IMPLEMENTASI TOTAL QUALITY MANAGEMENT TERHADAP BUDAYA KUALITAS
AL-ULUM : JURNAL ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA
Volume 3 Nomor 2, Oktober 2017
ISSN: 2476-9576
IMPLEMENTASI TOTAL QUALITY MANAGEMENT
TERHADAP BUDAYA KUALITAS
Robert Fransiska
Email : robert_fransiska@gmail.com
STIE Palangka Raya
ABSTRACT
Total QualityManagement (TQM) is a new paradigm in running a business
with the goal to maximize organizational competiveness through focuses on
consumer satisfaction, all employee engagement, and sustainable improvement on
quality of products, services, human, process and organizational environment.
This research aims to determine the amount of effects by variables in the
implementation of Total QualityManagementconsisting of:focuses on consumers,
sustainable improvement, management commitment, training, employee empowering,
performance comparison, and use of simultaneous statistic equipment on quality culture.
The research method uses type of explanatoryresearch with quantitative
approach because it tries to describe inter-variable correlation through hypothesis
testing, meanwhile in general, the data used are in the form of number calculated by
statistic test.
Results of the research are (a) Simultaneously the variables in the implementation
of TotalQuality Managementare able to describe the effects on the quality culture
variable by 63,5%, meanwhile the remaining is described or influenced by other
independent variables beyond the research model equation. Inter-variable correlation in
the implementation of Total Quality Management on the quality culture is quite
strong (b) There are significant effects between variables in the implementation of
Total QualityManagementconsisting of focuses on employee, management
commitment, training, employee empowering, and use of statistic devices partially
on quality culture variable, meanwhile the sustainable improvement an d
performance comparison do not influence significantly on quality culture variable.
Thus, the second hypothesis of this research is rejected (c) The training variable
provides dominant effects on the quality culture variable. Thus the third
hypothesis of this research is rejected.
Keywords: TQM, performance, quality culture
462
AL-ULUM : JURNAL ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA
Volume 3 Nomor 2, Oktober 2017
Tujuan
PENDAHULUAN
Total
ISSN: 2476-9576
Quality
Management
penelitian
(1)
Untuk
mengetahui seberapa besar pengaruh
(TQM) adalah sistem pengendalian mutu
variabel-variabel
yang
filosofiadalah
Total Quality Management meliputi (a)
pemenuhan kebutuhan pelanggan dengan
focus pada konsumen (b) perbaikan
sebaik-baiknya. Kebutuhan pelanggan
berkelanjutan, komitmen manajemen (c)
tersebut
pelatihan,
didasari
pada
harus
melebihi
keinginan
pemberdayaan
pemakai jasa/produk. Persaingan pasar
perbandingan
global dewasa ini, tuntutan konsumen
metode
atas peningkatan kualitas produk dan
terhadap
jasa
Group.
bertambah.
Terjadi
pula
dalam implementasi
karyawan,
kinerja (d) penggunaan
statistik
secara
simultan
budaya
kualitas
Maspion
peningkatan penawaran produk dan jasa
dengan harga lebih bersaing dari Negara
dengan
TINJAUAN TEORITIS
biaya tenaga kerja rendah
Konsep yang relevan dan terkait
(Dale,2003)
dengan penelitian ini secara garis besar
dikelompokkan menjadi tiga bagian,
Satu hal yang sangat berarti
dalam
meningkatkan
yaitu:penelitian
kinerja
yang
menyangkut
persaingan
faktor-faktor
yang
melalui perbaikan
keberhasilan
implementasi
berkelanjutan pada aktivitas bisnis yang
penelitian
tentang
terfokus
implementasi TQM terhadap kinerja
menghadapi
tantangan
tersebut adalah
pada
konsumen,
meliputi
TQM,
pengaruh
keseluruhan organisasi dan penekanan
individu
pada
penelitian tentang implementasi TQM
fleksibilitas
dan
kualitas
menjadikan
upaya-upaya
tersebut
organisasi
mampu
organisasi,
dan
dikaitkan dengan budaya organisasi.
(Krajewski, Lee, dan Ritzman, 1999).
Hasil
maupun
mempengaruhi
Penelitian
yang
menyangkut
faktor-faktor kritis yang mempengaruhi
merespon permintaan pasar atas kualitas
keberhasilan
produk, jasa dan proses yang telah
diantaranya telah dilakukan oleh Dayton
dikembangkan secara meluas selama
(2003). Penelitian ini menyimpulkan
dua decade terakhir.
bahwa
463
faktor
implementasi
kritis
yang
TQM
telah
diidentifikasi dalam penelitian di Eropa
telah distratifikasi dalam kelompok
tahun 1996 juga sebagai faktor kritis
pertama, dikenal dalam literatur TQM
implentasi TQM di Amerika Serikat.
sebagai komponen fundamental yang
Sedangkan faktor TQM yang paling
diutamakan dalam tahapan awal proses
penting adalah manajemen kualitas
implementasi.
strategis yang mengutamakan komitmen
menempatkan komitmen manajemen
jangka
dukungan
puncak sebagai faktor pertama yang
manajemen puncak agar implementasi
menentukan keberhasilan implementasi
TQM berhasil.
TQM.
panjang
dan
Penelitian sejenis juga telah
Metri
Kesimpulan
(2005)
juga
ini
telah
dilakukan oleh Baidoun (2003) yang
melakukan analisis komprehensif dan
telah melakukan studi empiris tentang
pengujian kerangka kerja dan literature
faktor-faktor
pada
TQM yang ada menghasilkan sepuluh
organisasi- organisasi di Palestina. Dari
faktor (Critical Success Factor/CSFs)
19 faktor TQM yang diduga sebagai
yang
faktor
implementasi TQM bagi perusahaan
kritis
kritis
TQM
yang
menentukan
menentukan
keberhasilan
TQM
konstruksi. Hasil analisis ini juga
kemudian distratifikasi ke dalam tiga
menempatkan komitmen manajemen
kelompok
puncak sebagai prioritas yang pertama.
keberhasilan
implementasi
menurut
tingkat
pengaruhnya: faktor-faktor yang penting
bagi
keberhasilan
TQM
Sedangkan
yang
penelitian
tentang
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
dipersepsikan oleh seluruh responden
keberhasilan
berdampak
disuatu organisasi telah dilakukan oleh
pada
keberhasilan
implementasi
TQM
implementasi TQM (9 faktor); faktor-
Munizu
faktor yang penting bagi keberhasilan
produksi Pabrik Karung (PK) Rosella
TQM
Baru PTPN XI(Persero) Surabaya. Hasil
yang dipersepsikan oleh
(2003)
pada
karyawan
beberapa responden saja berdampak
Penelitian
pada keberhasilan implementasi TQM
bahwa: (1) Faktor- faktor yang terdiri
(8 faktor); dan faktor-faktor berdampak
dari iklim yang mendukung, komitmen
sangat
rendah
manajemen puncak, pemilihan sasaran,
TQM
(2
proses
faktor).
implementasi
Penelitian
ini
informasi
menyimpulkan bahwa faktor kritis yang
tersebut
dan
menyimpulkan
komunikasi,
kesukarelaan, pelatihan, tumbuh dengan
464
bertahap tapi mantap, selalu terbuka dan
TQM (pelatihan,
positif secar aserentak maupun secara
statistik, perbandingan
parsial mempunyai pengaruh terhadap
kerja sama dengan pemasok). Hasil
keberhasilan pelaksanaan GKM (2)
penelitian
Faktor komitmen manajemen puncak
bahwa filosofi TQM maupun piranti
mempunyai
pengaruh
sangat
TQM secara parsial tidak berpengaruh
signifikan
terhadap
keberhasilan
pada pengurangan biaya, tetapi integrasi
pelaksanaan
Gugus
yang
Kendali
kinerja, dan
tersebut
filosofi
Mutu
penggunaan metode
menyimpulkan
dengan
piranti
TQM
berpengaruh secara signifikan terhadap
(GKM).
Sejalan
sebelumnya,
dengan
pengurangan biaya maupun kinerja
penelitian
bisnis.
Wahyudi (2004) juga
telah melakukan analisis terhadap faktor
Penelitian yang lebih terfokus pada
yang berpengaruh dalam Implementasi
aspek sumberdaya manusia diantaranya
TQM
dilakukan
di
PT.
Pulogadung Pawitra
oleh:
Bey,
Nimran,dan
model
Kertahadi (1998) yang mengkaitkan
perubahan Pettigrew dan Whipp (1991)
implementasi TQM dengan motivasi
yang terdiri dari 3 dimensi: konteks,
kerja
konten dan proses. Hasil penelitian
Persero. Hasil penelitian menyimpulkan
tersebut menyimpulkan bahwa variabel
bahwa
yang mendukung proses implementasi
variabel
TQM yaitu: kerjasama, kepemimpinan,
berpengaruh
manajemenproses,
variabel
Laksana
menggunakan
komitmen,
secara
PT.Semen
serempak
Gresik-
keenam
implementasi
TQM
signifikan
motivasi
terhadap
kerja. Sedangkan
secara parsial variabel menghormati
komunikasi dan perubahan.
Penelitian
karyawan
tentang
martabat manusia dan mengutamakan
pengaruh
implementasi TQM terhadap kinerja
kepuasan
organisasi diantararanya dilakukan oleh
dominan terhadap motivasi kerja.
HuarngdanYao
(2002)
yang
pelanggan
Boselie dan Wiele (2001) telah
telah
melakukan analisis faktor menghasilkan
meneliti
enam
Ernst&young
yaitu:
faktor kritis implementasi TQM
2
faktor
filosofis
berpengaruh
terhadap
TQM
(pemberdayaan karyawan dan dukungan
Management
eksekutif puncak) dan 4 faktor piranti
Management
465
persepsi
karyawan
(DutchCompany)
Human
and
Resources
Total
Quality
(HRM/TQM)
terhadap
untuk pindah
Penelitian sejenis juga dilakukan
kerja. Penelitian tersebut menghasilkan
oleh Sularso dan Murdijanto (2004).
beberapa kesimpulan, yaitu: persepsi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
positif
konsep
variabel:
peran
tingkat
pimpinan,
hubungan
kepuasan dan minat
karyawan
HRM/TQM
atas
mengakibatkan
karyawan,
peran
pimpinan
dan
kepuasan yang tinggi dan menurunkan
karyawan, aspek organisasi dan aspek
minat
lingkungan berpengaruh secara nyata
untuk pindah kerja; Tingkat
kepuasan
yang
tinggi
mempunyai
terhadap
peningkatan:
kemampuan
korelasi dengan tingkat yang rendah
teoritis, kemampuan teknis, kemampuan
atas minat untuk keluar dari organisasi;
konseptual,
Kerjasama antar unit, kepemimpinan,
ketrampilan
dan gaji menunjukkan korelasi positif
sumberdaya manusia.
yang sangat signifikan pada kepuasan
Berbeda
karyawan;
Sebagian
besar
variabel
penelitian
kemampuan
teknis,
dan
moral,
kualitas
dengan penelitian-
sebelumnya,
penelitian
menunjukkan hubungan yang negative
Terziovski, Samson, dan Dow (2003)
dan signifikan pada minat untuk pindah,
yang telah menganalisis secara acak
walaupun
kuat.
perusahaan manufaktur di Australia dan
Kepemimpinan, dan pemahaman atas
Selandia baru menghasilkan temuan
sasaran
Menunjukkan
utama bahwa sertifikasi ISO 9000 tidak
hubungan negative yang relative kuat
menunjukkan pengaruh positif yang
dengan minat untuk pindah.
signifikan pada kinerja organisasi, juga
tidak
dan
terlalu
tujuan.
Hasil penelitian Laily (2003)
tidak ada perbedaan kinerja organisasi
dilakukan
PT.Petrokimia
antara perusahaan yang menerapkan
Gresik-Persero menyimpulkan bahwa
TQM dengan yang tidak menerapkan
secara
manajer
TQM. Ini mendukung pandangan bahwa
menengah terhadap faktor kritis TQM
sertifikasi ISO 9000 mempunyai sedikit
berpengaruh
atau tidak menjelaskan kekuatan kinerja
yang
di
serentak
sikap
terhadap
kinerja
manajerial. Sedangkan analisis dengan
organisasi.
menggunakan uji beda menunjukkan
tidak
ada
perbedaan
sikap
Hasil
antara
pada hasil
berbeda juga ditemukan
penelitian Prajogo dan
manajer menengah operasional dan non
Brown (2004) yang juga dilakukan pada
operasional terhadap faktor kritis TQM.
perusahaan-perusahaan
466
di
Australia.
Penelitian
menyimpulkan
berhasil
bahwa
perusahaan yang mengadopsi program
dengan
adanya
elemen
budayakualitas.
TQM formal dalam hal praktek-praktek
Sayeh, Dani, Swain (2005) juga
TQM lebih unggul daripada yang tidak
telah mengadakan penelitian terhadap
menerapkan program TQM. Temuan
dua kelompok organisasi di Libya. Hasil
juga menunjukkan adanya pengaruh
penelitian
yang kuat antara praktek TQM dan
bahwa:
kinerja
berlatarbelakang
kualitas
tetapi
perbedaan
kinerja
signifikan
antara
tidak
ada
tersebut
pada
menyimpulkan
kelompok
organisasi
beragam,
gaya
kualitas
yang
manajemen yang dominan saat ini
organisasi
yang
adalah power, sedangkan yang disukai
TQM
secara
adalah Achievement, sedangkan pada
organisasi
yang
kelompok organisasi bersertifikat ISO
mengadopsi praktek TQM secara non
gaya manajemen dominan saat ini
formal. Ini menunjukkan bahwa adopsi
adalah Role,
praktek kualitas adalah hal yang lebih
adalah Achievement; Manajer industry
penting
di Lybia memilih gaya manajemen
menerapkan
formal
program
dengan
daripada
sekedar
program
formal.
Achievement
Penelitian tentang implementasi
mendukung
TQM yang dikaitkan dengan budaya
Gore
(1999)
pada
dan atau Support yang
efektivitas
implementasi
TQM.
organisasi antara lain telah dilakukan
oleh
dan yang lebih disukai
Parncharoen,
sejumlah
Girardi,
dan
Entrekin (2005) telah membandingkan
organisasi di Amerika Serikat. Hasil
dampak
penelitian
tmenyimpulkan
keberhasilan implementasi TQM di
bahwa: TQM efektif mengembangkan
Australia dengan di Thailand. Hasil
elemen budaya kualitas dan budaya
penelitian
tersebutmenunjang
bahwa:
tersebu
keberhasilan
nilai-nilai
tersebut
pengaruh
reengineering tidak mengembangkan
keberhasilan
budaya
signifikan
menunjang
proses;
dan
keberhasilan
perbaikan
kurang
perbaikan
prosesakan
yang
mempunyai
signifikan
TQM;
antara
pada
menyimpulkan
desainorganisasi
perbaikan proses, sebaliknya praktek
pendukung
budaya
model
terhadap
perbedaan
desain
organisasi di Australia dan Thailand
lebih
pada keberhasilan TQM lebih karena
perbedaan budaya, menunjukkan fakta
467
bahwa budaya mempengaruhi orang-
konsumen dan perbaikan berkelanjutan
orang
dan
berfikir
dan
berperilaku;
perbedaan substansial kedua
model
interaksinya
budaya
dengan
(kemampuan daya saing)
tersebut adalah pengaruh sentralisasi
mempunyai
pada keberhasilan TQM lebih nyata di
meningkatkan pangsa pasar.
Australia
daripada
di
Thailand,
dimensi
kontibusi
Penelitian
dalam
yang
lebih
sedangkan pengaruh formalisasi dan
komprehesif juga telah dilakukan oleh
sistem pengupahan lebih nyata di
Srismith
(2005)
Thailand daripada di Australia.
budaya
kualitas
keberhasilan
Berbedadenganpenelitiansebelu
yang
mengkaitkan
sebagai
indikator
implementasi
TQM
mnya, penelitian yang telah dilakukan
dengan praktek komunikasi terpadu.
oleh
(2005)
Hasil penelitian tersebut menyimpulkan
kinerja
bahwa:ada
Jabnon
dan
menambahkan
Sedrani
variabel
interaksi
positif
antara
indikator
budaya dominan ‘Clan’, prinsip-prinsip
keberhasilan implementasi TQM, selain
TQM, sikap dan perilaku komunikasi;
variabel TQM dan budaya organisasi.
Secara umum organisasi lebih memilih
Penelitian ini diawali dengan analisis
Supportive
faktor terhadap praktek TQM dan
kecuali
budaya organisasi menghasilkan empat
defensive
dimensi
TQMdan
budaya.
Hasil
organisasi
sebagai
menyimpulkan
Communication
leveloperasional
Communication
Climate,
memilih
Climate,
lima
dimensi
karena
penelitian
tersebut
hierarki dan formalisasi organisasi; Tiga
bahwa:
focus
merasa nyaman dengan
prinsip
pada
TQM:
konsumen dan perbaikan berkelanjutan
continuous
mempunyai koefisien korelasi
vision
yang
customer
improvement,
berpengaruh
tidak
focus,
common
langsung
keseluruhan
terhadap praktek komunikasi. Empat
kinerja; kedua dimensi TQM tersebut
prinsip TQM: process focus, leadership
dan dimensi budaya (orientasi pada
support problem solving & teamwork,
manusia) mempunyai efek kombinasi
empowerment
dan
terhadap praktek komunikasi.
paling
tinggi
terhadap
mempunyai
menurunkan
meningkatkan
kontribusi
komplain
dalam
konsumen,
reliabilitas,
Kajian
dan
menunjukkan
profitabilitas; sedangkan focus pada
berpengaruh
teoritis
bahwa
dan
ada
langsung
empiris
beberapa
persamaan maupun perbedaan diantara
468
faktor-faktor
kritis
mempengaruhi
implementasi
dikemukakan
TQM
oleh
yang
Modifikasi model Huarng dan
keberhasilan
Yao (2002), Jabnoun dan Sedrani
TQM
yang
telah
(2005), dan Srismith (2005) tersebut
beberapa
pakar
menghasilkan
tujuh
variabel
maupun peneliti terdahulu, tetapi secara
implementasi TQM yang digunakan
substansial
dalam penelitian ini, yaitu: focus pada
merahnya.
dapat
ditarik
Penggunaan
benang
faktor-faktor
konsumen,
perbaikan
kritis TQM dalam penelitian-penelitian
komitmen
manajemen,
tersebut juga menunjukkan pengaruh
pemberdayaan karyawan, perbandingan
yang beragam terhadap kinerja individu
kinerja,
maupun organisasi.
statistik.
Faktor-faktor kritis TQM yang
dan
berkelanjutan,
pelatihan,
penggunaan
piranti
Dari kajian teoritis dan empiris
dikemukakan oleh Huarng dan Yao
sebelumnya
(2002)
komprehensif
diantara ke tujuh variabel implementasi
dibandingkan dengan yang lain karena
TQM tersebut secara umum yang
mereka
berpengaruh
lebih
memadukan
keseimbangan
juga
diketahui
dominan
bahwa
terhadap
antara softand hard side (Jabnon dan
keberhasilan implementasi TQM adalah
Sedrani, 2005:9). Oleh karena itu
variabel
penelitian ini terutama menggunakan
sebagaimana pendapat beberapa pakar
faktor-faktor kritis tersebut mengingat
kualitas, antara lain: Hashmi (2004),
lokasi penelitian sama-sama negara di
Curkovic dan Landeros (2000:67), dan
kawasan Asia (Taiwan), sedangkan
Paskard (1995),
penelitian sejenis yang dilakukan
penelitian yang dilakukan oleh: Dayton
di
komitmen
manajemen
juga didukung hasil
Indonesia masih terbatas. Faktor-faktor
(2003),
Baidoun
kritis kemudian dimodifikasi dengan
(2003),
dan
Metri
model penelitian yang telah dilakukan
karena
itu,
penelitian
oleh Jabnon dan Sedrani (2005) dan
menggunakan hipotesabahwa komitmen
Srismith (2005), selain karena mereka
manajemen mempunyai pengaruh yang
menambahkan variabel dimensi budaya,
dominan terhadap budaya kualitas.
penelitian ini juga dilakukan di kawasan
Penelitian
(2003),
Munizu
(2005).
ini
Oleh
juga
terdahulu
yang
implementasi
TQM
Asia (United Arab Emirates/UAE dan
mengkaitkan
Thailand).
dengan fenomena budaya organisasi
469
secara umum masih terbatas pada studi
level ketiga yaitu asumsi dasar (Basic
tentang pengaruh budaya organisasi
Assumption)..
terhadap
keberhasilan
maupun
Oleh
karena
itu,terdapat
kegagalan implementasi TQM, bukan
perbedaan mendasar antara penelitian
sebaliknya apakah implementasi TQM
ini
mampu
sebelumnya, yaitu:
mempengaruhi,
mengubah
dengan
penelitian-penelitian
meneliti pengaruh
bahkan membentuk budaya organisasi
implementasi TQM terhadap budaya
sebagaimana pendapat beberapa pakar
kualitas
kualitas. Pendekatan budaya organisasi
menggunakan model budaya menurut
yang dilakukan juga masih terbatas
Kujala
pada level pertama
diadopsi dari level budaya organisasi
(Artefacts and
(bukan
dan
sebaliknya),
Ullrank
(2004)
dan
yang
Creation) dan level kedua (Values and
menurut
Beliefs).
komprehensif, terbaru, dan terfokus
Tinjauan
bahwa
teoritis
implementasi
merubah
orientasi
dapat
budaya
suatu
karena
assumptions and corevalues).
organisasi menuju budaya kualitas yang
METODE PENELITIAN
merupakan
1. Pendekatan Penelitian
salah
satu
indikator
keberhasilan implementasi TQM dan
pada akhirnya
daya
saing
(1993)
Goetsch
Tjiptono
dapat
Hardjosoedarmo
2005)
dan
dan
Dilain
Hardjosoedarmo
Penelitian
meningkatkan
organisasi
Diana,
(2005)
dan
pihak
tentang
pengaruh
Total
Quality
Management terhadap budaya kualitas
dalam
ini
(2003)
explanatory
Metri,
kuantitatif karena berusaha menjelaskan
menurut
hubungan
jenis
dengan
antara
penelitian
pendekatan
variabel-
variabel
melalui pengujian hipotesis, sedangkan
organisasi
hanya
data yang digunakan secara umum
mencapai wujud nyata saja
(level
berupa
pertama),
hanyalah
apabila
maka
“cosmetic
yang
dalam
termasuk
hal
kualitas,
(2004),
Implementasi
Cortada,
Davis
lebih
pada budaya kualitas (TQM basic
diketahui
TQM
Schein,
diperoleh
quality”
angka-angka
melalui uji statistik.
saja.
Untuk mencapai internalisasi kualitas
maka organisasi perlu bertumpu pada
470
yang
dihitung
HASIL PENELITIAN
2. InstrumenPenelitian
Penelitian
ini
menggunakan
1. Pengaruh Simultan
Hasil
instrument kuesioner yang didalamnya
pengujian
hipotesis
terdapat sejumlah pernyataan tertulis
pertama menunjukkan bahwa variabel-
yang digunakan untuk memperoleh
variabel
tanggapan
Quality Management (TQM) secara
dan
informasi
dari
dalam
implementasi
Total
responden.
simultan mempunyai pengaruh yang
3. Analisis Regresi Berganda
signifikan terhadap budaya kualitas. Hal
ini
Penelitian ini juga menggunakan
dapat
diinterpretasikan
bahwa
implementasi
TQM
pengaruh antara variabel-variabel dalam
didokumentasikan
dalam
implementasi TQM terhadap variabel
klausul ISO9001:2000 dan diterapkan
budaya kualitas, dan menguji hipotesis
kurang lebih selama sepuluh tahundi
yang telah dirumuskan. Model analisis
Maspion
yang digunakan adalah regresi linier
membentukdanmerubah
berganda dengan menggunakan bantuan
budaya
perangkat lunak komputer (software)
kualitas.
analisis
inferensial
untuk
menguji
program SPSS (Statistical Product and
ServiceSolutions)
versi
24.0
Group
yang
klausul-
telah
organisasi
mampu
orientasi
menjadi
budaya
Kedelapan prinsip TQM yang
for
tertera
dalam
klausul-klausul
ISO
Windows, dengan rumus sebagai berikut:
9001:2000 tersebut diantaranya adalah:
Y= β0+β1X1+β2X2+β3X3+β4X4
+β5X5+β6X6+β7X7+ε
focus
Keterangan:
pendekatan proses, pendekatan sistem
Y
β0
β1..β7
X1
X2
X3
X4
X5
X6
X7
ε
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
organisasi
pada
konsumen,
kepemimpinan, keterlibatan karyawan,
pada
Budayakualitas
Konstanta(intersep)
Koefisienregresi
Fokuspadakonsumen
Perbaikanberkelanjutan
Komitmenmanajemen
Pelatihan
Pemberdayaankaryawan
Perbandingankinerja
Penggunaanpiranti
statistik
Kesalahanpengganggu
manajemen,
perbaikan
berkelanjutan, pendekatan factual dalam
pengambilan keputusan, kemitraan yang
saling menguntungkan.
Hasil
penelitian
tersebut
mendukung pendapat beberapa pakar
kualitas, diantaranya:
TQM
dapat
implementasi
merubah
orientasi
budaya suatu organisasi menuju budaya
471
kualitas (Cortada, 1993; Goetsch dan
kualitas demi kelangsungan hidup dan
Davis dalam Tjiptono, 2003;
perkembangan
dan
Hardjosoedarmo, 2005); budaya kualitas
dikenal
dipertimbangkan sebagai salah satu hal
(Kekale,1999;
yang
2004).
terpenting
kehidupannya yang
dengan
budaya
Kujala
kualitas
dan
Ullrank,
sebagai
indikator
implementasi
TQM
Nilai rata-rata setiap variabel
(Metri, 2005); dan studi empiris: TQM
bebas: focus pada konsumen, perbaikan
efektif mengembangkan elemen budaya
berkelanjutan, komitmen manajemen,
kualitas dan budaya tersebut menunjang
pelatihan,
keberhasilan perbaikan
perbandingan kinerja,dan penggunaan
keberhasilan
proses (Gore,
pemberdayaan
karyawan,
1999); integrasi filosofi dengan piranti
piranti
TQM berpengaruh signifikan terhadap
budaya kualitas yang cenderung tinggi
kinerja bisnis (Huarng dan Yao, 2002).
pada tabel5.22, membuktikan bahwa
Menurut teori Schein (1985), budaya
aktivitas implementasi TQM cukup
dibangun
level. Level
tinggi dan secara simultan mampu
pertama adalah wujud nyata yang
membangun budaya kualitas yang tinggi
meliputi kegiatan dan kejadian sebagai
pula.
hasil
dalam tiga
pemikiran
statistik,danvariabel
(Artefactsand
Creation), Level kedua adalah nilai-
2. Pengaruh Persial
nilai
Nilai
dan
terikat:
keyakinan
(Values
and
rata-rata
variabel
komitmen
Beleifs), dan level ketiga adalah asumsi
manajemen yang tertinggi (4,49) dan
dasar
nilai rata-rata variabel pemberdayaan
yang
merupakan
pandangan
terhadap masalah (BasicAssumption).
karyawan
Selanjutnya menurut Hardjosoedarmo
menunjukkan
(2004), dalam hal kualitas, apabila
manajemen merupakan aktivitas yang
organisasi hanya atau baru mencapai
relative
wujud nyata saja (levelpertama), maka
pemberdayaan
yang
hanyalah
aktivitas yang kurang menonjol jika
“cosmeticquality”saja.Untuk mencapai
dibandingkan dengan aktivitas yang lain
internalisasi kualitas maka organisasi
pada implementasi TQM.
diperoleh
perlu bertumpu pada asumsi dasar
(BasicAssumption)
tentang
yang
terendah
bahwa
paling
(3,73),
komitmen
menonjol
karyawan
dan
merupakan
Hasil pengujian hipotesis kedua
perlunya
menunjukkan
472
bahwa
secara
parsial
hanya variabel: focus pada konsumen,
(Krajewski, Lee, dan Ritzman, 1999;
komitmen
Hashmi, 2004). Menurut Dale (2003),
manajemen,
pemberdayaan
penggunaan
pelatihan,
karyawan,
piranti
dan
statistic
penggunaan metode statistic sangat
yang
berarti
dalam
membantu
proses
berpengaruh signifikan terhadap budaya
perbaikan
kualitas, sedangkan variabel lainnya
memanfaatkan metode statistik sebagai
tidak berpengaruh signifikan terhadap
bentuk keterlibatan dan kontribusinya,
budaya kualitas. Hasil penelitian ini
menjadikan
mendukung
terhadap kualitas meningkat, prilaku
penelitian
sebelumnya,
berkelanjutan,
kesadaran
bahwa: filosofi TQM dan piranti TQM
dan
secara
Selanjutnya
parsial
signifikan
tidak
terhadap
berpengaruh
kinerja
bisnis
sikap
berubah.
Lawson
(2004)
berpendapat: apa yang diukur, seberapa
sering,
variabel-variabel dalam implementasi
tersebut
TQM
dikomunikasikan,
korelasi
karyawan
karyawanpun
(Huarng dan Yao, 2002); tidak semua
mempunyai
karyawan
yang
dan
signifikan terhadap dimensi budaya
mempengaruhi
organisasi (Jabnoun dan Sedrani, 2005).
kualitas.
bagaimana
informasi
digunakan
dan
semuanya
akan
terbentuknya
budaya
Beberapa metode statistic yang
banyak
3. PenggunaanMetodeStatistik
digunakan
oleh perusahaan
metode
dalam mengendalikan dan memperbaiki
statistic mempunyai pengaruh positif
aktivitas perusahaan yang berkaitan
yang
dengan
Variabel
penggunaan
signifikan
terhadap
variabel
semua
budaya kualitas. Hal ini membuktikan
diantaranya
bahwa
(brainstorming),
penggunaan
merupakan
piranti
variabel
statistic
aspek
adalah:
diagrampareto, diagram tulang ikan
yang
(fishbonediagram),
kualitas.
controlchart,
penelitian
sumbangsaran
checklists,
mempengaruhi terbentuk- nya budaya
Hasil
kualitas
flowchart,
scatterdiagram,
dan
histogram.
tersebut
Penggunaan
mendukung pendapat pakar kualitas,
metode
statistic
statistic
oleh perusahan terbukti telah mampu
merupakan salah satu elemen kunci
menekan tingkat kerusakan produk
keberhasilan
hingga
bahwa
penggunaan
piranti
implementasi
TQM
473
0,5%
dan
meningkatkan
efisiensi produksi secara keseluruhan
hingga
96%. Penggunaan
4. Pengaruh Dominan
Hasil
piranti
penelitian
juga
efektif
menunjukkan bahwa jika dibandingkan
membangun budaya kualitas.Tanggapan
dengan variabel- variabel bebas yang
terhadap variabel penggunaan piranti
lain, variabel pelatihan mempunyai
statistic sebesar 4,15, menunjukkan
pengaruh
yang
perusahaan telah menggunakan atau
variabel
budaya
memanfaatkan
metode
penelitian
semua.
bertentangan dengan pendapat Paskard
Tanggapan atas pernyataan‘ Perusahaan
(1995), Curkovic dan Landeros (2000),
selalu memanfaatkan teknik statistic
dan Hashmi (200), yang menyatakan
untuk
penyimpangan
variabel komitmen manajemen terhadap
proses kerja’ (X72) yang tertinggi
kualitasdan kepemimpinan merupakan
(4,19) berarti teknik statistic telah
variabel
banyak
untuk
menentukan keberhasilan implementasi
mengurangi penyimpangan proses kerja.
TQM. MenurutLawson (2004) dalam
statistik
tersebut
statistik,meskipun
juga
tidak
mengurangi
dimanfaatkan
Sedangkan
tanggapan
dominan
kualitas.
tersebut
yang
terhadap
Hasil
menolak
paling
dominan
perspektif sistem kualitas, manajemen
atas
pernyataan‘Semua peralatan dan proses
puncak mempunyai pengaruh
kerja
paling signifikan
berlangsung
dibawah
atau
kendali
yang
terhadap budaya
statistic (StatisticProcessing control)’
kualitas. Apa yang mereka katakana
(X71)
(4,12)
dan lakukan (atau tidak dilakukan)
semua
maupun dukungan akan direfleksikan
peralatan dan proses kerja berlangsung
dalam organisasi. Manajemen puncak
dibawah kendali statistik. Oleh karena
mendefinisikan idealismenya kedalam
itu, pemanfaatan metode dan piranti
misi,visi,nilai-nilai
statistic hendaknya lebih ditingkatkan
secara keseluruhan menjadi referensi
secara
bagi karyawan sebagai asset yang
yang
menunjukkan
terendah
bahwa
efektif
pada
belum
keseluruhan
budaya
kualitas
kebijakan,
bernilai.
peralatan dan proses kerja, karena dapat
meningkatkan
dan
Menurut
di
perusahaan.
Paskard
(1995),
Kepemimpinan adalah elemen kunci
keberhasilan
Pemimpin
474
implementasi
mempunyai
TQM.
perspektif
jangka
panjangdanharus
memotivasi
bawahan.
Hal
mampu
KESIMPULAN
tersebut
1. Terdapat pengaruhyang signifikan
diperlukan dalam menegakkan budaya
antara
oganisasi
implementasi
yang
dilengkapi
dengan
TQM.
atau
variabel-variabel
dalam
Total
Quality
Management yang terdiri dari: focus
Hasil penelitian juga menolak
pada
bertentangan
berkelanjutan,
komitmen
manajemen,
pelatihan,
pemberdayaan
karyawan,
dengan
penelitian terdahulu
dilakukan
oleh:
hasil
yang telah
Dayton
(2003),
konsumen,
perbaikan
Baidoun(2003), Munizu (2003), dan
perbandingan
Metri (2005), dan menyimpulkan bahwa
penggunaan piranti statistik secara
komitmen atau dukungan manajemen
simultan
merupakan variabel yang berpengaruh
kualitas.
dominan
hipotesis pertama penelitian ini
terhadap
keberhasilan
kinerja,
terhadap
dan
budaya
Dengan
demikian
diterima.
implementasi TQM.
Variabel pelatihan relatif lebih
2. Secara simultan variabel-variabel
rendah (4,02) dari pada nilai rata-rata
dalam implementasi Total Quality
tertinggi
Management
variabel:
komitmen
tersebut
mampu
manajemen (4,49), ternyata aktivitas
menjelaskan pengaruhnya terhadap
pelatihan
oleh
variabel budaya kualitas 63,5%,
perusahaan lebih efektif memberikan
sedangkan sisanya dijelaskan atau
kontribusi
dalam
dipengaruhi oleh variabel bebas lain
jika
diluar persamaan model penelitian.
yang
membentuk
yang
dilakukan
dominan
budaya
kualitas
dibandingkan dengan variabel-variabel
Korelasi
implementasi
dalam implementasi Total Quality
TQM
lainnya.
Oleh
antara
variabel-variabel
terhadap
karena itu, variabel pelatihan hendaknya
Management
dijadikan pertimbangan utama pihak
kualitas juga cukup kuat.
manajemen
dalam
budaya
3. Terdapat pengaruh yang signifikan
meningkatkan
antara variabel dalam implementasi
budaya kualitas.
Total Quality Management yang
terdiri dari: focus pada konsumen,
komitmen
475
manajemen,
Multinational Context : Fifth
Edition, South- Western Cengage
Learning, United Kingdom
pelatihan,pemberdayaan
karyawan,dan penggunaan piranti
statistic
secara
parsial
terhadap
Gaspersz, Vincent. 2001. Total Quality
Management. Jakarta : Gramedia
Pustaka Utama.
variabel budaya kualitas, sedangkan
variabel
dan
perbaikan
perbandingan
berpengaruh
berkelanjutan
kinerja
secara
tidak
Handayani, 2005. Kaizen Culture,
Education and Training, New
York: Irwing Professional.
signifikan
terhadap variabel budaya kualitas.
Hitoshi Takeda, 2006. The Change
Management Handbook, New
York: Irwing Professional.
Dengan demikian hipotesis kedua
penelitian ini ditolak.
4. Variabel
pengaruh
pelatihan
mempunyai
Horngren, Charles T., George Foster.,
Srikant M. Datar. 2000. Cost
Accounting:
A
Managerial
Emphasis. International Edition.
yang dominan terhadap
variabel budaya kualitas. Dengan
Jurnal Akuntansi Vol.4 No.2 November
2012:
175-186.
Pengaruh
Penerapan
Total
Quality
Management
(TQM)
dan
Komitmen Organisasi terhadap
Kinerja
Perusahaan
dengan
Budaya
Organisasi
Sebagai
Variabel Moderasi (Survei pada
Perusahaan Manufaktur di Jawa
Barat yang Listing di BEI)
demikian hipotesis ketiga penelitian
ini ditolak.
DAFTAR PUSTAKA
Amar, Kiyafah & Zuraidah Mohd
Zain.(2001). Barriers in the
Implementation of Total Quality
Management
in
Indonesian
Manufacturing
Organizations.
Jurnal Teknik Industri, Vol. 3, No.
2, Desember 2001
Jurnal Akuntansi, Vol. 1, No. 2, April
2013 : 213-226. ISSN 2337-4314.
Pengaruh
Total
Quality
Management Terhadap Kinerja
Financial (Study Pada Perusahaan
Jasa di Kota Pekanbaru Provinsi
Riau)
Dowling, P. & Welch, D. E. (2004)
International Human Resource
Management: Managing People in
a Multinational Context 4th
edition, London UK, Thomson
Learning.
Krajewski, J. Lee and P. R. Larry, 2006,
Operations Management Strategy
and Analysis, Fifth Edition,
Addison-Wesley
Publising
Company Inc.
Dowling, Peter J, Marion Festing and
Allen D. Engle, 2008. International
Human Resource Management:
Managing
People
in
a
Kujala, J., & Lillrank, P. (2004). Total
quality management as a cultural
476
phenomenon. Quality Management
Journal, 11(4), 43-55.
Prajogo, Daniel. I., and Brown, A. 2004.
“The Relationship Between TQM
Practice and Quality Performance
and the Role of Formal TQM
Programs:
An
Australian
Empirical
Study”.
Quality
Management Journal. 11 (4),
pp.31-42
Sisnuhadi. (2014). The Relationship
between Soft Factors and Hard
Factors of TQM Practices and
Organizational Learning. European
Scientific Journal, March 2014
edition, Vol. 10, No. 7.
The
Influence of Total Quality
Management (TQM) Applications
to Sales Raising at PT. Kereta Api
Indonesia (Persero) Bandung The
2nd Operations Area. ISBN: 978979-99365-7-8.
Kujala, J., & Lillrank, P. (2004). Total
quality management as a cultural
phenomenon. Quality Management
Journal, 11(4), 43-55.
Lincoln, J. R. (1989). Employee work
attitudes and management practice
in the US and Japan. California
Management Review(Fall), 89-10.
477
Volume 3 Nomor 2, Oktober 2017
ISSN: 2476-9576
IMPLEMENTASI TOTAL QUALITY MANAGEMENT
TERHADAP BUDAYA KUALITAS
Robert Fransiska
Email : robert_fransiska@gmail.com
STIE Palangka Raya
ABSTRACT
Total QualityManagement (TQM) is a new paradigm in running a business
with the goal to maximize organizational competiveness through focuses on
consumer satisfaction, all employee engagement, and sustainable improvement on
quality of products, services, human, process and organizational environment.
This research aims to determine the amount of effects by variables in the
implementation of Total QualityManagementconsisting of:focuses on consumers,
sustainable improvement, management commitment, training, employee empowering,
performance comparison, and use of simultaneous statistic equipment on quality culture.
The research method uses type of explanatoryresearch with quantitative
approach because it tries to describe inter-variable correlation through hypothesis
testing, meanwhile in general, the data used are in the form of number calculated by
statistic test.
Results of the research are (a) Simultaneously the variables in the implementation
of TotalQuality Managementare able to describe the effects on the quality culture
variable by 63,5%, meanwhile the remaining is described or influenced by other
independent variables beyond the research model equation. Inter-variable correlation in
the implementation of Total Quality Management on the quality culture is quite
strong (b) There are significant effects between variables in the implementation of
Total QualityManagementconsisting of focuses on employee, management
commitment, training, employee empowering, and use of statistic devices partially
on quality culture variable, meanwhile the sustainable improvement an d
performance comparison do not influence significantly on quality culture variable.
Thus, the second hypothesis of this research is rejected (c) The training variable
provides dominant effects on the quality culture variable. Thus the third
hypothesis of this research is rejected.
Keywords: TQM, performance, quality culture
462
AL-ULUM : JURNAL ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA
Volume 3 Nomor 2, Oktober 2017
Tujuan
PENDAHULUAN
Total
ISSN: 2476-9576
Quality
Management
penelitian
(1)
Untuk
mengetahui seberapa besar pengaruh
(TQM) adalah sistem pengendalian mutu
variabel-variabel
yang
filosofiadalah
Total Quality Management meliputi (a)
pemenuhan kebutuhan pelanggan dengan
focus pada konsumen (b) perbaikan
sebaik-baiknya. Kebutuhan pelanggan
berkelanjutan, komitmen manajemen (c)
tersebut
pelatihan,
didasari
pada
harus
melebihi
keinginan
pemberdayaan
pemakai jasa/produk. Persaingan pasar
perbandingan
global dewasa ini, tuntutan konsumen
metode
atas peningkatan kualitas produk dan
terhadap
jasa
Group.
bertambah.
Terjadi
pula
dalam implementasi
karyawan,
kinerja (d) penggunaan
statistik
secara
simultan
budaya
kualitas
Maspion
peningkatan penawaran produk dan jasa
dengan harga lebih bersaing dari Negara
dengan
TINJAUAN TEORITIS
biaya tenaga kerja rendah
Konsep yang relevan dan terkait
(Dale,2003)
dengan penelitian ini secara garis besar
dikelompokkan menjadi tiga bagian,
Satu hal yang sangat berarti
dalam
meningkatkan
yaitu:penelitian
kinerja
yang
menyangkut
persaingan
faktor-faktor
yang
melalui perbaikan
keberhasilan
implementasi
berkelanjutan pada aktivitas bisnis yang
penelitian
tentang
terfokus
implementasi TQM terhadap kinerja
menghadapi
tantangan
tersebut adalah
pada
konsumen,
meliputi
TQM,
pengaruh
keseluruhan organisasi dan penekanan
individu
pada
penelitian tentang implementasi TQM
fleksibilitas
dan
kualitas
menjadikan
upaya-upaya
tersebut
organisasi
mampu
organisasi,
dan
dikaitkan dengan budaya organisasi.
(Krajewski, Lee, dan Ritzman, 1999).
Hasil
maupun
mempengaruhi
Penelitian
yang
menyangkut
faktor-faktor kritis yang mempengaruhi
merespon permintaan pasar atas kualitas
keberhasilan
produk, jasa dan proses yang telah
diantaranya telah dilakukan oleh Dayton
dikembangkan secara meluas selama
(2003). Penelitian ini menyimpulkan
dua decade terakhir.
bahwa
463
faktor
implementasi
kritis
yang
TQM
telah
diidentifikasi dalam penelitian di Eropa
telah distratifikasi dalam kelompok
tahun 1996 juga sebagai faktor kritis
pertama, dikenal dalam literatur TQM
implentasi TQM di Amerika Serikat.
sebagai komponen fundamental yang
Sedangkan faktor TQM yang paling
diutamakan dalam tahapan awal proses
penting adalah manajemen kualitas
implementasi.
strategis yang mengutamakan komitmen
menempatkan komitmen manajemen
jangka
dukungan
puncak sebagai faktor pertama yang
manajemen puncak agar implementasi
menentukan keberhasilan implementasi
TQM berhasil.
TQM.
panjang
dan
Penelitian sejenis juga telah
Metri
Kesimpulan
(2005)
juga
ini
telah
dilakukan oleh Baidoun (2003) yang
melakukan analisis komprehensif dan
telah melakukan studi empiris tentang
pengujian kerangka kerja dan literature
faktor-faktor
pada
TQM yang ada menghasilkan sepuluh
organisasi- organisasi di Palestina. Dari
faktor (Critical Success Factor/CSFs)
19 faktor TQM yang diduga sebagai
yang
faktor
implementasi TQM bagi perusahaan
kritis
kritis
TQM
yang
menentukan
menentukan
keberhasilan
TQM
konstruksi. Hasil analisis ini juga
kemudian distratifikasi ke dalam tiga
menempatkan komitmen manajemen
kelompok
puncak sebagai prioritas yang pertama.
keberhasilan
implementasi
menurut
tingkat
pengaruhnya: faktor-faktor yang penting
bagi
keberhasilan
TQM
Sedangkan
yang
penelitian
tentang
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
dipersepsikan oleh seluruh responden
keberhasilan
berdampak
disuatu organisasi telah dilakukan oleh
pada
keberhasilan
implementasi
TQM
implementasi TQM (9 faktor); faktor-
Munizu
faktor yang penting bagi keberhasilan
produksi Pabrik Karung (PK) Rosella
TQM
Baru PTPN XI(Persero) Surabaya. Hasil
yang dipersepsikan oleh
(2003)
pada
karyawan
beberapa responden saja berdampak
Penelitian
pada keberhasilan implementasi TQM
bahwa: (1) Faktor- faktor yang terdiri
(8 faktor); dan faktor-faktor berdampak
dari iklim yang mendukung, komitmen
sangat
rendah
manajemen puncak, pemilihan sasaran,
TQM
(2
proses
faktor).
implementasi
Penelitian
ini
informasi
menyimpulkan bahwa faktor kritis yang
tersebut
dan
menyimpulkan
komunikasi,
kesukarelaan, pelatihan, tumbuh dengan
464
bertahap tapi mantap, selalu terbuka dan
TQM (pelatihan,
positif secar aserentak maupun secara
statistik, perbandingan
parsial mempunyai pengaruh terhadap
kerja sama dengan pemasok). Hasil
keberhasilan pelaksanaan GKM (2)
penelitian
Faktor komitmen manajemen puncak
bahwa filosofi TQM maupun piranti
mempunyai
pengaruh
sangat
TQM secara parsial tidak berpengaruh
signifikan
terhadap
keberhasilan
pada pengurangan biaya, tetapi integrasi
pelaksanaan
Gugus
yang
Kendali
kinerja, dan
tersebut
filosofi
Mutu
penggunaan metode
menyimpulkan
dengan
piranti
TQM
berpengaruh secara signifikan terhadap
(GKM).
Sejalan
sebelumnya,
dengan
pengurangan biaya maupun kinerja
penelitian
bisnis.
Wahyudi (2004) juga
telah melakukan analisis terhadap faktor
Penelitian yang lebih terfokus pada
yang berpengaruh dalam Implementasi
aspek sumberdaya manusia diantaranya
TQM
dilakukan
di
PT.
Pulogadung Pawitra
oleh:
Bey,
Nimran,dan
model
Kertahadi (1998) yang mengkaitkan
perubahan Pettigrew dan Whipp (1991)
implementasi TQM dengan motivasi
yang terdiri dari 3 dimensi: konteks,
kerja
konten dan proses. Hasil penelitian
Persero. Hasil penelitian menyimpulkan
tersebut menyimpulkan bahwa variabel
bahwa
yang mendukung proses implementasi
variabel
TQM yaitu: kerjasama, kepemimpinan,
berpengaruh
manajemenproses,
variabel
Laksana
menggunakan
komitmen,
secara
PT.Semen
serempak
Gresik-
keenam
implementasi
TQM
signifikan
motivasi
terhadap
kerja. Sedangkan
secara parsial variabel menghormati
komunikasi dan perubahan.
Penelitian
karyawan
tentang
martabat manusia dan mengutamakan
pengaruh
implementasi TQM terhadap kinerja
kepuasan
organisasi diantararanya dilakukan oleh
dominan terhadap motivasi kerja.
HuarngdanYao
(2002)
yang
pelanggan
Boselie dan Wiele (2001) telah
telah
melakukan analisis faktor menghasilkan
meneliti
enam
Ernst&young
yaitu:
faktor kritis implementasi TQM
2
faktor
filosofis
berpengaruh
terhadap
TQM
(pemberdayaan karyawan dan dukungan
Management
eksekutif puncak) dan 4 faktor piranti
Management
465
persepsi
karyawan
(DutchCompany)
Human
and
Resources
Total
Quality
(HRM/TQM)
terhadap
untuk pindah
Penelitian sejenis juga dilakukan
kerja. Penelitian tersebut menghasilkan
oleh Sularso dan Murdijanto (2004).
beberapa kesimpulan, yaitu: persepsi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
positif
konsep
variabel:
peran
tingkat
pimpinan,
hubungan
kepuasan dan minat
karyawan
HRM/TQM
atas
mengakibatkan
karyawan,
peran
pimpinan
dan
kepuasan yang tinggi dan menurunkan
karyawan, aspek organisasi dan aspek
minat
lingkungan berpengaruh secara nyata
untuk pindah kerja; Tingkat
kepuasan
yang
tinggi
mempunyai
terhadap
peningkatan:
kemampuan
korelasi dengan tingkat yang rendah
teoritis, kemampuan teknis, kemampuan
atas minat untuk keluar dari organisasi;
konseptual,
Kerjasama antar unit, kepemimpinan,
ketrampilan
dan gaji menunjukkan korelasi positif
sumberdaya manusia.
yang sangat signifikan pada kepuasan
Berbeda
karyawan;
Sebagian
besar
variabel
penelitian
kemampuan
teknis,
dan
moral,
kualitas
dengan penelitian-
sebelumnya,
penelitian
menunjukkan hubungan yang negative
Terziovski, Samson, dan Dow (2003)
dan signifikan pada minat untuk pindah,
yang telah menganalisis secara acak
walaupun
kuat.
perusahaan manufaktur di Australia dan
Kepemimpinan, dan pemahaman atas
Selandia baru menghasilkan temuan
sasaran
Menunjukkan
utama bahwa sertifikasi ISO 9000 tidak
hubungan negative yang relative kuat
menunjukkan pengaruh positif yang
dengan minat untuk pindah.
signifikan pada kinerja organisasi, juga
tidak
dan
terlalu
tujuan.
Hasil penelitian Laily (2003)
tidak ada perbedaan kinerja organisasi
dilakukan
PT.Petrokimia
antara perusahaan yang menerapkan
Gresik-Persero menyimpulkan bahwa
TQM dengan yang tidak menerapkan
secara
manajer
TQM. Ini mendukung pandangan bahwa
menengah terhadap faktor kritis TQM
sertifikasi ISO 9000 mempunyai sedikit
berpengaruh
atau tidak menjelaskan kekuatan kinerja
yang
di
serentak
sikap
terhadap
kinerja
manajerial. Sedangkan analisis dengan
organisasi.
menggunakan uji beda menunjukkan
tidak
ada
perbedaan
sikap
Hasil
antara
pada hasil
berbeda juga ditemukan
penelitian Prajogo dan
manajer menengah operasional dan non
Brown (2004) yang juga dilakukan pada
operasional terhadap faktor kritis TQM.
perusahaan-perusahaan
466
di
Australia.
Penelitian
menyimpulkan
berhasil
bahwa
perusahaan yang mengadopsi program
dengan
adanya
elemen
budayakualitas.
TQM formal dalam hal praktek-praktek
Sayeh, Dani, Swain (2005) juga
TQM lebih unggul daripada yang tidak
telah mengadakan penelitian terhadap
menerapkan program TQM. Temuan
dua kelompok organisasi di Libya. Hasil
juga menunjukkan adanya pengaruh
penelitian
yang kuat antara praktek TQM dan
bahwa:
kinerja
berlatarbelakang
kualitas
tetapi
perbedaan
kinerja
signifikan
antara
tidak
ada
tersebut
pada
menyimpulkan
kelompok
organisasi
beragam,
gaya
kualitas
yang
manajemen yang dominan saat ini
organisasi
yang
adalah power, sedangkan yang disukai
TQM
secara
adalah Achievement, sedangkan pada
organisasi
yang
kelompok organisasi bersertifikat ISO
mengadopsi praktek TQM secara non
gaya manajemen dominan saat ini
formal. Ini menunjukkan bahwa adopsi
adalah Role,
praktek kualitas adalah hal yang lebih
adalah Achievement; Manajer industry
penting
di Lybia memilih gaya manajemen
menerapkan
formal
program
dengan
daripada
sekedar
program
formal.
Achievement
Penelitian tentang implementasi
mendukung
TQM yang dikaitkan dengan budaya
Gore
(1999)
pada
dan atau Support yang
efektivitas
implementasi
TQM.
organisasi antara lain telah dilakukan
oleh
dan yang lebih disukai
Parncharoen,
sejumlah
Girardi,
dan
Entrekin (2005) telah membandingkan
organisasi di Amerika Serikat. Hasil
dampak
penelitian
tmenyimpulkan
keberhasilan implementasi TQM di
bahwa: TQM efektif mengembangkan
Australia dengan di Thailand. Hasil
elemen budaya kualitas dan budaya
penelitian
tersebutmenunjang
bahwa:
tersebu
keberhasilan
nilai-nilai
tersebut
pengaruh
reengineering tidak mengembangkan
keberhasilan
budaya
signifikan
menunjang
proses;
dan
keberhasilan
perbaikan
kurang
perbaikan
prosesakan
yang
mempunyai
signifikan
TQM;
antara
pada
menyimpulkan
desainorganisasi
perbaikan proses, sebaliknya praktek
pendukung
budaya
model
terhadap
perbedaan
desain
organisasi di Australia dan Thailand
lebih
pada keberhasilan TQM lebih karena
perbedaan budaya, menunjukkan fakta
467
bahwa budaya mempengaruhi orang-
konsumen dan perbaikan berkelanjutan
orang
dan
berfikir
dan
berperilaku;
perbedaan substansial kedua
model
interaksinya
budaya
dengan
(kemampuan daya saing)
tersebut adalah pengaruh sentralisasi
mempunyai
pada keberhasilan TQM lebih nyata di
meningkatkan pangsa pasar.
Australia
daripada
di
Thailand,
dimensi
kontibusi
Penelitian
dalam
yang
lebih
sedangkan pengaruh formalisasi dan
komprehesif juga telah dilakukan oleh
sistem pengupahan lebih nyata di
Srismith
(2005)
Thailand daripada di Australia.
budaya
kualitas
keberhasilan
Berbedadenganpenelitiansebelu
yang
mengkaitkan
sebagai
indikator
implementasi
TQM
mnya, penelitian yang telah dilakukan
dengan praktek komunikasi terpadu.
oleh
(2005)
Hasil penelitian tersebut menyimpulkan
kinerja
bahwa:ada
Jabnon
dan
menambahkan
Sedrani
variabel
interaksi
positif
antara
indikator
budaya dominan ‘Clan’, prinsip-prinsip
keberhasilan implementasi TQM, selain
TQM, sikap dan perilaku komunikasi;
variabel TQM dan budaya organisasi.
Secara umum organisasi lebih memilih
Penelitian ini diawali dengan analisis
Supportive
faktor terhadap praktek TQM dan
kecuali
budaya organisasi menghasilkan empat
defensive
dimensi
TQMdan
budaya.
Hasil
organisasi
sebagai
menyimpulkan
Communication
leveloperasional
Communication
Climate,
memilih
Climate,
lima
dimensi
karena
penelitian
tersebut
hierarki dan formalisasi organisasi; Tiga
bahwa:
focus
merasa nyaman dengan
prinsip
pada
TQM:
konsumen dan perbaikan berkelanjutan
continuous
mempunyai koefisien korelasi
vision
yang
customer
improvement,
berpengaruh
tidak
focus,
common
langsung
keseluruhan
terhadap praktek komunikasi. Empat
kinerja; kedua dimensi TQM tersebut
prinsip TQM: process focus, leadership
dan dimensi budaya (orientasi pada
support problem solving & teamwork,
manusia) mempunyai efek kombinasi
empowerment
dan
terhadap praktek komunikasi.
paling
tinggi
terhadap
mempunyai
menurunkan
meningkatkan
kontribusi
komplain
dalam
konsumen,
reliabilitas,
Kajian
dan
menunjukkan
profitabilitas; sedangkan focus pada
berpengaruh
teoritis
bahwa
dan
ada
langsung
empiris
beberapa
persamaan maupun perbedaan diantara
468
faktor-faktor
kritis
mempengaruhi
implementasi
dikemukakan
TQM
oleh
yang
Modifikasi model Huarng dan
keberhasilan
Yao (2002), Jabnoun dan Sedrani
TQM
yang
telah
(2005), dan Srismith (2005) tersebut
beberapa
pakar
menghasilkan
tujuh
variabel
maupun peneliti terdahulu, tetapi secara
implementasi TQM yang digunakan
substansial
dalam penelitian ini, yaitu: focus pada
merahnya.
dapat
ditarik
Penggunaan
benang
faktor-faktor
konsumen,
perbaikan
kritis TQM dalam penelitian-penelitian
komitmen
manajemen,
tersebut juga menunjukkan pengaruh
pemberdayaan karyawan, perbandingan
yang beragam terhadap kinerja individu
kinerja,
maupun organisasi.
statistik.
Faktor-faktor kritis TQM yang
dan
berkelanjutan,
pelatihan,
penggunaan
piranti
Dari kajian teoritis dan empiris
dikemukakan oleh Huarng dan Yao
sebelumnya
(2002)
komprehensif
diantara ke tujuh variabel implementasi
dibandingkan dengan yang lain karena
TQM tersebut secara umum yang
mereka
berpengaruh
lebih
memadukan
keseimbangan
juga
diketahui
dominan
bahwa
terhadap
antara softand hard side (Jabnon dan
keberhasilan implementasi TQM adalah
Sedrani, 2005:9). Oleh karena itu
variabel
penelitian ini terutama menggunakan
sebagaimana pendapat beberapa pakar
faktor-faktor kritis tersebut mengingat
kualitas, antara lain: Hashmi (2004),
lokasi penelitian sama-sama negara di
Curkovic dan Landeros (2000:67), dan
kawasan Asia (Taiwan), sedangkan
Paskard (1995),
penelitian sejenis yang dilakukan
penelitian yang dilakukan oleh: Dayton
di
komitmen
manajemen
juga didukung hasil
Indonesia masih terbatas. Faktor-faktor
(2003),
Baidoun
kritis kemudian dimodifikasi dengan
(2003),
dan
Metri
model penelitian yang telah dilakukan
karena
itu,
penelitian
oleh Jabnon dan Sedrani (2005) dan
menggunakan hipotesabahwa komitmen
Srismith (2005), selain karena mereka
manajemen mempunyai pengaruh yang
menambahkan variabel dimensi budaya,
dominan terhadap budaya kualitas.
penelitian ini juga dilakukan di kawasan
Penelitian
(2003),
Munizu
(2005).
ini
Oleh
juga
terdahulu
yang
implementasi
TQM
Asia (United Arab Emirates/UAE dan
mengkaitkan
Thailand).
dengan fenomena budaya organisasi
469
secara umum masih terbatas pada studi
level ketiga yaitu asumsi dasar (Basic
tentang pengaruh budaya organisasi
Assumption)..
terhadap
keberhasilan
maupun
Oleh
karena
itu,terdapat
kegagalan implementasi TQM, bukan
perbedaan mendasar antara penelitian
sebaliknya apakah implementasi TQM
ini
mampu
sebelumnya, yaitu:
mempengaruhi,
mengubah
dengan
penelitian-penelitian
meneliti pengaruh
bahkan membentuk budaya organisasi
implementasi TQM terhadap budaya
sebagaimana pendapat beberapa pakar
kualitas
kualitas. Pendekatan budaya organisasi
menggunakan model budaya menurut
yang dilakukan juga masih terbatas
Kujala
pada level pertama
diadopsi dari level budaya organisasi
(Artefacts and
(bukan
dan
sebaliknya),
Ullrank
(2004)
dan
yang
Creation) dan level kedua (Values and
menurut
Beliefs).
komprehensif, terbaru, dan terfokus
Tinjauan
bahwa
teoritis
implementasi
merubah
orientasi
dapat
budaya
suatu
karena
assumptions and corevalues).
organisasi menuju budaya kualitas yang
METODE PENELITIAN
merupakan
1. Pendekatan Penelitian
salah
satu
indikator
keberhasilan implementasi TQM dan
pada akhirnya
daya
saing
(1993)
Goetsch
Tjiptono
dapat
Hardjosoedarmo
2005)
dan
dan
Dilain
Hardjosoedarmo
Penelitian
meningkatkan
organisasi
Diana,
(2005)
dan
pihak
tentang
pengaruh
Total
Quality
Management terhadap budaya kualitas
dalam
ini
(2003)
explanatory
Metri,
kuantitatif karena berusaha menjelaskan
menurut
hubungan
jenis
dengan
antara
penelitian
pendekatan
variabel-
variabel
melalui pengujian hipotesis, sedangkan
organisasi
hanya
data yang digunakan secara umum
mencapai wujud nyata saja
(level
berupa
pertama),
hanyalah
apabila
maka
“cosmetic
yang
dalam
termasuk
hal
kualitas,
(2004),
Implementasi
Cortada,
Davis
lebih
pada budaya kualitas (TQM basic
diketahui
TQM
Schein,
diperoleh
quality”
angka-angka
melalui uji statistik.
saja.
Untuk mencapai internalisasi kualitas
maka organisasi perlu bertumpu pada
470
yang
dihitung
HASIL PENELITIAN
2. InstrumenPenelitian
Penelitian
ini
menggunakan
1. Pengaruh Simultan
Hasil
instrument kuesioner yang didalamnya
pengujian
hipotesis
terdapat sejumlah pernyataan tertulis
pertama menunjukkan bahwa variabel-
yang digunakan untuk memperoleh
variabel
tanggapan
Quality Management (TQM) secara
dan
informasi
dari
dalam
implementasi
Total
responden.
simultan mempunyai pengaruh yang
3. Analisis Regresi Berganda
signifikan terhadap budaya kualitas. Hal
ini
Penelitian ini juga menggunakan
dapat
diinterpretasikan
bahwa
implementasi
TQM
pengaruh antara variabel-variabel dalam
didokumentasikan
dalam
implementasi TQM terhadap variabel
klausul ISO9001:2000 dan diterapkan
budaya kualitas, dan menguji hipotesis
kurang lebih selama sepuluh tahundi
yang telah dirumuskan. Model analisis
Maspion
yang digunakan adalah regresi linier
membentukdanmerubah
berganda dengan menggunakan bantuan
budaya
perangkat lunak komputer (software)
kualitas.
analisis
inferensial
untuk
menguji
program SPSS (Statistical Product and
ServiceSolutions)
versi
24.0
Group
yang
klausul-
telah
organisasi
mampu
orientasi
menjadi
budaya
Kedelapan prinsip TQM yang
for
tertera
dalam
klausul-klausul
ISO
Windows, dengan rumus sebagai berikut:
9001:2000 tersebut diantaranya adalah:
Y= β0+β1X1+β2X2+β3X3+β4X4
+β5X5+β6X6+β7X7+ε
focus
Keterangan:
pendekatan proses, pendekatan sistem
Y
β0
β1..β7
X1
X2
X3
X4
X5
X6
X7
ε
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
organisasi
pada
konsumen,
kepemimpinan, keterlibatan karyawan,
pada
Budayakualitas
Konstanta(intersep)
Koefisienregresi
Fokuspadakonsumen
Perbaikanberkelanjutan
Komitmenmanajemen
Pelatihan
Pemberdayaankaryawan
Perbandingankinerja
Penggunaanpiranti
statistik
Kesalahanpengganggu
manajemen,
perbaikan
berkelanjutan, pendekatan factual dalam
pengambilan keputusan, kemitraan yang
saling menguntungkan.
Hasil
penelitian
tersebut
mendukung pendapat beberapa pakar
kualitas, diantaranya:
TQM
dapat
implementasi
merubah
orientasi
budaya suatu organisasi menuju budaya
471
kualitas (Cortada, 1993; Goetsch dan
kualitas demi kelangsungan hidup dan
Davis dalam Tjiptono, 2003;
perkembangan
dan
Hardjosoedarmo, 2005); budaya kualitas
dikenal
dipertimbangkan sebagai salah satu hal
(Kekale,1999;
yang
2004).
terpenting
kehidupannya yang
dengan
budaya
Kujala
kualitas
dan
Ullrank,
sebagai
indikator
implementasi
TQM
Nilai rata-rata setiap variabel
(Metri, 2005); dan studi empiris: TQM
bebas: focus pada konsumen, perbaikan
efektif mengembangkan elemen budaya
berkelanjutan, komitmen manajemen,
kualitas dan budaya tersebut menunjang
pelatihan,
keberhasilan perbaikan
perbandingan kinerja,dan penggunaan
keberhasilan
proses (Gore,
pemberdayaan
karyawan,
1999); integrasi filosofi dengan piranti
piranti
TQM berpengaruh signifikan terhadap
budaya kualitas yang cenderung tinggi
kinerja bisnis (Huarng dan Yao, 2002).
pada tabel5.22, membuktikan bahwa
Menurut teori Schein (1985), budaya
aktivitas implementasi TQM cukup
dibangun
level. Level
tinggi dan secara simultan mampu
pertama adalah wujud nyata yang
membangun budaya kualitas yang tinggi
meliputi kegiatan dan kejadian sebagai
pula.
hasil
dalam tiga
pemikiran
statistik,danvariabel
(Artefactsand
Creation), Level kedua adalah nilai-
2. Pengaruh Persial
nilai
Nilai
dan
terikat:
keyakinan
(Values
and
rata-rata
variabel
komitmen
Beleifs), dan level ketiga adalah asumsi
manajemen yang tertinggi (4,49) dan
dasar
nilai rata-rata variabel pemberdayaan
yang
merupakan
pandangan
terhadap masalah (BasicAssumption).
karyawan
Selanjutnya menurut Hardjosoedarmo
menunjukkan
(2004), dalam hal kualitas, apabila
manajemen merupakan aktivitas yang
organisasi hanya atau baru mencapai
relative
wujud nyata saja (levelpertama), maka
pemberdayaan
yang
hanyalah
aktivitas yang kurang menonjol jika
“cosmeticquality”saja.Untuk mencapai
dibandingkan dengan aktivitas yang lain
internalisasi kualitas maka organisasi
pada implementasi TQM.
diperoleh
perlu bertumpu pada asumsi dasar
(BasicAssumption)
tentang
yang
terendah
bahwa
paling
(3,73),
komitmen
menonjol
karyawan
dan
merupakan
Hasil pengujian hipotesis kedua
perlunya
menunjukkan
472
bahwa
secara
parsial
hanya variabel: focus pada konsumen,
(Krajewski, Lee, dan Ritzman, 1999;
komitmen
Hashmi, 2004). Menurut Dale (2003),
manajemen,
pemberdayaan
penggunaan
pelatihan,
karyawan,
piranti
dan
statistic
penggunaan metode statistic sangat
yang
berarti
dalam
membantu
proses
berpengaruh signifikan terhadap budaya
perbaikan
kualitas, sedangkan variabel lainnya
memanfaatkan metode statistik sebagai
tidak berpengaruh signifikan terhadap
bentuk keterlibatan dan kontribusinya,
budaya kualitas. Hasil penelitian ini
menjadikan
mendukung
terhadap kualitas meningkat, prilaku
penelitian
sebelumnya,
berkelanjutan,
kesadaran
bahwa: filosofi TQM dan piranti TQM
dan
secara
Selanjutnya
parsial
signifikan
tidak
terhadap
berpengaruh
kinerja
bisnis
sikap
berubah.
Lawson
(2004)
berpendapat: apa yang diukur, seberapa
sering,
variabel-variabel dalam implementasi
tersebut
TQM
dikomunikasikan,
korelasi
karyawan
karyawanpun
(Huarng dan Yao, 2002); tidak semua
mempunyai
karyawan
yang
dan
signifikan terhadap dimensi budaya
mempengaruhi
organisasi (Jabnoun dan Sedrani, 2005).
kualitas.
bagaimana
informasi
digunakan
dan
semuanya
akan
terbentuknya
budaya
Beberapa metode statistic yang
banyak
3. PenggunaanMetodeStatistik
digunakan
oleh perusahaan
metode
dalam mengendalikan dan memperbaiki
statistic mempunyai pengaruh positif
aktivitas perusahaan yang berkaitan
yang
dengan
Variabel
penggunaan
signifikan
terhadap
variabel
semua
budaya kualitas. Hal ini membuktikan
diantaranya
bahwa
(brainstorming),
penggunaan
merupakan
piranti
variabel
statistic
aspek
adalah:
diagrampareto, diagram tulang ikan
yang
(fishbonediagram),
kualitas.
controlchart,
penelitian
sumbangsaran
checklists,
mempengaruhi terbentuk- nya budaya
Hasil
kualitas
flowchart,
scatterdiagram,
dan
histogram.
tersebut
Penggunaan
mendukung pendapat pakar kualitas,
metode
statistic
statistic
oleh perusahan terbukti telah mampu
merupakan salah satu elemen kunci
menekan tingkat kerusakan produk
keberhasilan
hingga
bahwa
penggunaan
piranti
implementasi
TQM
473
0,5%
dan
meningkatkan
efisiensi produksi secara keseluruhan
hingga
96%. Penggunaan
4. Pengaruh Dominan
Hasil
piranti
penelitian
juga
efektif
menunjukkan bahwa jika dibandingkan
membangun budaya kualitas.Tanggapan
dengan variabel- variabel bebas yang
terhadap variabel penggunaan piranti
lain, variabel pelatihan mempunyai
statistic sebesar 4,15, menunjukkan
pengaruh
yang
perusahaan telah menggunakan atau
variabel
budaya
memanfaatkan
metode
penelitian
semua.
bertentangan dengan pendapat Paskard
Tanggapan atas pernyataan‘ Perusahaan
(1995), Curkovic dan Landeros (2000),
selalu memanfaatkan teknik statistic
dan Hashmi (200), yang menyatakan
untuk
penyimpangan
variabel komitmen manajemen terhadap
proses kerja’ (X72) yang tertinggi
kualitasdan kepemimpinan merupakan
(4,19) berarti teknik statistic telah
variabel
banyak
untuk
menentukan keberhasilan implementasi
mengurangi penyimpangan proses kerja.
TQM. MenurutLawson (2004) dalam
statistik
tersebut
statistik,meskipun
juga
tidak
mengurangi
dimanfaatkan
Sedangkan
tanggapan
dominan
kualitas.
tersebut
yang
terhadap
Hasil
menolak
paling
dominan
perspektif sistem kualitas, manajemen
atas
pernyataan‘Semua peralatan dan proses
puncak mempunyai pengaruh
kerja
paling signifikan
berlangsung
dibawah
atau
kendali
yang
terhadap budaya
statistic (StatisticProcessing control)’
kualitas. Apa yang mereka katakana
(X71)
(4,12)
dan lakukan (atau tidak dilakukan)
semua
maupun dukungan akan direfleksikan
peralatan dan proses kerja berlangsung
dalam organisasi. Manajemen puncak
dibawah kendali statistik. Oleh karena
mendefinisikan idealismenya kedalam
itu, pemanfaatan metode dan piranti
misi,visi,nilai-nilai
statistic hendaknya lebih ditingkatkan
secara keseluruhan menjadi referensi
secara
bagi karyawan sebagai asset yang
yang
menunjukkan
terendah
bahwa
efektif
pada
belum
keseluruhan
budaya
kualitas
kebijakan,
bernilai.
peralatan dan proses kerja, karena dapat
meningkatkan
dan
Menurut
di
perusahaan.
Paskard
(1995),
Kepemimpinan adalah elemen kunci
keberhasilan
Pemimpin
474
implementasi
mempunyai
TQM.
perspektif
jangka
panjangdanharus
memotivasi
bawahan.
Hal
mampu
KESIMPULAN
tersebut
1. Terdapat pengaruhyang signifikan
diperlukan dalam menegakkan budaya
antara
oganisasi
implementasi
yang
dilengkapi
dengan
TQM.
atau
variabel-variabel
dalam
Total
Quality
Management yang terdiri dari: focus
Hasil penelitian juga menolak
pada
bertentangan
berkelanjutan,
komitmen
manajemen,
pelatihan,
pemberdayaan
karyawan,
dengan
penelitian terdahulu
dilakukan
oleh:
hasil
yang telah
Dayton
(2003),
konsumen,
perbaikan
Baidoun(2003), Munizu (2003), dan
perbandingan
Metri (2005), dan menyimpulkan bahwa
penggunaan piranti statistik secara
komitmen atau dukungan manajemen
simultan
merupakan variabel yang berpengaruh
kualitas.
dominan
hipotesis pertama penelitian ini
terhadap
keberhasilan
kinerja,
terhadap
dan
budaya
Dengan
demikian
diterima.
implementasi TQM.
Variabel pelatihan relatif lebih
2. Secara simultan variabel-variabel
rendah (4,02) dari pada nilai rata-rata
dalam implementasi Total Quality
tertinggi
Management
variabel:
komitmen
tersebut
mampu
manajemen (4,49), ternyata aktivitas
menjelaskan pengaruhnya terhadap
pelatihan
oleh
variabel budaya kualitas 63,5%,
perusahaan lebih efektif memberikan
sedangkan sisanya dijelaskan atau
kontribusi
dalam
dipengaruhi oleh variabel bebas lain
jika
diluar persamaan model penelitian.
yang
membentuk
yang
dilakukan
dominan
budaya
kualitas
dibandingkan dengan variabel-variabel
Korelasi
implementasi
dalam implementasi Total Quality
TQM
lainnya.
Oleh
antara
variabel-variabel
terhadap
karena itu, variabel pelatihan hendaknya
Management
dijadikan pertimbangan utama pihak
kualitas juga cukup kuat.
manajemen
dalam
budaya
3. Terdapat pengaruh yang signifikan
meningkatkan
antara variabel dalam implementasi
budaya kualitas.
Total Quality Management yang
terdiri dari: focus pada konsumen,
komitmen
475
manajemen,
Multinational Context : Fifth
Edition, South- Western Cengage
Learning, United Kingdom
pelatihan,pemberdayaan
karyawan,dan penggunaan piranti
statistic
secara
parsial
terhadap
Gaspersz, Vincent. 2001. Total Quality
Management. Jakarta : Gramedia
Pustaka Utama.
variabel budaya kualitas, sedangkan
variabel
dan
perbaikan
perbandingan
berpengaruh
berkelanjutan
kinerja
secara
tidak
Handayani, 2005. Kaizen Culture,
Education and Training, New
York: Irwing Professional.
signifikan
terhadap variabel budaya kualitas.
Hitoshi Takeda, 2006. The Change
Management Handbook, New
York: Irwing Professional.
Dengan demikian hipotesis kedua
penelitian ini ditolak.
4. Variabel
pengaruh
pelatihan
mempunyai
Horngren, Charles T., George Foster.,
Srikant M. Datar. 2000. Cost
Accounting:
A
Managerial
Emphasis. International Edition.
yang dominan terhadap
variabel budaya kualitas. Dengan
Jurnal Akuntansi Vol.4 No.2 November
2012:
175-186.
Pengaruh
Penerapan
Total
Quality
Management
(TQM)
dan
Komitmen Organisasi terhadap
Kinerja
Perusahaan
dengan
Budaya
Organisasi
Sebagai
Variabel Moderasi (Survei pada
Perusahaan Manufaktur di Jawa
Barat yang Listing di BEI)
demikian hipotesis ketiga penelitian
ini ditolak.
DAFTAR PUSTAKA
Amar, Kiyafah & Zuraidah Mohd
Zain.(2001). Barriers in the
Implementation of Total Quality
Management
in
Indonesian
Manufacturing
Organizations.
Jurnal Teknik Industri, Vol. 3, No.
2, Desember 2001
Jurnal Akuntansi, Vol. 1, No. 2, April
2013 : 213-226. ISSN 2337-4314.
Pengaruh
Total
Quality
Management Terhadap Kinerja
Financial (Study Pada Perusahaan
Jasa di Kota Pekanbaru Provinsi
Riau)
Dowling, P. & Welch, D. E. (2004)
International Human Resource
Management: Managing People in
a Multinational Context 4th
edition, London UK, Thomson
Learning.
Krajewski, J. Lee and P. R. Larry, 2006,
Operations Management Strategy
and Analysis, Fifth Edition,
Addison-Wesley
Publising
Company Inc.
Dowling, Peter J, Marion Festing and
Allen D. Engle, 2008. International
Human Resource Management:
Managing
People
in
a
Kujala, J., & Lillrank, P. (2004). Total
quality management as a cultural
476
phenomenon. Quality Management
Journal, 11(4), 43-55.
Prajogo, Daniel. I., and Brown, A. 2004.
“The Relationship Between TQM
Practice and Quality Performance
and the Role of Formal TQM
Programs:
An
Australian
Empirical
Study”.
Quality
Management Journal. 11 (4),
pp.31-42
Sisnuhadi. (2014). The Relationship
between Soft Factors and Hard
Factors of TQM Practices and
Organizational Learning. European
Scientific Journal, March 2014
edition, Vol. 10, No. 7.
The
Influence of Total Quality
Management (TQM) Applications
to Sales Raising at PT. Kereta Api
Indonesia (Persero) Bandung The
2nd Operations Area. ISBN: 978979-99365-7-8.
Kujala, J., & Lillrank, P. (2004). Total
quality management as a cultural
phenomenon. Quality Management
Journal, 11(4), 43-55.
Lincoln, J. R. (1989). Employee work
attitudes and management practice
in the US and Japan. California
Management Review(Fall), 89-10.
477