Analisis Pemanfaatan Program Gerakan Seribu Jamban Tahun Anggaran 20132014 di Kabupaten Lima Puluh Kota

http://jurnal.fk.unand.ac.id

Artikel Penelitian

Analisis Pemanfaatan Program Gerakan Seribu Jamban
Tahun Anggaran 2013/2014 di Kabupaten Lima Puluh Kota
1

2

Vina Novela , Indang Dewata , Nizwardi Azka

3

Abstrak
Masalah kepemilikan jamban di Indonesia masih menjadi masalah yang harus diatasi, terutama akses Buang
Air Besar (BAB). Kabupaten Lima Puluh Kota cakupan akses jamban hanya 55,48%. Tujuan penelitian adalah
menganalisis gambaran perilaku masyarakat dalam pemanfaatan Program Seribu Jamban Di Kabupaten Lima Puluh
Kota. Pengumpulan data kuantitatif dilakukan dengan menggunakan kuesioner terhadap 91 responden. Pengumpulan
data kualitatif dilakukan dengan mewawancarai sembilan orang informan terkait komponen input dan output. Hasil
analisis kuantitatif menunjukkan bahwa pengetahuan dan tindakan masyarakat dalam pemanfaatan jamban termasuk

dalam kategori baik, namun keadaan lingkungan fisik rumah dan peran tenaga kesehatan di Kabupaten Lima Puluh
Kota masih kurang baik. Hasil analisis kualitatif menunjukkan bahwa kebijakan tentang program gerakan seribu
Jamban memang sudah ada dalam bentuk SK Bupati. Dana untuk pelaksanaan program pada dasarnya belum
mencukupi. Sumber daya manusia untuk pengelola program terutama sanitarian, masih belum mencukupi.
Ketersediaan sarana tidak mencukupi untuk membangun jamban yang layak. Monitoring dan evaluasi rutin dilakukan
tetapi petugas kesehatan masih sering tidak disiplin di dalam kegiatan monitoring karena adanya tugas rangkap dan
jumlah tenaga yang tidak cukup. Pelaksanaan program gerakan seribu jamban sudah berhasil 76,9% dimanfaatkan
masyarakat dan masih 23% yang belum dimanfaatkan.
Kata kunci: input,proses,output, perilaku, lingkungan fisik

Abstract
The significant sanitation problem to be solved in Indonesia is the availability of toilet, especially toilet which is
used for defecate. Lima Puluh Kota Regency the access for toilet is only for 55,48%. The objective of this study was to
analyze the behavior of the society in using the program for one thousand toilets at Lima Puluh Kota Regancy and to
obtain the description of the implementation of one thousand toilet program at Lima Puluh Kota Regancy in 2015. Data
was collected through interview with nine interviewers to get the information about the implementation of one thousand
toilets program at Lima Puluh Kota Regancy in 2015, starting from the input, process component, until out put
component. The result of quantitative and qualitative analysis showed that the policy about one thousand toilets
program was on the decree of head regancy. The cost of implementing this program was basiclly not enough. A
number of human resources to run this program especially the sanitation was not sufficient. The availability of facility to

build better toilet was not enough. Monitoring and evaluation were done regularly but the health workers are
indiscipline in their monitoring activities because they had double jobs and the insufficient number of health workers.
The implementation of one thousand toilets is successful for 76,9% used by the society and still 23% of them not using
this program.
Keywords: input,proccess,output, behavior, physical environment
Affiliasi penulis: 1. Prodi S2 Kesehatan Masyarakat Fakultas

Korespondensi: Vina Novela, Email : vinanovela7271@gmail.comHp

Kedokteran

081374307271

Universitas

Andalas

Padang,

2.


Fakultas

Ilmu

Lingkungan UNP, 3. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Andalas Padang

Jurnal Kesehatan Andalas. 2018; 7(1)

6

http://jurnal.fk.unand.ac.id

PENDAHULUAN

Data hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)

Lingkungan menjadi salah satu penyebab


tahun 2013

secara nasional rumah tangga yang

masyarakat

yang

mempunyai dan menggunakan fasilitas BAB sendiri

penduduk

dan

baru 69,7% dan masih ada 15,6% rumah tangga yang

teknologi sehingga mengakibatkan mobilitas penduduk

tidak memiliki dan menggunakan fasilitas BAB. Rumah


semakin pesat serta lingkungan dan ruang gerak

tangga yang berada di pedesaan yang menggunakan

penduduk menjadi ancaman terhadap kesehatan

fasilitas BAB sendiri baru mencapai 59% dan masih

lingkungan. Parameter tingkat kesehatan lingkungan

ada 25,5 % rumah tangga yang tidak menggunakan

antara lain penyediaan dan pemanfaatan tempat

fasilitas BAB. Di Sumatera Barat, rumah tangga yang

pembuangan

kotoran


menggunakan fasilitas BAB sendiri baru 57,5% dan

pembuangan

masih ada 25,3% lagi rumah tangga yang tidak

timbulnya

masalah

kesehatan

oleh

pertumbuhan

dipengaruhi

manusia


kotoran

yang

dan

sehat.

cara

buang

Penanganan

akan

memiliki dan menggunakan fasilitas BAB. Rumah

mencemari persediaan air, tanah, dan perumahan


tangga yang memiliki tempat pembuangan tinja layak

kotoran

manusia

yang

oleh kuman penyakit.

tidak

semestinya

sesuai MDGs di sumatera Barat hanya 41,5%. Ini

1

Undang–undang No 36 tahun 2009 tentang


menunjukkan masih sangat rendahnya kepemilikan

Kesehatan menyatakan bahwa upaya kesehatan

dan

penggunaan

fasilitas

BAB

dan

tempat

lingkungan ditujukan untuk mewujudkan kualitas

pembuangan tinja yang layak di Sumatera Barat.


5

lingkungan yang sehat, baik fisik, kimia, biologi,

Data Kabupaten Lima puluh Kota mendapatkan

maupun sosial yang memungkinkan setiap orang

jumlah penduduk yang sudah memiliki jamban pribadi

mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

baru

Pemerintah

menggunakan

pusat,


pemerintah

daerah

dan

50,5

%

dan

jamban

masyarakat
pribadi

yang

belum

sebanyak

49,5%,

masyarakat menjamin ketersediaan lingkungan yang

menggunakan MCK umum baru 9,9 %,

sehat dan tidak mempunyai risiko buruk bagi

sembarangan sebanyak 34,6 %, BAB ke sungai atau

kesehatan.

sebagaimana

danau sebanyak 9,9%, sedangkan yang BAB ke parit

dimaksud mencakup lingkungan permukiman, tempat

sebanyak 1,3 %, menggunakan lubang sebanyak 2,3

Lingkungan

sehat

kerja, tempat rekreasi, tempat dan fasilitas umum.

BAB

6

% dan BAB ke kebun sebanyak 7%.

2

Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)

Menyikapi

permasalahan

terutama

Sanitation (CLTS) merupakan program pemerintah

memenuhi syarat kesehatan maka, Dinas Kesehatan

dalam rangka memperkuat upaya pembudayaan hidup

bersama pemerintah Kabupaten Lima Puluh Kota

bersih dan sehat, mencegah penyebaran penyakit

membuat sebuah program yang tujuan utamanya

berbasis

kemampuan

adalah terpenuhinya kebutuhan masyarakat terhadap

masyarakat, serta mengimplementasikan komitmen

akses pembuangan Air Besar yang memenuhi syarat

pemerintah untuk meningkatkan akses air minum dan

kesehatan. Program ini dinamakan gerakan seribu

sanitasi dasar berkesinambungan dalam pencapaian

jamban yang diperuntukkan bagi masyarakat tidak

meningkatkan

Millenium Development Goals (MDGs) Tahun 2015.

3

Upaya sanitasi berdasarkan Keputusan Menteri
Kesehatan RI Nomor 852/Menkes/SK/IX/2008 yang

kepemilikan

tersebut

atau dikenal juga dengan nama Community Lead Total

lingkungan,

mengenai

sanitasi

jamban

yang

mampu di daerah dengan tingkat diare yang tinggi dan
cakupan pemakaian jamban yang masih rendah.
Survey

yang dilakukan pada salah satu

disebut Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM),

Puskesmas yaitu wilayah kerja Puskesmas Taram

yaitu:

(BAB)

terdapat 90 closet yang telah dibagikan kepada

sabun,

masyarakat di nagari Batu balang baru 45 yang

meliputi

sembarangan,

tidak

Buang

mencuci

Air

tangan

Besar
pakai

mengelola air minum dan makanan yang aman,

terpasang,

mengelola sampah dengan benar mengelola limbah

Puskesmas Batu Ampa dari 88 Closet yang dibagikan

air rumah tanggadengan aman.

4

begitu

juga

dengan

wilayah

kerja

hanya 50 KK yang terpicu untuk memasang.

Jurnal Kesehatan Andalas. 2018; 7(1)

7

http://jurnal.fk.unand.ac.id

Hasil wawancara pada saat melakukan studi
pendahuluan dengan tenaga Kesling di salah satu

HASIL
1.

Cakupan Rumah Sehat

Puskesmas Kabupaten Lima Puluh kota, diketahui

Pada tahun 2012 jumlah rumah yang ada di

bahwa pelaksanaan program seribu jamban sudah

Kabupaten Lima Puluh Kota adalah 88.257 buah dan

merupakan salah satu upaya dinas kesehatan dan

yang memenuhi syarat 48.681 rumah (55,16%) dan

pemerintah

daerah

kesehatan

terutama

untuk
untuk

meningkatkan

derajat

yang belum memenuhi syarat 39.576 buah (44,84%).

perbaikan

perilaku

Pada tahun 2013 terjadi peningkatan rumah sehat

masyarakat sehingga mempunyai dan memanfaatkan

menjadi 62.338 buah (70,53 %).

akses terhadap jamban sehat. Pembagian jamban
yang dilakukan oleh puskesmas ternyata tidak semua

2.

Cakupan Air Bersih

masyarakat merespon dan menerima dengan baik.

Air minum yang didistribusikan oleh PDAM

Dari jamban yang dibagikan ke masing-masing jorong

dengan

baru dipasang 56% jamban dan itupun masih sangat

Persentase penduduk yang memiliki akses terhadap

sederhana dan pembuangan tinja masih ke kolam dan

air minum yang berkualitas dengan target sebesar

sebagian ada lobang tinja tanpa pipa hawa. Hal ini

75% pencapaian baru 71,47%.

disebabkan oleh

bantuan hanya

target

tahun

ini

adalah

minimal

90%.

berupa closed

dengan anggaran dana 35.000/KK sedangkan dana

3.

Cakupan Jamban Keluarga

pendamping untuk membangun jamban lebih besar.

Secara nasional, persentase rumah tangga

Hasil wawancara kepada 10 orang KK yang

menurut akses terhadap pembuangan tinja layak

mendapat closet gratis di wilayah kerja Puskesmas

sesuai MDGs adalah 55,5%. Di Kabupaten Lima Puluh

Taram dari Program gerakan seribu jamban yang

Kota akses jamban baru mencapai 61,14% dengan

menjadi penyebab tidak dibangunnya jamban karena

target 75%.

tidak ada biaya untuk pemasangan dan membuat
septik tank, 4 orang KK menyatakan bahwa mereka
mempunyai

kolam

ikan,

sehingga

mereka

4. Sumber Daya Dinas Kesehatan Puskesmas dan
Jaringannya

menggunakan kolam untuk tempat BAB. Walaupun

Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis

telah dibangun jamban namun tidak ada dimonitoring

dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang berada

oleh pihak Puskesmas. Sementara 6 orang KK lainnya

diwilayah

menyatakan bahwa mereka tidak mempunyai sumur

operasional pembangunan kesehatan.Pembangunan

pribadi sebagai sumber air untuk menggelontor tapi

Puskesmas di tiap Kecamatan memiliki peran yang

mereka menggunakan MCK umum seperti sumur

sangat

mushalla dan mesjid.

masyarakat.

Tujuan

penelitian

ini adalah

Kecamatan

penting

dan

dalam

melaksanakan

memelihara

tugas

kesehatan

menganalisis

pemanfaatan Program Gerakan Seribu Jamban di
Kabupaten Lima Puluh Kota.

Kondisi Lingkungan
Lingkungan fisik dan biologis masih belum
memadai di wilayah kerja Puskesmas Taram, ini

METODE
Penelitian

ditandai dengan masih tingginya angka infeksi dan
ini

merupakan

gabungan

dari

penyakit kulit di wilayah kerja.Kondisi lingkungan

penelitian kualitatif dan kuantitatif. Penelitian dilakukan

ditandai dari cakupan beberapa indikator lingkungan

mulai bulan Maret 2015 s/d September 2015 di

sehat antara lain:

Kabupaten Lima Puluh Kota.

Jurnal Kesehatan Andalas. 2018; 7(1)

8

http://jurnal.fk.unand.ac.id

a.

Cakupan rumah Sehat
Pada

tahun

2014

Tabel 2. Distribusi frekuensi variabel independen dan
jumlah

rumah

yang

dependen

memenuhi syarat baru mencapai 47% dan yang tidak

Variabel

n

%

memenuhi syarat sebanyak 53%. Hal ini masih sangat

Pengetahuan

jauh dari target yang seharusnya 75%.

- Rendah

21

23,1

- Tinggi

70

76,9

b.

Cakupan Air Bersih

Tindakan

Sumber air minum yang digunakan masyarakat
adalah sumber air minum terlindung (air kemasan,

- Kurang Baik

28

30,8

- Baik

63

69,2

ledeng, pompa,mata air terlindung dan air hujan). Dari
600 rumah yang diperiksa sumber airnya ada

Lingkngan Fisik

sebanyak 253(47%) yang memenuhi syarat dan yang

- Tidak layak

25

27,5

- Layak

66

72,5

- Kurang

11

12,1

-

80

87,9

tidak memenuhi syarat sebanyak 347(53%).
c.

Peran tenaga Kesehatan

Cakupan Jamban Keluarga
Jenis sarana yang dipakai untuk BAB umumnya

leher angsa, plengsengan, cemplung atau cubluk.Dari

Baik
Pemanfaatan jamban

600 rumah yang diperiksa ada sebanyak 253 rumah

- Dimanfaatkan

70

76,9

yang memiliki jamban. Yang memiliki jamban sehat

- Tidak Dimanfaatkan

21

23,1

ada sebanyak 105(47%) dan sebanyak 148 tidak
6,7

memenuhi syarat(53%).

PEMBAHASAN

Analisis Univariat
Tabel 1. Distribusi frekuensi karakteristik responden
Variabel

n

%

Pendidikan

Hasil penelitian melalui wawancara terhadap
komponen
yang

input menggambarkan bahwa Kebijakan

telah

ada

dikeluarkan

oleh

pemerintah

Kabupaten Lima Puluh Kota itu hanya berupa SK

- Tidak sekolah

14

- SD

33

- SMP

32

-SMA

12

bupati saja yang menyatakan bahwa penetapan
15.4%
33,6
35,2
13,2

penerima bantuan dari Program seribu Jamban dari
tahun anggaran 2012-2014. Belum ada dikeluarkan
edaran dan pedoman untuk pelaksanaan program
Seribu Jamban di Kabupaten Lima Puluh Kota ini.
Kebijakan ini sudah disosialisasi di tingkat Dinas
kesehatan,Puskesmas dan nagari serta masyarakat,

Pekerjaan
- Tidak Bekerja/IRT

12

13,2

- Petani

77

84,6

- Pedagang

2

2,2

Pendapatan

namun dari hasil penelitian Kuantitatif sikap dan
tindakan

masyarakat

untuk

memebangun

dan

memanfaatkan jamban untuk sarana BAB belum juga
baik

walaupun

sudah

diberikan

bantuan

oleh

pemerintah. Disamping itu berdasarkan observasi

- < 1.200.000

72

79,1

masih ada bantuan yang sudah diterima belum

- ≥ 1.200.000

19

20,9

dipasang oleh masyarakat sesuai dengan komitmen
awal masyarakat.

Jurnal Kesehatan Andalas. 2018; 7(1)

9

http://jurnal.fk.unand.ac.id

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Fahmi

Nagari, sehingga dengan aktifnya tenaga kesehatan

Ridho tahun 2013 menyatakan bahwa program seribu

dan kuatnya dukungan dari llintas sektor maka

jamban

belum

kebijakan yang telah dikeluarkan untuk meningkatkan

terlaksana dengan baik karena sikap masyarakat yang

di

status kesehatan masyarakat itu akan berhasil dan

beranggapan

berjalan dengan baik.

terlaksana

Kecamatan

Baruah

program

walaupun

Gunuang

pemerintah
tidak

ada

akan

terus
dari

Dari segi dana diketahui bahwa ketersediaan

masyarakat karena anggarannya sudah ada.begitu

dana atau anggaran untuk saat ini tidak mencukupi

juga penelitian yang dilakukan oleh Roza tahun 2015

untuk

bahwa kebijakan program seribu jamban belum

Kabupaten Lima Puluh Kota. Ketersediaan dana dari

memberikan dampak dan hasil yang sesuai target,

APBD

walaupun sudah disosialisasikan namun sikap dan

Rp.35.000

kemampuan masyarakat dari segi ekonomi tidak

membangun jamban yang memenuhi syarat lebih

mendukung pelaksanaan program.
Kebijakan

11,12

hanya

program

untuk

closet

sementara

seribu
saja

jamban

Di

dengan

dana

dana

untuk

kebutuhan

besar, dan itu diharapkan dari swadaya masyarakat
penerima bantuan. Berdasarkan data kependudukan

merupakan keputusan formal organisasi yang bersifat

di Kabupaten Lima Puluh Kota diketahui bahwa

mengikat, mengatur perilaku dengan tujuan untuk

sebagian

menciptakan

penduduk

tata
dapat

nilai

aturan

pelaksanaan

yang

Kebijakan

adalah

partisipasi

baru

dalam

masyarakat

miskin

tergolong

dimanaseharusnya

kedalam

pemerintah

memberikan dana yang cukup untuk pembangunan

pemerintah, instruksi, edaran, atau pedoman yang

jamban keluarga yang memenuhi syarat kepada

mendukung pelaksanaan program Gerakan Seribu

masyarakat penerima bantuan, karena masyarakat

Jamban.

yang
nasional

peraturan,

masyarakat.

besar

keputusan

Kebijakan

berupa

tertulis

untuk

upaya

sanitasi

mendapatkan

penghasilan

bantuan

keluarganya

rata-rata

tingkat

dibawah

Rp.

berdasarkan pada Keputusan Menteri Kesehatan RI

1.200.000/Bulan.

Nomor 852/Menkes/SK/IX/2008 yang disebut Sanitasi

keluarga untuk dapat membangun jamban yang utuh

Total Berbasis Masyarakat (STBM), yaitu meliputi

dan

tidak Buang Air Besar (BAB) sembarangan, mencuci

menghambat keberhasilan program.

bisa

tangan pakai sabun, mengelola air minum dan

Hal

ini

dimanfaatkan

tentu
untuk

tidak menunjang
BAB

dan

dapat

Tenaga merupakan sumber daya manusia

makanan yang aman, mengelola sampah dengan

yang

benar mengelola limbah air rumah tanggadengan

mengalokasikan

aman.Sesuai dengan

serta

merumuskan seluruh strategi dan tujuan organisasi.

kebijakan yang telah ditetapkan maka strategi yang

Tanpa orang-orang yang memiliki keahlian atau

dirumuskan

kompeten maka mustahil bagi organisasi untuk

untuk

tujuan

dan sasaran

pelaksanaan

program

8

yaitu:1)Pemberdayaan Masyarakat.

merancang

dan

sumber

menghasilkan
daya

produk,

financial

serta

mencapai tujuannya. Banyaknya keunggulan yang

Kebijakan tentang Program Gerakan Seribu

dimiliki

organisasi

tidak

akan

memaksimalkan

Jamban di Kabupaten Lima Puluh Kota belum

produktifitas dan usahanya tanpa adanya sumber

terlaksana dengan baik di beberapa wilayah dan

daya manusia yang memiliki keahlian, kompetensi,

sudah terlaksana dengan baik disebagian wilayah

dan dedikasi yang tinggi terhadap organisasinya

seperti pada wilayah Koto Tinggi yang berhasil

dalam hal ini adalah kesehatan.dalam program seribu

mendapatkan

jamban

Puskesmas

penghargaan
dan

pemerintah

atas

keberhasilan

nagarinya

masalah

SDM

merupakan

masalh

yg

dalam

merupakan salah satu penghambat jalannya kegiatan

meningkatkan keberhasilan program. Hal ini tentunya

karena SDM yang ada di Puskesmas tidak Memadai

menjadi pelajaran dan acuan oleh wilayah lain yang

karena banyak yg memiliki rangkap jabatan, selain itu

ada di Kabupaten Lima Puluh Kota bagaimana supaya

tenaga khusus untuk mengelola program seribu

dapat menggerakkan masyarakat dengan keterlibatan

jamban tidak ada dibentuk karena kader kesehatan

aktif semua sektor, mulai dari puskesmas sampai ke

lingkungan yang terampil belum ada dibentuk.

9

Jurnal Kesehatan Andalas. 2018; 7(1)

10

http://jurnal.fk.unand.ac.id

Hal ini sejalan dengan penelitian Elia Roza

Puluh

Kota,

karena

bantuan

banyak

yang

dipasang

oleh

tentang analisis faktor yang berhubungan dengan

dikembalikan,dialihkan

pemanfaatan Program Seribu Jamban di wilayah

masyarakat dalam waktu yang telah direncanakan.

dan

tidak

Puskesmas Baruah Gunuang Kabupaten Lima Puluh

Sosialisasi adalah suatu proses aktif dimana

Kota tahun 2015 bahwa tidak tercapainya target dari

pengambil kebijakan atau pelaksana program turun ke

program seribu jamban yaitu dari 45 closet yang

masyarakat

dibagikan

hanya

disebabkan

oleh

52%

yang

penelitian

informasi

dan

dipasang

pemahaman sehingga masyarakat yang diberdayakan

tenaga

sanitarian

harus berperan aktif (berpartisipasi) dalam program

yang akan melaksanakan

Gerakan Seribu Jamban. Hasil wawancara mengenai

program kesling mempunyai tugas rangkap.
Hasil

memberikan

berhasil

kurangnya

dipuskesmas atau SDM

untuk

ini

dengan

sudah dilaksanakan kepada lintas sektor nagari dan
masyarakat yang akan menerima bantuan bersama

masyarakat dalam penggunaan Jamban dan kondisi

dengan puskesmas dan dinas kesehatan. Sosialisasi

jamban pasca metode pemicuan di Desa Pamulihan

dilakukan selain untuk menggambarkan program dan

Kecamatan

bahwa

bantuan dalam program juga untuk meningkatkan

program pemicuan tidak berhasil karena kurangnya

partisipasi masyarakat dan membangun komitmen

tenaga kesehatan yang terampil untuk memberikan

masyarakat sasaran dalam membangun jamban dari

pemicuan

closet yang nantinya akan didistribusikan.Kegiatan

sehingga

sejalan

Sosialisasi untuk kegiatan program seribu jamban

penelitian Muhammad Jauhar et al tentang perilaku

Cisurupan

juga

11

Kabupaten

tidak

Garut

menarik

perhatian
13

masyarakat dan tidak merubah perilaku masyarakat.

Wawancara terkait sarana untuk penunjang

sosialisasi ini banyak menghadapi kendala terutama
dari

kehadiran

masyarakat

untuk

menghadiri

kegiatan program seribu jamban menggambarkan

sosialisasi, sangat susah mengumpulkan masyarakat

belum maksimal ketersediaannya terutama sarana

untuk dapat memberikan informasi dan pemahaman,

pokok untuk pembangunan jamban oleh masyarakat.

selain itu peran pemerintah nagari yang sangat rendah

Hal ini terlihat dari jenis bantuan sarana yang

untuk

diberikan hanya berupa closet saja, sementara untuk

Masyarakat menganggap bahwa ketidak hadiran

membangun jamban keluarga yang memenuhi syarat

mereka

walaupun

itu

menghambat pelaksanaan program. Satu hal lagi yang

memerlukan sarana lain seperti pipa, batu,atap,

menjadi problem dalam mengumpulkan masyarakat

semen. Ini yang menjadi kendala bagi masyarakat

adalah budaya adanya bantuan transportasi atas

untuk membangun jamban karena sarana penunjang

kehadiran masyarakat dalam kegiatan sosialisai,

lain

sementara

dalam kegiatan ini tidak adanya bantuan transportasi

masyarakat yang mendapat bantuan closet rata-rata

atas kehadiran mereka sehingga motivasi masyarakat

tingkat pendapatan keluarganya rendah.

untuk

itu

dalam

dari

swadaya

Penelitian
ketersediaan

bentuk

yang

sarana

sederhana

masyarakat,

saja

mengajak
dalam

masyarakatnya

kegiatan

meluangkan

berkumpul.

siosialisasi

waktu

tidak

menghadiri

akan

sosialisasi

telah

dilakukan

bahwa

rendah.Dalam kegiatan sosialisasi untuk pelaksanaan

dan

prasarana

untuk

program Gerakan seribu jamban harus didukung oleh

pelaksanaan program harusnya dapat menunjang dan

semua

memicu masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam

kesehatan selaku fasilitator dan pelaksana program

melaksanakannya.

kesehatan

tetapi peran pemerintah nagari sangat diharapkan dan

memberikan bantuan sarana yang lengkap untuk

sangat menunjang keberhasilan kegiatan.Karena yang

dapat

masyarakat

punya masyarakat adalah nagari dan nagarilah

penerima bantuan sehingga tidak menjadi beban dan

seharusnya yang memicu dan memotivasi warganya

malah menimbulkan masalah bagi masyarakat yang

untuk mau berkomitmen dan berkumpul bersama-

mana

Seharusnya

terbangunnya

hal

jamban

dinas
oleh

unsur

ini

akhirnya

yang

menyebabkan

sama

ketidakberhasilan

program

dalam

meningkatkan

kesehatan

cakupan kepemilikan jamban daerah Kabupaten Lima

yang

membangun

terlibat.Tidak

nagari

keluarganya,

dan

sehingga

hanya

tenaga

meningkatkan
program

akan

terlaksana dengan baik.

Jurnal Kesehatan Andalas. 2018; 7(1)

11

http://jurnal.fk.unand.ac.id

Kegiatan

monitoring

berdasarkan

12

hasil

tidak ada dirumahnya, serta tugas rangkap tenaga

wawancara dengan Dinas Kesehatan dan Puskesmas

kesehatan selaku fasilitator dan pengawas kegiatan

diperoleh informasi bahwa kegiatan monitoring dan

terutama sanitarian dalam program ini.

evaluasi selalu rutin diadakan. Monitoring dilakukan
tiap

bulan,dan

pelaporan.Untuk

dilakukan
evaluasi

pencatatan

sendiri

untuk

Hasil analisis data juga diperoleh informasi
bahwa

pemanfaatan

jamban

yang

rendah

oleh

pelaksanaannya

masyarakat disebabkan oleh tingkat pendapatan

dilakukan sekali tiga bulan, melalui evaluasi ini

rumah tangga yang rata-rata rendah yaitu 72% dari

tentunya bisa dilihat bagaimana pencapaian program

91

saat ini, sehingga untuk ke depannya dapat disusun

masyarakat yang kurang baik dalam penggunaan

kembali rencana kegiatan yang akan dilaksanakan

jamban serta keadaan lingkungan fisik rumah yang

dalam upaya peningkatan partisipasi masyarakat

tidak

untuk pembangunan jamban.

memenuhi syarat seperti ketersediaan air serta peran

Hasil evaluasi didapatkan informasi bahwa
program

ini

sebagaimana

masih
yang

belum

mencapai

direncanakan,

target

karena

masih

masyarakat

layak

yang

untuk

menjadi

sampel,

pembangunan

perilaku

jamban

yang

tenaga kesehatan.
Berdasarkan

hasil

analisis

pengetahuan

masyarakat saat ini sudah lebih baik mengenai

banyak kendala yang dihadapi dilapangan terutama

kesehatan

terutama

dari segi dana, sumber air dan yang paling mendasar

memenuhi

syarat

adalah

BAB yang

masyarakat sudah memiliki pengetahuan yang tinggi

menggunakan kolam/tobek serta motivasi masyarakat

tentang pentingnya jamban sehat hal ini karena

kebiasaan masyarakat

untuk

mengenai
kesehatan,

jamban
dimana

yang
79,6%

yang rendah untuk berperilaku hidup bersih dan sehat.

banyak media yang bisa memberikan informasi saat

Sehingga dengan demikian harapan program seribu

ini walaupun peran tenaga kesehatan mulai kurang,

jamban untuk menjadikan Kabupaten Lima Puluh Kota

namun perilaku dan kebiasaan masyarakatlah yang

bebas dari Buang Air Besar Sembarangan di tahun

menyebabkan mereka tidak

2015 tidak bisa tercapai.

sehat dalam kehidupannya.

menerapkan perilaku

Komponen output dalam penelitian ini adalah
dibangun dan dimanfaatkannya jamban oleh keluarga
sebagai

sarana

BAB.Aspek

pemanfaatan

dan

SIMPULAN
Pelaksanaan

Program

Seribu

Jamban

di

pembangunan ini dinilai dengan melihat pengaruh dari

Kabupaten Lima Puluh Kota belum bisa dikatakan

beberapa variabel yaitu: pengetahuan, Tindakan,

berhasil

lingkungan fisik, dan peran tenaga kesehatan.

jamban yang memenuhi syarat dan seluruhnya

karena

belum

bisa

mencapai

indikator

kuantitatif

jamban yang dibangun bisa dimanfaatkan. Hal ini

kuesioner maka dapat diketahui bahwa Program

disebabkan karena kurangnya rasa memiliki dan rasa

Gerakan Seribu Jamban di Kabupaten Lima Puluh

tanggung jawab masyarakat terhadap program seribu

Kota sudah berhasil dilaksanakan disebagian besar

jamban

wilayah kerja Puskesmas bahkan ada penghargaan

kemampuan ekonomi yang tidak mendukung.

Hasil

wawancara

dan

analisa

selain

itu

kebiasaan

masyarakat

dan

yang diraih oleh Puskesmas Koto tinggi melalui
program

ini

karena

lebih

dari

100%

berhasil

membangun jamban dan memicu masyarakat untuk
berpartisipasi , namun masih ada wilayah yang belum

DAFTAR PUSTAKA

1. Azwar A. Pengantar ilmu kesehatan lingkungan.
Mutiara Sumber Widya; 2000.

memasang closet dan memanfaatkan jamban untuk

2. Undang-undang Kesehatan No 36 tahun 2009

sarana BAB keluarga yang mana tingkat pencapaian

3. Kemenkes RI. Indonesia sehat 2015. Jakarta.

rata-rata masyarakat yang memasang closet sudah
mencapai

90%

namun

pemanfaatannya

masih

dibawah 75%. Hal ini disebabkan karena keterbatasan
dana

dari masyarakat

penerima

bantuan

untuk

melengkapi bangunan jamban dan sumber air yang

Kememkes RI; 2010.

4. Kemenkes

RI.

Pedoman

penggunaan

dan

pemeliharaan sarana PAB dan PLB, Ditjen PPM
dan PPLP. Jakarta: Kemenkes; 2010.

Jurnal Kesehatan Andalas. 2018; 7(1)

http://jurnal.fk.unand.ac.id

5. Kemenkes RI. Riset kesehatan dasar RI tahun

jamban di wilayah kerja puskesmas Baruah
Gunung Kecamatan Bukit Barisan tahun 2015

2013. Jakarta; 2013.

6. Pokja AMPL Kabupaten Lima Puluh Kota, 2012.
Buku putih sanitasi Kabupaten Lima Puluh Kota.

(skripsi). Padang: Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Andalas; 2015.

12. Ridho F. Faktor faktor yang berhubungan dengan

2012.

7. Dinas Kesehatan Kabupaten Lima Puluh Kota.

partisipasi keluarga dalam kepemilikan jamban

Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Lima Puluh

sehat di Jorong Tobek Godang wilayah kerja

Kota tahun 2013

Puskesmas Baruah Gunuang Kecamatan Bukik

8. Dinas Kesehatan Kabupaten Lima Puluh Kota.

Barisan Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2014

Profil Dinas Kabupaten Lima Puluh Kota tahun

(skripsi). Padang: Fakultas Kesehatan Masyarakat

2014

Universitas Andalas; 2014.

9. Kemenkes RI. Kurikulum dan modul pelatihan
fasilitator

pemberdayaan

masyarakat

bidang

kesehatan. Jakarta: Ditjen PPM dan PL; 2013.

10. World Health Organization. Kader kesehatan
masyarakat. Jakarta: EGC; 1995.

11. Roza E. Analisis pemanfaatan program seribu

13. Jauhar M, Yamin A, Karwati. Perilaku masyarakat
dalam penggunaan jamban dan kondisi jamban
pasca metode pemicuan di Desa Pamulihan
Kecamatan Cisurupan Kabupaten Ga (tesis).
Semarang:

Fakultas

Kesehatan

Masyarakat

Universitas Diponegoro; 2012: 65-8.

Jurnal Kesehatan Andalas. 2018; 7(1)

13

Dokumen yang terkait

Studi Kualitas Air Sungai Konto Kabupaten Malang Berdasarkan Keanekaragaman Makroinvertebrata Sebagai Sumber Belajar Biologi

23 176 28

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

DEKONSTRUKSI HOST DALAM TALK SHOW DI TELEVISI (Analisis Semiotik Talk Show Empat Mata di Trans 7)

21 290 1

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18