PENERAPAN PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN PROBLEM POSING TIPE PRE SOLUTION POSING UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA DALAM PENGAJUAN MASALAH KELAS VIII SMP DARUL ULUM TAPEN JOMBANG.

PENERAPAN PEMBELAJARAN DENGAN
PENDEKATAN
PROBLEM POSING TIPE PRE SOLUTION POSING
UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA
DALAM PENGAJUAN MASALAH KELAS VIII
SMP DARUL ULUM TAPEN JOMBANG

SKRIPSI
Oleh:
YUNI SELVYANI
NIM. D04211020

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2016

PEN ERAPAN PEMBELAJARAN D ENGAN PEND EKATAN
PROBLEM POSING TIPE PRE SOLUTION POSING
UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS S IS WA

DALAM PENGAJUAN MAS ALAH KELAS VIII
S MP DARUL ULUM TAPEN JOMBANG
Oleh:
YUN I S ELVYAN I
ABS TRAK
Kreativitas merupakan kemampuan dasar yang sangat penting untuk
dimiliki siswa dan pendidik dalam kegiatan belajar mengajar. Peningkatan
kreativitas siswa harus diperhatikan dalam pembelajaran. Salah satu alternatif
yang dapat digunakan guru dalam pembelajaran matematika agar siswa menjadi
kreatif dalam pembelajaran matematika adalah dengan pendekatan problem
posing tipe pre solution posing. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui apakah ada peningkatan kreativitas siswa setelah dilakukan
pembelajaran dengan pendekatan problem posing tipe pre solution posing.
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu atau biasa
disebut Quasi Eksperimen karena pada penelitian ini, peneliti hanya
menggunakan kelas eksperimen tanpa adanya kelas kontrol. Populasi pada
penelitian ini adalah kelas VIII-A sampai kelas VIII-E SM P Darul Ulum Tapen
Jombang. Sampel pada penelitian ini adalah siswa kelas VIII-A SM P Darul
Ulum Tapen Jombang. Pengumpulan data dengan uji kemampuan awal, uji
kemampuan akhir dan wawancara. Data dianalisis dengan menggunakan uji

analisis data wilcoxon.
Dari hasil penelitian menggunakan Uji Wilcoxon dapat disimpulkan
bahwa tingkat kreativitas matematika siswa sebelum mengikuti pembelajaran
dengan menggunakan pedekatan problem posing tipe pre solution posing tidak
sama dengan tingkat kreativitas matematika siswa setelah mengikuti
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan problem posing tipe pre
solution posing.

Kata kunci : Kreativitas,pendekatan problem posing tipe pre solution posing

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................i
PERSETUJUAN PEM BIM BING SKRIPSI..............................................ii
PENGESA HAN TIM PENGUJI SKRIPSI.............................................. iii
HALAMAN PERSEM BA HAN .................................................................iv
HALAMAN MOTTO...................................................................................vi
ABSTRAK...........................................................................................
DAFTAR TABEL .........................................................................................xi

KATA PENGANTAR ................................................................................ vii
DAFTAR ISI ............. ..................................................................................ix
DAFTAR TABEL .........................................................................................xi
DAFTAR GAM BAR .................................................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xiii
BAB I
PENDAHULUAN ................................................................1
A. Latar Belakang ............................................................3
B. Ru musan Masalah .......................................................3
C. Tujuan Penelit ian .........................................................4
D. Manfaat Penelit ian .......................................................4
E. Batasan Masalah ..........................................................4
F. Definisi Operasioanal..................................................5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA ............................................................6
A. Berp ikir Kreatif ............................................................6
B. Kreativ itas .....................................................................7
C. Pengajuan Masalah (Problem posing)....................11
D. Kreativ itas Siswa dalam Pengajuan
Masalah........................................................................13

E. Pengelolaan Pembelajaran oleh Gu ru.....................16
F. Aktivitas Siswa dalam Kelo mpok...........................18
G. Hipotesis Penelitian ...................................................19
H. Materi Limas .............................................................19
BAB III
METODE PENELITIA N ..................................................24
A. Jenis Penelit ian ...........................................................24
B. Rancangan Penelitian ..............................................24
C. Tempat Penelit ian ......................................................24
D. Populasi dan Sampel Penelitian .............................25
E. Variabel Penelitian ....................................................25
F. Hipotesis Penelitian ...................................................25

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

G. Prosedur Penelit ian ...................................................26
H. Instrumen Penelitian .................................................27
I.
Metode Pengumpulan Data ......................................30
J.

Teknik Analisis Data .................................................32
BAB IV
HASIL DA N PEM BAHASA N ........................................39
A. Deskripsi Proses Penerapan Pembelajarn
Matematika
dengan
Pendekatan
Problem Posing tipe pre solution posing...............39
B. Pembahasan Hasil Penelitian ..................................42
C. Deskripsi Tingkat Kreativ itas Siswa
Kelas VIII-A SM P Darul Ulu m Tapen
Jombang .....................................................................47
BAB V
PENUTUP ................................... .................................. 65
A. Kesimpulan ................................................................65
B. Saran.............................................................................65
DAFTAR PUSTA KA ..................................................................................66
LAMPIRA N

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran wajib yang
harus dipelajari siswa dijenjang pendidikan formal. Agar
pembelajaran leb ih bermakna maka siswa harus berperan sebagai
subyek, artinya siswa diberi kesempatan untuk menemukan sendiri
konsep-konsep yang mereka pelajari sendiri, agar kreativ itas siswa
dapat berkembang.
Kreativ itas adalah hasil dari proses interaksi antara individu
dan lingkungannya. Kreativitas pada umu mnya dipahami sebagai
proses mencari dan menemukan atau menghasilkan gagasan gagasan baru yang berguna baik bagi individu yang bersangkutan
maupun
lingkungannya1 . Seseorang mempengaruhi dan
dipengaruhi oleh lingkungan dimana ia berada, dengan demikian
baik perubahan didalam individu maupun didalam ling kungan
dapat menunjang atau dapat menghambat upaya kreatif.
Implikasinya adalah bahwa kemampuan kreatif dapat ditingkat kan
melalui pendidikan 2 .

Kenyataannya banyak sekali kendala yang harus dihadapi oleh
guru, salah satunya adalah sistem evaluasi yang cenderung
mengukur hasil belajar siswa hanya dari aspek penguasaan materi.
Berkaitan dengan kendala tersebut, Munandar mengung kapkan
bahwa kendala terhadap gerakan kreativitas terletak pada tes yang
hanya menuntut siswa mencari satu jawaban yang benar.
Salah satu alternatif solusinya adalah memberikan beberapa
soal yang menantang kepada siswa yang mensyaratkan pemiki ran
kreatif 3 . Namun kenyataannya berpikir kreatif jarang dilatih kan
sehingga kemampuan intelektual siswa tidak bisa berkembang
dengan seimbang. Hal tersebut bisa mengakibatkan rendahnya
berpikir kreatif siswa 4 . Untuk mengatasi rendahnya berpikir kreat if
M. As’ad Djalali, Tipe Kepribadian Kode Warna dan Kreativitas, (Surabaya: Anima
Indonesian Psychological Journal, 2004), vol. 20 No 1, h.24.
2
Utami munandar,1999, Kreativitas dan Keberbakatan strategi mewujudkan potensi
kreatif dan bakat,(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama)h.14
3
Jeanne Ellis Ormrod, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Erlangga, 2009), h.406.
4

Utami Munandar, Kreativitas Anak dan Strategi Pengembangannya, (Surabaya: Anima
Indonesian Psychological Journal, 2000), vol. 15 No. 04, h.392 .
1

1

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2

siswa, perlu dilaku kan perbaikan pada pembe lajaran saat ini dan
perlu dipikirkan juga cara atau metode yang dapat mendorong
keterampilan berpikir kreatif dalam pembelajaran. 5
Silver mengungkapkan untuk mengetahui kreat ivitas seseorang
dapat melalu i dua pendekatan, yaitu pendekatan pengajuan masalah
dan pendekatan pemecahan masalah 6 . Jensen (dalam Yuan dan
Sriraman) berpendapat bahwa siswa yang kreatif dalam matemat ika,
harus dapat mengajukan pertanyaan matemat ika yang memperluas
dan memperdalam permasalahan asli serta dapat menyelesaikan
masalah tersebut dengan cara yang beragam 7 . Sehingga menurut

peneliti pendekatan yang cocok diterapkan adalah pendekatan
pengajuan masalah.
Pendekatan pengajuan masalah (problem posing) merupakan
salah satu pendekatan yang bercirikan konstruktivisme yakni
pembelajaran yang menekankan peserta didik untuk mengaju kan
masalah yang dituangkan dalam bentuk soal yang dapat
memot ivasi peserta didik untuk berfikir kritis sekaligus dialogis,
kreatif dan interaktif.
Pendekatan problem posing diharapkan dapat membuat siswa
untuk menemukan pengetahuan yang bukan diakibatkan dari
ketidaksengajaan, melainkan melalui upaya mereka untuk mencari
hubungan-hubungan dalam informasi yang dipelajarinya. Semakin
luas informasi yang dimiliki akan semakin mudah pula dalam
menemu kan hubungan-hubungan tersebut.
Siswono juga mejelaskan bahwa, kemampuan berfikir kreatif
seseorang tebentuk dalam tiga aspek yaitu kefasihan, fleksibilitas
dan kebaruan8 . Ket iga indikator dari berp ikir kreatif tersebut dapat
digali melalu i kegiatan pengajuan masalah.
5


Jeanne Ellis Ormrod, Psikologi Pendidikan, (jakarta: Erlangga, 2009), h.407.
, Edward A ,Silverd.1997. Fostering Creativity Through Instruction Rich in
Mathematical Problem Solving and Problem Posing.
http://www.emis.de/journal/ZDM/zdm97a3.pdf . Diakses tanggal 1 Mei 2016
7
Xianwei, Sriraman dan Yuan, Barath.2010.An Exploratory Study of Relationships
between Student ‘Creativity and Mathematical Probelm Posing Abilties’.
http://www.umt.edu/math/reports/sriraman/Yuansriranan.22 2010.pdf. diakses tanggal 12
januari 2016
8
T atag Y.E, Siswono.2004. Mendorong Berpikir Kreatif Siswa dalam Pengajuan Masalah
(problem posing).http;//tatagyes.files.wordpress.com/2009/11/paper04.berpikir
krearif2.pdf . Diakses tanggal 23 januari 2016
6

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3
Sesuai latar belakang yang sudah dipaparkan diatas, maka
peneliti tertarik untuk menelit i masalah dengan mengambil judul :

Penerapan Pendekatan Pembelajaran dengan Pendekatan Problem
Posing tipe Pre Solution Posing untuk men ingkatkan kreativitas
siswa dalam pengajuan masalah kelas VIII SMP Daru l Ulu m
Tapen Jombang.
B. Rumusan Masal ah
Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka dapat di ambil
rumusan masalah yaitu sebagai berikut :
1. Bagaimana proses pembelajaran dengan pendekatan problem
posing tipe pre solution posing untuk men ingkatkan kreativitas
siswa dalam pengajuan masalah?
2. Bagaimana kreat ivitas siswa sebelum mengikuti pembelajaran
dengan menggunakan pendekatan problem posing tipe pre
solution posing?
3. Bagaimana kreativ itas siswa setelah mengikut i pembelajaran
dengan menggunakan pendekatan problem posing tipe pre
solution posing?
4. Apakah penerapan pembelajaran pendekatan problem posing
tipe pre solution posing dapat meningkatkan kreativ itas siswa
dalam pengajuan masalah?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan ru musan masalah di atas, maka dapat ditarik tujuan
penelitian yaitu sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui proses penerapan pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan problem posing tipe pre solution
posing dalam meningkat kan kreativitas siswa dalam pengajuan
masalah
2. Untuk mengetahui kreativitas siswa sebelum mengikuti
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan problem
posing tipe pre solution posing
3. Untuk mengetahui kreativitas siswa setelah mengikuti
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan problem
posing tipe Pre solution posing.
4. Untuk mengetahui apakah penerapan pembelajaran dengan
pendekatan problem posing tipe pre solution posing dapat
men ingkatkan kreativ itas siswa dalam pengajuan masalah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4

D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang dilakukan adalah:
1. Bagi siswa
a. Dapat digunakan sebagai sarana yang dapat membantu
siswa dalam memahami materi khususnya bagi siswa
yang menjadi subjek uji
coba, meraka mendapat
pengalaman belajar menggunakan pendekatan problem
posing tipe pre solution posing.
b. Dapat melatih siswa berpikir kreatif dalam mengajukan
masalah
2. Bagi Guru
a. Dapat dijadikan alternatif dalam memilih pembelajaran
dengan pendekatan problem posing tipe pre solution
posing yang nantinya dapat diterapkan dalam
pembelajaran d i kelas dan dapat dijadikan sebagai
referensi atau masukan bagi guru untuk melatih siswa
berpikir kreatif melalui pendekatan pembelajaran
matemat ika pengajuan masalah.
b. Dapat mengubah pendekatan dalam melaksanakan
proses pembelajaran dari teacher center atau guru
sebagai pusat belajar menjad i student center atau siswa
men jadi pusat belajar.
3. Bagi Peneliti
Dapat memberikan pengetahuan dan peng alaman baru
dalam pembelajaran dengan pendekatan problem posing
untuk meningkatkan kreativitas siswa dalam pengajuan
masalah, sehingga dapat diterapkan dalam proses
pembelajaran selanjutnya.
E. Batasan Penelitian
Agar memperoleh gambaran yang jelas dan tepat serta terhindar
dari adanya beragam inteprestasi dan meluasnya masalah dalam
memahami isi skripsi ini, maka penulis memberikan batasan
masalah sebagai berikut :
1.
Penelit ian ini hanya melihat pengajuan masalah yang
diajukan siswa dari ko mponen kreativitas berdasarkan
pernyataan Siswono yang meliputi tanpa melihat tingkat
kesulitan atau kualitas dari masalah yang diaju kan.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5
2.

F.

9

Penerapan pendekatan problem posing tipe pre solution
posing ini diaplikasikan hanya untuk melihat apakah
penerapan ini bisa meningkatkan kreat ivitas atau tidak.

Definisi Operasional
Untuk menghindari perbedaan penafsiran dalam penelit ian ini,
maka peneliti memberikan istilah yang didefinisikan sebagai
berikut:
1. Proses pembelajaran dengan pendekatan problem posing dalam
penelitian in i adalah dilihat dari kemampuan guru dalam
melaksanakan RPP melalu i catatan lapangan dan aktivitas
siswa.
2. Pembelajaran dengan pendekatan problem posing adalah
pembelajaran dengan pengajuan masalah atau soal dengan
beberapa perubahan agar lebih sederhana dan dapat dikuasai
3. Problem posing tipe pre solution posing yaitu pembuatan soal
berdasarkan situasi atau informasi yang diberikan.
4. Kretiv itas adalah kemampuan untuk menciptakan, perihal untuk
berkreasi 9 . Kreativ itas dalam penelitian in i hanya dilihat dari
aspek kefasihan, fleksib ilitas dan kebaruan.

Djalinus Syah,dkk. Kamus Pelajar . (Jakarta: Rineka Cipta,1993),97.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB II
LANDASAN TEORI
A. Berpikir Kreatif
Berbagai definisi mengenai berpikir telah didefin isikan oleh
para ahli. Tilaar mengungkapkan bahwa berfikir kreat if termasuk
ketrampilan, kesenian, dan keputusan kreatif 1 . Dapat dikatakan
bahwa berpikir kreatif merupakan keputusan yang didasrkan
kepada keputusan kritis dan keputusan kreatif. Weisberg (dalam
Tilaar) menyatakan berpikir kreatif terjadi apabila secara
intensional seseorang mengahasilkan produk baru atau ketika
seseorang tersebut melaksanakan tugas. Suatu produk yang baru
(novelty) dihasilkan oleh seseorang disebut produk kreatif, dan
orang yang mengahs ilkannya disebut manusia kreat if 2
Apa perbedaan antara berpikir biasa (ordinary thinking) dengan
berpikir kreat if? Weisberg (dalam Tilaar) mengemukakan empat
karakteristik berpikir biasa yaitu :
1. Proses berpikir biasa mempunyai struktur. Pikiran kita
mengikuti secara beraturan, yaitu berhubungan satu dengan
yang lain.
2. Berp ikir biasa berhubungan dengan masa lalu. Dengan kata
lain p ikiran kita menunjukkan kesinambungan dengan masa
lalu.
3. Pengetahuan dan konsep mengarahkan dengan pikiran kita.
Dengan kata lain proses berpikir d iarahkan dari atas ke bawah
(top-down)
4. Berp ikir b iasa dapat dipengaruhi oleh lingkungan. Dengan
kata lain proses berpikir sangat sensitif terhadap pengaruh
lingkungan.
Bagaimana dengan berpikir kreatif? Tilaar mengemukakan
bahwa: “Dalam berpikir kreatif b iasanya tidak mempunyai
koherensi struktural bahkan kemungkinan mengingkari adanya
logika” 3 . Apabila di dalam berpikir biasa terikat kepada peng aruh
lingkungan, maka di dalam berpikir kreatif dapat terjadi analogi
dengan sesuatu yang jauh yang tidak terdapat disekitar si pemikir
1
2
3

H.A.R T ilaar.Pengembangan Kreativitas dan Entrepeneurship (Jakarta:Kompas)
Ibid
Ibid, halaman 72

6

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

7

tersebut. Berdasarkan proses berpikir biasa dapat dikembangkan
proses berpikir kreat if, dengan menghadapkan siswa kepada
situasi-siatuasi yang problematik, karena masalah dapat di jadikan
sumber kreativitas.
Berdasarkan pendapat para ahli yang diuraikan di atas, maka
berpikir kreatif dapat diartikan sebagai kegiatan mental dalam
menghasilkan ide baru berdasarkan kumpu lan informasi dan
pengalaman yang dimiliki sebelumnya.
B. Kreati vi tas
Kreat ivitas merupakan kajian yang menarik karena masing masing pakar memberikan pengertian yang berbeda. Tidak ada
pengertian umu m yang diterima dan digunakan untuk sebuah
penelitian. Dalam mengkaji kreativ itas, Taylor dan Baron (dalam
Siswono) menyebutkan empat aspek berbeda yaitu (1) produk
kreatif, (2) proses kreatif, (3) pengembangan alat ukur kreativitas,
(4) karakteristik personalitas dan motivasi orang kreatif 4 .
Selanjutnya, Moneey (dalam Siswo mo) juga mendefin iskan
kreativ itas dalam empat aspek, yaitu: (1) produk yang diciptakan,
(2) proses penciptaan, (3) individu pencipta dan (4) ling kungan
yang menjadi asal penciptaan5 . Pembag ian pendekatan tersebut
tidak menunjukkan adanya pemisahan dalam pendefinisian
kreativ itas. Pendekatan semacam ini memberikan penekanan pada
salah satu aspek tertentu. Untuk memfo kuskan kajian, banyak ahli
yang memberikan penekanan pada aspek tertentu, seperti pada
aspek produk.
Welsch (dalam Crawford) menjelaskan kreativ itas adalah
proses menghasilkan produk yang unik dengan transformasi
produk yang ada6 . Bergstom, Hurlock (dalam Siswono) juga
menyebutkan bahwa kreativitas menekankan pembuatan sesuatu
yang baru dan berbeda7 . Leb ih lanjut Hurlock men jelaskan bahwa
4
Siswono, TEY. Model Pembelajaran Matematika Berbasis Pengajuan dan Pemecahan
Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif. (Surabaya:Unesa University
Press.2008) hal. 5
5
Ibid, hal.5
6
Claudio Le’on, crawford dkk.2008. Does Extreme Programming Suport Collaborative
Creativity Proceeding of the International Multi Conference of Engineers and Computer
Scientists 2008. Vol I IMECS 2008.19-21 march 2008, Hong kong
7
Siswono, TEY, Loc.cid, hal.6

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

8

kreativ itas adalah kemampuan seseorang untuk menghasilkan
ko mposisi, produk, atau gagasan apa saja yang pada dasarnya baru
dan sebelumnya tidak dikenal pembuatnya.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas , kreativitas dapat
diartikan sebagai hasil dari berpikir kreat if seseorang dalam
menghasilkan sesuatu yang baru dengan mengko mbinasikan ide ide yang sebelumnya sudah ada dalam p ikiran seseorang.
Lebih lanjut para ahli juga mengungkapkan tentang hal-hal
yang dapat dipertimbangkan dalam mengukur kreativitas
seseorang. Diantaranya menurut Torrance (Herdian, 2010)
menyatakan bahwa indikator dalam kemampuan berpikir adalah
sebagai berikut 8 :
1. Kelancaran (fluency)
Yang dimaksud dengan kelancaran adalah dapat
menghasilkan banyak ide dalam berbagai kategori atau
bidang.
2. Keaslian (originality)
Keaslian adalah memiliki ide-ide baru untuk memecahkan
persoalan
3. Elaborasi (elaboration)
Elaborasi adalah kemampuan memecahkan masalah secara
detail
Sedangkan Guilford (dalam Herd ian) menyebutkan bahwa
kemamapun berpikir kreatif memiliki indikator-indikator sebagai
berikut 9 :
1. Kepekaan (problem sensitivity)
Kepekaan adalah kemampuan mendeteksi, mengenali, dan
memahami serta menanggapi suatu pernyataan, situasi atau
masalah
2. Kelancaran (fluency)
Kelancaran adalah kemampuan untuk menghasilkan banyak
gagasan
3. Kelu wesan (flexibility)

8
Herdian, “ Model Pembelajaran Problem posing tipe pre solution posing”,
http://herdy07.wordpress.com/2009/ 04/19/model-pembelajaran-problemposing/html.diakses pukul 14:15,pada 26 april 2016
9
Ibid,hal 7

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

9

Kelu wesan adalah kemampuan untuk mengemu kakan
bermacam-macam pemecahan atau pendekatan terhadap
masalah
4. Keaslian (originality)
Keaslian adalah kemampuan untuk mencetuskan gagasan
dengan cara-cara yang asli, tidak klise, dan jarang diberikan
kebanyakan orang.
5. Elaborasi (elaboration)
Elaborasi adalah kemampuan untuk menambah suatu situasi
atau masalah sehingga menjadi lengkap, dan merincinya
secara detail, yang di dalamnya terdapat berupa tabel, grafik,
model dan kata-kata.
Sementara itu Tilaar mengamb il beberapa indikator dai
Torrance dan Gilford, yaitu sebagai berikut : kelnacaran atau
kefasihan, fleksibilitas, originalitas, dan elaborasi10 . Untuk leb ih
jelasnya akan dijabarkan sebagai berikut :
1. Kefasihan
Kefasihan atau kelancaran merupakan kemampuan untuk
menghasilkan pemikiran atau pertanyaan dalam ju mlah yang
banyak.
2. Fleksibilitas
Fleksibilitas merupakan kemmapuan untuk menghasilkan
banyak macam pemikiran, dan mudah berpindah dari jen is
pemikiran tertentu pada jensi pemikiran lainnya.
3. Originalitas
Originalitas merupakan kemampuan untuk berpikir dengan
cara baru atau dengan ungkapan yang unik, dan kemampuan
untuk menghasilkan pemikiran-pemikiran yang tidak lazim
daripada pemikiran yang jelas diketahui.
4. Elaborasi
Elaborasi merupakan kemampuan untuk menambah atau
merinci hal-hal yang detail dari suatu objek, gagasan atau
situasi.
Torrance menyusun tes Torrance untuk mengetahui
kemampuan berpikir kreatif yang terdiri dari bentuk verbal dan
bentuk figural. Tes tersebut disusun sedemikian rupa untuk
membuat aktifitasnya menarik dan menantang. Tes Torrance
10

T ilaar, OP.cit.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

10

banyak diaplikasikan untuk mengetahui kemampuan berpikir
kreatif seseorang. Aspek-aspek ini digunakan untuk mengukur
kemampuan berpikir kreatif yang bersifat umum dan
penekanannya pada produk kreatif. Siswono
mengacu pada
pendapat silver dan para ahli lainnya menyatakan bahwa dalam
penerapannya kriteria tersebut dapat berkembang sesuai dengan
bidang kajiannya. Misalnya dalam lingkup matemat ika
menekankan pada tiga aspek, yaitu kefasihan, kebaruan dan
fleksibilitas
Penelit ian ini menggunakan 3 indikator kreativ itas, yaitu
kefasihan, kebaruan dan fleksibilitas. Kefasihan diart ikan sebagai
kemampuan untuk mengajukan pertanyaan dalam ju mlah banyak,
kebaruan diartikan kemampuan untuk mengajukan pertanyaan
yang “tidak biasa”. Fleksibilitas diartikan kemampuan untuk
mengaju kan pertanyaan yang emmpunyai beragam penyelesaian
Siswono meru muskan tingkat berpikir kreatif dalam
matemat ika, yaitu sebagai berikut 11 :
Tabel 2.1
Tingkat Berpikir Kreatif
Tingkat
Karakteristik
Tingkat 4
Siswa mampu menunjukkan kefasihan,
(Sangat Kreatif)
fleksibilitas, dan kebaruan dalam mengaju kan
masalah,
atau siswa mampu menunjukkan fleksibilitas
dan kebaruan dalam mengajukan masalah
Tingkat 3
Siswa mamu menunju kkan kefasiahn dan
(Kreatif)
kebaruan dalam mengaju kan masalah,
atau siswa mampu menunjukkan kefasihan dan
fleksibilitas dalam mengajukan masalah
Tingkat 2
Siswa hanya mampu menujukkan fleksibilitas
(Cu kup Kreat if)
atau kebaruan dalam mengajukan masalah
Tingkat 1
Siswa hanya mampu menunjukkan kefasihan
(Kurang Kreatif)
dalam mengaju kan masalah
Tingkat 0
Siswa t idak mampu menujukkan ket iga aspek
(Tidak Kreatif)
indikator
berpikir
kreatif
(kefasihan,
fleksibilitas, dan kebaruan) dalam mengaju kan
masalah.
11

Siswono, Op cit

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

11

C. Pengajuan Masal ah (Problem posing tipe pre solution posing)
Dalam pembelajaran matemat ika sangat diperlukan kreativitas,
baik guru maupun siswanya. Pengajuan masalah merupakan suatu
usaha untuk menggali kreat ivitas siswa dalam memahami materi
yang diberikan. Ada banyak definisi pengajuan masalah yang
dikemu kakan oleh para ah li yang telah melakukan penelitian.
Diantaranya, Cankoy dan Darbaz mengemukakan bahwa
pengajuan masalah dapat mengajarkan siswa untuk menganalisa
suatu masalah dengan melalu i tiga hal, yaitu : pengulangan
masalah, visualisasi masalah, dan penalaran kualitatif tentang
masalah. Pengajuan masalah merupakan strategi penting dan
memberikan kontribusi untuk ketramp ilan memecahkan masalah.
Jika seseorang tidak dapat memahami masalah, maka ia t idak dapat
memilih strategi yag tepat untuk menyelesaikannya12
Dalam penelitian yang telah dilakukan oleh Novianto
menunjukkan bahwa keg iatan awal pengajuan masalah siswa
proses translating. Dalam proses translating ini, siswa
menterjemahkan informasi yang diberikan ke pengetahuan yang
dimiliki dan ke topik yang diinginkan. Siswa menambahkan
informasi ketika siswa tidak mampu menterjemah kan informasi
yang diberikan. Selanjutnya hasil dari translating tersebut
dijadikan bahan bagi siswa untuk membuat sol-soal. Selain
menambah informasi, siswa juga mengubah informasi yan g ada
dalam pembuatan soal. Siswa mengaju kan soal baru berdasarkan :
1) Modifikasi soal yang pernah di dapatkan siswa, 2) Modifikasi
soal yang telah dibuat di nomor sebelumnya, 3) Ko mbinasi dari
modifikasi soal yang pernah didapatkan dan dari soal yang telah
dibuat dinomor sebelu mnya.
Silver (dalam siswono) mengklasifikasikan ada tiga tipe model
pembelajaran Problem posing tipe pre solution posing yang dapat
dipilih guru. Pemilihan tipe in i dapat disesuaikan dengan tingkat
kecerdasan peserta didiknya 13 , yaitu:
a. Pengajuan pre-solusi (pre-solution posing)

12

http://www.efdergi.hacettepe.edu.tr/english/abstracts/38/pdf/OSMAN%20CANKOY.pdf .
Diakses pada 21 januari 2016
13
Siswono, Op.cit, halaman 40

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

12

b.

c.

Pengajuan pre solusi adalah pembuatan soal berdasarkan
situasi atau informasi yang diberikan.
Contoh :
Diberikan sebuah grafik garis dengan dua garis yang
berpotongan disalah satu titik. Grafik tersebut menunjukkan
rekor waktu (dalam detik) dari perenang pria dan wanita pada
suatu kejuaraan. Garis -garis pada grafik merupakan
kecenderungan perubahan rekor waktu perenang pria dan
wanita dari tahun ke tahun.
Buatlah soal atau pertanyaan terkait dengan grafik yang
diberika!
Misal contoh pertanyaan yang dibuat siswa adalah : “Adakah
rekor yang sama antara perenang pria dan wanita?”
Pengajuan di dalam solusi (within-solution posing)
Pengajuan di dalam solusi adalah pembuatan soal yang
sedang diselesaikan. Hal ini dimaksudkan untuk
penyederhanaan dari soal yang sedang diselesaikan, sehingga
akan memudahkan penyelesaian soal sebelumnya.
Contoh :
Sebanyak 24.000 galon air dimasukkan kedalam kolam
dengan kecepatan tetap. Setelah 4 jam kolam tersebut baru
5
terisi nya.
8
Pertanyaan: “Berapa lama waktu yang diperlukan untuk
mengisi ko lam tersebut?”
Beberapa soal yang mungkin dibuat oleh siswa, sebagai
berikut :
1. Berapa galon air untuk mengisi penuh kolam tersebut?
2. Berapa galon air yang dapat dimasukkan dalam waktu 1
men it?
3. Berapa galon air yang dapat dimasukkan dalam waktu 1
jam?
Pengajuan setelah solusi (post-solution posing)
Pengajuan setelah solusi adalah siswa memodifikasi soal yang
telah diselesaikan untuk menghasilkan soal-soal baru yang
lebih menantang. Beberapa tekn ik yang dapat digunakan
untuk membuat soal dalam kegiatan in i adalah sebagai
berikut:
1. Mengubah informasi atau data pada soal semula.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

13

2.
3.

Menambah informasi atau data pada soal semula.
Mengubah nilai data yang diberikan, tetapi tetap
mempertahankan kondisi atau situasi soal semula.
4. Mengubah situasi atau kondisi soal semula, tetapi tetap
mempertahankan data atu informasi yang ada pada soal
semula.
Contoh :
Luas persegipanjang dengan panjang 4 m, dan lebar 2 m
adalah 8 m2 .
Contoh soal-soal yang dapat disusun adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana jika panjangnya bukan 4 m, tetapi 3 m,
bagaimana dengan luas persegipanjang tersebut?
2. Apa yang terjadi jika panjang dan lebarnya menjadi
dua kali panjang dan lebar semula?
3. Bagaimana jika panjangnya diubah menjad i dua kali
panjang semula dan lebarnya menjadi setengah lebar
semula, apakah luasnya akan tetap?
4. Tentukan panjang dan lebarnya jika luasnya sama
dengan dua kali luas semula?
Pengajuan soal dalam penelitian ini adalah pengajuan pre solusi karena siswa d iminta untuk membuat soal matematika
berdasarkan informasi yang telah diberikan.

D. Kreati vi tas Siswa dal am Pengajuan Masal ah
Sintawati dan Abdurrahman menyatakan bahwa kreativitas
siswa sagat diperlukan oleh siswa, mengingat bahwa ilmu
pengetahuan dan teknologi yang berkembang saat ini sangat pesat
dan memungkinkan siapa saja b isa memperoleh informasi secara
cepat, mudah, dan melimpah dari berbagai sumber14 . Sejalan
dengan hal itu salah satu proses penilaian yang diukur dalam
kuriku lu m 2013 adalah tingkat berpikir siswa mu lai dari rendah
sampai tinggi. Sedangkan proses pembelajarannya menekan kan
kemampuan berbahasa sebagai alat ko munikasi, pembawa
pengetahuan dan berpikir logis, sistematis dan kreatif. Berpikir
kreatif merupakan bagian dari berp ikir tingkat t inggi. Salah stu
pendekatan dalam pembelajaran matematika yang dapat
14

http://eprints.uny.ac.id/10778/1/p%20-%2055.pdf. Diakses pada tanggal 21 januari 2016

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

14

menu mbuhkan kemampuan berpikir kreatif adalah pengajuan
masalah. Selain itu, pengajuan masalah juga dapat menumbuhkan
minat belajar siswa terhadap matematika.
Mahmudi mengemukakan bahwa pengajuan masalah
merupakan salah satu metode yang dapat diterapkan dalam
pembelajaran matematika 15 . Berbagai studi menunjukkan bahwa
metode pengajuan masalah dapat mengembangkan kemampuan kemampuan matemat is tingkat tinggi, seperti kemampuan
pemecahan masalah dan kemampuan berpikir kreatif matemat is.
Selain sebagai metode pembelajaran, pengajuan masala h dapat
pula digunakan untuk menilai hasil belajar matematika, terutama
untuk menilai kemampuan-kemampuan matematis tingkat tinggi.
Dari pendapat-pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa
pengajuan masalah merupakan salah satu upaya untuk menggali
dan mengarahkan sikap kreatif yang dimiliki oleh siswa. Dalam
pengajuan masalah, siswa diminta untuk membuat pertanyaan dari
informasi yang diberikan. Bertanya merupakan pangkal dari suatu
kreativ itas. Dengan pengajuan masalah, siswa diberi kesempatan
untuk aktif secara mental, fisik dan sosial, serta memberikan
kesempatan kepada siswa untuk berkreativ itas dalam membuat dan
men jawab masalah yang diaju kan.
Pengajuan masalah berkaitan dengan kemampuan guru
memot ivasi siswa melalu i peru musan masalah atau situasi yang
menantang, sehingga siswa dapat mengajukan pertanyaan yang
dapat diselesaikan dan berakibat kepada peningkatan kemampuan
siswa dalam memecahkan masalah.
Siswono
menyatakan
hubungan
komponen-ko mponen
kreativ itas tersebut sebagai acuan untuk melihat kreativitas siswa
dalam mengajukan masalah (soal) matematika 16 . Penjabaran dari
hubungan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Kefasihan dalam pengajuan masalah mengacu pada
kemampuan siswa dalam membuat masalah sekaligus
penyelesaiannya yang beragam.
Dalam pengajuan masalah, masalah dikatakan beragam
apabila masalah itu menggunakan konsep yang sama dengan
Mahmudi, “Pelaksanaan Pendekatan Problem posing tipe pre solution posing dalam
Pembelajaran” ,http://blog.muhfida.com2009/03/pelaksanaan-pendekatan-problemposingdalampembelajaran.html.Diakses pukul 14:13,pada 26 april 2016
16
Loc cit
15

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

15

masalah sebelumnya, tetapi dengan atribut-atribut yang
berbeda.
2. Fleksibilitas dalam pengajuan masalah mengacu pada
kemampuan siswa mengajukan masalah yang mempunyai
cara penyelesaian yang berbeda-beda.
3. Kebaruan dalam pengajuan masalah mengacu pada
kemampuan siswa mengajuakn suatu masalah yang berbeda
dari masalah yang diaju kan sebelumnya. Dua masalah yang
diajukan berbeda bila konsep matemat ika atau konteks yang
digunakan berbeda atau tidak biasa dibuat oleh siwa pada
tingkat pengetahuannya.
Dari berbagai pendapat para ahli, Siswono menyimpulkan
bahwa untuk menggali ketiga aspek berpikir kreat if
tersebut,diperlukannya tugas yang sesuai dengan pengajuan
masalah. Kriteria tugas yang sesuai dengan pengajuan masalah
antara lain adalah bersifat divergen dalam jawaban maupun cara
penyelesaiannya, berkaitan dengan lebih dari satu konsep atau
pengetahuan matemat ika siswa yang sudah dipelajari sebelu mnya,
informasi harus mudah dimengerti, jelas tertangkap makna atau
artinya, tidak menimbu lkan penafsiran ganda, dan susunan
kalimatnya menggunakan kaidah Bahasa Indonesia yang baik dan
benar.
Dari ko mponen kreativitas (kefasihan, fleksibelitas dan
kebaruan) terlihat jelas bahwa terdapat hubungan erat antara proses
berpikir kreatif dengan pengajuan masalah. Semakin banyak soal
yang diajukan siswa dalam pengajuan masalah, maka akan
semakin terlihat kreativitas siswa tersebut, dengan catatan soal
yang diajukan harus sesuai dengan informasi atau situasi yang
diberikan.
Pengajuan masalah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
siswa diminta untuk membuat soal matemat ika berdasarkan
informasi yang telah diberikan. Dari soal/ masalah yang dibuat
siswa selanjutnya diadakan wawancara, kemudian menganalisisnya
menggunakan indikator yang diungkapkan Silver untuk men ilai
kreativ itas yaitu: kefasihan, fleksib ilitas dan kebaruan 17 . Kefasihan
diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk menghasilkan
banyak soal yang berbeda. Fleksibilitas diartikan sebagai
17

Silver. Op.cit

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

16

No
1
2

3

kemampuan seseorang untuk menghasilkan soal yang dapat
dikerjakan dengan banyak cara, fleksib ilitas digali lewat
wawancara, apakah siswa tersebut bisa menjelaskan cara
penyelesaian yang berbeda atau tidak. Sedangkan kebaruan
diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk menghasilkan soal
yang “tidak biasa” antara satu dengan yang lain dalam konsep
ataupun konteksnya, tidak b iasa dibuat siswa dapat diketahui
melalui wawancara, dengan menanyakan apakah sebelumnya siswa
tersebut sudah pernah membuat, membaca atau mengerjakan soal
yang telah dibuat.
Berdasarkan pernyataan Silver tersebut, maka hubungan
ko mponen kreativitas (produk berp ikir kreatif) dengan pengajuan
masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Tabel 2.2
Hubungan Komponen Kreati vitas deng an Pengajuan Masalah
Komponen
Pengajuan Masal ah
Kreati vi tas
Kefasihan
Siswa membuat banyak masalah
yang dapat dipecahkan
Fleksibilitas
Siswa mengajukan masalah yang
mempunyai cara penyelesaian yang
berbeda-beda
Kebaruan
Siswa memeriksa beberapa masalah
yang
diajukan,
kemudian
mengajuakn suatu masalah yang
berbeda (tidak biasa atau baru)

E. Beberapa faktor yang Mempeng aruhi Proses Pembel ajara
Beberapa faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran
adalah :
1.
Aktivitas siswa
Kegagalan atau keberhasilan belajar sangat tergantung
kepada siswa, seperti bagaimana kemampuan dan kesiapan
siswa untuk mengikuti kegiatan belajar matematika,
bagaimana sikap dan minat siswa terhadap matematika.
Disamping itu, kondisi fisiologis dan psikologis siswa serta
intelegensi berpengaruh terhadap kelancaran belajar. Kondisi
fisiologis misalnya orang yang dalam keadaan segar
jasmaninya akan lebih baik belajarnya daripada orang yang

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

17

2.

18
19
20

dalam keadaan lemah sedangkan kondisi psikologis seperti
perhatian, pengamatan, ingatan dan sebagainya berpengaruh
terhadap kegiatan belajar seseorang18 .
Aktivitas siswa merupakan faktor yang sangat penting
dalam proses belajar mengajar dengan pendekatan Problem
posing tipe pre solution posing. Problem posing tipe pre
solution posing dibawah naungan paham konstruktivisme,
selama proses belajar mengajar berlangsung diharapkan siswa
terlibat aktif dan sungguh-sungguh dalam semua keg iatan
untuk menemukan suatu prosedur atau konsep.
Aktivitas siswa yang sesuai dengan prinsip dan
karakteristik dalam Pendekatan Problem posing tipe pre
solution posing19 adalah :
a. Mendengar/memperhatikan penjelasan guru
b. Merespon motivasi guru, membaca dan memahami LKS
c. Mengerjakan LKS secara berkelo mpok
d. Berd iskusi dengan teman sekelo mpok
e. Berd iskusi dengan guru, memp resentasikan hasil
pengerjaan kelo mpok
f. Mendengar/memperhatikan presentasi kelo mpok lain
g. Menanggapi hasil pengerjaan kelo mpok lain
h. Mencatat/menulis catatan yang relevan dengan kegiatan
pembelajaran
i. Perilaku yang tidak relevan dengan KBM (bergurau,
jalan-jalan, mengganggu teman dalam kelo mpo k dan
melamun)
Pengelolaan pembelajaran oleh Gu ru
Penguasaan materi dan cara penyampaiannya
merupakan syarat mutlak bagi seorang guru. Seseorang guru
yang tidak menguasai materi Matematika dengan baik, tidak
mungkin ia dapat mengajar matematika dengan baik.
Demikian juga seorang guru yang tidak menguasai berbagai
cara penyampaian dapat menimbu lkan kesulitan siswa dalam
memahami pelajaran Matematika 20 .

Herman, Hudoyo, Teori Dasar Mengajar Matematika.(Jakarta : Depdikbud) h 77
Siti, Amin M. 2004. Instrumen Penelitian. Surabaya hal : 4
Herman, Hudoyo. Op cit h 5

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

18

F.

21

Kemampuan guru yang sesuai dengan prinsip dan
karakteristik dalam mengelola pembelajaran Matematika
dengan pendekatan Problem posing tipe pre solution posing21
meliputi :
a. Menyampaikan tujuan pembelajaran
b. Memotivasipeserta didik untuk belajar
c. Menjelaskan materi dengan benar dan dengan bahasa
yang mudah dimengerti peserta didik
d.
Mengorganisasikan siswa kedalam kedalam kelo mpok
belajar dengan membagikan LKS
e. Memberi kesempatan siswa untuk menanyakan hal-hal
yang belum dipahami dari LKS
f. Memberi waktu yang cukup kepada peserta didik untuk
mengerjakan LKS secara berkelo mpok
g. Memberikan peserta didik untuk memp resentasikan
hasil diskusinya
h. Memberikan kesempatan kelo mpok lain untuk
memberikan tanggapan serta sanggahan
i. Memberikan pujian terhadap pendapat kelompok
j. Menegaskan kembali kesimpulan materi
k. Menyampaikan materi yang akan dipelajari selanjutnya
Akti vitas Siswa Dal am Kelompok
Dalam proses pembelajaran siswa diharap kan dapat
membangun sendiri pengetahuannya, ini berarti para siswa harus
secara aktif terlibat selama pembelajaran. Semakin akt if siswa
semakin efektif pembelajaran. Agar siswa mampu mengkonstruksi
pengetahuannya dengan pemikirannya sendiri sesuai dengan
situasinya maka, situasi mengajar dan lingkungan belajar perlu
juga disesuaikan dengan kebutuhan siswa salah satunya melalui
model pembelajaran kooperatif. Aktiv itas pembelajaran kooperatif
menekankan pada kesadaran siswa perlu belajar untuk
mengaplikasikan pengetahuan, konsep, keteramp ilan kepada siswa
yang membutuhkan atau anggota lain dalam kelo mpo knya,
sehingga belajar kooperatif dapat saling men guntungkan antara
siswa yang berprestasi rendah dan siswa yang berprestasi tinggi.
Berdasarkan penelitian yang dilaku kan Slavin tentang pengaruh
pembelajaran kooperatif terhadap hasil belajar pada semua tingkat

Siti, Amin M. 2004. Op cit h 6

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

19

kelas dan semua bidang studi menunjukkan bahwa kelas kooperatif
menunjukkan hasil belajar akademik yang signifikan lebih tinggi
dibandingkan kelo mpok ontrol. 22
G. Hi potesis Penelitian
H0 : Tingkat kreat ivitas siswa sebelum mengikuti pembelajaran
dengan pendekatan Problem posing tipe pre solution posing
sama dengan Tingkat kreativitas siswa sesudah mengikuti
pembelajaran dengan pendekatan Problem posing tipe pre
solution posing
H1 : Tingkat kreat ivitas siswa sebelum mengikuti pembelajaran
dengan pendekatan Problem posing tipe pre solution posing
tidak sama dengan Tingkat kreat ivitas siswa sesudah
mengikuti pembelajaran dengan pendekatan Problem
posing tipe pre solution posing

H. MATERI LIMAS

Gambar 2.1
Contoh atap rumah berbentuk limas
Pada bagian atap rumah d iatas, dapat digambar sebagai berikut:

22

Ibrahim, M.2000. Pengajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya : UNESA

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

20

Titik
punc

T
ting
Sisi
D

C
F

A

al

B

Gambar 2.2
Bangun limas
Dalam matematika gambar di tas disebut sebagai limas. Limas
adalah bangun ruang yang dibatasi oleh sebuah bidang
segibanyak sebagai sisi alas dan sisi-sisi tegak berbentuk segitiga.
Limas diatas dibatasi sebuah alas yang berbentuk persegi panjang
dan empat sisi tegak yang berbentuk segitiga. Berikut ini macammacam limas di antaranya :

Limas
segitiga

Limas
segi

Limas
lima
beratura
n

Gambar 2.3
segi
Gambar macam-macam li mas

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

21



Luas permukaan limas :

1.

2.
3.
4.

Gambar 2.4
Gambar limas dan jaring-jaring limas
Perhatikan gambar jaring-jaring limas segiempat diatas ! limas
tersebut memiliki sebuah sisi alas yang berbentuk persegi dan
memiliki 4 buah sisi tegak yang berbentuk segitiga
Bidang ABCD merupakan sisi alas dari Limas.
Bidang ABE, BCE, CDE, dan ADE merupakan sisi tegak dari
Limas.
Luas Permukaan Limas bisa didapat dari menghitung luas
jaring-jaringnya.
Luas Permu kaan Limas = Luas Jaring-Jaring Limas
=luas alas+ 4 sisi tegak

KESIMPULAN
Ru mus Luas Permu kaan Limas = Luas alas + n × sisi tegak


Volume limas
Perhatikan dua bangun bangun ruang A dan B di bawah ini.
Gambar 2.5 berbentuk balo k dan gambar 2.6 berbentuk limas.
Bangun-bangun tersebut mempunyai ukuran luas alas yang sama,
dan tinggi limas sama dengan tinggi balok.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

22

T

D

C
B

A gambar 2.6
Gambar 2.5
Apabila bangun ruang B di isi penuh dengan pasir
kemudian dituangkan ke dalam bangun ruang A, maka bangun
ruang A terisi 1 3 bagiannya.
Selain dengan percobaan di atas, untuk menentukan volume
limas dapat pula diperoleh melalui teori matematis. Yaitu melalu i
pemotongan kubus pada diagonal ruangnya. Seperti tampak d i
bawah ini:

Gambar 2.7
Gambar limas dal am kubus
Kubus ABCD.EFGH dengan panjang AB = a dan T adalah
titik potong diagonal ruangnya. T.ABCD adalah bangun ruang
berbentuk limas
Dalam kubus ABCD.EFGH diatas terdiri atas 6 buah limas
yang ukurannya sama.
1
Tinggi limas T.ABCD = × a
2
Luas alas limas T.A BCD = a × a
Vo lu me kubus = 6 × V.limas T.A BCD
a3 = 6 × V.limas T.A BCD

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

23

1

1

3

2

V.limas T.ABCD = ×

a × a2

1

= × t × luas alas
3

KESIMPULAN
1

Ru mus Volu me Limas = = × Luas alas× t limas
3

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu atau
biasa disebut Quasi Eksperimen karena penelit i hanya
menggunakan kelas eksperimen tanpa adanya kelas kontrol.
Dengan desain pre-test post-test satu kelompok (one group pre-test
post-test design), yaitu sebuah desain penelitian yang digunakan
dengan cara memberikan tes awal dan tes akhir terhadap subjek
penelitian.
B. Rancangan Penelitian
Penelit ian ini menggunakan rancangan penelitian one group
pre-test post-test design. Dalam penelitian in i hanya ada satu objek
penelitian yang berfungsi sebagai kelo mpok kontrol (sebelum
dikenakan perlakuan) maupun kelo mpok eksperimen (setelah
dikenakan perlakuan). Adapun rancangan penelitian adalah sebagai
berikut :

O1

X

O2

Keterangan :
O1 :Tingkat kreat ivitas matemat ika siswa sebelum mengikuti
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Problem
posing tipe pre solution posing
X :Perlakuan (Pembelajaran dengan pendekatan Problem posing
tipe pre solution posing)
O2 :Tingkat kreat ivitas matematika siswa setelah mengikuti
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Problem
posing tipe pre solution posing
C. Tempat Penelitian
Penelit ian ini dilaksanakan pada tanggal 18 Mei – 31 Mei 2016
di kelas VIII A SMP Darul Ulu m Tapen Jo mbang.

24

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

25

D. Populasi dan Sampel
1. Populasi penelitian
Dalam penelitian in i, populasi yang digunakan adalah
sebanyak 147 siswa dari kelas VIII-A sampai dengan VIII-E
SMP Darul Ulu m Tapen Jombang tahun pelajaran 2015-2016.
2. Sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik Random
Sampling atau secara acak, karena menurut pendapat guru
bidang studi kemampuan awal setiap kelas adalah sama atau
homogen (tidak dibedakan antara anak-anak berkemampuan
tinggi dengan anak-anak berkemampuan rendah). Sehingga
diperoleh sampel penelitian yaitu kelas VIII A SMP Darul
Ulu m Tapen Jo mbang sebanyak 30 siswa.
E. Vari abel Peneliti an
Penelit ian in i terdiri dari dua variabel, yaitu variabel
independen dan variabel dependen.
1. Variabel Independen
Variabel independen dari penelitian ini adalah
pembelejaran matematika dengan pendekatan Problem
posing tipe pre solution posing.
2. Variabel Dependen
Variabel dependen dari penelit ian ini adalah
kreativ itas siswa dalam pengajuan soal matemat ika
F.

Hi potesis Penelitian
Dari uraian di atas, maka akan dikemu kakan hipotesis sebagai
berikut:
H0 : Tingkat kreat ivitas siswa sebelum mengikuti pembelajaran
dengan pendekatan Problem posing tipe pre solution posing
sama dengan Tingkat kreat ivitas siswa sesudah mengikuti
pembelajaran dengan pendekatan Problem posing tipe pre
solution posing
H1 : Tingkat kreat ivitas siswa sebelum mengikuti pembelajaran
dengan pendekatan Problem posing tipe pre solution posing
tidak sama dengan Tingkat kreativitas siswa sesudah
mengikuti pembelajaran dengan pendekatan Problem posing
tipe pre solution posing

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

26

G. Prosedur penelitian
Berdasarkan rancangan diatas maka prosedur penelitian in i
adalah sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan
Dalam tahap ini peneliti menyiapkan beberapa hal yang harus
dilakukan sebelum penelit ian antara lain :
i. Pembuatan kesepakatan dengan kepala sekolah dan guru
bidang studi Matematika d i sekolah yang akan dijadikan
tempat penelit ian, meliputi:
a. Kelas yang akan digunakan dalam penelitian
b. Waktu yang akan digunakan untuk melaksanakan
penelitian
c. Materi yang akan digunakan dalam penelit ian
d. Pengamat yang akan mengikuti proses penelitian.
ii. Penyusunan perangkat pembelajaran yang meliputi :
a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang
terdiri dari sebuah RPP (terdapat pada lampiran A)
untuk satu kali pertemuan. RPP ini dikonsultasikan
terlebih dahulu kepada dosen pembimbing dan
divalidasi.
b. Lembar Keg iatan Siswa (LKS)
Lembar Kegiatan Siswa (LKS) yang terdiri dari
satu LKS untuk satu kali pertemuan (terdapat pada
lampiran A). LKS in i dikonsultasikan terlebih dahulu
kepada dosen pembimb ing dan divalidasi.
iii. Penyusunan instrumen penelit ian yang meliputi :
a. Lembar
pengamatan
pengelolaan
pembelajaran
matemat ika dengan Pendekatan Problem posing tipe pre
solution posing untuk meningkat kan kreat ivitas siswa
oleh guru
b. Soal tes kreat ivitas siswa
iv. Mengkonsultasikan instrumen kepada dosen pembimbing
2. Tahap Pelaksanaan
Tahap setelah itu adalah tahap pelaksanaan yang mana dalam
tahap ini ada beberapa langkah yakni :
i. Sebelu m proses pembelajaran diadakan pengamatan tentang
kreativ itas siswa (pre-test kreativitas untuk mengetahui
tingkat awal kreativ itas siswa)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

27

ii. Me

Dokumen yang terkait

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN PROBLEM POSING TIPE Penerapan Strategi Pembelajaran Problem Posing Tipe Post Solution Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Dan Keberanian Bertanya Matematika (PTK Pada Siswa Kelas X Semester Ganjil SMK Muhammadiya

0 1 18

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING TIPE PRE SOLUTION POSING UNTUK MENINGKATKAN MPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING TIPE PRE SOLUTION POSING UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR MATEMATIKA ( PTK Kelas VII Semester Gasal SMP N 1 Bulu

0 1 15

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING TIPE Penerapan Model Pembelajaran Problem Posing Tipe Pre Solution Posing Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika pada Siswa Kelas V SDN Cepokosawit II Tahun Pelajaran 2011/ 2012.

0 1 15

PENDAHULUAN Upaya Peningkatan Pemahaman Konsep Matematika Melalui Model Pembelajaran Problem Posing Tipe Pre Solution Posing ( PTK Pada Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 3 Semin ).

0 0 6

OPTIMALISASI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING TIPE Optimalisasi Model Pembelajaran Problem Posing Tipe Pre Solution Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa Kelas VII SMP N 3 Colomadu Pada Pokok Bahasan Segi Empat Tahun Ajaran 201

0 0 17

OPTIMALISASI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING TIPE Optimalisasi Model Pembelajaran Problem Posing Tipe Pre Solution Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa Kelas VII SMP N 3 Colomadu Pada Pokok Bahasan Segi Empat Tahun Ajaran 201

0 1 15

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING TIPE PRE SOLUTION POSING UNTUK MENINGKATKAN Implementasi Model Pembelajaran Problem Posing Tipe Pre Solution Posing Untuk Meningkatkan Keaktifan Dan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas Xi Ipa Sma Negeri 1 Kar

0 0 15

EKSPERIMENTASI MODEL PROBLEM POSING TIPE WITHIN SOLUTION POSING, TIPE PRE SOLUTION POSING DAN TIPE POST SOLUTION POSING PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DITINJAU DARI KEMAMPUAN PENALARAN SISWA KELAS VIII SMP NEGERI DI KABUPATEN BANJARNEGARA.

0 0 18

PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN PROBLEM POSING TIPE PRE SOLUTION POSING DENGAN PROBLEM POSING TIPE POST SOLUTION POSING DI KELAS VIII SMP NEGERI 1 BANYUMAS

0 0 16

BAB II LANDASAN TEORI A. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis - PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN PROBLEM POSING TIPE PRE SOLUTION POSING DENGAN PROBLEM POSING TIPE POST SOLUTION POSING DI KELAS VIII SMP NEGERI

0 0 15