Magister Pendidikan Bahasa Indonesia NOSI Volume 5, Nomor 2, Februari 2017

PENERAPAN PEMBELAJARAN YANG MENYENANGKAN
DALAM PEMBELAJARAN BERBICARA BERDASARKAN
KURIKULUM KTSP SISWA KELAS IX
DI MTS NEGERI TUREN MALANG
Trisadono Sunyotowati
Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia
Abstrak: Penelitian ini termasuk penelitian kelas (PK) dan
bertujuan mendiskripsikan tentang (1) perencanaan pembelajaran
berbicara dengan penerapan pembelajaran yang menyenangkan, (2)
pelaksanaan
pembelajaran
berbicara
dengan
penerapan
pembelajaran yang menyenangkan, (3) penilaian pembelajaran
berbicara dengan penerapan pembelajaran yang menyenangkan.
Untuk mencapai tujuan tersebut, penelitian ini menggunakan
metode penelitian kuantilatif yaitu mendiskripsikan hasil temuan
dalam penelitian dari tahap perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian
pembelajaran berbicara dengan penerapan pembelajaran yang
menyenangkan di MTs Negeri Turen Tahun Ajaran 2015/2016.

Berdasarkan hasil analisis data intrumen penelitian dan data
tanggapan siswa dengan penerapan pembelajaran yang
menyenangkan, nilai rata-rata sebelum penerapan pembelajaran
yang menyenangkan adalah 46,94 % ( 75 % dari 36 siswa), nilai
rata-rata setelah penerapan pembelajaran yang menyenangkan
adalah 79, 58 (100 % dari 36 siswa), dan tanggapan siswa setelah
pementasan bercerita/ mendongeng menyatakan sangat baik, maka
dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran yang
menyenangkan mempunyai kontribusi positif dan signifikan dalam
pembelajaran berbicara siswa kelas IX MTs Negeri Turen Malang,
artinya adanya peningkatan kemampuan siswa dalam pembelajaran
berbicara dengan penerapan pembelajaran yang menyenangkan
sebelum dan sesudah pembelajaran. Penerapan pembelajaran yang
menyenangkan mempunyai kontribusi positif dan signifikan dalam
pembelajaran berbicara siswa kelas IX yang tercermin skor/ nilai
pementasan bercerita/ mendongeng siswa sebelum dan sesudah
pembelajaran.
Kata Kunci: penerapan pembelajaran yang menyenangkan, berbicara
PENDAHULUAN
Belajar berbahasa adalah belajar

berkomunikasi, baik lisan maupun
tulisan.
Pembelajaran
berbahasa
dimaksudkan agar pembelajar terampil
berbahasa.
Seseorang
dikatakan
terampil berbahasa apabila terampil

mendengar, berbicara, membaca,dan
menulis.
Agar
siswa
mampu
berkomunikasi, maka pembelajaran
Bahasa Indonesia tidak sekedar
pengetahuan tentang bahasa, atau
siswa dituntut lebih banyak menguasai


NOSI Volume 5, Nomor 2, Februari 2017 __________________________________________ Halaman 208

pengetahuan
tentang
bahasa.
Pembelajaran tentang bahasa selain
untuk meningkatkan
kemampuan
berfikir dan bernalar serta kemampuan
memperoleh wawasan, terutama yang
berkaitan dengan dunia kehidupan
siswa secara nyata. Dengan demikian,
siswa mampu menghubungkan dan
menerapkan hasil belajar bahasa dalam
kehidupan sehari-hari.
Dalam pembelajaran berbahasa
kemampuan, berbicara merupakan
salah satu kemampuan berbahasa,
disamping mendengarkan, menulis,
dan membaca, yang harus dikuasai

oleh siswa. Dalam pelaksanaannya,
pembelajaran
berbicara
harus
diarahkan untuk membekali siswa
terampil mengungkapkan ide, gagasan,
pengalaman, pesan, pendapat, dan
pernyataan secara sistematis, logis, dan
kreatif
dalam
bentuk
ucapan
(berbicara). Siswa harus dilatih
menggunakan
bahasa
untuk
berkomunikasi secara lisan, tidak
dituntut untuk menguasai pengetahuan
tentang bahasa (Depdiknas, 2005).
Oleh

karena
itu,
pembelajaran
berbicara seharusnya memberikan
peluang kepada siswa untuk berlatih
berbicara sebanyak-banyaknya.
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) disebut salah satu
tujuan pembelajaran bahasa Indonesia
kelas IX SMP/MTs adalah siswa
mampu mengungkapkan pengalaman,
gagasan, pendapat, dan pernyataan
secara sistematis, logis, dan kresatif
yang sesuai dengan konteks dan
situasi. Untuk mencapai tujuan
tersebut, kegiatan yang harus dikuasai
siswa tertuang dalam satu butir
pembelajaran berbicara. Pembelajaran
berbicara meliputi pengungkapan ide,
pengalaman, gagasan, pesan, pendapat,


dan pernyataan secara dalam berbagai
situasi dan kondisi (BSNP, 2005: )
Dalam pelajaran bahasa Indonesia,
pembelajaran berbicara menduduki
posisi yang tidak kalah penting jika
dibandingkan
dengan
aspek
pembelajaran
yang
lain,
yaitu
menyimak, membaca, dan menulis.
Akan tetapi pada kenyataannya
pembelajaran berbicara justru seakanakan dianaktirikan. Sebagian guru
lebih sering memberi tugas kepada
siswa untuk membaca, menyimak, dan
menulis. Hal ini juga dipengaruhi
dengan mengemukakan gagasan atau

pendapatnya, termasuk memancing
mereka untuk memberikan pertanyaan.
Ini berarti pembelajaran berbicara
mendapat perhatian yang kurang
seimbang. Pada sisi yang lain, tidak
sedikit siswa yang malu, minder,
gugup, bahkan tidak percaya diri
ketika ditunjuk untuk maju di depan
kelas. Apabila hal ini dibiarkan terusmenerus akan mempengaruhi kualitas
siswa dalam mengembangkan potensi
dan kemampuan bernalarnya.
Dalam pelaksanaan berbicara, ada
komponen-komponen
yang
ikut
menentukan keberhasilan, seperti:
tujuan, metode, sumber materi,
media,dan evaluasi beserta hambatan
dan solusi. Kesemua komponen ini
harus mendapat perhatian demi

terlaksananya kegiatan pembelajaran
berbicara dari awal sampai akhir.
Untuk meningkatkan motivasi belajar
siswa
maka
amat
diperlukan
pendekatan
pembelajaran
yang
menyenangkanyang
menyenangkan
dan membahagiakan siswa.
Peneliti tergerak untuk meneliti
satu sekolah di Kabupaten Malang,
yaitu MTs Negeri Turen Malang ini
berdasarkan observasi awal yang telah
dilaksanakan ternyata masih dijumpai

NOSI Volume 5, Nomor 2, Februari 2017 __________________________________________ Halaman 209


kendala yang hampir serupa meskipun
guru telah berusaha melaksanakan
pembelajaran
membaca,menyimak,
menulis, dan berbicara selakigus,
namun
kenyataan
di
lapangan
menunjukkan bahwa masih ada
kendala yang harus segera dicari
solusinya. Misalnya, kegiatan belajar
mengajar yang kurang menarik, adanya
siswa yang masih belum percaya diri
dan minder disuruh maju, malu-malu,
gugup, dan lain sebagainya.
Di samping itu, berkaitan dengan
kurikulum sekolah (KTSP) yang telah
dilaksanakan di beberapa sekolah,

dengan adanya penetapan kurikulum
ini dapat meningkatkan kualitas
kompetensi siswa termasuk berbicara.
Untuk
merealisasikannya,
dalam
standar kompetensi mata pelajaran
bahasa Indonesia bahwa standar
kompetensi pelajaran bahasa Indonesia
adalah
program
untuk
mengembangkan
pengetahuan,
keterampilan, dan sikap positif
terhadapa bahasa Indonesia. Hal ini
dimaksudkan agar semua dapat
mengacu pada pedoman standar
kompetensi dasar yang hendak dicapai.
Standar kompetensi berbicara

kelas IX MTs Negeri Turen Malang
adalah
mengungkapkan
pikiran,
perasaan, dan informasi melalui
kegiatan berkenalan, berdiskusi, dan
bercerita.
Sedangkan
kompetensi
dasarnya
sebagai
berikut,
(1)
memperkenalkan diri dan orang lain di
dalam
forum
resmi
dengan
intonasiyang tepat, (2) mendiskusikan
masalah (yang ditemukan dari berbagai
berita, artikel, atau buku), dan (3)
menceritakan berbagai pengalaman
dengan pemilihan kata dan ekspresi
yang tepat.
Indikator yang diharapkan sebagai
berikut,
(1)
siswa
dapat

memperkenalkan diri dan orang lain
dalam forum resmi dalam intonasi
yang
tepat,
(2)
siswa
dapat
menemukan masalah dari berbagai
sumber, berita, buku, artikel dan
mendiskusikan dengan temannnya, (3)
siswa dapat menceritakan pengalaman
pribadinya dengan pilihan kata dan
ekspresi yang tepat.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat
dijelaskan
bahwa
sebenarnya
pembelajaran berbicara diarahkan agar
siswa mampu secara efektif dan efisien
mengungkapkan, gagasan, pendapat,
kritikan, perasaannya dalam berbagai
bentuk kepada lawan berbicara sesuai
dengan
tujuan
dan
konteks
pembicaraan. Di samping itu, untuk
mewujudkannya dituntut untuk mampu
mengemas pembelajaran berbicara
menjadi kegiatan yang menarik dan
menyenangkan bagi siswa sehingga
muncul
dorongan
kuat
untuk
meningkatkan keterampilan berbicara
dalam
rangka
mengembangkan
potensinya
sesuai
dengan
kemampuannya.
Pembelajaran bahasa Indonesia
yang diterapkan oleh guru sebagian
besar dititikberatkan pada menulis,
membaca, dan mendengar. Hal ini
didukung fakta bahwa ujian nasional
hanya mencakup aspek menulis dan
membaca, sedangkan pembelajaran
berbicara tidak terlibat pada proses
penilaian
yang
menentukan
keberhasilan siswa selama belajar pada
setiap jenjang pendidikan. Untuk
meraih hasil maksimal pada ujian
sekolah, guru-guru memusatkan pada
latihan-latihan mengerjakan soal yang
titik beratnya pada aspek menulis dan
membaca, serta tidak jarang yang
mengabaikan pembelajaran berbicara.
Berdasarkan pada fungsi bahasa
yang
sebenarnya
sebagai
alat

NOSI Volume 5, Nomor 2, Februari 2017 __________________________________________ Halaman 210

komunikasi,
maka
pembelajaran
bahasa Indonesia seharusnya mendapat
perhatian yang tidak kalah penting
dibandingkan dari ketiga aspek
berbahasa yang lain. Pembelajaran
berbicara
memerlukan
metode,
pendekatan, dan strategiyang tepat
sehingga para siswa dapat menguasai
pembelajaran berbicara seperti yang
diharapkan.
Bagi
sebagian
besar
siswa,pembelajaran berbicara dianggap
paling sulit dan menjemukan. Siswa
seringkali malas, malu, dan tidak
percaya
diri
ketika
mendapat
kesempatan maju ke depan kelas untuk
berbicara
atau
mengemukakan
pendapat secara lisan. Untuk mengatasi
masalah
tersebut,
maka
perlu
diciptakan formula pembelajaran yang
tepat,sehingga dapat meningkatkan
kreatifitas dan motivasi siswa dalam
pembelajaran berbicara. Salah satunya
dengan penerapan variasi metode
pembelajaran berbasis pembelajaran
yang menyenangkan.Variasi metode
pembelajaran berbasis pembelajaran
yang menyenangkan merupakan suatu
penggabungan dari berbagai metode
yang membentuk pembelajaran yang
menyenangkan.
Sedangkan
pembelajaran yang menyenangkan
merupakan metode pembelajaran yang
cepat dan tepat serta menyenangkan
untuk mengimbangi kerja otak kiri dan
otak kanan agar dapat berkembang
secara maksimal, dalam Buletin
Pelangi
Pendidikan
Volume
6
(2003:No. 1).
Dikatakan metode cepat karena
dengan
pembelajaran
yang
menyenangkan berkembang secara
maksimal,
dapat
mempercepat
penguasaan dan pemahaman materi
pelajaran yang dipelajari, sehingga
waktu yang dibutuhkan untuk belajar

lebih cepat. Materi pelajaran yang sulit
dibuat mudah, sederhana sehingga
tidak terjadi kejenuhan dalam belajar.
Keberhasilan belajar tidak ditentukan
atau diukur lamanya duduk di belakang
meja belajar, tetapi ditentukan oleh
kualitas cara belajar. Dikatakan metode
tepat karena metode yang ada di
pembelajaran yang menyenangkan
bervariasi, yaitu password atau kata
kunci, angka kreatif, visualisasi,
mindmapping, dan lain-lain. Bebas
memilih dan menentukan metode yang
tepat atau cocok untuk diterapkan di
sekolah tertentu sesuai dengan situasi
dan kondisi sekolah dan siswa yang
bersangkutan. Hal ini dapat membuat
siswa mempunyai minat dan motivasi
belajar yang tinggi dalam proses
belajar, sehingga dapat meningkatkan
hasil belajar berbicara.
Penelitian
tentang
penerapan
pembelajaran yang menyenangkan
dalam pembelajaran berbicara siswa
kelas IX MTs Negeri Turen
Malang.Penelitian ini memilih MTs
Negeri Turen Malang siswa kelas IX
sekaligus menjadi sasaran penelitian,
karena
belum
menerapkan
pembelajaran menyenangkan sesuai
dengan topik penelitian. Kelas IX MTs
Negeri Turen Malang dipilih dengan
pertimbangan bahwa di kelas tersebut
siswa telah mengalami kegiatan belajar
mengajar selama kurang dari tiga
tahun, sehingga dapat memberikan
kontribusi
yang
positif
bagi
pembelajaran berbicara pada kelaskelas berikutnya. Secara umum
rumusan masalah yang dikaji dalam
penelitian ini berkenaan dengan
penerapan
pembelajaran
yang
menyenangkan dalam proses belajarmengajar berbicara kelas IX di MTs
Negeri Turen Malang. Secara teoritis,
manfaat
penelitian
ini
mampu

NOSI Volume 5, Nomor 2, Februari 2017 __________________________________________ Halaman 211

memberikan
kontribusi
terhadap
perkembangan ilmu pengetahuan,
khususnya
dalam
pembelajaran
berbicara di MTs Negeri Turen
Malang.
METODE PENERAPAN
Mendasar pada fokus penelitian,
tujuan penelitian, karakteristik data,
serta analisis data yang telah ditulis di
depan, penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif. Pendekatan ini
dipilih mendasar pada pertimbangan
bahwa (1) penilaian dilakukan pada
latar alamiah, (2) penelitian ini
menggunakan manusia, dalam hal ini
peneliti sebagai instrumen utama, (3)
data yang dikumpulkan berupa ujaranujaran dan tindakan, (4) penelitian ini
lebih memperhatikan proses daripada
hasil, dan (5) analaisis dan data yang
dilakukan
bersifat
induktif.
Pertimbangan tersebut sejalan dengan
karakteristik penilaian kualitatif yang
dikemukakan oleh Bodgan dan Biklen
(1982: 27-38).
Menurut Bodgan dan Biklen
(1992), penilaian kualitatif terdiri dari
tiga jenis yakni (1) evaluasi, (2)
pedagogi, dan (3) tindakan, maka
penelitian ini tergolong jenis penelitian
kelas. Tipe penelitian evaluasi
kualitatif berusaha mendiskripsikan
dan menilai suatu perubahan program
tertentu dengan tujuan memperbaiki
dan atau meniadakan program itu. Tipe
penilaian pedagogi bertujuan agar guru
lebih efektif dalam mengajarkan suatu
materi atau dalam tugas klinisnya
untuk memperoleh gambaran tentang
efektifitas pekerjaan yang diembannya,
dan bagaimana dapat menjadi lebih
baik.
Studi
pendahuluan
dilakukan
penilaian sebelum membuat dan
menetapkan rancangan penelitian.

Studi pendahuluan yang dilakukan
peneliti meliputi tanya jawab dengan
guru yang mengajarkan Bahasa
Indonesia di kelas IX MTs Negeri
Turen Malang tentang penyusunan
program perencanaan, pelaksanaan
program, dan penilaian terhadap
pembelajaran berbicara. Hal ini sejalan
dengan pendapat Nasution (1988:31),
bahwa sebelum peneliti menyusun
rancangan penelitian, dianjurkan untuk
mengadakan studi pendahuluan dengan
tujuan untuk memperoleh gambaran
yang jelas mengenai masalah yang
akan diteliti. Dengan demikian,
penelitian ini adalah penelitian
kualitatif jenis penelitian kelas
khususnya pembelajaran berbicara
kelas IX MTs Negeri Turen Malang.
Kegiatan
penelitian
yang
dirancang dengan prosedur deskriptif
kualitatif ini dilakukan dengan
mengikuti prosedur (1) kegiatan
pralapangan,
(2)
pekerjaan
di
lapangan, dan (3) analisis data, Bodgan
dalam
Moleong
(1988:72-94).
Kegiatan pralapangan dalam rancangan
kualitatif bertujuan untuk mengenal
lingkungan sosial, lingkungan fisik,
konteks kebudayaan dan sebaliknya.
Kegiatan pokok yang dapat dilakukan
dalam penelitian ini, adalah (1)
menyusun rancangan penelitian, (2)
memilih lapangan penelitian, (3)
mengurus surat izin penelitian, (4)
menilai keadaan lapangan, (5) memilih
subyek
penelitian,
dan
(6)
mempersiapkan
kelengkapan
penelitian, seperti handycam, kamera
dan catatan harian peneliti.
Dalam kegiatan pralapangan ini
peneliti memperoleh informasi bahwa
tahun pelajaran 2015/2016 siswa kelas
IX G berjumlah 36. Selesainya
kegiatan
pralaporan,
dilanjutkan
kegiatan lapangan yaitu dengan

NOSI Volume 5, Nomor 2, Februari 2017 __________________________________________ Halaman 212

kegiatan
pengumpulan
informasi
sebanyak
mungkin
mengenai
persoalan-persoalan yang menjadi
fokus penelitian secara alamiah. Yang
dimaksud alamiah dalam hal ini adalah
kegiatan mengumpulkan informasi
dengan tidak mempengaruhi subyek
penelitian, apa adanya.
Penelitian dilakukan di kelas IX G
MTs Negeri Turen Malang. Beberapa
alasan dipilihnya kelas dan madrasah
tersebut, yakni (1) kegiatan belajar
mengajar
Bahasa
Indonesia
menggunakan
metode
yang
menyenangkan (joyful learning) yang
berbeda dengan pendekatan tahun
sebelumnya, (2) secara personal
peneliti adalah salah satu pengajar
bahasa Indonesia di madrasah tersebut,
sehingga hasil penelitian dapat
digunakan secara langsung untuk
mengambil
kebijakan
tentang
penerapan metode pembelajaran yang
menyenangkan (joyful learning) dalam
pembelajaran berbicara siswa kelas IX
MTs Negeri Turen Malang, dan (3)
secara institusional merupakan SSN
sehingga memerlukaan upaya-upaya
strategis
dalam
mengembangkan
proses belajar, khususnya pelajaran
bahasa Indonesia.
Data penelitian ini berupa hasil
pendokumentasian
perencanaan,
pelaksanaan, dan penilaian penerapan
metode
pembelajaran
yang
menyenangkan (joyful learning) dalam
pembelajaran berbicara kelas IX MTs
Negeri
Turen
Malang.
Untuk
mendukung kelengkapan data yang
dimiliki, peneliti juga mengumpulkan
berbagai informasi, tanggapan dan
respon guru dan siswa berkenaan
dengan
penerapan
metode
pembelajaran yang menyenangkan
(joyful learning) dalam pembelajaran
berbicara kelas IX MTs Negeri Turen

Malang. Dengan demikian data ini
lebih berwujud data verbal dari guru
dan siswa.
Sumber data penelitian ini adalah
persiapan mengajar guru dan interaksi
belajar mengajar di dalam kelas
sasaran penelitian. Guru selaku subyek
penelitian digali tiga hal, yaitu (1)
perencanaan metode pembelajaran
yang
menyenangkan
dalam
pembelajaran
berbicara,
(2)
pelaksanaan metode pembelajaran
yang
menyenangkan
dalam
pembelajaran berbicara, dan (3)
penilaian metode pembelajaran yang
menyenangkan dalam pembelajaran
berbicara. Siswa sebagai subyek
penelitian digali informasi berupa nilai
dan angket siswa tentang penerapan
metode
pembelajaran
yang
menyenangkan dalam pembelajaran
berbicara. Kedua jenis data di atas
diperoleh melalui observasi, studi
dokumentasi, wawancara, dan catatan
lapangan tentang penerapan metode
pembelajaran yang menyenangkan
dalam pembelajaran berbicara yang
dilakukan
dengan
pendekatan
kontektual Moleong, (1991:112).
Analisis data dalam penelitian ini
menggunakan penggabungan analisis
kuantitatif dan kualitatif, sebagai
berikut. Analisis data penelitian ini
dilakukan dengan menikuti model alir,
Miles
dan
Huberman
(1984)
menyatakan bahwa analisis data
kualitatif terdiri atas tiga alur kegiatan
yang terdiri secara bersamaan, yaitu
reduksi data, penyajian data, verifikasi
data dan penarikan kesimpulan.
Reduksi data dilakukan melalui
kegiatan penyeleksian, pemfokusan,
penyerdahanaan, pengabstraksian, dan
pentransferan data mentah yang telah
diperoleh menjadi data yang siap
dianalisis. Penyajian data adalah

NOSI Volume 5, Nomor 2, Februari 2017 __________________________________________ Halaman 213

menyajikan data yang telah terkumpul
dengan kegiatan yang dilakukan adalah
menyususn atau mengorganisasikan
informasi sehingga memungkinkan
dapat dilaksanakannya tahapan analisis
berikutnya yaitu penarikan kesimpulan
dan verifikasi. Tahap ini merupakan
penyikapan tindak lanjut dari hasil
olahan data pada tahap sebelumnya.
Proses analisis data dalam
penelitian ini dilakukan sejak dimulai
kegiatan pengumpulan data, sejak saat
observasi
tindakan
pada
tahap
perencanaan sampai dengan tahap
penilaian. Pengumpulan dan analisis
data mengacu pada teknik analisis data
mengalir yang dikemukakan oleh
Kemmis dan Tanggart (1991), Miles
dan Huberman (1992), Elliot (1991)
dalam
Depdibud
(1993:33-34).
Analisis data dilakukan selama proses
pengumpulan data, yakni segera
dianalisis setelah data terkumpul
sampai
semua
data
selesai
disimpulkan. Ini dilakukan agar tidak
terjadi penumpukan data. Dengan
demikian, peneliti dapat segera
membuat refleksi terhadap data dan
kesimpulan yang diambil bisa lebih
tepat.
Langkah-langkah analisi data
menurut Rofiā€™udin (1998:36) meliputi
(1) menelaah seluruh data yang telah
dikumpulkan, (2) mereduksi data, yang
didalamnya
melibatkan
kegiatan
pengkatagorian dan pengklasifikasian,
dan (3) menyimpulkan data ferivikasi,
kegiatan penelaahaan ini dimulai
dengan transkripsi hasil pengamatan
kemudian menganalisis, mensentensis,
memaknai,
menerangkan,
dan
menyimpulkan.
Penelaahan
ini
dilakukan secara keseluruhan, mulai
awal terkumpulnya data sampai data
semua terkumpul.

Setelah data terkumpul, dilakukan
reduksi data yang melibatkan kegiatan
pengkatagorian dan pengklasifikasian
data. Untuk memudahkan membuat
kesimpulan data, maka data perlu
disederhanakan. Kegiatan reduksi ini
dilakukan dengan membuat ringkasan,
membuat kode, membuat data,
membuang data yang tidak perlu, dan
pengaturan data sesuai dengan masalah
penelitian. Dari data yang sudah
terkumpul, dipisah-pisahkan sesuai
dengan jenis, masalah penelitian, focus
guru dan siswa, serta berdasarkan
pendekatan kontekstual. Data yang
sudah diklasifikasikan, kemudian
dipaparkan menurut jenisnya, sesuai
dengan masalah penelitian. Hal ini
dilakukan agar penarikan kesimpulan
dapat dilakukan dengan mudah.
Hasil penelitian ini sesuai dengan
karakteristik penelitian kualitatif, tidak
dapat digeneralisasikan, tetapi dapat
ditransfer.
Transfebilitas
hasil
penelitian ini dapat diberlakukan pada
SMP/MTs lainnya jika sekolah-sekolah
tersebut
memiliki
persamaan
karakteristik, konteks, dan kondisi
sama dengan MTs Negeri Turen
Malang.
Analisis data kuantitatif pada
penelitian ini menggunakan teknik
analisis komparatif. Teknik analisis
komparatif diantaranya dengan uji-t.
Menurut Wahyuni (2011:42) pada
dasarnya uji-t digunakan untuk
menguji perbedaan rerata antara dua
cuplikan/sampel, apakah harga mean
sama atau tidak sama dengan suatu
harga tersebut = tes dua ekor. Sesuai
masalah dan fokus penelitian, data
kuntitatif yang berupa nilai hasil
belajar pada pretes dan post tes
dianalisis untuk tujuan menguji
perbedaan rerata hasil belajar siswa

NOSI Volume 5, Nomor 2, Februari 2017 __________________________________________ Halaman 214

yang telah melaksanakan
belajar yang menyenangkan.

metode

HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Hasil penelitian penerapan model
pembelajaran yang menyenangkan
dalam pembelajaran berbicara siswa
kelas IX MTs Negeri Turen. Pada
bagian pertama dipaparkan hasil
penelitian tentang penerapan model
pembelajaran yang menyenangkan
dalam pembelajaran berbicara pada
tahap perencanaan. Pada bagian kedua
dipaparkan hasil penelitian tentang
penerapan model pembelajaran yang
menyenangkan dalam pembelajaran
berbicara pada tahap pelaksanaan.
Pada bagian ketiga dipaparkan hasil
penelitian tentang penerapan model
pembelajaran yang menyenangkan
dalam pembelajaran berbicara pada
tahap penilaian.
Tahap Perencanaan
Data
penerapan
pendekatan
pembelajaran yang menyenangkan
dalam pembelajaran berbicara kepada
siswa yang berhasil dikumpulkan
melalui
perekaman,
pengamatan
langsung dan catatan lapangan dapat
dipaparkan sebagai berikut ini.
Penerapan pendekatan pembelajaran
menyenangkan dalam pembelajaran
berbicara oleh guru Bahasa Indonesia
kelas IX MTs Negeri Turen. Penerapan
pembelajaran berbicara berdasarkan
hasil rekaman dokumentasi yang telah
dipersiapkan guru sudah sesuai dengan
format atau silabus. Data yang berhasil
dikumpulkan
dari
perencanaan
pembelajaran berbicara, perumusannya
meliputi
pemetaan
perencanaan
pembelajaran berbicara, perumusannya
meliputi (1) pemetaan kurikulum, (2)
silabus,
(3)
rencana
pelaksaan

pembelajaran. Ketiga langkah tersebut
menjadi acuan guru dalam pelaksanaan
pembelajaran
berbicara
dengan
pendekatan
pembelajaran
yang
menyenangkan.
Pemetaan Kurikulum
Pada pemetaan kurikulum guru
menentukan tema-tema yang dijadikan
bahan
ajar.
Setelah
tema-tema
ditentukan guru mendistribusikan
tema-tema yang akan diajarkan ke
dalam pengelompokan keterampilan
berbahasa dan keterampilan bersastra.
Selanjutnya
masing-masing
keterampilan dibagi lagi menjadi
empat aspek, yaitu aspek menulis,
aspek membaca, aspek mendengar atau
menyinak, dan aspek berbicara. Tema
yang dipilih oleh guru ada tujuh,
meliputi (1) tuntunan moral, (2)
kekayaan laut, (3) pesona wisata
nusantara, (4) kegiatan di sekolah, (5)
masalah kependudukan, (6) remaja dan
masalahnya, dan (7) tokoh dan sekitar
kita. Untuk memberikan gambaran
yang jelas, guru membuat tabel
pemetaan kurikulum.
Penyusunan Silabus
Langkah kedua yang dilakukan
guru dalam perencanaan penerapan
pembelajaran yang menyenangkan
dalam pembelajaran berbicara kelas IX
MTs Negeri Turen adalah penyusunan
silabus. Silabus disusun pada awal
tahun pelajaran dan sudah masuk pada
buku dua Kurikulum Tingkat Satuan
Pelajaran
(KTSP)
yang
sudah
mendapat rekomendasi dari Dinas
Pendidikan Kabupaten. Artinya guru
tinggal mengambil dari silabus yang
sudah tersusun, Silabus yang disusun
memuat
standar
kompetensi,
kompetenssi dasar, materi, kegiatan
pembelajaran,
indikator,
teknik

NOSI Volume 5, Nomor 2, Februari 2017 __________________________________________ Halaman 215

penilaian, bentuk penilaian, contoh
penilaian,
alokasi
waktu,
dan
alat/sumber.
Penyusunan RPP
Dari silabus yang telah ada guru
membuat
rencana
pelaksanaan
pembelajaran sesuai dengan alokasi
waktu yang telah direncanakan. Tema
yang diambil guru untuk mejadi subjek
penelitan
adalah
tuntunan
moral.Standar
kompetensi
mengungkapkan kembali cerpen dan
puisi dalam bentuk lain. Kompetensi
dasar menceritakan kembali secara
lisan isi cerpen sesuai dengan naskah
yang ditulis siswa. Pada penyusunan
RPP ini guru menentukan tujuan
pembelajaran yaitu siswa mampu
menceritakan kembali secara lisan isi
cerpen sesuai dengan alur cerita
aslinya, mampu menceritakan kembali
secara lisan isi cerpen dengan ekspresi
dan intonasi yang tepat, dan mampu
menyebutkan hal yang menarik atau
tidak menarik dari cerpen secara
objektif dan logis.
Materi pembelajaran sesuai dengan
kompetensi
dasarnya
yaitu
menceritakan kembali secara lisan isi
cerpen. Guru tidak menguraikan secara
detail materi yang dimaksud. Metode
yang
akan
digunakan
dalam
pembelajaran berbicara ini adalah
pemodelan, demontrasi, penugasan,
diskusi, dan simulasi. Sesuai dengan
alokasi waktu yang telah direncanakan
yaitu 6 x 40 menit (3 kali pertemuan),
guru
merencanakan
kegiatan
pembelajaran berbicara ini menjadi
tiga
kali
pertemuan.
Tiap-tiap
pertemuan terdiri dari kegiatan awal,
kegiatan inti, dan kegiatan akhir.
Kegiatan awal pada pertemuan I
terdiri 3 hal, yaitu: a) siswa
mencermati kerangka teks cerpen, b)

siswa bersama guru berdiskusi tentang
kerangka teks cerpen, c) siswa
mengungkapkan
kebermaknaan
karakteristik naskah cerpen. Kegiatan
inti pada pertemuan pertama terdiri
dari 5 kegiatan yaitu: a) siswa
membaca kerangka teks cerpen yang
telah ditulis, b) siswa berdiskusi
tentang kerangka teks cerpen yang
telah dibaca, c) dengan sharing siswa
menganalisis tema dan alurnya ( urutan
peristiwa secara umum), d) siswa
mempresentasikan
hasil
diskusi
tentang kerangka teks cerpen, e) secara
berkelompok siswa menanggapi hasil
pekerjaan kelompok lain.
Kegiatan akhir pada pertemuan I terdiri
dari 2 hal yaitu: a) siswa dan guru
melakukan refleksi, b) siswa ditugasi
untuk memahami setiap alur dalam
kerangka teks cerpen.
Pertemuan II terdiri dari tiga kegiatan
sebagai berikut:
1) Kegiatan awal
a. Siswa dan guru bertanya jawab
tentang watak para tokoh beserta
latar cerpen.
b. Siswa berkelompok sesuai dengan
kegiatan pada pertemuan
sebelumnya.,
2) Kegiatan inti
a. Siswa mengamati watak para tokoh
beserta latar cerpen.
b. Siswa mendiskusikan sikap watak
tokoh dari dialog teks cerpen,
c. Siswa berimprovisasi berdasarkan
teks cerpen,
d. Siswa mengekspresikan cerita sesuai
dengan tokoh yang ada di teks
cerpen,
e. Siswa lain menanggapi improvisasi
dan ekspresi tokoh yang
diperankan.
3) Kegiatan akhir
a. Siswa dan guru menyimpulkan cara
berimprovisasi dan berekpresi

NOSI Volume 5, Nomor 2, Februari 2017 __________________________________________ Halaman 216

sesuai dengan alau cerita dan
karakter tokoh,
b. Siswa dan guru merancang
pembelajaran berikutnya
berdasarkan pengalaman
pembelajaran saat ini.
Pertemuan III atau pertemuan terakhir
dari RPP yang disusun guru meliputi:
1) Kegiatan awal
a. Siswa dan guru bertanya jawab
tentang teks cerpen yang akan
ditampilkan dalam penceritaan
kembali secara lisan.
b. Siswa berkelompok sesuai dengan
kegiatan pembelajaran sebelumnya
untuk menentukan cerpen yang
akan diceritakan kembalai secara
lisan.
c. Siswa secara berkelompok
mendiskusikan tahapan alur dalam
cerpen.
d. Siswa secara berkelompok
mendiskusikan isi cerpen yang
merupakan bagian-bagian dari alur.
2) Kegiatan inti
a. Siswa menyiapkan perangkat
pendukung cerpen yang akan
diceritakan kembali secara lisan.
b. Siswa menceritakan kembali secara
lisan isi cerpen secara berkelompok
dalam bentuk cerita berantai sesuai
dengan alur aslinya hingga menjadi
sebuah cerita utuh dengan
menggunakan ekspresi dan
improvisasi yang tepat sesuai
dengan teks cerpen.
c. Siswa lain memberikan komentar
penampilan kelompok lain dengan
menggunakan rubrik yang telah
disepakati.
3) Kegiatan akhir
a. Siswa dan guru menyimpulkan
pemeranan penceritaan kembali
cerpen dari masing-masing
kelompok.

b. Siswa dan guru mengadakan
refleksi.
c. Siswa mendapat informasi tentang
hasil penampilan.
d. Siswa dan guru merancang
pembelajaran berikutnya.
Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan penerapan model
pembelajaran yang menyenangkan
dalam pembelajaran berbicara siswa
kelas IX MTs Negeri Turen diawali
dengan
aktivitas guru dan murid
bertanya jawab tentang cerpen,
bertanya jawab tentang manfaat
membaca yang pada pertemuan
sebelumnya sudah dibuat secara
berkelompok. Pada kegiatan ini siswa
duduk melingkar sesuai dengan
kelompok masing-masing. Dalam
diskusi ini siswa menganalisis hal-hal
yang menarik dari cerpen yang dibuat
siswa secara berkelompok.
Pada tahap berikutnya, tiap-tiap
kelompok mempresentasikan hasil
diskusi tentang kerangka teks cerpen
atau
tahapan
alur
cerpennya.
Kelompok lain menanggapi hasil
pekerjaan kelompok yang presentasi.
Ada kelompok yang bertanya, ada pula
kelompok yang memberikan kritikan
karena hal-hal yang dianggap kurang
pas. Kegiatan ini berjalan familiar,
kadang-kadang diselingi senda gurau,
terkadang ada pula yang memberikan
aplaus, suasana memang ramai dan
agak gaduh tapi siswa terlihat sangat
interes dan menikmati kegiatan diskusi
ini. Pada akhir diskusi, guru bersamasama siswa menerangkan serta
merevisi kerangka dan alur teks cerpen
yang telah dibuat.
Kegiatan pembelajaran dilanjutkan
dengan membaca cerpen secara
keseluruhan untuk mengetahui tema
dan alurnya
(urutan
peristiwa)

NOSI Volume 5, Nomor 2, Februari 2017 __________________________________________ Halaman 217

sebagaimana tertera dalam teks cerpen.
Setiap siswa yang mendapat peran
(bercerita) diberi kesempatan untuk
memahami watak para tokoh beserta
latar cerpen, memahami maksud
pengarang di balik cerpennya. Siswa
yang merasa tidak memahami bisa
bertanya pada teman lain dan juga bisa
bertanya pada guru. Karena pertemuan
berakhir
dan
dilanjutkan
pada
pertemuan berikutnya, siswa diberi
kesempatan untuk lebih memahami
karakter tokoh dengan bertanya pada
orang tua, saudara atau teman di
rumah.
Pada pertemuan kedua, guru
mengawali kegiatan pembelajaran
dengan menanyakan usaha yang
dilakukan siswa di rumah setelah
pertemuan yang lalu. Pada sesi ada
beberapa siswa yang menyampaikan
bahwa telah berusaha bertanya pada
kakaknya yang guru TK dan mendapat
tambahan pemahaman atas karakter
atau watak tokoh dalam cerpen, dan
ada yang menirukan ibunya ketika
mendongeng di sekolah TK. Sebagian
siswa lain secara jujur mengatakan
kalau tidak bertanya pada orang lain
dengan berbagai alasan. Guru tidak
kecewa karena pada dasarnya siswa
telah berani menyampaikan secara
lisan
tentang
aktivitas
yang
dilakukannya.
Selanjutnya
guru
memberi kesempatan siswa untuk
kembali
membentuk
kelompok
sebagaimana pertemuan yang lalu.
Pada diskusi kelompok ini siswa
memantapkan tentang tema, alur,
watak para tokoh, latar cerpen, dan
maksud pengarang di balik cerpen
yang dibuat. Guru memberikan
penguatan tentang hal-hal yang
menunjang
dalam
menceritakan
kembali cerpen di depan orang lain,
seperti penggunaan alat visualisasi,

cara yang variatif, dan gaya yang
penuh improvisasi agar cerita yang
disampaikan tidak monoton, sehingga
pendengar senantiasa ingin tahu
kelanjutan ceritanya. Pendengar dapat
terbebas dari rasa bosan, karena
bagaimana pun juga improvisasi akan
menambah daya tarik cerita yang akan
disampaikan.
Setelah dirasa cukup, guru
memberi
tugas
siswa
untuk
berimprovisasi dengan menceritakan
kembali
cerpen
yang
dibuat
berdasarkan tahapan alaur teks cerpen,
dengan cara cerita berantai dengan
teman sekelompoknya. Guru memberi
kebebasan cara bercerita kepada
masing-masing
kelompok.
Pada
kesempatan ini hampir semua siswa
tidak berani tampil, semua saling
menunggu teman yang lain. Guru
berusaha memotivasi siswa dan
akhirnya
dari
masing-masing
kelompok ada yang berani bercerita
tanpa ditunjuk. Suasana kembali gaduh
tapi dalam suasana gembira karena
setiap ada siswa yang bercerita dengan
improvisasi dan ekspresi selalu
mendapat aplaus dari seluruh siswa
satu kelas.
Pada akhir pertemuan guru
menggunakan beberapa siswa untuk
bercerita dengan ekspresif dan
berimprovisasi sesuai dengan tokoh
yang ada dalam teks cerpen. Beberapa
siswa ada yang berani walau tidak
terlalu konsentrasi. Selanjutnyya guru
menugaskan siswa untuk berlatih
bercerita dengan ekspresif dan
berimprovisasi di rumah masingmasing.
Pada pertemuan ketiga guru
mengawali kegiatan belajar mengajar
dengan melakukan tanya jawab tentang
alat visualisasi dalam bercerita,
kreativitas bercerita, dan gaya bercerita

NOSI Volume 5, Nomor 2, Februari 2017 __________________________________________ Halaman 218

masing-masing kelompok. Kegiatan ini
tidak berlangsung lama, karena siswa
sudah sibuk dengan pemeranan dalam
bercerita yang akan dilaksanakan.
Guru segera memberi kesempatan
kepada siswa untuk menyiapkan
perangkat pendukung yang dibutuhkan
oleh masing-masing kelompok. Untuk
menentukan kelompok mana yang
harus tampil terlebih dahulu, maka
guru mengundi dengan seperti arisan.
Masing-masing ketua kelompok amat
antusias
mengambil
undianuntuk
menentukan urutan penampilan.
Kegiatan
puncak
pada
pembelajaran berbicara ini terjadi pada
sesi ini. Tiap-tiap siswa mendapat
kesempatan bercerita dengan ekspresi
dan berimprovisasi yang tepat sesuai
dengan teks cerpen yang dibuatnya.
Untuk mengetahui kekurangan masingmasing kelompok, guru memberi
kesempatan siswa kelompok lain
menyampaikan komentarnya. Akhir
dari pertemuan diisi dengan komentar
dan evaluasi guru terhadap kegiatan
pembelajaran berbicara siswa melalui
kegiatan bercerita atau menceritakan
kembali cerpen yang telah dibuat ini.
Tahap Penilaian
Untuk
mengetahui
tingkat
keberhasilan
penerapan
metode
pembelajaran yang menyenangkan
dalam pembelajaran berbicara ini
diperlukan sistem penilaian yang tepat,
yaitu penilaian otentik atau disebut
penilaian yang sebenarnya. Sistem
penilaian
penerapan
metode
pembelajaran yang menyenangkan
dalam pembelajaran berbicara ini
dilakukan selama dan sesudah kegiatan
pembelajaran. Ketepatan penilaian
berhubungan dengan aspek pelafalan,
intonasi, ekspresi, dan improvisasi.
Penilaian
penerapan
metode

pembelajaran yang menyenangkan
dalam
pembelajaran
berbicara
digunakan oleh guru untuk dua
keperluan. Keperluan pertama untuk
mengukur kompetensi siswa dalam
pembelajaran berbicara. Keperluan
kedua untuk mengetahui keefektifan
pendekatan
pembelajaran
yang
menyenangkan (joyfullearning) dalam
pembelajaran berbicara. Data tentang
pelaksanaan penilaian dan bentukbentuk
alat
penilaian
yang
dikumpulkan dalam penelitian ini
diperoleh dari pelaksanaan penilaian
pembelajaran
berbicara
dengan
pendekatan
pembelajaran
yang
menyenangkan dan dilengkapi dari
studi dokumentasi terhadap rencana
pembelajaran (RP) dan seluruh
aktivitas siswa.
Penilaian yang digunakan dalam
pembelajaran ini menggunakan teknik
tes unjuk kerja. Guru membuat format
penilaian yang meliputi empat aspek
yaitu: pelafalan, intonasi, ekspresi, dan
improvisasi. Masing-masing aspek
diberi rentangan skor 1 sampai dengan
5. Format yang disediakan guru
sebagaimana tersebut pada tabel 2.
Selain guru melakukan penilaian
terhadap unjuk kerja siswa, guru juga
memberikan kesempatan siswa untuk
saling mengamati terhadap penampilan
teman atau kelompok lain. Siswa
memberikan komentar secara tertulis
dengan menggunakan format yang
telah dipersiapkan guru. Tanggapan
dari siswa terhadap temannya ini tidak
dipertimbangkan dalam penilaian guru
tetapi hanya sebagai masukan bagi
siswa yang sedang melakukan unjuk
kerja dalam bercerita.
Hasil
penilaian
selama
pembelajaran
berbicara
dengan
penerapan metode pembelajaran yang
menyenangkan, dengan memberikan

NOSI Volume 5, Nomor 2, Februari 2017 __________________________________________ Halaman 219

skor/nilai postes pada siswa kelas IX

MTs Negeri Turen.

Tabel 1. Skor/Nilai Pretes Pembelajaran Berbicara dengan Penerapan
Pembelajaranyang Menyenangkan

Kode Sampel
Jumlah
Rata-rata

Pelafalan
85
47,22

Skor Nilai
Intonasi
Ekspresi
81
88
45,00
48,88

Dalam penilaian pretes diperoleh
nilai rata-rata pembelajaran berbicara
adalah 46,94 % artinya bahwa pada
pementasan sebelum pembelajaran
berbicara belum tampak hasil yang
diperoleh siswa. Kriteria ketuntasan
belajar siswa dikatakan tuntas jika
telah mencapai skor/nilai rata-rata
dalam pembelajaran adalah 75 % atau
dengan nilai sama dengan 70. Jika
dalam pembelajaran, penilaian belum
mencapai 75%, maka perlu adanya
pengulangan materi ajar dan atau
melakukan remidi bagi siswa yang
belum tuntas belajar, bagi yang sudah
tuntas perlu adanya pengayaan dengan

Improvisasi
85
47,22

Jumlah
338
46,94

memberikan beberapa teks cerpen
untuk dipelajari dan berusaha bercerita
dengan lebih baik dari sebelumnya.
Rincian masing-masing penilaian
sebagai berikut, (1) artikulasi 47,22 %,
(2) intonasi 45,00 %, (3) ekspresi
48,88 %, (4) improvisasi 47,22 %. Dari
hasil
yang
diperoleh
sebelum
pembelajaran menceritakan kembali
cerpen, ternyata belum ada yang
mencapai kriteria ketuntasan belajar
yang ditetapkan di awal pembelajaran.
Oleh karena itu perlu adanya
pembelajaran
berbicara
dengan
penerapan metode pembelajaran yang
menyenangkan dalam bercerita.

Tabel 2. Nilai Postes Pembelajaran Berbicara dengan Penerapan Pembelajaran
yang Menyenangkan
Skor /Nilai
Kode Sampel
Jumlah
Rata-rata

Jumlah
Pelafalan

Intonasi

Ekspresi

Improvisasi

151
83,88

146
81,11

137
76,11

139
77,22

Dalam penilaian postes diperoleh
nilai rata-rata pembelajaran berbicara
adalah 79,58 %. Dengan melihat hasil
skor/nilai rata-rata postes setelah
pembelajaran bercerita berlangsung
ternyata skor/nilai rata-ratanya sudah
lebih dari 75%, dengan demikian

573
79,58

sudah dapat dikatakan tuntas dalam
pembelajaran,
tinggal
bagaimana
upaya
tindak
lanjut
setelah
pembelajaran berbicara.
Rincian skor/nilai setelah pembelajaran
berbicara adalah sebagai berikut, (1)
artikulasi 83,88%, (2) intonasi 81,11%,

NOSI Volume 5, Nomor 2, Februari 2017 __________________________________________ Halaman 220

(3) ekspresi 76,11%, dan (4)
improvisasi 77,22%.Dari hasil
penilaian setelah hasil pembelajaran
semua aspek telah mencapai 75%. Ini
artinya ketuntasan belajar telah
tercapai, sudah tidak perlu
pengulangan dalam pembelajaran.
SIMPULAN
Berdasarkan
penelitian
dan
pembahasan penerapan pembelajaran
yang menyenangkan berdasarkan
KTSP siswa kelas IX MTs Negeri
Turen, dapat diambil simpulan sebagai
berikut.
Dalam perencanaan pembelajaran
berbicara
dengan
penerapan
pembelajaran
berbicara
yang
meyenangkan berdasarkan KTSP siswa
kelas IX MTs Negeri Turen, guru
sudah membuat administrasi KBM
berupa pemetaan kurikulum, silabus,
dan rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP), tetapi RPP yang dibuat guru
belum menunjukkan pembelajaran
yang menyenangkan secara detail.
Dalam pelaksanaan pembelajaran
berbicara
dengan
penerapan
pembelajaran
berbicara
yang
meyenangkan berdasarkan KTSP siswa
kelas IX MTs Negeri Turen
menimbulkan gairah belajar siswa.
Siswa merasa enjoy, senang dan
bahagia dalam belajar berbicara. Dari
kegiatan awal guru sudah menciptakan
suasana belajar yang menyenangkan.
Demikian juga pada kegiatan inti guru
berhasil
mengemas
kegiatan
pembelajaran menjadi menarik dan
menyenangkan sehingga siswa tidak
merasa terbebani, sehingga merasa
kekurangan waktu dan ingin segera
bertemu dengan pelajaran bahasa
Indonesia.
Penilaian
penerapan
model
pembelajaran yang menyenangkan

dalam
pembelajaran
berbicara
digunakan oleh guru untuk dua
keperluan. Keperluan pertama untuk
mengukur kompetensi siswa dalam
pembelajaran berbicara. Keperluan
kedua untuk mengetahui keefektifan
penerapan model pembelajaran yang
menyenangkan dalam pembelajaran
berbicara.
Penilaian yang dilakukan guru
menggunakan penilaian unjuk kerja
serta memberikan kesempatan kepada
siswa untuk menilai temannya dengan
memberikan tanggapan secara bebas.
Siswa merasa senang dilibatkan dalam
penilaian sehingga secara tak langsung
siswa bisa introspeksi terhadap
pembelajaran yang dilakukannya.
SARAN
Untuk guru,hendaknyaguru terus
mengembangkan model pembelajaran
dengan model pembelajaran yang
menyenangkan untuk membangkitkan
motivasi bagi siswa, dengan demikian
tujuan pembelajaran yang diinginkan
dapat tercapai. Komponen-komponen
penbelajaran yang meliputi metode,
poendekatan, strategi, evaluasi, sarana
dan media pembelajaran hendaknya
dioptimalkan peranannya untuk meraih
hasil maksimal.
Guru perlu memperbaiki Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran
(RPP)
sehingga bisa memberikan gambaran
yang
jelas
tentang
kegiatan
pembelajaran yang akan dilakukannya.
Kepada peneliti lain, penelitian ini
dapat digunakan sebagai dasar untuk
menentukan
teknik
pembelajaran
dalam meningkatkan pembelajaran
berbicara.
Penelitian
ini
masih
dapat
dikembangkan pada materi yang sama
dengan teknik yang lain atau materi

NOSI Volume 5, Nomor 2, Februari 2017 __________________________________________ Halaman 221

yang berbeda dengan menggunakan
model pembelajaran yang sama.
DAFTAR RUJUKAN
Ahmadi,M.1990. Strategi Belajar
Mengajar
Keterampilan
Berbahasa dan Apresiasi Sastra.
Malang:YA3
Aklan,
Husain.1997.
Penerapan
Pengajaran Bahasa. Jakarta:
Depdikbud
Ambari, Abdulloh. 1998. Penuntun
Terampil Berbahasa Indonesia.
Bandung: Trigenda Karya
Bell, T.R.1990. Sosiolinguistik. Sajian
Tujuan
pendekatan
dan
Problema-Problemanya.
Terjemahan Abd. Syukur.1995.
Surabaya: Usaha Nasional
BSNP.2005.
Kurikulum
Satuan
Pendidikan. Jakarta: BSNP
BSNP.2005.Panduan
Penyusunan
Kurikulum
TingkatSatuan

Pendidikan Jenjang Dasar dan
Menengah. Jakarta: BSNP
-------.2004. Metode Pembelajaran
Bahasa Indonesia Bahan Pelatihan
TOT
BTBK.
Jakarta:
Depdiknas
-------.2004. Pedoman Penilaian Kelas.
Jakarta: Puskur Balitbang
-------.2004. Buku Pelajaran Bahasa
dan Sastra Indonesia. Jakarta:
PPM
Depdiknas. 2005. Kurikulum 2004
Standar Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia
untuk
SMP/MTs.
Jakarta: Draf
Depdiknas.2006. Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia. Bahan
Perkuliahan Bahasa Indonesia
Lanjut Unisma Malang. Tidak
dipublikasikan
http;//pakguruonline,pendidikan,net.Pe
ndekatan Joyful Learning dalam
Pembelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup.

NOSI Volume 5, Nomor 2, Februari 2017 __________________________________________ Halaman 222