KAJIAN ZONASI KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN NIAS UTARA

  

KAJIAN ZONASI KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH

KABUPATEN NIAS UTARA

  1

  2

  2 1 Meriussoni Zai , Arlius , Suparno

Student of Management Coastal and Marine Aquatic Resource Program

Postgraduate of Bung Hatta University

2 E-mail

Lecture of Management Coastal and Marine Aquatic Resource Program

  

Postgraduate of Bung Hatta University

E-mail

ABSTRACT

  

The study zoning of marine protected area of the Regency of North Nias research was

conducted, the method of the research was surveys and literary study as well as analyzing the

data qualitatively and quantitatively. The aim of the research is to determine the compatibility

of the marine protected area of North Nias type and to arrange as well as to determine of

zoning in the map of the marine protected area of the Regency of North Nias. The research

finds that the marine protected area of the Regency of North Nias includes ecosystem

conservation and belongs to marine tourism with the criteria of ecology, society, culture, and

economy with the aim of its management is for the benefits of marine tourism and recreation.

Marine protected area of the Regency of North Nias has an area of 29.000 ha. It consists of

four zoning systems; Core zone, with the area of 667 ha, is 2,3% of the total area width and

scatters in 9 locations. Sustainable fisheries zone, with the area of 27.673,2 ha and there are

three sub zones: a sustainable coral fish catch zone 3.689,3 ha; a sustainable pelagic fish

catch 6.275,6 ha, aquaculture cultivation development zone 5,85 ha. Utilization zone with an

area of 693,9 ha and exists in 8 locations for the activities of habitat preservation and fish

population, marine tourism, and recreation. Special zone for ocean biota protection and

rehabilitation with an area of 13,1 ha and it is for the protection and rehabilitation of ocean

biota.

  Key Words: Zoning, Marine Protected Area, Regency of North Nias.

  

Pendahuluan lokasi KKPD Nias Utara dapat dilihat pada

Kabupaten N ias Utara merupakan (gambar 1).

  pemekaran dari Kabupaten Nias pada tahun Hasil penelitian (LIPI, 2004) 2009 dan termasuk dalam wilayah mengidentifikasi luasan terumbu karang di

  2

  administratif Provinsi Sumatera Utara. pantai Utara Pulau Nias adalah 47,80 km KKPD (Kawasan Konservasi Perairan dengan rerata persentase tutupan karang Daerah) Kabupaten Nias Utara merupakan hidup sebesar 25,90%, perkiraan luas karang

  2

  hasil inisiasi Program COREMAP (Coral hidup adalah sebesar 12,3802 km dan Reef Rehabilitation and Management dijumpai 136 jenis karang batu yang Program) Phase II pada tahun 2007 dengan termasuk dalam 18 suku. Terdapat 25 jenis SK Bupati Nias Nomor: 050/139/K/2007, mangrove yang termasuk dalam 13 suku KKPD Nias Utara memiliki luas 29.000 ha, dengan cakupan luas mangrove sebesar 4,54

  2

  km . Dijumpai sebanyak 177 jenis ikan yang termasuk dalam 29 suku dengan kelimpahan ikan karang sebesar 23.282 individu/ha. Dalam laporan tersebut ditegaskan bahwa faktor fisik mengontrol komunitas karang di daerah tersebut. Laporan (LIPI, 2005) menyimpulkan bahwa ekosistem terumbu karang di site Teluk Sawo dan Lahewa terancam mengalami kerusakan oleh aktivitas-aktivitas pemanfaatan sumberdaya laut dengan cara-cara yang tidak lestari. Terdapat dua aktivitas yang secara signifikan dapat merusak ekosistem terumbu karang, yaitu penambangan karang dan pemboman. Laporan terakhir (LIPI, 2010) rata-rata tutupan karang hidup sebesar 32,04% dan dinyatakan juga dengan adanya peristiwa gempa dan tsunami Aceh tahun 2004 dan gempa bumi Nias tahun 2005 telah mengakibatkan kerusakan parah pada terumbu karang di lokasi ini.

  Kawasan konservasi perairan adalah kawasan perairan yang dilindungi, dikelola dengan sistem zonasi untuk mewujudkan pengelolaan sumberdaya ikan dan lingkungannya secara berkelanjutan (PP. No. 60/2007). Penetapan kawasan konservasi perairan dilakukan untuk mencapai sasaran pemanfaatan berkelanjutan sumber daya ikan dan ekosistemnya, serta jasa lingkungan yang ada didalamnya, dengan tetap menjaga kearifan lokal yang ada (Per.Men KP. No.

  02/2009). Zonasi Kawasan Konservasi Perairan adalah suatu bentuk rekayasa teknik pemanfaatan ruang di kawasan konservasi perairan melalui penetapan batas-batas fungsional sesuai dengan potensi sumber daya dan daya dukung serta proses-proses ekologis yang berlangsung sebagai satu kesatuan Ekosistem (Per.Men KP. No. 30/2010).

  Gambar 1. Peta lokasi penelitian KKPD Nias Utara .

  (Sumber: SK Bupati Nias Nomor: 050/139/K/2007,Tentang Penetapan Kawasan Konservasi Laut Daerah Kabupaten Nias). Ada 4 (empat) pembagian zona yang dapat dikembangkan di dalam KKP (Per.Men KP. No. 30/2010), yakni: Zona inti, diperuntukkan bagi perlindungan mutlak habitat dan populasi sumberdaya ikan, penelitian dan pendidikan, minimal 2% dari luas kawasan, Zona pemanfaatan, dikelola untuk perlindungan habitat, populasi sumberdaya ikan dan lingkungannya secara tidak langsung untuk kegiatan pariwisata dan rekreasi, penelitian, pengembangan dan pendidikan, Zona perikanan berkelanjutan, dikelola untuk memanfaatkan sumberdaya ikan dan lingkungannya secara langsung melalui kegiatan perikanan tangkap, perikanan budidaya, dan kegiatan penelitian perikanan yang ramah lingkungan dan Zona lainnya.

  Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan kesesuaian jenis Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kabupaten Nias Utara serta menyusun dan menentukan zonasi sesuai dengan kriteria biofisik, ekonomi dan sosial budaya yang dituangkan dalam bentuk Peta Zonasi Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kabupaten Nias Utara sesuai dengan peruntukkannya.

  Pengamatan mangrove dengan metode TLP (Transect Line Plot). Pada setiap transek, data vegetasi dicuplik dengan menggunakan petak berukuran 10x10 m

  yang ditempatkan pada petak kelompok belta (DKP, 2008).

  2

  yang ditempatkan pada petak kelompok pohon. Data kelompok semai (diameter <2 cm) diambil pada petak ukuran 1x1 m

  2

  Kelompok belta/anak pohon (diameter 2-10 cm) diambil pada petak berukuran 5 x 5 m

  2 untuk kelompok pohon (diameter >10 cm).

  (DKP, 2008). Spesies ikan yang didata (English, et al., 1997) terdiri dari dua kelompok ikan, yaitu; kelompok ikan target dan ikan indikator.

  Metodologi

  2

  Pengamatan ikan karang dengan metode UVC (Underwater Visual Sensus) mengikuti kedalaman pencatatan bentuk pertumbuhan karang, luas pengamatan setiap transek adalah 350m

  Metodologi pengamatan bentuk pertumbuhan (lifeform) biofisik terumbu karang dengan metode LIT (Line Intercept Transect) dan pengamatan dilakukan pada dua kedalaman yaitu 3 meter mewakili perairan dangkal dan 7 meter untuk mewakili perairan dalam (English, et al,. 1997).

  Metode Pengumpulan Data

  Kabupaten Nias Utara di Kecamatan Lahewa, Lahewa Timur dan Sawo, Kabupaten Nias Utara, Provinsi Sumatera Utara.

  Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei dan studi literatur serta analisis data secara kualitatif dan kuantitatif. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juni sampai bulan Desember 2013 di Kawasan Konservasi Perairan Daerah (KKPD)

  Pengamatan padang lamun dengan metode Transek Garis dan Transek Kuadrat, pada setiap titik pengambilan contoh digunakan bingkai (frame) 50x50 cm (DKP, 2008).

  Penentuan lokasi pengamatan kualitas perairan dilakukan dengan prinsip

  RD i = (n i /∑n) x 100

  ' 

  Indeks dominansi (D) mengacu pada (Ludwig dan Reynold, 1988):

    

       s i

  N ni D 1 2 Vegetasi mangrove dihitung dengan

  menggunakan rumus (Bengen, 2004): Kerapatan Jenis (D i ) adalah jumlah tegakan jenis i dalam suatu unit area.

  D i = n i /A Kerapatan Relatif Jenis (RD i ) adalah perbandingan antara jumlah tegakan jenis i (n i ) dan jumlah total tegakan seluruh jenis (∑n).

  Frekuensi Jenis (F i ) adalah peluang ditemukannya jenis i dalam petak contoh/plot yang diamati.

  Indeks keseragaman (E) dihitung dengan rumus (Pielou, 1996):

  F i = P i / ∑p

  Frekuensi Relatif Jenis (RF i ) adalah perbandingan antara frekuensi jenis i (F

  i

  ) dan jumlah frekuensi untuk seluruh jenis (∑F). RF i = (F i

  / ∑F) x 100 Penutupan Jenis (C i ) adalah luas penutupan jenis i dalam suatu unit area.

  C i = ∑ BA/A

  Penutupan Relatif Jenis (RC i ) adalah perbandingan antara luas area penutupan jenis i (C i ) dan luas total area penutupan untuk seluruh jenis (∑C).

  maks H H E

     s i H pi pi

  keterwakilan , yaitu mewakili perairan luar,

   

  tengah dan bagian dalam yang dekat dengan muara sungai (Setyobudiandi, et al., 2009). Kualitas perairan meliputi parameter fisika dan kimia, dilakukan pada

  15 titik pengamatan. Survey kondisi sosial ekonomi dilakukan dengan metode Purposive

  Sampling (Malo dan Trisnoningtias dalam

  Rachmat, 1999). Jumlah sampel pada setiap populasi adalah 15% (Yamane, 1967 dalam Rachmat, 1999). Survey kondisi sosial ekonomi dilakukan di 10 desa yang temasuk dalam wilayah KKPD.

  Metode Analisis Data

  Persentase penutupan life form benthos, dihitung dengan persamaan (English

  et al. , 1994): 

   

  ) . ln . ( ' 1

   % 100 x

  l l C i

  Kelimpahan ikan karang dengan menggunakan rumus (Odum, 1993):

  A ni N n i

  

   1 Perhitungan indeks keanekaragaman

  (H’) ikan karang dengan menggunakan persamaan (Shannon dan Wienner, 1948):

  RC i = (C i /∑C) x 100

  Gambar 2. Histogram persentase tutupan kategori biota dan substrat pada enam stasiun. 0,35 2,93 1,85 1,34 0,83 5,42 56,83 24,38 34,45 39,22 21,74 17,01 30,03 20,32 35,72 23,55 2,88 2,23 8,15 0,83 19,30 27,42 12,52 3,07 1,83 1,52 2,83 3,92 20,85 9,20 45,3 47,08 52,37 3,47 4,32 14,22 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Stasiun 01 Stasiun 02 Stasiun 03 Stasiun 04 Stasiun 05 Stasiun 06 % T u tu p a n Rubble (R) Sand (S) Turf Alga (TA) Sponge (SP) Soft Coral (SC) Dead Coral With Alga (DCA)

  Dead Coral (DC) Non Acropora Acropora

  Indeks Nilai Penting (IV i ) adalah suatu gambaran mengenai pengaruh atau peranan suatu jenis tumbuhan mangrove dalam komunitas mangrove.

  IV i = RD i + RF i + RC i Perhitungan persentase penutupan lamun dengan rumus (English et al., 1997).

  Analisis kesesuaian jenis kawasan konservasi dengan kriteria ekologi, sosial budaya dan ekonomi (DKP, 2008).

  Analisis zonasi kawasan dengan menggunakan Metode Matrik Penilaian Kesesuaian Lahan. Penyusunan matriks evaluasi kesesuaian lahan didasarkan atas bobot yang telah ditentukan, dikomparasikan dengan kriteria kesesuaian lahan, selanjutanya integrasi antara kriteria fisik berdasarkan tingkat kesesuaian lahan dengan bobot masing - masing kriteria (Faizal. et.al., 2014). Analisis keruangan menggunakan software SIG (Sistem Informasi Geografis).

  Hasil dan Pe mbahasan Kualitas Perairan

  Pengukuran kualitas perairan dilakukan pada 15 titik stasiun pengamatan. Kondisi kualitas perairan masih dalam ambang batas kualitas perairan untuk biota laut dan wisata bahari. Kisaran temperatur rata-rata 30,28 C; kecerahan rata-rata 17,07 meter; salinitas rata-rata 33,53 /

  00 ; rata-rata kadar oksigen

  terlarut 10,47 mg/L; pH rata-rata 8,28; kadar nitrit antara <0,006-0,016 dengan rata-rata 0,009; kadar nitrat perairan 1,63-6,27 mg/L dengan rata-rata 3,73 mg/L, melebihi NAB untuk biota laut dan wisata bahari; kadar fosfat perairan antara 0,01 - <0,02 mg/L dengan rata-rata 0,01 mg/L, melebihi NAB untuk biota laut dan wisata bahari. Hal ini diduga terjadi karena banyaknya aliran sungai yang bermuara ke laut yang mengikat fosfat dan nitrat. Karakteristik massa air dari daratan Pulau Nias itu sendiri merupakan salah satu faktor dominan yang berpengaruh dalam stabilitas massa air di perairan pesisirnya serta Pulau Nias secara geografis berada di Samudra Hindia sehingga perairan di kepulauan ini mempunyai sistem arus dan karakteristik massa air yang sangat dipengaruhi oleh sistem yang berkembang di Samudera Hindia (LIPI, 2004).

  Terumbu Karang dan Ikan Karang

  Rata-rata persentase tutupan karang hidup pada 6 (enam) stasiun sebesar 34,39%, kondisi ini mengalami peningkatan sebesar 2,35% apabila dibandingkan dengan rata-rata

  • – 0,50 yang artinya dominansi spesies rendah atau tidak ada yang mendominasi (Ludwig dan Reynold, 1988).

  13 Barringtonia asiatica Mangrove ikutan

  5 Rhizopora apiculata Mangrove sejati

  6 Rhizophora stylosa Mangrove sejati

  7 Sonneratia alba Mangrove sejati

  8 Lumnitzera littorea Mangrove sejati

  9 Rhizophora Mangrove sejati

  10 Bruguiera parviflora Mangrove sejati

  11 Ceriops decandra Mangrove sejati

  12 Ceriops tagal Mangrove sejati

  14 Pandanus Mangrove ikutan

  3 Acrostichum Mangrove sejati

  15 Stachytarpheta

  jamaicensis

  Mangrove ikutan persentase tutupan karang hidup berdasarkan pengamatan (LIPI, 2010) sebesar 32,04%, pada tahun 2009 sebesar 29,83% (LIPI, 2009).

  Berdasarkan Kep.Men LH. No. 04/2001, tentang kriteria baku kerusakan terumbu karang, kategori tutupan karang hidup dalam KKPD Nias Utara termasuk dalam kategori sedang. Nilai persentase life form penutupan terumbu karang pada enam stasiun dapat dilihat di histogram pada (gambar 2).

  Ikan target ditemukan sebanyak 35 jenis dengan jumlah 1.063 individu pada 6 (enam) stasiun dan ikan indikator ditemukan sebanyak 15 jenis dengan jumlah 335 individu. Secara keseluruhan terdapat 50 jenis (species) ikan target dan ikan indikator yang termasuk dalam 13 suku (family) dengan jumlah total 1.398 individu dan rata- rata kepadatan mencapai 3.329 individu/ha. nilai indeks sebaran ikan karang, dapat dilihat pada (gambar 3).

  Nilai indeks keanekaragaman antara 2,127 - 2,936, artinya keanekaragaman sedang, penyebaran tiap jenis sedang, kestabilan komunitas rendah dan tekanan ekologi sedang (Shannon dan Wienner, 1948). Nilai keseragaman antara 0,76-1,00 yang artinya komunitas tinggi/stabil (Daget, 1976). Indeks dominansi antara 0,00

  Mangrove

  Dari hasil pengamatan koleksi bebas mangrove di kawasan mangrove Desa Sisarahili Teluk Siabang didapatkan 15 (lima belas) jenis mangrove, yaitu; 12 (dua belas) jenis mangrove sejati dan 3 (tiga) jenis manggrove ikutan. dapat dilihat pada (tabel 1).

  Pada transek plot pengamatan terdapat 4 (empat) jenis mangrove; Rhizophora

  4 Bruguiera hainesii Mangrove sejati

  2 Acrostichum aureum Mangrove sejati

  Gambar 3. Indeks sebaran ikan karang pada setiap stasiun. Stasiun 01 Stasiun 02 Stasiun 03 Stasiun 04 Stasiun 05 Stasiun Indeks Keanekaragaman (H') 2,254 2,225 2,936 2,704 2,127 2,167 06 Kelimpahan (N) 0,407 0,230 0,477 0,441 0,267 0,174 Indeks Keseragaman (E) 0,854 0,867 0,936 0,875 0,785 0,872 Indeks Dominansi (D) 0,142 0,134 0,062 0,094 0,167 0,158 0,407 0,230

  6 ,8

  0,477 0,441 0,267 0,17

  4 2,254 2,225 2,936

  2,704 2,127 2,167 ,8

  5

  4 ,8

  6

  7 ,9

  3

  7

  1 Acanthus Ilicifolius Mangrove sejati

  5 ,7

  8

  5 ,8

  7

  2 0,142 0,134 0,062 0,094

  0,167 0,158

  0,0 0,5 1,0 1,5 2,0 2,5 3,0

  Inde ks Tabel 1. Jenis mangrove yang ditemukan dari hasil

  kole ksi bebas mangrove di ka wasan hutan mangrove Desa Sisarahili Telu k Siabang. No Jenis Mangrove Kriteria Mangrove

  muncronata, Bruguiera parviflora, Ceriops

  Gambar 4. Pe rsen tutupan jenis la mun pada 3 transek.

  6

  2

  4

  4 Kearifan Lokal

  2

  1

  2

  2

  4

  1

  2

  3

  5 Adat-Istiadat

  4

  2

  1

  2

  4

  8

  1

  2

  1

  2 Ekonomi

  1 Nilai Penting Perikanan

  1

  1

  8

  6

  3

  2 Potensi Konflik Kepentingan

  12 Sosial

  1 Dukungan Masyarakat

  3

  1

  3

  4

  12

  2

  6

  2

  6

  3

  3

  1

  3

  4

  12

  2

  6

  2

  6

  3 Potensi Ancaman

  2

  1

  2

  1

  3

  9

  2

  6

  2

  6 Total Nilai

  40

  47

  97 47 103 47 101 47 101

  Nila i Scoring 0,92 1,04 0,97 0,97

  decandra, Ceriops tagal. Kerapatan individu

  tertinggi didominasi jenis Rhizophora

  muncronata dengan kepadatan 38 individu /

  100m

  , Bruguiera Parviflora dengan kepadatan 12 individu / 100m

  12

  2

  . Rata-rata kerapatan pohon adalah 53 individu / 100m

  2 .

  Kerapatan rata-rata individu dan kerapatan individu tiap jenis mangrove / 100m

  2

  di kawasan hutan mangrove Desa Sisarahili, Kabupaten Nias Utara berdasarkan Kep.Men LH. No. 201/2004 tentang kriteria baku dan pedoman penilaian kerusakan mangrove, tingkat penutupan mangrove dikawasan ini mencapai 75,844%, tingkat kerapatan individu mencapai 5.300 pohon / ha dengan kategori baik dan sangat padat.

  Lamun

  Pengamatan lamun dilakukan di pantai Desa Se riwa’u, hasil koleksi bebas ditemukan 5 (lima) jenis lamun yaitu;

  Enhalus acoroides, Halodule pinifolia, Halophila decipiens, Halophila minor dan Thalasia hemprichii . Pada transek kuadrat

  ditemukan 3 jenis lamun, yaitu; Enhalus

  acoroides , Thalasia hemprichii dan Halodule pinifolia. Persentase tutupan jenis lamun

  pada tiga transek pengamatan dapat dilihat pada (gambar 4).

  2

  4

  2

  3

  2

  3

  3

  2 Potensi Rekreasi dan Pariwisata

  3

  1

  3

  4

  12

  1

  3

  1

  3 Estetika

  6

  3

  2

  6

  4

  12

  2

  6

  2

  6

  4 Kemudahan Mencapai Lokasi

  3

  2

  4

  3

  51,95 62,81 75,00 9,65

  4

  2

  4

  8

  1

  2

  4

  8

  3

  6

  3 Keterkaitan Ekologis

  1

  4

  4

  1

  1

  3

  3

  3

  3

  4 Keterwakilan

  2

  4

  8

  1

  2

  2 Kealamiahan

  2

  6

  Kriteria Penetapan Kawasan

  1,64 0,00 1,95 0,70 0,00

  10

  20

  30

  40

  50

  60

  70

  80 T u tu p a n ( % )

  Transek 1 Enhalus acoroides Thalasia hemprichii Halodule pinifolia

  Transek 2 Transek 3 Tabel 2. Skoring pendekatan kesesuaian jenis KKPD Kabupaten Nias Utara.

  Skoring (S)

  8

  TNP TWP SAP SP

  

Bobot

(B) BxS Bobot

  (B) BxS Bobot (B)

  BxS Bobot (B) BxS

  Ekologi

  1 Keanekaragaman Hayati

  2

  4

  8

  2

  4

  4

  3

  2

  3

  2

  8 Habitat Ikan dilindungi

  3

  3

  9

  1

  3

  4

  12

  4

  12

  9 Daerah Pemijahan Ikan

  4

  4

  8

  1

  2

  3

  6

  4

  8

  10 Daerah Asuhan

  3

  3

  9

  1

  8

  4

  4

  3

  5 Keunikan

  2

  4

  8

  4

  8

  2

  4

  1

  2

  6 Produktifitas

  1

  3

  2

  1

  1

  2

  2

  2

  2

  7 Daerah Ruaya

  2

  3

  6

  2

  4

  Persen rata-rata penutupan lamun >60%, berdasarkan Kep.Men LH. No.

  Gambar 5. Peta zonasi KKPD Nias Utara.

  200/2004 tentang kriteria baku kerusakan dan pedoman penentuan status padang lamun, kondisi lamun di kawasan ini dengan kategori baik, kaya dan sehat.

  Zonasi Kawasan Konservasi

  Berdasarkan perhitungan nilai parameter, didapatkan kesesuaian Kawasan Konservasi Perairan Daerah (KKPD) Kabupaten Nias Utara adalah tergolong untuk Taman Wisata Perairan (TWP) dengan nilai skor 1,04 (tabel 2).

  Berdasarkan nomenklatur kawasan konservasi perairan di Indonesia, tujuan pengelolaan Taman Wisata Perairan (TWP) adalah Kawasan Konservasi Perairan dengan tujuan untuk dimanfaatkan bagi kepentingan wisata perairan dan rekreasi.

  Penentuan zonasi KKPD Nias Utara menggunakan Metode Matrik Penilaian Kesesuaian Lahan (Faizal. et.al., 2014). Peta zonasi KKPD Nias Utara dapat dilihat pada (gambar 5).

  Zonasi KKPD Nias Utara terdiri dari empat sistem zonasi, yaitu: zona inti, zona perikanan berkelanjutan terdiri dari 3 (tiga) sub zona, zona pemanfaatan dan zona lainnya berupa zona khusus perlindungan dan rehabilitasi biota laut. KKPD Nias Utara mempunyai luas total 29.000 ha, terdiri dari: Zona inti tersebar dalam 9 wilayah dengan luas kawasan 667 ha, mencakup 2,3% dari total luas KKPD. Zona perikanan berkelanjutan dengan luas 27.673,2 ha dan memiliki 3 (tiga) sub zona, yaitu; daerah penangkapan ikan karang dengan luas

  3.689,3 ha dan daerah penangkapan ikan pelagis dengan luas 6.275,6 ha serta daerah budidaya perikanan dengan luas 5,85 ha. Zona pemanfaatan memiliki luas 693,9 ha dan tersebar dalam 8 wilayah serta zona khusus perlindungan dan rehabilitasi biota laut memiliki luas 13,1 ha. Rincian dan luas setiap zona KKPD dapat dilihat pada (lampiran 1).

  Dalam setiap zona KKPD Nias utara terdapat kegiatan yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan serta kegiatan yang harus mendapatkan ijin dari lembaga pengelola KKPD. Kegiatan yang boleh dan tidak boleh dilakukan dalam setiap zona KKPD Nias Utara terdapat pada (lampiran 2, lampiran 3, lampiran 4 dan lampiran 5).

  Kesimpulan

  Kesesuaian jenis Kawasan Konservasi Perairan Daerah (KKPD) Kabupaten Nias Utara, tergolong Taman Wisata Perairan (TWP) berdasarkan kriteria ekologi, social budaya dan ekonomi, pengelolaan Taman Wisata Perairan adalah untuk dimanfaatkan bagi kepentingan wisata perairan dan rekreasi.

  Kawasan Konservasi Perairan Daerah (KKPD) Kabupaten Nias Utara mempunyai luas 29.000 ha dan terdiri dari empat zonasi, yaitu: Zona inti memiliki luas 667 ha atau 2,3% dan tersebar dalam 9 (sembilan) lokasi, diperuntukkan bagi kegiatan perlindungan mutlak habitat dan populasi ikan, penelitian dan pendidikan.

  Zona Perikanan Berkelanjutan dengan total luas 27.673,2 ha, diperuntukkan bagi perlindungan habitat dan populasi ikan, penangkapan ikan dengan alat dan cara yang ramah lingkungan, budidaya ramah lingkungan, pariwisata dan rekreasi, penelitian dan pengembangan, pendidikan. Memiliki 3 (tiga) sub zona yaitu; daerah penangkapan ikan karang dengan luas 3.689,3 ha; daerah penangkapan ikan pelagis dengan luas 6.275,6 ha dan daerah budidaya perikanan dengan luas 5,85 ha.

  Zona Pemanfaatan dengan total luas 693,9 Ha dan dimanfaatkan bagi Perlindungan dan pelestarian habitat dan populasi ikan, kepentingan wisata perairan dan rekreasi, penelitian dan pengembangan, pendidikan serta tersebar dalam 8 (delapan) lokasi.

  Zona khusus perlindungan dan rehabilitasi biota laut dengan total luas 13,1 ha, diperuntukkan bagi kegiatan perlindungan dan rehabilitasi biota laut.

  Ucapan Terima Kasih

  Terima kasih kepada: Bapak Ir. Arlius, M.S, Ph.D dan Bapak Dr. Ir. Suparno, M.Si sebagai Komisi Dosen Pembimbing. Bapak Dr. Handoko Adi Susanto (KKP - Program MPAG), Bapak Dr. Luky Adrianto (Direktur PKSPL-IPB), Ibu Vepryany Oktaviarty (PKSPL-IPB) yang telah memberikan beasiswa penelitian tesis ini kepada penulis berupa dana hibah Travel Grand penelitian, melalui program MPAG (Marine Protected Areas Governance) Departemen Kelautan dan Perikanan kerjasama PKSPL-IPB yang didanai oleh WWF-US.

  Daftar Pustaka

  Penetapan Kawasan Konservasi Perairan . Jakarta.

  Baseline dan Monitoring Kesehata n Karang di Lokasi Daerah Perlindunga n Laut (DPL). Jakarta.

  LIPI. 2010. COREMAP II. Monitoring Terumbu Karang Nias. Lahewa. Sawo.

  Jakarta. Ludwig, J.A., Reynold J.F. 1988. Statistical

  Ecologi : A Primer Methods and Computing.

  John Wiley and Sons.

  XVIII: 337 hml. New York. Odum, E.P. 1993. Dasar – Dasar Ekologi.

  Diterjemahkan dari Fundamental o f Ecology oleh Subiyanto. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

  Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan.

  No. 02. 2009. Tentang Tata Cara

  Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan.

  LIPI. 2009. Panduan Metode Point Intercept

  No. 30. 2010. Tentang Rencana

  Pengelolaan dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan . Jakarta.

  Peraturan Pemerintah. No. 60. 2007.

  Tentang Konservasi Sumberdaya Ikan .

  Jakarta. Pielou, E.C. 1996. The Measurement of

  Diversity in Different Types of Biologycal Collections . J. Theoret.

  Boilogy. 13: 131-144. Rachmat, J. 1999. Metode Penelitian Komunikasi . PT. Rajawali Press. Jakarta.

  Setyobudiandi, I., Sulistiono, Yulianda, F., Kusmana, C., Hariyadi, S., Damar, A., Sembiring, A. Bahtiar. 2009. Sampling

  dan Analisis Data Kelautan Dan Perikanan. Terapan Metode Pengambilan Contoh di Wilayah Pesisir & Laut. Fakultas Perikanan dan Ilmu

  Kelautan. Institut Pertanian Bogor (IPB). Cetakan 1. Bogor. Shannon, Wienner. 1948. A Mathematical

  Transect (PIT) Untuk Masyarakat. Stud i

  Terumbu Karang Indonesia, Teluk Sawo, Kecamatan Tuhemberua, Kabupaten Nias . Jakarta.

  Bengen, D.G. 2004. Pedoman Teknis

  Faizal, A., Rani, C., Nessa, N., Jompa, J., Rappe, R.A. 2014. Pengembangan

  Pengenalan dan Pengelolaan Ekosistem Mangrove. PKSPL-IPB. Bogor.

  Daget, J. 1976. Les Models Mathematical en Ecology . Mason & Cie. Paris. Departemen Kelautan dan Perikanan. 2008.

  Pedoman Umum Identifikasi Calon Lokasi Kawasan Konservasi Perairan .

  Jakarta. English, Wilkinson CR., Baker. 1994. Survey Manual for Tropical Marine Resources.

  Asean-Australia Marine Science Project. Australian Institute of Marine Science. Townsville. English, Wilkinson CR., Baker. 1997. Survey

  Manual for Tropical Marine Resources

  (2

  nd

  Edition). Asean-Australia Marine Science Project. Australia Institute o f Marine Science. Townville.

  Metode Mulitikriteria Berbasis SIG Untuk Zoning Kawasan Konservasi Perairan . Journal. Jurusan Ilmu Kelautan, FIKP UNHAS. Makasar.

  LIPI. 2005. Data Dasar Aspek Sosial

  Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup. No. 04. 2001. Tentang Kriteria Baku Kerusakan Terumbu Karang .

  Jakarta. Keputusan Menteri Negara Lingkungan

  Hidup. No. 200. 2004. Tentang Kriteria

  Baku Kerusakan dan Pedoman Penentuan Status Padang Lamun.

  Jakarta. Keputusan Menteri Negara Lingkungan

  Hidup. No. 201. 2004. Tentang Kriteria

  Baku dan Pedoman Penilaian Kerusakan Mangrove. Jakarta.

  Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup. No. 51. 2004. Tentang Baku Mutu Air laut . Jakarta.

  LIPI. 2004. Laporan COREMAP. Studi Baseline Ekologi Kabupaten Nias .

  Jakarta.

  Theory of Communication . Bell Syste m Technology.

  Lampiran 1. Rincian zonasi KKPD Nias Utara.

  No Kriteria Zona Luas (Ha) Zona inti

  667

  1 DPL Desa Sawo 5,8

  2 DPL Desa Lasara Sawo 5,4 3 DPL Desa Sisarahili TS.

  11

  4 DPL Desa Sifahandro 7,4

  1

  5 Pulau Panjang 76,5

  6 Pulau Lafau 97,3

  7 Pulau Uma 320,6

  8 Pulau Baohi dan Pulau Lahewa 92,7

  9 DPL Desa Balefadorotuho 48,1

  27.673,2

  Zona perikanan berkelanjutan Daerah penangkapan ikan karang 3.689,3

  a). Lahewa 3.086,9

  1

  b). Sifahandro 1 267,75

  c). Sifahandro 2 334,73

  Daerah penangkapan ikan pelagis 6.275,6

  2

  a). Sawo 83,20

  2

  b). Sifahandro 2.698,46

  c). Lahewa 3.493,4

  Daerah budidaya perikanan 5,85

  3 4,77

a). Desa Mo’awo b). Desa Sisarahili TS.

  1,08 Zona pemanfaatan

  693,9

  1 Kawasan perairan Pantai Walo, Teluk Bengkuang 55,5

  2 Kawasan perairan Pantai Sawo 47,7 3 Kawasan perairan Pantai Sisarahili TS.

  8,9

  3

  4 Kawasan perairan Pantai Sifahandro 163

  5 Kawasan perairan Pantai Pulau Gito 79,2

  6 Kawasan perairan Pantai Pulau Lafau 20,4

  7 52,9

  Kawasan perairan Pantai Sihene Asi dan Mo’awo

  8 Kawasan perairan Pantai Balefadorotuho 266,3

  Zona lainnya

  13,1

  4

  1 Zona khusus perlindungan dan rehabilitasi biota laut

  13.1 Lampiran 2. Kegiatan yang boleh dan tidak boleh di dala m zona inti.

  No Kegiatan yang boleh dan tidak boleh dalam zona inti Tidak Ijin Boleh Perlindungan proses ekologis penting seperti penyebaran dan perkembangan larva ikan.

  1

  • Ijin 2 Perlindungan ekosistem terumbu karang.
  • Boleh 3 Perlindungan jenis ikan.
  • Boleh 4 Patroli pengawasan.
  • Boleh Penelitian:
    • Penelitian dasar yang menggunakan metode naturalistik untuk tujuan pengumpulan

  • data dasar kondisi biologis dan ekologis dalam KKPD. Ijin

  5

  • Penelitian terapan menggunakan metode survei untuk tujuan monitoring kondisi biologis dan ekologis KKPD.
  • Pengembangan dengan metode eksperimental untuk tujuan rehabilitasi.
    • Tidak Pendidikan:

  • Aspek biologi, yang meliputi:

  Tidak - - a. Pengenalan jenis-jenis ikan.

  b. Status dan upaya perlindungan ikan.

  • Aspek ekologi, yang meliputi:

  6 a. Pengenalan pola ruang/zonasi kawasan konservasi.

  b. Pengenalan relung ekologi dan habitat setiap jenis dan sumber daya ikan.

  • Tidak Sumber ancaman alamiah bagi kelestarian sumber daya ikan dan lingkungannya.

  c.

  Upaya pemeliharaan dan rehabilitasi relung ekologi dan habitat setiap jenis dan d. sumber daya ikan yang telah terganggu/rusak.

  Tidak - 8 Perikanan budidaya. Tidak - -

  • 7 Perikanan tangkap.
  • Lampiran 3. Kegiatan yang boleh dan tidak boleh dala m zona perikanan berke lanjutan.

  • Ya 2.

  • Ya 4.
    • Jumlah contoh sumber daya ikan yang digunakan berdasarkan siklus dan kemampuan generatifnya.
    • Perlakuan yang dilakukan tidak mengganggu fungsi relung ekologi dan/atau habitat sumber daya ikan.
    • Tidak menggunakan jenis eksotik yang teridentifikasi infasif pada kawasan konservasi perairan.
    • Tidak mengganggu aktivitas masyarakat lokal.

  • Ijin - 5.
  • Ijin - c. Kearifan lokal.
  • Ya  Aspek tata kelola dan pengelolaan kawasan konservasi perairan, yang meliputi: (a)
    • Aspek sosial ekonomi dan budaya, yang meliputi:

  Pendidikan:

  • Aspek biologi, yang meliputi: (a) Pengenalan jenis-jenis ikan, (b) Status dan upaya perlindungan ikan.
  • Aspek ekologi, yang meliputi: (a) Pengenalan pola ruang/zonasi kawasan konservasi,

  (b) Pengenalan relung ekologi dan habitat setiap jenis dan sumber daya ikan, (c) Sumber ancaman alamiah bagi kelestarian sumber daya ikan dan lingkunganny a, (d) Upaya pemeliharaan dan rehabilitasi relung ekologi dan habitat setiap jenis dan sumber daya ikan yang telah terganggu/rusak.

  No Kegiatan yang boleh dan tidak boleh dalam zona inti Tidak Ijin Boleh

  9 Wisata bahari/rekreasi.

  Tidak - - 10 Transporatsi laut. Tidak - -

  11 Pelabuhan/dermaga atau menara suar kapal. Tidak - - 12 Kegiatan khusus (industri, dll).

  Tidak - - 13 Pemasangan rumpon. Tidak - - 14 Lego jangkar. Tidak - - 15 Pengambilan biota. Tidak

  No Kegiatan yang boleh dan tidak boleh dalam zona perikanan berkelanjutan Tidak Ijin Boleh 1. Pemulihan stock ikan (spesies lokal).

  Patroli pengawasan.

  Ya 3. Lego jangkar.

  Penelitian dengan persyaratan:

a. Pemanfaatan langsung dan tidak langsung sumber daya ikan dan kawasan konservasi perairan.

  • Ijin - 6.

  • Ijin - - Anco (Portable lift nets).
  • Ijin - - Bagan berperahu (boat operated lift nets).
  • Ijin - - Bagan berperahu (boat operated lift nets).
  • Ya c.
  • Ya - Jaring Insang hanyut (Driftnets)
  • Ya - Jaring Insang hanyut (Driftnets)
  • Ijin -
  • Jaring insang lingkar (Encircing Gillnets)
  • Ya
No Kegiatan yang boleh dan tidak boleh dalam zona perikanan berkelanjutan Tidak Ijin Boleh Jaring insang berpancang (Fixed gillnets-on stakes) -

  M e sh size: ≥ 1,5 inchi; P ≤ 600 m. Jalur penangkapan: IB (2-4 mil).

  M esh size: ≥ 1,5 inchi; P ≤ 1.000 m. Jalur penangkapan: IB (2-4 mil).

  M e sh size: ≥ 1,5 inchi; P ≤ 500 m. Jalur penangkapan: IB (2-4 mil).

  Mesh size: ≥ 1,5 inchi; P ≤ 500 m. Jalur penangkapan: IB (2-4 mil).

  Jaring insang (Gillnets and Entangling Nets) - Jaring insang tetap (Set gillnets anchored).

  Luasan ≤ 20 m 2 .Jalur penangkapan IA (0-2 mil).

  Tidak - - b. Alat tangkap yang dijatuhkan atau ditebarkan (Falling Gear) - Jala tebar (Falling gear not specified).

  Mesh size: ≥ 1 mm; P ≤ 12 m; L ≤ 12 m; Lampu: ≥ 2.000 watt. Jalur penangkapan: IB (2-4 mil)

  Mesh size: ≥ 1 mm,;P ≤ 12 m; L ≤ 12 m; Lampu: ≤ 2.000 watt. Jalur penangkapan: IB (2-4 mil)

  Ukuran: P ≤10 m; L ≤ 10 m. Jalur penangkapan: IA (0- 2 mil).

  Mesh size: ≥ 1 mm; P ≤ 5 m; L ≤ 5 m. Jalur penangkapan IA dan IB (0-4 mil).

  a. Alat tangkap kategori jaring angkat (Lift Nets) - Bagan tancap (Shore operated stationary lift nets).

  Perikanan tangkap ramah lingkungan:

  Kepemimpinan, (b) Pengenalan dan mekanisme pembangunan jejaring kawasan konservasi perairan.

  Dampak pemanfaatan langsung dan tidak langsung sumber daya ikan dan kawasan konservasi perairan.

  b.

  • Ijin - M e sh size: ≥ 1,5 inchi; P ≤ 300 m. Jalur penangkapan: IA (0-2 mil).

  Jaring insang berlapis (Trammel Nets) - Jaring klitik.

  Tidak - - Mesh size: ≥ 1,5 inchi; P ≤ 500 m. Jalur penangkapan: IA (0-2 mil), IB (2-4 mil).

  Combined gillnets-trammel net -

  • Tidak M e sh size: ≥ 1 inchi; P ≤ 1.000 m. Jalur penangkapan: IA (0-2 mil), IB (2-4 mil) d. Alat tangkap ikan kategori pancing (Hook and Line).
  • Handlines and pole/ hand operated

  Ya - -  Pancing ulur (hand line). Jalur penangkapan: IA (0-2 mil), IB (2-4 mil).  Pancing berjoran. Jalur penangkapan: IA (0-2 mil), IB (2-4 mil). - - Ya  Huhate (pole and line).

  • Ijin - M ata pancing no. 6. Jalur penangkapan: IB (2-4 mil).

  Rawai dasar (Set longlines) - Ya - -

  M esh size: ≤ 10.000 mata pancing. Jalur penangkapan: IB (2-4 mil).

  • Rawai Hanyut (Drift long line).

   Rawai tuna (tuna long line). 1000-2000 mata pancing. Jalur penangkapan: IB - Ya - (2-4 mil).  Rawai cucut ≤ 2.500 mata pancing. Mata pancing no. 4. Jalur penangkapan: IB (2-4 mil). Pancing tonda (trolling lines). -

   - - Ya Jumlah tonda: ≤ 10 buah. Jalur penangkapan: IB (2-4 mil).  Pancing layang-layang. Jalur penangkapan: IA (0-2 mil), IB (2-4 mil).

e. Alat tangkap ikan kategori perangkap (Trap).

  • Ya - Jermal (stow net).
  • Bubu (pots).

  Mesh size: ≥ 1 inchi; P ≤ 10 m; L ≤ 10 m.

  Ya - - ≤ 300 buah Jalur penangkapan: IA (0-2 mil), IB (2-4 mil). Bubu bersayap (Fyke nets) -

  Ya - - M esh size : ≥ 1 inchi; P. Tall ris ≤ 50 m. Jalur penangkapan: IA (0-2 mil).

  • Togo
  • Ya - Mesh size: ≥ 1 inchi; P. Tall ris ≤ 20 m. Jalur penangkapan; IA (0-2 mil).
  • Ambal

  Ya - - M esh size : ≥ 1 inchi; P. Tall ris ≤ 20 m. Jalur penangkapan: IA (0-2 mil).

  Pengerih - Ya - -

  Mesh size: ≥ 1 inchi; P. Tall ris ≤ 50 m Sero -

  • Ya Penaju ≤ 100 m

  7. Perikanan budidaya ramah lingkungan: Jenis (keramba jaring apung). - Budidaya Kerapu M acan, Kerapu Sunu, Kakap Putih

  • Jenis pakan yang tidak mengandung zat beracun, bahan pencemaran yang

  Ijin - - berbahaya bagi ikan dan/atau manusia, atau yang mengakibatkan penurunan produksi atau menyebabkan pencemaran/kerusakan lingkungan. Budidaya rumput laut. - 8. Transporatsi Laut.

  • Ya -
  • 9. Pelabuhan/Dermaga.

  Ijin - 10. Kegiatan Khusus (industri, dll). Ijin - - 11. Alur Pelayaran Umum.

  • Ya 12. Pemasangan Rumpon.
  • Ya
Tidak - - 11. Pengambilan biota, tumbuhan. Tidak - - 12. Penambangan pasir dan karang. Tidak - - 13. Pos Jaga.

  Lampiran 4.

  Kegiatan yang boleh dan tidak boleh dala m zona pe manfaatan.

  No Kegiatan yang boleh dan tidak boleh dalam zona pemanfaatan Tidak Ijin Boleh 1.

  Penelitian dan pengembangan:

  • Penelitian dasar yang menggunakan metode naturalistik untuk tujuan pengumpulan data dasar kondisi biologis dan ekologis dalam KKP.
  • Penelitian terapan menggunakan metode survei untuk tujuan monitoring kondisi biologis dan ekologis KKP.
  • Pengembangan dengan metode eksperimental untuk tujuan rehabilitasi KKP.
    • Ijin - 2.

  • Aspek biologi, yang meliputi: (a) Pengenalan jenis-jenis ikan, (b) Status dan upaya perlindungan ikan.
  • Aspek ekologi, yang meliputi: (a) Pengenalan pola ruang/zonasi kawasan konservasi,
    • Ijin - 3.

Dokumen yang terkait

PENGARUH CITRA KANDIDAT, KEPERCAYAAN, PROMOSI POLITIK, DAN MONEY POLITICS TERHADAP KEPUTUSAN KONSTITUEN MEMILIH BUPATI DAN WAKIL BUPATI KABUPATEN PASAMAN BARAT ARTIKEL

0 0 14

1 PENGARUH LATAR BELAKANG PENDIDIKAN KEPALA DAERAH, PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM, DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH DI SUMATERA

1 2 28

PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP REALISASI APBD DAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) DI DINAS KESEHATAN KABUPATEN PASAMAN TAHUN 2010 – 2014 ARTIKEL

0 0 24

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN, BUDAYA ORGANISASI DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP KINERJA PERANGKAT DESA DI KECAMATAN GUNUNG TUJUH KABUPATEN KERINCI

0 0 12

PENGARUH PRODUK POLITIK, PROMOSI POLITIK, DAN CITRA KANDIDAT TERHADAP KEPUTUSAN PEMILIHAN KEPALA DAERAH KOTA PARIAMAN DENGAN KEPERCAYAAN KONSTITUEN SEBAGAI VARIABEL INTERVENING ARTIKEL

0 0 15

PENGARUH BUDAYA ORGANISASI DANKEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA PEGAWAI DENGAN MOTIVASI SEBAGAI VARIABEL INTERVENING PADA DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN DHARMASRAYA ARTIKEL

0 2 21

PENGARUH BUDAYA ORGANISASI DAN PENGEMBANGAN KARIR TERHADAP KINERJA PEGAWAI DENGAN MOTIVASI KERJA SEBAGAI VARIABEL INTERVENING PADA LINGKUP DINAS PERTANIAN KABUPATEN KERINCI

2 5 13

PENGARUH KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, PARTISIPASI, KOMUNIKASI DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KOMITMEN UNTUK PERUBAHAN (STUDI PADA GURU SD DI KECAMATAN SIPORA UTARA KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI) ARTIKEL

0 1 11

PERUBAHAN POLA PERMUKIMAN DESA KOTO KOMBU KECAMATAN HULU KUANTAN KABUPATEN KUANTAN SINGINGI RIAU

0 1 15

KAJIAN KARAKTERISTIK DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BATANG KURANJI UNTUK KETERSEDIAAN AIR BERKELANJUTAN

0 1 11