengetahuan cabang itu bukannya tanpa batas, sebab sebagai pengetahuan empirik
segala ilmu pengetahuan cabang itu tidak melampaui batas pengalaman.
4. Filsafat Sebagai Inter-Disipliner-Sistem
Filsafat berfungsi sebagai penghubung antar berbagai cabang ilmu-ilmu pengetahuan
yang keadaannya sudah sangat kompleks. Filsafat menjadi “stasiun penghubung” antar berbagai
disiplin ilmu yang beraneka ragam. Filsafat dapat menjadi “tempat bertemunya” berbagai disiplin
ilmu atau berbagai cabang ilmu pengetahuan. Secara skematis berikut digambarkan fungsi filsafat
sebagai Inter-Disipliner-Sistem:
IP
IP
EK
EK
IP
IP TEK
TEK
FILSAFAT
FILSAFAT
IP
IP PERT
PERT
IP
IP
KED
KED
IP
IP
SOS
SOS
IP
IP BUD
BUD
IP
IP POL
POL
IP
IP
HUK
HUK
Keterangan:
Penyebutan berbagai disiplin ilmu seperti IPK EK (Ilmu Pengetahuan Ekonomi), IP SOS ((Ilmu
Pengetahuan Sosial), IP BUD ((Ilmu Pengetahuan Budaya), IP POL ((Ilmu Pengetahuan Politik)
dan sebagainya itu hanyalah sekedar contoh.
BAB II
TUJUAN FILSAFAT
A. TUJUAN FILSAFAT SEBAGAI ILMU PENGETAHUAN
Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang seluas-luasnya dan sedalam-dalamnya. Sebagai
ilmu pengetahuan yang seluas-luasnya dan sedalam-dalamnya, filsafat yang sedalam-dalamnya
bertujuan untuk memperoleh “pengertian hakikat” yang bersifat abstrak dan universal, dengan
menggunakan metode analisa dan bersifat abstraksi. Hakikat atau substansi itu diliputi oleh atau
“dibungkus” oleh unsur-unsur aksidensia sebagai hal-hal yang menyertainya. Untuk menemukan
hakikat atau substansi itu maka unsur-unsur aksidensia itu harus “dilepaskan” secara bertahap
dengan cara analisa dan abstraksi. Apabila hakikat atau substansi itu telah tercapai, maka
diperolehlah pengertian pengertian tentang “sesuatu” yang bersifat tetap, tidak berubah, dan
kebenarannya tidak terbatas ruang dan waktu (universal).
B. TUJUAN FILSAFAT SEBAGAI DASAR, PERANGKA, DAN PEMERSATU ILMU
Sebagai dasar, perangka, dan pemersatu ilmu bertujuan untuk:
1. Memberikan kecerdasan berpikir dan menggugah pengertian kita tentang kedudukan ilmu,
2. Mengembangkan diri dalam memperoleh pengertian kritis dan mandiri,
3. Menghargai kemerdekaan berpikir orang lain dan bersikap toleran,
4. Membina dan mengembangkan peradaban kemanusiaan,
5. Memberikan keseimbangan kepribadian,
C. TUJUAN PENDIDIKAN FILSAFAT
Menurut UNESCO (1952) pendidikan filsafat sangat penting bagi negara-negara, bangsabangsa dan orang-orang yang bersangkutan, pergaulan internasional, saling pengertian dan
toleransi, serta sangat besar artinya bagi usaha-usaha kemerdekaan dan menggalang perdamaian
dunia serta persahabatan internasional.
Melalui pendidikan tersebut akan diperoleh manfaat:
1. Dapat menyusun pendapat sendiri secara tepat dan bebas,
2. Terlaksananya persiapan hidup di berbagai bidang,
3. Dapat berpikir secara bebas dan mandiri dan menghindarkan diri dari sifat apatisme dan
dogmatis,
4. Memberikan kejelasan dan kemurnian dalam menanggapi nilai-nilai hidup kemanusiaan dan
pembuktian sifatnya universal,
5. Menghargai kemerdekaan berpikir orang lain, bersikap toleran adanya saling pengertian,
6. Membantu orang menyusun cita-cita hidupnya, pola berpikir, dan kreativitasnya,
7. Bermanfaat bagi terpeliharanya dan berkembangnya peradaban serta pendirian dan sikap
menghadapi propaganda yang membahayakan,
8. Berguna untuk menanamkan benih watak kemanusiaan sehingga pendidikan filsafat perlu
diberikan di universitas dan SMA.
Ditinjau dari segi sifatnya, tujuan pendidikan filsafat dapat dibedakan menjadi 2
golongan, yaitu:
1. Pendidikan filsafat yang bersifat intelektual
Adalah demi pengembangan akal dan kecerdasan pikir serta menggugah pengertian dan
penjelmaan manusi, maupun pemikiran terhadap hubungan kemanusiaan.
2. Pendidikan filsafat yang bersifat kejiwaan
Adalah demi terwujudnya manusia bejaksana.
D. TUJUAN FILSAFAT SEBAGAI PANDANGAN HIDUP
Sebagai pandangan hidup filsafat diartikan sebagai suatu azas atau pendirian yang kebenarannya
telah diterima dan diyakini, untuk dipakai sebagai dasar pedoman di dalam menyelesaikan
masalah-masalah hidup. Tujuan filsafat sebagai pandangan hidup adalah untuk menjadikan orang
dapat memiliki pandangan dunia yang luas dan padangan hidup yang mantap. Pandangan dunia
dan pandangan hidup itu akhirnya akan menjelma menjadi tujuan hidup, pedoman hidup,
pegangan hidup, sikap hidup dan cara hidup manusia yang bersangkutan.
DAFTAR PUSTAKA
Wibisono, K. 1989. Dasar-dasar Filsafat. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Universitas Terbuka.