IMPLEMENTASI TOTAL QUALITY MANAGEMENT TERHADAP BUDAYA KUALITAS

AL-ULUM : JURNAL ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA
Volume 3 Nomor 2, Oktober 2017

ISSN: 2476-9576

IMPLEMENTASI TOTAL QUALITY MANAGEMENT
TERHADAP BUDAYA KUALITAS
Robert Fransiska
Email : robert_fransiska@gmail.com
STIE Palangka Raya

ABSTRACT
Total QualityManagement (TQM) is a new paradigm in running a business
with the goal to maximize organizational competiveness through focuses on
consumer satisfaction, all employee engagement, and sustainable improvement on
quality of products, services, human, process and organizational environment.
This research aims to determine the amount of effects by variables in the
implementation of Total QualityManagementconsisting of:focuses on consumers,
sustainable improvement, management commitment, training, employee empowering,
performance comparison, and use of simultaneous statistic equipment on quality culture.
The research method uses type of explanatoryresearch with quantitative

approach because it tries to describe inter-variable correlation through hypothesis
testing, meanwhile in general, the data used are in the form of number calculated by
statistic test.
Results of the research are (a) Simultaneously the variables in the implementation
of TotalQuality Managementare able to describe the effects on the quality culture
variable by 63,5%, meanwhile the remaining is described or influenced by other
independent variables beyond the research model equation. Inter-variable correlation in
the implementation of Total Quality Management on the quality culture is quite
strong (b) There are significant effects between variables in the implementation of
Total QualityManagementconsisting of focuses on employee, management
commitment, training, employee empowering, and use of statistic devices partially
on quality culture variable, meanwhile the sustainable improvement an d
performance comparison do not influence significantly on quality culture variable.
Thus, the second hypothesis of this research is rejected (c) The training variable
provides dominant effects on the quality culture variable. Thus the third
hypothesis of this research is rejected.
Keywords: TQM, performance, quality culture

462


AL-ULUM : JURNAL ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA
Volume 3 Nomor 2, Oktober 2017

Tujuan

PENDAHULUAN
Total

ISSN: 2476-9576

Quality

Management

penelitian

(1)

Untuk


mengetahui seberapa besar pengaruh

(TQM) adalah sistem pengendalian mutu

variabel-variabel

yang

filosofiadalah

Total Quality Management meliputi (a)

pemenuhan kebutuhan pelanggan dengan

focus pada konsumen (b) perbaikan

sebaik-baiknya. Kebutuhan pelanggan

berkelanjutan, komitmen manajemen (c)


tersebut

pelatihan,

didasari

pada

harus

melebihi

keinginan

pemberdayaan

pemakai jasa/produk. Persaingan pasar

perbandingan


global dewasa ini, tuntutan konsumen

metode

atas peningkatan kualitas produk dan

terhadap

jasa

Group.

bertambah.

Terjadi

pula

dalam implementasi


karyawan,

kinerja (d) penggunaan

statistik

secara

simultan

budaya

kualitas

Maspion

peningkatan penawaran produk dan jasa
dengan harga lebih bersaing dari Negara
dengan


TINJAUAN TEORITIS

biaya tenaga kerja rendah

Konsep yang relevan dan terkait

(Dale,2003)

dengan penelitian ini secara garis besar
dikelompokkan menjadi tiga bagian,

Satu hal yang sangat berarti
dalam

meningkatkan

yaitu:penelitian

kinerja


yang

menyangkut

persaingan

faktor-faktor

yang

melalui perbaikan

keberhasilan

implementasi

berkelanjutan pada aktivitas bisnis yang

penelitian


tentang

terfokus

implementasi TQM terhadap kinerja

menghadapi

tantangan

tersebut adalah

pada

konsumen,

meliputi

TQM,
pengaruh


keseluruhan organisasi dan penekanan

individu

pada

penelitian tentang implementasi TQM

fleksibilitas

dan

kualitas

menjadikan

upaya-upaya

tersebut


organisasi

mampu

organisasi,

dan

dikaitkan dengan budaya organisasi.

(Krajewski, Lee, dan Ritzman, 1999).
Hasil

maupun

mempengaruhi

Penelitian

yang

menyangkut

faktor-faktor kritis yang mempengaruhi

merespon permintaan pasar atas kualitas

keberhasilan

produk, jasa dan proses yang telah

diantaranya telah dilakukan oleh Dayton

dikembangkan secara meluas selama

(2003). Penelitian ini menyimpulkan

dua decade terakhir.

bahwa

463

faktor

implementasi

kritis

yang

TQM

telah

diidentifikasi dalam penelitian di Eropa

telah distratifikasi dalam kelompok

tahun 1996 juga sebagai faktor kritis

pertama, dikenal dalam literatur TQM

implentasi TQM di Amerika Serikat.

sebagai komponen fundamental yang

Sedangkan faktor TQM yang paling

diutamakan dalam tahapan awal proses

penting adalah manajemen kualitas

implementasi.

strategis yang mengutamakan komitmen

menempatkan komitmen manajemen

jangka

dukungan

puncak sebagai faktor pertama yang

manajemen puncak agar implementasi

menentukan keberhasilan implementasi

TQM berhasil.

TQM.

panjang

dan

Penelitian sejenis juga telah

Metri

Kesimpulan

(2005)

juga

ini

telah

dilakukan oleh Baidoun (2003) yang

melakukan analisis komprehensif dan

telah melakukan studi empiris tentang

pengujian kerangka kerja dan literature

faktor-faktor

pada

TQM yang ada menghasilkan sepuluh

organisasi- organisasi di Palestina. Dari

faktor (Critical Success Factor/CSFs)

19 faktor TQM yang diduga sebagai

yang

faktor

implementasi TQM bagi perusahaan

kritis

kritis

TQM

yang

menentukan

menentukan

keberhasilan

TQM

konstruksi. Hasil analisis ini juga

kemudian distratifikasi ke dalam tiga

menempatkan komitmen manajemen

kelompok

puncak sebagai prioritas yang pertama.

keberhasilan

implementasi

menurut

tingkat

pengaruhnya: faktor-faktor yang penting
bagi

keberhasilan

TQM

Sedangkan

yang

penelitian

tentang

faktor-faktor yang berpengaruh terhadap

dipersepsikan oleh seluruh responden

keberhasilan

berdampak

disuatu organisasi telah dilakukan oleh

pada

keberhasilan

implementasi

TQM

implementasi TQM (9 faktor); faktor-

Munizu

faktor yang penting bagi keberhasilan

produksi Pabrik Karung (PK) Rosella

TQM

Baru PTPN XI(Persero) Surabaya. Hasil

yang dipersepsikan oleh

(2003)

pada

karyawan

beberapa responden saja berdampak

Penelitian

pada keberhasilan implementasi TQM

bahwa: (1) Faktor- faktor yang terdiri

(8 faktor); dan faktor-faktor berdampak

dari iklim yang mendukung, komitmen

sangat

rendah

manajemen puncak, pemilihan sasaran,

TQM

(2

proses

faktor).

implementasi
Penelitian

ini

informasi

menyimpulkan bahwa faktor kritis yang

tersebut

dan

menyimpulkan

komunikasi,

kesukarelaan, pelatihan, tumbuh dengan

464

bertahap tapi mantap, selalu terbuka dan

TQM (pelatihan,

positif secar aserentak maupun secara

statistik, perbandingan

parsial mempunyai pengaruh terhadap

kerja sama dengan pemasok). Hasil

keberhasilan pelaksanaan GKM (2)

penelitian

Faktor komitmen manajemen puncak

bahwa filosofi TQM maupun piranti

mempunyai

pengaruh

sangat

TQM secara parsial tidak berpengaruh

signifikan

terhadap

keberhasilan

pada pengurangan biaya, tetapi integrasi

pelaksanaan

Gugus

yang

Kendali

kinerja, dan

tersebut

filosofi

Mutu

penggunaan metode

menyimpulkan

dengan

piranti

TQM

berpengaruh secara signifikan terhadap

(GKM).
Sejalan
sebelumnya,

dengan

pengurangan biaya maupun kinerja

penelitian

bisnis.

Wahyudi (2004) juga

telah melakukan analisis terhadap faktor

Penelitian yang lebih terfokus pada

yang berpengaruh dalam Implementasi

aspek sumberdaya manusia diantaranya

TQM

dilakukan

di

PT.

Pulogadung Pawitra

oleh:

Bey,

Nimran,dan

model

Kertahadi (1998) yang mengkaitkan

perubahan Pettigrew dan Whipp (1991)

implementasi TQM dengan motivasi

yang terdiri dari 3 dimensi: konteks,

kerja

konten dan proses. Hasil penelitian

Persero. Hasil penelitian menyimpulkan

tersebut menyimpulkan bahwa variabel

bahwa

yang mendukung proses implementasi

variabel

TQM yaitu: kerjasama, kepemimpinan,

berpengaruh

manajemenproses,

variabel

Laksana

menggunakan

komitmen,

secara

PT.Semen

serempak

Gresik-

keenam

implementasi

TQM

signifikan

motivasi

terhadap

kerja. Sedangkan

secara parsial variabel menghormati

komunikasi dan perubahan.
Penelitian

karyawan

tentang

martabat manusia dan mengutamakan

pengaruh

implementasi TQM terhadap kinerja

kepuasan

organisasi diantararanya dilakukan oleh

dominan terhadap motivasi kerja.

HuarngdanYao

(2002)

yang

pelanggan

Boselie dan Wiele (2001) telah

telah

melakukan analisis faktor menghasilkan

meneliti

enam

Ernst&young

yaitu:

faktor kritis implementasi TQM
2

faktor

filosofis

berpengaruh

terhadap

TQM

(pemberdayaan karyawan dan dukungan

Management

eksekutif puncak) dan 4 faktor piranti

Management

465

persepsi

karyawan

(DutchCompany)
Human
and

Resources
Total

Quality

(HRM/TQM)

terhadap

untuk pindah

Penelitian sejenis juga dilakukan

kerja. Penelitian tersebut menghasilkan

oleh Sularso dan Murdijanto (2004).

beberapa kesimpulan, yaitu: persepsi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa

positif

konsep

variabel:

peran

tingkat

pimpinan,

hubungan

kepuasan dan minat

karyawan

HRM/TQM

atas

mengakibatkan

karyawan,

peran

pimpinan

dan

kepuasan yang tinggi dan menurunkan

karyawan, aspek organisasi dan aspek

minat

lingkungan berpengaruh secara nyata

untuk pindah kerja; Tingkat

kepuasan

yang

tinggi

mempunyai

terhadap

peningkatan:

kemampuan

korelasi dengan tingkat yang rendah

teoritis, kemampuan teknis, kemampuan

atas minat untuk keluar dari organisasi;

konseptual,

Kerjasama antar unit, kepemimpinan,

ketrampilan

dan gaji menunjukkan korelasi positif

sumberdaya manusia.

yang sangat signifikan pada kepuasan

Berbeda

karyawan;

Sebagian

besar

variabel

penelitian

kemampuan
teknis,

dan

moral,
kualitas

dengan penelitian-

sebelumnya,

penelitian

menunjukkan hubungan yang negative

Terziovski, Samson, dan Dow (2003)

dan signifikan pada minat untuk pindah,

yang telah menganalisis secara acak

walaupun

kuat.

perusahaan manufaktur di Australia dan

Kepemimpinan, dan pemahaman atas

Selandia baru menghasilkan temuan

sasaran

Menunjukkan

utama bahwa sertifikasi ISO 9000 tidak

hubungan negative yang relative kuat

menunjukkan pengaruh positif yang

dengan minat untuk pindah.

signifikan pada kinerja organisasi, juga

tidak

dan

terlalu

tujuan.

Hasil penelitian Laily (2003)

tidak ada perbedaan kinerja organisasi

dilakukan

PT.Petrokimia

antara perusahaan yang menerapkan

Gresik-Persero menyimpulkan bahwa

TQM dengan yang tidak menerapkan

secara

manajer

TQM. Ini mendukung pandangan bahwa

menengah terhadap faktor kritis TQM

sertifikasi ISO 9000 mempunyai sedikit

berpengaruh

atau tidak menjelaskan kekuatan kinerja

yang

di

serentak

sikap

terhadap

kinerja

manajerial. Sedangkan analisis dengan

organisasi.

menggunakan uji beda menunjukkan
tidak

ada

perbedaan

sikap

Hasil

antara

pada hasil

berbeda juga ditemukan
penelitian Prajogo dan

manajer menengah operasional dan non

Brown (2004) yang juga dilakukan pada

operasional terhadap faktor kritis TQM.

perusahaan-perusahaan

466

di

Australia.

Penelitian

menyimpulkan

berhasil

bahwa

perusahaan yang mengadopsi program

dengan

adanya

elemen

budayakualitas.

TQM formal dalam hal praktek-praktek

Sayeh, Dani, Swain (2005) juga

TQM lebih unggul daripada yang tidak

telah mengadakan penelitian terhadap

menerapkan program TQM. Temuan

dua kelompok organisasi di Libya. Hasil

juga menunjukkan adanya pengaruh

penelitian

yang kuat antara praktek TQM dan

bahwa:

kinerja

berlatarbelakang

kualitas

tetapi

perbedaan

kinerja

signifikan

antara

tidak

ada

tersebut
pada

menyimpulkan

kelompok

organisasi

beragam,

gaya

kualitas

yang

manajemen yang dominan saat ini

organisasi

yang

adalah power, sedangkan yang disukai

TQM

secara

adalah Achievement, sedangkan pada

organisasi

yang

kelompok organisasi bersertifikat ISO

mengadopsi praktek TQM secara non

gaya manajemen dominan saat ini

formal. Ini menunjukkan bahwa adopsi

adalah Role,

praktek kualitas adalah hal yang lebih

adalah Achievement; Manajer industry

penting

di Lybia memilih gaya manajemen

menerapkan
formal

program

dengan

daripada

sekedar

program

formal.

Achievement
Penelitian tentang implementasi

mendukung

TQM yang dikaitkan dengan budaya

Gore

(1999)

pada

dan atau Support yang
efektivitas

implementasi

TQM.

organisasi antara lain telah dilakukan
oleh

dan yang lebih disukai

Parncharoen,

sejumlah

Girardi,

dan

Entrekin (2005) telah membandingkan

organisasi di Amerika Serikat. Hasil

dampak

penelitian

tmenyimpulkan

keberhasilan implementasi TQM di

bahwa: TQM efektif mengembangkan

Australia dengan di Thailand. Hasil

elemen budaya kualitas dan budaya

penelitian

tersebutmenunjang

bahwa:

tersebu

keberhasilan

nilai-nilai

tersebut

pengaruh

reengineering tidak mengembangkan

keberhasilan

budaya

signifikan

menunjang
proses;

dan

keberhasilan

perbaikan

kurang
perbaikan

prosesakan

yang

mempunyai

signifikan
TQM;

antara

pada

menyimpulkan

desainorganisasi

perbaikan proses, sebaliknya praktek

pendukung

budaya

model

terhadap
perbedaan
desain

organisasi di Australia dan Thailand

lebih

pada keberhasilan TQM lebih karena
perbedaan budaya, menunjukkan fakta

467

bahwa budaya mempengaruhi orang-

konsumen dan perbaikan berkelanjutan

orang

dan

berfikir

dan

berperilaku;

perbedaan substansial kedua

model

interaksinya

budaya

dengan

(kemampuan daya saing)

tersebut adalah pengaruh sentralisasi

mempunyai

pada keberhasilan TQM lebih nyata di

meningkatkan pangsa pasar.

Australia

daripada

di

Thailand,

dimensi

kontibusi

Penelitian

dalam

yang

lebih

sedangkan pengaruh formalisasi dan

komprehesif juga telah dilakukan oleh

sistem pengupahan lebih nyata di

Srismith

(2005)

Thailand daripada di Australia.

budaya

kualitas

keberhasilan

Berbedadenganpenelitiansebelu

yang

mengkaitkan

sebagai

indikator

implementasi

TQM

mnya, penelitian yang telah dilakukan

dengan praktek komunikasi terpadu.

oleh

(2005)

Hasil penelitian tersebut menyimpulkan

kinerja

bahwa:ada

Jabnon

dan

menambahkan

Sedrani

variabel

interaksi

positif

antara

indikator

budaya dominan ‘Clan’, prinsip-prinsip

keberhasilan implementasi TQM, selain

TQM, sikap dan perilaku komunikasi;

variabel TQM dan budaya organisasi.

Secara umum organisasi lebih memilih

Penelitian ini diawali dengan analisis

Supportive

faktor terhadap praktek TQM dan

kecuali

budaya organisasi menghasilkan empat

defensive

dimensi

TQMdan

budaya.

Hasil

organisasi

sebagai

menyimpulkan

Communication
leveloperasional
Communication

Climate,
memilih
Climate,

lima

dimensi

karena

penelitian

tersebut

hierarki dan formalisasi organisasi; Tiga

bahwa:

focus

merasa nyaman dengan

prinsip

pada

TQM:

konsumen dan perbaikan berkelanjutan

continuous

mempunyai koefisien korelasi

vision

yang

customer

improvement,

berpengaruh

tidak

focus,
common
langsung

keseluruhan

terhadap praktek komunikasi. Empat

kinerja; kedua dimensi TQM tersebut

prinsip TQM: process focus, leadership

dan dimensi budaya (orientasi pada

support problem solving & teamwork,

manusia) mempunyai efek kombinasi

empowerment

dan

terhadap praktek komunikasi.

paling

tinggi

terhadap

mempunyai

menurunkan
meningkatkan

kontribusi

komplain

dalam

konsumen,

reliabilitas,

Kajian

dan

menunjukkan

profitabilitas; sedangkan focus pada

berpengaruh

teoritis
bahwa

dan
ada

langsung

empiris
beberapa

persamaan maupun perbedaan diantara

468

faktor-faktor

kritis

mempengaruhi
implementasi
dikemukakan

TQM
oleh

yang

Modifikasi model Huarng dan

keberhasilan

Yao (2002), Jabnoun dan Sedrani

TQM

yang

telah

(2005), dan Srismith (2005) tersebut

beberapa

pakar

menghasilkan

tujuh

variabel

maupun peneliti terdahulu, tetapi secara

implementasi TQM yang digunakan

substansial

dalam penelitian ini, yaitu: focus pada

merahnya.

dapat

ditarik

Penggunaan

benang

faktor-faktor

konsumen,

perbaikan

kritis TQM dalam penelitian-penelitian

komitmen

manajemen,

tersebut juga menunjukkan pengaruh

pemberdayaan karyawan, perbandingan

yang beragam terhadap kinerja individu

kinerja,

maupun organisasi.

statistik.

Faktor-faktor kritis TQM yang

dan

berkelanjutan,
pelatihan,

penggunaan

piranti

Dari kajian teoritis dan empiris

dikemukakan oleh Huarng dan Yao

sebelumnya

(2002)

komprehensif

diantara ke tujuh variabel implementasi

dibandingkan dengan yang lain karena

TQM tersebut secara umum yang

mereka

berpengaruh

lebih

memadukan

keseimbangan

juga

diketahui

dominan

bahwa

terhadap

antara softand hard side (Jabnon dan

keberhasilan implementasi TQM adalah

Sedrani, 2005:9). Oleh karena itu

variabel

penelitian ini terutama menggunakan

sebagaimana pendapat beberapa pakar

faktor-faktor kritis tersebut mengingat

kualitas, antara lain: Hashmi (2004),

lokasi penelitian sama-sama negara di

Curkovic dan Landeros (2000:67), dan

kawasan Asia (Taiwan), sedangkan

Paskard (1995),

penelitian sejenis yang dilakukan

penelitian yang dilakukan oleh: Dayton

di

komitmen

manajemen

juga didukung hasil

Indonesia masih terbatas. Faktor-faktor

(2003),

Baidoun

kritis kemudian dimodifikasi dengan

(2003),

dan

Metri

model penelitian yang telah dilakukan

karena

itu,

penelitian

oleh Jabnon dan Sedrani (2005) dan

menggunakan hipotesabahwa komitmen

Srismith (2005), selain karena mereka

manajemen mempunyai pengaruh yang

menambahkan variabel dimensi budaya,

dominan terhadap budaya kualitas.

penelitian ini juga dilakukan di kawasan

Penelitian

(2003),

Munizu

(2005).
ini

Oleh
juga

terdahulu

yang

implementasi

TQM

Asia (United Arab Emirates/UAE dan

mengkaitkan

Thailand).

dengan fenomena budaya organisasi

469

secara umum masih terbatas pada studi

level ketiga yaitu asumsi dasar (Basic

tentang pengaruh budaya organisasi

Assumption)..

terhadap

keberhasilan

maupun

Oleh

karena

itu,terdapat

kegagalan implementasi TQM, bukan

perbedaan mendasar antara penelitian

sebaliknya apakah implementasi TQM

ini

mampu

sebelumnya, yaitu:

mempengaruhi,

mengubah

dengan

penelitian-penelitian
meneliti pengaruh

bahkan membentuk budaya organisasi

implementasi TQM terhadap budaya

sebagaimana pendapat beberapa pakar

kualitas

kualitas. Pendekatan budaya organisasi

menggunakan model budaya menurut

yang dilakukan juga masih terbatas

Kujala

pada level pertama

diadopsi dari level budaya organisasi

(Artefacts and

(bukan

dan

sebaliknya),

Ullrank

(2004)

dan

yang

Creation) dan level kedua (Values and

menurut

Beliefs).

komprehensif, terbaru, dan terfokus

Tinjauan
bahwa

teoritis

implementasi

merubah

orientasi

dapat

budaya

suatu

karena

assumptions and corevalues).

organisasi menuju budaya kualitas yang

METODE PENELITIAN

merupakan

1. Pendekatan Penelitian

salah

satu

indikator

keberhasilan implementasi TQM dan
pada akhirnya
daya

saing

(1993)

Goetsch

Tjiptono

dapat

Hardjosoedarmo
2005)

dan

dan

Dilain

Hardjosoedarmo

Penelitian

meningkatkan

organisasi

Diana,
(2005)

dan

pihak

tentang

pengaruh

Total

Quality

Management terhadap budaya kualitas

dalam

ini

(2003)

explanatory

Metri,

kuantitatif karena berusaha menjelaskan

menurut

hubungan

jenis
dengan

antara

penelitian
pendekatan

variabel-

variabel

melalui pengujian hipotesis, sedangkan

organisasi

hanya

data yang digunakan secara umum

mencapai wujud nyata saja

(level

berupa

pertama),
hanyalah

apabila

maka
“cosmetic

yang

dalam

termasuk

hal

kualitas,

(2004),

Implementasi

Cortada,

Davis

lebih

pada budaya kualitas (TQM basic

diketahui

TQM

Schein,

diperoleh

quality”

angka-angka

melalui uji statistik.

saja.

Untuk mencapai internalisasi kualitas
maka organisasi perlu bertumpu pada

470

yang

dihitung

HASIL PENELITIAN

2. InstrumenPenelitian
Penelitian

ini

menggunakan

1. Pengaruh Simultan
Hasil

instrument kuesioner yang didalamnya

pengujian

hipotesis

terdapat sejumlah pernyataan tertulis

pertama menunjukkan bahwa variabel-

yang digunakan untuk memperoleh

variabel

tanggapan

Quality Management (TQM) secara

dan

informasi

dari

dalam

implementasi

Total

responden.

simultan mempunyai pengaruh yang

3. Analisis Regresi Berganda

signifikan terhadap budaya kualitas. Hal
ini

Penelitian ini juga menggunakan

dapat

diinterpretasikan

bahwa

implementasi

TQM

pengaruh antara variabel-variabel dalam

didokumentasikan

dalam

implementasi TQM terhadap variabel

klausul ISO9001:2000 dan diterapkan

budaya kualitas, dan menguji hipotesis

kurang lebih selama sepuluh tahundi

yang telah dirumuskan. Model analisis

Maspion

yang digunakan adalah regresi linier

membentukdanmerubah

berganda dengan menggunakan bantuan

budaya

perangkat lunak komputer (software)

kualitas.

analisis

inferensial

untuk

menguji

program SPSS (Statistical Product and
ServiceSolutions)

versi

24.0

Group

yang
klausul-

telah

organisasi

mampu
orientasi

menjadi

budaya

Kedelapan prinsip TQM yang

for

tertera

dalam

klausul-klausul

ISO

Windows, dengan rumus sebagai berikut:

9001:2000 tersebut diantaranya adalah:

Y= β0+β1X1+β2X2+β3X3+β4X4
+β5X5+β6X6+β7X7+ε

focus

Keterangan:

pendekatan proses, pendekatan sistem

Y
β0
β1..β7
X1
X2
X3
X4
X5
X6
X7
ε

=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=

organisasi

pada

konsumen,

kepemimpinan, keterlibatan karyawan,

pada

Budayakualitas
Konstanta(intersep)
Koefisienregresi
Fokuspadakonsumen
Perbaikanberkelanjutan
Komitmenmanajemen
Pelatihan
Pemberdayaankaryawan
Perbandingankinerja
Penggunaanpiranti
statistik
Kesalahanpengganggu

manajemen,

perbaikan

berkelanjutan, pendekatan factual dalam
pengambilan keputusan, kemitraan yang
saling menguntungkan.
Hasil

penelitian

tersebut

mendukung pendapat beberapa pakar
kualitas, diantaranya:
TQM

dapat

implementasi

merubah

orientasi

budaya suatu organisasi menuju budaya

471

kualitas (Cortada, 1993; Goetsch dan

kualitas demi kelangsungan hidup dan

Davis dalam Tjiptono, 2003;

perkembangan

dan

Hardjosoedarmo, 2005); budaya kualitas

dikenal

dipertimbangkan sebagai salah satu hal

(Kekale,1999;

yang

2004).

terpenting

kehidupannya yang

dengan

budaya

Kujala

kualitas

dan

Ullrank,

sebagai

indikator

implementasi

TQM

Nilai rata-rata setiap variabel

(Metri, 2005); dan studi empiris: TQM

bebas: focus pada konsumen, perbaikan

efektif mengembangkan elemen budaya

berkelanjutan, komitmen manajemen,

kualitas dan budaya tersebut menunjang

pelatihan,

keberhasilan perbaikan

perbandingan kinerja,dan penggunaan

keberhasilan

proses (Gore,

pemberdayaan

karyawan,

1999); integrasi filosofi dengan piranti

piranti

TQM berpengaruh signifikan terhadap

budaya kualitas yang cenderung tinggi

kinerja bisnis (Huarng dan Yao, 2002).

pada tabel5.22, membuktikan bahwa

Menurut teori Schein (1985), budaya

aktivitas implementasi TQM cukup

dibangun

level. Level

tinggi dan secara simultan mampu

pertama adalah wujud nyata yang

membangun budaya kualitas yang tinggi

meliputi kegiatan dan kejadian sebagai

pula.

hasil

dalam tiga

pemikiran

statistik,danvariabel

(Artefactsand

Creation), Level kedua adalah nilai-

2. Pengaruh Persial

nilai

Nilai

dan

terikat:

keyakinan

(Values

and

rata-rata

variabel

komitmen

Beleifs), dan level ketiga adalah asumsi

manajemen yang tertinggi (4,49) dan

dasar

nilai rata-rata variabel pemberdayaan

yang

merupakan

pandangan

terhadap masalah (BasicAssumption).

karyawan

Selanjutnya menurut Hardjosoedarmo

menunjukkan

(2004), dalam hal kualitas, apabila

manajemen merupakan aktivitas yang

organisasi hanya atau baru mencapai

relative

wujud nyata saja (levelpertama), maka

pemberdayaan

yang

hanyalah

aktivitas yang kurang menonjol jika

“cosmeticquality”saja.Untuk mencapai

dibandingkan dengan aktivitas yang lain

internalisasi kualitas maka organisasi

pada implementasi TQM.

diperoleh

perlu bertumpu pada asumsi dasar
(BasicAssumption)

tentang

yang

terendah
bahwa

paling

(3,73),
komitmen

menonjol

karyawan

dan

merupakan

Hasil pengujian hipotesis kedua

perlunya

menunjukkan

472

bahwa

secara

parsial

hanya variabel: focus pada konsumen,

(Krajewski, Lee, dan Ritzman, 1999;

komitmen

Hashmi, 2004). Menurut Dale (2003),

manajemen,

pemberdayaan
penggunaan

pelatihan,

karyawan,
piranti

dan

statistic

penggunaan metode statistic sangat

yang

berarti

dalam

membantu

proses

berpengaruh signifikan terhadap budaya

perbaikan

kualitas, sedangkan variabel lainnya

memanfaatkan metode statistik sebagai

tidak berpengaruh signifikan terhadap

bentuk keterlibatan dan kontribusinya,

budaya kualitas. Hasil penelitian ini

menjadikan

mendukung

terhadap kualitas meningkat, prilaku

penelitian

sebelumnya,

berkelanjutan,

kesadaran

bahwa: filosofi TQM dan piranti TQM

dan

secara

Selanjutnya

parsial

signifikan

tidak

terhadap

berpengaruh

kinerja

bisnis

sikap

berubah.

Lawson

(2004)

berpendapat: apa yang diukur, seberapa
sering,

variabel-variabel dalam implementasi

tersebut

TQM

dikomunikasikan,

korelasi

karyawan

karyawanpun

(Huarng dan Yao, 2002); tidak semua

mempunyai

karyawan

yang

dan

signifikan terhadap dimensi budaya

mempengaruhi

organisasi (Jabnoun dan Sedrani, 2005).

kualitas.

bagaimana

informasi

digunakan

dan

semuanya

akan

terbentuknya

budaya

Beberapa metode statistic yang
banyak

3. PenggunaanMetodeStatistik

digunakan

oleh perusahaan

metode

dalam mengendalikan dan memperbaiki

statistic mempunyai pengaruh positif

aktivitas perusahaan yang berkaitan

yang

dengan

Variabel

penggunaan

signifikan

terhadap

variabel

semua

budaya kualitas. Hal ini membuktikan

diantaranya

bahwa

(brainstorming),

penggunaan

merupakan

piranti

variabel

statistic

aspek

adalah:

diagrampareto, diagram tulang ikan

yang

(fishbonediagram),

kualitas.

controlchart,
penelitian

sumbangsaran
checklists,

mempengaruhi terbentuk- nya budaya

Hasil

kualitas

flowchart,

scatterdiagram,

dan

histogram.

tersebut

Penggunaan

mendukung pendapat pakar kualitas,

metode

statistic

statistic

oleh perusahan terbukti telah mampu

merupakan salah satu elemen kunci

menekan tingkat kerusakan produk

keberhasilan

hingga

bahwa

penggunaan

piranti

implementasi

TQM

473

0,5%

dan

meningkatkan

efisiensi produksi secara keseluruhan
hingga

96%. Penggunaan

4. Pengaruh Dominan
Hasil

piranti

penelitian

juga

efektif

menunjukkan bahwa jika dibandingkan

membangun budaya kualitas.Tanggapan

dengan variabel- variabel bebas yang

terhadap variabel penggunaan piranti

lain, variabel pelatihan mempunyai

statistic sebesar 4,15, menunjukkan

pengaruh

yang

perusahaan telah menggunakan atau

variabel

budaya

memanfaatkan

metode

penelitian

semua.

bertentangan dengan pendapat Paskard

Tanggapan atas pernyataan‘ Perusahaan

(1995), Curkovic dan Landeros (2000),

selalu memanfaatkan teknik statistic

dan Hashmi (200), yang menyatakan

untuk

penyimpangan

variabel komitmen manajemen terhadap

proses kerja’ (X72) yang tertinggi

kualitasdan kepemimpinan merupakan

(4,19) berarti teknik statistic telah

variabel

banyak

untuk

menentukan keberhasilan implementasi

mengurangi penyimpangan proses kerja.

TQM. MenurutLawson (2004) dalam

statistik

tersebut

statistik,meskipun

juga

tidak

mengurangi

dimanfaatkan

Sedangkan

tanggapan

dominan
kualitas.

tersebut

yang

terhadap
Hasil

menolak

paling

dominan

perspektif sistem kualitas, manajemen

atas

pernyataan‘Semua peralatan dan proses

puncak mempunyai pengaruh

kerja

paling signifikan

berlangsung

dibawah

atau

kendali

yang

terhadap budaya

statistic (StatisticProcessing control)’

kualitas. Apa yang mereka katakana

(X71)

(4,12)

dan lakukan (atau tidak dilakukan)

semua

maupun dukungan akan direfleksikan

peralatan dan proses kerja berlangsung

dalam organisasi. Manajemen puncak

dibawah kendali statistik. Oleh karena

mendefinisikan idealismenya kedalam

itu, pemanfaatan metode dan piranti

misi,visi,nilai-nilai

statistic hendaknya lebih ditingkatkan

secara keseluruhan menjadi referensi

secara

bagi karyawan sebagai asset yang

yang

menunjukkan

terendah
bahwa

efektif

pada

belum

keseluruhan

budaya

kualitas

kebijakan,

bernilai.

peralatan dan proses kerja, karena dapat
meningkatkan

dan

Menurut

di

perusahaan.

Paskard

(1995),

Kepemimpinan adalah elemen kunci
keberhasilan
Pemimpin

474

implementasi
mempunyai

TQM.
perspektif

jangka

panjangdanharus

memotivasi

bawahan.

Hal

mampu

KESIMPULAN

tersebut

1. Terdapat pengaruhyang signifikan

diperlukan dalam menegakkan budaya

antara

oganisasi

implementasi

yang

dilengkapi

dengan

TQM.

atau

variabel-variabel

dalam

Total

Quality

Management yang terdiri dari: focus
Hasil penelitian juga menolak

pada

bertentangan

berkelanjutan,

komitmen

manajemen,

pelatihan,

pemberdayaan

karyawan,

dengan

penelitian terdahulu
dilakukan

oleh:

hasil

yang telah
Dayton

(2003),

konsumen,

perbaikan

Baidoun(2003), Munizu (2003), dan

perbandingan

Metri (2005), dan menyimpulkan bahwa

penggunaan piranti statistik secara

komitmen atau dukungan manajemen

simultan

merupakan variabel yang berpengaruh

kualitas.

dominan

hipotesis pertama penelitian ini

terhadap

keberhasilan

kinerja,

terhadap

dan

budaya

Dengan

demikian

diterima.

implementasi TQM.
Variabel pelatihan relatif lebih

2. Secara simultan variabel-variabel

rendah (4,02) dari pada nilai rata-rata

dalam implementasi Total Quality

tertinggi

Management

variabel:

komitmen

tersebut

mampu

manajemen (4,49), ternyata aktivitas

menjelaskan pengaruhnya terhadap

pelatihan

oleh

variabel budaya kualitas 63,5%,

perusahaan lebih efektif memberikan

sedangkan sisanya dijelaskan atau

kontribusi

dalam

dipengaruhi oleh variabel bebas lain

jika

diluar persamaan model penelitian.

yang

membentuk

yang

dilakukan

dominan

budaya

kualitas

dibandingkan dengan variabel-variabel

Korelasi

implementasi

dalam implementasi Total Quality

TQM

lainnya.

Oleh

antara

variabel-variabel

terhadap

karena itu, variabel pelatihan hendaknya

Management

dijadikan pertimbangan utama pihak

kualitas juga cukup kuat.

manajemen

dalam

budaya

3. Terdapat pengaruh yang signifikan

meningkatkan

antara variabel dalam implementasi

budaya kualitas.

Total Quality Management yang
terdiri dari: focus pada konsumen,
komitmen

475

manajemen,

Multinational Context : Fifth
Edition, South- Western Cengage
Learning, United Kingdom

pelatihan,pemberdayaan
karyawan,dan penggunaan piranti
statistic

secara

parsial

terhadap
Gaspersz, Vincent. 2001. Total Quality
Management. Jakarta : Gramedia
Pustaka Utama.

variabel budaya kualitas, sedangkan
variabel
dan

perbaikan

perbandingan

berpengaruh

berkelanjutan
kinerja

secara

tidak

Handayani, 2005. Kaizen Culture,
Education and Training, New
York: Irwing Professional.

signifikan

terhadap variabel budaya kualitas.

Hitoshi Takeda, 2006. The Change
Management Handbook, New
York: Irwing Professional.

Dengan demikian hipotesis kedua
penelitian ini ditolak.
4. Variabel
pengaruh

pelatihan

mempunyai
Horngren, Charles T., George Foster.,
Srikant M. Datar. 2000. Cost
Accounting:
A
Managerial
Emphasis. International Edition.

yang dominan terhadap

variabel budaya kualitas. Dengan

Jurnal Akuntansi Vol.4 No.2 November
2012:
175-186.
Pengaruh
Penerapan
Total
Quality
Management
(TQM)
dan
Komitmen Organisasi terhadap
Kinerja
Perusahaan
dengan
Budaya
Organisasi
Sebagai
Variabel Moderasi (Survei pada
Perusahaan Manufaktur di Jawa
Barat yang Listing di BEI)

demikian hipotesis ketiga penelitian
ini ditolak.

DAFTAR PUSTAKA
Amar, Kiyafah & Zuraidah Mohd
Zain.(2001). Barriers in the
Implementation of Total Quality
Management
in
Indonesian
Manufacturing
Organizations.
Jurnal Teknik Industri, Vol. 3, No.
2, Desember 2001

Jurnal Akuntansi, Vol. 1, No. 2, April
2013 : 213-226. ISSN 2337-4314.
Pengaruh
Total
Quality
Management Terhadap Kinerja
Financial (Study Pada Perusahaan
Jasa di Kota Pekanbaru Provinsi
Riau)

Dowling, P. & Welch, D. E. (2004)
International Human Resource
Management: Managing People in
a Multinational Context 4th
edition, London UK, Thomson
Learning.

Krajewski, J. Lee and P. R. Larry, 2006,
Operations Management Strategy
and Analysis, Fifth Edition,
Addison-Wesley
Publising
Company Inc.

Dowling, Peter J, Marion Festing and
Allen D. Engle, 2008. International
Human Resource Management:
Managing
People
in
a

Kujala, J., & Lillrank, P. (2004). Total
quality management as a cultural

476

phenomenon. Quality Management
Journal, 11(4), 43-55.
Prajogo, Daniel. I., and Brown, A. 2004.
“The Relationship Between TQM
Practice and Quality Performance
and the Role of Formal TQM
Programs:
An
Australian
Empirical
Study”.
Quality
Management Journal. 11 (4),
pp.31-42
Sisnuhadi. (2014). The Relationship
between Soft Factors and Hard
Factors of TQM Practices and
Organizational Learning. European
Scientific Journal, March 2014
edition, Vol. 10, No. 7.
The

Influence of Total Quality
Management (TQM) Applications
to Sales Raising at PT. Kereta Api
Indonesia (Persero) Bandung The
2nd Operations Area. ISBN: 978979-99365-7-8.

Kujala, J., & Lillrank, P. (2004). Total
quality management as a cultural
phenomenon. Quality Management
Journal, 11(4), 43-55.
Lincoln, J. R. (1989). Employee work
attitudes and management practice
in the US and Japan. California
Management Review(Fall), 89-10.

477