Magister Pendidikan Bahasa Indonesia NOSI Volume 5, Nomor 2, Februari 2017

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BAHASA INDONESIA
BERBASIS BUDAYA LOKAL MALANG BERDASARKAN
KURIKULUM 2013 YANG DISEMPURNAKAN UNTUK
SMP/MTSKELAS VII SEMESTER GASAL
Susiana
Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia
Abstrak: Bahan ajar bahasa Indonesia berbasis budaya lokal
Malang secara teknikal dan subtansial mewarnai berbagai
komponen di dalam setiap teks yang akan disajikan kepada peserta
didik sebagai tujuan pengenalan nilai-nilai lokal Malangan yang arif
sebagai upaya pembentukan karakter. Penggunaan tema budaya
lokal Malang lebih tepat digunakan dalam materi pembelajaran
bahasa Indonesia kelas VII SMP semester gasal. Pandangan ini
mengacu pada Kurikulum 2013 yang menyebutkan bahwa lingkup
interaksi, dan ranah sikap untuk SMP di dalam Kurikulun 2013
difokuskan dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya, secara
logis pemilihan jenjang sangat sesuai apabila dibandingkan dengan
jenjang SMA yang di dalam Kurikulum dijelaskan bahwa lingkup
interaksinya dalam pergaulan dunia. Penelitian ini bertujuan untuk
(1) mendeskripsikan langkah pengembangan bahan ajar bahasa
Indonesia berbasis budaya lokal Malang berdasarkan Kurikulum

2013 yang disempurnakan untuk SMP/MTs kelas VII semester
gasal di kota Malang, (2) mendeskripsikan ketepatan
pengembangan bahan ajar bahasa Indonesia berbasis budaya lokal
Malang berdasarkan Kurikulum 2013 yang disempurnakan untuk
SMP/MTs kelas VII semester gasal di kota Malang. Metode
pengembangan bahan ajar berbasis budaya lokal ini dikembangkan
sesuai dengan model 4D. Tahap-tahap pengembangan bahan ajar ini
meliputi: (1) tahap pendefinisian (define), (2) tahap perancangan
(design), (3) tahap pengembangan (develop), dan (4) tahap
penyebaran (dessiminate). Pada tahap penyebaran tidak dilakukan
oleh peneliti. Adapun subjek penelitian adalah siswa kelas VII
SMP/MTs di Kota Malang. Kelayakan bahan ajar sesuai dari hasil
analisis oleh validasi ahli bahasa dan isi, validasi ahli media dan
perancangan, validasi praktisi, dan respon siswa.
Kata Kunci: pengembangan, bahan ajar, berbasis budaya lokal
PENDAHULUAN
Dalam Kurikulum 2013 ada
perubahan yang sangat mendasar untuk
mata pelajaran bahasa Indonesia, yaitu
digunakannya

pendekatan
pembelajaran berbasis teks. Perubahan
ini membawa konsekuensi tidak hanya

pada proses pembelajaran, tetapi juga
pada materi pembelajaran. Selain itu,
dalam implementasi Kurikulum 2013
bahasa Indonesia juga ditetapkan
sebagai penghela ilmu pengetahuan
(carrier of knowledge). Fungsi ini
menjadikan bahasa sebagai alat untuk

NOSI Volume 5, Nomor 2, Februari 2017 __________________________________________ Halaman 175

mempercepat
berkembangnya
penguasaan ilmu pengetahuan siswa
yang seiring dan seirama dengan
perkembangan kemampuan berbahasa.
Kemahiran menguasai makna dan

struktur bahasa Indonesia sekaligus
menjadi kekayaan pengetahuannya.
Sebagai suatu inovasi yang sedang
disemaikan, perjalanan Kurikulum
2013 ini pasti tidak akan serta-merta
berjalan secara sempurna. Oleh karena
itu, dalam upaya mensukseskan
pelaksanaan Kurikulum 2013 upaya
perbaikan yang berkelanjutan dalam
pengelolaan Kurikulum di sekolah
pengembangan bahan ajar dan peraktik
pembelajaran di sekolah menjadi
penting. Salah satu pengembangan
bahan
ajar
dapat
berupa
pengembangan buku pembelajaran
yang
dapat

meningkatkan
keingintahuan, dan memberi informasi
baru, buku pembelajaran ini juga
diharapkan dapat membantu siswa
dalam memahami dan memaknai suatu
konsep terutama konsep bahasa
Indonesia tentang materi semester
gasal pada kelas VII. Semua itu,
dilakukan agar menghasilkan bahan
ajar yang layak secara empiris dan juga
dapat membantu siswa dalam proses
pembelajaran, sehingga siswa dapat
belajar dengan maksimal untuk
mencapai kompetensi sesuai dengan
Kurikulum 2013.
Meningkatkan kualitas proses dan
hasil belajar salah satunya dapat
ditopang dengan keberadaan bahan
ajar, karena bahan ajar merupakan
salah satu faktor penentu keberhasilan

pembelajaran. Dengan bahan ajar yang
didesain secara bagus dan dilengkapi
berbagai gambar, warna, bahkan
ilustrasi
yang
menarik
akan
menstimulus
siswa
untuk

memanfaatkan bahan ajar secara
maksimal.
Bahan ajar merupakan bahan
belajar yang digunakan dalam aktivitas
pembelajaran
di
kelas
demi
tercapainya

tujuan
pembelajaran.
Prastowo
(2013:17)
menjelaskan
bahawa bahan ajar merupakan segala
bahan (baik informasi, alat maupun
teks yang disusun secara sistematis dan
menampilkan
sosok
utuh
dari
kompetensi yang akan dikuasai siswa
serta
digunakan
dalam
proses
pembelajaran. Misalnya, buku teks,
modul, handout, LKS, model, bahan
audio, dan bahan ajar interaktif.Bahan

ajar dalam wujud buku teks merupakan
sarana belajar yang praktis karena
menyajikanmateri dalam bentuk unitunit pembelajaran. Pada prinsipnya,
buku teks disusun atas kebutuhan
pembelajaran yang diperlukan siswa
yang dikemas dalam unit-unit kegiatan
yang spesifik dan sistematis dengan
berpedoman pada Kurikulum (Lestari,
2013:2-3).
Dalam konteks mengisi peran
pendidikan
karakter
dalam
pembelajaran bahasa Indonesia di
sekolah, kearifan lokal merupakan opsi
yang tepat guna memediasi penanaman
karakter
melalui
bahan
ajar.

Kebudayaan
dan
pendidikan
merupakan bagian yang tak dapat
dipisahkan. Laksana dua sisi mata
uang keduanya satu kesatuan dan
saling mendukung, serta saling
menguatkan. Kebudayaan menjadi
falsafah
pendidikan,
sementara
pendidikan menjadi penjaga utama
kebudayaan, karena peran pendidikan
membentuk orang menjadi berbudaya
(Wibowo dan Gunawan, 2015:12-13).
Pendidikan budaya dan karakter
bangsa merupakan pendidikan yang
mengembangkan nilai-nilai budaya dan

NOSI Volume 5, Nomor 2, Februari 2017 __________________________________________ Halaman 176


karakter bangsa pada diri peserta didik
sehingga
memiliki
nilai
dan
menerapkan nilai-nilai tersebut dalam
kehidupannya
sehingga
menjadi
anggota masyarakat dan warga negara
yang religius, nasionalis, produktif dan
kreatif.
Saat ini, berbagai daerah di
Indonesia
dihadapkan
dengan
keterancaman budaya lokal oleh
modernisasi. budaya lokal yang secara
umum menyandang sifat tradisional

acapkali membuatnya tidak mampu
bertahan
dalam
jeramnya
arus
modernisasi. Parahnya ada pandangan
masyarakat yang beranggapan bahwa
kearifan lokal adalah budaya primitif,
sehingga menjadikan masyarakat alergi
dengannya.
Padangan-pandangan
seperti ini tentu akan mempercepat
punahnya
budaya
lokal
yang
sebenarnya syarat akan nilai. Oleh
karena itu, upaya-upaya untuk
melestarikan budaya lokal perku
dirancang dan dilaksanakan dalam

berbagai bentuk, salah satunya dengan
mengintegrasikannya
ke
dalam
aktivitas pembelajaran di sekolah.
Menurut Latif (dalam Wibowo dan
Gunawan: 2015) pendidikan karakter
mestinya berbasis pada budaya sendiri,
yaitu berupa penggalian nilai-nilai
luhur yang ada dalam kearifan lokal.
Seperti kita ketahui, setiap daerah di
Indonesia memiliki kearifan lokal.
Maka nilai-nilai karakter yang
diinternalisasikan melalui karakter
sebaiknya diambilkan melalui nilainilai luhur dari masing-masing budaya
lokal. Penggalian nilai-nilai kearifan
lokal sebagai dasar sebagai basis
pendidikan karakter ini, juga sejalan
dengan rekomendasi UNESCO tahun
2009. Menurut UNESCO, penggalian
kearifan
lokal
sebagai
dasar
pendidikan karakter dan pendidikan

pada umumnya, akan mendorong
timbulnya sikap saling menghormati
antar etnis, suku, bangsa, dan agama,
sehingga keberagaman terjaga.
Bahan ajar bahasa Indonesia
berbasis budaya lokal Malang secara
teknikal dan subtansial mewarnai
berbagai komponen di dalam setiap
teks yang akan disajikan kepada
peserta
didik
sebagai
tujuan
pengenalan nilai-nilai lokal Malangan
yang arif sebagai upaya pembentukan
karakter. Penggunaan tema budaya
lokal Malang lebih tepat digunakan
dalam materi pembelajaran bahasa
Indonesia kelas VII SMP semester
gasal. Pandangan ini mengacu pada
Kurikulum 2013 yang menyebutkan
bahwa lingkup interaksi, dan ranah
sikap untuk SMP di dalam Kurikulun
2013 difokuskan dalam jangkauan
pergaulan dan keberadaannya, secara
logis pemilihan jenjang sangat sesuai
apabila dibandingkan dengan jenjang
SMA yang di dalam Kurikulum
dijelaskan bahwa lingkup interaksinya
dalam jangakauan pergaulan dunia.
Berdasarkan Pengembangan buku
bahan ajar oleh Ahmad Syukron pada
tesisnya yang berjudul Pengembangan
Bahan Ajar Teks Deskripsi Berbasis
Kearifan Lokal untuk SMP di Jember,
Pascasarjana,
Universitas
Negeri
Malang, Program Studi Pendidikan
Bahasa Indonesia pada (Juni 2015),
menyatakan bahwa hasil validasi
lembar angket telaah dosen dan guru
menunjukkan respon positif siswa
terhadap
bahan
ajar
yang
dikembangkan berbasis kearifan lokal.
Berdasarkan hal tersebut,maka
peneliti ingin mengembangkan bahan
ajar pembelajaran Bahasa Indonesia
semester gasal pada siswa kelas
VIISMP/MTsdi Malang. Materi ajar
yang dikembangkan tetap mengacu

NOSI Volume 5, Nomor 2, Februari 2017 __________________________________________ Halaman 177

pada buku pedoman dari Kemendikbud
berdasarkan kurikulum 2013 yang
disempurnakan, hanya saja produk
yang dikembangkan ini berupa buku
pembelajaran
bahasa
Indonesia
berbasis budaya lokal Malang.
Perbedaan penelitian sebelumnya dan
penelitian ini selain setting penelitian,
pada tesis ini peneliti tidak hanya
berfokus pada satu teks, tetapi satu
semester yang terdiri dari empat teks
pembahasan, yaitu teks deskripsi,
cerita fantasi, teks prosedur dan teks
laporan hasil observasi, sesuai dengan
target Kurikulum 2013 yang telah
disempurnakan. Maka dari itu, peneliti
mengembangkan bahan ajar yang
berjudul Pengembangan Bahan Ajar
Bahasa Indonesia Berbasis Budaya
Lokal Malang Berdasarkan Kurikulum
2013 yang Disempurnakan untuk
SMP/MTs Kelas VII Semester Gasal di
Kota Malang. Fokus penilitian ini
bertujuan (1) mendeskripsikan langkah
pengembangan bahan ajar bahasa
Indonesia berbasis budaya lokal
Malang berdasarkan Kurikulum 2013
yang disempurnakan untuk SMP/MTs
kelas VII semester gasal di kota
Malang, dan (2) mendeskripsikan
ketepatan pengembangan bahan ajar
bahasa Indonesia berbasis budaya lokal
Malang berdasarkan Kurikulum 2013
yang disempurnakan untuk SMP/MTs
kelas VII semester gasal di kota
Malang.
METODE PENGEMBANGAN
Model
pengembangan
yang
digunakan dalam pengembangan bahan
ajar berbasis budaya lokal Malang ini
adalah
model
pengembangan
prosedural yang diadaptasi dari model
pengembangan 4-D. Model ini terdiri
dari empat tahap pengembangan yaitu

define,
design,
develop,
dan
disseminate (Trianto, 2012:190).
Model pengembangan 4-D terdiri
dari empat tahap pengembangan, yaitu
define,
design,
develop,
dan
disseminate
atau
diadaptasikan
menjadi model 4-P (model 4 P), yaitu
pendefinisian,
perancangan,
pengembangan, dan penyebaran. (alTabany, 2015: 232-233). Dengan
berbagai keterbatasan, di sini peneliti
membatasi
pengembangan
perencanaan
pembelajaran
dalam
penelitian ini hanya sampai pada tahap
pengembangan,
untuk
tahap
penyebaran tidak dilakukan oleh
peneliti.
Prosedur pengembangan seperti
yang telah dipaparkan sebelumnya,
model pengembangan 4D memiliki 4
tahapan, yaitu, (1) penetapan yang
terdiri dari analisis (a) analisis tujuan,
(b) analisis kelas, (c) telaah kurikulum,
(d) telaah buku teks, (e) telaah teori,
dan (f) spesifikasi produk, (2)
perancangan yang terdiri dari (a)
mengumpulkan materi bahan ajar, (b)
mengolah teks, (c) mengonsep bahan
ajar, dan (d) menyusun bahan ajar,(3)
pengembangan yang terdiri dari (a)
validasi ahli, (b) validasi praktisi, dan
(c) uji coba produk(4) penyebarluasan
yang terdiri dari (a) uji efektivitas dan
(b) pencetakan.
Dalam
penelitian
dan
pengembangan ini, analisis datanya
berupa data verbal dan data numeral.
Data verbal di dapatkan dari hasil
wawancara dan catatan validator dalam
angket yang diberikan. Untuk data
numeral tentu di dapatkan dari hasil
kuantifikasi terhadap angket yang
diberikan kepada validator ahli,
validator media, validator praktisi
(guru), dan subjek uji coba. Analisis
data untuk data verbal yang didapatkan

NOSI Volume 5, Nomor 2, Februari 2017 __________________________________________ Halaman 178

dari kegiatan wawancara dan komentar
yang tertulis di dalam angket validasi
dilakukan dengan cara mencatat poinpoin dari hasil kegiatan wawancara dan
komentar yang terdapat dalam angket.
Setelah itu, mengevaluasi poin-poin
penting tersebut dijadikan sebagai
acuan
untuk
merevisi
produk.Selanjutnya,
untuk
data
numeral digunakan analisis kuantitatif
pada data yang diproleh dari tes cloze,
angket validasi ahli, angket validasi
praktisi, dan angket uji coba, serta uji
efektivitas produk. Jadi, terdapat tiga
model analisis untuk data numeral di
dalam penelitian dan pengembangan
ini, yaitu analisi untuk tes cloze,
analisis kuantifikasi angket validasi
dan uji coba, serta analisis efektivitas
produk.
Instrumen pengumpulan data yang
digunakan untuk mendapat data dalam
penelitian dan pengembangan ini ada
dua, yaitu instrumen utama dan
instrumen pendukung, (1) instrumen
utamanya adalah prototipe bahan ajar
buku paket bahasa Indonesia berbasis
budaya lokal untuk SMP di Malang,
(2) instrumen pendukung meliputi,
angket dan pedoman wawancara.
Pedoman wawancara digunakan untuk
mewawancarai guru ketika tahap
analisis kebutuhan. Angket terdiri dari
4 model yakni, a) angket untuk
keperluan analisis kebutuhan, b)
angket validasi ahli (isi dan media), 3)
angket validasi praktisi, dan d) angket
penilaian untuk uji coba produk
(siswa).
HASIL PENGEMBANGAN
Langkah
Ajar

Pengembangan

Bahan

Bahan ajar pembelajaran yang
dikembangkan dalam penelitian ini

meliputi, buku siswa kelas VII
SMP/MTs selama satu semester
berbasis budaya lokal Malang. Materi
dalam teks deskripsi, teks cerita
fantasi, teks prosedur dan teks laporan
hasil observasi bermuatan budaya lokal
Malang. Keempat teks pembelajaran
tersebut disusun secara terpadu untuk
mencapai
penguasaan
sebuah
kompetensi berbahasa Indonesia yang
berbasis budaya lokal dengan tujuan
pengenalan serta pelestarian budaya,
yang disajikan dalam bentuk buku teks
pembelajaran.
1) Tahap Pendefinisian
Tahap pendefinisian bertujuan
menetapkan
dan
mendefinisikan
syarat-syarat pembelajaran. Ada empat
langkah yang telah dilaksanakan pada
tahap ini.
(a) Analisis awal akhir
Analisis awal akhir dilakukan
untuk memunculkan dan menetapkan
masalah dasar yang dihadapi dalam
pembelajaran. Dengan analisis ini
diketahui
kebutuhan
model
pembelajaran
yang
akan
dikembangkan. Analisis ini terdiri dari
analisis kebutuhan guru.
Dari angket analisis kebutuhan
guru bahwa guru bahasa Indonesia
kelas VII SMPN 5 Malang (1) guru
menggunakan bahan ajar dalam
melakukan kegiatan pembelajaran
Bahasa Indonesia, (2) melalui bahan
ajar yang digunakan guru, siswa
kadang-kadang mengalami kesulitan
dalam mengonstruksi kemampuannya
secara mandiri, (3) guru tidak
mengalami kesulitan dalam melakukan
kegiatan
pembelajaran
dengan
menggunakan bahan ajar, (4) sangat
setuju jika pembelajaran bahasa
Indonesia menggunakan bahan ajar

NOSI Volume 5, Nomor 2, Februari 2017 __________________________________________ Halaman 179

yang bertemakan budaya, (5) setuju,
jika pembelajaran bahasa Indonesia
menggunakan bahanberbasis budaya
lokal Malang.
Dari angket analisis identifikasi
kebutuhan dan karakteristik siswa,
secara
umum
presentase
yang
dihasilkan siswa 95%. Nilai tersebut
cukup tinggi untuk menunjang
keinginan dan kebutuhan siswa
terhadap peningkatan pembelajaran
melalui inovasi bahan ajar. Peneliti
berpendapat
perlu
adanya
pengembangan bahan ajar yang dapat
menunjang
pembelajaran
bahasa
Indonesia. Bahan ajar tersebut berupa
buku teks berbasis teks budaya lokal
Malang. Dengan adanya buku teks
berbasis budaya lokal Malang ini
dipandang
dapat
menunjang
pembelajaran yang menyenangkan dan
menarik bagi peserta didik.
(b) Analisis kebutuhan siswa
Analisis
kebutuhan
siswa
bertujuan untuk menelaah karakteristik
siswa sebagai gambaran untuk
rancangan
dan
pengembangan
perangkat pembelajaran. Karakteristik
ini
meliputi
latar
belakang
pengetahuan
dan
perkembangan
kognitif siswa. Identifikasi minat dan
motivasi siswa ini dilakukan melalui
angket dan studi dokumentasi.
Dari analisis angket minat dan
motivasi siswa kelas VII SMPIslam
Malang (1) 100% siswa sangat setuju
bahwa pertama kali saya melihat
pelajaran Bahasa Indonesia saya
percaya bahwa pelajaran itu mudah
bagi saya, (2) 75% siswa sangat setuju
pada awal pembelajaran bahasa
Indonesia ada sesuatu yang menarik,
(3) 70% siswa tidak setuju bahwa
materi pembelajaran membaca lebih
sulit dipahami (4) 100% siswa sangat

setuju akan senang jika pembelajaran
dilengkapi dengan buku ajar yang
menarik, (5) 90% siswa sangat setuju
menyelesaikan tugas-tugas dalam
pembelajaran
bahasa
Indonesia
membuat saya merasa puas, (6) 85%
siswa setuju jika guru benar-benar
megetahui bagaimana membuat kami
menjadi antusias terhadap materi
pembelajaran, (7) 85% siswa sangat
setuju hal-hal yang dipelajari pada
bahasa
Indonesia
akan
sangat
bermanfaat, (8) 100% siswa sangat
setuju bahwa akan berhasil dalam
pembelajaran bahasa Indonesia, (9)
60% siswa tidak setuju jika
pembelajaran bahasa Indonesia kurang
menarik, (10) 90% siswa sangat setuju
jika guru membuat pembelajaran
bahasa Indonesia menjadi penting.
Hasil dari analisis angket minat
dan motivasi siswa, presentase
keseluruhan mencapai 82% ini
memberi
gambaran
tentang
pengetahuan dan keterampilan awal
siswa sebelum mengikuti proses
belajar mengajar dengan bahan ajar
berupa bukupelajaran berbasis budaya
lokal Malang yang dikembangkan
cukup baik. Secara umum siswa
menunjukkan minat dan motivasi
positif terhadap pembelajaran bahasa
Indonesia.
(c) Analisis tugas
Analisis tugas bertujuan untuk
mengetahui tugas utama yang akan
dihadapi oleh siswa. Analisis ini
dilakukan
dengan
cara
mengidentifikasi
tugas
utama
berdasarkan materi yang terkandung
pada kurikulum SMP Islam Malang
tahun 2016/2017.
Dalam analisis tugas, peneliti
merumuskan materi pokok sebagai
dasar merumuskan serngkaian tugas

NOSI Volume 5, Nomor 2, Februari 2017 __________________________________________ Halaman 180

yang harus dilakukan oleh siswa.
Siswa diarahkan untuk menguasai atau
memahami informasi tertulis yang
dikemas
dalam
langkah-langkah
kegiatan pembelajaran yang bermuatan
materi budaya lokal Malang.
(d) Analisis konsep
Analisis konsep dilakukan untuk
mendapatkan konsep dari model materi
yang cocok tentang teks deskripsi, teks
cerita fantasi, teks prosedur dan teks
observasi yang akan diajarkan pada
siswa selama satu semester. Analisis
ini dilakukan dengan mengidentifikasi
konsep-konsep utama yang akan
diajarkan, menyusun secara sistematis,
merinci konsep-konsep yang relevan
dan membuat langkah-langkah dalam
penugasan siswa.
Tahap Perancangan
Tahap perancangan terdiri dari
kegiatan berikut. Media pembelajaran
yang dimaksud pada penelitian
merupakan media yang terkait dengan
penerapan
pembelajaran
berbasis
budaya lokal, yaitu bahan ajar berupa
buku pelajaran semester gasal kelas
VII Sekolah Menengah Pertama. Buku
ajar berbasis budaya lokal Malang
yang dikembangkan oleh peneliti
diberikan
pada
siswa
sebelum
pembelajaran dilaksanakan. Buku
tersebut dibawa pulang siswa dipelajari
di rumah agar waktu yang dibutuhkan
untuk seluruh pertemuan dapat dicapai.
Diberikannya buku siswa dengan pola
seperti itu memberikan waktu cukup
agar siswa lebih mudah memahami
materi. Siswa telah memiliki gambaran
awal sebelum kegiatan pembelajaran
dilaksanakan. Ketersediaan buku atau
bahan ajar yang inovatif sangat
membantu penguasaan siswa sejak
awal. Pada saat pembelajaran guru

cukup memberikan penekanan yang
dibutuhkan. Hal ini dimaksudkan agar
siswa memiliki bahan latihan awal dan
pembelajaran lebih efisien.
Dalam pemilihan format ini
pengembang mengkaji format-format
bahan ajar dan budaya lokal Malang
yang menjadi bahan ajar. Buku ini
mencakup sampul, kata pengantar,
daftar isi, materi setiap teks yang
bermuatan budaya lokal Malang,
latihan, sekilas info, literasi membaca,
glosarium dan daftar pustaka.
Tahap Pengembangan
Tahap pengembangan ini bertujuan
untuk
menghasilkan
perangkat
pembelajaran yang baik,melalui revisi
yang dilakukan berdasarkan/dengan
pertimbangan hasil validasi atau
masukan dari para pakar/validator,
hasil uji keterbacaan, hasil dari uji
coba terbatas, dan hasiluji coba yang
sesungguhnya.
Ketepatan
Ajar

Pengembangan

Bahan

1) Analisis Hasil Validasi Perangkat
oleh Pakar atau Validator
Tahap
ini
bertujuan
untuk
mendapatkan peningkatan kualitas
prototipe bahan ajar. Validator ahli
merupakan pakar dalam bidang
pembelajaran bahasa dan sastra
Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan
kualifikasi pendidikan yang dimiliki
serta kajian-kajian penelitian yang
pernah dilakukan. Validasi dilakukan
dengan cara memberikan angket
validasi kepada pakar PBSI dan ahli
media yang kemudian dievaluasi dan
hasilnya digunakan sebagai dasar
untuk merevisi bahan ajar.
a) Analisis Hasil Validasi Ahli Media
dan Perancangan

NOSI Volume 5, Nomor 2, Februari 2017 __________________________________________ Halaman 181

Dari analisis hasil validasi
bahan ajar buku Budaya Berbahasa
Indonesia oleh ahli media dapat
disimpulkan bahwa ukuran dan
kesesuaian buku (1) kesesuaian ukuran
buku dengan standar ISO sudah baik,
(2) kesesuaian ukuran dengan materi
isi buku sudah baik, (3) penampilan
unsur pada tata letak kulit muka,
belakang dan punggung memiliki
kesatuan sudah baik, (4) tampilan tata
letak unsur pada muka, punggung dan
belakang sesuai dan memberi kesan
irama sudah baik, (5) menampilkan
pusat pandang sudah baik, (6)
komposisi unsur tata letak (judul,
pengarang, ilutrasi, logo, dll) seimbang
dan seirama dengan tata letak isi cukup
baik, (7) ukuran unsur tata letak
proposional sudah baik, (8) warna
unsur tata letak harmonis dan
memperjelas fungsi sudah baik, (9)
memiliki kekontrasan sudah baik, (10)
penampilan unsur tata letak sudah
baik, (11) penempatan unsur tata letak
konsisten dalam satu seri sudah baik,
(12) ukuran huruf judul buku lebih
dominan
dibandingkan
(nama
pengarang dan penerbit) sudah sangat
baik, (13) warna judul buku kontras
dengan latar belakang sudah sangat
baik, (14) ukuran huruf proporsional
dibandingkan dengan ukuran buku
sudah sangat baik, (15) tidak terlalu
banyak kombinasi jenis huruf sudah
baik, (16) tidak menggunakan huruf
hias/dekorasi sudah sangat baik, (17)
sesuai dengan jenishuruf untu isi buku
sudah sangat baik, (18) ilustrasi dapat
menggambarkan isi/materi buku, (19)
ilustrasi
mampu
mengungkapkan
karakter objek sudah baik, (20) bentuk,
warna, ukuran, proporsi objek sesuai
realita sudah sangat baik, Analisis
penilaian isi buku (1) penempatan
unsur tata letak konsisten berdasarkan

pola sudah baik, (2) spasi antar
paragraf jelas tidak ada widow atau
orphan sudah baik, (3) penempatan
judul bab dan yang setara (kata
pengantar,
daftar
isi,
dll)
seragam/konsisten sudah sangat baik,
(4) bidang cetak dan margin
proporsional sudah sangat baik, (5)
spasi antara teks dan ilustrasi sudah
baik, (6) marjin antara dua halaman
berdampingan proporsional sudah
sangat baik, (7) unsur tata letak sudah
sangat baik, (8) tata letak mempercepat
pemahaman sudah baik, (9) tidak
terlalu menggunakan terlalu banyak
jenis huruf sudah sangat baik, (10)
tipografi mudah dibaca sudah sangat
baik, (11) tipografi memudahkan
pemahaman sudah baik, (12) ilustrasi
sudah baik.
Berdasarkan analisis penilaian
validasi ahli media dan perancangan
oleh dosen Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia Universitas Islam
Malang, bahan ajar berbasis budaya
lokal Malang yang dikembangkan
dapat disimpulkan presentase penilaian
validator 82%. menunjukkan bahwa
bahan ajar buku Budaya Berbahasa
Indonesia berbasis budaya lokal
Malang sangat tepat digunakan pada
pembelajaran
siswa
kelas
VII
SMP/MTs.
2) Analisis Hasil Validasi Ahli Isi dan
Bahasa
Kelengkapan
penyajian
buku
Budaya Berbahasa Indonesia sudah
baik mulai dari adanya pengantar pada
materi, KD yang sesuai dengan materi
walau semua teks berbasis budaya
lokal
budaya
Malang,
serta
kelengkapan materi pada setiap bab
dalam satu semester gasal yang terdiri
dari (1) teks deskripsi, (2) cerita
fantasi, (3) teks prosedur, (4) teks

NOSI Volume 5, Nomor 2, Februari 2017 __________________________________________ Halaman 182

lembar hasil observasi. Dari tiga poin
penilaian kelengkapan penyajian, satu
poin mendapatkan skor 4 dan dua poin
mendapat skor 3.
Dari hasil analisis angket secara
keseluruhan yang dilakukan oleh
pengembang bahwa bahan ajar yang
dikembangkan ini mendapat kriteria
telah terpenuhi dengan presentase
80,5%. Presentase tersebut tetap
dilakukan revisi demi perbaikan buku
agar lebih lengkap dan sempurna untuk
dijadikan bahan ajar yang inovatif
sebagai salah satu referensi pegetahuan
peserta didik terkait dengan budaya
lokal setempat.
3) Analisis Hasil Validasi Praktisi
Dari hasil analisis lembar validasi
buku oleh praktisi (1) kesesuaian
materi yang disampaikan dengan
kompetensi dasar telah terpenuhi, (2)
kesesuaian rangkaian kegiatan dengan
materi pembelajaran telah terpenuhi,
(3) keterpusatan kegiatan pembelajaran
pada siswa telah terpenuhi, (4)
keterlibatan proses mental dalam
mengembangkan
pengalaman
pembelajaran telah terpenuhi, (5)
keabstrakan konsep dan tingkat
kesulitan latihan sesuai dengan
kemampuan berfikir siswa kurang
terpenuhi, (6) kesesuaan materi dan
contoh
mendukung
kemandirian
belajar bagi siswa telah terpenuhi, (7)
kemudahan patunjuk penggunaan buku
dapat
membantu
siswa
dalam
mengaplikasikan
budaya
sudah
terpenuhi, (8) kemudahan penggunaan
buku dalam pembelajaran di kelas
maupun di luar kelas telah terpenuhi,
(9) keterlibatan budaya Malang dalam
mendukung
pembelajaran
telah
terpenuhi, (10) kemampuan buku
dalam
mendukung
pembelajaran
Bahasa Indoenesia secara mandiri telah

terpenuhi, (11) kemampuan buku
dalam meningkatkan motivasi siswa
untuk mempelajari bahasa Indonesia
telah terpenuhi, (12) kemampuan buku
dalam meningkatkan wawasan di
bidang
bahasa
Indonesia
telah
terpenuhi.
Dari hasil analisis lembar validasi
buku oleh praktisi yaitu guru SMP
Negeri 5 Malang, buku Pembelajaran
Budaya Berbahasa Indonesia berbasis
budaya
lokal
Malang
yang
dikembangkan dapat disimpulkan
presentase penilaian validator 87,5%
menunjukkan bahwa buku ini sangat
tepat digunakan pada pembelajaran
Bahasa Indonesia kelas VII semester
gasal berdasarkan kurikulum 2013
yang disempurnakan.
4) Analisis Hasil Respon Siswa
Hasil analisis angket respon siswa
SMP Islam Malang ini memberi
gambaran tentang respon siswa
terhadap buku teks bahasa Indonesia
kurikulum 2013 dengan judul “Budaya
Berbahasa
Indonesia”
yang
dikembangkan. Secara umum siswa
menunjukkan respon positif terhadap
efektifitas buku teks bahasa Indonesia
dalam pembelajaran yang telah
dilaksanakan.
Dari angket respon siswa pada
tabel 4.19 bahwa siswa kelas VII SMP
Islam Malang (1) 85% sangat setuju
bahwa petunjuk penggunaan buku
Budaya Berbahasa Indonesia ini
memperjelas pemahaman, (2) 60%
siswa setuju buku Budaya Berbahasa
Indonesia ini memuat pertanyaanpertanyaan yang mendorong untuk
berpikir, (3) 85% siswa sangat setuju
rangkaian dalam kegiatan buku teks
bahasa Indonesia jelas dan mudah
dipahami, (4) 95% siswa sangat setuju
buku Budaya Berbahasa Indonesia

NOSI Volume 5, Nomor 2, Februari 2017 __________________________________________ Halaman 183

mempermudah pemahaman melalui
contoh materi yang dipaparkan karena
berbasis budaya lokal Malang, (5) 70%
siswa setuju buku Budaya Berbahasa
Indonesia ini memuat tes formatif yang
dapat
menguji
seberapa
jauh
pemahaman
materi
yang
telah
dipelajari, (6) 65% siswa setuju bahwa
kalimat dan paragraf yang digunakan
dalam buku Budaya Berbahasa
Indonesia jelas dan mudah dipahami,
(7) 80% siswa sangat setuju bahasa
yang digunakan sederhana dan mudah
dipahami, (8) 75% siswa sangat setuju
huruf yang digunakan sederhana dan
mudah dibaca, (9) 45% siswa sangat
setuju melalui buku teks Budaya
Berbahasa
Indonesia
ini
dapat
memahami dengan mudah budaya
lokal Malang dan 55% siswa setuju
dengan butir poin tersebut, (10) 60%
siswa sangat setuju tampilan buku teks
Budaya Berbahasa Indonesia ini
menarik, (11) 55% siswa sangat setuju
buku teks Budaya Berbahasa Indonesia
mampu membuat siswa belajar secara
mandiri, (12) 80% siswa setuju buku
teks Budaya Berbahasa Indonesia ini
meningkatkan minat belajar sekaligus
meningkatkan pemahaman budaya
lokal, (13) 50% siswa sangat setuju
dengan menggunakan buku teks
Budaya Berbahasa Indonesia dapat
membuat belajar bahasa Indonesia
tidak membosankan, dan 50% siswa
lainnya setuju dengan butir tersebut.
5) Revisi Produk
Berkaitan mengenai catatan dan
saran terhadap pengembangan buku
ajar Budaya Berbahasa Indonesia yang
berbasis budaya lokal Malang dari
validator ahli media dan perancang
pembelajaran, pengembang melakukan
revisi yang ditunjukkan pada tabel
berikut.

Tabel 1. Revisi Produk
No.
1.

2.

3.

4.

5.

Sebelum Revisi
Gambar belum ada
identitas
atau
sumbernya
Cover
depan
belakang jangan
sampai bergambar
yang sama
Pengaturan
tiap
halaman agar tidak
kosong
Belum
ada
pengenalan konsep
pembelajaran
Gambar
kecil

terlalu

Setelah Revisi
Gambar sudah ada
identitas
atau
sumbernya
Cover
epan
belakang
sudah
tidak
lagi
bergambar yang
sama
Sudah diatur

Sudah
ada
pengenalan
konsep
pembelajaran
Gambar
sudah
dibesarkan

Buku ajar Budaya Berbahasa
Indonesia berbasis budaya lokal
Malang yang dikembangkan ini
direvisi
berdasarkan
tahap-tahap
seperti diuraikan pada tabel revisi
produk. Buku ajar tersebut dinilai tepat
digunakan dalam pembelajaran siswa
tingkat SMP/MTs. Hal ini didukung
oleh uji ahli media dan perancang
pembelajaran. Dengan demikian, buku
ajar ini dapat dijadikan salah satu
bahan ajar dalam menerapkan materi
teks pada semester gasal tingkat
SMP/MTs berdasarkan kurikulum
2013 yang disempurnakan.
SIMPULAN
Pengembangan bahan ajar bahasa
Indonesia berbasis budaya lokal
Malang berdasarkan Kurikulum 2013
yang disempurnakan untuk SMP/MTs
kelas VII semester gasal menggunakan
model
4-D.
Tahap-tahap
pengembangan bahan ajar meliputi
tahap pendefinisian, perancangan,
pengembangan, dan penyebaran. Pada
tahap terakhir yaitu penyebaran tidak

NOSI Volume 5, Nomor 2, Februari 2017 __________________________________________ Halaman 184

dilakukan oleh peneliti
karena
keterbatasan waktu.
Dalam pengembangan bahan ajar
bahasa Indonesia berbasis budaya lokal
ini menggunakan formatyang terdiri
dari sampul buku, kata pengantar,
daftar isi, materi, bacaan berupa teks
bermuatan budaya lokal Malang,
latihan, literasi membaca, glosarium,
dan daftar pustaka.
Ketepatan bahan ajar ini diproleh
dari validasi ahli isi dengan nilai
presentase 80,5% menunjukkan sudah
valid dan hanya perlu melakukan revisi
untuk
kesempurnaan
produk.
Sedangkan hasil validasi ahli media
dan
Perancang
Pembelajaran
mendapakan presentase 82%. Hal ini
menunjukkan bahwa bahan ajar
berbasis
budaya
lokal
yang
dikembangkan sudah valid, namun ada
sebagian yang perlu direvisi.
Hasil efektifitas diperoleh dari ahli
praktisi dan respon siswa. Secara
keseluruhan hasil praktisi mendapatkan
presentase penilaian 87,5 %. Hal ini
menunjukkan bahwa bahan ajar yang
dikembangkan
efektif
digunakan
dalam pembelajaran siswa kelas VII
semester gasal. Sedangakan hasil
analisis angket respon siswa SMP
Islam Malang terhadap bahan ajar
mendapatkan nilai presentase . Hal ini
menunjukkan respon positif terhadap
efektifitas buku teks bahasa Indonesia
dalam pembelajaran yang telah
dilaksanakan.
SARAN
Adapun saran-saran pemanfaatan
bahan ajar bahasa Indonesia berbasis
budaya lokal Kurikulum 2013 yang
disempurnakan untuk siswa kelas VII
SMP/MTs semester gasal yaitu,
sebagai berikut.

1. Bagi siswa, produk penelitian ini
sebagai alternatif bahan ajar di
sekolah maupun di luar sekolah.
2. Bagi guru, penelitian ini dapat
dimanfaatkan sebagai bahan ajar
dalam
membantu
kegiatan
belajar mengajar.
3. Bagi pengembang lain, penelitian
pengembangan
bahan
ajar
bahasa
Indonesia
berbasis
budaya lokal Kurikulum 2013
perlu
tindak
lanjut
pengembangan bahan ajar untuk
semester genap dan diuji
cobakan pada kelompok besar.
DAFTAR RUJUKAN
Al-Tabany, Trianto Ibnu Badar, 2015.
Mendesain
Model
Pembelajaran
Konsep,
landasan, dan Implementasinya
pada
Kurikulum
2013
(Kurikulum
Tematik
Integratif/KTI).
Jakarta:
Prenadamedia Group.
Arsyad,
Azhar.
2013.
Media
Pembelajaran. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Barnawi & M. Arifin, 2013. Strategi &
Kebijakan
Pembelajaran
Pendidikan
Karater.
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Depdiknas.
2008.
Panduan
pengembangan bahan ajar,
(Online),
(http://www.slideshare.net/mm
ubaraq/panduanpemgembangan-bahan-ajar.
diakses 12 Maret 2016).
Koentjaraningrat. 2015. Kebudayaan
Mentalitas dan Pembangunan.
Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.

NOSI Volume 5, Nomor 2, Februari 2017 __________________________________________ Halaman 185

Kuntowijoyo. 2006. Budaya dan
Masyarakat. Yogyakarta: Tiara
Wacana.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian
Pendidikan & Pengembangan.
Jakarta: Kencana.

Lestari, Ika.2013. Pengembangan
Bahan
Ajar
Berbasis
Kompetensi.
Jakarta:
@akademia.

Wahyuni, Sri. 2005. Pengembangan
Modul Mata Kuliah Evaluasi
Pembelajaran Bahasa dan
Sastra Indonesia dengan Model
Pengembangan Sistem. Tesis
tidak diterbitkan. Malang:
Pascasarjana
Universitas
Negeri Malang.

Moleong.Jexy
J.,
2007.
PenelitianKualitatif. Bandung:
PT. RemajaRosdakarya.
Muslich, Masnur. 2010. Text Book
Writing
Dasar-dasar
Pemahaman, Penulisan dan
Pemakaian
Buku
Teks.
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Pangabean, Hana, dkk. 2013. Kearifan
Lokal Keunggulan Global.
Singapura: PT. Elex Media
Komputindo.
Praswoto, Andi. 2011. Panduan
Kreatif Membuat Bahan Ajar
Inovatif. Jogjakarta: Diva Press.
Rohmadi, Muhammad, dkk. 2014.
Belajar Bahasa Indonesia.
Surakarta. Cakrawala Media.
Setyosari.2015.
MetodePenelitianPendidikanda
nPengembangan.Jakarta:
KencanaPrenada Media Group.

Wibowo, Agus & Gunawan. 2015.
Pendidikan Karakter Berbasis
Kearifan Lokal di Sekolah.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Widyartono,
D.2012.
Konsep
Pengembangan Bahan Ajar,
(Online),
(http://didin.lecture.ub.ac.id/pe
mbelajaran-3/konseppengembangan-bahan-ajar.
diakses 28 Mei 2016).
Wijaya, Licin, Dkk. 2015. Analisis
Konteks Pengetahuan Tradisi
dan
Ekspresi
Budaya
Tradisional
Malangan.
Malang:
Pemerintah Kota
Dinas Pendidikan.

NOSI Volume 5, Nomor 2, Februari 2017 __________________________________________ Halaman 186