EBOLA DALAM PANDANGAN FILSAFAT (ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI DAN AKSIOLOGI)

ARTIKEL FILSAFAT
EBOLA DALAM PANDANGAN FILSAFAT
(ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI DAN
AKSIOLOGI)
(DOSEN : PROF. DR. ALOYSIUS HARDOKO, M.Pd)

Disusun oleh:

SITTI ROSMAH
NIM : 1505016014

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM PASCA SARJANA PENDIDIKAN BIOLOGI
UNIVERSITAS MULAWARMAN
2016

BEWARE OF EBOLA EPIDEMIC
Recently, Ebola epidemic that attacks the West African region, causing the
world’s attention. WHO has released the data, there are at least 800 people who died
after the Ebola virus. This disease has a very high mortality rate, 90 percent of
patients died. Unfortunately, vaccine or drug to cure Ebola still haven’t found yet.

The Ebola virus was first discovered in Africa in 1976. Originally, the virus only
attacks primates such as monkeys and apes. But now, it has evolved into dangerous
disease because the ebola is transmitted to humans. This year, the Ebola virus is
raging, the numberof deaths has been increased two times more than in 1976,
reported by BBC.com.
The increasing case of the Ebola epidemic in West Africa in the 2014 cause
anxiety. Ebola virus which attacks the body’s defense system is similiar with the HIV
virus. Early symptoms are similiar to flu symptoms such as high fever, body
weakness, musclepainandheadache.
The Most Deadly Virus
What makes Ebola virus became so dangerous is its ability to breed. This virus
can agglutinate blood cells, then this condition can inhibit blood flowing to other
organs. If the organs lack of blood, it will cause some damages. After attacking the
blood, ebola virus attacks other organs, such as kidney, brain, intestine, liver and so
on. Many of ebola patients died because of kidney failure
Very Fast Transmission
Ebola virus transmission can occur from a contact of body fluid, blood, and all
the things that have been used by patient. Therefore, ebola patients must be isolated in
order to avoid adirect contact with other people. The medical teams who handle the
patients also have to wear special cloth in order to prevent the spread of the virus.

Currently, a citizen of the United States has been infected with ebola. Indonesian
Health Ministry itself has issued a travel warning for the people who will visit the
countries of Guinea, Sierra and Liberia.
There are some ways to prevent the ebola virus. We have to keep clean and do
not make direct contact with patients. Hopefully soon, vaccines and drugs will be
discovered so the number of dead can be decreased.

WASPADA WABAH EBOLA
Baru-baru ini perhatian dunia tertuju kepada penyakit Ebola yang menyerang
daerah Afrika Barat. Berdasarkan data yang dirilis oleh WHO, setidaknya 800 orang
meninggal dikarenakan virus Ebola. Penyakit ini memiliki tingkat daya tahan yang
sangat tinggi, 90% pasien yang terjangkit penyakit ini meninggal dunia. Sedangkan
vaksin atau obat untuk menyembuhkan penyakit ini belum ditemukan.
Virus Ebola pertama kali ditemukan di Afrika pada tahun 1976. Awalnya, virus
Ebola hanya menyerang primata seperti monyet dan kera. Akan tetapi, sekarang virus
ini telah berkembang menjadi virus yang sangat berbahaya karena virus ini bisa
menular ke manusia. Tahun ini virus Ebola semakin mengganas. Jumlah kematian
akibat virus ini semakin menjadi dua kali lipat dibanding tahun 1976 berdasarkan
laporan BBC.com.
Peningkatan kasus penyakit Ebola di Afrika tahun 2014 menimbulkan

kecemasan. Virus Ebola yang menyerang system kekebalan tubuh sama dengan virus
HIV. Gejala awal yang sama dirasakan seperti demam , daya tahan tubuh melemah,
nyeri otot dan sakit kepala.
Virus Yang Paling Mematikan
Kemampuan virus Ebola untuk berkembang biak membuat virus ini menjadi sangat
berbahaya. Virus ini dapat membekukan sel-sel darah, sehingga menyebabkan darah
tidak mengalir ke organ-organ lain. Jika organ-organ kekurangan darah, hal ini akan
menyebabkan kerusakan-kerusakan yang lain. Setelah menyerang sistem peredaran
darah, virus ini akan menyerang organ lain seperti ginjal, otak, usus, hati dan lain-lain.
Penularan Yang Sangat Cepat
Penularan virus Ebola dapat terjadi karena adanya kontak cairan tubuh, darah dan
segala sesuatu yang sudah digunakan oleh penderita. Oleh karena itu, penderita Ebola
wajib diisolasi untuk mencegah terjadinya kontak langsung dengan orang lain. Tim
medis yang merawat penderita juga harus menggunakan pakaian khusus untuk
mencegah penyebaran virus. Baru-baru ini sekelompok orang di Amerika Serikat
terjangkit virus Ebola. Kementrian kesehatan Indonesia telah mengeluarkan larangan
perjalanan untuk orang-orang yang akan mengunjungi negara Ghana, Siera dan
Liberia.

Ada beberapa cara untuk mencegah virus Ebola. Dengan menjaga kebersihan dan

tidak membuat kontak langsung dengan penderita. Semoga dalam waktu dekat vaksin
maupunobat penawar akan segera ditemukan sehingga angka kematian akibat penyakit
ini akan berkurang.

PEMBAHASAN
Berbagai penyakit menular pada manusia yang bersumber dari hewan telah banyak
mewabah di dunia. Istilah zoonosis telah dikenal untuk menggambarkan suatu kejadian
penyakit infeksi pada manusia yang ditularkan dari hewan vertebrata. Hal inilah yang
dewasa ini menjadi sorotan publik dan menjadi objek berbagai studi untuk mengkaji
segala aspek yang berkaitan dengan wabah tersebut yang diharapkan nantinya akan
diperoleh suatu sistem terpadu untuk pemberantasan dan penanggulangannya.
Kemunculan dari suatu penyakit zoonosis tidak dapat diprediksi dan dapat membawa
dampak yang menakutkan bagi dunia, terutama bagi komunitas yang bergerak di bidang
kesehatan masyarakat dan veteriner.
Pada

negara

yang


berkembang

seperti

Indonesia,

zoonosis

belum

mendapatkanperhatian yang cukup baik pemerintahnya maupun rakyatnya. Bukti
konkritnya adalah kasus emerging zoonosis Avian Influenza di Indonesia dimana sejak
Agustus 2003, sebanyak 4,7 juta ayam mati akibat wabah ini. Sejumlah 62 orang positif
terinfeksi AI dan 47 orang diantaranya meninggal dunia. Di samping itu, masih banyak
kasus-kasus zoonosis lainnya yang mewabah di Indonesia seperti antraks dan rabies.
Kesuksesan penanggulangan penyakit zoonosis di negara lain menjadi tantangan bagi
Indonesia untuk keluar dari kungkungan penyakit zoonosis.
Kemunculan kasus-kasus penyakit zoonosis membuka suatu pemahaman baru dari
lembaga kesehatan hewan sedunia atau OIE (Office Internationale des Epizootes)
mengenai musuh dunia. OIE berpendapat bahwa dewasa ini, musuh dunia bukan lagi

perang dunia, bom nuklir ataupun serangan teroris, melainkan alam itu sendiri.
Kemunculan yang tak terduga dari suatu penyakit zoonosis juga memunculkan istilah
emerging zoonosis. Istilah ini dapat didefinisikan secara luas sebagai suatu kejadian
penyakit zoonosis dengan (1) agen penyakit yang telah dikenal dan muncul pada area
geografik yang berbeda (2) agen penyakit yang telah dikenal atau kerabat dekatnya dan
menyerang hewan yang sebelumnya tidak rentan (3) agen penyakit yang belum dikenal
sebelumnya dan terdeteksi untuk pertama kalinya. Sedangkan re-emerging zoonosis
adalah suatu penyakit zoonosis yang pernah mewabah dan sudah mengalami penurunan
intensitas kejadian namun mulai menunjukkan peningkatan kembali (Morse 2004).

Setiap era sejarah kehidupan manusia selalu disertai kemunculan dari suatu penyakit
yang baru. Perubahan sosial dan ekologi yang berkaitan dengan penyebaran populasi
manusia, perubahan lingkungan dan globalisasi dapat berimplikasi pada kemunculan suatu
penyakit zoonosis. Peningkatan populasi manusia dan globalisasi menyebabkan perpindahan
manusia dari satu benua ke benua lainnya. Seiring dengan hal tersebut maka juga akan
terjadi perpindahan hewan antar wilayah, bahkan benua, melalui perusakan habitat,
perdagangan, permintaan pribadi dan kepentingan teknologi, dimana mikroorganisme,
termasuk mikroorganisme patogen, juga mengalami perpindahan ke daerah yang baru. Pada
dasarnya, penyakit yang ada di dunia juga mengalami perkembangan yang sejalan dengan
perkembangan dunia yang cukup pesat.

Sehingga sampai sekarang belum dapat diketahui dari mana virus itu berasal, atau
hewan apa yang menjadi “host” awalnya. Berbagai binatang yang dijumpai di sekitar tepian
sungai Ebola diteliti, dari serangga, ular, sampai monyet, tetapi tidak ditemukan indikasi
bahwa virus itu dari hewan-hewan tersebut. Sehingga membuat para peneliti yang
melakukan penelitian akan penyebab terjadinya penyakit ini hingga menyebabkan wabah di
daerah kongo dan Uganda belum dapat dipecahkan dan didapatkan solusi pengobatannya.
Negara Zaire menjadi perhatian dunia karena di sana banyak penderita meninggal
akibat serangan Demam Berdarah Ebola (DBE). DBE disebabkan oleh semacam virus
ganas yang relatif baru, yaitu virus Ebola. Virus ini sudah disolasi sejak tahun 1967 dari
penderita-penderita di Jerman dan Yugoslavia, yang kemudian ternyata terinfeksi dari
monyet yang berasal dari Uganda. Nama Ebola diambil dari nama sebuah sungai di Zaire
asal virus tersebut diisolasi pertama kali. Beberapa negara di Afrika juga pernah terserang
Demam Berdarah Ebola. Kekhawatiran muncul bila virus ini menular ke negara lain yang
dimungkinkan oleh sistem transportasi yang serba canggih.

Di Kongo Barat Laut 5000 ekor gorila mati akibat terinfeksi virus Ebola, yang
memusnahkan hampir separuh populasi hewan yang terancam punah. Simpanse juga
banyak yang mati akibat virus ini. Para ahli menyatakan bahwa virus Ebola yang sangat
menular ini terutama tersebar melalui kontak antar kelompok gorila dan simpanse, bahkan
manusia juga bisa terinfeksi oleh virus Ebola. Virus ini pertama kali ditemukan tahun 1976

di Kongo, dan sejauh ini hanya ditemukan di Afrika saja. Wabah virus Ebola terakhir di
Uganda pada Oktober 2000, ketika 173 orang meninggal dan total 426 orang terdiagnosis

mengidap virus itu di Uganda bagian utara. Penularan virus Ebola hanya terjadi melalui
kontak langsung dengan darah atau cairan tubuh. Kebanyakan orang yang terinfeksi virus
ini akan meninggal dunia, karena sampai sekarang virus ini belum ditemukan vaksin yang
bisa mencegah infeksi oleh virus ini.
Di Tiongkok jumlah korban penyakit misterius yang baru-baru ini melanda Propinsi
Sichuan, telah mencapai 163 kasus, dimana 32 korban meninggal dan 27 dalam keadaan
kritis. Gejala-gejala penyakit tersebut telah menimbulkan dugaan di kalangan para ahli,
bahwa virus Ebola merupakan penyebabnya (Yun, Y, www.asianresearch.org).
WHO menyatakan lebih dari 1.000 orang meninggal karena Ebola sejak virus itu pertama
kali teridentifikasi pada 1976 di Sudan dan Kongo. Bisaanya wabah bisa diatasi dengan
cepat karena virus ini membunuh korbannya lebih cepat sebelum menular ke individu
lain.Sampai saat ini, tercatat sekitar 1.500 kasus demam akibat virus Ebola terjadi di
seluruh dunia. Gejala awal sakit akibat virus ini antara lain berupa demam, sakit kepala,
tenggorokan kering, lemas, pilu otot, diare, dan sakit perut.
Di Indonesia, sampai dengan saat ini belum ada yang dilaporkan terinfeksi oleh virus
Ebola. Akan tetapi, dengan kemajuan sistem transfortasi pada saat ini, tidak menutup
kemungkinan virus Ebola bisa mewabah di Indonesia. Untuk itu, diperlukan usaha

pencegahan yang bisa diterapkan untuk mencegah masuknya virus Ebola di Indonesia
mengingat virus ini sangat mudah menular dan sangat mematikan karena sampai sekarang
belum ditemukan vaksin yang bisa mencegah infeksi oleh virus Ebola.
TINJAUAN UMUM PENYAKIT EBOLA
Ebola adalah sejenis virus dari genus Ebolavirus, familia Filoviridae, dan juga nama
dari penyakit yang disebabkan oleh virus tersebut. Penyakit Ebola sangat mematikan.
Gejala-gejalanya antara lain muntah, diare, sakit badan, pendarahan dalam dan luar, dan
demam. Tingkat kematian berkisar antara 50% sampai 90%. Asal katanya adalah dari
sungai Ebola di Kongo. Penyakit Ebola dapat ditularkan lewat kontak langsung dengan
cairan tubuh atau kulit. Masa inkubasinya dari 2 sampai 21 hari, umumnya antara 5 sampai
10 hari. Saat ini telah dikembangkan vaksin untuk Ebola yang 100% efektif dalam monyet,
namun vaksin untuk manusia belum ditemukan.
Gejala-gejalanya antara lain muntah, diare, sakit badan, pendarahan dalam dan luar
Anus, dan demam. Tingkat kematian sampai 90%. Asal katanya adalah dari sungai Ebola
di Kongo. Penyakit Ebola dapat ditularkan lewat kontak langsung dengan cairan tubuh
ataukulit.Virus Ini mulai menular dari salah satu spesies kera di kongo kemudian mulai

menyebar ke manusia, jangka waktu manusia mulai terjangkit virus ini sampai menemui
ajalnya sekitar 1 minggu karena saking ganasnya virus ini.
Demam Berdarah Ebola (Demam Hemorrhagic) adalah penyakit disebabkan oleh

suatu virus yang termasuk kedalam keluarga Filoviridae. Para ilmuwan sudah
mengidentifikasi empat jenis virus Ebola. Tiga telah dilaporkan dapat menyebabkan
penyakit pada manusia, yaitu virus Ebola Zaire, virus Ebola Sudan, dan virus Ebola
Ivory. Virus-virus ini telah menyebabkan penyakit pada manusia di negara-negara Afrika.
Jenis keempat dari virus Ebola ini yaitu virus Ebola Reston, yang ditemukan Reston,
Virginia Amerika Serikat. Ternyata virus ini tidak menyebabkan penyakit pada manusia.
Subtipe ini ditemukan pada sejenis monyet macaca yang didatangkan dari Filipina.
Virus Ebola termasuk kedalam genus Ebolavirus, familia Filoviridae yang merupakan
salah satu daripada dua kumpulan virus RNA benang-negatif. Virus Filo mempunyai
bentuk biologi seperti morfologi, kepadatan, dan profile elektrophoresis gel
polyacrylamide. Virus ini telah dikelaskan kepada virus paramyxo dengan menggunakan
kaedah urutan DNA. Familia Filoviridae memiliki garis tengah 800 nm, dan pajang
mecapai 1000 nm.
Virus Ebola mengandung molekul lurus, bebenang RNA negatif, yang tidak
bersendi. Semua genome virus Filo mempunyai ciri-ciri serupa, dan mempunyai banyak
sisa adenosine dan uridine. Gen virus Ebola mengandung transkrip urutan tetap pada 3′
dan transkrip urutan terakhir pada 5′. Perbedaan di antara virus Ebola dan virus Marburg
adalah, virus Ebola menunjukkan tiga penumpukan yang berselang di antara turutan
antara-gen (intergenetic) sementara virus Marburg hanya mempunyai satu penumpukan
yang kedudukannya berbeda dengan virus Ebola. Virus Filo secara morfologi menyerupai

bentuk virus rhabdo, akan tetapi virus Filo mempunyai ukuran yang lebih panjang.
Apabila dilihat dengan menggunakan mikroskop elektron, bentuk virus Filo seperti
berfilament (berbenang halus), atau kelihatan bercabang. Terdapat juga virus yang
berbentuk "U", "b" dan berbentuk bundar.
Virus Ebola terdiri dari tujuh polypeptida diantaranya RNA genome ca. 19.0 kb,
yang mencakup Glycoprotein (GP), Nucleoprotein (NP), RNA-DEPENDENT RNA
Polymerase (L), VP35, VP30, VP40, dan VP24 (http://biomarker.cdc.go.kr).

Cara Mendeteksi Virus Ebola
Untuk mendeteksi apakah seseorang terinfeksi virus Ebola, dapat dilakukan pengujian
antigen-capture enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA), IgG ELISA, polymerase
chain reaction (PCR), dan mengisolasi virus Ebola yang bisa dilakukan untuk mengetahui
adanya virus Ebola dalam tubuh manusia (Olson, www.ualr.edu).
Mendeteksi penyebab penyakit cacar air (small pox), Anthrax, dan Virus Ebola, pada saat
ini bisa dilakukan dengan mudah, dan hasil identifikasinya dapat langsung disebarluaskan
melalui jaringan telepon genggam. Teknologi yang dikembangkan Fraunhofer Institute
for Silicon Teknologi, sebuah perusahaan inovasi teknologi mikrobiologi dan
mikrokomputer dari Jerman ini menyebutnya dengan eBiochipstick. Alat ini cukup
mengambil DNA atau bagian tubuh atau benda yang diduga terinfeksi bakteri, lalu
dimasukkan sebuah kotak seukuran tv 10 inc (eBiochip Adaptor). Instrumen yang bekerja
dengan bantuan komputer portabel ini, dengan mudah kemudian mendeteksi kadar virus,
racun, bakteri, atau patogen, yang telah menjangkiti tubuh manusia, atau hewan. Alat ini
diberi nama, eBiochip System Portable Instrument. Alat ini dengan cepat akan
mendeteksi jenis spora, dan mendeteksi virus Ebola lewat perangkat eBiochipstick. Alat
untuk mendeteksi dan menganalisis jenis bakteri, virus, atau racun berbahaya dalam

tubuh manusia cukup dengan sebuah chip seukuran disket HDD yang tebalnya tak lebih
dari koin Rp 500,- dan mengurai protein dengan analisis akurat.
Berdasarkan data departemen ketahanan biologi Amerika, stidaknya ada tujuh jenis
racun, bakteri patogenik yang bisa dideteksi alat ini. Selain bakteri antrax dan smal pox
(cacar air), eBiochip ini juga bisa mendeteksi plague, hepatitis C, tularemia, brucellus, Qfever, dan virus Ebola (virale hemorhagic fever). Bahkan bakteri penyakit anthrax yang
sporanya bisa bertahan hingga di atas 40 tahun pun masih bisa dideteksi oleh alat ini.
Kadar infeksi bakteri penyakit yang bisa menular ke manusia ini dengan dini bisa
dideteksi dan diurai kadar racunnya (Sriwijaya Post, Mendeteksi Virus Ebola Lewat
Telepon Genggam, 2006).
Gejala Demam Ebola
Sepanjang masa inkubasi (gejala awal), yang dapat berlangsung selama 1-3 minggu,
gejala demam ebola meliputi: radang sendi, sakit punggung, diare, kelelahan, sakit
kepala, rasa tidak enak badan, kerongkongan terasa sangat sakit, dan muntah-muntah.
Sedangkan pada gejala akhir, demam ebola dapat menujukkan gejala seperti: gatal-gatal,
pendarahan dari mata, telinga, dan hidung, pendarahan dari mulut dan dubur (pendarahan
gastrointestinal), radang pada mata (conjunctivitis), bengkak pada organ genital (labia
dan kantung buah pelir (scrotum)), keluarnya darah melalui permukaan kulit
(hemorrhagic), rongga atas mulut terlihat memerah, pingsan, kegagalan fungsi hati, dan
mata menjadi gelap. (Robertus S.W dan Tony H). Gejala lain yang kerap ditunjukkan
oleh orang yang terinfeksi Ebola adalah bintik-bintik merah di kulit, mata merah, dan
mata berdarah.
Tapi dalam wabah terbaru di Uganda, pasien meninggal dengan gejala demam dan
muntah. Gejala yang bisaanya tidak terlihat pada pasien ebola inilah yang membuat
WHO menjadi khawatir. Hal itu menjadi tanda munculnya strain baru virus Ebola yang
mematikan. Bentuk baru virus Ebola itu terdeteksi dalam sebuah wabah di Uganda bagian
barat. Dalam waktu kurun dari sebulan, strain tak dikenal itu telah menewaskan 18 orang
(Koran Tempo, 2007).

Sebanyak 90 persen pasien yang terserang virus Ebola meninggal, artinya hanya 10
persen saja pasien yang terinfeksi virus Ebola yang dapat selamat. Secara umum
kematian pasien yang terinfeksi Ebola disebabkan karena tekanan psikologis, dan sedikit
kematian yang diakibatkan akibat kekurangan darah.

Cara Penularan Virus Ebola
Virus Ebola adalah virus yang dapat menyebar dengan sangat cepat dan dapat
menyebar melalui penggunaan jarum suntik yang tidak disterilkan atau melakukan kontak
dengan seseorang yang terkena infeksi atau mayat orang yang sudah meningggal karena
terserang Virus Ebola.
Cara infeksi virus Ebola dalam tubuh manusia adalah sebagai berikut. Pertama, sekitar
satu minggu setelah infeksi atau peradangan, virus mulai menyerang darah dan sel hati.
Kedua, penyakit akan menyebar secara cepat keseluruh tubuh, virus akan menghancurkan
organ atau bagian tubuh yang penting seperti hati dan ginjal. Ketiga, infeksi virus Ebola
akan menyebabkan atau mendorong terjadinya pendarahan internal secara besar-besaran
(masive). Keempat, Virus Ebola akan menghambal kerja sistem pernapasan, yang dapat
menyebabkan kematian seketika pada pasien. Cara penularan atau infeksi virus Ebola
pada manusia, dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Mekanisme Infeksi Virus Ebola
(Sumber: www. images.encarta.msn.com)

Upaya Pencegahan
Tim peneliti dari Amerika dan Kanada yang dipimpin Dr Anthony Sanchez
melaporkan perkembangan tentang virus Ebola dalam pertemuan ke-162 Komunitas
Mikrobiologi Umum yang digelar di gedung Pusat Konferensi Internasional Edinburgh.
Menurut Sanchez, dengan pola transportasi perjalanan lintas benua dan pariwisata yang
berkembang demikian pesat beberapa waktu terakhir telah membuat virus Ebola
menyebar dari tempat paling terasing ke seluruh belahan di dunia. Utnuk itu diperlukan
upaya pencegahan yang bisa meminimalkan meluasnya wabah penyakit yang disebabkan
oleh virus Ebola.
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menghindari agar tidak tertular oleh
virus Ebola, antara lain: menghindari area yang terkena serangan virus Ebola, tidak
melakukan kontak dengan pasien atau mayat yang terjangkit virus Ebola, dan
mengggunakan perlengkapan khusus seperti baju yang bisaa digunakan di Laboratorium
yang fungsinya menghindari penularan oleh virus Ebola. Dengan demikian, diharapkan
kontaminasi yang bisa disebabkan oleh virus Ebola dapat di hindari. Selain itu, mayat
para korban yang meninggal akibat virus Ebola harus dimusnahkan karena penyebaran
utama virus ini melalui darah, yang menyebabkan para dokter yang terkena darah dari
pasien yang terinfeksi, akan mengalami kematian seperti yang terjadi di Afrika.

Menon-aktifkan virus Ebola dapat dilakukan dengan beberapa cara. Cara yang bisaa
dilakukan yaitu dengan penggunaan sinar Ultra violet dan radiasi sinar gama,
penyemprotan formalin dengan konsentrasi 1%, beta-propiolactone, dan disinfektan
phenolic dan pelarut lipid-deoxycholate dan ether.

Gambar 6. Penyemprotan Disinfektan di Tempat Isolasi Pasien Demam Ebola
Sumber: www.stanford.edu

Gambar 7. Staf Medis dari Organisasi Dokter Tanpa Batas (MSF) Merawat Seorang
Pasien yang Diduga Terjangkit Virus Ebola di Kongo

Pengobatan
Sampai dengan saat ini, belum ditemukan vaksin yang bisa mencegah infeksi oleh
virus Ebola. Akan tetapi sekarang sedang di kembangkan pembuatan vaksin yang akan
diujikan kepada manusia untuk pertama kalinya adalah vaksin yang sudah memasuki fase
uji-klinis. Menurut Sanchez, infeksi virus Ebola di dalam tubuh manusia memang bisa
sangat mematikan, tapi monyet berhasil selamat dari infeksi virus tersebut dan ini bisa
menjadi contoh yang sangat bermanfaat bagi uji-coba terhadap binatang. Pengujian
vaksin Ebola dengan menggunakan primata memberikan perkembangan yang
menjanjikan bagi hadirnya vaksin pelindung (www.mediaindonesia.com).
Ada beberapa hal yang menyebabkan penyebaran penyakit Ebola (Demam Berdarah
Ebola) sangat dikhawatirkan, antara lain:
1. Serangannya muncul secara sangat mendadak
2. Gejala-gejala klinik sangat berat.
3. Menimbulkan kematian dalam waktu yang sangat singkat.
4. Angka kematiannya sangat tinggi yaitu 90-92% dari jumlah penderita.
5. Karena Virus Ebola mampu berpindah dari penderita ke orang lain, sehingga
transportasi sangat mendukung kemungkinan penyebarannya ke berbagai bagian dunia
dalam waktu yang sangat singkat.
6. Belum ada obat yang efektif untuk menyembuhkan Demam Berdarah Ebola.
7. Vaksin Demam Berdarah Ebola (DBE) hingga kini belum dapat dibuat
(Sumber:Halim, M).

Rehabilitasi bagi mantan penderita akibat terinfeksi virus Ebola bisa dilakukan
dengan tidak mengasingkan para penderita. Karena menurut para ahli, sebagian besar
kematian yang disebabkan oleh virus Ebola di sebabkan oleh adanya tekana secara
psikologis. Apabila kita mengasingkan dan menjauhi para penderita atau mantan
penderita virus Ebola, justru hal ini akan semakin memperburuk kondisi kesehatan
penderita tersebut. Untuk itulah diperlukan upaya rehabilitasi yang intensif terhadap
para penderita virus Ebola agar kondisi fisik dan psikologisnya tetap stabil, sehingga
akan memberikan motivasi kepada pasien tersebut untuk secepatnya bisa sembuh dari
penyakit yang disebabkan oleh virus Ebola. Akan tetapi, proses rehabilitasi ini
tentunya harus dilakukan secara hati-hati dan lebih waspada, mengingat virus Ebola

bisa menular dengan sangat cepat dari penderita kepada orang lain melalui kontak.
Rehabilitasi juga sebaiknya dilakukan di tempat yang benar-benar steril, atau pada
ruang isolasi khusus sehingga bisa mengurangi kontaminasi yang bisa disebabkan oleh
virusEbola.

1. TINJAUAN ONTOLOGI (Ontologi adalah teori dari cabang filsafat yang membahas
tentang realitas. Realitas ialah kenyataan yang selanjutnya menjurus pada suatu
kebenaran).
Penyakit virus ebola (EVD) atau demam berdarah Ebola (EHF) adalah penyakit
pada manusia yang disebabkan oleh virus Ebola. Masa inkubasi biasanya dimulai dua
hari hingga tiga minggu setelah terjangkit virus, dengan adanya demam, sakit
tenggorokan,nyeri otot, dan sakit kepala. Ebola adalah sejenis virus dari
genus Ebolavirus, familia Filoviridae, dan juga nama dari penyakit yang disebabkan
oleh virus tersebut. Penyakit Ebola sangat mematikan. Ebola termasuk penyakit yang
sulit terdeteksi karena gejala awalnya yang mirip dengan penyakit lain,
seperti meningitis dan malaria.
Gejala-gejalanya antara lain muntah, diare, sakit badan, pendarahan dalam dan luar,
dan demam serta menurunnya fungsi liver dan ginjal. Pada kondisi tersebut, orang
yang terpapar virus Ebola mulai mengalami masalah pendarahan. Tingkat kematian
berkisar antara 50% sampai 90%. Asal katanya adalah dari sungai Ebola di Kongo.
Penyakit Ebola dapat ditularkan lewat kontak langsung dengan cairan tubuh atau kulit.
Masa inkubasinya dari 2 sampai 21 hari, umumnya antara 5 sampai 10 hari. Saat ini
telah dikembangkan vaksin untuk Ebola yang 100% efektif dalam monyet, namun
vaksin untuk manusia belum ditemukan.

Cara Penularan Virus Ebola
Virus Ebola adalah virus yang dapat menyebar dengan sangat cepat dan dapat
menyebar melalui penggunaan jarum suntik yang tidak disterilkan atau melalui kontak
dengan seseorang yang terkena infeksi atau mayat orang yang sudah meninggal karena

terserang Virus Ebola. Cara infeksi virus Ebola dalam tubuh manusia adalah sebagai
berikut:
Pertama, sekitar satu minggu setelah infeksi atau peradangan, virus mulai menyerang
darah dan sel hati. Kedua, penyakit akan menyebar secara cepat keseluruh tubuh, virus
akan menghancurkan organ atau bagian tubuh yang penting seperti hati dan ginjal.
Ketiga, infeksi virus Ebola akan menyebabkan atau mendorong terjadinya pendarahan
internal secara besar-besaran (masive). Keempat, Virus Ebola akan menghambal kerja
sistem pernapasan, yang dapat menyebabkan kematian seketika pada pasien.

2. TINJAUAN EPISTEMOLOGI ( Epistemologi adalah studi tentang pengetahuan,
bagaimana kita mengetahui benda-benda ).
Cara mendeteksi virus Ebola
Ebola termasuk penyakit yang sulit terdeteksi karena gejala awalnya yang mirip
dengan penyakit lain, seperti meningitis dan malaria. Diagnosis infeksi akibat virus ini
hanya dapat dipastikan melalui pemeriksaan laboratorium.
Untuk memastikan diagnosis, dokter akan menganjurkan pemeriksaan khusus virus
Ebola melalui darah dan cairan dari tubuh pasien. Selain tes virus, hasil tes darah juga
biasanya menunjukkan jumlah sel darah putih dan trombosit yang rendah, serta
peningkatan kadar enzim hati.
Untuk mendeteksi apakah seseorang terinfeksi virus Ebola, dapat dilakukan pengujian
antigen-capture enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA), IgG ELISA,
polymerase chain reaction (PCR), dan mengisolasi virus Ebola yang bisa dilakukan
untuk mengetahui adanya virus Ebola dalam tubuh manusia (Olson, www.ualr.edu).
Mendeteksi penyebab penyakit cacar air (small pox), Anthrax, dan Virus Ebola, pada
saat ini bisa dilakukan dengan mudah, dan hasil identifikasinya dapat langsung
disebarluaskan melalui jaringan telepon genggam. Teknologi yang dikembangkan
Fraunhofer Institute for Silicon Teknologi, sebuah perusahaan inovasi teknologi
mikrobiologi dan mikrokomputer dari Jerman ini menyebutnya dengan eBiochipstick.
Alat ini cukup mengambil DNA atau bagian tubuh atau benda yang diduga terinfeksi
bakteri, lalu dimasukkan sebuah kotak seukuran tv 10 inc (eBiochip Adaptor).
Instrumen yang bekerja dengan bantuan komputer portabel ini, dengan mudah

kemudian mendeteksi kadar virus, racun, bakteri, atau patogen, yang telah menjangkiti
tubuh manusia, atau hewan. Alat ini diberi nama, eBiochip System Portable
Instrument. Alat ini dengan cepat akan mendeteksi jenis spora, dan mendeteksi virus
Ebola lewat perangkat eBiochipstick. Alat untuk mendeteksi dan menganalisis jenis
bakteri, virus, atau racun berbahaya dalam tubuh manusia cukup dengan sebuah chip
seukuran disket HDD yang tebalnya tak lebih dari koin Rp 500,- dan mengurai protein
dengan analisis akurat.

3. TINJAUAN AKSIOLOGI (Aksiologi adalah ilmu yang mempertanyakan nilai suatu
obyek yang akan dikaji. Karena itu dalam tulisan ini diuraikan tentang manfaat dan
kerugian)
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menghindari agar tidak tertular
oleh virus Ebola, antara lain: menghindari area yang terkena serangan virus Ebola,
tidak melakukan kontak dengan pasien atau mayat yang terjangkit virus Ebola, dan
mengggunakan perlengkapan khusus seperti baju yang bisaa digunakan di
Laboratorium yang fungsinya menghindari penularan oleh virus Ebola. Dengan
demikian, diharapkan kontaminasi yang bisa disebabkan oleh virus Ebola dapat di
hindari. Selain itu, mayat para korban yang meninggal akibat virus Ebola harus
dimusnahkan karena penyebaran utama virus ini melalui darah, yang menyebabkan
para dokter yang terkena darah dari pasien yang terinfeksi, akan mengalami kematian
seperti yang terjadi di Afrika.
Menon-aktifkan virus Ebola dapat dilakukan dengan beberapa cara. Cara yang bisa
dilakukan yaitu dengan penggunaan sinar Ultra violet dan radiasi sinar gama,
penyemprotan formalin dengan konsentrasi 1%, beta-propiolactone, dan disinfektan
phenolic dan pelarut lipid-deoxycholate dan ether. Penularan awal virus Ebola adalah
melalui kontak dengan hewan terinfeksi yang penyebarannya terjadi secara langsung
dengan penderita.
Beberapa langkah yang dapat kita lakukan untuk mencegah dan membatasi penyebaran
virus tersebut.


Mencari tahu tentang virus Ebola sebanyak-banyaknya.



Jika ada anggota keluarga atau orang di sekitar Anda yang mungkin tertular Ebola,
segera bawa mereka untuk menjalani pemeriksaan dan perawatan di rumah sakit.



Saat menjenguk penderita di rumah sakit atau berada di sekitar penderita, gunakanlah
perlindungan seaman mungkin. Misalnya dengan mengenakan masker, sarung tangan,
serta pakaian dan kacamata pelindung.



Selalu mencuci tangan, terutama setelah terjadi kontak langsung dengan kulit pasien.
Termasuk juga dengan darah, cairan tubuh, dan benda-benda di sekitar pasien.



Jenazah penderita Ebola harus ditangani dengan perlindungan maksimal dan oleh pihak
yang terlatih dalam menangani kasus sejenis ini.



Hindari bepergian ke daerah dengan kasus Ebola yang tinggi seperti Afrika Barat.



Jika Anda berada di daerah yang berisiko menularkan Ebola, hindari kontak dengan
hewan-hewan yang berpotensi menularkannya. Misalnya kelelawar pemakan buah atau
codot serta monyet.



Memasak daging hewan sampai benar-benar matang sebelum dikonsumsi.
Khusus untuk petugas medis, ada beberapa langkah pencegahan yang sebaiknya diambil
untuk meminimalisasi risiko tertular Ebola. Antara lain:



Berhati-hati saat menangani darah, cairan tubuh, kateter, serta saat memasang infus
pasien.



Gunakanlah perlindungan secara maksimal, misalnya dengan mengenakan masker,
sarung tangan, serta baju dan kacamata pelindung.



Senantiasa mencuci tangan, terutama setelah terjadi kontak langsung dengan kulit
pasien. Termasuk darah, cairan tubuh, dan benda-benda di sekitar pasien.



Sterilkan peralatan medis sebelum digunakan kembali.



Buang peralatan medis sekali pakai, misalnya alat suntik, secara hati-hati.



Mengisolasi pasien Ebola atau yang diduga menderita Ebola di ruangan khusus dan
membatasi jumlah pengunjung seminimal mungkin.

KESIMPULAN
Demam Berdarah Ebola ( Demam Hemorrhagic) adalah penyakit disebabkan oleh
suatu virus yang termasuk kedalam genus Ebolavirus, keluarga Filoviridae. Ada empat
jenis virus Ebola, yaitu virus Ebola-Zaire, virus Ebola-Sudan, virus Ebola-Ivory dan
virus Ebola Reston. Untuk mendeteksi virus Ebola, dapat dilakukan pengujian antigencapture enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA), IgG ELISA, polymerase chain
reaction (PCR).
Gejala demam ebola meliputi: radang sendi, sakit punggung, diare, kelelahan,
sakit kepala, rasa tidak enak badan, kerongkongan terasa sangat sakit, dan muntahmuntah. Pada gejala akhir, demam ebola dapat menujukkan gejala seperti: gatal-gatal,
pendarahan dari mata, telinga, dan hidung, pendarahan dari mulut dan dubur
(pendarahan gastrointestinal), radang pada mata (conjunctivitis), bengkak pada organ
genital (labia dan kantung buah pelir (scrotum)), keluarnya darah melalui permukaan
kulit (hemorrhagic).
Virus Ebola dapat menyebar melalui penggunaan jarum suntik yang tidak
disterilkan atau melakukan kontak dengan seseorang yang terkena infeksi atau mayat
orang yang sudah meningggal karena terserang virus Ebola. Upaya pencegahan dapat
dilakukan dengan: menghindari area yang terkena serangan virus Ebola, tidak
melakukan kontak dengan pasien atau mayat yang terjangkit virus Ebola. Sampai
dengan saat ini, belum ditemukan vaksin yang bisa mencegah infeksi oleh virus Ebola.

SARAN
Meskipun sampai dengan saat ini belum ada laporang tentang adanya penyakit
yang disebabkan oleh virus Ebola, akan tetapi hendaknya kita selalu waspada terhadap
virus Ebola mengingat virus ini sangat cepat menular, dapat dengan cepat menyebabkan
kematian, dan sampai saat ini masih belum ditemukan vaksin yang bisa mencegah
infeksi oleh virus Ebola.

DAFTAR PUSTAKA
http://lenkabelajar.blogspot.sg/2012/09/artikel-virus-ebola.html
http://www.alodokter.com/ebola