Magister Pendidikan Bahasa Indonesia NOSI Volume 5, Nomor 2, Februari 2017

NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL SANG
PEMIMPI KARYA ANDREA HIRATA SEBAGAI ALTERNATIF
BAHAN AJAR SASTRA DI SMA
Tias Pornawasari
Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia
Abstrak: Novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata menceritakan
persahabatan ketiga tokohnya, Ikal, Arai, dan Jimbron yang
bermimpi bersekolah ke luar negeri. Mimpi bersekolah ke luar
negeri mereka capai dengan kerja keras dan kemandirian. Kerja
keras mereka cerminkan lewat bekerja sambil sekolah bahkan
sampai di bangku kuliah. Kekuatan mimpi akhirnya membuat Ikal
dan Arai mampu bersekolah ke luar negeri, di Universitas
Sorbonne, Paris, Perancis. Fokus penelitian ini meliputi (1) nilainilai pendidikan yang terkadung dalam novel Sang Pemimpi karya
Andrea Hirata karya Andrea Hirata yang dapat digunakan sebagai
alternatif bahan ajar sastra di SMA, (2) relevansi novel Sang
Pemimpi karya Andrea Hirata dapat dijadikan alternatif bahan ajar
sastra yang baik di SMA. Penelitian ini bertujuan untuk (1)
mendeskripsikan dan menjelaskan nilai-nilai pendidikan karakter
yang terkandung dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata
sebagai alternatif bahan ajar sastra di SMA, dan (2)
mendeskripsikan dan menjelaskan relevansi novel Sang Pemimpi

karya Andrea Hirata dapat dijadikan alternatif bahan ajar sastra di
SMA. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Sumber data
penelitian ini adalah novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata,
diterbitkan oleh Penerbit Bentang Pustaka, April tahun 2012,
cetakan ketiga. Teknik pengumpulan data adalah teknik
dokumentasi. Menggunakan metode analisis isi. Berdasarkan hasil
penelitian dapat diketahui bahwa (1) novel Sang Pemimpikarya
Andrea Hirata dapat dijadikan bahan ajar sastra yang baik karena
terkadung nilai-nilai pendidikan karakter, (3) novel Sang Pemimpi
karya Andrea Hirata dapat dijadikan alternatif bahan ajar sastra
yang baik di SMA berdasarkan aspek relevansi meliputi: bahasa,
psikologi, rasa ingin tahu, dan mengembangkan imajinasi.
Berdasarkan hasil penelitian, novel Sang Pemimpi karya Andrea
Hirata yang bermuatan nilai-nilai pendidikan karakter dapat
dijadikan alternatif bahan ajar sastra di SMA. Diharapkan hasil
analisis ini dapat dimanfaatkan oleh guru dalam pembelajaran
apresiasi sastra di SMA.
Kata kunci: bahan ajar, pendidikan karakter, dan novel Sang Pemimpi
PENDAHULUAN
Aspek penting dari kualitas

sumber daya manusia (SDM) adalah

karakter. kualitas karakter bangsa ikut
menentukan kamajuan sebuah bangsa.
Karakter
adalah
titian
ilmu

NOSI Volume 5, Nomor 2, Februari 2017 __________________________________________ Halaman 187

pengetahuan dan keterampilan. Ilmu
pengetahuan tanpa didasari karakter
yang benar akan menyesatkan,
sedangkan
keterampilan
tanpa
kesadaran diri akan menghancurkan.
Oleh karena itu karakter menjadi
prasyarat dasar.

Nilai-nilai pendidikan karakter
pada dasarnya adalah nilai-nilai yang
di miliki oleh warga sekolah yang
meliputi komponen pengetahuan,
kesadaran atau kemauan, dan tindakan.
Dalam pendidikan karakter di sekolah,
semua komponen harus dilibatkan,
termasuk komponen pendidikan itu
sendiri, yaitu isi kurikulum, proses
pembelajaran
dan
penilaian,
penanganan atau pengelolahan mata
pelajaran,
pengelolahan
sekolah,
pelaksanaan aktivitas atau kegiatan kokurikuler,
pemberdayaan
sarana
prasarana, dan etos kerja seluruh warga

sekolah/lingkungan.
Menurut
Kemdiknas
(2010)
menyebutkan nilai pendidikan karakter
tediri dari delapan belas butir, yaitu (1)
religius, (2) jujur, (3) toleransi, (4)
disiplin, (5) kerja keras, (6) kreatif, (7)
mandiri, (8) demokrasi, (9) rasa ingin
tahu, (10) semangat kebangsaan, (11)
cinta tanah air, (12) menghargai
prestasi, (13) bersahabat/komunikatif,
(14) cinta damai, (15) gemar membaca,
(16) peduli lingkungan, (17) peduli
sosial dan (18) bertanggung jawab.
Sedangkan menurut Indonesia
Heritage Foundation (IHF), sebuah
yayasan yang bergerak dalam bidang
character
building

(pendidikan
karakter) yang di prakarsai oleh Ratna
Mengawangi dan Sofyan A. Djalil
melakukan
pengkajian
dan
pengembangan pendidikan dengan
menerapkan sembilan pilar karakter
yang berasal dari nilai-nilai luhur dan
universal, yaitu: (1) cinta Tuhan dan

alam semesta beserta isinya; (2)
tanggung jawab, kedisplinan, dan
kemandirian; (3) kejujuran; (4) hormat
dan santun; (5) kasih sayang,
kepedulian, kerja keras; (6) percaya
diri, kreatif, kerja keras dan pantang
menyerah;
(7)
keadilan

dan
kepemimpinan; (8) baik dan rendah
hati; (9) toleransi, cinta damai dan
persatuan. Kesembilan pilar karakter
inilah yang seharusnya dimiliki oleh
setiap manusia, khususnya generasi
muda dalam menghadapi tantangan di
masa depan.
Menanamkan
nilai-nilai
pendidikan karakter yang dapat
dilakukan guru dengan memberi bahan
ajar yang bermuatan nilai-nilai
pendidikan karakter yang dikaitan
dengan materi pembelajaran yang
sudah dirancang oleh guru dan
sekolah. Dengan nilai-nilai pendidikan
karakter peserta didik akan menjadi
manusia yang lebih bermartabat. Salah
satu

pembelajaran
yang
dapat
dikaitkan dengan nilai-nilai pendidikan
karakter adalah mata pelajaran bahasa
Indonesia.
Nilai karakter harus berpijak dari
karakter
dasar
manusia,
yang
bersumber dari nilai moral universal
yang bersumber dari agama yang juga
disebut sebagai the golden rule.
Pendidikan karakter dapat memiliki
tujuan pasti apabila berpijak pada nilainilai dasar karakter tersebut. Pada
penyelenggara pendidikan di sekolah
harus berpijak kepada nilai-nilai
karakter dasar, yang selanjutnya
dikembangkan menjadi nilai-nilai yang

lebih tinggi sesuai dengan kebutuhan,
kondisi dan lingkungan sekolah
sendiri.
Oleh
karena
itu,
dalam
menanamkan nilai-nilai pendidikan
karakter peranan guru sangat penting.

NOSI Volume 5, Nomor 2, Februari 2017 __________________________________________ Halaman 188

Guru harus memengaruhi karakter
peserta didik. Guru membantu
membentuk watak peserta didik. Agar
guru dapat membentuk watak peserta
didik, harus ada keteladanan dari guru.
Keteladanan itu berupa perilaku yang
berkarakter, cara guru berbicara atau
menyampaikan materi, cara guru

bertoleransi, dan berbagai hal yang
terkait lainnya.
Mata pelajaran bahasa Indonesia
merupakan salah satu mata pelajaran
wajib di semua jenjang pendidikan.
Mata pelajaran bahasa Indonesia yang
diajarkan di sekolah mencakupi dua
bagian
pembelajaran,
yaitu
pembelajaran sastra dan pembelajaran
bahasa. Kedua pembelajaran bahasa
dan sastra Indonesia tersebut tidak
dapat dipisahkan bahkan saling
melengkapi. Pembelajaran sastra lebih
pada nilai-nilai keindahan (estetis) dan
nilai-nilai yang terkandung dalam
karya
sastra
(etis),

sedangkan
pembelajaran bahasa yang lebih fokus
pada aspek kebahasaan (linguistik).
Bahan ajar yang dapat dipilih guru
dalam mata pelajaran bahasa Indonesia
adalah novel yang bermuatan nilainilai pendidikan karakter. Akan tetapi,
tidak semua novel dapat dijadikan
bahan pembelajaran di sekolah. Novel
yang mengandung nilai negatif tentu
saja tidak pantas digunakan. Novel
yang mengandung unsur pornografi
dan kekerasan tentu saja tidak dapat
dijadikan sebagai alternatif bahan ajar.
Pemilihan novel sebagai alternatif
bahan ajar memang membutuhkan
keseriusan,
ketekunan
untuk
menentukan pilihan mana novel yang
tepat dan berpengaruh baik serta

bermanfaat sebagai bahan ajar
terhadap siswa. Pemerintah dan tenaga
kependidikan seharusnya memiliki
kontribusi yang nyata guna pemilihan

novel sebagai alternatif bahan ajar agar
novel ini benar-benar pantas dan tepat
disampaikan sebagai bahan ajar kepada
siswa. Keselektifan pemilihan novel
harus ditingkatkan. Kita tidak mau
siswa mengapresiasi novel yang
berujung pada hal negatif, sehingga
dapat merusak kepribadian siswa
tersebut.
Novel, sebagai salah satu bentuk
karya sastra pada dasarnya merupakan
hasil
imajinasi
dan
kreativitas
pengarang yang bersumber dari
pengalaman, baik pengalaman lahir
maupun
pengalaman
batin.
Pengalaman ini disusun secara kreatif,
imajinatif, sistematis, dan estetis
dengan menggunakan bahasa sebagai
medianya
sehingga
mampu
menyajikan jalinan cerita yang indah
serta mampu memberikan wawasan
yang merupakan hasil renungan
tentang beraneka ragam pengalaman
kehidupannya.
Karya sastra yang dipilih sebagai
bahan ajar harus memenuhi syaratsyarat tertentu. Baik dari segi
kebutuhan siswa maupun dari segi
karya sastra itu sendiri. agar peserta
didik
memiliki
kemampuan
menikmati,
memanfaatkan
dan
mengapresiasi karya sastra untuk
memperluas wawasan, memperhalus
budi pekerti, dan meningkatkan
pengetahuan
serta
kemampuan
berbahasa.
Menurut Suharianto (2009:9) ada
tiga hal yang harus diperhatikan guru
dalam membelajarkan sastra yaitu: (1)
materi atau bahan ajar, (2) metode, dan
(3) manusia. Bahan ajar adalah bahanbahan atau materi yang disusun secara
sistematis, yang digunakan guru dan
siswa dalam proses pembelajaran.
Materi pembelajaran (instructional
materials)
adalah
pengetahuan,

NOSI Volume 5, Nomor 2, Februari 2017 __________________________________________ Halaman 189

keterampilan, dan sikap yang harus
diajarkan oleh guru dan harus
dipelajari oleh siswa untuk mencapai
standar kompetensi dan kompetensi
dasar.
Manusia
yang
melaksanakan
pembelajaran dalam hal ini adalah
guru. Guru memang menjadi ujung
tombak pembelajaran di sekolah. Guru
dituntut untuk mampu menyampaikan
pembelajaran dengan baik dan benar.
Menyampaikan pembelajaran bukan
hal yang mudah. Bukan hanya dari segi
penguasaan materi saja yang diukur,
tetapi juga moral dan sikap guru dalam
pembelajaran sangat disorot. Tugas
guru selanjutnya adalah memilih bahan
ajar yang baik. Pemilihan bahan ajar
yang baik dimaksudkan mampu
menarik minat siswa untuk belajar.
Guru menjadi hal yang sangat
penting dalam menentukan novel mana
yang tepat untuk diajarkan kepada
siswa. Hendaknya guru memilih novel
yang isinya ringan saja dan berkaitan
dengan pembelajaran disekolah. Yang
terpenting novel tersebut dapat
membentuk karakter siswa menjadi
lebih baik lagi kepada orangtua,
keluarga, guru, dan lingkungan. Agar
novel
yang digunakan
sebagai
alternatif bahan ajar dapat bermanfaat
untuk siswa tersebut.
Pembelajaran sastra tidak dapat
terlepas dari karya sastra. Karya sastra
merupakan hasil pemikiran pengarang
mengenai
permasalahan
kemasyarakatan. Karya sastra sebagai
cerminan kehidupan bermasyarakat
yang dapat memberi siswa sebuah
gambaran baru yang mungkin belum
mereka kenali. Siswa akan mampu
mengapresiasi karya sastra melalui
pembelajaran ini. Lebih lagi, dengan
mengapresiasi karya sastra siswa dapat
menerapkan hikmah yang terkandung

di dalamnya pada kehidupan nyata.
Konkretnya, dengan mengapresiasi
karya sastra siswa mampu memilah
dan memilih segi positif maupun
negatif yang terkandung di dalam
karya
sastra
sehingga
siswa
mempunyai kunci tersendiri dalam
memecahkan
permasalahan
yang
mungkin
akan dihadapi
dalam
bermasyarakat.
Berdasarkan uraian di atas,
dilakukan kajian awal terhadap novel
yang akan dijadikan bahan ajar
apresiasi sastra. Apresiasi sastra
merupakan hal yang penting dimiliki
oleh setiap manusia khususnya siswa
sebagai generasi muda, apresiasi sastra
ialah proses (kegiatan) pengindahan,
penikmatan,
penjiwaan,
dan
penghayatan karya sastra secara
individual dan momentan, subjektif
dan eksistensial, rohaniah dan budiah,
khusuk dan kafah, dan intensif dan
total supaya memperoleh sesuatu
daripadanya
sehingga
tumbuh,
berkembang, dan terpiara kepedulian,
kepekaan, ketajaman, kecintaan, dan
keterlibatan terhadap karya sastra.
Novel Sang Pemimpi karya Andrea
Hirata diyakini cocok dijadikan bahan
ajar apresiasi sastra di sekolah. Novel
Sang Pemimpi karya Andrea Hirata
merupakan
buku
kedua
yang
merupakan bagian dari tetralogi Laskar
Pelangi. Novel Sang Pemimpi karya
Andrea Hirata diterbitkan oleh
Penerbit Bentang Pustaka, April tahun
2012, 248 halaman cetakan ketiga.
Kehadiran Novel Sang Pemimpi
karya Andrea Hirata ini sangat tepat
dipilih karena diangkat dari kisah
kehidupannya sendiri saat remaja, yang
bertokoh menjadi Ikal. Novel yang
ditulis Andrea Hirata ini merupakan
pengalaman empiris, fakta pada waktu
Andrea Hirata duduk di bangku SMA.

NOSI Volume 5, Nomor 2, Februari 2017 __________________________________________ Halaman 190

Lewat ketiga tokoh yang ada di
dalamnya, Andrea Hirata mengajarkan
kepada pembaca bagaimana percaya
terhadap kekuatan cinta, percaya
terhadap pengorbanan, dan yang paling
mengagumkan,
mereka
memiliki
kepercayaan terhadap kekuatan mimpi.
Kepercayaan yang di zaman sekarang
dianggap hal biasa, malah terkesan
sepele, dalam novel ini dapat
dikisahkan oleh Andrea Hirata menjadi
hal yang dapat menginspirasi pembaca.
Sang Pemimpi karya Andrea
Hirata yang mengisahkan tentang
anak-anak Melayu yang berada di
bawah garis kemiskinan ternyata dapat
menggapai cita-cita yang tinggi. Citacita
mereka
wujudkan
dengan
bersungguh-sungguh
dalam
bersekolah. Jika hal ini dibandingkan
dengan kenyataan hidup anak-anak
zaman sekarang, maka sangatlah
berbeda. Banyak sekali anak-anak
zaman sekarang yang menganggap
pendidikan merupakan hal yang sepele.
Pendidikan mereka anggap lebih
banyak menyita waktu dan tidak
menghasilkan uang. Mereka lebih
memilih
untuk
bekerja
dan
meninggalkan
bangku
sekolah.
Namun, di dalam novel ini, Andrea
Hirata mengajarkan kepada pembaca
bahwa pendidikan sangatlah penting.
Pentingya pendidikan dikisahkan oleh
Andrea Hirata lewat ketiga tokohnya,
yakni Ikal, Arai, dan Jimbron yang
tetap bersekolah walaupun mereka
juga harus bekerja. Juga hal itu mereka
lakukan sampai di bangku perkuliahan.
Tidak
berhenti
menuntut
ilmu
walaupun waktu, tenaga, dan pikiran
mereka
harus
terbagi
dengan
pekerjaan. Sebuah novel yang sangat
menginspirasi bagi anak-anak muda
untuk terus bersemangat mereguk ilmu
sebanyak-banyaknya.
Berdasarkan

uraian di atas penulis tertarik untuk
membahasnya dalam tesis dengan
judul novel Sang Pemimpi Karya
Andrea Hirata Bermuatan Nilai-Nilai
Pendidikan Karakter sebagai Alternatif
Bahan Ajar Sastra di SMA”.
Penelitian
tentang
nilai-nilai
pendidikan karakter yang terdapat
dalam novel Sang Pemimpi Karya
Andrea
Hirata
ini
diharapkan
bermanfaat bagi dunia sastra dan
pengajaran sastra. Hasil penelitian ini
juga diharapkan dapat menumbuhkan
kecintaan penggemar sastra terhadap
novel, khususnya dalam pengajaran
sastra untuk meningkatkan minat
membaca siswa terhadap sastra. Di
samping itu, penelitian ini dapat
membuktikan
bahwa
nilai-nilai
pendidikan karakter dapat disampaikan
melalui media sastra, antara lain
melalui novel seperti Sang Pemimpi
karya Andrea Hirata.
METODE PENELITIAN
Berdasarkan
masalah
yang
diajukan dalam penelitian ini, yaitu
lebih menitiberatkan pada nilai-nilai
pendidikan karakter yang terdapat
dalam novel Sang Pemimpi karya
Andrea Hirata, maka pendekatan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan
deskriptif
analisis.
Deskripsi analisis ini bercorak
bibiliografis yang pencarian berupa
data, fakta, hasil dan ide pemikiran
seseorang melalui cara mencari,
menganalisis, membuat interpretasi
serta melakukan generalisasi terhadap
hasil penelitian yang dilakukan
Munzair (dalam Sudjati, 2013).
Peneliti deskriptif analisis lebih sesuai
untuk penelitian yang bersangkut paut
dengan masalah kultur dan nilai sastra
Semi, (dalam Sudjati, 2013).

NOSI Volume 5, Nomor 2, Februari 2017 __________________________________________ Halaman 191

Peneliti mendeskripsikan secara
rinci dan mendalam mengenai data
yang dikumpulkan berupa rangkaian
kata atau kalimat dan bukan urutan
angka.
Penelitian
deskriptif
menyangkut peristiwa-peristiwa yang
sudah terjadi, yang berhubungan
dengan kondisi masa kini. Di
dalamnya terdapat upaya deskriptif
pencatatan,
analisis,
dan
mingenterpretasi kondisi-kondisi yang
sekarang ada atau terjadi.
Sebagai rancangan deskriptif,
penelitian ini mempunyai ciri-ciri: (1)
memusatkan pada masalah yang
diteliti, (2) data yang dikumpulkan
disusun secara sistematis, kemudian
dijelaskan
dan
dianalisis,
(3)
menjelaskan mengenai dasar-dasar
metodeloginya maupun mengenai
detail teknis secara khusus, (4)
menjelaskan prosedur pengumpulan
data dan pengawasan serta pilihan
terhadap data, dan (5) memberi alasan
yang kuat mengenai penggunaan
teknik tertentu dan bukan teknik
lainnya.
Tujuan utama penelitian deskriptif
analisis adalah melukiskan realitas
yang kompleks, sedemikian rupa
sehingga
relevansi
nilai-nilai
pendidikan karakter dapat tercapai
dengan baik dan sesuai dengan tujuan
rumusan yang telah dirumuskan
sebelumnya. Penelitian deskriptif
menjawab
semua
pertanyaanpertanyaan melalui analisis terhadap
hubungan antara variabel, faktor-faktor
secara sistematis berhubungan dengan
kejadian, kondisi, atau bentuk-bentuk
tingkah laku tertentu Faisal, (dalam
Sudjati, 20). Isi laporan penelitian ini
adalah berupa rangkaian kata atau
kalimat dari Novel Sang Pemimpi
Karya Andrea Hirata.

Berdasarkan uraian di atas, dapat
diambil kesimpulan bahwa setiap
karya sastra memerlukan metode yang
sesuai dengan sifat dan strukturnya.
Dalam penelitian ini, peneliti ingin
memperoleh gambaran objektif tentang
nilai-nilai pendidikan karakter dalam
novel Sang Pemimpi Karya Andrea
Hirata . prosedur dari penelitian ini
adalah untuk menghasilkan data
deskriptif berupa data tertulis setelah
dilakukan analisis pemikiran/isi dari
suatu teks caranya yaitu dengan
menganalisis
isi
dan
mengidentifikikasi
data
secara
sistematik dan objektif dalam novel
Sang Pemimpi karya Andrea Hirata
agar
mudah
dipahami
dan
diinterpretasi dengan baik.
Objek penelitian adalah sasaran
yang akan diteliti tentu saja tidak
terlepas dari masalah penelitian. Objek
penelitian ini adalah nilai-nilai
pendidikan karakter dan relevansi
novel Sang Pemimpi Karya Andrea
Hirata sebagai alternatif bahan ajar
sastra di SMA
Data merupakan bahan yang sesuai
untuk memberi jawaban terhadap
masalah yang dikaji (Subroto dalam
Al-Ma’ruf, 2009). Data penelitian
sastra adalah unsur-unsur sastra yang
terdapat dalam teks sastra yang
berkaitan langsung dengan masalah
penelitian. Data dalam penelitian ini
berupa kata, kalimat, paragraf dan
dialog dalam teks yang mengandung
nilai-nilai pendidikan karakter, unsurunsur pembangun prosa fiksi novel,
serta aspek lain yang mendukung
kevalidan dan kesesuaian novel Sang
Pemimpi sebagai bahan ajar sastra di
SMA.
Penelitian yang dilaksanakan ini
adalah
penelitian
kualitatif.
kegiatannya adalah menganalisis teks

NOSI Volume 5, Nomor 2, Februari 2017 __________________________________________ Halaman 192

novel Sang Pemimpi karya Andrea
Hirata. Kegiatan analisisnya meliputi
analisis
isi
tentang
nilai-nilai
pendidikan karakter dalam novel Sang
Pemimpi karya Andrea Hirata.
Sebagai sumber data, novel Sang
Pemimpi karya Andrea Hirata ini
menyuguhkan suatu cerita yang
mengisahkan
tentang
anak-anak
Melayu yang berada di bawah garis
kemiskinan ternyata dapat menggapai
cita-cita yang tinggi. Cita- cita mereka
wujudkan dengan bersungguh-sungguh
dalam bersekolah. Jika hal ini
dibandingkan dengan kenyataan hidup
anak-anak zaman sekarang, maka
sangatlah berbeda.
Novel Sang Pemimpi karya Andrea
Hirata ini adalah novel yang kisannya
nyata dialami oleh penulis ini sendiri
yang tak lain Andrea Hirata. Andrea
Hirata berusaha mengajarkan pembaca
bahwa pendidikan sangatlah penting.
Pentingnya pendidikan dikisahkan oleh
Andrea Hirata lewat tiga tokohnya,
yakni Ikal, Arai, dan Jimbron yang
tetap bersekolah walaupun mereka
juga harus bekerja. hal itu melakukan
sampai
di
bangku
perkulihan.
Demikian uraian pendidikan karakter
dalam novel Sang Pemimpi karya
Andrea Hirata yang diterbitkan oleh
Penerbit Bentang Pustaka bulan Juni
tahun 2016.
Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan dirinya sendiri sebagai
instrument kunci utama dalam
mengumpulkan
data.
Penulis
mengumpulkan dari sumber data
dengan membaca novel secara
seksama dan memilah satu persatu
kondisi yang tergambar yang sesuai
dengan
kebutuhan
data
yang
diperlukan didalam novel Sang
Pemimpi Karya Andrea Hirata untuk
memudahkan
menganalisis
data

tersebut. Menurut Moleong, (2013),
penelitian yang menggunakan human
instrument berarti peneliti bertindak
sebagai
perencana,
pelaksana
pengumpulan data, analisis, penafsiran
data, dan pada akhirnya ia menjadi
pelapor hasil penelitiannya.
Teknik pengumpulan data adalah
cara
yang
dilakukan
untuk
mengumpulkan data yang diperlukan
dalam penelitian. Pengumpulan data
dilakukan dengan pembacaan novel
Sang Pemimpi Karya Andrea Hirata
Secara cermat, terarah, dan teliti. Pada
saat melakukan pembacaan tersebut,
peneliti melakukan pendokumentasian
dengan cara mencatat data-data bagian
teks yang mengandung nilai-nilai
pendidikan
karakter,
kesesuaian
sebagai alternatif bahan ajar sastra
serta aspek lain yang mendukung
kevalidan data. Data yang dicatat itu
disertakan kode sumber datanya untuk
mengecek ulang terhadap sumber data
ketika diperlukan dalam rangka
analisis data dalam novel Sang
Pemimpi Karya Andrea Hirata.
Untuk menjaring data sebagaimana
dipaparkan
diatas,
ditetapkan
instrument pemandu penjaringan data
yang memuat kriteria masing-masing
data yang diperlukan. Hal ini
dilakukan agar tidak menimbulkan
ketumpang tindihan antara data tentang
nilai-nilai pendidikan karakter. Kriteria
yang digunakan ditetapkan untuk
masing-masing
aspek
nilai-nilai
pendidikan karakter.
Setelah didapat sejumlah data
berdasarkan kriteria yang telah
ditetapkan
selanjutnya
data-data
tersebut dimasukan kedalam tabel
korpus data. Penyusunan data dalam
tabel korpus data dilkarifikasikan atas
deskripsi data tentang nilai pendidikan
karakter. Pemaparan dalam tabel

NOSI Volume 5, Nomor 2, Februari 2017 __________________________________________ Halaman 193

korpus data diurutkan berdasarkan
klarifikasi yang dimulai dari data
tentang nilai-nilai pendidikan karakter.
Selanjutnya, setelah semua data
ditabelkan diadakan pengecekan untuk
melihat keabsahan data tersebut. Data
dianggap absah apabila semua data
diambil dari sumber data bukan
sumber data yang lain.
Teknik analisis data dalam
penelitian ini adalah proses mencari
dan menyusun secara sistematis data
yang diperoleh dari hasil, dukumentasi
data dengan mencatat dan memberi
tanda pada novel yang mendukung
kevalidan data, dan bahan-bahan lain,
sehingga dapat mudah dipahami, dan
temuannya
dapat
diinformasikan
kepada orang lain.
Analisis data dilakukan dengan
mengorganisasikan
data,
menjabarkannya ke dalam unit-unit,
melakukan sintesa, menyusun ke
dalam pola, memilah mana yang
penting yang akan di pelajari, dan
membuat kesimpulan yang dapat
diceritakan kepada orang lain Bogdan
(dalam Sugiyono, 2015:224).
Teknik
analisis
data
yang
digunakan dalam penelitian ini
menggunakan analisis mengalir, yang
meliputi tiga komponen, yaitu (1)
reduksi data; (2) panyajian data; dan
(3) penarikan simpulan. Analisis
metode mengalir mempunyai tiga
komponen yang saling terjalin dengan
baik, yaitu sebelum, selama dan
sesudah pelaksanaan pengumpulan
data. Penjelasannya sebagai berikut ini:
(1) Reduksi dataPada langkah ini data
yang diperoleh dicatat dalam uraian
yang terperinci. Dari data-data yang
sudah dicatat tersebut, kemudian
dilakukan penyederhanaan data. Datadata yang dipilih hanya data yang
berkaitan dengan masalah yang akan

dianalisis, dalam hal ini tentang unsurunsur pembangun prosa fiksi, nilainilai
pendidikan
karakter,
dan
kesesuaian sebagai bahan ajar sastra di
SMA yang terdapat dalam novel Sang
Pemimpi. Informasi-informasi yang
mengacu pada permasalahan itulah
yang menjadi data dalam penelitian ini.
Sajian dataPada langkah ini, datadata yang sudah ditetapkan kemudian
disusun secara teratur dan terperinci
agar mudah dipahami. Penyajian data
bisa dilakukan dalam bentuk uraian
singkat. Data-data tersebut kemudian
dianalisis sehingga diperoleh deskripsi
sesuai dengan rumusan masalah.
Penarikan simpulan pada tahap ini,
dibuat kesimpulan tentang hasil dari
data yang diperoleh sejak awal
penelitian. Kesimpulan awal yang
dikemukankan
masih
bersifat
sementara, dan akan berubah bila tidak
ditemukan bukti-bukti yang kuat yang
mendukung pada tahap pengumpulan
data berikutnya. Kesimpulan ini masih
memerlukan
adanya
penarikan
kesimpulan sehingga hasil yang
diperoleh benar-benar valid. Dengan
demikian kesimpulan dalam penelitian
kualitatif dapat menjawab rumusan
masalah yang dirumuskan sejak awal.
Penetapan teknik analisis data
ditentukan pula oleh tujuan yang
hendak dijangkau. Penelitian sastra
yang bertujuan untuk memperoleh
gambaran
tentang
nilai-nilai
pendidikan karakter yang terkadung
dalam novel Sang Pemimpi karya
Andrea Hirata dan relevansi sebagai
alternatif bahan ajar sastra di SMA,
teknik analisis data yang sesuai adalah
analisis isi. Untuk penelitian sastra
yang bertujuan memperoleh deskripsi
tentang latar belakang penciptaan
sastra dan nilai-nilai yang ada dalam
sastra, teknik analisis data yang

NOSI Volume 5, Nomor 2, Februari 2017 __________________________________________ Halaman 194

digunakan
keobjektivitasan
dan
menafsirkan deskripsi data sesuai
dengan kondisi teksnya.
Adapun langkah-langkah yang
dilakukan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut: (1) Membaca secara
keseluruhan teks novel Sang Pemimpi
karya Andrea Hirata secara berulangulang. (2) Nilai-nilai pendidikan
karakter, serta aspek lain yang
mendukung kevalidan dan relevansi
novel Sang Pemimpi karya Andrea
Hirata sebagai alternatif bahan ajar
sastra. (3) Menyimpulkan apakah
novel Sang Pemimpi karya Andrea
Hirata dapat dijadikan alternatif bahan
ajar sastra sesuai dengan kriteria bahan
ajar sastra yang baik. (4) Melaporkan
hasil analisis dalam bentuk tulisan.
Hasil analisis ini direfleksikan
dengan pengalaman dan pengetahuan
peneliti. Teknik ini dimaksudkan untuk
memperoleh hasil secara objektif.
Implementasi
teknik
ini,
yaitu
menganalisis deskripsi data dengan
landasan
nilai-nilai
pendidikan
karakter.
Pengecekan keabsahan temuan
dilakukan sebagai tahapan terakhir
dalam proses penelitian. Pengecekan
keabsahan temuan atau data bertujuan
agar penafsiran dan analisis data dapat
dipertanggungjawabkan
dan
memeriksa apakah data yang dikelolah
sesuai dengan rumusan masalah
dantujuan masalah. Untuk mengecek
keabsahan temuan maka dilakukan
langkah-langkah sebagai berikut ini:
(1) ketetekunan pengamatan untuk
memperdalam pemahaman dengan
membaca, meneliti, mencermati dan
mengevaluasi kembali hasil data yang
diperoleh dan dilakukan secara
berulang-ulang,
(2)
pemeriksaan
keabsahan data dapat dilakukan
dengan memanfaatkan sesuatu yang

lain diluar data yakni dengan
menggunakan
teknik
triangulasi.
Teknik triangulasi dalam penelitian ini
di lakukan dengan pendiskusian
dengan ahli (Dosen Pembimbing)
dengan tujuan agar mengurangi
kemencengan dalam pengumpulan
data, kemuadian melakukan diskusi
dengan teman sejawat yang peneliti
anggap tahu akan masalah yang
diangkat.
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil paparan data dan
analisis data yang telah dilakukan,
maka dapat dipaparkan (1) wujud nilainilai pendidikan karakter dalam novel
Sang Pemimpi karya Andrea Hirata
sebagai alternatif bahan ajar sastra di
SMA. Wujud nilai-nilai pendidikan
karakter dalam novel ini, antara lain
religius, displin, mandiri, bekerja
keras, tanggung jawab, toleransi,
kreatif, menghargai prestasi, peduli
sosial, bersahabat/komunikatif. (2)
bentuk nilai-nilai pendidikan karakter
dalam novel Sang Pemimpikarya
Andrea Hirata dapat
dijadikan
alternatif bahan ajar sastra yang baik di
SMA. Bentuk nilai-nilai pendidikan
karakter dalam novel ini, antara lain
sikap,
perilaku,
motivasi,
dan
keterampilan.
Wujud Nilai Karakter
a) Cinta Tuhan/Religius
Cinta Tuhan/religius adalah sikap
menaati aturan agama yang dianut oleh
seseorang serta menjaga pikiran,
perkataan, dan tindakan seseorang
yang diupayakan selalu berdasarkan
pada nilai-nilai Ketuhanan. Karakter
Cinta
Tuhan/religius
ini
dapat
tercermin pada sikap seperti selalu

NOSI Volume 5, Nomor 2, Februari 2017 __________________________________________ Halaman 195

menggunakan ungkapan Islami; rajin
beribadah; rajin melantunkan ayat-ayat
suci Al-Quran; sikap dan landasi nilai
keagamaan/Islami;
melakukan
kegiatan didasari semangat dan Ridho
Tuhan; ikhlas melaksanakan ibadah,
amanah, tugas, pekerjaan, tanpa
mengeluh. Sikap Cinta Tuhan/religius
ini tercermin rajin melantukan ayatayat suci Al-Quran dan sikap dilandasi
nilai keagamaan /Islami ini ditujukan
oleh tokoh-tokoh dalam novel Sang
Pemimpi karya Andrea Hirata. Paparan
datanya sebagai berikut:
1) Kesedihan hanya tampak padanya
ketika dia mengaji Al-Quran. Di
hadapan kitab suci itu, dia seperti
orang mengadu, seperti orang
takluk, seperti orang yang lelah
berjuang
melawan
rasa
kehilangan pada seluruh orang
yang dicintainya. Setiap habis
magrib, Arai melantunkan ayatayat suci Al-Quran di bawah
temaram lampu minyak. Seisi
rumah kami terdiam. Suaranya
sekering ranggas yang menusuknusuk malam. Setiap lekukan
tajwid yang dilantunkan hati
muda itu adalah jeritan kerinduan
yang tak tertanggungkan kepada
ayah-ibunya. (hal. 26-27)
(Kontek: Ketika ia mengaji AlQuran)
Data
pertama
(01/SP/26-27)
menunjukan nilai religius ketika dia
mengaji Al-Quran, dia seperti orang
yang mengadu, seperti orang takluk,
seperti orang yang lelah berjuang.
Setiap habis mahgrib dia melantunkan
ayat- ayat suci Al-Quran. Setiap
lekukan tajwid yang dilantunkan
adalah jeritan kerinduan yang tak
tertanggungkan kepada ayah-ibunya.
Merasa
bahwa
ia
benar-benar

menemukan sandaran tentang segala
kesusahan hidup yang mendera.
Melalui kisah di atas, mampu memberi
contoh bahwa kesusahan hidup tak
seharusnya disesali dan digerutu,
namun kesusahan hidup sepatutnya
diserahkan kepada Tuhan. Hal yang
sangat jarang dilakukan orang zaman
sekarang yang malah menjadi frustasi
dan stres akibat kesusahan hidup.
Sebuah nilai religius yang menjadi
pengingat sekaligus membangun bagi
pembaca.
2) Kuingatkan diriku sendiri bahwa
aku berijazah Sekolah Dasar
Laskar Pelangi Muhammadiyah,
kawah candradimuka pendadaran
Islam yang tangguh. Kututup
kembali jemariku, tapi jari-jari itu
kembali melawan tuannya. Aku
malu dan merasa bersalah kepada
Buya Kiai Haji Achmad Dahlan,
pendiri Muhammadiyah. (hal. 88)
(Kontek: Pendadaran Islam yang
tangguh)
Data
kedua
(02/SP/88)
menunjukan nilai religius bahwa aku
berijazah Sekolah Dasar Laskar
Pelangi Muhamamadiyah, kawah
candradimuka pendadaran Islam yang
tangguh. Aku malu dan merasa
bersalah kepada Buya Kiai Haji
Achmad
Dahlan,
pendiri
Muhammadiyah. Melalui penggalan
novel di atas, perkataannya didasari
nilai Islami bahwa ia bangga pernah
bersekolah dan berijazah Sekolah
Dasar Laskar Pelangi Muhammadiyah
yang memiliki pendadaran Islam yang
tangguh/tempat pelatihan islam yang
tangguh, namun ia juga mengakui
perkataannya yang salah kepada Buya
Kiai Haji Achmad Dahlan pendiri
Muhammadiyah. Sikap ini didasari
nilai keagamaan/Islami dengan berani

NOSI Volume 5, Nomor 2, Februari 2017 __________________________________________ Halaman 196

mengaku kesalahan yang di perbuat.
Meskipun Kiai Buya tak mengetahui
kesalahan Ikal, namun ia mengakuinya
sendiri. Sebuah sikap yang patut kita
teladani dalam kehidupan sehari-hari,
agar kita menjaga sikap dan tindakan
kita serta segala perkataan kita
terhadap orang lain.
3) Tak jauh dari sana, berbaris
rumah perahu, suku orang
bersarung. Kaum itu, jatuh hati
pada laut. Wanita-wanitanya
keras tapi cantik, dan lihai
melantunkan ayat-ayat suci AlQuran. Pria-pria- nya santun.
Selalu merayu dengan kata
“manisku”…. (hal243) (Kontek:
Suku orang bersarung, priaprianya
santun.
Wanitawanitanya keras tapi cantik, dan
lihai melantunkan ayat- ayat suci
Al-Quran)
Data
ketiga
(03/SP/243)
menunjukan nilai religius suku orang
bersarung,
pria-prianya
santun.
Wanita-wanitanya keras tapi cantik,
dan lihai melantunkan ayat- ayat suci
Al-Quran . Sikap religius dilandasi
nilai keagamaan Islami oleh nelayannelayan dan istri-istrinya yang bekerja
menangkap ikan di sungai Manggar.
Namun disisi lain ada hal yang
menakjubkan tak peduli mereka
sedang berada diatas kapal, mereka
tetap menjalankan sholat yang
merupakan kewajiban setiap umat
Islam. Istri mereka pun setiap malam
melantunkan ayat-ayat suci Al-Quran.
Sungguh sikap dan tindakan yang baik
dan patut untuk diteladani oleh setiap
umat manusia agar selalu taat kepada
ibadah dan agamanya dimanapun ia
berada untuk tidak meninggalkan
kewajibannya.
b) Displin

Disiplin adalah sikap yang
menunjukkan perilaku tertib dan patuh
pada berbagai ketentuan dan peraturan.
Karakter displin dapat tercermin pada
sikap sangat menghargai waktu;
konsisten dalam menjalankan tugas;
taat pada tata tertib; taat pada berbagai
ketentuan; dan tertib menjalankan
ibadah. Sikap karakter yang tercermin
adalah konsisten dalam menjalankan
tugas yang terdapat dalam novel Sang
Pemimpi karya Andrea Hirata ini
ditujukkan oleh tokoh Pak Balia dan
Ikal.
4) Tak pernah mau kelihatan lelah
dan jemu menghadapi murid. Jika
lelah, dia mohon diri sebentar
untuk
membasuh
mukanya,
mengelapnya dengan handuk
putih kecil bersulamkan nama
istri dan putrid-putrinya, yang
selalu di bawanya kemana-mana.
Lalu, dibasahinya rambutnya dan
disisirnya
kembali
rapi-rapi
bergaya James Dean. Sejenak
kemudian, beliau menjelma lagi di
depam kelas sebagai pangeran
tampan ilmu pengetahuan. (hal.
60) (Kontek: Tak pernah mau
kelihatan lelah dan jemu
menghadapi murid)
Data
keempat
(04/SP/60)
menunjukan nilai displin konsisten
dalam menjalankan tugas. Ia tak
pernah mau lelah dan jemu
menghadapi murid. Jika lelah, dia
mohon diri sebentar untuk membasuh
mukanya. Lalu, dibasahinya rambutnya
dan disisirnya kembali rapi-rapi
bergaya James Dean. Sikap yang
ditunjukan tidak pernah lelah dan
bersemangat dalam menjalankan tugas
mengajar kepada peserta didiknya.
Sikap Pak Balia ini mengisyaratkan
kepada para murid agar mereka lebih

NOSI Volume 5, Nomor 2, Februari 2017 __________________________________________ Halaman 197

fokus dan tidak boleh belajar
seenaknya. Hal ini terlihat semua
peserta
didik
yang
menyukai
pelajarannya.
5) Aku
juga
sibuk
megejar
ketinggalan pelajaranku. Pulang
sekolah, aku rajin mengunjungi
Pak Balia dan Pak Mustar untuk
mendapat pelajaran tambahan
karena ujian akhir SMA kian
dekat. (hal. 181) (Kontek: Aku
juga sibuk mengejar ketinggalan
pelajaranku)
Data
kelima
(05/SP/181)
menunjukan nilai displin tokoh Ikal
aku sibuk mengejar ketinggalan
pelajaranku. Pulang sekolah aku rajin
mengunjungi Pak Balia dan Pak
Mustar untuk mendapatkan pelajaran
tambahan. Tekad, tekun dan semangat
belajar sangat tinggi demi mewujudkan
cita-citanya untuk lulus dengan nilai
terbaik. Sikap yang harus diteladani
oleh generasi muda agar tidak
bermain-main dengan pelajaran di
sekolah.
6) Tapi, KAWANKU, dengarlah ini,
sekali pun aku tak pernah bolos
kuliah. (hal. 234) (Kontek:
Dengarlah ini, sekalipun aku tak
pernah bolos kuliah)
Data
keenam
(06/SP/234)
menunjukan nilai displin yang
diperlihatkan tokoh Ikal dengarlah ini,
sekali pun aku tak pernah bolos kuliah.
Penggalan novel tersebut menunjukan
bersungguh-sungguh dalam sekolah
meskipun sambil bekerja tidak
mengurangi rasa semangat yang tinggi
dalam menggapai mimpi-mimpinya.
c) Mandiri
Mandiri adalah sikap dan perilaku
yang tidak mudah tergantung pada
orang lain. Karakter mandiri tercermin

pada sikap tidak pernah mengeluh;
tidak mudah dipengaruhi oleh pihak
luar; pantang menyerah; dapat
menyelesaikan pekerjaannya sendiri;
tidak selalu bergantung pada orang
lain. Sikap karakter yang tercermin
dalam novel Sang Pemimpi karya
Andrea Hirata adalah tidak selalu
bergantung pada orang lain dan
pantang
menyerah.
Sikap
ini
ditunjukan oleh tokoh Arai.
7) Aku melirik benda itu dan makin
pedih
membayangkan
dia
membuat mainan itu sendiri,
memainkannya juga sendiri di
tengah-tengah ladang tebu. (hal.
21) (Kontek: Dia membuat
mainan
itu
sendiri,
memainkanya juga sendiri di
tengah-tengah lading tebu)
Data
ketujuh
(07/SP/21)
menunjukan nilai mandiri yang
diperlihatkan tokoh Arai dia membuat
mainan itu sendiri, memainkannya
juga sendiri di tengah-tengah ladang
tebu. Sikap tidak bergantung pada
orang
lain.
Aria
menunjukan
kemandiriannya sejak kecil, kepahitan
hidup yang membuatnya mandiri dan
melakukan semua hal sendiri. Sejak
orangtuanya meninggal ia menjadi
anak yang kuat dalam segala cobaan
hidup yang menderanya. Ia berjuang
dengan gigih untuk kehidupannya yang
lebih
baik.
Meskipun
kedua
orangtuanya telah tiada ia ingin
membanggakan keduanya orangtuanya
dengan prestasi yang akan dicapainya.
8) Karena di kampung kami tidak
ada SMA, setelah tamat SMP,
aku, Arai, dan Jimbron merantau
ke Magai untuk sekolah di SMA
negeri. (hal. 55) (Kontek: Setelah
tamat SMP aku, Arai, dan

NOSI Volume 5, Nomor 2, Februari 2017 __________________________________________ Halaman 198

Jimbron merantau ke Magai
untuk sekolah di SMA Negeri)

berjuang melawan kehidupan demi
menggapai mimpi mereka.

Data
kedelapan
(08/SP/55)
menunjukan nilai mandiri pantang
menyerah, karena di kampung tidak
ada SMA, setelah tamat SMP kami
merantau ke Magai untuk sekolah di
SMA negeri. Sikap tidak bergantung
pada orang tua dan berusaha sendiri
demi sekolah dan cita-cita. Ikal, Arai
dan Jimbron melangkahkan kaki jauh
dari rumah untuk bekerja dan menuntut
ilimu, tak ingin menyusahkan orangtua
mereka berusaha sendiri untuk
membiayai hidup dan sekolah. Mereka
sadar jauh dari keluarga tidaklah
mudah, namun mereka telah bertekad
melanjutkan sekolah dan mengapai
mimpi-mimpi mereka. Pulang ke
kampong halaman dengan membawa
kebanggaan untu dirinya dan orangtua
itu impian mereka.

10)Kami akan berangkat ke Pulau
Jawa untuk mengadu nasib.
Sementara keinginan
kuliah,
volumenya dikecilkan dulu. Tanpa
keluarga dan sahabat yang dituju
di Pulau Jawa, kami perkirakan
uang tabungan hanya cukup untuk
hidup enam bulan. (hal. 202)
(Kontek: Tanpa keluarga dan
sahabat yang dituju di Pulau
Jawa, perkirakan uang tabungan
hanya cukup untuk hidup enam
bulan)

9) “Merantau, kita harus merantau!
Berapa pun tabungan kita, kita
harus berlayar ke Jakarta,” Arai
meyakinkanku.
(hal.
201)
(Kontek: Berapa pun tabungan
kita, kita harus berlayar ke
Jakarta)
Data kesembilan (9/SP/201-202)
menunjukan nilai mandiri “Merantau,
kita harus merantau berapa pun
tabungan kita, kita harus berlayar ke
Jakarta. Sikap kemandirian kembali
ditunjukan penulis dalam novel ini.
Mereka
memutuskan
kembali
merantau ke Pulau Jawa, perantauan
kali ini kuliah walaupun prioritas
pertama mereka adalah mencari
pekerjaan.
Kemandirian
mereka
kembali diuji oleh keras dan susahnya
kehidupan yang mereka jalani saat
berada jauh dengan orangtua saat di
perantauan. Namun mereka tidak
pernah menyerah dan putus asa,

Data
kesepuluh
(10/SP/202)
menunjukan nilai mandiri berangkat ke
Pulau Jawa untuk mengadu nasib.
Tanpa keluarga dan sahabat kami
perkirakan uang tabungan hanya
cukup untuk hidup enam bulan. Sikap
gigih dalam menghadapi susahnya
kehidupan di alami saat jauh berada
dari keluarga. Namun, itu semua tak
jadi penghalang untuk selalu berusaha
dan bekerja demi kehidupan mereka
yang lebih baik.
d) Bekerja Keras
Kerja keras adalah perilaku yang
menunjukkan upaya sungguh-sungguh
dalam mengatasi berbagai hambatan.
Sikap yang tercermin dari kerja keras
adalah memiliki semangat kerja yang
tinggi; pantang menyerah; tidak
menolak
untuk
bekerja;
tidak
mengalah pada keadaan yang sulit; dan
optimis dalam bekerja. sikap memiliki
semangat kerja yang tinggi dan tidak
mengalah pada keadaan yang sulit
digambarkan olah Andrea Hirata
melalui tokoh-tokohnya. Seperti Ikal,
Arai,
dan
Jimbron
yang
menggambarkan betapa mereka harus
bekerja keras demi sekolah. Mereka

NOSI Volume 5, Nomor 2, Februari 2017 __________________________________________ Halaman 199

harus rela bekerja mencari uang demi
kelangsungan sekolahnya.
11)Anak-anak yang kuat tenaganya
menjadi
pendulang
timah.
Seharian berendam di dalam
lumpur, mengaduk- aduk alluvial,
dan meraba-raba urat timah di
bawah tanah, mempertaruhkan
kelangsungan
hidup
pada
kemampuan menduga-duga. (hal.
55) (Kontek: Seharian berendam
di dalam lumpur, mengadukaduk alluvial)
Data
kesebelas
(11/SP/55)
menunjukan nilai bekerja keras anakanak yang kuat tenanganya menjadi
pendulang timah. Seharian berendam
di dalam lumpur, mengaduk-aduk
alluvial,
demi
mempertaruhkan
kelangsungan hidup pada kemampuan
menduga-duga. Ikal juga termasuk dari
keluarga yang tidak mampu, ayahnya
bekerja sebagai penyekop timah di
Belitong dan ibunya hanya seorang ibu
rumah tangga. Ikal dan Aria pun
membantu
orangtuanya
dalam
kehidupan
mereka.
Di
dalam
kehidupannya mereka tidak kenal
lelah. Sikap memiliki semangat tinggi
berkerja keras, tak perduli berapa upah
yang didapat. Mereka harus rela
bekerja, setelah menjalani beberapa
pekerjaan yang memang masih
memungkinkan untuk tetap sekolah
mencari uang demi kelangsungan
hidup dan sekolahnya.
12)Aku, Arai, dan Jimbron, memilih
sebuah pekerjaan yang sangat
bergengsi sebagai tukang pikul
ikan di dermaga. Profesi yang
sangat elite ini disebut kuli
ngambat. (hal. 56) (Kontek:
Memilih sebuah pekerjaan yang
sangat bergengsi sebagai tukang
pikul ikan di dermaga)

Data kedua belas (12/SP/56)
menunjukan nilai bekerja keras
memilih sebuah pekerjaan sebagai
tukang pikul ikan di dermaga.
Semangat kerja yang tinggi mereka
lakukan demi biaya hidup mereka di
perantauan. Ikal, Arai, dan Jimbron tak
mengenal lelah meskipun harus
menjalani beberapa pekerjaan yang
berbeda. Pekerjaan apapun mereka
jalani yang penting halal, berapa pun
upah yang mereka peroleh sangat
berharga bagi mereka, tak perlu makan
yang enak cukup nasi dan ikan saja
agar untuk hari esok uang mereka
cukup untuk makan. Setiap hari
mereka sibuk dengan beberapa
pekerjaan yang mereka jalani, tak ada
waktu untuk bermain-main semua di
kerjakan dengan sungguh-sungguh.
13)Sebelum menjadi kuli ngambat,
kami pernah punya pekerjaan lain
yang juga memungkinkan untuk
tetap sekolah, yaitu sebagai
penyelam padang golf. (hal. 57)
(Kontek: kami pernah punya
pekerjaan lain yang juga
memungkinkan
untuk
tetap
sekolah, yaitu sebagai penyelam
padang golf)
Data ketiga belas (13/SP/57)
menunjukan nilai berkerja keras
sebelum menjadi kuli ngambat atau
tukang pikul ikan di dermaga, kami
pernah bekerja sebagai penyelam
padang golf. Sikap semangat kerja
yang tinggi, tidak perduli betapa
susahnya pekerjaan mereka dan
terkandang nyawa menjadi taruhan
ketika harus menyelam di danau yang
tempat
bersaranngnya
buaya.
Pekerjaan yang berbahaya dijalani juga
oleh Ikal, Arai, dan Jimbron yang
bermodalan nekad. Untuk orang zaman

NOSI Volume 5, Nomor 2, Februari 2017 __________________________________________ Halaman 200

sekarang yang mungkin tak akan
menjalani pekerjaan seperti itu.
14)Mereka yang masih ber-semangat
sekolah, bekerja diwarung mie
rebus milik warga Tionghoa.
Grup ini mencuci piring dan
setiap malam pulang kerja harus
menggerus tangan tujuh kali
dengan tanah karena terkena
minyak babi. Atau, mereka
menjadi buruh pabrik kepiting.
Anak-anak pabrik itu berdiri
sepanjang malam me- nyiangi
kepiting untuk dipaketkan ke
Jakarta dengan resiko dijepiti
hewan nakal itu. Ada pula yang
memutuskan bekerja di pabrik
cincau, Laksmi, misalnya. (hal.
56) (Kontek: Grup ini mencuci
piring dan setiap malam pulang
kerja harus menggerus tangan
tujuh kali dengan tanah karena
terkena minyak babi)
Data keempat belas (14/SP/56)
menunjukan nilai bekerja keras mereka
yang masih bersemangat sekolah, grup
ini bekerja di warung mie mencuci
piring, setiap malam pulang kerja
harus menggerus tangan tujuh kali
dengan tanah karena terkena minyak
babi. Semangat kerja yang tinggi dan
tidak mengalah pada keadaan yang
sulit mereka jalani. Bertaruh hidup
diperantauan dengan segala pekerjaan
yang sulit namun mereka tetap
menjalankannya dengan ikhlas, sabar
dan tanpa megeluh. Bekerja sambil
sekolah memeng tidak mudah untuk
dijalani secara bersama, untuk orang
zaman sekarang mungkin masih
banyak mengeluh dengan kehidupan
merekayang sekarang, belajarlah dari
tokoh-tokoh anak Melayu dalam novel
Sang Pemimpi yang gigih dalam
menjalani kehidupan.

e) Tanggung Jawab
Sikap dan perilaku seseorang
untuk melaksanakan tugas dan
kewajibannya, yang seharusnya dia
lakukan,
terhadap
diri
sendiri,
masyarakat, lingkungan (alam, sosial,
dan budaya), negara, dan Tuhan Yang
Maha Esa. Nilai karakter tanggung
jawab adalah sikap seseorang dalam
melaksanakan tugas dan tanggung
jawab yang seharusnya dia lakukan.
Sikap tanggung jawab yang tercermin
dalam novel ini adalah berani
menerima kesalahan yang diperbuat.
15)Kuingatkan diriku sendiri bahwa
aku berijazah Sekolah Dasar
Laskar Pelangi Muhammadiyah,
kawah
candra
dimuka
pendadaran Islam yang tangguh.
Kututup kembali jemariku, tapi
jari-jari itu kembali melawan
tuannya. Aku malu dan merasa
bersalah kepada Buya Kiai Haji
Achmad
Dahlan,
pendiri
Muhammadiyah.
(hal.
88)
(Kontek: Aku malu dan merasa
bersalah kepada Buya Kiai Haji
Achmad
Dahlan,
pendiri
Muhammadiyah)
Data kelima belas (15/SP/88)
menunjukan nilai tanggung jawab aku
malu dan merasa bersalah kepada
Buya Kiai Haji Achmad Dahlan,
pendiri Muhammadiyah. Sikap berani
mengakui kesalahan yang di perbuat
kepada orang lain. Tidak lari dari
kesalahan yang diperbuat termasuk
orang yang memikili sikap tanggung
jawab yang baik dan patut di teladani.
untuk anak-anak zaman sekarang
belajarlah menjadi orang yang
bertanggung jawab setidaknya untuk
dirimu sendiri agar dapat menjaga
amanah yang diberikan.

NOSI Volume 5, Nomor 2, Februari 2017 __________________________________________ Halaman 201

f) Toleransi
Sikap
dan
tindakan
yang
menghargai perbedaan agama, suku,
etnis, pendapat, sikap, dan tindakan
orang lain yang berbeda dari dirinya.
Sikap toleransi ini dicontohkan oleh
orang tua asuh Jimbron dan Laksmi.
Orang tua asuh Jimbron merupakan
seorang pendeta, bernama Pendeta
Geo. Pendeta Geo tidak pernah sekali
pun bermaksud mengubah keyakinan
agama Jimbron. Malahan, Pendeta Geo
selalu mengantar Jimbron pergi ke
masjid untuk mengaji, tidak pernah
terlambat. Sebuah sikap toleransi antar
umat beragama yang patut ditiru.
16)Ayah
ibu
Jimbron
telah
meninggal. Rupanya, Pendeta
Geo, panggilan kami untuk
Pendeta
Geovanny,
mengangkatnya menjadi anak
asuh. Namun, pendeta berdarah
Italia itu tak sedikit pun
bermaksud mengubah keyakinan
Jimbron. Dia malah tak pernah
telat jika mengantar mengaji ke
masjid. (hal. 49)
Data keenam belas (16/SP/49)
menunjukan nilai toleransi Pendeta
Geovanny, mengangkatnya menjadi
anak asuh tak sedikit pun bermaksud
mengubah keyakinan Jimbron, ia
malah tak pernah telat mengantar
Jimbron mengaji ke masjid. Sikap
Pendeta Geovanny sungguh mulia, ia
sangat menghargai keyakinan agama
Jimbron dan kebiasaannya mengaji ke
masjid. Perbedaan agama tak menjadi
penghalang Pendeta Geovanny untuk
membantu orang lain, nilai toleransi
yang di miliki Pendeta sangat tinggi
walaupun ia berbeda agama dengan
Jimbron. Sikap seperti ini patut di
teladani oleh setiap manusia dengan
menanamkan nilai toleransi yang

tinggi, maka tidak akan terjadi
permasalahan yang berkaitan dengan
agama. Penting menjadi orang yang
mempunyai toleransi tinggi terhadap
agama, suku, dan ras orang lain.
17)Laksmi
dipungut
seorang
Tionghoa Thong San, pemilik
pabrik cincau dan dia bekerja di
situ.Seperti
Jimbron
dengan
Pendeta Geo, Bapak asuh Laksmi
justru menumbuhkan Laksmi
menjadi muslimah yang taat. (hal.
68)
(Kontek: Seperti Jimbron
dengan Pendeta Geo, Bapak
asuh Laksmi justru
menumbuhkan Laksmi menjadi
muslimah yang taat)
Data ketujuh belas (17/SP/68)
menunjukan nilai toleransi Laksmi di
pungut seorang Tionghoa Thong San,
pemilik pabrik cincau dan dia bekerja
di situ. Bapak asuh Laksmi justru

menumbuhkan
Laksmi
menjadi
muslimah yang taat. Orangtua asuh
Laksmi memiliki sikap nilai toleransi
yang tinggi dengan menghargai agama
anak asuhnya dan tidak membatasi
Laksmi dalam menekuni ibadahnya.
Sikap Bapak asuh Laksmi patut ditiru
untuk menjaga kerukunan umat
beragama.
g) Kreatif
Berpikir dan melakukan sesuatu
untuk menghasilkan cara atau hasil
baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
Mempunyai ide-ide baru untuk
melakukan sesuatu. Pak Balian dan
Arai adalah tokoh yang sangat penuh
dengan ide kreatif. Salah satu ide
kreatif Arai adalah pandai menulis
pantun. Menulis pentun merupakan
tanda bagi seseorang memiliki ide
kreatif. Arai menulis pantun tidak lain

NOSI Volume 5, Nomor 2, Februari 2017 __________________________________________ Halaman 202

dimaksudkan untuk meluluhkan hati
Zakiah Nurmala. Seperti pantun dalam
penggalan novel di bawah ini.
18)Sejak
pertama
kali
melihatnya,waktu
hari
pendaftaran SMA, Arai langsung
jatuh hati kepada Nurmala. Istilah
klasiknya: cinta pada pandangan
pertama. Sejak itu, dia telah
mengirimi kembang SMA itu
berates-ratus kali salam. Tak satu
pun ditanggapi. Dia juga telah
mengirimkan
puisi,
bahkan
pantun yang memikat: (hal. 161162) (Kontek: Dia juga telah
mengirimkan
puisi,
bahkan
pantun yang memikat)
Jangan samakan lada dan pala
Berbeda rupa tak padan rasa Rela
Kanda menginjak bara Demi cinta
Dinda Nurmala
Data kedelapan belas (18/SP/161162) menunjukan nilai kreatif dia juga
telah mengirimkan puisi, bahkan
pantun yang memikat. Arai menulis
pantun tidak lain dimaksudkan untuk
meluluhkan hati Zakiah Nurmala.
Dengan menulis pantun, Arai berharap
Zakiah Nurmala akan menerima
cintanya. Menulis pantun merupakan
tanda bagi seseorang memiliki ide
kreatif dan dapat dikembangkan.
h) Menghargai Prestasi
Sikap
dan
tindakan
yang
mendorong
dirinya
untuk
menghasilkan sesuatu yang berguna
bagi masyarakat, dan mengakuinya,
serta menghormati keberhasilan orang
lain. Menghargai prestasi ditunjukkan
Ikal dengan mau kembali belajar
setelah peringkat garda depan merosot
tajam. Ikal dengan sadar menghargai
kalimat-kalimat yang diucapkan oleh
Pak Mustar kepada dirinya dengan

tindakan mengunjungi Pak Balia dan
Pak Mustar setelah pulang sekolah
untuk
kembali
menjadi
siswa
berprestasi. Ikal berani berjanji untuk
memperbaiki prestasinya.
19)Hasil ujian akhirku amat baik
sehingga
aku
berhasil
mendudukkan kembali ayahku di
garda depan.(hal. 201) (Kontek:
Aku berhasil mendudukkan
kembali ayahku di garda depan)
Data sembilan belas (19/SP/201)
menunjukan nilai menghargai prestasi
menghormati keberhasilan yang telah
di capai hasil ujian akhirku amat baik,
aku berhasil mendududkan ayahku di
garda
depan.
Aria
berhasil
memberikan
prestasi
yang
membanggakan untuk orangtuannya.
20)Pak Balia mengakhiri session sore
dengan menyentak se