Magister Pendidikan Bahasa Indonesia NOSI Volume 5, Nomor 2, Februari 2017

STRUKTUR NARATIF MODEL SEYMOUR CHATMAN
DALAM APLIKASI NOVEL TARIAN DUA WAJAH KARYA S.
PRASETYO UTOMO
Rokhyanto
Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia
Abstrak: Masalah yang terdapat dalam penelitian ini, yaitu: (1)
butir-butir yang ada dalam struktur naratif Seymour Chatman
(2) cara kerja (jabaran) dalam teori struktur naratif Seymour
Chatman Tujuanya untuk memperoleh mengetahui secara rinci
tentang struktur naratif Seymour Chatman. Pustaka yang
digunakan berkaitan dengan struktur naratif antaralain: kernel
dan satelit, urutan cerita, order, durasi, frekuensi, dan
karakterisasi. Metode dalam penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif. Data penelitian ini berupa kata-kata,
frase, kalimat, di dialog para tokoh dalam cerita novel TDW.
Data penelitian meliputi: item-item yang ada dalam teori
struktur naratif, jabaran dalam teori struktur naratif, wujud
karakterisasi dari struktur naratif. Sumber data dalam penelitian
ini yakni teks novel dengan judul TDW yang ditulis oleh S.
Prasetyo Utomo. Pengumpulan data dilakukan dengan cara (1)
membaca dengan cermat dari sumber data penelitian, (2)

mengidentifikasi satuan-satuan peristiwa setia paragraf, (3)
memberi tanda (code) pada paparan bahasa yang terdapat pada
novel TDW. Temuan terakhir hasil penelitian berupa
karakterisasi, yaitu: tokoh Sukro yang mempunyai karakter
Kolaris, Tokoh Dewi Laksmi yang mempunyai karakter Kolaris
dan Melankolis, Tokoh Kiai Sodik mempunyai karakter
Plegmatis, dan Tokoh Aji yang mempunyai karakter Plegmatis.
Aspek teks novel tarian Dua wajah berjenis linear atau non in
media res, yaitu aspek teks novel tarian Dua Wajah mulai dari
awal cerita hingga akhir cerita (abcd) mengalami kelancaran
hanya di tengah sedikit mengalami sorot balik, tetapi hal itu
tidak membingungkan pembaca atau tidak sampai merusak
cerita. Order novel Tarian Dua Wajah menunjukkan bahwa
masa lampau lebih luas dari masa kini. Rentang masa lampau
kurang lebih 30 tahun, sedangkan masa kini bila dibaca cerita
itu sekitar 2 hari. Akan tetapi, masa kini yang waktu cerita
sangat pendek mempunyai waktu teks panjang. Sebaliknya,
masa lampau yang waktu ceritanya panjang, tetapi waktu
teksnya pendek.
Kata-kata kunci: analisis, model, struktur naratif

PENDAHULUAN

Penelitian ini menekankan pada
struktur naratif dalam novel Tarian

NOSI Volume 5, Nomor 2, Februari 2017 ______________________________________ Halaman 124

Dua Wajah Karya S. Prasetyo Utomo.
Sebuah struktur yang terbangun
secara sistematik dan tertata secara
baik. Dikatakan secara terstruktur,
karena karya sastra merupakan
susunan unsur-unsurnya bersistem
dan terpadu, yang terjadi hubungan
timbal-balik dan saling menentukan.
Dalam
pengertian
struktur
merupakan suatu tatanan entitasentitas yang mewujudkan setidaknya
ada tiga konsep dasar seperti yang

dikemukakan
Piaget
(Teeuw,
1984:141;
Pradopo,
1999:119),
meliputi:
(1)
keseluruhan
(wholeness),
(2)
transformasi
(transformasion), dan (3) pengaturan
diri (self-regulation) Untuk lebih
detail, yaitu: (1) struktur itu
merupakan keseluruhan ide yang
bulat, yaitu bagian-bagian yang
membentuknya tidak dapat berdiri
sendiri di luar struktur itu. Dengan
kata

lain,
keseluruhan
itu
mengindikasikan bahwa unsur-unsur
suatu struktur diatur sesuai dengan
kaidah-kaidah kombinasi yang bukan
semata-mata penyatuan bersama atau
sebagai sebuah hasil proses agregasi;
(2) struktur itu berisi ide transformasi
dalam arti bahwa struktur itu tidak
statis melainkan dinamis. Struktur itu
mampu
melakukan
prosedur
transformasional, dalam arti bahanbahan baru diproses dengan prosedur
serta melalui prosedur itu. Dengan
kata lain, kemampuan dari bagian
suatu struktur untuk diproses atau
dipertahankan sesuai dengan kaidahkaidah tertentu; (3) struktur itu
mengatur diri sendiri, dalam arti

struktur itu tidak memerlukan
pertolongan atau bantuan dari luar
dirinya untuk mensahkan prosedur
transformasinya.

Berhubungan dengan hal di atas,
secara khusus pembicaraan karya
sastra merupakan sebuah struktur
yang otonom atau mandiri. Karya
sastra (novel) juga dikatakan struktur
yang mandiri dan novel juga
dikatakan sebagai struktur naratif.
Menurut
Schmitt
(Swandayani,
1999:29), struktur naratif merupakan
pembicaraan tentang satuan-satuan
cerita. Satuan-satuan utama cerita
merupakan serangkaian peristiwa
yang cukup dalam ruang dan waktu,

serta menampilkan suatu pemikiran
dan gagasan. Serangkaian peristiwa
yang disebut plot (alur) tersebut
membentuk sebuah lingkaran makna
yang dapat dirasakan secara intuitif
oleh pembaca (Todorov, 1985:50).
Plot atau alur oleh Chatman disebut
event, terdiri atas kernel dan satelit,
urutan, durasi, dan frekuensi.
Pendekatan strukctural digunakan
dengan anggapan bahwa sebuah karya
sastra sebuah merupakan bangunan
struktur yang bermakna. Oleh karena
itu, untuk dapat memahami suatu
karya sastra, pertama harus dilihat
strukturnya.
Menurut
Pradopo
(1990:118-119), karya sastra pada
dasarnya merupakan sebuah struktut

yang bersistem yang di antara unsurunsurnya terjadi hubungan timbalbalik, saling menentukan, saling
berkaitan, dan saling tergantung. Hal
itu berkaitan dengan konsep membaca
yang ditemukan oleh Todorov
(1985:3), suatu penjelajahan dalam
dunia teks yang menuntut kehadiran
keseluruhan teks dan bagianbagiannya
bersama-sama
secara
struktural.
Menurut paham atau aliran
strukturalisme,
karya
sastra
merupakan sebuah struktur yang
unsur-unsurnya saling berjalinan erat

NOSI Volume 5, Nomor 2, Februari 2017 _______________________________________ Halaman 125

dan saling menentukan. Pengertian

struktur pada pokoknya berarti sebuah
karya sastra atau peristiwa di dalam
masyarakat menjadi keseluruhan
karena ada relasi timbal-balik antara
bagian
dengan
keseluruhan.
Hubungan ini bersifat positif seperti
kemiripan,
keselarasan,
dan
keharminisan antarkonflik. Jelasnya
bahwa suatu kesatuan struktural
mencakup setiap bagian dan setiap
bagian menunjukkan keseluruhan
(Luxemburg via Teeuw, 1983:33).
Dari uraian di atas peneliti
mencoba untuk menjabarkan novel
Tarian Dua Wajah untuk mencari
struktur naratif model Seymour

Chatman. Dari novel tersebut
dijabarkan agar mendapatkan itemitem naratif kedalam butir naratif
yang yang lebih besar kedalam
masing-masing struktur. Barulah
struktur
naratif
mendapatkan
kejelasan atau bukti nyata dari data
masing-masing.
Novel Tarian Dua Wajah karya
S. Prasetyo Utomo ini dinilai cukup
realis-imajinatif, karena novel ini
menunjukkan ada jalan hidup,
keteguhan hati, problema keluarga,
dan spiritualitas, hingga mistik.
Ramuan
pengalaman
dan
imajinasi yang menarik, menjawab
inti pertanyaan tentang hubungan

antara ide sederhana, dengan usaha,
dan membangkitkan imaji pembaca.
S. Prasetyo Utomo menggambarkan
cerita kehidupan masyarakat para
tokoh manusia dengan berbagai
macam permasalahan yang ada dalam
kehidupan seperti, pembunuhan,
perampokan, dan kehidupan malam.
Karya sastra yang yang bermutu
biasanya memiliki nilai-nilai yang
bermanfaat bagi seseorang atau
sekelompok masyarakat. Sementara

masyarakat yang lain, nilai-nilai bisa
bermanfaat bagi kehidupan, artinya
nilai-nilai yang dimaksud bisa berlaku
dan bermanfaat bagi sekelompok
masyarakat, sementara dikelompok
masyarakat yang lain nilai itu tidak
berlaku. Nilai-nilai yang digali dalam

karya sastra dan digunakan sebagai
tuntunan tentunya nilai-nilai yang
bersifat mendidik (nilai edukatif).
Karena luasnya nilai dalam karya
sastra, maka dalam penelitian ini
perlu diadakan pembatasan masalah.
Dengan
pembatasan
masalah
diharapkan
analisis
dalam
permasalahan ini lebih tajam dan
mendalam. Fokus penelitian yang
berkaitan dengan struktur naratif
dalam novel Tarian Dua Wajah
mencakup dua hal sebagai berikut:
1) struktur naratif Seymour
Chatman dalam Novel Tarian Dua
Wajah,
2) cara kerja dari struktur naratif
Seymour Chatman dalam Novel
Tarian Dua Wajah.
Hasil penelitian diharapkan dapat
bermanfaat bagi dalam kajian secara
rinci tentang struktur naratif ini dapat
dipahami
oleh
siswa
agar
memperoleh hasil aplikasi teori
terhadap novel yang berbeda.
METODE PENELITIAN
Sebagai penelitian kualitatif,
maka penelitian ini memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:
1) hasil penelitian berupa kata-kata,
2) bertujuan untuk mengembangkan
pemahaman terhadap teks,
3) dilakukan untuk menghasilkan
deskriptif,
4)
penafsiran
dan
simpulan
disampaikan secara verbal dalam
bentuk kata-kata,

NOSI Volume 5, Nomor 2, Februari 2017 _______________________________________ Halaman 126

5) hasil penelitian masih bersifat
terbuka bagi penelitian lanjutan
Berdasarkan fokus penelitian dan
cara
mendapatkan
atau
memperlakukan
data,
penelitian
berjenis ini dinamakan sebagai
penelitian deskriptif interpretatif.
Data-data yang telah terkumpul tidak
hanya digambarkan saja melainkan
diinterpretasikan.
Kegiatan
interpretasi melihat dunia pengalaman
dan pengetahuan peneliti serta
wawasan teoritis yang ditemukan
peneliti.
Penelitian ini bertujuan untuk
mendapatkan
deskriptif
objektif
tentang hasil struktur naratif dalam
novel Tarian Dua Wajah dengan
menggunakan pendekatan struktural.
Untuk mencapai tujuan itu, data
penelitian ini diambil dari setting
alamiah berupa novel Tarian Dua
Wajah dan peneliti sendiri sebagai
instrumen utama.
Pendekatan struktural dalam
penelitian ini berpandangan bahwa
sastra merupakan hasil kreativitas
pengarang dengan menggunakan
media bahasa yang diabadikan untuk
kepentingan estetik. Karya sastra itu
sendiri dibangun berdasarkan struktur
atau susunan unsur-unsur yang
bersistem, yang antara unsurunsurnya terjadi hubungan yang
timbal-balik, saling menentukan.
Kesatuan unsur-unsur salam sastra
bukan hanya berupa kumpulan atau
tumpukan hal-hal atau benda-benda
yang
berdiri
sendiri-sendiri,
melainkan hal-hal itu saling terikat,
saling
berkaitan,
dan
saling
bergantung (Pradopo, 1999:118-119).
Penelitian struktur naratif dalam
karya sastra seperti analisis terhadap
novel Tarian Dua Wajah ini lebih
tepat dan sesuai jika disebut dengan

jenis penelitian kualitatif dengan jenis
deskripsi.
Peneliti
bertindak
sebagai
instrumen utama (human instrument).
Peneliti sebagai instrumen utama
berarti kehadiran peneliti bertindak
sebagai
perencana,
pelaksana
pengumpulan data, penafsiran data,
dan pada akhirnya yang ia menjadi
pelapor
hasil
penelitian
(Moleong,2000:103).
Peneliti sebagai instrumen utama
memiliki
keunggulan
dapat
memutuskan sesuatu secara luwes,
dapat dinilai keadaan dan dapat
mengambil keputusan. Dalam proses
analisis,
peneliti
melakukan
penafsiran makna struktur dari data
yang diperoleh
Data penelitian meliputi: teori
struktur naratif (kernel dan satelit,
urutan cerita dalam teks, urutan
kronologis, urutan logis, Order,
durasi, dan frekuensi ditambah
karakterisasi untuk mendapatkan sifat
tokoh sebagai pemeran di dalamnya.
Sumber data dalam penelitian ini
yakni teks novel dengan judul Tarian
Dua Wajah yang ditulis oleh S.
Prasetyo Utomo. Identitas sumber
data ialah judul novel Tarian Dua
Wajah, pengarang S. Prasetyo Utomo,
jumlah halaman 258, penerbit PT
Pustaka Alvabet Tangerang Selatan,
Cetakan 1 Juni 2016. Novel Tarian
Dua Wajah dibagi menjadi beberapa
judul, tetapi setiap judul tidak diberi
nomor.
Teknik pengumpulan data dalam
penelitian ini yakni analisis teks yang
berupa paparan bahasa dalam novel.
Teknik ini digunakan karena pada
dasarnya, karya sastra (novel)
merupakan jabaran-jabaran atau berisi
paparan teks. Teknik tekstual ini
digunakan untuk mengumpulkan data

NOSI Volume 5, Nomor 2, Februari 2017 _______________________________________ Halaman 127

penelitian yang berupa karya sastra
dengan cara sebagai berikut:
1)peneliti
membaca
dengan
cermat dari sumber data penelitian,
2)peneliti
mengidentifikasi
satuan-satuan peristiwa setia paragraf,
3)peneliti memberi tanda (code)
pada paparan bahasa yang terdapat
pada novel Tarian Dua Wajah karya
S. Prasetyo Utomo.
Dalam penelitian ini data yang
dikumpulkan adalah data yang
memiliki hubungan dengan analisis
yang menjadi kajian, yaitu data yang
alamiah, terkini, dan asli yang ada
dalam novel Tarian Dua Wajah.
Dalam pengumpulannya menuntut
peneliti sendiri berperan aktif dan
tidak dapat diwakilkan. Dalam hal ini
peneliti sekaligus sebagai alat
pengumpul data dan bahkan peneliti
menjadi instrumen kunci. Supaya data
yang terkumpul dapat dikelola dengan
baik maka diperlukan instrumen
pengumpulan data yang lain berupa
tabel yang telah diformat sesuai
dengan kebutuhan.
Instrumen
pembantu
yang
digunakan dalam penelitian ini yakni
instrumen pemandu penjaring data
yang berisi struktur naratif yang
diteliti dan kriteria penetapan struktur
naratif dan penyajian. Kriteria
penetapan struktur naratif yang
dimaksud tersaji berikut ini:
Data-data penelitian yang telah
terjaring berupa deskripsi struktur
naratif yang meliputi: sosok tokoh,
peristiwa Tarian Dua Wajah,
penyajian. Data yang ditemukan
selanjutnya dimasukkan ke dalam
tabel masing-masing.
Teknik pengumpulan data dalam
penelitian ini yakni analisis teks yang
berupa paparan bahasa dalam novel.
Teknik ini digunakan dalam prosedur

pengumpulan data yang dilakukan
untuk memperoleh data. Adapun
langkah-langkah menurut Miles dan
Huberman (dalam Sugiono,2008:246)
ada tiga tahapan, yakni: (1) tahap
reduksi data, (2) tahap penyajian data,
(3) tahap penarikan simpulan dan
verifikasi (pembuktian).
Dengan model analisis ini, data
bisa dimulai sejak data dikumpulkan.
Pengumpulan data dan analisis data
dikerjakan secara simultan (berlaku
pada waktu yang bersamaan),
serempak, dan berkali-kali menurut
keperluan dan kecukupan. Hal ini
dilakukan
sampai
dihasilkannya
temuan tentang implementasi struktur
naratif dalam novel. Hal itu dapat
dilakukan dengan cara:
1) membaca novel berulang-ulang,
2) mencari buku rujukan,
3) mencari kernel dan satelit, urutan
cerita, logis, mencari latar dan
sebagainya
4) menandai data (dalam novel),
5) memasukkan data dalam tabel
penjaringan,
6) memberi kode pada data di dalam
tabel.
Pengecekan keabsahan data,
dalam penelitian ini menggunakan
triangulasi dengan jalan memeriksa
keabsahan
data
melalui:
(1)
pengecekan hasil penelitian beberapa
teknik pengumpulan data, (2)
pengecekan sumber data dengan
metode, (3) ketekunan pengamatan
mengikuti situasi yang sangat dengan
persoalan, (4) pengecekan, (5)
tersedianya rujukan/buku sumber, (8)
uraian rinci, (9) editing data.
Analisis data dalam penelitian ini
bersifat kualitatif yang deskriptif.
Laporannya berupa kutipan-kutipan
bahasa atau jabaran-jabaran bahasa
yang ada dalam novel TDW untuk

NOSI Volume 5, Nomor 2, Februari 2017 _______________________________________ Halaman 128

memberikan gambaran penyajian
laporan penelitian tersebut. Analisis
data pada penelitian ini menggunakan
metode penafsiran data. Metode
penafsiran data ini dijabarkan
menjadi, (1) tujuan yang diinginkan,
(2) prosedur, (3) peranan hubungan
unsure lain, (4) peranan kesatuan
data, (5) langkah-langkah penafsiran
data
dengan
metode
analisis
struktural.
Prosedur penelitian merupakan
kerja penelitian dari awal hingga
akhir, baik bersifat administrasi
maupun akademik penelitian. Dalam
pelaksanaannya melalui beberapa
langkah-langkah kerja yang meliputi:
Tahap Persiapan: (a) pengajuan
judul (b) studi kepustakaan, (c)
menyusun rancangan penelitian, (d)
menyusun instrument penelitian.
Tahap
Pelaksanaan:
(a)
penyusunan konsep laporan, (b) revisi
konsep laporan, (c) pemanfaatan
konsep laporan.
Tahap
Penyelesaian:
a)
pembuatan simpulan hasil laporan, b)
penyusunan laporan c) pengadaan
laporan, d) penyusunan bab: (1)
Pendahuluan, (2)Kajian pustaka dan
landasan teori, (3) Metode penelitian,
(4) Paparan data dan pembahasan, (5)
Hasil penelitian, (6) Penutup.
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Kernel yang ada dalam novel
Tarian Dua Wajah ini berjumlah 114
kernel dan 221 satelit. Jumlah
tersebut dikelompokkan menjadi:
Tokoh Sukro berjumlah 21 kernel;
Tokoh Dewi Laksmi berjumlah 29
kernel; Tokoh Kiai Sodik berjumlah
12 kernel; Tokoh Aji berjumlah 19
kernel; Tokoh Aya berjumlah 11
kernel; Tokoh Salma berjumlah 4

kernel; Tokoh perempuan bisu
berjumlah 4 kernel; Tokoh Ibu Muda
berjumlah 2 kernel; Tokoh Laki-laki
muda berjumlah 1 kernel; Tokoh
Mandor Karso berjumlah 1 kernel;
Tokoh Penggali Kubur berjumlah 1
kernel; Tokoh Istri Mandor Karso
berjumlah 1 kernel; Tokoh Laki-laki
Gelandangan berjumlah 1 kernel; dan
Tokoh Sang Profesor berjumlah 1
kernel.
Urutan
cerita
dalam
teks
berjumlah mulai dari kernel 1-44
lancar; kernel 46-47-48-45-49-51-5452-53-50 tidak lancar; kernel 55—
114 lancar.
Urutan logis dapat ditemukan
pada kernel 1—12; kernel 13,14,15
tidak
logis,
kernel
16—114
mengalami kelogisan lagi.
Order (analepsis) pada Kernel
XXXIII/33, hal itu dapat dilihat
sebagai berikut.
1) ....”Ibuku dulu pernah mengabdi
pada keluargamu. Ia sedang
mengandungku, ketika ayahku
meninggalkannya.
Ibuku
menyaksikan
hal
yang
menakjubkan,
ketika
ibumu
mengandungmu empat bulan.
Ketika ibuku sedang mencuci di
halaman belakang, ia melihat
segumpal cahaya meluncur dari
langit di atas bukit, dari makam
Nyai Laras, jatuh ke kamar
ibumu yang lagi shalat malam.
Ibuku meyakini, kau anak yang
lahir dengan keberkahan yang
besar. Kau titisan Nyai Laras.
Menjelang aku lahir, ibuku
membesarkanku
dengan
kemiskinannya. Tetapi selalu
dimintanya aku untuk meniru
apapun yang kau lakukan. Ketika
kau menari, aku diminta ikut
belajar menari. Ibuku bercerita

NOSI Volume 5, Nomor 2, Februari 2017 _______________________________________ Halaman 129

padaku,
ia
sangat
mengagumimu.
Sangat
mengasihimu.
Itu
yang
menyebabkan
ibu
berat
meninggalkan
keluargamu…
(hlm.60-61).
Dalam novel Tarian Dua Wajah,
terjadi pula prolepsis, yaitu teks
menceritakan peristiwa keinginan
Sukro sudah dipenjara lima belas
tahun ingin melarikan diri dari
penjara. Hal itu terjadi pada kernel
XLV/45, Sukro melarikan di ri dari
penjara dan dia ingin bertemu dengan
Aji (anaknya) yang berada di
pesantren Kiai Sodik. Teks ini
disampaikan pengarang sebelum
tindakan dilakukan oleh Sukro, yaitu
keinginannya mau melarikan diri dari
penjara.
Penjara tua itu dikepung hutan,
dan laut berdebur ombak. Ia berhasrat
melarikan diri dari pulau pengasingan
itu. Tak tahan lagi. Tinggal dua tahun,
ia bebas. Tetapi lima belas tahun
mendekam di penjara pulau yang
terasing, ia sangat rindu alam yang
terbuka. Alam yang memberinya
kehidupan yang bebas. Bertemu
manusia-manusia bebas. Ia sangat
merindukan anak lelakinya yang lahir
dari istri kedua. Ia sangat ingin
bertemu anak lelakinya itu. Meminta
maaf. Berharap pada lelaki muda itu
untuk tak menjalani hidup seperti
dirinya: dituduh merampok dan
membunuh (hlm.85).
Durasi (akselerasi) terbukti dapat
dibuktikan dengan tahapan sebagai
berikut.
2) Penjara tua itu dikepung hutan,
dan laut berdebur ombak. Ia
berhasrat melarikan diri dari
pulau pengasingan itu. Tak tahan
lagi. Tinggal dua tahun, ia
bebas. Tetapi lima belas tahun

mendekam di penjara pulau yang
terasing, ia sangat rindu alam
yang terbuka. Alam yang
memberinya kehidupan yang
bebas.
Bertemu
manusiamanusia bebas. Ia sangat
merindukan anak lelakinya yang
ahir dari istri kedua. Ia sangat
ingin bertemu anak lelakinya itu.
Meminta maaf. Berharap pada
lelaki muda itu untuk tak
menjalani hidup seperti dirinya:
dituduh
merampok
dan
membunuh (hlm.85).
Durasi (Deselerasi) terbukti dapat
dibuktikan dengan tahapan sebagai
berikut.
Fase pertama: dimulai Aji masih
kecil berumur 1 tahun
dititipkan ke kakaknya Sukro
bernama Rustam.
Fase kedua: dimulai saat Aji
berumur 5 tahun, dia diajak
Pakde Rustam menengok
Sukro di penjara segara
anakan.
Fase ketika: dimulai saat Aji
berumur 15 tahun, Aji minta
izin mau pergi menuju ke
pondok pesantren milik Kiai
Sodik.
Fase keempat: dimulai Aji
berumur 19 tahun, saat dia
mendapatkan beasiswa untuk
melanjutkan ke perguruan
tinggi.
Frekuensi, singularis semua kernel
dari kernel I sampai dengan
kernel 114
Frekuensi
Multi-Singularis
Beberapa teks dalam satu
peristiwa, kernel IV dan
kernel V, Kernel VII, VIII,
IX, X
Kernel XVI, XVII, XVIII

NOSI Volume 5, Nomor 2, Februari 2017 _______________________________________ Halaman 130

Frekuensi, repetitif beberapa teks
menampilkan peristiwa yang
hampir
sama.
Contoh:
Kernel XXXVIII dan kernel
XXXIX
3) …. Begitu jauh ia mesti
menempuh perjalanan kea rah
timur, sambil melupakan makian
Bude Rustam setiap hari, setiap
saat, dengan kebencian, dan
penistaan, “ Anak rampok! Anak
pelacur! Apa yang bias kuharap
darimu?” (hlm.75)
Frekuensi, iteratif meliputi satu
teks menceritakan beberapa kali
momen cerita atau satu teks
menceritakan beberapa kali peristiwa.
Hal ini dicirikan kata selalu, berkalikali, sering atau secara teratur
4) …. Begitu jauh ia mesti
menempuh perjalanan kearah
timur, sambil melupakan makian
Bude Rustam setiap hari, setiap
saat, dengan kebencian, dan
penistaan, “ Anak rampok! Anak
pelacur! Apa yang bisa kuharap
darimu?” (hlm.75)
... Memang Pakde Rustam,
kakak kandung Ayah, tak
pernah
menampakkan
perangai benci. Tetapi Bude
Rustam, sejak kecil selalu
dicaci-maki. Tiap kali ia selalu
mendengar katak-kata kotor,
dan
yang
paling
tak
disukainya,
ketika
Bude
Rustam
mengungkit-ungkit,
“Ayahmu telah menjual bukit
warisan Nyai Laras, leluhur
kita!
Dasar
perampok!
Pembunuh! Rasakan, sekarang
mendekam dalam penjara di
pulau pembuangan!” (hlm.76).
Sejak kecil Aji hanya mengenal
Pakde Rustam, Bude dan
ketiga anak lelaki mereka—

yang boleh memukul, memaki,
dan menyuruh dengan keji.
Ketiga anak itu sesekali
memaki-makinya.
Sesekali
menyiksanya.
Meludahinya.
Menginjak kepalanya. Bude
Rustam tak melihat bila Aji
dipukul, diludahi, atau dicekik
ketiga anak lelakinya (hlm.75).
Karakteristik
Berdasarkan hasil penelitian
ditemukan karakter pelaku yang dapat
dideskripsikan sebagai berikut.
Sukro: Kolaris
Sukro
mempunyai
sifat
plegmatis, hal itu dapat dibuktikan
dengan tipe ciri orang yang cepat
marah, pemberani, gampang emosi,
geram, penuh semangat, berani
beresiko, dan mandiri
Dewi Laksmi: Kolaris-Melankolis
Dewi Laksmi mempunyai sifat
plegmatis, hal itu dapat dibuktikan
dengan tipe ciri orang yang ambisius,
mandiri,
sangat
fokus,
suka
tantangan, semangat, tidak sabar,
berhati-hati mmemilih teman, teliti
ingatannya, sensirif
Kiai Sodik: Plegmatis
Kiai Sodik mempunyai sifat
plegmatis, hal itu dapat dibuktikan
dengan tipe ciri orang yang tidak suka
bicara, simpatik, wajah yang teduh,
tegas dan bijaksana, terkadang suka
menunda-nunda, baik hati, kurang
antusias, tidak mau beresiko
Aji: Plegmatis
Aji mempunyai sikap plegmatis,
hal itu dapat dibuktikan dengan tipe
ciri orang yang tidak suka bicara,
simpatik, wajah yang teduh, tegas dan
bijaksana, terkadang suka menundanunda, baik hati, kurang antusias,
tidak mau beresiko

NOSI Volume 5, Nomor 2, Februari 2017 _______________________________________ Halaman 131

SIMPULAN
Novel Tarian Dua Wajah
dibangun oleh sejumlah unsur-unsur
naratif yang kompleks. Unsur-unsur
naratif itu, antara lain: alur, latar, dan
karakter para tokoh pendukungnya,
yang terjalin secara lengkap juga.
Dalam arti bahwa unsur-unsur itu
menunjukkan perkembangan yang
kompleks, tetapi tidak begitu rumit.
Novel Tarian Dua Wajah
memiliki kelebihan tersendiri, yaitu:
(1) gambaran kehidupan pesantren
dengan sejumlah permasalahan, (2)
gambaran perjuangan seorang penari
dengan dilengkapi unsur cinta, (3)
gambaran seorang pemuda yang
mengalami kekerasan karena salah
pengasuhan, tetapi dia memberanikan
diri untuk mengubah nasibnya; dan
yang terakhir gambaran seorang
pemuda yang kerjanya tidak jelas
hanya menjual warisan orangtua.
Dengan hartanya dia tidak bahagia,
malah membawanya masuk penjara
dua kali.
Novel Tarian Dua Wajah
merekam
kehidupan
pondok
pesantren yang memberikan unsurunsur spiritual dengan dipadukan
dengan
unsur
seni,
sehingga
moralitaslah
yang
memberikan
patokan, jika aturan masyarakat
dilanggar akibat menjadi bahan
perguncingan, jika patokan tidak
dilanggar akan mendapatkan pujian
dari masyarakat.
Berdasarkan urutan aspek teks
pada novel Tarian Dua Wajah, maka
dapat diambil kejelasan bahwa sesuai
aspek teks novel tarian Dua wajah
berjenis linear atau non in media res,
yaitu aspek teks novel tarian Dua
Wajah mulai dari awal cerita hingga
akhir cerita (abcd) mengalami
kelancaran hanya di tengah sedikit

mengalami sorot balik, tetapi hal itu
tidak membingungkan pembaca atau
tidak sampai merusak cerita.
Order novel Tarian Dua Wajah
menunjukkan bahwa masa lampau
lebih luas dari masa kini. Rentang
masa lampau kurang lebih 30 tahun,
sedangkan masa kini bila dibaca
cerita itu sekitar 2 hari (48 jam). Akan
tetapi, masa kini yang waktu cerita
sangat pendek mempunyai waktu teks
panjang (258 hlm). Sebaliknya, masa
lampau yang waktu ceritanya panjang
(sekitar 30 tahun), tetapi waktu
teksnya pendek (ringkasan) 3
halaman. Hal ini menunjukkan bahwa
masa kini dalam novel Tarian Dua
Wajah lebih dominan, cerita novel
lebih menampilkan unsur kekinian
daripada
menceritakan
unsur
kelampauan.
Menonjolnya unsur kekinian itu
diperkuat oleh dominasi frekuensi
singular pada novel, yang juga
menunjukkan sifat partikular dan unik
tidak universal. Jhal ini diperkuat lagi
oleh banyaknya durasi adegan
tindakan fisik tokoh, ringkasan
pendek, dialog antara para tokoh, dan
monolog dalam tokoh.
Hubungan logis itu tidak selalu
terjadi pada kernel-kernel yang
sercara kronologis saling berdekatan.
Bahkan lebih banyak terjadi kernelkernel berhubungan sebab-akibat
dengan kernel-kernel yang secara
kronologis
berjauhan.
Dengan
demikian, hubungan sebab-akibat itu
terjadi secara tematis. Letak kernelkernel itu saling menjauh, tetapi
menjadi dekat karena permasalahan
yang dibicarakan saling terkait. Oleh
karena itu, alur Tarian Dua Wajah
tidak hanya bersifat menambah
konflik, tetapi makin lama makin
terjawab
konflik-konflik
yang

NOSI Volume 5, Nomor 2, Februari 2017 _______________________________________ Halaman 132

tersebar. Dengan demikian, Tarian
Dua Wajah lebih memperlihatkan
alur moral, mental, dan pikiran tokoh
serta spiritual seseorang. Dilihat dari
hubungan masa lalu dengan masa
kini, novel Tarian Dua Wajah,
memperlihatkan adanya kecenderungan prolepsis, yang terjadi masa depan
(linear). Lebih dominan dibandingkan
dengan yang terjadi sebelum masa
peristiwa-peristiwa
yang
berupa
adegan banyak berkaitan dengan
kegiatan
fisik
tokoh,
yang
berhubungan dengan berlatih menari,
mengobati orang sakit, menuntun
ilmu (kuliah). Selain adegan yang
berkaitan dengan fisik tokoh, juga
terdapat adegan yang berkaitan
dengan
mental
tokoh,
seperti
gambaran n jalan hidup seseorang,
telepati yang dilakukan Kiai Sodik,
dan realitas di luar nalar pikiran
(lebah bias mengobati Kiai Sodik
yang sedang sakit).
Teks Tarian Dua Wajah, yang
menggambarkan wilayah pesantren di
bawah bukit sekitar sebelah selatan
ibukota provinsi. Pola pemikiran
tokoh dalam novel Tarian Dua Wajah
berangkat dari penjualan tanah
warisan, yang tidak kunjung selesai
tentang
pembayarannya
(belum
lunas). Pelunasan ditempuh dengan
jalan damai, tetapi sang majikan
malah menghina dan mencacai-maki,
sehingga muncul rasa dendam.
Latar tempat memiliki fungsi
sebagai penjelas gambaran yang
disandingkan dengan gambaran tokoh
sedang
beraktivitas,
tetapi
mengemban
makna
yang
dikandungnya. Latar waktu (order,
durasi, frekuensi) memfungsikan
dirinya dengan tepat. Latar waktu
memberikan stressing (penekanan)

bagian masing-masing yang cukup
kompleks terhadap ide pengarang.
SARA-SARAN
Berikut
ini
peneliti
ingin
menyampaikan
saran-saran
sehubungan dengan hasil penelitian
ini, dengan harapan penelitian ini
dapat berguna dan bermanfaat bagi:
1) Dunia pembelajaran bahasa
dan sastra Indonesia di SLTA, hasil
penelitian ini dapatlah kiranya
dijadikan rujukan sehubungan dengan
cerita seacara terstruktur dan nilai
moral agama yang disampaikan
pengarang menjadi bahan renungan.
2) Bagi lembaga pengembang
ilmu, bahwa hasil penelitian ini
merupakan
kekayaan
khasanah
keilmuan yang dilestarikan lewat
institusi formal sehingga harus dijaga
dan jika mungkin hasil penelitian para
magister seperti ini dapat lebih
dikumpulkan dan dikembangkan, jika
mungkin dimasukan ke internet, agar
dibaca banyak orang.
3) Bagi dunia sastra, bahwa hasil
penelitian ini dapat dijadikan sebagai
referensi model penelitian deskriptif
di masa yang akan datang dengan
pisau bedah (landasan teori) yang
lain.
4) Bagi peneliti dan pembaca
umumnya, hasil penelitian ini dapat
ditindaklanjuti lebih mendalam dari
aspek-aspek lain, sehingga karya
sastra akan menjadi berkembang dan
komprehensif yang dapat dinikmati
dan diambil manfaatnya oleh
pembaca
dan
tentunya
demi
penyempurnaan di masa yang akan
datang.

NOSI Volume 5, Nomor 2, Februari 2017 _______________________________________ Halaman 133

DAFTAR RUJUKAN
Abrams, M.H. 1981. A Glossary of
Literary Terms. New York:
Holt, Rinehart and Winston.
Barthes, Roland. 1974. S/Z. The
United Kingdom: Basil
Blackwell.
Chatman, Seymour. 1980. Story and
Discourse: Narrative
Structure in Fiction and Film.
Ithaca: Cornell University
Press.
Cremers, Agus. 1997. Mitos, Dukun,
dan Sihir Claude Levi-Strauss.
Yogyakarta: PT Kanisius.
Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan. 2001. Kamus
Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa.
Faruk, 1994. Pengantar Sosiologi
Sastra. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Genette, Gerard. 1972. Narrative
Discourse. Oxford: Basil
Blackwell.
Hasan, Fuad. 2001. “Ikhtiar Meredam
Kultus Kekerasan”. Dalam
Jurnal Perempuan Perempuan
dan Teknologi Pembebasan?
Jakarta: Yayasan Jurnal
Perempuan.
Junus, Umar. 1985. Dari Peristiwa ke
Imajinasi: Wajah Sastra dan
Budaya Indonesia, cet. Ke-2
Jakarta: PT. Gramedia.
Kartini, Kartono dan Gulo, Dali.
2000. Kamus Psikologi.
Bandung: Pionir Jaya.

Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Teori
Pengkajian Fiksi. Yogyakarta:
Gadjah Mada University
Press.
Pradopo, Rachmat Djoko. 1999.
Pengkajian Puisi. Yogyakarta:
Gadjah Mada University
Press.
Rimmon-Kenan, Shlomith. 1983.
Narrative Fiction
Contemporary Poetics.
London: Methuen and Co.
Sugiono. 2008. Metode Penelitian
Kuantitatif dan Kualitatif R &
D. Bandung: Alfabeta
Bandung.
Saussure, F.de. 1966. Course in
General Linguistics New
York: McGraw Hill.
Scholes, Robert. 1977. Structuralism
in Literature. New Haven and
London: Yale University
Press.
Shri Ahimsa-Putra, Heddy. 2001.
Strukturalisme Levi-Strauss,
Mitos dan Karya Sastra.
Yogyakarta: Galang Press.
Teeuw, A. 1984. Sastra dan Ilmu
Sastra: Pengantar Teori
Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya.
Todorov, Tzvetan. 1985. Tata Sastra.
Jakarta: Djambatan.
Utomo, S. Prasetyo. 2016. Tarian
Dua Wajah. Jakarta: PT
Pustaka Alvabet.
Wellek, Rene dan Warren, Austin.
1995. Teori Kesusastraan
terjemahan Melani Budianta.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.

NOSI Volume 5, Nomor 2, Februari 2017 _______________________________________ Halaman 134