T1 312004029 BAB III
28
BAB III
HASIL PENELITIAN & ANALISIS
Yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah pengaturan berkenaan
dengan ganti rugi dalam pengadaan tanah berdasarkan peraturan yang ada. Dalam
BAB ini akan dipaparkan mengenai bagaimana karakteristik ganti rugi dalam
pengadaan tanah.
A.
Pengaturan Ganti Rugi Dalam Pengadaan Tanah
Ganti rugi dalam pengadaan tanah berbeda dengan ganti rugi dalam hukum
perdata. Ini dikarenakan dalam pengadaan tanah ada unsur campuran hukum yaitu
hukum publik dan intervensi dari Negara yang tidak terdapat dalam hukum
Perdata. Pola penetapan ganti rugi dalam pengadaan tanah dilihat dari hukum
positif.
Pada BAB ini penulis ingin menjabarkan bagaimana karakteristik ganti rugi
dalam peraturan mengenai pengadaan tanah yang dilihat dari istilah yang
digunakan, pengertian, bentuk , penerima, dasar perhitungan dan mekanisme ganti
(2)
29
1.
Penggunaan Istilah Ganti Rugi Dalam Peraturan Pengadaan
Tanah
Peraturan Mentri Dalam Negri Nomor 15 Tahun 1975 tentang
Ketentuan – Ketentuan Mengenai Tata Cara Pembebasan Tanah
menggunakan istilah ganti rugi, peraturan ini kemudian dicabut dan
digantikan oleh Keputusan Presiden Nomor 55 Tahun 1993 tentang
Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan
Umum yang menggunakan istilah ganti kerugian.
Peraturan ini kemudian dicabut dan diganti dengan Peraturan
Presiden Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan
Pembangunan Untuk Kepentingan Umum yang menggunakan istilah ganti
rugi. Kemudian Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006 tentang
Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 tentang
Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan
Umum kembali menggunakan istilah ganti rugi.
Demikian juga dengan Peraturan Kepala Badan Pertahanan Nasional
Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Pelaksanaan
(3)
30
Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum Sebagaimana Telah
di Ubah dengan Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006 tentang
Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 Tentang
Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum juga menggunakan
istilah ganti rugi.
Lihat Tabel 1.1 dibawah ini.
Tabel 1.1
Penggunaan Istilah Ganti Rugi Dalam Pengaturan Pengadaan Tanah KATEGORI Peraturan
Mentri Dalam Negri Nomor 15/1975 Keputusan Presiden Nomor 55/1993 Peraturan Presiden Nomor 36/2005 Peraturan Presiden Nomor 65/2006 Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3/2007 ISTILAH YANG DI GUNAKAN
Ganti Rugi Ganti Kerugian
Ganti Rugi Ganti Rugi Ganti Rugi
Istilah yang digunakan ada 2 yaitu ganti rugi dan ganti kerugian.
Tetapi pada dasarnya mempunyai arti yang sama.
2.
Pengertian Ganti Rugi Dalam Peraturan Pengadaan Tanah
Pada Peraturan Mentri Dalam Negri Nomor 15 Tahun 1975 tidak(4)
31
ganti rugi menurut peraturan ini adalah penggantian sejumlah uang atau
pergantian yang senilai dengan tanah yang dilepaskan haknya.
Kemudian pada saat Peraturan Mentri Dalam Negri Nomor 15
Tahun 1975 ini digantikan dengan Keputusan Presiden Nomor 55 Tahun
1993 dimana ada perubahan penggunaan istilah dari ganti rugi menjadi ganti
kerugian. Ganti kerugian menurut Keputusan Pressiden Nomor 55 Tahun
1993 adalah penggantian atas nilai tanah serta bangunan, tanaman dan atau
benda lain yang terkait dengan tanah akibat pelepasan atau penyerahan hak
atas tanah.
Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005, yang menggantikan
Keputusan Pressiden Nomor 55 Tahun 1993, kembali menggunakan istilah
ganti rugi. Menurut Keputusan Pressiden Nomor 55 Tahun 1993, ganti rugi
adalah pengantian atas kerugian baik fisik atau non fisik, sebagai akibat
pengadaan tanah kepada yang mempunyai tanah,bangunan, tanaman,dan
atau benda-benda lain yang berkaitan dengan tanah yang memberikan
kelangsungan hidup lebih baik dari tingkat kehidupan sosial ekonomi
sebelum terkena pengadaan tanah. Dan pada Peraturan Presiden Nomor 65
Tahun 2006 yang mengubah Keputusan Pressiden Nomor 55 Tahun 1993
(5)
32
Peraturan Kepala Badan Pertahanan Nasional Nomor 3 Tahun 2007
ini tetap mengunakan istilah ganti rugi. Peraturan ini tidak menjelaskan
pengertian ganti rugi secara rinci, tapi dapat disimpulkan ganti rugi adalah
pergantian nilai atas bangunan, tanaman dan benda lain yang ada di atas
tanah.
Dari pengertian – pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa
pengertian ganti rugi atau ganti kerugian mengalami perubahan dan dalam
perubahan terakhir tidak memberikan pengertian lebih jelas, hanya
pengertian secara tersirat saja. Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat di tabel
(6)
33
Tabel 2.1
Pengertian Ganti Rugi Dalam Pengaturan Pengadaan Tanah KATEGORI PERATURAN
MENTRI DALAM NEGRI Nomor 15/1975 KepPres Nomor 55/1993 Peraturan Presiden Nomor 36/2005 Peraturan Presiden Nomor 65/2006 PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL No 3 / 2007 PENGERTIAN Tidak ada
pengertian. Tetapi dapat disimpulkan ganti rugi adalah memberikan sejumlah uang atau pergantian yang senilai dengan tanah yang dilepaskan atas haknya
Penggantian atas nilai tanah serta bangunan, tanaman dan atau benda lain yang terkait dengan tanah akibat pelepasan atau penyerahan hak atas tanah (Pasal 1 ayat 7)
Pengantian atas kerugian baik fisik atau non fisik,sebagai akibat pengadaan tanah kepada yang mempunyai tanah,bangunan, tanaman,dan atau benda-benda lain yang berkaitan dengan tanah yang memberikan
kelangsungan hidup lebih baik dari tingkat
kehidupan sosial ekonomi sebelum terkena
pengadaan tanah (Pasal 1 ayat 11)
Tidak ada perubahan atas pengertian ganti rugi
Tidak ada pengertian secara detail. Tapi dapat disimpulkan ganti rugi adalah pergantian nilai atas bangunan, tanaman dan benda lain yang ada diatas tanah.
(7)
34
Berdasarkan tabel diatas maka dapat kita ketahui bahwa pengertian
ganti rugi atau ganti kerugian mengalami perubahan dan dalam perubahan
terakhir tidak memberikan pengertian yang lebih jelas. Hanya secara tersirat
saja.
3.
Bentuk Ganti Rugi Dalam Peraturan Pengadaan Tanah
Bentuk ganti rugi dalam Peraturan Mentri Dalam Negri Nomor 15
Tahun 1975 berupa uang, tanah dan/atau fasilitas – fasilitas lain. Keputusan
Presiden Nomor 55 Tahun 1993 mengatur bentuk ganti kerugian berupa
uang, tanah pengganti, pemukiman kembali, gabungan dari dua atau lebih,
dan bentuk lain yang disetujui oleh pihak yang bersangkutan serta untuk
ulayat diberi dengan bentuk pembangunan fasilitas umum atau bentuk lain
yang bermanfaat bagi masyarakat.
Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 mengatur ganti rugi
berupa uang, tanah pengganti, pemukiman kembali, bisa juga berupa
kompensasi berupa penyertaan modal (saham). Untuk tanah ulayat diberi
dengan bentuk pembangunan fasilitas umum atau bentuk lain yang
bermanfaat bagi masyarakat setempat. Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun
(8)
35
kembali, gabungan dari dua atau lebih, dan bentuk lain yang disetujui oleh
pihak yang bersangkutan.
Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 2007
mengatur bentuk ganti rugi selain uang dapat berupa : tanah/bangunan
penganti/pemukiman kembali sesuai dengan yang dikehendaki pemilik dan
disepakati instansi yang memerlukan tanah, tanah/bangunan/fasilitas lain
dengan nilai paling kurang sama dengan benda wakaf yang dilepaskan
untuk harta benda wakaf, recognisi berupa fasilitas umum atau bentuk lain
yang bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat setempat untuk tanah
ulayat, sesuai keputusan pejabat yang berwenang untuk tanah instansi
pemerintah/pemda.
Dalam perbandingan bentuk ganti rugi ini dapat kita lihat bahwa
peraturan yang berlaku sekarang lebih banyak pilihan untuk ganti rugi,
dibanding peraturan – peraturan sebelumnya.untuk lebih jelasnya lihat tabel
(9)
36
Tabel 3.1
Bentuk Ganti Rugi Dalam Pengaturan Pengadaan Tanah
KATEGORI PERATURAN
MENTRI DALAM NEGRI Nomor 15/1975
KepPres Nomor 55/1993
Peraturan Presiden Nomor 36/2005 Peraturan Presiden Nomor 65/2006 PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL No 3 Tahun 2007
BENTUK GANTI RUGI
Dapat berupa uang, tanah dan atau fasilitas – fasilitas lain (Pasal 6 ayat 2 c)
Dapat berupa uang, tanah pengganti, pemukiman kembali, gabungan dari dua atau lebih, dan bentuk lain yang disetujui oleh pihak yang
bersangkutan (Pasal 13) Untuk ulayat diberi dengan bentuk
pembangunan fasilitas umum atau bentuk lain yang bermanfaat bagi masyarakat (Pasal 14)
Dapat berupa uang, tanah pengganti, pemukiman kembali, bisa juga berupa kompensasi berupa penyertaan modal (saham) (Pasal 13) Untuk tanah ulayat diberi dengan bentuk pembangunan fasilitas umum atau bentuk lain yang bermanfaat bagi masyarakat setempat (Pasal 14) Dapat berupa uang, tanah pengganti, pemukiman kembali, gabungan dari dua atau lebih, dan bentuk lain yang disetujui oleh pihak yang
bersangkutan (Pasal 13)
Selain uang dapat berupa : tanah / bangunan penganti / pemukiman kembali sesuai dengan yang dikehendaki pemilik dan disepakati instansi yang memerlukan tanah, tanah / bangunan/ fasilitas lain dengan nilai paling kurang sama dengan benda wakaf yang dilepaskan untuk harta benda wakaf, recognisi berupa fasilitas umum atau bentuk lain yang bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat setempat untuk tanah ulayat, sesuai keputusan pejabat yang berwenang untuk tanah instansi pemerintah / pemda (Pasal 45)
(10)
37
4.
Penerima Ganti Rugi Dalam Peraturan Pengadaan Tanah
Peraturan Mentri Dalam Negri Nomor 15 Tahun 1975 mengatakan
bahwa aturan mengenai penerima ganti rugi berpedoman kepada hukum
setempat dan tidak bertentangan dengan UUPA.
Keputusan Presiden NomorNomor 55 Tahun 1993 mengatur bahwa
penerima ganti rugi adalah pemegang hak atas tanah atau ahli waris yang
sah, nadzir bagi tanah wakaf. Tetapi bila milik bersama dan satu atau
beberapa orang tidak ditemukan maka ganti kerugian yang menjadi haknya
maka dikonsinyasikan di Pengadilan Negeri setempat oleh instansi
pemerintah yang memerlukan tanah.
Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 mengatur bahwa
penerima ganti rugi adalah pemegang hak atas tanah atau yang berhak
sesuai dengan peraturan perundang - undangan, nadzir bagi tanah wakaf.
Bila milik bersama dan satu atau orang tidak ditemukan maka ganti rugi
yang menjadi haknya dititipkan di Pengadilan Negeri yang wilayah
hukumnya meliputi lokasi tanah yang bersangkutan. Peraturan Presiden
Nomor 65 Tahun 2006 tidak ada perubahan atas peraturan sebelumnya.
Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 2007
(11)
38
yang berhak sesuai dengan peraturan perundang - undangan, nadzir bagi
tanah wakaf. Dalam hal tanah hak pakai atau hak guna bangunan diatas
tanah hak milik atau diatas tanah hak pengelolaan yang berhak adalah
pemegang hak milik atau hak pengelolaan. Pada peraturan ini peraturan
yang berlaku sekarang kurang mengcover mengenai masalah tanah milik
(12)
39
Tabel 4.1
Penerima Ganti Rugi Dalam Peraturan Pengadaan Tanah
KATEGORI PERATURAN
MENTRI DALAM NEGRI Nomor 15/1975
KepPres Nomor 55/1993
Peraturan Presiden Nomor36/2005 Peraturan Presiden Nomor 65/2006 PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL Nomor 3/2007 PENERIMA GANTI RUGI Yang mempunyai hak atas tanah, bangunan,tanaman, yang ada diatasnya dengan berpedoman kepada hukum setempat dan sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan dalam UUPA
(Pasal 6 Ayat 2c)
Penerima ganti rugi : pemegang hak atas tanah atau ahli waris yang sah, nadzir bagi tnh wakaf.
Tetapi bila milik bersama dan satu atau beberapa orang tidak ditemukan maka ganti kerugian yang menjadi haknya maka
dikonsinyasikandi pengadilan negri setempat oleh instansi pemerintah yang memerlukan tanah (Pasal 17)
Penerima ganti rugi : pemegang hak atas tanah atau yang berhak sesuai dengan
peraturan perundang - undangan, nadzir bagi tanah wakaf.
Bila milik bersama dan satu atau orang tidak ditemukan maka ganti rugi yang menjadi haknya dititipkan di pengadilan negri yg wilayah hukumnya meliputi lokasi tanah yang bersangkutan (Pasal 16) Tidak ada perubahan atas penerima ganti rugi
Penerima ganti rugi: pemegang hak atas tanah atau yang berhak sesuai dengan peraturan perundang - undangan, nadzir bagi tanah wakaf. Dalam hal tanah hak pakai atau hak guna bangunan diatas tanah hak milik atau diatas tanah hak
pengelolaan yang berhak adalah pemegang hak milik atau hak pengelolaan (Pasal 43)
(13)
40
5.
Dasar Perhitungan Ganti Rugi Dalam Pengadaan Tanah
Peraturan Mentri Dalam Negri Nomor 15 Tahun 1975 mengatur
bahwa dasar perhitungan ganti rugi hanya dilihat dari lokasi dan faktor
strategis tanah, sementara ganti rugi atas bangunan atau tanaman dinilai oleh
dinas pekerjaan umum/dinas pertanian setempat.
Keputusan Presiden NomorNomor 55 Tahun 1993 mengatur bahwa
dasar perhitungan ganti rugi harga tanah didasarkan atas nilai nyata dengan
memperhatikan NJOPBB terakhir untuk tanah yang terakhir. nilai jual
bangunan ditaksir oleh instansi pemerintah daerah yang bertanggung jawab
dibidang bangunan (Dinas Pekerjaan Umum). Nilai jual tanaman ditaksir
oleh instansi pemerintah daerah yang bertanggung jawab dibidang pertanian
(Dinas Pertanian).
Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 mengatur bahwa dasar
perhitungan ganti rugi dengan berdasarkan NJOP Tahun berjalan
berdasarkan penetapan lembaga/ tim penilai harga tanah yang ditunjuk
panitia. Nilai jual bangunan yang di taksir oleh perangkat daerah yang
bertanggung jawab di bidang bangunan. Nilai jual tanaman yang ditaksir
(14)
41
dasar perhitungan ganti rugi ditunjuk oleh lembaga/tim penilai harga yang
ditunjuk oleh bupati / walikota atau gubernur bagi Jakarta.
Peraturan Presiden No 65 Tahun mengatur bahwa dasar perhitungan
ganti rugi dengan memperhatikan NJOP Tahun berjalan berdasarkan
penilaian lembaga atau tim. Nilai jual bangunan yang di taksir oleh
perangkat daerah yang bertanggung jawab di bidang bangunan. Nilai jual
tanaman yang ditaksir oleh perangkat daerah yang bertanggung jawab di
bidang pertanian Untuk dasar perhitungan ganti rugi ditetapkan oleh
lembaga/tim penilai harga yang ditunjuk oleh bupati / walikota atau
gubernur bagi Jakarta.
Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 2007
mengatur bahwa dasar perhitungan ganti rugi dengan memperhatikan NJOP
Tahun berjalan. Dapat juga berpedoman pada variable – variable sebagai
berikut: lokasi letak tanah, status tanah peruntukan tanah, kesesuaian
pengunaan tanah dengan rencana tata ruang wilayah, sarana dan prasarana
yang tersedia, faktor lain yang mempengaruhi harga tanah. Penilaian harga
bangunan/tanaman/benda lain berkaitan dengan tanah dilakukan oleh kepala
(15)
42
tersebut dan berpedoman dengan standar harga yang ditetapkan perundang –
undangan.
Dari perbandingan di atas dapat dilihat bahwa peraturan terbaru
(16)
43
Tabel 5.1
Dasar Perhitungan Ganti Rugi Dalam Pengadaan Tanah KATEGORI PERATURAN
MENTRI DALAM
NEGRI Nomor15/1975
KepPres Nomor 55 Tahun 1993
Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005
Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006
PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN
NASIONAL Nomor 3 Tahun 2007 DASAR PERHITUN GAN GANTI RUGI Berdasarkan: lokasi dan faktor strategis tanah, Menetapkan ganti rugi atas bangunan atau tanaman harus berdasarkan dinas pekerjaan umum / dinas pertanian setempat (Pasal 6 ayat 2a) Bentuk dan besarnya ganti kerugian diberikan berdasarkan musyawarah (Pasal 6 ayat 1)
Berdasarkan:
harga tanah didasarkan atas nilainyata dengan memperhatikan NJOPBB terakhir untuk tanah yang terakhir.
Nilai jual bangunan ditaksir oleh instansi pemerintah daerah yang bertanggung jawab dibidang bangunan. Nilai jual tanaman ditaksir oleh instansi pemerintah daerah yang bertanggung jawab dibidang pertanian. (Pasal 15)
Bentuk dan besarnya ganti kerugian di tetapkan dalam musyawarah (Pasal 16)
Berdasarkan:
NJOP dengan berdasarkan NJOP Tahun berjalan berdasarkan penetapan lembaga/ tim penilai harga tanah yang ditunjuk panitia Nilai jual bangunan yang di taksir oleh perangkat daerah yang bertanggung jawab di bidang bangunan. Nilai jual tanaman yang ditaksir oleh perangkat daerah yang bertanggung jawab di bidang pertanian. Untuk dasar perhitungan ganti rugi ditunjuk oleh lembaga/tim penilai harga yang ditunjuk oleh bupati / walikota atau gubernur bagi Jakarta (Pasal 15) Berdasarkan : NJOP dengan memperhatikan NJOP Tahun berjalan berdasarkan penilaian lembaga atau tim. Nilai jual bangunan yang di taksir oleh perangkat daerah yang bertanggung jawab di bidang
bangunan.
Nilai jual tanaman yang ditaksir oleh perangkat daerah yang bertanggung jawab di bidang
pertanian
Untuk dasar perhitungan ganti rugi ditetapkan oleh lembaga/tim penilai harga yang ditunjuk oleh bupati / walikota atau gubernur bagi Jakarta (Pasal 15)
Berdasarkan :
NJOP memperhatikan NJOP Tahun berjalan. Dapat juga berpedoman pada variable – variable sebagai berikut : lokasi letak tanah, status tanah peruntukan tanah , kesesuaian pengunaan tanah dengan rencana tata ruang wilayah,sarana dan prasarana yang tersedia, faktor lain yang mempengaruhi harga tanah.
(Pasal 28) Penilaian harga
bangunan/tanaman/benda lain berkaitan dengan tanah dilakukan oleh kepala dinas /kantor/badan di kabupaten atau kota yang membidangi bagian tersebut dan berpedoman dengan standar harga yang ditetapkan perundang – undangan (Pasal 29)
(17)
44
6.
Mekanisme Ganti Rugi Dalam Peraturan Pengadaan Tanah
Untuk melaksanakan ganti rugi dalam pengadaan tanah, dalam setiap
peraturan pengadaan tanah mempunyai mekanisme. Peraturan Mentri
Dalam Negri Nomor 15 Tahun 1975 mekanismenya sederhana yaitu:
pemilik tanah yang tanahnya akan dilepas jika menyetujui ganti rugi maka
instansi yang bersangkutan langsung membayarkan ganti rugi, kemudian
instansi yang bersangkutan langsung berhubungan dengan pejabat yang
berwenang untuk memohon hak.
Tapi apabila pemilik tanah tidak menyetujui ganti rugi maka pemilik
memberikan alasan penolakan ganti rugi kepada panitia pengadaan tanah.
Panitia pengadaan tanah dan kemudian bisa langsung mengambil 2 jalan
yaitu tetap pada keputusan semula atau melimpahkan kepada gubernur
setempat dimana gubernur bisa mencari jalan tengah atau mengukuhkan
(18)
45
Bagan 6.1
MEKANISME PEMBERIAN GANTI RUGI BERDASARKAN PERATURAN MENTRI DALAM NEGRI NOMOR15 TAHUN 1975
PEMILIK
HAK ATAS TANAH
GANTI RUGI
SETUJU PEJABAT YANG
BERWENANG (MEMOHON HAK) INSTANSI LANGSUNG MEMBAYAR KEPADA PEMILIK HAK
ATAS TANAH
TIDAK SETUJU
PANITIA PEMBEBASAN
TANAH
TETAP PADA KEPUTUSAN
SEMULA
GUBERNUR SETEMPAT
MENGUBAH KEPUTUSAN PANITIA Alasan penolakan
(19)
46
Keputusan Presiden Nomor 55 Tahun 1993 mengatur mekanisme
pengadaan tanah apabila pemilik tanah yang setuju dengan ganti kerugian
maka kedua belah pihak yang membutuhkan langsung ke PPT dan
mengurus SK tentang bentuk dan besarnya ganti kerugian.
Apabila tidak setuju maka panitia pengadaan tanah langsung
membawa kepada gubernur. Setelah itu gubernur bisa mengubah keputusan
PPT atau dapat juga mengukuhkan keputusan PPT. tetapi apabila tetap
menolak maka diusulkan untuk pencabutan dan dirujuk kepada Menteri
Dalam Negri yang kemudian ditembuskan kepada instansi yang
membutuhkan tanah dan Menteri Kehakiman dan HAM serta Presiden.
(20)
47
Bagan 6.2
MEKANISME PEMBERIAN GANTI RUGI BERDASARKAN KEPUTUSAN PRESIDEN NOMORNOMOR55 TAHUN 1993
PEMILIK HAK ATAS TANAH
INSTANSI YANG MEMBUTUHKAN TANAH DAN MENTRI KEHAKIMAN DAN HAM
MENDAGRI PENCABUTAN MENOLAK SETUJU
GUBERNUR
MENGUBAH KEPUTUSAN PPT GANTI
RUGI
MENGUKUHKAN KEPUTUSAN PPT
PPT SK TENTANG BENTUK DAN BESAR GANTI RUGI
TIDAK SETUJU
SETUJU
(21)
48
Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 mengatur mekanisme
ganti rugi apabila pemilik tanah menolak ganti rugi maka PPT mengajukan
kepada Walikota, Bupati atau Gubernur yang bisa mengukuhkan atau
mengubah keputusan PPT. tetapi jika masih ditolak maka akan dilakukan
pencabutan dimana Kepala Badan Pertanahan Nasional membuat tembusan
kepada Presiden dan instansi yang terkait serta Mentri Kehakiman. Lihat
(22)
49
Bagan 6.3
MEKANISME PEMBERIAN GANTI RUGI BERDASARKAN PERATURAN PRESIDEN NOMOR36 TAHUN 2005
PEMILIK HAK ATAS
TANAH
GANTI RUGI
KEPALA BADAN
MENGUKUHKAN KEPUTUSAN PPT
PENCABUTAN TIDAK SETUJU
SETUJU
JIKA TETAP DITOLAK BUPATI/ WALIKOTA,
GUBERNUR
MENGUBAH KEPUTUSAN PPT
INSTANSI YANG MEMBUTUHKAN TANAH DAN MENTRI KEHAKIMAN DAN HAM
(23)
50
Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 kemudian diperbaharui
dengan Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006. Mekanisme menurut
peraturan ini adalah jika pemilik tanah menolak ganti rugi maka PPT
mengajukan kepada Walikota, Bupati atau Gubernur yang bisa
mengukuhkan atau mengubah keputusan PPT. Tetapi jika masih ditolak
maka akan dilakukan pencabutan dimana Kepala Badan Pertanahan
Nasional membuat tembusan kepada Presiden dan instansi yang terkait serta
Menteri Kehakiman. Tetapi jika tetap menolak ganti rugi yang sudah
ditetapkan dalam Keputusan Presiden, maka dapat mengajukan banding ke
(24)
51
Bagan 6.4
MEKANISME PEMBERIAN GANTI RUGI BERDASARKAN PERATURAN PRESIDEN NOMOR65 TAHUN 2006
PEMILIK HAK ATAS TANAH
GANTI RUGI
SETUJU
TIDAK SETUJU
BUPATI,/WALIKOTA, GUBERNUR
MENGUKUHKAN KEPUTUSAN PPT
MENGUBAH KEPUTUSAN PPT
JIKA TETAP DITOLAK PENCABUTAN
KEPALA BADAN PERTANAHAN
PRESIDEN INSTANSI YANG
MEMBUTUHKAN TANAH DAN MENTRI KEHAKIMAN DAN HAM
JIKA TETAP TIDAK BERSEDIA MENERIMA
GANTI RUGI YANG DITAETAPKAN DALAM KEPUTUSAN PRESIDEN
BANDING KE PENGADILAN TINGGI
(25)
52
Kemudian pada peraturan pelaksana dari Peraturan Presiden Nomor
65 Tahun 2006 adalah Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor
3 Tahun 2007 mekanisme ganti rugi menurut peraturan ini adalah jika
pemilik hak atas tanah setuju maka instansi membuat tanda terima.
Kemudian penerima ganti rugi membuat surat pernyataan pelepasan atau
penyerahan hak. Kemudian PPT membuat berita acara pelepasan hak dan
pembayaran ganti rugi.
Tetapi jika pemilik hak menolak maka PPT meneruskan kepada
Walikota, Bupati atau Gubernur dan MENDAGRI yang bisa mengukuhkan
keputusan PPT atau mengubah keputusan PPT, jika tetap menolak maka
(26)
53
Bagan 6.5
MEKANISME PEMBERIAN GANTI RUGI BERDASARKAN PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR3 TAHUN 2007
PEMILIK HAK ATAS TANAH
GANTI RUGI
SETUJU
TIDAK SETUJU
BUPATI/WALIKOTA, GUBERNUR
MENGUKUHKAN KEPUTUSAN PPT
MENGUBAH KEPUTUSAN PPT
JIKA TETAP DITOLAK PENCABUTAN
INSTANSI MEMBUAT TANDA TERIMA
PENERIMA GANTI RUGI MEMBUAT SURAT
PERNYATAAN PELEPASAN / PENYERAHAN HAK
PPT MEMBUAT BERITA ACARA PELEPASAN
HAK DAN PEMBAYARAN GANTI
(27)
54
Dari perbandingan di atas dapat dilihat bahwa mekanisme
pengadaan tanah harus diperbaiki. Karena belum sepenuhnya dapat
memenuhi keinginan masyarakat. Oleh karena ini pemerintah harus lebih
memperhatikan. Agar tidak terjadi konflik,walaupun semua yang dilakukan
dalam semua peraturan ini, keputusan ganti rugi ataupun ganti kerugian
didasarkan musyawarah. Musyawarah mencari jalan tengah sebagai jalan
terbaik. Dan bukan keputusan sepihak dari pemerintah.
B.
ANALISIS
Dari hasil penelitian maka penulis menganalisis bahwa karakteristik
penggaturan dari 5 peraturan yang menggatur mengenai ganti rugi dalam
pengadaan tanah sejak PERATURAN MENTRI DALAM NEGRI NOMOR 15
TAHUN 1975, Keputusan Presiden Nomor 55 Tahun 1993, Peraturan Presiden
Nomer 36 Tahun 2005, Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006, PERATURAN
KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 3 TAHUN 2007.
1.
Karakteristik Mengenai Penggunaan Istilah
Dalam penggunaan istilah ganti rugi atau ganti kerugian mempunyai
(28)
55
yang diberikan sebagai ganti kerugian, sementara ganti kerugian adalah
seseuatu yang menjadi penukar dari yang menderita rugi. Pengaturan
mengenai penggadaan tanah hanya Keputusan Presiden Nomor 55 Tahun
1993 dan Peraturan Presiden 36/2005 yang mempunyai pengertian yang
terumus jelas. Peraturan yang lain hanya ada secara tersirat tetapi tidak
secara tertulis menunjukan pengertian ganti rugi ataupun ganti kerugian.
2.
Karakteristik Mengenai Pengertian Ganti Rugi atau Ganti
Kerugian
Dibandingkan dalam Peraturan Mentri Dalam Negri Nomor 15
Tahun 1975, perubahan yang cukup berarti mengenai pengertian ganti rugi
dilakukan pada Keputusan Presiden Nomor 55 Tahun 1993. Perubahan yang
dimaksud adalah dimaksudkannya ayat khusus yang mengatur tetntang
definisi ganti rugi. Definisi tersebut ada didalam Pasal 1 ayat 7 yang
berbunyi :
“Ganti kerugian adalah penggantian atas nilai tanah berikut
bangunan, tanaman dan/atau benda-benda lain yang terkait dengan tanah sebagai akibat pelepasan atau penyerahan hak atas tanah”
(29)
56
Sementara Peraturan Presiden Nomer 36 Tahun 2005 pengertian
ganti rugi menjadi lebih luas lagi. Yaitu memasukan peenggantian aras
kerugian baik fisik atau non fisik. Hal tersebut sesuai dengan Pasal 1 ayat
11 yang bebunyi :
“Ganti rugi adalah penggantian terhadap kerugian baik bersifat
fisik dan/atau nonfisik sebagai akibat pengadaan tanah kepada yang mempunyai tanah, bangunan, tanaman, dan/atau benda-benda lain yang berkaitan dengan tanah yang dapat memberikan kelangsungan hidup yang lebih baik dari tingkat kehidupan sosial ekonomi sebelum terkena pengadaan tanah.”
Dalam Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006 dan Peraturan
Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 2007tidak
mengalami perubahan makna. Tetapi konsisten dari peraturan
sebelumnya. Penggunaan istilah dan pengertian ganti rugi ini di tetapkan
berdasarkan asas keadilan, dimana dalam asas ini menerapkan agar
memberikan sesuatu yang lebih layak kepada mereka yang melepaskan
haknya dan juga mencakup pihak yang membutuhkan tanah agar dapat
(30)
57
3.
Karakteristik Bentuk Ganti Rugi
Dalam pemberian ganti rugi Peraturan Mentri Dalam Negri Nomor
15 Tahun 1975 sampai ke Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional
Nomor 3 Tahun 2007 mengalami perubahan menjadi lebih luas. Sehingga
lebih beragam pilihan bentuk ganti rugi yang bisa dipilih oleh mereka yang
akan melepaskan haknya. Bentuk ganti rugi ini ditentukan berdasar asas
keterbukaan di mana rencana pengadaan tanah harus dikomunikasikan.
Sehingga warga masyarakat yang hak atas tanah yang mereka miliki dapat
mengetahui diperuntukan untuk apa tanah yang akan mereka lepaskan
haknya, serta mereka yang haknya dilepaskan dapat mengetahui ganti rugi
apa saja yang mereka dapatkan.
Dalam menentukan bentuk ganti rugi juga harus sesuai dengan asas
minimalisasi dampak dan kelangsungan kesejahteraan ekonomi. Hal ini
bersangkutan dengan hasil dari dampak yang timbul di pengadaan tanah
tersebut, harus dapat meningkatkan taraf hidup. Jangan sampai menjadi
lebih rendah dari sebelum pengadaan tanah.
Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun
(31)
58
Alasannya adalah dalam peraturan bentuk ganti rugi lebih beragam dari
pada peraturan yang lain bentuk ganti ruginya terdiri atas :
- Uang
- Tanah
- Bangunan pengganti
- Pemukiman kembali sesuai dengan yang dikehendaki
- Fasilitas lain
- Fasilitas yang sama dengan nilai tanah atau benda wakaf
- Recognisi fasilitas umum atau bentuk lain yang bermanfaat bagi
kesejahteraan masyarakat setempat untuk tanah ulayat
Sementara Peraturan Mentri Dalam Negri Nomor 15 Tahun 1975
adalah peraturan yang tidak memberikan banyak pilihan bentuk ganti rugi.
Dalam Peraturan Mentri Dalam Negri Nomor 15 Tahun 1975
bentuk ganti rugi hanya berupa :
- Uang
- Tanah
(32)
59
4.
Karakteristik Penerima Ganti Rugi
Berdasarkan Peraturan Mentri Dalam Negri Nomor 15 Tahun 1975
hingga Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 2007
siapa yang berhak menerima ganti rugi atau ganti kerugian mengalami
perubahan menjadi lebih luas. Pada awalnya hanya yang mempunyai hak
atas tanah (Mentri Dalam Negri Nomor 15 Tahun 1975) kemudian menjadi
pemegang hak atas tanah atau ahli waris yang sah dan nadzir bagi tanah
wakaf (Keputusan Presiden Nomor 55 Tahun 1993), pada Peraturan
Presiden Nomer 36 Tahun 2005 tidak ada perubahan yang begitu terlihat.
Begitu juga pada Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006. Tetapi pada
Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 2007
penerima ganti rugi menjadi lebih luas. Ada penambahan dalam hak pakai
atau hak guna bangunan, diatas tanah hak milik atau diatas tanah hak
pengelolaan yang berhak adalah pemegang hak milik atau hak pengelolaan.
5.
Karakteristik Dasar Perhitungan Ganti Rugi
Mengalami perubahan menjadi lebih luas. Pada semula menurut
(33)
60
dasar perhitungan ganti rugi hanya dilihat dari lokasi dan faktor strategis
tanah. kemudian pada Keputusan Presiden Nomor 55 Tahun 1993 melihat
berdasarkan NJOPBB tanah yang terakhir. Pada Peraturan Presiden Nomer
36 Tahun 2005 dasar perhitungan berdasarkan NJOP Tahun berjalan. Begitu
juga pada Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006. Tetapi pada Peraturan
Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 2007bukan hanya
berdasarkan NJOP saja, tetapi juga melihat dari lokasi letak tanah, status
tanah, kesesuaian pengunaan tanah dengan rencana tata ruang wilayah,
sarana dan prasarana yang tersedia dan yang mempengaruhi harga tanah.
Dasar perhitungan ganti rugi ini harus sesuai dengan asas
musyawarah dimana asas ini mengatakan bahwa dalam pengadaan tanah apa
saja dan bagaimana penyelesaian yang akan dilakukan. dalam hal ini ada
unsur yang paling mendasar yaitu satu pendapat antara pihak yang saling
membutuhkan. Musyawarah dilakukan berdasarkan perundingan. Asas yang
berikutnya adalah asas kesetaraan, dimana dalam asas ini kedua belah pihak
(34)
61
6.
Karakteristik Mekanisme Pengadaan Tanah
Mekanisme pada pengadaan tanah mengalami perubahan. Perubahan
yang dimaksud ada pada aturan mengenai pengadaan tanah apabila pemilik
hak atas tanah setuju untuk melepaskan haknya. Bila pemilik hak atas tanah
setuju, mekanisme ganti rugi menjadi lebih panjang. Karena pada awalnya
menurut Peraturan Mentri Dalam Negri Nomor 15 Tahun 1975 apabila
pemilik hak atas tanah setuju akan ganti rugi yang diberikan oleh PPT maka
instansi yang bersangkutan langsung membayar kepada pemilik hak atas
tanah dan kemudian memohon hak kepada pejabat yang berwenang.
Kemudian pada Keputusan Presiden Nomor 55 Tahun 1993 jika
pemilik hak tanah setuju dengan ganti rugi yang diberikan maka PPT
mengeluarkan SK tentang bentuk dan besar ganti kerugian. Pada Peraturan
Presiden Nomer 36 Tahun 2005 dan Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun
2006 tidak ada perubahan.
Pada Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun
2007 terdapat perubahan yaitu penambahan aturan dalam mekanisme
pemberian ganti rugi apabila pemilik tanah setuju untuk melepaskan
haknya. Perubahan tersebut adalah penambahan mekanisme instansi yang
(35)
62
membuat surat pernyataan pelepasan hak dan selanjutnya PPT membuat
berita acara pelepasan hak dan membayarkan ganti rugi.
Apabila pemilik hak atas tanah tidak setuju dengan ganti rugi, aturan
mengenai mekanisme pemberian ganti rugi pun mengalami perubahan. Pada
awalnya menurut Peraturan Mentri Dalam Negri Nomor 15 Tahun 1975
mengatakan bahwa mekanisme ganti rugi apabila pemilik hak atas tanah
tidak setuju maka PPT bisa tetap pada keputusan semula atau langsung
berhubungan dengan Gubernur setempat. Kemudian Gubernur
mengukuhkan keputusan panitia atau mencari jalan tengah dengan
mengubah keputusan PPT.
Kemudian pada Keputusan Presiden Nomor 55 Tahun 1993 jika
pemilik tanah tidak setuju melepaskan haknya maka PPT langsung
menghubungi Gubernur, kemudian Gubernur bisa mengubah keputusan PPT
atau mengukuhkan. Tetapi jika masih ditolak maka akan dilakukan
pencabutan. Sebelum melakukan pencabutan maka memberikan surat
kepada MENDAGRI kemudian ditembuskan kepada instansi yang
membutuhkan tanah dan MENHANKAM serta Presiden.
Pada Peraturan Presiden Nomer 36 Tahun 2005 jika pemilik tanah
(36)
63
Bupati/Walikota atau Gubernur khusus wilayah DKI Jakarta. Kemudian
Bupati/Walikota atau Gubernur bisa mengukuhkan keputusan PPT atau
mengubah keputusan PPT. Tetapi jika ditolak maka akan dilakukan
pencabutan. Dalam hal ini surat pencabutan ditujukan kepada Kepala
BADAN PERTANAHAN NASIONAL dengan tembusan kepada Presiden
dan instansi yang membutuhkan tanah serta MENHANKAM.
Perkembangan dari peraturan sebelumnya adalah pencabutan di rujuk
kepada MENDAGRI menjadi Kepala BADAN PERTANAHAN
NASIONAL.
Pada Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006 mengatakan jika
pemilik hak atas tanah tidak setuju melepaskan haknya maka PPT
melaporkan kepada Bupati/ Walikota/ Gubernur untuk wilayah DKI Jakarta,
dimana bisa mengukuhkan keputusan PPT dan mengubah keputusan PPT.
Jika tetap tidak disetujui maka akan dilakukan pencabutan. Surat
pencabutan diberikan kepada Kepala BADAN PERTANAHAN
NASIONAL dengan tembusan instansi yang membutuhkan serta
MENHANKAM dan kepada Presiden. Tetapi jika tetap tidak setuju maka
(37)
64
dari peraturan sebelumnya jika tidak setuju akan pencabutan maka bisa
banding kepengadilan tinggi.
Pada Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun
2007 jika pemilik hak tidak setuju maka PPT mengajukan kepada
Bupati/Walikota/Gubernur khusus wilayah DKI Jakarta untuk
mengukuhkan keputusan PPT dan mengubah keputusan PPT kemudian jika
ditolak maka akan dilakukan pencabutan.
Mekanisme ganti rugi ditetapkan berdasarkan asas kepastian hukum
dimana dalam asas ini mengatakan tiap pihak harus mengerti mengenai
kewajiban dan haknya. Serta membahas mengenai kapan pemberian ganti
rugi dan tanahnya dilepaskan. Dan berdasarkan asas kesepakatan dimana
dalam asas tersebut harus berdasarkan kesepakatan antara dua pihak
tersebut.
Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa peraturan yang paling lengkap
adalah Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional 3 Tahun 2007. Peraturan ini
mencakup mengenai :
- Bentuk ganti rugi yang diberikan
(38)
65
- Dasar perhitungan ganti rugi
Tetapi peraturan ini belum sempurna, karena mekanisme peemberian ganti
rugi kurang menguntungkan masyarakat. Mekanisme pemberian ganti rugi lebih
(1)
60 dasar perhitungan ganti rugi hanya dilihat dari lokasi dan faktor strategis tanah. kemudian pada Keputusan Presiden Nomor 55 Tahun 1993 melihat berdasarkan NJOPBB tanah yang terakhir. Pada Peraturan Presiden Nomer 36 Tahun 2005 dasar perhitungan berdasarkan NJOP Tahun berjalan. Begitu juga pada Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006. Tetapi pada Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 2007bukan hanya berdasarkan NJOP saja, tetapi juga melihat dari lokasi letak tanah, status tanah, kesesuaian pengunaan tanah dengan rencana tata ruang wilayah, sarana dan prasarana yang tersedia dan yang mempengaruhi harga tanah.
Dasar perhitungan ganti rugi ini harus sesuai dengan asas musyawarah dimana asas ini mengatakan bahwa dalam pengadaan tanah apa saja dan bagaimana penyelesaian yang akan dilakukan. dalam hal ini ada unsur yang paling mendasar yaitu satu pendapat antara pihak yang saling membutuhkan. Musyawarah dilakukan berdasarkan perundingan. Asas yang berikutnya adalah asas kesetaraan, dimana dalam asas ini kedua belah pihak adalah sama kedudukannya.
(2)
61
6.
Karakteristik Mekanisme Pengadaan Tanah
Mekanisme pada pengadaan tanah mengalami perubahan. Perubahan yang dimaksud ada pada aturan mengenai pengadaan tanah apabila pemilik hak atas tanah setuju untuk melepaskan haknya. Bila pemilik hak atas tanah setuju, mekanisme ganti rugi menjadi lebih panjang. Karena pada awalnya menurut Peraturan Mentri Dalam Negri Nomor 15 Tahun 1975 apabila pemilik hak atas tanah setuju akan ganti rugi yang diberikan oleh PPT maka instansi yang bersangkutan langsung membayar kepada pemilik hak atas tanah dan kemudian memohon hak kepada pejabat yang berwenang.
Kemudian pada Keputusan Presiden Nomor 55 Tahun 1993 jika pemilik hak tanah setuju dengan ganti rugi yang diberikan maka PPT mengeluarkan SK tentang bentuk dan besar ganti kerugian. Pada Peraturan Presiden Nomer 36 Tahun 2005 dan Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006 tidak ada perubahan.
Pada Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 2007 terdapat perubahan yaitu penambahan aturan dalam mekanisme pemberian ganti rugi apabila pemilik tanah setuju untuk melepaskan haknya. Perubahan tersebut adalah penambahan mekanisme instansi yang memerlukan tanah membuat tanda terima kemudian penerima ganti rugi
(3)
62 membuat surat pernyataan pelepasan hak dan selanjutnya PPT membuat berita acara pelepasan hak dan membayarkan ganti rugi.
Apabila pemilik hak atas tanah tidak setuju dengan ganti rugi, aturan mengenai mekanisme pemberian ganti rugi pun mengalami perubahan. Pada awalnya menurut Peraturan Mentri Dalam Negri Nomor 15 Tahun 1975 mengatakan bahwa mekanisme ganti rugi apabila pemilik hak atas tanah tidak setuju maka PPT bisa tetap pada keputusan semula atau langsung berhubungan dengan Gubernur setempat. Kemudian Gubernur mengukuhkan keputusan panitia atau mencari jalan tengah dengan mengubah keputusan PPT.
Kemudian pada Keputusan Presiden Nomor 55 Tahun 1993 jika pemilik tanah tidak setuju melepaskan haknya maka PPT langsung menghubungi Gubernur, kemudian Gubernur bisa mengubah keputusan PPT atau mengukuhkan. Tetapi jika masih ditolak maka akan dilakukan pencabutan. Sebelum melakukan pencabutan maka memberikan surat kepada MENDAGRI kemudian ditembuskan kepada instansi yang membutuhkan tanah dan MENHANKAM serta Presiden.
Pada Peraturan Presiden Nomer 36 Tahun 2005 jika pemilik tanah tidak setuju melepaskan haknya maka PPT mengajukan pada
(4)
63 Bupati/Walikota atau Gubernur khusus wilayah DKI Jakarta. Kemudian Bupati/Walikota atau Gubernur bisa mengukuhkan keputusan PPT atau mengubah keputusan PPT. Tetapi jika ditolak maka akan dilakukan pencabutan. Dalam hal ini surat pencabutan ditujukan kepada Kepala BADAN PERTANAHAN NASIONAL dengan tembusan kepada Presiden dan instansi yang membutuhkan tanah serta MENHANKAM. Perkembangan dari peraturan sebelumnya adalah pencabutan di rujuk kepada MENDAGRI menjadi Kepala BADAN PERTANAHAN NASIONAL.
Pada Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006 mengatakan jika pemilik hak atas tanah tidak setuju melepaskan haknya maka PPT melaporkan kepada Bupati/ Walikota/ Gubernur untuk wilayah DKI Jakarta, dimana bisa mengukuhkan keputusan PPT dan mengubah keputusan PPT. Jika tetap tidak disetujui maka akan dilakukan pencabutan. Surat pencabutan diberikan kepada Kepala BADAN PERTANAHAN NASIONAL dengan tembusan instansi yang membutuhkan serta MENHANKAM dan kepada Presiden. Tetapi jika tetap tidak setuju maka pemilik hak atas tanah bisa banding ke Pengadilan Negeri. Perkembangan
(5)
64 dari peraturan sebelumnya jika tidak setuju akan pencabutan maka bisa banding kepengadilan tinggi.
Pada Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 2007 jika pemilik hak tidak setuju maka PPT mengajukan kepada Bupati/Walikota/Gubernur khusus wilayah DKI Jakarta untuk mengukuhkan keputusan PPT dan mengubah keputusan PPT kemudian jika ditolak maka akan dilakukan pencabutan.
Mekanisme ganti rugi ditetapkan berdasarkan asas kepastian hukum dimana dalam asas ini mengatakan tiap pihak harus mengerti mengenai kewajiban dan haknya. Serta membahas mengenai kapan pemberian ganti rugi dan tanahnya dilepaskan. Dan berdasarkan asas kesepakatan dimana dalam asas tersebut harus berdasarkan kesepakatan antara dua pihak tersebut.
Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa peraturan yang paling lengkap adalah Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional 3 Tahun 2007. Peraturan ini mencakup mengenai :
- Bentuk ganti rugi yang diberikan - Penerima ganti rugi
(6)
65 - Dasar perhitungan ganti rugi
Tetapi peraturan ini belum sempurna, karena mekanisme peemberian ganti rugi kurang menguntungkan masyarakat. Mekanisme pemberian ganti rugi lebih rinci dalam Peraturan Presiden Nomor65 Tahun 2006.