Prosiding Seminar Inovasi Teknologi Pertanian 2012

KAJIAN PERBAIKAN USAHA TANI LAHAN LEBAK DANGKAL DI SP1 DESA BUNTUT
BALI KECAMATAN PULAU MALAN
KABUPATEN KATINGAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH
M. A. Firmansyah1, Suparman1, W.A. Nugroho1, Harmini1 dan Umi Pudji Astuti2
1
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Tengah
2
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu

ABSTRAK
Lahan lebak merupakan lahan yang berpotensi untuk pengembangan pertanian jika dilakukan pembangunan
jaringan tata air yang efektif. Kajian ini bertujuan untuk memperbaiki teknologi usahatani lahan lebak dangkal di
Kabupaten Katingan diperlukan karena masih dilakukan secara tradisional, yaitu tanpa aplikasi pemupukan, kendala
pengembangan karet karena genangan air, dan belum termanfaatkannya limbah jerami padi untuk pakan ternak. Kajian
dilakukan selama 3 (tiga tahun) 2009 – 2011 di SP1 Desa Buntut Bali Kecamatan Pulau Malan Kabupaten Katingan. Kajian
dilakukan dengan memperkenalkan pemupukan padi, dan memperkenalkan teknologi tukungan untuk pengembangan
tanaman karet di lahan lebak dangkal dengan karet unggul PB260 dan IRR39, serta pemanfaatan limbah jerami untuk pakan
ternak. Hasil menunjukkan bahwa pemupukan 200 kg/ha Urea, 150 kg/ha SP-36, dan 50 kg/ha KCl mampu menghasilkan
antara 2,5 – 3,7 t/ha GKP, sedangkan tanpa pupuk antara 1,9 – 2,9 t/ha GKP. Pemberian pupuk organik limbah sapi 9 t/ha
menghasilkan sebesar 5,20 t/ha GKG, diikuti 12 t/ha pupuk organik dengan produksi 4,51 t/ha GKG, dan terendah tanpa
pemberian pupuk organik menghasilkan 3,06 t/ha GKG. Kajian penggunaan Pupuk Gambut (Pugam) menunjukkan bahwa

perlakuan Pugam T mencapai produksi sebanyak 3,84 t/ha GKG. Teknologi penanaman karet klon unggul PB 260 dan IRR
39 mampu hidup jika dibuatkan tukungan saat tanam, sedangkan jika tidak menggunakan tukungan bibit karet tertekan dan
mati karena genangan air. Pemberian silase meningkatkan pertambahan bobot badan sapi pada bulan pertama perlakuan
mencapai 8,11 kg/bulan dibandingkan tanpa pemberian silase yang hanya 3,3 kg, sedangkan pada bulan ketiga perlakuan
tercapai penambahan bobot badan sapi mencapai 14,39 kg dibandingkan 3,69 kg.
Kata Kunci: lahan lebak, oryza sativa, hevea brasiliensis, silase, pertambahan bobot badan sapi

PENDAHULUAN
Lahan lebak merupakan lahan cekungan yang memiliki kendala kelebihan air di waktu
musim hujan dan kering disaat musim kemarau dan tidak dipengaruhi oleh gerakan air pasang surut.
Kondisi lahan yang marginal tersebut dikarenakan ketersediaan air yang tidak dapat dikelola dengan
baik. Lahan lebak merupakan lahan potensi tinggi untuk pengembangan padi, dan juga sumber pakan
untuk ternak saat terjadi musim banjir. Namun demikian kondisi masyarakat asli Kalimantan Tengah
masih terbatas pemanfaatan lahan lebak untuk penanaman padi sekali setahun dan juga keinginan
untuk perluasan mengembangkan tanaman karet di lahan lebak karena sebagai mata pencaharian
utama.
Lahan lebak merupakan lahan rawa yang perkembangannya tertinggal dibandingkan dengan
lahan rawa pasang surut (Noor, 1996). Lahan lebak di Kalimantan Tengah mencapai luasan 324.920
hektar, sedangkan potensi luasan sawah lebak di Kabupaten Katingan sebesar 61.251 hektar (Nugroho
dan Budiman, 2006). Umumnya lahan lebak selain dimanfaatkan untuk tanaman padi, juga

dimanfaatkan untuk hortikultura, palawija maupun kenaf (Anwar dan Widjaja-Adhi, 1997), namun
demikian belum banyak yang mengembangkan untuk tanaman tahunan yang akan mengalami
genangan dengan waktu yang cukup lama seperti tanaman karet.
Tujuan pengkajian ini adalah melakukan integrasi pemanfaatan lahan lebak dangkal di
Kecamatan Pulau Malan, Kabupaten Katingan, Provinsi Kalimantan Tengah untuk usahatani padi,
karet dan sapi secara terintegrasi, dengan cara pemanfaatan limbah pertanian sebagai pakan ternak.

BAHAN DAN METODA
Lokasi pengkajian dilakukan di lahan lebak dangkal di SP1 Desa Buntut Bali Kecamatan
Pulau Malan, Kabupaten Katingan, Provinsi Kalimantan Tengah. Pelaksanaan pengkajian dilakukan
mulai MT Okmar 2009 hingga MT Okmar 2011. Terdapat tiga komoditas yang diintegrasikan, antara
lain: 1) Rakitan Paket Teknologi Budidaya padi menggunakan pemupukan anorganik dan pengkajian
pemupukan organik limbah sapi di lahan lebak mineral, serta pengkajian penggunaan Pugam di lahan
lebak gambut, 2) Teknologi pengembangan tanaman karet unggul di lahan lebak mineral
menggunakan berbagai dimensi tukungan, dan 3) Pemanfaatan jerami padi sebagai silase untuk pakan
sapi.
Rakitan paket teknologi budidaya padi lahan lebak menggunakan pemupukan anorganik,
dilakukan pada MT Okmar 2009, perlakuan yang digunakan adalah paket pemupukan 200 kg/ha Urea,
150 kg/ha SP-36, dan 50 kg/ha KCl; dan tanpa pemupukan (pola petani). Varitas padi yang
digunakan adalah varietas lokal. Luas setiap petak percobaan 0,5 ha yang dilakukan oleh tiga petani

kooperator. Pengamatan meliputi jumlah anakan dan produksi.
Rakitan paket teknologi budidaya padi lahan lebak mineral menggunakan pemupukan
organik limbah sapi. Pupuk organik yang dikaji adalah dosis pupuk kandang sapi, antara lain: 0 t/ha
(P0), 3 t/ha (P1), 6 t/ha (P2), 9 t/ha (P3), dan 12 t/ha (P4). Pengkajian ini dilakukan di lahan lebak
sela tukungan karet, setiap petak percobaan memiliki ukuran 15x20 m dan diulang sebanyak tiga kali.
Pemupukan anorganik yang digunakan dengan dosis 200 kg/ha urea, 150 kg/ha SP-36 dan 50 kg/ha
KCl. Varietas yang digunakan adalah varietas lokal Embang Parukat dengan usia panen 5 bulan.
Pengkajian penggunaan Pugam di laksanakan di MT Okmar 2011 yang terletak di lahan
lebak gambut dalam. Perlakuan adalah pemberian Pugam A dan Pugam T, masing-masing sebanyaks
400 kg/ha, sedangkan kontrol tanpa pemberian Pugam. Luas tiap demplot perlakuan baik Pugam A,
Pugam T dan Kontrol adalah 25 x 100 m. Dolomit diberikan sebanyak 400 kg/ha, pupuk anorganik
Urea sebanyak 150 kg/ha dan pupuk NPK Ponskha sebanyak 150 kg/ha. Varitas padi yang digunakan
adalah Inpara-5. Pengamatan yang dilakukan adalah jumlah malai dan produksi gabah kering giling.
Teknologi pengembangan tanaman karet unggul di lahan lebak mineral menggunakan
berbagai dimensi tukungan, yang dibedakan berdasarkan kedalaman genangan air saat musim hujan.
Dimensi panjang dan lebar tukungan berukuran masing-masing 1 m, namun tinggi tukungan
dibedakan berdasarkan 50%, 100%, dan 150% dari kedalaman genangan air rata-rata sebesar 50 cm.
Parameter yang diamati adalah lingkar batang maupun tinggi tanaman, serta tanaman yang dapat
bertahan pada kondisi tersebut.
Pengkajian pemanfaatan limbah jerami padi untuk pakan ternak diintroduksikan dengan

pembuatan silase. Silase yang digunakan berasal dari bahan limbah jerami padi hasil panen demplot
Inpara 5 pada perlakuan Pugam A, Pugam T, dan Kontrol yang telah dicacah, gula merah, dedak, air
dan EM-4 peternakan. Peralatan yang digunakan adalah 1 unit APO, kantong plastik hitam besar,
terpal, meteran. Sebelum perlakuan diaplikasikan setiap sapi diberikan feed supplement mineral
sebagai mineral tambahan. Setiap bulan para petani akan mengukur lingkar dada, panjang badan dan
tinggi badan. Silase diberikan sebanyak 35% dari bobot badan sapi, dan silase diberikan setiap hari.
Sebelum diberikan pada ternak terlebih dahulu silase di angin – anginkan. Parameter pengukuran
dilakukan pada pertambahan berat badan sapi antara yang diberi silase dan tidak diberi silase.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengkajian Pemupukan Anorganik Tanaman Padi Lahan Lebak di Sela Karet
Penanaman padi di lahan lebak dangkal lokasi penelitian masih dilakukan satu kali dalam
satu tahun. Hal tersebut utamanya disebabkan karena belum sempurnanya pengelolaan tata air,
sehingga kebanjiran saat musim hujan dan kekeringan saat musim kemarau. Menurut Ar-Riza dan
Rina (2004) untuk meningkatkan produktivitas lahan lebak dangkal dengan penerapan pola tanam
padi dua kali setahun diperlukan pembangunan jaringan tata air yang efektif.

Pemberian pupuk anorganik untuk mengenalkan kepada petani bahwa budidaya padi lebak
memerlukan tambahan unsur hara. Hasil menunjukkan bahwa pemberian pupuk memberikan
pengaruh positif pada parameter pertumbuhan dan produksi. Padi yang dipupuk menunjukkan
jumlah anakan yang lebih banyak yaitu 16 – 24 anakan produktif, dibandingkan tanpa pemberian

pupuk yaitu 14 – 16 anakan produktif.
Pada parameter produksi, bahwa pemupukan mampu
menghasilkan GKP (Gabah Kering Panen) antara 2,5 – 3,7 t/ha, sedangkan tanpa pupuk antara 1,9 –
2,9 t/ha.
Analisis finansial menunjukkan bahwa pemberian pemupukan masih menguntungkan
dibandingkan tanpa pemupukan, pada perlakuan pemupukan dengan rata-rata produksi padi 683 kg
GKG/0,25 ha dengan harga gabah Rp. 2.500,-/kg menghasilkan penerimaan sebesar Rp. 1.707.000,dan tanpa pemupukan mendapatkan produksi 533 kg GKG/0,25 ha mendapatkan penerimaan Rp.
1.332.500.-. yang berarti memberikan tambahan keuntungan sebesar Rp. 377.000,-/0,25 ha tanaman
padi.
Pengkajian Pemupukan Organik Limbah Sapi di Lahan Lebak Sela Karet
Hasil pengkajian menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik limbah sapi 9 t/ha
menghasilkan sebesar 5,20 t GKG, diikuti 12 t/ha pupuk organik dengan produksi 4,51 t/ha dan
terendah tanpa pemberian pupuk organik menghasilkan 3,06 t/ha GKG (Gambar 1). Menurut Raihan
et all., (2003) pengaruh bahan oganik termasuk pupuk kandang sapi menjadikan tanah gembur,
memperbaiki aerasi tanah dan mampu meningkatkan produksi tanaman secara berkelanjutan yang
berwawasan lingkungan, karena pupuk organik lebih lama mengendap didalam tanah dibandingkan
pupuk kimia.

Gambar 1. Peningkatan produksi padi hasil pemberian pupuk organik limbah sapi pada
lahan lebak disela karet.


Pengkajian Aplikasi Pupuk Gambut di Lahan Lebak Gambut
Hasil pengkajian menunjukkan bahwa jumlah malai tertinggi ada pada perlakuan pupuk
gambut (Pugam) A sebesar 1.434 helai/6,25 m2. Sedangkan GKG tertinggi pada perlakuan Pugam T
sebanyak 3,84 t/ha GKG (Gambar 2). Kondisi rendahnya perlakuan Pugam A meskipun memiliki
jumlah malai lebih besar dari perlakuan lainnya terutama Pugam T, ternyata malai pugam T lebih
berat dan bernas dibandingkan perlakuan Pugam A yang banyak hampa. Hal ini menunjukkan bahwa
Pugam T yang bersifat lebih cepat bereaksi mampu memperbaiki tanah gambut dibandingkan Pugam
A yang lambat bereaksi.

GKG (t/ha)

GKG
(t/ha), Kontrol
, 3.44

GKG
(t/ha), Pugam
A, 2.56


GKG
(t/ha), Pugam
T, 3.84

Perlakuan Amelioran
Gambar 2. Peningkatan produksi perlakuan pupuk gambut padi Inpara 5 di
lahan lebak gambut

Pengkajian Pengembangan Karet di Lahan Lebak (Inovasi Teknologi Tukungan)
Hasil pengkajian menunjukkan bahwa menanam karet klon unggul PB 260 dan IRR 39
mampu hidup di lahan lebak dangkal jika dibuatkan tukungan saat tanam, sedangkan jika tidak
menggunakan tukungan kebanyakan bibit karet tertekan dan mati (Tabel 1). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ternyata pembuatan tukungan 50% dari ketinggian genangan air sudah cukup
untuk mempertahankan pertumbuhan bibit karet PB260, sedangkan untuk IRR39 yang terbaik jika
tinggi tukungan 100% dari genangan di lahan lebak dangkal.
Tabel 1. Keragaan agronomis karet di rawa lebak kabupaten katingan dengan inovasi teknologi
tukungan (16 BST).
Tinggi tukungan
(% dari genangan)
0

50
100
150

Diameter batang (mm)
IRR-39
PB-260
0,00
3,07
3,35
3,20

0,00
2,98
2,36
3,58

Tinggi tanaman (cm)
IRR-39
PB-260

0
260
298
224

0
290
220
226

Keterangan: BST = Bulan Setelah Tanam; 0 = bibit karet mati.

Pengkajian Pemanfaatan Silase Limbah Jerami untuk Pakan Sapi

PBB (kg/bl)

Hasil pengkajian menunjukkan bahwa pemberian silase jerami dapat meningkatkan rata-rata
berat sapi dibandingkan tanpa pemberian silase (Gambar 3). Pada ternak sapi tanpa diberi silase
jerami terjadi penurunan pertambahan berat badan sapi pada bulan ketiga, hal ini kemungkinan
dipengaruhi oleh ketersediaan pakan pada musim kemarau serta daya cerna sapi yang berkurang.

Kondisi ini terjadi dikarenakan hilangnya energi, mineral dan protein yang terkandung dalam hijauan
atau rerumputan akibat kekurangan air untuk bertumbuh. Sehingga dapat berakibat pada terhambatnya
pertumbuhan sapi yang sudah dewasa yang dapt menyebabkan berat badannya menurun atau kurus
(Sampurna, 2009).

Bl-2, Tanpa
Bl-3, Tanpa
Bl-1, Tanpa
Silase, 5.7
Silase, 3.69
Silase, 3.3

Bl-3, Diberi
Silase, 14.39
Bl-2, Diberi
Bl-1
Bl-1, Diberi
Silase, 10.02
Silase, 8.11
Bl-2

Bl-3

Perlakuan
Gambar 3. Pemberian silase meningkatkan pertambahan bobot badan sapi dibandingkan
tanpa pemberian silase.

KESIMPULAN
1. Pemberian pupuk anorganik 200 kg/ha Urea, 150 kg/ha SP-36, dan 50 kg/ha KCl pada padi lokal
meningkatkan produksi. Pada parameter produksi, bahwa pemupukan mampu menghasilkan GKP
(Gabah Kering Panen) antara 2,5 – 3,7 t/ha, sedangkan tanpa pupuk antara 1,9 – 2,9 t/ha.
2. Dosis kotoran sapi yang memberikan hasil produksi tertinggi dengan rata-rata 5 t/ha GKG adalah
penambahan kotoran sapi 9 t/ha.
3. Perlakuan Pugam T lebih tinggi dibandingkan Pugam A, masing-masing 3,84 t/ha, 2,56
sedangkan kontrol 3,44 t/ha GKG
4. Pembuatan tukungan 50% dari ketinggian genangan air sudah cukup untuk mempertahankan
pertumbuhan bibit karet PB260, sedangkan untuk IRR39 yang terbaik jika tinggi tukungan 100%
dari genangan air di lahan lebak dangkal.
5. Pemberian silase meningkatkan pertambahan bobot badan sapi pada bulan pertama perlakuan
pemberian silase mencapai 8,11 kg dibandingkan tanpa pemberian silase yang hanya 3,3 kg,
sedangkan pada perlakuan pemberian silase bulan ketiga mencapai 14,39 kg dibandingkan 3,69 kg.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, E.A. dan I.P.G. Widjaja-Adhi. 1997. Tampilan Potensi Usahatani Di Lahan Lebak. Prosd.
Simposium Nasional dan Konggres VI Peragi. Jakarta 25-27 Juni 1996. Perhimpunan
Agronomi Indonesia Nasional. Jakarta. ;35-49.
Ar-Riza, I. dan Y. Rina. 2004. Optimasi Pemanfaatan Lahan Rawa Lebak Untuk Meningkatkan
Produksi Padi. Prosd. Seminar Nasional Inovasi Teknologi Sumberdaya Tanah dan Iklim.
Bogor 14-15 Oktober 2003. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat.
Bogor. ;257-272.
Noor, M. 1996. Padi Lahan Marjinal. Penerbi PT. Penebar Swadaya. Jakarta. ;213
Nugroho, K. dan C. Budiman. 2006. Arahan Tata Ruang Pertanian. 1.3. Provinsi Kalimantan
Tengah. Edisi Pertama. BBP2SDLP. Bogor.
Sampurna, I. 2009. Pakan Sapi Bali. Universitas Udayana. Denpasar.
Raihan, S., N. Fauziati dan Y. Raihana. 2003. Pengaruh Bahan Organik Terhadap Sifat Fisik dan
Kimia Tanah Serta Hasil Jagung Di Lahan Lebak. Prosd. Seminar Nasional Sumberdaya
Lahan. Buku II. Cisarua, 6-7 Agustus 2002. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan
Agroklimat. Bogor. ;189-204