44
6. Mekanisme Ganti Rugi Dalam Peraturan Pengadaan Tanah
Untuk melaksanakan ganti rugi dalam pengadaan tanah, dalam setiap peraturan pengadaan tanah mempunyai mekanisme. Peraturan Mentri
Dalam Negri Nomor 15 Tahun 1975 mekanismenya sederhana yaitu: pemilik tanah yang tanahnya akan dilepas jika menyetujui ganti rugi maka
instansi yang bersangkutan langsung membayarkan ganti rugi, kemudian instansi yang bersangkutan langsung berhubungan dengan pejabat yang
berwenang untuk memohon hak. Tapi apabila pemilik tanah tidak menyetujui ganti rugi maka pemilik
memberikan alasan penolakan ganti rugi kepada panitia pengadaan tanah. Panitia pengadaan tanah dan kemudian bisa langsung mengambil 2 jalan
yaitu tetap pada keputusan semula atau melimpahkan kepada gubernur setempat dimana gubernur bisa mencari jalan tengah atau mengukuhkan
keputusan panitia. Lihat bagan 6.1
45
Bagan 6.1 MEKANISME PEMBERIAN GANTI RUGI BERDASARKAN PERATURAN MENTRI DALAM NEGRI NOMOR15
TAHUN 1975
PEMILIK HAK ATAS
TANAH GANTI RUGI
SETUJU
PEJABAT YANG BERWENANG
MEMOHON HAK INSTANSI LANGSUNG MEMBAYAR KEPADA PEMILIK HAK
ATAS TANAH
TIDAK SETUJU
PANITIA PEMBEBASAN
TANAH TETAP PADA
KEPUTUSAN SEMULA
GUBERNUR SETEMPAT
MENGUBAH KEPUTUSAN PANITIA
Alasan penolakan
46 Keputusan Presiden Nomor 55 Tahun 1993 mengatur mekanisme
pengadaan tanah apabila pemilik tanah yang setuju dengan ganti kerugian maka kedua belah pihak yang membutuhkan langsung ke PPT dan
mengurus SK tentang bentuk dan besarnya ganti kerugian. Apabila tidak setuju maka panitia pengadaan tanah langsung
membawa kepada gubernur. Setelah itu gubernur bisa mengubah keputusan PPT atau dapat juga mengukuhkan keputusan PPT. tetapi apabila tetap
menolak maka diusulkan untuk pencabutan dan dirujuk kepada Menteri Dalam Negri yang kemudian ditembuskan kepada instansi yang
membutuhkan tanah dan Menteri Kehakiman dan HAM serta Presiden. Lihat bagan 6.2
47
Bagan 6.2 MEKANISME PEMBERIAN GANTI RUGI BERDASARKAN KEPUTUSAN PRESIDEN NOMORNOMOR55 TAHUN
1993
PEMILIK HAK ATAS TANAH
INSTANSI YANG MEMBUTUHKAN TANAH DAN MENTRI KEHAKIMAN DAN HAM
MENDAGRI PENCABUTAN
MENOLAK
SETUJU
GUBERNUR MENGUBAH KEPUTUSAN PPT
GANTI RUGI
MENGUKUHKAN KEPUTUSAN PPT
PPT SK TENTANG BENTUK DAN BESAR GANTI RUGI
TIDAK SETUJU
SETUJU
PRESIDEN
48 Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 mengatur mekanisme
ganti rugi apabila pemilik tanah menolak ganti rugi maka PPT mengajukan kepada Walikota, Bupati atau Gubernur yang bisa mengukuhkan atau
mengubah keputusan PPT. tetapi jika masih ditolak maka akan dilakukan pencabutan dimana Kepala Badan Pertanahan Nasional membuat tembusan
kepada Presiden dan instansi yang terkait serta Mentri Kehakiman. Lihat bagan 6.3
49
Bagan 6.3 MEKANISME PEMBERIAN GANTI RUGI BERDASARKAN PERATURAN PRESIDEN NOMOR36 TAHUN 2005
PEMILIK HAK ATAS
TANAH GANTI
RUGI
KEPALA BADAN
MENGUKUHKAN KEPUTUSAN PPT
PENCABUTAN TIDAK SETUJU
SETUJU
JIKA TETAP DITOLAK BUPATI WALIKOTA,
GUBERNUR
MENGUBAH KEPUTUSAN PPT
INSTANSI YANG MEMBUTUHKAN TANAH DAN MENTRI KEHAKIMAN DAN HAM
PRESIDEN
50 Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 kemudian diperbaharui
dengan Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006. Mekanisme menurut peraturan ini adalah jika pemilik tanah menolak ganti rugi maka PPT
mengajukan kepada Walikota, Bupati atau Gubernur yang bisa mengukuhkan atau mengubah keputusan PPT. Tetapi jika masih ditolak
maka akan dilakukan pencabutan dimana Kepala Badan Pertanahan Nasional membuat tembusan kepada Presiden dan instansi yang terkait serta
Menteri Kehakiman. Tetapi jika tetap menolak ganti rugi yang sudah ditetapkan dalam Keputusan Presiden, maka dapat mengajukan banding ke
Pengadilan Tinggi. Lihat bagan 6.4
51
Bagan 6.4 MEKANISME PEMBERIAN GANTI RUGI BERDASARKAN PERATURAN PRESIDEN NOMOR65 TAHUN 2006
PEMILIK HAK ATAS TANAH
GANTI RUGI
SETUJU
TIDAK SETUJU
BUPATI,WALIKOTA, GUBERNUR
MENGUKUHKAN KEPUTUSAN PPT
MENGUBAH KEPUTUSAN PPT
JIKA TETAP DITOLAK PENCABUTAN
KEPALA BADAN PERTANAHAN
PRESIDEN INSTANSI YANG
MEMBUTUHKAN TANAH DAN MENTRI KEHAKIMAN DAN HAM
JIKA TETAP TIDAK BERSEDIA MENERIMA
GANTI RUGI YANG DITAETAPKAN DALAM
KEPUTUSAN PRESIDEN BANDING KE
PENGADILAN TINGGI
52 Kemudian pada peraturan pelaksana dari Peraturan Presiden Nomor
65 Tahun 2006 adalah Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 2007 mekanisme ganti rugi menurut peraturan ini adalah jika
pemilik hak atas tanah setuju maka instansi membuat tanda terima. Kemudian penerima ganti rugi membuat surat pernyataan pelepasan atau
penyerahan hak. Kemudian PPT membuat berita acara pelepasan hak dan pembayaran ganti rugi.
Tetapi jika pemilik hak menolak maka PPT meneruskan kepada Walikota, Bupati atau Gubernur dan MENDAGRI yang bisa mengukuhkan
keputusan PPT atau mengubah keputusan PPT, jika tetap menolak maka dilakukan pencabutan. Lihat bagan 6.5
53
Bagan 6.5 MEKANISME PEMBERIAN GANTI RUGI BERDASARKAN PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN
NASIONAL NOMOR3 TAHUN 2007
PEMILIK HAK ATAS TANAH
GANTI RUGI
SETUJU
TIDAK SETUJU
BUPATIWALIKOTA, GUBERNUR
MENGUKUHKAN KEPUTUSAN PPT
MENGUBAH KEPUTUSAN PPT
JIKA TETAP DITOLAK
PENCABUTAN INSTANSI MEMBUAT
TANDA TERIMA PENERIMA GANTI RUGI
MEMBUAT SURAT PERNYATAAN
PELEPASAN PENYERAHAN HAK
PPT MEMBUAT BERITA ACARA PELEPASAN
HAK DAN PEMBAYARAN GANTI
RUGI
54 Dari perbandingan di atas dapat dilihat bahwa mekanisme
pengadaan tanah harus diperbaiki. Karena belum sepenuhnya dapat memenuhi keinginan masyarakat. Oleh karena ini pemerintah harus lebih
memperhatikan. Agar tidak terjadi konflik,walaupun semua yang dilakukan dalam semua peraturan ini, keputusan ganti rugi ataupun ganti kerugian
didasarkan musyawarah. Musyawarah mencari jalan tengah sebagai jalan terbaik. Dan bukan keputusan sepihak dari pemerintah.
B. ANALISIS
Dari hasil penelitian maka penulis menganalisis bahwa karakteristik penggaturan dari 5 peraturan yang menggatur mengenai ganti rugi dalam
pengadaan tanah sejak PERATURAN MENTRI DALAM NEGRI NOMOR 15 TAHUN 1975, Keputusan Presiden Nomor 55 Tahun 1993, Peraturan Presiden
Nomer 36 Tahun 2005, Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006, PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 3 TAHUN 2007.
1. Karakteristik Mengenai Penggunaan Istilah