Prosiding Seminar Inovasi Teknologi Pertanian 2012

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PADI SAWAH DI KABUPATEN SELUMA

Studi Kasus: Produktivitas Padi Sawah di Desa Bukit Peninjauan II Kecamatan Sukaraja

Eddy Makruf, Yulie Oktavia dan Wawan Eka Putra Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu

Jl. Irian km. 6,5 Kota Bengkulu ABSTRAK

Sektor pertanian di Propinsi Bengkulu masih menjadi tulang punggung perekonomian daerah, oleh karena itu sektor pertanian akan mendapat perhatian besar dan merupakan kegiatan utama dalam pembangunan perekonomian Bengkulu. Produktivitas padi sangat ditentukan oleh penggunaan faktor-faktor produksi seperti pupuk, tenaga kerja, benih, dan pestisida. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor produksi padi sawah di Desa Bukit Peninjauan II, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Seluma. Data dikumpulkan melalui survei terhadap 30 orang petani padi pada bulan Oktober sampai dengan November 2011. Data dianalisis secara deskriptif. Untuk mengetahui hubungan antara produksi dan 7 variabel faktor produksi yaitu luas lahan penggunaan pupuk urea, SP-36, NPK Phonska, tenaga kerja, benih, dan pestisida digunakan analisis regresi linier berganda. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa faktor-faktor produksi secara bersama-sama berpengaruh sangat nyata terhadap produksi padi sawah. secara individual variabel jumlah pupuk SP-36 (X3) berpengaruh sangat nyata terhadap produktivitas padi sawah, variabel jumlah pupuk Urea (X2) berpengaruh nyata terhadap produktivitas padi sawah, sedangkan variabel luas lahan (X1), jumlah pupuk KCl (X4), jumlah tenaga keja (X5), jumlah benih (X6) dan jumlah pestisida (X7) berpengaruh tidak nyata terhadap produktivitas padi sawah.

Kata kunci : padi sawah, faktor produksi, Kabupaten Seluma

PENDAHULUAN

Salah satu komoditas strategis sektor pertanian adalah padi, sebagai komoditas terpenting di dalam pembangunan pertanian maka berbagai usaha dilakukan untuk meningkatkan produksi padi. Tanaman padi mempunyai potensi dan peluang yang sangat besar untuk dikembangkan di Kabupaten Seluma. Kabupaten Seluma merupakan salah satu sentra produksi padi di Provinsi Bengkulu dengan luas panen 15% dari total propinsi.

Produktivitas padi di Propinsi Bengkulu masih tergolong rendah. Pada tahun 2010 Badan Pusat Statistik melaporkan bahwa luas panen padi di Propinsi Bengkulu adalah 133.629 ha dengan produksi 516.869 ton, sehingga produktivitasnya hanya 3,87 t/ha. Produktivitas ini masih di bawah produktivitas nasional yang mencapai 4,999 t/ha (BPS Bengkulu, 2011).

Besar kecilnya produksi padi sawah tergantung pada faktor-faktor produksi yang digunakan, antara lain luas lahan, pupuk, tenaga kerja, benih dan pestisida. Oleh karena itu, pengaruh faktor-faktor produksi terhadap produktivitas padi di Bengkulu menjadi menarik untuk dikaji. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor produksi yang meliputi luas lahan, pupuk urea, pupuk SP-36, pupuk KCl, tenaga kerja, jenis benih, dan pestisida terhadap produktivitas tanaman padi di Desa Bukit Peninjauan II, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Seluma.

BAHAN DAN METODA

Penelitian dilakukan di Desa Bukit Peninjauan II Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma pada bulan Oktober sampai dengan November 2011 dengan metode survei. Penentuan lokasi di Desa Bukit Peninjauan II dengan pertimbangan bahwa daerah ini merupakan salah satu Desa penghasil padi di Kecamatan Sukaraja.


(2)

Responden ditentukan secara acak sebanyak 30 orang petani. Data yang dikumpulkan meliputi produktivitas padi dan 7 faktor produksi yang mempengaruhinya yaitu luas lahan (X1),

penggunaan pupuk urea (X2), pupuk SP-36 (X3), pupuk KCl (X4), tenaga kerja (X5), jumlah benih

(X6), dan pestisida (X7). Data dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan regresi linier

berganda. Untuk mengetahui pengaruh keseluruhan faktor produksi terhadap produktivitas padi digunakan uji F, sedangkan uji t dipakai untuk mengetahui pengaruh masing-masing faktor produksi terhadap produktivitas. Data diolah dengan menggunakan software SPSS versi 17. Persamaan regresinya adalah:

Y = a0 + b1X1 + ………… + b5X5 + b6X6 + b7X7 + U

Dimana :

Y = Produksi (kg/GKP) a0 = Intersep

X1 = Luas Lahan

X2 = Jumlah Pupuk Urea (kg) X3 = Jumlah Pupuk SP-36 (kg) X4 = Jumlah Pupuk KCL (kg)

X5 = Jumlah Tenaga Kerja (Hari Kerja Setara Pria - HKSP) X6 = Jumlah Benih (kg)

X7 = Jumlah Pestisida (ml). bi = Koefisien regresi U = Kesalahan pengganggu

HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Lokasi Penelitian

Data deskripsi lokasi penelitian bersumber dari Profil Desa Bukit Peninjauan II Tahun 2011 Desa Bukit Peninjauan II merupakan wilayah administrasi Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma, sebelah Utara berbatasan dengan Desa Sidosari dan Desa Niur, sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Kayu Arang dan Desa Padang Pelawi, sebelah Barat berbatasan dengan Desa Sarimulyo dan sebelah Timur berbatasan dengan Desa Kayu Arang.

Penggunaan lahan di Desa Bukit Peninjauan II untuk lahan persawahan seluas 172 hektar (11%), umumnya lahan sawah di Desa Bukit Peninjauan II didukung oleh irigasi yang memadai berasal dari Sungai Siabun dan memungkinkan petani dapat menanam padi 2-3 kali setahun.

Jumlah penduduk Desa Bukit Peninjauan II pada tahun 2011 adalah 1.965 Jiwa dengan 439 Kepala Keluarga (KK). Penduduk berjenis kelamin laki-laki berjumlah 940 jiwa sedangkan perempuan 1.025 jiwa (sex ratio 0,92%). Dari sini diketahui bahwa jumlah penduduk laki-laki lebih sedikit atau 0,92 kali dari jumlah penduduk perempuan atau dapat dikatakan bahwa jumlah komposisi penduduk relatif berimbang. penduduk berusia 15-54 tahun sebanyak 1.386 jiwa atau 70,53% dari jumlah penduduk Desa Bukit Peninjauan II. Berdasarkan hal tersebut diketahui bahwa jumlah penduduk usia produktif di Desa Bukit Peninjauan II cukup tinggi. Menurut Yuzzsar (2008), umur seseorang sangat menentukan keberhasilan suatu usaha. Umur produktif (16-55 tahun) akan relatif lebih baik produktifitasnya dibandingkan dengan umur lanjut (diatas 55 tahun). Sedangkan Jumlah petani di Desa Bukit Peninjauan II mencapai 465 orang (53,57%) dari total jumlah penduduk.

Kondisi irigasi teknis untuk usahatani padi di Desa Bukit Peninjauan II cukup baik yang airnya bersumber dari Sungai Siabun. Kelembagaan pendukung usahatani juga cukup memadai. Desa Bukit Peninjauan II memiiki 2 buah koprasi, 8 buah industri kerajinan, 6 buah industri alat rumah tangga, 1 buah industri bahan bangunan, 3 buah usaha peternakan, 1 buah kios saprodi, 3 buah penggilingan padi dan 2 buah kelompok simpan pinjam, namun tidak memiliki pedagang pengumpul beras. Karena letaknya di pinggiran perkotaan maka meskipun jumlah kios saprodi relatif terbatas disamping juga tidak memiliki pedangan pengumpul beras, namun petani tidak mengalami kesulitan dalam penyediaan sarana produksi dan pemasaran hasil panen.


(3)

Keragaan Usahatani Padi Sawah 1. Lahan

Lahan pertanian adalah tanah yang disiapkan untuk diusahakan sebagai usahatani, misalnya lahan sawah, tegalan dan perkarangan. Ukuran lahan pertanian dinyatakan dalam hektar, akan tetapi petani di pedesaan sering menggunakan istilah petak atau depa.

Rata-rata luas lahan sawah responden adalah 0,93 ha. Ditinjau dari kepemilikan lahan sebanyak 28 orang responden (93,33%) merupakan petani pemilik lahan, sedangkan sisanya 2 orang (6,67%) merupakan petani penggarap/sewa dengan sistem bagi hasil. Tabel 1 menyajikan luas lahan sawah dan status kepemilikan responden.

Tabel 1. Luas lahan sawah dan status kepemilikan.

No. Luas dan Kepemilikan Lahan Orang Jumlah Persentase (%)

1. Luas lahan (ha)

- 0,50 – 0,80

- 0,81 – 1,00

- 1,01 – 2,00

6 23 1

20,00 76,67 3,33

2. Kepemilikan lahan

- Milik sendiri

- Garap

28 2

93,33 6,67

Sumber : Analisis data primer Tahun 2012.

Pada Tabel 1 terlihat bahwa umumnya luas lahan sawah yang diusahakan responden relatif luas yaitu antara 0,81 – 1 ha. Kepemilikan lahan sebagian besar (93,33%) merupakan milik sendiri, sedangkan 6,67% adalah garapan dengan sistem bagi hasil terhadap hasil bersih produksi gabah kering panen setelah dikurangi biaya perontokan gabah. Terdapat 2 pola bagi hasil yang diterapkan di lokasi penelitian yaitu bagi 2 atau bagi 3. Bagi 2 berarti bahwa pemilik lahan dan penggarap masing-masing mendapatkan 50% hasil bersih produksi gabah kering panen. Dalam pola ini, pemilik lahan menanggung biaya pengolahan lahan. Bagi 3 berarti bahwa pemilik lahan menerima 1/3 bagian hasil bersih produksi gabah kering panen, sedangkan penggarap mendapatkan 2/3 bagian. Seluruh biaya produksi pada pola ini ditanggung oleh penggarap.

2. Penggunaan pupuk

Pupuk yang digunakan oleh responden merupakan pupuk tunggal terdiri atas Urea (46% N), SP-36 (36% P2O5) Kedua pupuk tersebut merupakan pupuk bersubsidi dan pupuk KCL (60% K2O) merupakan pupuk non subsidi. Rata-rata penggunaan pupuk petani per hektar adalah Urea 198,21 kg, SP-36 96,43 kg, KCl 32,14 kg. Penggunaan jenis pupuk oleh petani responden disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Perbandingan penggunaan dosis pupuk petani dan pupuk rekomendasi.

No Dosis per ha Kandungan (kg)

N P2O5 K2O

1. Petani

- Urea (198,21 kg)

- SP-36 (96,43 kg)

- KCL (32,14 kg)

91,18 34,71 19,28

2. Rekomendasi (Permentan NO. 40/2007)

- Urea (250 kg)

- SP-36 (75 kg)

- KCL (50 kg)

115,00 27,00 30,00

3. Selisih kandungan - 23,82 + 7,71 - 10,72


(4)

Umumnya responden melakukan pemupukan hanya dua kali dalam satu musim tanam. Sebaiknya pemupukan dasar dilakukan pada umur tanaman 7 - 14 HST, pemupukan susulan I umur 21 - 30 HST dan pemupukan susulan II pada umur 35 - 45 HST.

Pupuk memegang peranan penting dalam keberhasilan usahatani padi sawah. Pemupukkan yang tidak berimbangseperti yang dilakukan petani sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman. Menurut BPTP Bengkulu (2009), pupuk N diperlukan untuk pertumbuhan tanaman sepanjang musim, pupuk P diperlukan pada stadia awal pertumbuhan yaitu meningkatkan perkembangan akar, pembentukan anakan, dan mempercepat tanaman berbungan. Sedangkan pupuk K diperlukan untuk memperkuat dinding sel tanaman, memperluas kanopi daun untuk proses fotosintesis, serta meningkatkan jumlah gabah per malai dan persentase gabah bernas. Ketiga pupuk ini merupakan jenis pupuk makro. Kekurangan dosis pupuk N yang sumber utamanya berasal dari pupuk Urea dapat menurunkan produksi tanaman padi. Menurut Gani dan Sembiring (2007), Nitrogen adalah unsur hara paling penting bagi tanaman dan respon tanaman padi terhadap N biasanya lebih tinggi dibandingkan P dan K, karena kekurangan N dan P dapat mengurangi jumlah anakan tanaman padi.

3. Tenaga kerja

Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang penting dalam usahatani padi sawah, oleh karena tenaga kerja yang bekerja di sawah terdiri atas pria dan wanita. Maka dibuat standar jumlah tenaga kerja menjadi Hari Kerja Setara Pria (HKSP) dimana 1 HKSP meliputi 8 jam kerja dengan upah kerja Rp. 50.000/HKSP. Tenaga kerja dalam usahatani padi berasal dari dalam dan luar keluarga tani, di Desa Bukit Peninjauan II deskripsi penggunaan tenaga kerja dalam usahatani padi sawah seperti terlihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Deskripsi penggunaan tenaga kerja berdasarkan jenis kelamin dalam usahatani padi sawah per hektar.

No Uraian Pekerjaan Jumlah Tenaga Kerja (dalam HKSP)

Pria Wanita Jumlah %

1. Pengolahan lahan 16,00 - 16,00 11,91

2. Penanaman 9,11 22,43 31,54 23,48

3. Penyiangan dan penyulaman 8,75 5,11 13,86 10,32

4. Pemupukan 5,39 - 5,39 4,01

5. Penyemprotan PHT 9,36 - 9,36 6,97

6. Pengairan 4,32 - 4,32 3,22

7. 8.

Panen (diluar bawon) Pengangkutan hasil

12,79 10,57

30,50 -

43,29 10,57

32,23 7,87

Jumlah 65,07 42,68 134,33 100,00

Keterangan : Analisis data primer Tahun 2012. HKSP : Hari Kerja Setara Pria

Dari tabel 3 terlihat bahwa dalam usahatani padi curahan tenaga kerja untuk kegiatan pemanenan yaitu 43,29 HKSP (32,23%) dan penanaman yaitu 31,54 HKSP (23,48%) adalah dominan. Kedua kegiatan tersebut menyumbang 74,83 HKSP (55,71%) dari total curahan tenaga kerja dalam usahatani padi.

4. Penggunaan benih

Benih padi yang digunakan petani di Desa Bukit Peninjauan II pada umumnya berlabel mencapi 80% dan tidak berlabel 20%, sebagian besar sudah menggunakan varietas Ciherang dan rata-rata penggunaan benih sebanyak 31,07 kg/ha. (Tabel 4).


(5)

Tabel 4. Penggunaan benih padi petani di Desa Riak Siabun II Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma.

No. Penggunaan Benih Padi Jumlah

Orang %

1. Varietas selain IR yang pernah ditanam

30 100

 Ciherang

2. Jenis benih

 Berlabel

 Tidak berlabel

24 80

6 20

Sumber : Analisis data primer Tahun 2012.

Banyaknya petani yang menggunkan benih berlabel disebabkan oleh adanya bantuan pemerintah melalui Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Seluma. Hal ini didukung oleh hasil survei bahwa hanya terdapat 5 orang petani yang membeli benih berlabel untuk kebutuhan usahatani mereka.

Tabel 5. Sistem tanam responden dalam berusahatani padi.

No. Sistem tanam Jumlah Pengguna

Orang Persentase (%)

1. Tegel 27 90,00

2. Jalur 2 6,67

3. Tidak beraturan 1 3,33

Jumlah 20 100,00

Sumber : Analisis data primer Tahun 2012.

Tabel 5 memperlihatkan hasil kajian sistem tanam yang digunakan petani di lokasi pengkajian umumnya sistem tegel (90%). Sistem tanam merupakan salah satu komponen teknologi yang mempengaruhi indeks pertanaman, maka dianjurkan untuk menerapkan sistem tanam legowo (4:1 atau 2:1). Dimana pada sistem legowo jumlah tanaman perhektar lebih banyak dbandingkan sistem tegel, jumlah benih yang digunakan juga lebih banyak dibandingkan sistem tegel. Pada sistem tegel dengan jarak tanam 20x20 cm dalam 1 ha terdapat 250.000 tanaman, sedangkan pada sistem tanam legowo 4:1 dengan jarak tanam 20x20 cm dan jarak sisipan antar legowo 10 cm terdapat 300.000 tanaman/ha (Daliani dan Taufik, 2011).

5. Penggunaan pestisida

Petani padi di Desa Bukit Peninjauan II menggunakan pestisida yang terdiri atas insektisida, herbisida, fungisida dan moluskasida selama siklus pertanaman padi. Penggunaan pestisida disesuaikan dengan kebutuhan dan intensitas serangan hama penyakit pada pertanaman padi, seperti tergambar pada Tabel 6.

Tabel 6. Keragaan penggunaan pestisida petani padi sawah di Desa Bukit Peninjauan II Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma.

No Jenis pestisida Jumlah (ml/)

1. Insektisida 200,00

2. Herbisida 1.151,79

3. Fungisida 22,86

4. Moluksisida 7,14


(6)

Dari Tabel 6 diketahui bahwa, Herbisida paling banyak digunakan yaitu sebanyak 1.151,79 ml, kemudian disusul oleh Insektisida sebanyak 200 ml, Fungisida sebanyak 22,86 ml dan Moluksisida sebanyak 7,14 ml. Herbisida dan insektisida juga cukup banyak dipakai untuk membasmi gulma dan mengendalikan serangga hama yang cukup banyak jenisnya di sawah seperti belalang, ulat, wereng dan kepinding tanah. dan moluskasida relatif sedikit digunakan sesuai dengan kebutuhan.

6. Analisa usahatani padi sawah

Hasil kajian menggambarkan nilai tingkat keuntungan dan kelayakan usahatani padi sawah di Desa Bukit Peninjauan II menggunakan nilai R/C dan B/C, dimana terlihat bahwa hasil perhitungan R/C usahatani padi senilai 1,67 dan B/C 0,67 (Tabel 7). Menurut Suwasono (2004), R/C merupakan perbandingan (nisbah) antara penerimaan dan biaya, R/C = 1 artinya suatu usaha impas, R/C > 1 berarti usaha tani memperoleh keuntungan, sedangkan R/C < 1 berarti usaha mengalami kerugian. Selanjutnya dikatakan bahwa B/C > 1 berarti usaha layak untuk dijalankan. Dari hasil perhitungan tersebut artinya bahwa usahatani padi sawah memperoleh keuntungan dan tidak rugi, tapi kurang layak untuk dilaksanakan.

Tabel 7. Analisis usahatani padi sawah per hektar di Desa Bukit Peninjauan II Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma.

No Uraian Satuan Harga Satuan

(Rp)

Jumlah Harga (Rp)

A. Saprodi

a. Benih (kg) 31,07 6.700 208.169

b. Pupuk (kg) - Urea - SP-36 - KCl 198,21 96,43 32,14 1.800 2.300 6.250 356.778 221.789 200.875 c. Pestisida (ml)

- Insektisida - Herbisida - Fungisida - Moluksisida 200 1.151,79 22,86 7,14 151 57 500 230 30.200 65.652 11.430 1.642 d. Tenaga Kerja (HKSP)

-Pengolahan lahan

-Penanaman

-Penyiangan dan penyulaman

-Pemupukan

-Penyemprotan PHT

-Pengairan

-Panen (diluar bawon)

-Pengakutan hasil

16,00 31,54 13,86 5,39 9,36 4,32 43,29 10,57 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000 800.000 1.577.000 693.000 269.500 468.000 216.000 2.164.500 528.500

Jumlah biaya produksi 7.813.035

B Hasil GKP (kg) 3.739 3.500 13.086.500

C Keuntungan (B-A) 5.481.634

D R/C (Hasil / Biaya Produksi) 1,67

E B/C (Keuntungan / Biaya Produksi) 0,67

Sumber : Analisis data primer Tahun 2012. Produktivitas Padi Sawah

Tujuan usahatani padi sawah adalah untuk mendapatkan produktivitas yang optimal, sehingga akan diperoleh produktivitas yang tinggi. Agar tujuan itu tercapai maka penggunaan input produksi yang tepat menjadi sangat penting, dengan memperhatikan efisiensi usahatani. Deskripsi penggunaan faktor-faktor tersebut disajikan pada Tabel 8.


(7)

Tabel 8. Deskripsi penggunaan faktor-faktor produksi dan produktivitas padi sawah di Desa Bukit Peninjauan II.

No Faktor-Faktor Produksi Deskripsi Penggunaan

1. Luas lahan 0,93 ha

2. Pupuk Urea 214,29 kg

3. Pupuk SP-36 107,14 kg

4. Pupuk KCl 42,86 kg

5. Tenaga kerja 134,33 HKSP

6. Benih 31,07 kg

7. Pestisida 1.381,79 ml

8. Produksi (GKP) 3,7 ton

Sumber : Analisis data primer Tahun 2012.

Terlihat pada Tabel 8., bahwa produktivitas padi sawah di Desa Bukit Peninjauan II hanya mencapai 3,7 ton/ha GKP. Produktivitas tersebut lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata Propinsi Bengkulu yang mencapai 3,9 ton/ha. Hasil pengolahan data faktor-faktor produksi yang mempengaruhi produktivitas padi sawah dengan menggunakan analisis regresi linier berganda disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9. Hasil estimasi faktor-faktor yang mempengaruhi produksi padi sawah di Desa Bukit Peninjauan II.

No. Variabel Koofisien Regresi t-hitung

1. Konstanta 162,687 0,308

2. Luas lahan 236,890 0,264 ns

3. Jumlah Pupuk Urea Kg 13,271 2,511 *

4. Jumlah Pupuk SP-36 Kg 11,391 2,801 **

5. Jumlah Pupuk KCl Kg 3,913 1,098

6. Jumlah Tenaga Kerja HKSP -5,823 -1,464 ns

7. Jumlah Benih Kg 5,802 0,543 ns

8. Jumlah Pestisida Ml 0,055 0,461 ns

9. R 0,922

10. R2 0,849

11. F-hitung 17,735

Keterangan : ** = berpengaruh sangat nyata pada taraf 99% ns

= tidak berbeda nyata t-tabel (0,01) = 2,75000 t-tabel (0,05) = 2,04227 F-tabel (0,01) = 3,71 F-tabel (0,05) = 2,52

Dari Tabel 8 diketahu bahwa koofisien korelasi (R) sebesar 0,849 menunjukkan korelasi/hubungan antara produktivitas padi sawah dengan 7 variabel faktor-faktor produksi adalah kuat. Menurut Santoso (2010), korelasi antara variabel terikat dengan variabel bebas disebut kuat apabila nilai R di atas 0,5. Persamaan regresi dari hasil analisis data dapat dituliskan sebagai berikut:

Y = 162,687+236,890 X1+13,271 X2+11,391 X3+3,913 X4-5,823 X5+5,802 X6+0,055 X7

Nilai koefisien determinasi (R2) yang diperoleh sebesar 0,849. Hal ini berarti bahwa 7 faktor produksi mampu menjelaskan 84,9% keragaman dari produkstivitas usahatani padi sawah, sedangkan sisanya 15,1% ditentukan oleh faktor-faktor lain yang tidak dimasukkan ke dalam model penelitian. Hasil uji F menunjukkan bahwa F-hitung 18,212 > F-tabel 3,71 pada tingkat kepercayaan 99%, yang berati secara keseluruhan faktor-faktor produksi yaitu luas lahan, pupuk Urea, pupuk SP-36, pupuk KCl, tenaga kerja, benih, dan pestisida berpengaruh terhadap produktivitas padi sawah di Desa Bukit


(8)

Peninjauan II. Selanjutnya dilakukan uji t untuk mengetahui faktor-faktor produksi yang berpengaruh terhadap produktivitas padi sawah, yang diuraikan di bawah ini.

1. Luas lahan (X1)

Dari hasil uji t ternyata penggunaan luas lahan berpengaruh tidak nyata terhadap produktivitas padi sawah dengan t hitung (0,264) < t tabel (2,04227) pada selang kepercayaan 95%. Koefisien regresi sebesar 236,890 menjelaskan bahwa kontribusi penggunaan luas lahan menunjukkan arah positif.

2. Pupuk Urea (X2)

Pada variabel penggunaan pupuk Urea, hasil uji t berpengaruh nyata terhadap produktivitas padi sawah, pada tingkat kepercayaan 95% dengan t hitung (2,511) > t tabel (2,04227). Nilai koefisien regresinya 13,271, menunjukkan konstribusi ke arah positif. Berarti bahwa penambahan satu satuan pupuk urea sampai batas tertentu akan menaikan produktivitas padi sawah sebesar 13,271 satuan dengan asumsi bahwa faktor produksi lain dianggap tetap.

3. Pupuk SP-36 (X3)

Variabel pupuk SP-36 berpengaruh sangat nyata terhadap produktivitas padi sawah sampai pada taraf kepercayaan 99% dimana t hitung (2,801) > t tabel (2,75000). Nilai koefisien regresinya 11,391, yang menunjukan kecenderungan bila pupuk SP-36 ditambah satu unit sampai batas tertentu maka dapat meningkatkan produktivitas padi sawah sebesar 11,391 satuan dengan asumsi faktor lain dianggap tetap.

4. Pupuk KCl (X4)

Variabel pupuk KCL berpengaruh nyata terhadap produktivitas padi sawah sampai pada taraf kepercayaan 95% dimana t hitung (1,098) < t tabel (2,04227). Nilai koefisien regresinya 3,913, yang menunjukan kecenderungan bila pupuk KCL ditambah satu unit sampai batas tertentu maka dapat meningkatkan produktivitas padi sawah sebesar 3,913 satuan dengan asumsi faktor lain dianggap tetap.

5. Tenaga kerja (X5)

Variabel tenaga kerja menunjukan pengaruh tidak nyata terhadap produktivitas padi sawah pada tingkat kepercayaan 95% dengan t hitung (-1,464) < t tabel (2,04227), dengan nilai koefisien regresinya 5,823, menunjukan bahwa konstribusi penggunaan tenaga kerja menunjukan arah negatif. Penggunaan tenaga kerja banyak mengunakan sistem kekeluargaan yang ikut membantu dalam usahatani.

6. Benih (X6)

Pada variabel penggunaan benih, hasil uji t berpengaruh tidak nyata terhadap produktivitas padi sawah, pada tingkat kepercayaan 95% dengan t hitung (0,543) > t tabel (2,04227). Nilai koefisien regresinya 5,802, menunjukkan konstribusi ke arah positif. Berarti bahwa penambahan satu satuan pupuk urea sampai batas tertentu akan menaikan produktivitas padi sawah sebesar 5,802 satuan dengan asumsi bahwa faktor produksi lain dianggap tetap.

7. Pestisida (X7)

Pada variabel penggunaan pestisida, hasil uji t berpengaruh tidak nyata terhadap produktivitas padi sawah pada tingkat kepercayaan 95% dengan t hitung (0,461) < t tabel (2,04227). Dengan nilai koefisien regresinya 0,055 yang menunjukan bahwa kontribusi penggunaan pestisida menunjukan arah positif. Penggunaan pestisida tidak berpengaruh nyata terhadap produktivitas padi karena pestisida digunakan disesuaikan dengan serangan hama dan penyakit.


(9)

KESIMPULAN

1. Secara bersama-sama luas lahan (X1), jumlah pupuk Urea (X2), jumlah Pupuk SP-36 (X3), jumlah

Pupuk KCL (X4), jumlah tenaga kerja (X5), jumlah benih (X6) dan jumlah pestisida (X7)

berpengaruh sangat nyata terhadap produktivitas padi sawah;

2. Secara individual variabel jumlah Pupuk SP-36 (X3) berpengaruh sangat nyata terhadap produktivitas padi sawah, variabel jumlah pupuk Urea (X2) berpengaruh nyata terhadap produktivitas padi sawah, sedangkan variabel luas lahan (X1), jumlah pupuk KCl (X4), jumlah tenaga keja (X5), jumlah benih (X6) dan jumlah pestisida (X7) berpengaruh tidak nyata terhadap produktivitas padi sawah.

DAFTAR PUSTAKA

BPS Bengkulu. 2011. Tabel Luas Panen-Produktivitas-Produksi Tanaman Padi Seluruh Provinsi.

http://www.bps.go.id/tnmn_pgn.php?. Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu. Bengkulu. BPTP Bengkulu. 2009. Panduan Teknologi Mendukung Program SLPTT Padi. Balai Pengkajian

Teknologi Pertanian Bengkulu. Bengkulu.

Daliani, S. D. dan Taufik. H. 2011. Persepsi dan Minat Petani Terhadap Padi Varietas Unggul Baru Inpari melalui Kegiatan Gelar Teknologi. Kumpulan Makalah Penelitian, Pengkajian, Pengembangan dan Penerapan Inovasi Teknologi. BPTP Bengkulu, Bengkulu.

Gani dan H Sembiring. 2007. Respon padi Varietas Ciherang dan Mendawah Terhadap N, P dan K ditanah dari Desa Lhoknga. http://www.dpi.nsw.gov.au/data/ assets/pdf_file/0018/202770/Respon-Ciherang-dan-Mendawak-terhadap-N,-P-dan K-di-tanah-Tanjung,-Lhoknga.pdf.html (download, 06 Juni 2011).

Santoso, S. 2010. Statistik Parametrik Konsep dan Aplikasi dengan SPSS. Penerbit PT. Elex Media Komputindo. Jakarta.

Suwasono, S. 2004. Analisa Finansial Pembuatan Sirup Mengkudu (Morinda citrifolia L), Tinjauan dari Jenis Gula yang diugunakan. Jurnal Agritek Volume 12 Nomor 1, Januari 2004. Universitas Tribuana Tunggadewi. Malang.


(1)

Umumnya responden melakukan pemupukan hanya dua kali dalam satu musim tanam. Sebaiknya pemupukan dasar dilakukan pada umur tanaman 7 - 14 HST, pemupukan susulan I umur 21 - 30 HST dan pemupukan susulan II pada umur 35 - 45 HST.

Pupuk memegang peranan penting dalam keberhasilan usahatani padi sawah. Pemupukkan yang tidak berimbangseperti yang dilakukan petani sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman. Menurut BPTP Bengkulu (2009), pupuk N diperlukan untuk pertumbuhan tanaman sepanjang musim, pupuk P diperlukan pada stadia awal pertumbuhan yaitu meningkatkan perkembangan akar, pembentukan anakan, dan mempercepat tanaman berbungan. Sedangkan pupuk K diperlukan untuk memperkuat dinding sel tanaman, memperluas kanopi daun untuk proses fotosintesis, serta meningkatkan jumlah gabah per malai dan persentase gabah bernas. Ketiga pupuk ini merupakan jenis pupuk makro. Kekurangan dosis pupuk N yang sumber utamanya berasal dari pupuk Urea dapat menurunkan produksi tanaman padi. Menurut Gani dan Sembiring (2007), Nitrogen adalah unsur hara paling penting bagi tanaman dan respon tanaman padi terhadap N biasanya lebih tinggi dibandingkan P dan K, karena kekurangan N dan P dapat mengurangi jumlah anakan tanaman padi.

3. Tenaga kerja

Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang penting dalam usahatani padi sawah, oleh karena tenaga kerja yang bekerja di sawah terdiri atas pria dan wanita. Maka dibuat standar jumlah tenaga kerja menjadi Hari Kerja Setara Pria (HKSP) dimana 1 HKSP meliputi 8 jam kerja dengan upah kerja Rp. 50.000/HKSP. Tenaga kerja dalam usahatani padi berasal dari dalam dan luar keluarga tani, di Desa Bukit Peninjauan II deskripsi penggunaan tenaga kerja dalam usahatani padi sawah seperti terlihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Deskripsi penggunaan tenaga kerja berdasarkan jenis kelamin dalam usahatani padi sawah per hektar.

No Uraian Pekerjaan Jumlah Tenaga Kerja (dalam HKSP)

Pria Wanita Jumlah %

1. Pengolahan lahan 16,00 - 16,00 11,91

2. Penanaman 9,11 22,43 31,54 23,48

3. Penyiangan dan penyulaman 8,75 5,11 13,86 10,32

4. Pemupukan 5,39 - 5,39 4,01

5. Penyemprotan PHT 9,36 - 9,36 6,97

6. Pengairan 4,32 - 4,32 3,22

7. 8.

Panen (diluar bawon) Pengangkutan hasil

12,79 10,57

30,50 -

43,29 10,57

32,23 7,87

Jumlah 65,07 42,68 134,33 100,00

Keterangan : Analisis data primer Tahun 2012. HKSP : Hari Kerja Setara Pria

Dari tabel 3 terlihat bahwa dalam usahatani padi curahan tenaga kerja untuk kegiatan pemanenan yaitu 43,29 HKSP (32,23%) dan penanaman yaitu 31,54 HKSP (23,48%) adalah dominan. Kedua kegiatan tersebut menyumbang 74,83 HKSP (55,71%) dari total curahan tenaga kerja dalam usahatani padi.

4. Penggunaan benih

Benih padi yang digunakan petani di Desa Bukit Peninjauan II pada umumnya berlabel mencapi 80% dan tidak berlabel 20%, sebagian besar sudah menggunakan varietas Ciherang dan rata-rata penggunaan benih sebanyak 31,07 kg/ha. (Tabel 4).


(2)

Tabel 4. Penggunaan benih padi petani di Desa Riak Siabun II Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma.

No. Penggunaan Benih Padi Jumlah

Orang %

1. Varietas selain IR yang pernah ditanam

30 100

 Ciherang 2. Jenis benih

 Berlabel  Tidak berlabel

24 80

6 20

Sumber : Analisis data primer Tahun 2012.

Banyaknya petani yang menggunkan benih berlabel disebabkan oleh adanya bantuan pemerintah melalui Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Seluma. Hal ini didukung oleh hasil survei bahwa hanya terdapat 5 orang petani yang membeli benih berlabel untuk kebutuhan usahatani mereka.

Tabel 5. Sistem tanam responden dalam berusahatani padi.

No. Sistem tanam Jumlah Pengguna

Orang Persentase (%)

1. Tegel 27 90,00

2. Jalur 2 6,67

3. Tidak beraturan 1 3,33

Jumlah 20 100,00

Sumber : Analisis data primer Tahun 2012.

Tabel 5 memperlihatkan hasil kajian sistem tanam yang digunakan petani di lokasi pengkajian umumnya sistem tegel (90%). Sistem tanam merupakan salah satu komponen teknologi yang mempengaruhi indeks pertanaman, maka dianjurkan untuk menerapkan sistem tanam legowo (4:1 atau 2:1). Dimana pada sistem legowo jumlah tanaman perhektar lebih banyak dbandingkan sistem tegel, jumlah benih yang digunakan juga lebih banyak dibandingkan sistem tegel. Pada sistem tegel dengan jarak tanam 20x20 cm dalam 1 ha terdapat 250.000 tanaman, sedangkan pada sistem tanam legowo 4:1 dengan jarak tanam 20x20 cm dan jarak sisipan antar legowo 10 cm terdapat 300.000 tanaman/ha (Daliani dan Taufik, 2011).

5. Penggunaan pestisida

Petani padi di Desa Bukit Peninjauan II menggunakan pestisida yang terdiri atas insektisida, herbisida, fungisida dan moluskasida selama siklus pertanaman padi. Penggunaan pestisida disesuaikan dengan kebutuhan dan intensitas serangan hama penyakit pada pertanaman padi, seperti tergambar pada Tabel 6.

Tabel 6. Keragaan penggunaan pestisida petani padi sawah di Desa Bukit Peninjauan II Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma.

No Jenis pestisida Jumlah (ml/)

1. Insektisida 200,00

2. Herbisida 1.151,79

3. Fungisida 22,86

4. Moluksisida 7,14


(3)

Dari Tabel 6 diketahui bahwa, Herbisida paling banyak digunakan yaitu sebanyak 1.151,79 ml, kemudian disusul oleh Insektisida sebanyak 200 ml, Fungisida sebanyak 22,86 ml dan Moluksisida sebanyak 7,14 ml. Herbisida dan insektisida juga cukup banyak dipakai untuk membasmi gulma dan mengendalikan serangga hama yang cukup banyak jenisnya di sawah seperti belalang, ulat, wereng dan kepinding tanah. dan moluskasida relatif sedikit digunakan sesuai dengan kebutuhan.

6. Analisa usahatani padi sawah

Hasil kajian menggambarkan nilai tingkat keuntungan dan kelayakan usahatani padi sawah di Desa Bukit Peninjauan II menggunakan nilai R/C dan B/C, dimana terlihat bahwa hasil perhitungan R/C usahatani padi senilai 1,67 dan B/C 0,67 (Tabel 7). Menurut Suwasono (2004), R/C merupakan perbandingan (nisbah) antara penerimaan dan biaya, R/C = 1 artinya suatu usaha impas, R/C > 1 berarti usaha tani memperoleh keuntungan, sedangkan R/C < 1 berarti usaha mengalami kerugian. Selanjutnya dikatakan bahwa B/C > 1 berarti usaha layak untuk dijalankan. Dari hasil perhitungan tersebut artinya bahwa usahatani padi sawah memperoleh keuntungan dan tidak rugi, tapi kurang layak untuk dilaksanakan.

Tabel 7. Analisis usahatani padi sawah per hektar di Desa Bukit Peninjauan II Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma.

No Uraian Satuan Harga Satuan

(Rp)

Jumlah Harga (Rp) A. Saprodi

a. Benih (kg) 31,07 6.700 208.169

b. Pupuk (kg) - Urea - SP-36 - KCl 198,21 96,43 32,14 1.800 2.300 6.250 356.778 221.789 200.875 c. Pestisida (ml)

- Insektisida - Herbisida - Fungisida - Moluksisida 200 1.151,79 22,86 7,14 151 57 500 230 30.200 65.652 11.430 1.642 d. Tenaga Kerja (HKSP)

-Pengolahan lahan -Penanaman

-Penyiangan dan penyulaman -Pemupukan

-Penyemprotan PHT -Pengairan

-Panen (diluar bawon) -Pengakutan hasil

16,00 31,54 13,86 5,39 9,36 4,32 43,29 10,57 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000 800.000 1.577.000 693.000 269.500 468.000 216.000 2.164.500 528.500

Jumlah biaya produksi 7.813.035

B Hasil GKP (kg) 3.739 3.500 13.086.500

C Keuntungan (B-A) 5.481.634

D R/C (Hasil / Biaya Produksi) 1,67

E B/C (Keuntungan / Biaya Produksi) 0,67

Sumber : Analisis data primer Tahun 2012. Produktivitas Padi Sawah

Tujuan usahatani padi sawah adalah untuk mendapatkan produktivitas yang optimal, sehingga akan diperoleh produktivitas yang tinggi. Agar tujuan itu tercapai maka penggunaan input produksi yang tepat menjadi sangat penting, dengan memperhatikan efisiensi usahatani. Deskripsi penggunaan faktor-faktor tersebut disajikan pada Tabel 8.


(4)

Tabel 8. Deskripsi penggunaan faktor-faktor produksi dan produktivitas padi sawah di Desa Bukit Peninjauan II.

No Faktor-Faktor Produksi Deskripsi Penggunaan

1. Luas lahan 0,93 ha

2. Pupuk Urea 214,29 kg

3. Pupuk SP-36 107,14 kg

4. Pupuk KCl 42,86 kg

5. Tenaga kerja 134,33 HKSP

6. Benih 31,07 kg

7. Pestisida 1.381,79 ml

8. Produksi (GKP) 3,7 ton

Sumber : Analisis data primer Tahun 2012.

Terlihat pada Tabel 8., bahwa produktivitas padi sawah di Desa Bukit Peninjauan II hanya mencapai 3,7 ton/ha GKP. Produktivitas tersebut lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata Propinsi Bengkulu yang mencapai 3,9 ton/ha. Hasil pengolahan data faktor-faktor produksi yang mempengaruhi produktivitas padi sawah dengan menggunakan analisis regresi linier berganda disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9. Hasil estimasi faktor-faktor yang mempengaruhi produksi padi sawah di Desa Bukit Peninjauan II.

No. Variabel Koofisien Regresi t-hitung

1. Konstanta 162,687 0,308

2. Luas lahan 236,890 0,264 ns

3. Jumlah Pupuk Urea Kg 13,271 2,511 *

4. Jumlah Pupuk SP-36 Kg 11,391 2,801 **

5. Jumlah Pupuk KCl Kg 3,913 1,098

6. Jumlah Tenaga Kerja HKSP -5,823 -1,464 ns

7. Jumlah Benih Kg 5,802 0,543 ns

8. Jumlah Pestisida Ml 0,055 0,461 ns

9. R 0,922

10. R2 0,849

11. F-hitung 17,735

Keterangan : ** = berpengaruh sangat nyata pada taraf 99% ns

= tidak berbeda nyata t-tabel (0,01) = 2,75000 t-tabel (0,05) = 2,04227 F-tabel (0,01) = 3,71 F-tabel (0,05) = 2,52

Dari Tabel 8 diketahu bahwa koofisien korelasi (R) sebesar 0,849 menunjukkan korelasi/hubungan antara produktivitas padi sawah dengan 7 variabel faktor-faktor produksi adalah kuat. Menurut Santoso (2010), korelasi antara variabel terikat dengan variabel bebas disebut kuat apabila nilai R di atas 0,5. Persamaan regresi dari hasil analisis data dapat dituliskan sebagai berikut:

Y = 162,687+236,890 X1+13,271 X2+11,391 X3+3,913 X4-5,823 X5+5,802 X6+0,055 X7 Nilai koefisien determinasi (R2) yang diperoleh sebesar 0,849. Hal ini berarti bahwa 7 faktor produksi mampu menjelaskan 84,9% keragaman dari produkstivitas usahatani padi sawah, sedangkan sisanya 15,1% ditentukan oleh faktor-faktor lain yang tidak dimasukkan ke dalam model penelitian. Hasil uji F menunjukkan bahwa F-hitung 18,212 > F-tabel 3,71 pada tingkat kepercayaan 99%, yang berati secara keseluruhan faktor-faktor produksi yaitu luas lahan, pupuk Urea, pupuk SP-36, pupuk KCl, tenaga kerja, benih, dan pestisida berpengaruh terhadap produktivitas padi sawah di Desa Bukit


(5)

Peninjauan II. Selanjutnya dilakukan uji t untuk mengetahui faktor-faktor produksi yang berpengaruh terhadap produktivitas padi sawah, yang diuraikan di bawah ini.

1. Luas lahan (X1)

Dari hasil uji t ternyata penggunaan luas lahan berpengaruh tidak nyata terhadap produktivitas padi sawah dengan t hitung (0,264) < t tabel (2,04227) pada selang kepercayaan 95%. Koefisien regresi sebesar 236,890 menjelaskan bahwa kontribusi penggunaan luas lahan menunjukkan arah positif.

2. Pupuk Urea (X2)

Pada variabel penggunaan pupuk Urea, hasil uji t berpengaruh nyata terhadap produktivitas padi sawah, pada tingkat kepercayaan 95% dengan t hitung (2,511) > t tabel (2,04227). Nilai koefisien regresinya 13,271, menunjukkan konstribusi ke arah positif. Berarti bahwa penambahan satu satuan pupuk urea sampai batas tertentu akan menaikan produktivitas padi sawah sebesar 13,271 satuan dengan asumsi bahwa faktor produksi lain dianggap tetap. 3. Pupuk SP-36 (X3)

Variabel pupuk SP-36 berpengaruh sangat nyata terhadap produktivitas padi sawah sampai pada taraf kepercayaan 99% dimana t hitung (2,801) > t tabel (2,75000). Nilai koefisien regresinya 11,391, yang menunjukan kecenderungan bila pupuk SP-36 ditambah satu unit sampai batas tertentu maka dapat meningkatkan produktivitas padi sawah sebesar 11,391 satuan dengan asumsi faktor lain dianggap tetap.

4. Pupuk KCl (X4)

Variabel pupuk KCL berpengaruh nyata terhadap produktivitas padi sawah sampai pada taraf kepercayaan 95% dimana t hitung (1,098) < t tabel (2,04227). Nilai koefisien regresinya 3,913, yang menunjukan kecenderungan bila pupuk KCL ditambah satu unit sampai batas tertentu maka dapat meningkatkan produktivitas padi sawah sebesar 3,913 satuan dengan asumsi faktor lain dianggap tetap.

5. Tenaga kerja (X5)

Variabel tenaga kerja menunjukan pengaruh tidak nyata terhadap produktivitas padi sawah pada tingkat kepercayaan 95% dengan t hitung (-1,464) < t tabel (2,04227), dengan nilai koefisien regresinya 5,823, menunjukan bahwa konstribusi penggunaan tenaga kerja menunjukan arah negatif. Penggunaan tenaga kerja banyak mengunakan sistem kekeluargaan yang ikut membantu dalam usahatani.

6. Benih (X6)

Pada variabel penggunaan benih, hasil uji t berpengaruh tidak nyata terhadap produktivitas padi sawah, pada tingkat kepercayaan 95% dengan t hitung (0,543) > t tabel (2,04227). Nilai koefisien regresinya 5,802, menunjukkan konstribusi ke arah positif. Berarti bahwa penambahan satu satuan pupuk urea sampai batas tertentu akan menaikan produktivitas padi sawah sebesar 5,802 satuan dengan asumsi bahwa faktor produksi lain dianggap tetap.

7. Pestisida (X7)

Pada variabel penggunaan pestisida, hasil uji t berpengaruh tidak nyata terhadap produktivitas padi sawah pada tingkat kepercayaan 95% dengan t hitung (0,461) < t tabel (2,04227). Dengan nilai koefisien regresinya 0,055 yang menunjukan bahwa kontribusi penggunaan pestisida menunjukan arah positif. Penggunaan pestisida tidak berpengaruh nyata terhadap produktivitas padi karena pestisida digunakan disesuaikan dengan serangan hama dan penyakit.


(6)

KESIMPULAN

1. Secara bersama-sama luas lahan (X1), jumlah pupuk Urea (X2), jumlah Pupuk SP-36 (X3), jumlah

Pupuk KCL (X4), jumlah tenaga kerja (X5), jumlah benih (X6) dan jumlah pestisida (X7)

berpengaruh sangat nyata terhadap produktivitas padi sawah;

2. Secara individual variabel jumlah Pupuk SP-36 (X3) berpengaruh sangat nyata terhadap produktivitas padi sawah, variabel jumlah pupuk Urea (X2) berpengaruh nyata terhadap produktivitas padi sawah, sedangkan variabel luas lahan (X1), jumlah pupuk KCl (X4), jumlah tenaga keja (X5), jumlah benih (X6) dan jumlah pestisida (X7) berpengaruh tidak nyata terhadap produktivitas padi sawah.

DAFTAR PUSTAKA

BPS Bengkulu. 2011. Tabel Luas Panen-Produktivitas-Produksi Tanaman Padi Seluruh Provinsi. http://www.bps.go.id/tnmn_pgn.php?. Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu. Bengkulu. BPTP Bengkulu. 2009. Panduan Teknologi Mendukung Program SLPTT Padi. Balai Pengkajian

Teknologi Pertanian Bengkulu. Bengkulu.

Daliani, S. D. dan Taufik. H. 2011. Persepsi dan Minat Petani Terhadap Padi Varietas Unggul Baru Inpari melalui Kegiatan Gelar Teknologi. Kumpulan Makalah Penelitian, Pengkajian, Pengembangan dan Penerapan Inovasi Teknologi. BPTP Bengkulu, Bengkulu.

Gani dan H Sembiring. 2007. Respon padi Varietas Ciherang dan Mendawah Terhadap N, P dan K

ditanah dari Desa Lhoknga. http://www.dpi.nsw.gov.au/data/

assets/pdf_file/0018/202770/Respon-Ciherang-dan-Mendawak-terhadap-N,-P-dan K-di-tanah-Tanjung,-Lhoknga.pdf.html (download, 06 Juni 2011).

Santoso, S. 2010. Statistik Parametrik Konsep dan Aplikasi dengan SPSS. Penerbit PT. Elex Media Komputindo. Jakarta.

Suwasono, S. 2004. Analisa Finansial Pembuatan Sirup Mengkudu (Morinda citrifolia L), Tinjauan dari Jenis Gula yang diugunakan. Jurnal Agritek Volume 12 Nomor 1, Januari 2004. Universitas Tribuana Tunggadewi. Malang.