12 NASKAH KEWIRAUSAHAAN 21062015 new.pdf

KATA PENGANTAR

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mulai tahun pelajaran 2013/2014 telah menetapkan kebijakan implementasi Kurikulum 2013 secara terbatas di 1.270 SMA sasaran dan sejumlah SMA yang melaksanakan secara mandiri. Selanjutnya pada tahun pelajaran 2014/2015, Kurikulum 2013 dilaksanakan di seluruh SMA untuk kelas X dan XI. Mempertimbangkan pentingnya Kurikulum 2013 dan masih ditemukannya beberapa kendala teknis, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan telah menetapkan kebijakan penataan kembali implementasi Kurikulum 2013 pada semua satuan pendidikan mulai semester dua tahun pelajaran 2014/2015 melalui Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 160 Tahun 2014 tentang Pemberlakuan Kurikulum Tahun 2006 dan Kurikulum 2013. Implementasi Kurikulum 2013 di SMA akan dilakukan secara bertahap mulai semester genap tahun pelajaran 2014/2015 di 10% SMA sampai dengan tahun pelajaran 2020/2021 di seluruh SMA. Sepanjang implementasi secara bertahap tersebut akan dilakukan evaluasi, perbaikan konsep dan strategi implementasi Kurikulum 2013 agar siap untuk dilaksanakan secara menyeluruh di semua SMA.

Sejalan dengan kebijakan diatas, Direktorat Pembinaan SMA sesuai dengan tugas dan fungsinya terus melakukan fasilitasi pembinaan implementasi Kurikulum 2013, antara lain melalui pengembangan naskah pendukung kurikulum. Pada tahun 2015 Direktorat Pembinaan SMA melakukan reviu naskah yang dikembangkan tahun sebelumnya dan menyusun naskah baru mengikuti perkembangan kebijakan Kurikulum 2013. Naskah- naskah yang direviu dan disusun sebagai berikut : Panduan Pengembangan KTSP, Panduan Pengembangan Silabus, Panduan Pengembangan RPP, Model-Model Pembelajaran, Panduan Pengembangan Penilaian, Model Pembelajaran dan Penilaian Projek, Model Pelaksanaan Remedial dan Pengayaan, Model Penyelenggaraan SKS, Model Penyelenggaraan Aktualisasi Mata Pelajaran Dalam Kegiatan Kepramukaan, Model Penyelengaraan Peminatan, Model Penyelenggaraan Pendalaman Minat, Panduan Pengembangan Muatan Lokal, Model Penyelenggaraan Kewirausahaan, Panduan Transisi Kurikulum 2013 ke Kurikulum 2006, dan Panduan Pengisian Aplikasi Rapor. Naskah- naskah pendukung kurikulum dikembangkan oleh tim pengembang yang terdiri dari unsur staf Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, pengawas, kepala sekolah, dan guru dengan prinsip dari kita, oleh kita, dan untuk kita. Naskah-naskah tersebut disusun sebagai acuan bagi sekolah dalam mengelola pelaksanaan kurikulum dan acuan bagi guru untuk melaksanakan pembelajaran di kelas sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

Naskah-naskah pendukung kurikulum akan terus dikembangkan, sehingga menjadi lebih operasional. Oleh karena itu, sekolah diharapkan memberi masukan untuk penyempurnaan lebih lanjut. Kepada semua pihak yang terlibat dalam penyusunan dan pembahasan naskah-naskah ini diucapkan terima kasih.

Jakarta, 00 Juni 2015 Direktur Pembinaan SMA,

Harris Iskandar, Ph.D NIP. 196204291986011001

ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kerangka Strategi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2015-2019 bertujuan membentuk insan serta ekosistem Pendidikan dan Kebudayaan yang berkarakter dengan dilandasi semangat gotong royong. Strategi pertama Penguatan Pelaku Pendidikan dan Kebudayaan antara lain: menguatkan siswa, guru, kepala sekolah, orang tua, dan pemimpin institusi dalam ekosistem pendidikan. Strategi yang kedua Peningkatan mutu dan akses, antara lain: meningkatkan mutu pendidikan sesuai dengan ruang lingkup Standar Nasional Pendidikan untuk mengoptimalkan capaian Wajib Belajar 12 tahun, meningkatkan ketersediaan serta keterjangkauan layanan pendidikan, fokus kebijakan didasarkan pada percepatan peningkatan mutu dan akses untuk menghadapi persaingan global dengan pemahaman akan keberagaman, penguatan praktik baik dan inovasi. Tantangan internal yang dihadapi bangsa Indonesia terutama semakin meningkatnya jumlah penduduk usia produktif yang akan mencapai puncaknya pada tahun 2020- 2035 pada saat angkanya mencapai 70%. Perkembangan penduduk ini merupakan bonus demografi yang harus dimanfaatkan menjadi sumberdaya manusia Indonesia yang memiliki kompetensi dalam hal penguasaan pengetahuan, ketrampilan dan sikap, sehingga membentuk karakter generasi penerus bangsa menjadi warga negara yang mandiri dalam meniti masa depan kehidupan berbangsa dan bernegara. Sedangkan tantangan eksternal terkait dengan arus globalisasi dan berbagai isu yang terkait dengan masalah lingkungan hidup, kemajuan teknologi dan informasi, serta kebangkitan industri kreatif dan budaya. Semua ini hendaknya dapat dimanfaatkan untuk dapat menguatkan budaya lokal, nilai-nilai karakter sebagai pembangunan kembali potensi lokal, pemanfaatan sumber daya alam secara seimbang dan dasar pengembangan kewirausahaan dan ekonomi kreatif, sehingga mampu membangun citra dan identitas bangsa, serta memberikan dampak ekonomi dan sosial yang positif. Kenyataan menunjukkan bahwa Angka Partisipasi Kasar (APK) di perguruan tinggi pada tahun 2013 sebesar 29,9 % artinya bahwa anak usia 19-23 tahun (lulusan SMA dan SMK) tidak semuanya dapat melanjutkan ke perguruan tinggi, sebanyak 70,1 % tidak dapat melanjutkan, sementara sebagian mereka belum memiliki keterampilan untuk terjun dimasyarakat. Hal ini terjadi karena mereka tidak memiliki sikap, minat dan perilaku berwirausaha yang baik.

Berkaitan dengan ketercapaian tujuan pendidikan nasional, terutama yang mengarah pada pembentukan karakter yang terkait dengan pembentukan sikap dan perilaku wirausaha, dalam pengelolaan pendidikan diharapkan mampu menemukan strategi pengelolaan pendidikan yang lebih baik sehingga mampu menghasilkan output pendidikan yang berkualitas baik dilihat dari kualitas akademik maupun non akademik. Kualitas akademik yang dimaksud adalah kualitas peserta didik yang terkait dengan bidang ilmu, sedangkan kualitas non akademik berkaitan dengan kemandirian untuk mampu bekerja di kantor dan membuka usaha/lapangan kerja sendiri. Dengan kata lain lulusan pendidikan diharapkan memiliki karakter dan perilaku kewirausahaan yang tinggi. Sejalan dengan hal tersebut di atas, Direktorat Pembinaan SMA memberi perhatian khusus terhadap peningkatan kualitas pembelajaran mata pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan di SMA melalui penyusunan naskah Model Kewirausahaan di SMA. Naskah ini disusun dengan tujuan agar satuan pendidikan dapat melaksanakan program kewirausahaan dengan baik sehingga peserta didik memiliki karakter wirausaha, memahami konsep kewirausahaan, mampu melihat peluang, mendapatkan pengalaman langsung berwirausaha serta terbentuknya lingkungan sekolah sebagai lingkungan belajar yang berwawasan kewirausahaan.

B. Tujuan Naskah ini disusun dengan tujuan:

1. Memberikan pemahaman dalam pelaksanaan kewirausahaan di SMA.

2. Memberikan model pada satuan pendidikan dalam melaksanakan kewirausahaan.

3. Memberikan model pembinaan bagi para pembina serta pemangku kepentingan dalam melakukan pembinaan, pengawasan, dan dukungan untuk keberhasilan dalam pelaksanaan kewirausahaan di SMA.

4. Melaksanakan program kewirausahaan di SMA sesuai dengan konsep yang diharapkan.

C. Landasan Hukum

1. Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;

2. Undang-undang RI Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025;

3. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, yang diperbaharui dengan Nomor

32 Tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan, dan diperbaharui lagi 32 Tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan, dan diperbaharui lagi

4. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urutan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota;

5. Instruksi Presiden Nomor 1 tahun 2010 tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional 2010;

6. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 1 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan;

7. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54 Tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah;

8. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 64 Tahun 2013 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah;

9. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah;

10. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 59 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Atas/MA;

11. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 61 Tahun 2014 tentang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada Pendidikan Dasar dan Menengah;

12. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 103 Tahun 2014 tentang pembelajaran;

13. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 104 Tahun 2014 tentang Penilaian

D. Sasaran

Sasaran penggunaan naskah ini adalah:

1. Satuan Pendidikan.

2. Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan Provinsi

3. Pemangku kepentingan lainnya.

BAB II KONSEP KEWIRAUSAHAAN

A. Pengertian Kewirausahaan (entrepreneurship) adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari tentang nilai, kemampuan, dan perilaku seseorang dalam menghadapi tantangan hidup dan cara memperoleh peluang dengan berbagai resiko yang mungkin dihadapinya. Kewirausahaan merupakan suatu disiplin ilmu tersendiri, memiliki proses sistematis, dan dapat diterapkan dalam bentuk penerapan kreatifitas dan keinovasian. Seperti dikemukanan Thomas W. Zimmerer (1996), “Entrepreneurship is the result of disciplined, systematic prossec of applying creativity and innovations to needs and opportunities in the marketplace”. Kewirausahaan merupakan hasil dari suatu disiplin, proses sitematis penerapan kreativitas dan inovasi dalam memenuhi kebutuhan dan peluang di pasar. Inti kewirausahaan terletak pada kreativitas dan inovasi. Menurut Suryana (2013:15), kreativitas adalah kemampuan mengembangkan ide dan cara-cara baru dalam memecahkan masalah dan menemukan peluang. Sementara itu, inovasi adalah kemampuan menerapkan kreativitas dalam rangka memecahkan masalah dan menemukan peluang. Sesuatu yang baru dan berbeda dapat diciptakan oleh wirausahawan, seperti proses, metode, barang-barang, dan jasa-jasa. Sesuatu yang baru dan berbeda inilah yang merupakan nilai tambah dan keunggulan. Keunggulan adalah daya saing, dan daya saing adalah peluang untuk meraih sukses. Dengan kreativitas, wirausahawan dapat melihat sesuatu yang lama dan berpikir sesuatu yang baru serta berbeda. Dengan demikian, rahasia kewirausahaan sebenarnya terletak pada kreatifitas dan keinovasian untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda. Kesuksesan berwirausaha akan tercapai apabila seseorang berpikir kreatif dan inovatif menciptakan sesuatu yang baru atau sesuatu yang lama dengan cara- cara baru (Zimmerer, 1996:51). Kewirausahaan di SMA merupakan program untuk mengenal konsep kewirausahaan, latihan mengembangkan usaha, mendapatkan pengalaman praktis berwirausaha, menumbuhkan minat berwirausaha dan mengembangkan potensi berwirausaha. Oleh karena itu program kewirausahaan di SMA harus menjadi alternatif dalam mempersiapkan lulusan yang mampu menerapkan dan mengelola peluang usaha serta mampu menyesuaikan diri agar berhasil dalam kehidupan bermasyarakat serta memiliki kemampuan untuk menghadapi persaingan global.

B. Pengembangan dan Pengelolaan

1. Pengembangan

Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam pengembangan kewirausahaan:

a. Pengembangan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Untuk mewujudkan manusia wirausaha di lingkungan sekolah, tidak perlu merevisi kurikulum secara total. Pengembangan kurikulum dalam rangka menanamkan jiwa wirausaha pada peserta didik dapat dilakukan dengan cara mengembangkan KTSP yang telah ada dengan mengaktualisasikan mata pelajaran prakarya dan kewirausahaan dengan program-program nyata kewirausahaan di sekolah.

b. Peningkatkan Peran Sekolah dalam Mempersiapkan Wirausaha.

Hakikat persiapan seorang wirausaha adalah dalam segi penempaan sikap mental wirausaha. Dengan perkataan lain, persiapan seorang wirausaha terletak pada penempaan semua daya kekuatan pribadi peserta didik untuk menjadikannya dinamis dan kreatif, disamping mampu berusaha untuk hidup maju dan berprestasi.. Salah satu ciri seorang wirausaha adalah memiliki kepribadian yang kuat.

c. Pengembangan dalam Pengorganisasian Proses Pembelajaran. Proses pembelajaran dilaksanakan agar peserta didik mengalami perkembangan pribadi yang integratif, dinamis, dan kreatif. Hal ini tidak berarti bahwa pengorganisasian yang sudah berlaku di sekolah itu harus

dihilangkan. Pengorganisasian yang sudah ada biar berlangsung terus, yang penting perlu dicari cara pengorganisasian lain untuk menunjang proses belajar mengajar yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk aktif belajar dari kenyataan hidup sehari-hari di dalam masyarakat. Selain itu alternatif lain untuk mengembangkan organisasi pengalaman belajar peserta didik adalah pelaksanaan pembelajaran yang berbasis unit produksi. Sebagai contoh pada pembelajaran materi produksi, peserta didik dilatih keterampilan untuk memproduksi karya. Selanjutnya hasil produksi dititipkan dalam unit produksi di sekolah untuk digunakan sebagai latihan menjual pada saat penyampaian materi distribusi. Bentuk ini bukanya mengganti pengorganisasian yang sudah ada melainkan sebagai variasi pengalaman belajar peserta didik.

d. Pengembangan Proses Kelompok.

Hubungan pribadi antar peserta didik di dalam kelas mempunyai pengaruh terhadap belajar mereka. Aktivitas belajar peserta didik dapat dipengaruhi oleh perasaannya tentang diri sendiri dalam hubungannya dengan guru-guru serta teman-temannya. Pertumbuhan peserta didik banyak tergantung pada suasana emosional dari kelompok kelasnya. Proses-proses kelompok di kelas bukan hanya mempengaruhi perasaan dan sikap para peserta didik, tetapi juga mempengaruhi hasil belajar mereka. Hal ini guru dituntut untuk berusaha mengadakan modifikasi-modifikasi terhadap proses-proses kelompok peserta didik di dalam kelas agar tumbuh dan berkembang jiwa kewirausahaan pada diri peserta didik.

e. Pengembangan pada Diri Pendidik

Sebelum pendidik melaksanakan pembelajaran di kelas, terlebih dahulu pendidik juga dilatih kewirausahaan terutama yang terkait dengan penanaman jiwa dan perilaku wirausaha (jiwa dan skill kewirausahaan). Akan lebih baik lagi jika pendidik memiliki pengalaman empiris di dalam bisnis.

2. Pengelolaan

Pengelolaan kewirausahaan dilakukan melalui berbagai kegiatan baik di kelas, di sekolah, maupun di masyarakat.

a. Di kelas, melalui proses belajar mata pelajaran prakarya dan kewirausahaan yang dirancang sedemikian rupa untuk pengembangan pendidikan kewirausahan. Setiap kegiatan belajar mengembangkan kemampuan dalam ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Oleh karena itu tidak selalu diperlukan kegiatan belajar khusus untuk mengembangkan nilai-nilai kewirausahaan. Untuk pengembangan nilai-nilai kewirausahaan memerlukan upaya pengkondisian sehingga peserta didik memiliki kesempatan untuk memunculkan perilaku yang menunjukkan nilai-nilai kewirausahaan itu. Nilai- nilai kewirausahaan dapat dikembangkan ke setiap mata pelajaran

b. Di sekolah, melalui berbagai kegiatan sekolah yang diikuti seluruh peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan di sekolah. Program kewirausahaan dibuat sejak awal tahun pelajaran, dimasukkan ke Kalender Akademik dan yang dilakukan sehari-hari sebagai bagian dari budaya sekolah.

Contoh kegiatan yang dapat dimasukkan ke dalam program sekolah adalah lomba berbaga i produk “prakarya” yang telah dihasilkan oleh peserta didik, pameran hasil karya peserta didik, melakukan wawancara kepada tokoh wirausaha, mengundang berbagai narasumber untuk berdiskusi, gelar wicara, Contoh kegiatan yang dapat dimasukkan ke dalam program sekolah adalah lomba berbaga i produk “prakarya” yang telah dihasilkan oleh peserta didik, pameran hasil karya peserta didik, melakukan wawancara kepada tokoh wirausaha, mengundang berbagai narasumber untuk berdiskusi, gelar wicara,

c. Di masyarakat, melalui berbagai kegiatan yang diikuti oleh seluruh atau sebagian peserta didik, dirancang sekolah sejak awal tahun pelajaran, dan dimasukkan ke dalam Kalender Akademik. Misalnya, kunjungan ke tempat- tempat yang menumbuhkan semangat berwirausaha, melakukan pengabdian masyarakat untuk mengimplementasikan hasil produk “prakarya” agar dapat

dimanfatkan untuk meningkatkan taraf ekonomi masyarakat, dan lain-lain.

C. Ruang Lingkup Pembinaan Kewirausahaan

Ruang lingkup pembinaan kewirausahaan dilakukan melalui:

1. Aktualisasi Mata Pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan

Pembinaan kewirausahaan melalui aktualisasi pada mata pelajaran prakarya dan kewirausahaan dikembangkan berdasarkan ruang lingkup materi pada mata pelajaran prakarya dan kewirausahaan. Ruang lingkup mata pelajaran prakarya dan kewirausahaan meliputi aspek kerajinan, rekayasa, budidaya dan pengolahan. Adapun aspek mata pelajaran prakarya adalah:

a. Kerajinan

Kerajinan dapat dikaitkan dengan kerja tangan yang hasilnya merupakan benda untuk memenuhi tuntutan kepuasan pandangan: estetika - ergonomis, dengan simbol budaya, kebutuhan tata upacara dan kepercayaan (theory of magic and relligy), dan benda fungsional yang dikaitkan dengan nilai pendidikan pada prosedur pembuatannya. Lingkup ini dapat menggali dari potensi lokal dan seni terap (applied art), serta desain kekinian.

b. Rekayasa

Rekayasa terkait dengan beberapa kemampuan: merancang, merekonstruksi dan membuat benda produk yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari dengan pendekatan pemecahan masalah. Sebagai contoh: Membuat karya rekayasa elektronika dengan kendali otomatis yang berkembang di wilayah setempat. Lingkup ini memerlukan kesatuan pikir dan kecekatan tangan Rekayasa terkait dengan beberapa kemampuan: merancang, merekonstruksi dan membuat benda produk yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari dengan pendekatan pemecahan masalah. Sebagai contoh: Membuat karya rekayasa elektronika dengan kendali otomatis yang berkembang di wilayah setempat. Lingkup ini memerlukan kesatuan pikir dan kecekatan tangan

c. Budidaya

Budidaya berpangkal pada cultivation, yaitu suatu kerja berusaha untuk menambah, menumbuhkan, dan mewujudkan benda atau makhluk hidup agar lebih besar/tumbuh, dan berkembangbiak, bertambah banyak. Kinerja ini membutuhkan perasaan seolah dirinya pembudidaya. Prinsip pembinaan rasa dalam kinerja budidaya ini akan memberikan hidup pada tumbuhan atau hewan, namun dalam bekerja dibutuhkan sistem yang berjalan rutin atau prosedural. Manfaat edukatif teknologi budidaya ini adalah pembinaan perasaan, pembinaan kemampuan memahami pertumbuhan dan menyatukan dengan alam (ecosystem) menjadikan peserta didik berpikir sistematis berdasarkan potensi kearifan lokal.

d. Pengolahan

Pengolahan artinya membuat, menciptakan bahan dasar menjadi benda produk jadi, agar dapat dimanfaatkan. Pada prinsipnya kerja pengolahan adalah mengubah benda mentah menjadi produk jadi yang mempunyai nilai tambah melalui teknik pengelolaan seperti: mencampur, mengawetkan, dan memodifikasi. Manfaat edukatif teknologi pengolahan bagi pengembangan kepribadian peserta didik adalah: pelatihan rasa yang dapat dikorelasikan dalam kehidupan sehari-hari, sistematis yang dipadukan dengan pikiran serta prakarya.

Kompetensi Dasar pada mata pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan memperhatikan karakteristik pembelajarannya yang meliputi tiga aspek, yaitu produk, proses dan nilai. Aspek produk merupakan media belajar, namun sasaran dan harapan belajar prakarya juga mengembangkan aspek sistem melalui penguatan proses berkarya. Berikut merupakan pemetaan materi pembelajaran pada mata pelajaran prakarya dan kewirausahaan, baik untuk kelas X, XI, dan XII.

Materi:

Prakarya

 Membuat produk

dan pengemasan

Kelas X prakarya

 Konsep

Kewirausahaan

kewirausahaan  Perilaku wirausaha

Materi:

Prakarya

 Membuat produk

dan pengemasan prakarya

Kelas XI

 Menganalisis usaha  Merancang usaha

Kewirausahaan

 Menciptakan usaha

Materi:

Prakarya

 Membuat produk

dan pengemasan prakarya

Kelas XII

 Membuat proposal

Skema 1 : Pemetaan materi pembelajaran

Materi pembelajaran pada mata pelajaran prakarya dan kewirausahaan tersebut digunakan sebagai dasar penyusunan program-program kewirausahaan di sekolah. Sehingga program-program kewirausahaan yang ada di sekolah merupakan aktualisasi/aksi nyata dari pembelajaran prakarya dan kewirausahaan di kelas.

2. Nilai-Nilai Kewirausahaan

Nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan kewirausahaan adalah pengembangan nilai-nilai dari ciri-ciri seorang wirausaha. Menurut para ahli kewirausahaan, ada banyak nilai-nilai kewirausahaan yang mestinya dimiliki oleh peserta didik maupun warga sekolah yang lain. Namun, di dalam naskah Model Pembinaan SMA ini dipilih beberapa nilai-nilai kewirausahaan yang dianggap paling pokok dan sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik. Beberapa nilai-nilai kewirausahaan beserta diskripsinya adalah sebagai berikut.

Tabel 1. Nilai dan deskripsi nilai pendidikan kewirausahaan

Nilai Kewirausahaan Deskripsi

1. Jujur

Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.

2. Disiplin

Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.

3. Kerja Keras

Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam menyelesaikan tugas dan mengatasi berbagai habatan

4. Kreatif

Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil berbeda dari produk/jasa yang telah ada

5. Inovatif

Kemampuan untuk menerapkan kreativitas dalam rangka memecahkan persoalan-persoalan dan peluang untuk meningkatkan dan memperkaya kehidupan

6. Mandiri

Sikap dan prilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas

7. Tanggung-jawab

Sikap dan perilaku seseorang yang mau dan mampu melaksanakan tugas dan kewajibannya

8. Kerja sama

Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya mampu menjalin hubungan dengan orang lain dalam melaksanakan tindakan, dan pekerjaan.

Nilai Kewirausahaan Deskripsi

9. Kepemimpinan

Sikap dan perilaku seseorang yang selalu terbuka terhadap saran dan kritik, mudah bergaul, bekerjasama, dan mengarahkan orang lain.

10. Ulet

Sikap dan perilaku seseorang yang tidak mudah menyerah untuk mencapai suatu tujuan dengan berbagai alternative

11. Berani Menangung

Kemampuan seseorang untuk

Resiko

menyukai pekerjaan yang menantang, berani dan mampu mengambil risiko kerja

12. Komitmen

Kesepakatan mengenai sesuatu hal yang dibuat oleh seseorang, baik terhadap dirinya sendiri maupun orang lain.

13. Realistis

Kemampuan menggunakan fakta/realita sebagai landasan berpikir yang rasionil dalam setiap pengambilan keputusan maupun tindakan/ perbuatannya.

14. Rasa ingin tahu

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui secara mendalam dan luas dari apa yang yang dipelajari, dilihat, dan didengar

15. Komunikatif

Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerjasama dengan orang lain

16. Menghargai

Sikap dan tindakan yang mendorong

prestasi

dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui dan menghormati keberhasilan orang lain

BAB III PELAKSANAAN PEMBINAAN KEWIRAUSAHAAN

A. Melalui Aktualisasi Mata Pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan

1. Perencanaan

Tahap awal yang perlu dilakukan sekolah dalam rangka mengembangkan program kewirausahaan adalah menentukan aspek prakarya dan program kewirausahaan.

a. Menentukan aspek prakarya

Mata pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan terdiri atas empat aspek yaitu Kerajinan, Rekayasa, Budidaya dan Pengolahan. Dari empat aspek mata pelajaran Prakarya yang tersedia dalam satu tahun ajaran, sekolah wajib melaksanakan minimal 2 aspek Prakarya dan Peserta didik mengikuti salah satu aspek yang disediakan untuk setiap semester, aspek yang diikuti dapat diganti setiap semesternya dengan ketentuan telah menuntaskan semua kompetensi dasar pada semester sebelumnya. Penentuan aspek prakarya dapat dilihat pada skema berikut:

Ketersediaan pendidik yang berlatar belakang:

 Kerajinan  Rekayasa  Budidaya  Pengolahan

Analisis Potensi Penetapan aspek Sekolah

prakarya

Ketersediaan sarana dan prasarana untuk mendukung praktek:

 Kerajinan  Rekayasa  Budidaya  Pengolahan

Skema 2 : Penetapan aspek prakarya Ketentuan pemilihan aspek prakarya dengan mempertimbangkan:

1) Tersedianya tenaga pendidik yang sesuai dengan latar belakang aspek dari Prakarya dan Kewirausahaan yang akan diajarkan, yang meliputi: kerajinan, rekayasa, budidaya, dan pengolahan.

2) Ketersediaan sarana dan prasarana untuk mendukung kegiatan dan praktek sesuai dengan aspek prakarya yang dipilih

b. Menentukan program kewirausahaan

Program kewirausahaan yang dikembangkan oleh sekolah harus disesuaikan dengan ruang lingkup materi prakarya dan kewirausahaan. Hal ini dilakukan

Ruang lingkup materi:

Program Kewirausahaan:

 Membuat produk dan

a. Kunjungan ke tempat usaha

Kelas

pengemasan prakarya

b. Mendatangkan tokoh-tokoh

X  Konsep kewirausahaan

wirausaha

 Perilaku wirausaha

c. Menjalankan sebuah usaha

Ruang lingkup materi:

Program Kewirausahaan:

 Membuat produk dan

a. Melakukan pengamatan pasar

Kelas

pengemasan prakarya

b. Mengadakan pameran atau

XI  Menganalisis usaha

bazar

 Merancang usaha  Menciptakan usaha

Ruang lingkup materi:

Program Kewirausahaan:

 Membuat produk dan

a. Membuat proposal usaha

Kelas

pengemasan prakarya

b. Mempraktekkan usaha

XII

 Membuat proposal

berdasarkan proposal yang

usaha

telah disusun

 Mempraktekkan usaha

Skema

3 : Program kewirausahaan di SMA

Berdasarkan ruang lingkup materi pada mata pelajaran prakarya dan kewirausahaan di SMA, maka sekolah dapat menetapkan program-program kewirausahaan yang sesuai dengan kondisi sekolah. Model program aktualisasi kewirausahaan di SMA:

a. Program kewirausahaan kelas X

1) Kunjungan ke tempat-tempat yang dapat menumbuhkan semangat usaha

2) Mendatangkan tokoh-tokoh wirausaha yang dapat menyajikan pengalaman keberhasilan berwirausaha

3) Menjalankan sebuah usaha untuk menghayati perilaku berwirausaha

b. Program kewirausahaan kelas XI

1) Melakukan pengamatan pasar dalam rangka menciptakan peluang usaha

2) Mengadakan pameran atau bazar untuk berwirausaha

c. Program kewirausahaan kelas XII

1) Membuat proposal usaha untuk memahami sumber daya yang dibutuhkan, menganalisis proses produksi, serta menganalisis keberhasilan usaha

2) Mempraktekkan usaha berdasarkan proposal yang telah disusun.

2. Pelaksanaan

Program kewirausahaan yang telah disusun oleh sekolah harus dirancang pada awal tahun ajaran dan dimasukkan pada Kalender Akademik. Program kewirausahaan tersebut harus sesuai dengan karakteristik siswa dan potensi sekolah. Berikut dijelaskan model pelaksanaan program kewirausahaan, sekolah dapat mengembangkan sesuai dengan karakteristik dan potensi masing-masing.

a. Magang di unit usaha/produksi

Program ini dilakukan oleh siswa kelas X dalam rangka mengembangkan kompetensi menjalankan sebuah usaha untuk menghayati perilaku berusaha. Kegiatan ini dapat dilakukan di sekolah melalui kantin sekolah, koperasi siswa, dan lain-lain.

Gambar 1 : Siswa magang di kantin sekolah

Hal-hal yang perlu dilakukan siswa saat belajar di unit usaha/produksi:

1) Berkoordinasi dengan pengelola unit usaha/produksi sebelum praktek di lapangan

2) Mengetahui proses produksi, proses pencarian bahan baku, sistem mutu, dan proses pemasarannya.

3) Belajar mengenahi alat-alat dengan mempelajari jenis, spesifikasi, dan kapasitas alat-alat yang digunakan.

4) Mempelajari standar mutu, kegunaan mutu, bagaimana standar dan prosedur mutu dalam membuat produk yang bermutu.

5) Mengenal konsumen, pasar, dan alasan mengapa sebuah produk berhasil atau gagal dipasaran.

Dengan mencoba dan ikut dalam kegiatan unit usaha/produksi diharapkan akan dapat menambah:

1) Wawasan siswa tentang kewirausahaan;

2) Pengetahuan tentang kewirausahaan, baik dalam teori maupun praktik;

3) Pengalaman siswa, bukan hanya belajar di kelas tetapi juga belajar didunia nyata;

4) Hasrat untuk menjadi wirausaha menjadi tinggi.

Gambar 2 : Siswa magang di koperasi sekolah

b. Pameran/Bazar

Program ini dilakukan oleh siswa kelas XI dalam rangka mempelajari aspek pemasaran dalam berwirausaha. Kegiatan ini dapat dilakukan di sekolah sesuai dengan program yang telah direncanakan. Hal-hal yang perlu diketahui siswa saat melaksanakan pameran/bazar adalah seni menjual, harga jual, kepuasan pelanggan, promosi, negosiasi, serta saluran dan jaringan distribusi.

Gambar 3 : Kegiatan Bazar disekolah

Beberapa hal yang perlu diketahui siswa pada saat kegiatan pameran/bazar:

a. Memahami seni menjual Menjual berhubungan langsung dengan kebutuhan dan keluhan pelanggan, pasar, perubahan, persaingan, dan peluang. Oleh karena itu penjual mempunyai informasi paling awal dan penting untuk dijadikan cikal bakal sebuah bisnis. Penjual tidak hanya menjual produk atau bisnisnya saja, tetapi juga menjual kualitas produk tersebut.

b. Menetapkan harga jual Untuk menetapkan harga jual harus disesuaikan dengan target pasar, segmen pasar, dan posisi produk pasar. Penentuan harga jual produk dapat ditentukan dengan tiga cara, yaitu:

1) Harga berdasarkan harga pasar (market based price) Harga ini ditentukan oleh aspek persaingan antar produk yang akan ditawarkan pada konsumen, dengan harga produk dari pesaing yang sudah ada di pasar. Harga berdasarkan pasar ditentukan dengan melihat siapa pesaing yang paling dekat dan potensial dari produk yang akan diluncurkan.

2) Harga berdasarkan biaya (cost based price) Prinsip penentuan harga berdasarkan biaya produksi ditambah laba yang ditentukan akan mempunyai risiko, yaitu harga yang akan ditawarkan bisa lebih tinggi dari harga produk pesaing.

3) Harga berdasarkan titik impasnya (break even point based price) Penentuan harga jual produk berdasarkan pada berapa kwantitas (kapasitas) yang diproduksi di mana biayanya bisa ditutup oleh harga jual dikalikan dengan total produksi tanpa profit. Sehingga diperlukan

c. Menganalisis kepuasan pelanggan Metode-metode yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat kepuasan pelanggan adalah:

1) Sistem keluhan dan saran Sistem ini bisa menggunakan cara formulir isian, kuesioner, uji sampel secara langsung dengan cara tanya jawab.

2) Survei kepuasan pelanggan secara berkala Sistem keluhan dan saran yang dilakukan lebih dari satu kali agar diperoleh tingkat keakuratan yang lebih baik.

3) Ghost shopping atau mystery shopper Mempekerjakan seseorang untuk berpura-pura menjadi pembeli. Orang ini akan melaporkan hal-hal positif (kekuatan) dan negatif (kelemahan) dari pelayanan serta manfaat dari sebuah produk.

d. Promosi Ada tiga elemen penting dari sasaran atau target sebuah promosi, yaitu:

1) Pembentukan merk

2) Layanan kepada konsumen yang berupa komunikasi dan pemberian informasi

3) Menciptakan kesetiaan pelanggan. Ada enam kegiatan dan rencana yang bisa dilakukan untuk mengomunikasikan produk dan merk usaha:

1) Penjualan personal

2) Iklan

3) Promosi penjualan (sales promotion)

4) Publikasi

5) Sponsorship

6) Komunikasi di tempat konsumen yang akan membeli.

e. Negosiasi Langkah-langkah yang harus dipelajari dalam bernegosiasi adalah:

1) Mengetahui keinginan pihak lain dan menelusurinya terlebih dahulu

2) Menjelaskan dengan baik risiko-risikonya bila negosiasi gagal dilakukan

3) Menawarkan saran-saran dan langkah-langkah yang harus dilakukan agar negosiasi bisa diselesaikan

4) Mewujudkan tujuan negosiasi, yaitu win-win solution bagi kedua belah fihak sehingga tidah ada yang merasa dikalahkan.

f. Saluran dan jaringan distribusi Saluran distribusi sangat penting karena menginformasikan kepada konsumen mengenahi ketersediaan produk disuatu tempat yang dapat diakses oleh pasar. Jenis saluran distribusi adalah:

1) Grosir (pengecer berskala besar)

2) Pemborong (pembeli dalam skala besar)

3) Pengecer (penjual atau saluran distribusi yang langsung bertransaksi dengan calon pelanggan).

c. Membuat proposal usaha dan mempraktekkannya

Program ini dilakukan oleh siswa kelas XII dalam rangka memahami pembuatan proposal usaha dan sekaligus mempraktekkan usaha tersebut. Kegiatan ini dapat dilakukan di sekolah maupun di luar sekolah.

Gambar 4 : Kegiatan praktek usaha

Hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat penyusunan proposal usaha adalah:

a. Hasil studi kelayakan usaha

b. Pemasaran

c. Penelitian dan pengembangan

d. Masalah pabrik

e. Manajemen usaha

f. Risiko yang dihadapi

g. Masalah finansial, misalnya kebutuhan investasi atau modal, biaya operasional, dan estimasi keuntungan

a. menetapkan jenis usaha, aspek produk, pemasaran, teknik penyaluran organisasi, manajemen, dan aspek yuridis.

b. melaksanakan aspek administrasi.

c. mengetahui aspek sumber keuangan.

d. mempelajari kebijakan pemerintah, terutama yang berkaitan dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). Setelah proposal selesai dibuat maka dilanjutkan dengan mempraktekkan usaha berdasarkan proposal yang telah dibuat.

B. Melalui Implementasi Nilai-Nilai Kewirausahaan

Tahap awal yang perlu dilakukan dalam mengimplementasikan nilai-nilai kewirausahaan di setiap satuan pendidikan adalah mengkaji sejauh mana Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang mengandung nilai-nilai kewirausahaan sudah terinternalisasi pada satuan pendidikan. Berdasarkan kajian tersebut dapat digunakan sebagai acuan dalam pengembangan pendidikan kewirausahaan di setiap satuan pendidikan. Nilai-nilai kewirausahaan yang diimplementasikan pada pembelajaran akan dapat menumbuhkan nilai-nilai kewirausahaan. Sebagai contoh, dengan penggunaan metode diskusi kelompok di dalam pembelajaran akan mampu menumbuhkan sikap percaya diri dan kerja sama. Adanya kegiatan sekolah yang melibatkan peserta didik dalam pengelolaan koperasi sekolah, kantin dan bisnis center diharapkan mampu menumbuhkan jiwa dan perilaku wirausaha. Dalam mengimplementasikan nilai-nilai kewirausahaan perlu dilakukan pemetaan nilai-nilai kewirausahaan terhadap kompetensi kewirausahaan yang diharapkan di satuan pendidikan. Berikut ini adalah deskripsi nilai-nilai kewirausahaan.

Nilai

Deskripsi

Kewirausahaan

Percaya diri  Berani persentasi di dalam kelas  Berani memberi tanggapan dalam diskusi

kelas Jujur  Tidak nyontek dalam mengerjakan

ulangan/ujian  Mengemukakan rasa senang/tidak senang

terhadap pelajaran  Menyatakan sikap terhadap suatu materi

diskusi kelas  Mengembalikan barang yang dipinjam atau ditemukan di tempat umum

Disiplin  Tertib dalam melaksanakan tugas-tugas

sekolah  Patuh dalam menjalankan organisasi

sekolah  Masuk kelas tepat waktu

Kerja sama  Mengerjakan tugas secara kelompok  Mau berbagi dengan sesama teman

Kreatif  Mengajukan pendapat yang berkenaan dengan suatu pokok bahasan

 Mengemukakan gagasan baru  Mendiskripsikan konsep dengan kata-kata

sendiri

Berani

 Menyukai tugas yang menantang

menanggung

 Berani menerima akibat dari perbutannya

resiko sendiri Kepemimpinan  Terbuka terhadap saran dan kritik

 Bertingkah laku sebagai pemimpin di

dalam kelompok  Membagi tugas dalam kelompok

 Role model

Nilai

Deskripsi

Kewirausahaan Realistis  Berfikir rasional

 Konsisten antara berpikir dan bertindak  Berpikir solutif Kerja keras  Mengerjakan semua tugas kelas selesai

dengan baik pada waktu yang telah ditetapkan

 Tidak putus asa dalam menghadapi kesulitan dalam belajar  Selalu fokus pada pelajaran Mandiri  Melakukan sendiri tugas kelas yang jadi

tanggungjawabnya  Tidak tergantung pada orang lain

Rasa ingin tahu  Bertanya kepada guru dan teman tentang

materi pelajaran  Bertanya kepada sesuatu tentang gejala alam yang baru terjadi  Bertanya atau membaca sumber di luar buku teks tentang materi yang terkait

dengan pelajaran  Membaca atau mendiskusikan gejala alam

yang baru terjadi

Menghargai

 Mengerjakan tugas dari guru dengan

akan prestasi sebaik-baiknya  Berlatih keras untuk berprestasi dalam

olahraga dan kesenian  Menghargai hasil karya sendiri dan orang

lain Komunikatif  Mendengarkan secara aktif  Berbicara dengan teman sekelas  Berbicara dengan guru , kepala sekolah,

dan personalia sekolah lainnya  Menyampaikan pesan dengan berbagai

Nilai

Deskripsi

Kewirausahaan media

Tanggung jawab  Melaksanakan tugas-tugas individu  Menjalankan tugas kelompok

Komitmen  Mematuhi kesepakatan dengan orang lain  Mematuhi kesepakatan terhadap dirinya

sendiri Ulet  Tidak mudah menyerah dalam

mengerjakan tugas  Melakukan berbagai alternatif cara dalam

mengerjakan tugas

Tabel 2: Deskripsi nilai-nilai kewirausahaan

BAB IV MONITORING DAN EVALUASI

A. Monitoring

Monitoring program kewirausahaan merupakan proses berkelanjutan dalam mengontrol program kewirausahaan pada satuan pendidikan dengan maksud untuk memastikan apakah program kewirausahaan yang telah disusun dapat berjalan dengan baik sesuai dengan langkah atau rencana yang telah disusun sebelumnya. Monitoring dapat dilakukan secara kontinyu, baik bulanan, semesteran, atau tahunan oleh Guru dan Kepala Sekolah. Dalam melakukan monitoring program kewirausahaan, aspek-aspek apa yang harus dipantau, mengacupada rencana aksi/program yang sudah ditetapkan oleh sekolah. Satuan pendidikan melakukan monitoring dan evaluasi program kewirausahaan dengan prinsip:

1. Berkesinambungan

2. Menjadi umpan balik terhadap perbaikan kegiatan .

3. Memberi manfaat terhadap sekolah

4. Memotivasi warga sekolah

5. Berorientasi pada peraturan yang berlaku

6. Objektif

7. Berorientasi pada tujuan program. Adapun monitoring program pembinaan kewirausahaan menggunakan langkah- langkah sebagai berikut :

1. Menyusun rancangan monitoring untuk menentukan : tujuan, sasaran, faktor pendukung dan penghambat, pendekatan, Teknik, dan instrumen, waktu, jadwal monitoring, dan biaya.

2. Melaksanakan monitoring.

3. Menyusun dan melaporkan hasil monitoring kepada pihak yang berkepentingan.

B. Evaluasi

Evaluasi program kewirausahaan merupakan sekumpulan aktifitas yang dirancang untuk menentukan nilai atau kesimpulan apakah program kewirausahaan yang telah dirancang berhasil, kurang berhasil, atau gagal. Namun demikian, evaluasi bisa bersifat formatif, artinya temuan evaluasi dijadikan sebagai acuan untuk melakukan

1. Berkesinambungan, artinya dilakukan secara berlanjutan.

2. Menyeluruh, artinya seluruh aspek dinilai

3. Objektif, artinya pelaksanaannya bebas dari kepentingan pribadi

4. Sahih, yaitu mengandung konsistensi yang benar-benar mengukur yang seharusnya

5. Terukur

6. Kritis

7. Bermanfaat. Evaluasi program kewirausahaan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Mendeskripsikan program kewirausahan yang akan dievaluasi

2. Mengidentifikasi sasaran (perorangan, atau kelompok)

3. Mengidentifikasi permasalahan atau isyu yang dipandang penting

4. Menyusun rancangan evaluasi

5. Mengumpulkan data

6. Menganalisis dan menginterpretasi data

7. Mempersiapkan dan menyampaikan laporan evaluasi Evaluasi terhadap pelaksanaan program kewirausahaan dapat dilakukan secara mandiri oleh sekolah (internal) sebagai bentuk dari evaluasi diri. Agar hasilnya lebih objektif, evaluasi dapat dilakukan oleh pihak luar sekolah (eksternal). Hal penting yang harus diperhatikan adalah evaluasi dan monitoring dilakukan berkelanjutan dan pemanfaatan hasilnya dapat dijadikan sebagai bahan untuk menindaklanjuti kelemahan dan mempertahankan atau mengembangkan kekuatan yang dimiliki.

BAB V PENUTUP

Program pembinaan kewirausahaan di SMA adalah sebuah upaya nyata dalam rangka penanaman nilai-nilai kewirausahaan dan peningkatan kualitas pembelajaran mata pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan di SMA dengan tujuan agar peserta didik memiliki karakter wirausaha, memahami konsep kewirausahaan, mampu melihat peluang, mendapatkan pengalaman langsung berwirausaha serta terbentuknya lingkungan sekolah sebagai lingkungan belajar yang berwawasan kewirausahaan. Kewirausahan di SMA bukan program yang terimplementasi sesaat saja, tetapi merupakan kegiatan yang berkelanjutan. Untuk itu diperlukan pengelolaan dan pembinaan dalam perencanaan, pelaksanaan, evaluasi serta pengembangan program tersebut oleh seluruh komponen sesuai tugas, fungsi dan peran masing-masing. Keberhasilan program kewirausahaan dibangun oleh kinerja semua komponen sekolah yang sinergi antara komponen satu dengan komponen lainnya. Kewirausahaan di SMA merupakan program untuk mengenal konsep kewirausahaan, latihan mengembangkan usaha, mendapatkan pengalaman praktis berwirausaha, menumbuhkan minat berwirausaha dan mengembangkan potensi berwirausaha. Oleh karena itu program kewirausahaan di SMA harus menjadi alternatif dalam mempersiapkan lulusan yang mampu menerapkan dan mengelola peluang usaha serta mampu menyesuaikan diri agar berhasil dalam kehidupan bermasyarakat serta memiliki kemampuan untuk menghadapi persaingan global. Program kewirausahaan yang telah disusun oleh sekolah harus dirancang pada awal tahun ajaran dan dimasukkan pada kalender akademik. Program kewirausahaan tersebut harus sesuai dengan karakteristik siswa dan potensi sekolah. Model pelaksanaan program kewirausahaan:

1. Magang di unit usaha/produksi

2. Pameran/Bazar

3. Membuat proposal usaha dan mempraktekkannya.

DAFTAR PUSTAKA

Alma, Buchari (2000). Kewirausahaan, CV. Alvabeta, bandung Arismunandar, (2006), Pengembangan Kewirausahaan Sekolah, Direktorat Tenaga

Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta Daryanto, (2012), Pendidikan Kewirausahaan. Yogyakarta: Gava Media, 2012 Departemen Perdagangan Republik Indonesia, (2008), Pengembangan Ekonomi Kreatif

Indonesia 2025, Jakarta. Drucker, P.F. (1994), Innovation and Entrepreneurship: Practices and Principles.

Penerjemah Rusdi Naib. Jakarta: Gelora Aksara Pratama. Degeng, I N. S. 2001. Kumpulan Bahan Pembelajaran; Menuju Pribadi Unggul Melalui

Perbaikan Proses Pembelajaran, Malang: LP3, UM. Grenville, Kleiser, (1086), Membina Kepribadian Wiraswasta, Pionir Jaya, bandung Kementerian Pendidikan Nasional, Badan Penelitian dan Pengembangan, Pusat

Kurikulum, (2010), Pengembangan Pendidikan Kewirausahaan. Jakarta. Kasmir. (2006). Kewirausahaan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Meredith, Geoffrey G. 1996. Kewirausahaan: Teori dan Praktek, Jakarta: Pustaka

Binaman Presindo Suryana, (2013), Kewirausahaan: Kiat dan Proses Menuju Sukses (Edisi 4). Jakarta:

Salemba Empat, 2013 Soemahamidjaja, Soeparman. (1980). Membina Sikap Mental Wirausahawan. Jakarta:

Gunung Jati.

Lampiran 1. Kompetensi Dsar Prakarya dan Kewirausahaan

Kompetensi Dasar Prakarya dan Kewirausahaan adalah sebagai berikut:

1. Kelas X Kerajinan KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR

1. Menghayati dan

1.1 Menghayati keberhasilan dan kegagalan mengamalkan

wirausahawan dan keberagaman produk kerajinan di ajaran agama

wilayah setempat dan lainnya sebagai anugerah yang dianutnya Tuhan

2. Menghayati dan

2.1 Menunjukkan motivasi internal dan peduli lingkungan mengamalkan

dalam menggali informasi tentang keberagaman perilaku jujur,

produk kerajinan dan kewirausahaan di wilayah disiplin,

setempat dan lainnya

tanggungjawab,

2.2 Menghayati perilaku jujur, percaya diri, dan mandiri peduli (gotong

dalam memperkenalkan karya kerajinan di wilayah royong,

setempat dan lainnya dan menerapkan wirausaha kerjasama,

2.3 Menghayati sikap bekerjasama, gotong royong, toleran, damai),

bertoleransi, disiplin, bertanggung jawab, kreatif santun,

dan inovatif dalam memahami kewirausahaan dan responsif dan

membuat karya kerajinan di wilayah setempat dan pro-aktif dan

lainnya dengan memperhatikan estetika produk menunjukkan

akhir untuk membangun semangat usaha sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

3. Memahami, 3.1 Mengidentifikasi desain produk dan pengemasan menerapkan,

karya kerajinan tekstil berdasarkan konsep berkarya menganalisis

dengan pendekatan budaya setempat dan lainnya pengetahuan

3.2 Mengidentifikasi sumber daya yang dibutuhkan faktual,

dalam mendukung proses produksi kerajinan tekstil konseptual,

3.3 Memahami proses produksi kerajinan tekstil di prosedural

wilayah setempat melalui pengamatan dari berbagai berdasarkan

sumber

rasa

3.4 Memahami konsep kewirausahaan dalam

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR

ingintahunya menjalankan sebuah wirausaha kerajinan tekstil tentang ilmu

3.5 Mengidentifikasi desain produk dan pengemasan pengetahuan,

karya kerajinan limbah tekstil berdasarkan konsep teknologi, seni,

berkarya dengan pendekatan budaya setempat dan budaya, dan

lainnya

humaniora

3.6 Memahami sumber daya yang dibutuhkan dalam dengan

mendukung proses produksi kerajinan limbah tekstil wawasan

3.7 Menganalisis proses produksi kerajinan limbah tekstil kemanusiaan,

di wilayah setempat melalui pengamatan dari kebangsaan,

berbagai sumber

kenegaraan, dan

3.8 Menganalisis sikap dan perilaku wirausaha kerajinan peradaban

limbah tekstil yang dapat mendukung keberhasilan terkait

dalam menjalankan sebuah usaha

penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah

4. Mengolah,

4.1 Mendesain produk dan pengemasan karya kerajinan menalar, dan

tekstil berdasarkan konsep berkarya dengan menyaji dalam

pendekatan budaya setempat dan lainnya ranah konkret

4.2 Mendesain prosesproduksi karya kerajinan tekstil dan ranah

berdasarkan identifikasi kebutuhan sumberdaya dan abstrak terkait

prosedurberkarya dengan pendekatan budaya dengan

setempat dan lainnya

pengembangan

4.3 Membuat karya kerajinan tekstil yang berkembang di dari yang

wilayah setempat dan lainnya sesuai teknik dan dipelajarinya di

prosedur

sekolah secara

4.4 Menyajikan konsep kewirausahaan berdasarkan mandiri, dan

pengalaman keberhasilan tokoh-tokoh wirausaha mampu

kerajinan tekstil

menggunakan

4.5 Mendesain produk dan pengemasan karya kerajinan metoda sesuai

limbah tekstil berdasarkan konsep berkarya dengan kaidah keilmuan pendekatan budaya setempat dan lainnya

4.6 Mendesain prosesproduksi karya kerajinan limbah tekstil berdasarkan identifikasi kebutuhan sumberdaya dan prosedur berkarya dengan pendekatan budaya setempat dan lainnya

4.7 Membuat karya kerajinan limbah tekstil yang berkembang di wilayah setempat dan lainnya sesuai teknik dan prosedur.

4.8 Menyajikan hasil analisa sikap dan perilaku

wirausaha kerajinan limbah tekstil

Rekayasa

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR

1.1 Menghayati keberhasilan dan kegagalan mengamalkan

1. Menghayati dan

wirausahawan dan keberagaman produk rekayasa di ajaran agama

wilayah setempat dan lainnya sebagai anugerah yang dianutnya Tuhan

2.1 Menunjukkan motivasi internal dan peduli lingkungan mengamalkan

2. Menghayati dan

dalam menggali informasi tentang keberagaman perilaku jujur,

produk rekayasa dan kewirausahaan di wilayah disiplin,

setempat dan lainnya

tanggungjawab,

2.2 Menghayati perilaku jujur, percaya diri, dan mandiri peduli (gotong

dalam memperkenalkan karya rekayasa di wilayah royong,

setempat dan lainnya dan menerapkan wirausaha kerjasama,

2.3 Menghayati sikap bekerjasama, gotong royong, toleran, damai),

bertoleransi, disiplin, bertanggung jawab, kreatif santun, responsif

dan inovatif dalam memahami kewirausahaan dan dan pro-aktif

membuat karya rekayasa di wilayah setempat dan dan

lainnya dengan memperhatikan estetika produk menunjukkan