Prosiding Seminar Inovasi Teknologi Pertanian 2012

PERLAKUAN NITROGEN DAN SILIKAT PADA PERSEMAIAN
UNTUK PERCEPATAN PEMULIHAN PASCA TERENDAM
DAN PENINGKATAN PRODUKSI PADI
Danner Sagala1*, Ikhsan Hasibuan1dan Prihanani1
Fakultas Pertanian Universitas Prof. Dr. Hazairin, SH
*Korespondensi: danner_10@yahoo.com

1

ABSTRAK
Perubahan iklim global telah mengubah pola penyebaran musim kemarau dan musim hujan di Indonesia.
Fenomena ini menyebabkan seringnya terjadi kemarau berkepanjangan dan hujan yang berkepanjangan. Persoalan ini sangat
berdampak pada upaya untuk meningkatkan produksi pangan nasional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
pemberian nitrogen dan silikat dalam meningkatkan vigoritas bibit untuk percepatan pemulihan pasca terendam dan
peningkatan produktifitas padi. Penelitian disusun dalam rancangan petak terbagi. Percobaan terdiri atas dua faktor
perlakuan dan tiga ulangan. Setiap kombinasi perlakuan terdiri dari tiga tanaman (ember) sehingga jumlah seluruh unit
perlakuan adalah 108 tanaman. Petak utama adalah pemberian nitrogen yaitu 1800, 2300, dan 2800 ppm. Sedangkan petak
bagian adalah pemberian silikat yaitu 0, 5, 10, dan 15 gram per tanaman. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa perlakuan
yang memberi pengaruh terbaik dan konsisten adalah 15 g Si/tanaman.
Kata kunci: padi, silikat, nitrogen, iklim global dan banjir


PENDAHULUAN
Perubahan iklim global merupakan fenomena yang sangat berdampak terhadap sektor
pertanian. Perubahan iklim global telah mengubah pola penyebaran musim kemarau dan musim hujan
di Indonesia. Perubahan iklim ini juga menyebabkan hujan yang berlebihan hingga terjadi banjir pada
lahan pertanian.
Menurut Sarkar, et al., (2003), banjir atau rendaman mempengaruhi 30 juta ha lahan sawah
tadah hujan di Asia selatan dan Asia Tenggara. Data Depkominfo (2008) menunjukkan bahwa luas
areal tanaman padi di Indonesia yang terkena banjir pada musim hujan tahun 2007 hingga bulan
Januari 2008 di wilayah sentra produksi mencapai 157.651 ha, sedang yang terkena puso mencapai
59.211 ha.
Budidaya tanaman padi di lahan rawa atau lahan sawah tadah hujan dipengaruhi oleh
kondisi air yang masih relatif tinggi pada saat pemindahan bibit. Kebanyakan petani di Indonesia,
khususnya petani sawah tadah hujan, menanam padi pada awal musim hujan karena suplai air untuk
sawah tadah hujan sangat tergantung pada air hujan. Oleh karena itu bibit padi yang masih muda
sering terendam.
Tanaman yang terendam dapat mengalami penurunan pertumbuhan, jumlah anakan dan
berat kering. Kawano et al. (2002) menyebutkan bahwa genangan menyebabkan kerusakan mekanis
pada daun, berkurangnya cahaya, terbatasnya difusi gas, keluarnya larutan dari jaringan tanaman,
peningkatan kerentanan tanaman terhadap hama dan penyakit.
Toleransi tanaman padi terhadap kondisi terendam dapat ditingkatkan dengan vigor awal

yang tinggi sebelum terjadinya genangan. Melalui metode tersebut, tanaman akan mengalami
kerusakan yang lebih kecil selama terjadinya genangan. Beberapa metode yang mungkin dapat
dilakukan adalah penggunaan metode budidaya yang tepat, penggunaan benih atau bibit yang sehat
dan pemupukan yang sesuai.
Jackson dan Ram (2003) menyatakan bahwa genangan mempengaruhi kandungan protein
dalam tanaman padi. Oleh karena itu, ketersediaan nitrogen akan mempengaruhi respon tanaman padi
terhadap genangan. Menurut Suwignyo (2005), untuk mendapatkan bibit yang kuat, bibit padi
digenangi dengan larutan nitrogen 2.300 ppm selama 24 jam sebelum bibit dipindahkan.

Silikat merupakan salah satu unsur hara makro yang penting bagi pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Menurut Taiz dan Zeiger (2003), salah satu dari manfaat Si yang dapat
mendorong pertumbuhan tanaman adalah meningkatkan kekuatan dan ketegakan daun sehingga daun
tidak saling menaungi. Tanaman yang kekurangan Si sangat rentan mengalami kerebahan (lodging).
Prakash et al. (2007) menyatakan bahwa pemberian abu sekam padi yang berwarna hitam hingga abuabu sebagai sumber silikat sebanyak 0,5 - 1,0 kg m2 ke dalam persemaian akan menghasilkan bibit
padi yang sehat dan kuat. Selanjutnya penelitian Singh et al. (2007) menunjukkan bahwa perlakuan
pembawa silikat secara nyata dapat meningkatkan berat 1000 gram padi.
Uraian bahwa nitrogen dan silikat dapat menambah kekuatan dan ketegakan daun padi serta
dapat meningkatkan bobot biji merupakan peluang untuk meningkatkan toleransi tanaman padi
terhadap genangan. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian pengaruh nitrogen dan silikat dalam
upaya meningkatkan toleransi tanaman padi pada genangan sehingga dapat mempercepat pemulihan

pasca terendam.
BAHAN DAN METODA
Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan dan Laboratorium Fakultas Pertanian
Universitas Prof. Dr. Hazairin, SH. Penelitan akan dilaksanakan pada bulan Juli hingga Nopember
2011. Bahan yang digunakan adalah benih padi Varietas Cigeulis, pupuk Urea, pupuk TSP, pupuk
KCl, Silikat, insektisida, ember plastik untuk tempat percobaan dan lain-lain. Sedangkan alat yang
digunakan antara lain cangkul, sprayer, meteran, timbangan, oven dan lain-lain.
Penelitian disusun dalam rancangan petak terbagi. Percobaan terdiri atas dua faktor
perlakuan dan tiga ulangan. Setiap kombinasi perlakuan terdiri dari tiga tanaman (ember) sehingga
jumlah seluruh unit perlakuan adalah 108 tanaman. Petak utama adalah pemberian nitrogen yaitu
1800 ppm (N1), 2300 ppm (N2), 2800 ppm (N3). Sedangkan petak bagian adalah pemberian silikat
yaitu 0 gram (S0), 5 gram (S1), 10 gram (S2), 15 gram (S3) per tanaman. Data yang diperoleh
dianalisa sidik ragamnya untuk mengetahui pengaruh perlakuan dan diuji lanjut dengan menggunakan
Uji Jarak Ganda Duncan (DMRT) untuk mengetahui perlakuan terbaik. Alat yang digunakan dalam
menganalisis data adalah program SAS versi 9.0 (Mattjik & Sumertajaya, 2002).
Benih padi disemaikan dan ditumbuhkan selama 21 hari. Sebelum disebar, benih direndam
24 jam dan diperam selama 48 jam. Perlakuan pemberian nitrogen dan silikat diberikan pada saat
persemaian (Prakash et al., 2007) dan sebelum perlakuan genangan. Perlakuan nitrogen dilakukan 2
kali dengan penggenangan. Setengah dosis diberikan pada umur 2 minggu setelah benih disebar.
Setengah sisanya diberikan 15 jam sebelum bibit dipindahkan ke dalam ember (Suwignyo, 2005).

Silikat diberikan satu kali secara langsung kedalam media semai. Bibit yang telah diberi perlakuan
kemudian dipindahkan ke dalam ember plastik yang telah diisi tanah dan pupuk N, P, dan K. Setelah
satu minggu, bibit yang berada dalam ember plastik dilakukan penggenangan hingga seluruh tanaman
terendam selama lima hari. Pengamatan dilakukan sesaat sebelum perendaman, sesaat sesudah
perendaman dan setiap hari selama satu minggu setelah perendaman. Peubah yang diamati pada setiap
pengamatan adalah tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah anakan, kandungan klorofil daun, jumlah
anakan produktif, Jumlah biji per malai, gabah/rumpun.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Pertumbuhan
Perlakuan nitrogen berpengaruh tidak nyata pada semua peubah yang diukur sesaat sebelum
perendaman. Perlakuan nitrogen cenderung memberikan hasil yang tidak konsisten menurut
peningkatan dosis nitrogen. Tanaman tertinggi diperoleh pada perlakuan N2 dan terendah pada
perlakuan N3. Jumlah daun terbanyak diperoleh pada N3 dan terendah pada N2. Jumlah anakan dan
kandungan klorofil tertinggi terdapat pada perlakuan N3 (Tabel 1).
Tabel 1. Hasil pengukuran sesaat sebelum perlakuan rendaman.
Perlakuan
N1
N2
N3

Rerata*

26,06
28,06
25,00
26,37b

S1
S2
Tinggi tanaman (cm)
28,78
27,89
27,17
26,83
25,72
27,28
27,22ab
27,33ab

N1

N2
N3
Rerata*

13,44
13,33
16,44
14,41c

Jumlah daun (helai)
19,67
20,00
15,67
21,22
20,78
22,22
18,70b
21,15ab

26,00

24,44
22,44
24,30a

19,78
18,67
20,47

N1
N2
N3
Rerata*

6,33
6,33
8,11
6,93c

Jumlah anakan (btg)
8,00

8,44
7,33
9,11
8,56
9,11
7,96bc
8,89b

10,89
11,00
9,44
10,44a

8,42
8,44
8,81

Klorofil (g/cm2)
32,03
31,87

30.13
31,78
32,39
34,51
31,52b
32,72ab

33,41
35,19
33,77
34,12a

32,49
32,25
33,12

N1
N2
N3
Rerata*

Keterangan:

S0

32,66
31,89
31,80
32,11b

S3

Reratans

27,94
29,22
27,33
28,17a

27,67
27,82

26,33

Angka yang diikuti huruf sama pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata
Ns : berpengaruh tidak nyata
• : berpengaruh nyata pada taraf 5%

Begitu juga dengan perlakuan silikat berpengaruh nyata pada semua peubah yang diamati
sesaat sebelum perendaman. Perlakuan Silikat menunjukkan hasil yang meningkat menurut
peningkatan dosis yang diberikan. Tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah anakan dan kandungan
klorofil terendah terdapat pada perlakuan S0 dan tertinggi pada perlakuan S3 seperti terlihat pada
Tabel 1.
Pengamatan sesaat sesudah perendaman menunjukkan hasil yang tidak berpengaruh nyata
baik pada perlakuan nitrogen maupun silikat pada semua peubah. Pengamatan sesaat sesudah
perendaman menunjukkan bahwa perlakuan S3 cenderung memberi hasil tertinggi pada semua peubah
(Tabel 2).
Perlakuan nitrogen berpengaruh tidak nyata pada semua peubah yang diukur pada 1 minggu
setelah perendaman. (Tabel 3), sementara Perlakuan silikat berpengaruh nyata pada semua peubah
yang diamati kecuali klorofil. Perlakuan Silikat menunjukkan hasil yang meningkat menurut
peningkatan dosis yang diberikan. Tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah anakan dan kandungan
klorofil terendah terdapat pada perlakuan S0 dan tertinggi pada perlakuan S3.
Perlakuan nitrogen berpengaruh tidak nyata pada semua peubah yang diukur pada 2 minggu
setelah perendaman (Tabel 4). Sementara Perlakuan silikat berpengaruh nyata pada peubah jumlah
anakan dan jumlah daun. Perlakuan Silikat menunjukkan hasil yang meningkat menurut peningkatan
dosis yang diberikan. Tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah anakan dan kandungan klorofil tertinggi
pada perlakuan S3.

Tabel 2. Hasil pengukuran sesaat setelah perlakuan perendaman.

N1
N2
N3
Reratans

39,78
40,83
38,78
39,80

S1
S2
Tinggi tanaman (cm)
40,67
38,17
32,50
36,83
39,22
36,67
37,46
37,22

N1
N2
N3
Reratans

10,67
13,50
9,78
11,31

Jumlah daun (helai)
16,00
13,78
11,67
13,33
15,33
13,22
14,33
13,44

17,67
24,67
18,22
20,19

14,53
15,79
14,14

N1
N2
N3
Reratans

4,22
5,61
4,33
4,72

Jumlah anakan (btg)
6,44
6,11
4,78
5,39
5,67
6,56
5,63
6,02

6,56
8,17
6,06
6,93

5,83
5,99
5,65

33,80
32,42
33,56
33,26

Klorofil (g/cm2)
34,70
33,74
32,06
33,26
34,32
34,92
33,69
33,98

34,40
33,81
34,44
34,22

34,16
32,89
34,31

Perlakuan

N1
N2
N3
Reratans
Keterangan:

S0

S3

Reratans

42,06
38,97
43,00
41,34

40,17
37,28
39,42

Angka yang diikuti huruf sama pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata
Ns : berpengaruh tidak nyata
• : berpengaruh nyata pada taraf 5%

Tabel 3. Hasil pengukuran pada 1 minggu setelah perlakuan perendaman.
Perlakuan
N1
N2
N3
Rerata*

41,33
40,83
38,33
40,17b

S1
S2
Tinggi tanaman (cm)
40,94
42,67
37,39
37,06
39,11
38,67
39,15b
39,46b

N1
N2
N3
Rerata*

21,44
26,78
18,78
22,33b

Jumlah daun (helai)
31,00
31,44
19,33
23,72
31,89
22,00
27,41b
25,72b

41,44
46,94
37,11
41,83a

31,33
29,19
27,44

N1
N2
N3
Rerata*

10,00
13,06
9,67
10,91b

Jumlah anakan (btg)
15,22
14,44
9,00
12,28
13,67
11,56
12,63b
12,76b

17,72
20,50
17,56
18,59a

14,35
13,71
13,11

39,21
38,40
39,13
38,91

Klorofil (g/cm2)
39,40
40,52
39,51
37,52
38,16
39,30
39,02
39,11

40,64
41,02
41,04
40,90

39,94
39,11
39,41

N1
N2
N3
Reratans
Keterangan:

S0

S3

Reratans

43,94
44,06
41,22
43,07a

42,22
39,83
39,33

Angka yang diikuti huruf sama pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata
Ns : berpengaruh tidak nyata
• : berpengaruh nyata pada taraf 5%

Tabel 4. Pengukuran pada 2 minggu setelah perlakuan perendaman.
Perlakuan

S0

N1
N2
N3
Reratans

45,56
46,72
44,61
45,63

S1
S2
Tinggi tanaman (cm)
48,33
48,33
42,83
42,78
46,72
44,00
45,96
45,04

N1
N2
N3
Rerata*

37,11
53,17
34,22
41,50b

Jumlah daun (helai)
83,11
47,11
40,33
40,11
59,94
53,28
61,13b
46,83b

88,28
87,44
78,67
84,80a

63,90
55,26
56,53

N1
N2
N3
Rerata*

16,44
21,94
15,00
17,80b

Jumlah anakan (btg)
30,89
20,89
18,44
18,28
25,44
23,50
24,93b
20,89b

35,67
35,17
28,89
33,24a

25,97
23,46
23,21

40,74
40,66
41,09
40,83

Klorofil (g/cm2)
41,49
41,24
39,50
40,02
40,25
40,06
40,41
40,44

40,79
41,38
40,62
40,93

41,07
40,39
40,51

N1
N2
N3
Reratans
Keterangan:

S3

Reratans

49,17
51,53
48,11
49,60

47,85
45,97
45,86

Angka yang diikuti huruf sama pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata
Ns : berpengaruh tidak nyata
• : berpengaruh nyata pada taraf 5%

Pengukuran pada semua peubah pada tanaman kontrol menunjukkan bahwa tinggi tanaman,
jumlah anakan, jumlah daun dan kadar klorofil yang jauh lebih rendah dibandingkan data hasil
pengamatan dengan perlakuan nitrogen dan silikat (Tabel 5).
Tabel 5. Hasil pengamatan pada tanaman kontrol.
Peubah
Tinggi tanaman (cm)
Jumlah anakan (batang)
Jumlah daun (helai)
Kadar klorofil (g/cm2)

Hasil pengukuran
37,50
8,25
19,25
35,20

Produksi
Jumlah biji per malai dan gabah per rumpun dipengaruhi secara nyat oleh perlakuan silikat,
namun jumlah biji per malai tidak dipengaruhi oleh silikat. Perlakuan nitrogen tidak memberi
pengaruh yang nyata pada semua perlakuan. Perlakuan silikat yang memberikan hasil terbaik pada
semua peubah produksi dihasilkan pada perlakuan S2. (Tabel 6).

Tabel 6. Produksi padi pada perlakuan nitrogen dan silikat pada persemaian.
Perlakuan
N1
N2
N3
Rerata*

51,44
58,89
56,56
55,63a

S1
S2
Jumlah anakan produktif (btg)
55,78
51,78
51,11
64,00
47,78
56,00
51,56b
57,26a

N1
N2
N3
Reratans

51,44
58,89
56,56
55,63a

Jumlah biji per malai (buah)
55,78
51,78
51,11
64,00
47,78
56,00
51,56b
57,26a

51,33
46,39
51,11
49,61b

52,58
55,10
52,86

N1
N2
N3
Rerata*

105,27
128,01
127,83
120,37ab

Gabah per rumpun ((grm)
124,30
106,10
110,89
165,61
96,93
133,44
110,71b
135,05a

111,85
87,39
114,86
104,70b

111,88
122,98
118,27

Keterangan:

S0

S3

Reratans

51,33
46,39
51,11
49,61b

52,58
55,10
52,86

Angka yang diikuti huruf sama pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata
Ns : berpengaruh tidak nyata
• : berpengaruh nyata pada taraf 5%

Pembahasan
Semua taraf perlakuan nitrogen dan silikat memberikan hasil yang lebih tinggi dibandingkan
dengan tanaman yang tidak diberi perlakuan nitrogen dan silikat. Tanaman yang tidak diberi
perlakuan nitrogen dan silikat hanya mencapai tinggi 37.5 cm, 8 anakan, 19 daun, dan 35 mg/cm
klorofil pada 2 minggu setelah perendaman (Tabel 5), sementara tanaman yang diberi perlakuan
nitrogen dan silikat mencapai tinggi 50 cm, 33 anakan dan 84 daun (Tabel 4). Suwignyo (2005)
menyatakan bahwa supaya tanaman dapat lebih toleran dengan rendaman, vigoritas bibit saat
dipersemaian perlu diperhatikan.
Pemberian silikat cenderung memberi hasil yang lebih baik sesuai peningkatan taraf
perlakuan silikat. Pemberian silikat hingga 15 g/tanaman masih memberikan kecenderungan
peningkatan tinggi tanaman, jumlah daun, dan jumlah anakan. Silikat merupakan salah satu unsur
hara penting bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Menurut Taiz dan Zeiger (2003), salah
satu dari manfaat Si yang dapat mendorong pertumbuhan tanaman adalah meningkatkan kekuatan dan
ketegakan daun sehingga daun tidak saling menaungi. Tanaman yang kekurangan Si sangat rentan
mengalami kerebahan (lodging).
Meskipun silikat bukan merupakan unsur yang sangat esensial untuk pertumbuhan dan
perkembangan tanaman, dengan adanya unsur ini dapat meningkatkan pertumbuhan dan
meningkatkan hasil padi (Takahashi, 1995). Kehabisan Si-tersedia (bagi tanaman) dalam tanah dapat
mengakibatkan atau stagnasi hasil (Savant et al., 1997). Suplai Si yang cukup pada pertanaman padi
dapat menurunkan serangan penyakit dan menghambat keracunan unsur besi, aluminium, dan
mangan. Juga meningkatkan ketersediaan dan pemanfaatan posfor oleh tanaman.
Pada kondisi di lapangan, khususnya pada pertanaman sereal dengan jarak tanam yang
padat, Si dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman secara tidak langsung. Salah satu dari
manfaat Si yang dapat mendorong pertumbuhan tanaman adalah meningkatkan kekuatan dan
ketegakan daun sehingga daun tidak saling menaungi (Taiz dan Zeiger, 2003). Prakash et al., (2007)
menyatakan bahwa pemberian abu sekam padi yang berwarna hitam hingga abu-abu sebagai sumber
silikat sebanyak 0,5-1,0 kg m2 ke dalam persemaian akan menghasilkan bibit padi yang sehat dan
kuat. Selanjutnya penelitian Singh et al., (2007) menunjukkan bahwa perlakuan pembawa silikat
secara nyata dapat meningkatkan berat 1000 gram padi.
Pemberian nitrogen dan silikat pada persemaian dimaksudkan untuk meningkatkan vigoritas
bibit padi. Toleransi tanaman padi terhadap kondisi terendam dapat ditingkatkan dengan vigor awal
yang tinggi sebelum terjadinya genangan. Melalui metode ini, tanaman akan mengalami kerusakan
yang lebih kecil selama terjadinya genangan.

Pengaruh negatif rendaman terhadap tanaman terjadi akibat kerusakan mekanis pada daun,
berkurangnya cahaya, terbatasnya difusi gas, peningkatan kepekaan tanaman terhadap hama dan
penyakit. Pada saat tanaman terendam air, suplai oksigen dan karbondioksida menjadi berkurang
sehingga mengganggu proses fotosisntesis dan respirasi. Bila tanaman terendam lebih dari 4 hari,
lama kelamaan akan mati (Kawano et al., 2002; Litbang Deptan, 2007). Ram et al., (2002)
menyimpulkan tiga perubahan lingkungan yang drastis pada saat banjir terjadi yang dapat
mengakibatkan kerusakan secara fisiologis pada tanaman, yaitu berkurangnya oksigen yang
membatasi respirasi, terhambatnya CO2 untuk masuk ke dalam tanaman yang mengganggu proses
fotosintesis dan stres pasca terendam pada saat air sudah berkurang.
Menurut Sarkar et al., (2006), toleransi rendaman merupakan adaptasi tanaman dalam
merespon proses anaoerob yang memampukan sel untuk mengatur atau memelihara keutuhannya
sehingga tanaman mampu bertahan hidup dalam kondisi hipoksia tanpa kerusakan yang berarti.
Sebuah evaluasi terhadap padi yang toleran dan tidak toleran menunjukkan bahwa bibit padi yang
toleran memiliki 30-50% cadangan karbohidrat non struktural dibandingkan kultivar rentan.
Karbohidrat ini dimanfaatkan selama terendam untuk mensuplai energi yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan dan mengatur metabolisme. Oleh karena itu, perlu peningkatan vigoritas bibit padi
sebelum mengalami genangan sehingga terjadi regenerasi yang cepat setelah terendam.
Hal ini merupakan suatu sifat yang diinginkan pada kondisi rendaman yang berulang-ulang
atau lama, karena dapat menjamin pemulihan yang cepat dan produksi biomas yang cukup untuk
produktifitas yang optimum.hal ini diperlihatkan dalam hasil penelitian ini dimana hasil tertinggi
untuk peubah produksi diperoleh pada perlakuan 10 g/tanaman silikat.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Perlakuan nitrogen dan silikat pada persemaian dapat meningkatkan vigoritas bibit padi dan
mempercepat pemulihan pasca perendaman
2. Silikat yang terbaik adalah 10 dan 15 g/tanaman.
Saran
Perlu dilakukan penelitian mengenai beberapa sumber silikat dan waktu pemberian yang terbaik.

DAFTAR PUSTAKA
Depkominfo. 2008. Kebutuhan Pangan Nasional. www.indonesia.go.id didownload pada 12 Oktober
2008.
Jackson, M.B., Ram P.C. 2003. Physiological and Molecular Basis of Susceptibility and Tolerance of
Rice Plants to Complete Submergence. Annals of Botany. 91(2):227-241.
Kawano, N., E. Ella, O. Ito, Y. Yamauchi, K. Tanaka. 2002. Metabolic Changes in Rice Seedlings
with Different Submergence Tolerance after desubmergence.. 47: 195-203. Environmental and
Experimental Botany
Litbang Deptan. 2007. IRRI Temukan Varietas Padi Tahan Banjir. http://www.litbang.deptan.go.id
didownload pada tanggal 6 Oktober 2008.
Mattjik, A.A., dan I.M. Sumertajaya. 2002. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan
Minitab. Bogor. IPB Press.
Prakash, N.B., H. Nagaraj, K.T. Guruswamy, B.N. Viswanatha, C. Narayanaswamy, N.A.J. Gowda,
N. Vasuki, and R. Siddaramappa. 2007. Rice Hull Ash as a Source of Silicon and Phosphatic
Fertilizers: Effect on Growth and Yield of Rice in Coastal Karnataka, India. IRRI.
www.irrn.org. diakses 15 Juli 2007.
Ram, P.C., B.B.Singh, A.K.Singh, P. Ram, P.N.Singh, H.P.Singh, I.Boamfa, F.Harrens, E.santosa,
M.B.Jackson, T.L.Setter, J.Reuss, L.J.Wade, V.P.Singh, R.K.Singh. 2002. Submergence
Tolerance in Rainfed Lowland Rice: Physiologycal Basic and Prospects for Cultivar
Improvement through Marker-aided Breeding. Field Crops Research. 76: 131-152.
Sarkar, R.K., J.N. Reddy, B.C.Marndi, and S.S.C. Patnaik. 2003. New Rice Cultivars Tolerant of
Complete submergence. IRRN.
Sarkar, R.K., J.N. Reddy, S.G. Sharma and A.M. Ismail. 2006. Physiological Basis of Submergence
Tolerant in Rice and Implications on Crop Development. Current Science. 91: 899 – 906.
Savant, N.K., Datnoff L.E. Snyder G.H. 1997. Depletion of Plant Available Silicon In Soil: A
Possible Cause of Declining Rice Yields. Commun. Soil Sci. Plant Anal. 28:1245-1252.
Singh, K., R. Singh, K.K. Singh, and Y. Singh. 2007. Effect of Silicon Carries and Time of
Application on Rice Productivity in a Rice-wheat Cropping Sequence. IRRI. www.irrn.org.
diakses 15 Juli 2007.
Suwignyo, R.A. 2005. Pemercepatan Pertumbuhan Kembali Bibit Padi Pasca Terendam Setelah
Mendapat Perlakuan ”Plant Phytoregulator” dan Nitrogen. Jurnal Tanaman Tropika 8(2):4552.
Taiz, L., E. Zeiger. 2003. Plant Physiology. Edisi ketiga. Sinauer Associates
Takasashi, E. 1995. Uptake Mode and Physiological Functions of Silica. Sci. Rice Plant 2:58-71
HASIL DISKUSI
Tanya : Nitrogen tidak berpengaruh, berarti di kesimpulan dibuat silikat yang berpengaruh?Apakah
ada interaksi antara nitrogen dan silikat?Ada hal tidak berkaitan antara nitrogen dan silikat
karena kebanyakkan N dan Si akan berpengaruh terhadap tanaman
Jawab : Tidak ada interaksi, faktor tunggal. N tidak berpengaruh nyata, ada persoalan fisiologis
pada saat terendam terutama protein. Silikat berfungsi untuk menambah ketegakan daun.