Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Etos Kerja Guru Belum Bersertifikasi dengan Guru Bersertifikasi di Sekolah Dasar Negeri UPT Dinpendik Kecamatan Kaloran T2 942011083 BAB IV
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1 Karakteristik Responden
Karakteristik responden diungkap dari aspek jenis kelamin, usia, masa kerja golongan, dan pangkat golongan. Data tersebut dapat dilihat pada tabel 4.1 sampai tabel 4.4.
Tabel 4.1
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
Guru Belum Bersertifikasi
Guru Bersertifikasi Frekuensi Prosentase Frekuensi Prosentase
L 28 47% 45 46%
P 32 53% 53 54%
Jml 60 100% 98 100%
Sumber: Data primer yang diolah tahun 2013
Pada Tabel 4.1 menunjukkan bahwa responden pada penelitian ini sebagian besar berjenis kelamin perempuan (53%) bagi guru yang belum bersertifikasi dan (54%) bagi guru bersertifikasi berjenis kelamin perempuan.
(2)
Tabel 4.2
Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Usia
Guru Belum Bersertifikasi
Guru Bersertifikasi Frekuensi Prosentase Frekuensi Prosentase
21-25 th 2 3,33% 0 0
26-30 th 10 16,67% 0 0
31-35 th 4 6,67% 0 0
36-40 th 7 11,67% 3 3,07% 41-45 th 17 28,33% 11 11,22% 46-50 th 15 25% 23 23,47% 51-55 th 4 6,67% 34 34,69% 56-60 th 1 1,66% 27 27,55%
Jml 60 100% 98 100%
Sumber: Data primer yang diolah tahun 2013
Pada Tabel 4.1 menunjukkan bahwa responden pada penelitian ini sebagian besar berusia 41-45 tahun (28,33%) bagi guru belum bersertifikasi sedang-kan guru bersertifikasi berusia 51-55 tahun (34,69%).
Tabel 4.3
Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja Golongan
Masa kerja Guru Belum
Bersertifikasi
Guru Bersertifikasi frekuensi Prosentase frekuensi Prosentase
01-05 th 14 23,33% 0 0 06-10 th 10 16,67% 1 1,02% 11-15 th 8 13,33% 13 13,27% 16-20 th 13 21,67% 21 21,43% 21-25 th 12 20% 24 24,49% 26-30 th 3 5% 28 28,57% 31-35 th 0 0 11 11,22%
36-40 th 0 0 0 0
Jml 60 100% 98 100%
(3)
Pada Tabel 4.1 menunjukkan bahwa responden pada penelitian ini mempunyai masa kerja sebagian besar golongan 01-05 tahun (23,33%) bagi guru yang belum bersertifikasi sedangkan guru bersertifikasi
mempunyai masa kerja golongan 26–30 tahun
(28,57%)
Tabel 4.4
Karakteristik Responden Berdasarkan Pangkat Golongan
Pangkat Golongan
Guru Belum Bersertifikasi
Guru Bersertifikasi frekuensi Prosentase frekuensi Prosentase
II/a-II/b 4 7% 0 0
II/c-II/d 19 31% 0 0
III/a-III/b 24 40% 10 10,20% III/c-III/d 7 12% 19 19,39% IV/a-IV/b 6 10% 69 70,41%
IV/c-IV/d 0 0 0 0
Jml 60 100% 98 100%
Sumber: Data primer yang diolah tahun 2013
Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan responden dalam penelitian ini sebagian besar guru yang belum bersertifikasi mempunyai pangkat golongan III/a – III/b (40%) sedang untuk guru bersertifikasi mempu-nyai pangkat golongan IV/a-IV/b (70,41%).
4.2 Analisis Data
4.2.1 Analisis Diskriptif Variabel Etos Kerja Guru Diskripsi klasifikasi distribusi frekuensi etos kerja guru yang belum bersertifikasi dan guru yang
(4)
bersertifikasi dapat terlihat pada tabel 4.5 dan 4.6 sebagai berikut.
Tabel 4.5
Diskripsi Frekuensi Etos Kerja Guru Belum Bersertifikasi
Kategori Rentang Skor Frekuensi
Guru
Prosentase
Sangat Tinggi 224 – 263 15 25% Tinggi 184 – 223 45 75% Sedang 144 – 183 0 0 Rendah 104 – 143 0 0 Sangat Rendah 65 – 103 0 0
Jumlah 60 100%
Sumber: Data Primer yang diolah tahun 2013
Tabel 4.5 menunjukkan sebagian besar etos kerja guru belum bersertifikasi di UPT Dinpendik Kecamatan Kaloran berada pada kategori Tinggi ( 75%)
Tabel 4.6
Diskripsi Frekuensi Etos Kerja Guru Bersertifikasi
Kategori Rentang Skor Frekuensi
Guru
Prosentase
Sangat Tinggi 224 – 263 12 12% Tinggi 184 – 223 84 86%
Sedan 144 – 183 2 2%
Rendah 104 – 143 0 0
Sangat Rendah 65 – 103 0 0
Jumlah 98 100%
Sumber: Data Primer yang diolah tahun 2013
Tabel 4.6 menunjukkan sebagian besar etos kerja guru bersertifikasi di UPT Dinpendik Kecamatan Kaloran berada pada kategori Tinggi (86%).
(5)
4.3
Uji Normalitas
Tabel 4.7 Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova
Statistic df Sig.
VAR00001 .120 301 .194
VAR00002 .476 301 .168
a. Lilliefors Significance Correction
Hasil uji normalitas dengan uji Kolmogorov-Smirnov, tingkat signifikasi pada etos kerja kelompok guru bersertifikasi sebesar 0,194 > 0,05 sedangkan etos kerja pada kelompok guru belum bersertifikasi nilai signifikasi 0,168 > 0,05, sehingga kedua variabel Etos Kerja Guru Belum Bersertifikasi dan guru bersertifikasi mempunyai sebaran/distribusi data yang normal.
4.4 Uji Homogenitas
Tabel 4. 8
Test of Homogeneity of Variances
VAR00001
Levene Statistic df1 df2 Sig.
8.791 1 299 .157
(6)
Berdasarkan hasil perhitungan uji homogenitas diketahui bahwa signifikasi sebesar 0,157. Karena signifikasi lebih dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa etos kerja kelompok guru bersertifikasi dengan kelompok guru belum bersertifikasi mempunyai varian yang homogen.
4.5
Analisis
Perbedaan
Mean
Variabel
Penelitian
4.5.1 Perbedaan Etos Kerja Guru Belum Sertifikasi dengan Guru Bersertifikasi
Tabel 4.9 Group Statistics
VAR 00002
N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
VAR 00001
1 98 68.772 14.15656 1.43003 2 60 51.172 14.10417 1.82084
Berdasarkan Tabel 4.9 di atas terlihat bahwa rata-rata (mean) etos kerja guru bersertifikasi lebih besar dibandingkan dengan rata-rata (mean) etos kerja guru belum bersertifikasi dengan selisih mean sebesar 17,600.
(7)
4.5.2 Analisis Perbedaan Etos kerja Guru Belum Sertifikasi Dengan Guru Bersertifikasi
Tabel 4.10
Analisis Etos Kerja Guru Belum Bersertifikasi Dengan Guru Bersertifikasi
Independent Samples Test
Levene's Test for Equality
of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df
Sig. (2-tai led) Mean Diffe rence Std. Error Diffe rence 95% Confidence Interval of the
Difference Lower Upper
VAR 000 01 Guru Berser-tifikasi
.230 .012 5.295 156 .197 17,600 2.31734 -7.57878 1.57606 Guru
belum serti-fikasi
5.296 125.246 .197 17,600 2.31526 -7.58347 1.58074
Berdasarkan perhitungan uji beda rata-rata antara kelompok etos kerja guru bersertifikasi dengan kelompok etos kerja guru belum bersertifikasi diper-oleh hasil thitung sebesar 5,295 untuk kelompok guru
bersertifikasi sedangkan kelompok guru belum sertifi-kasi sebesar 5,296 dengan signifikansi 0,012<0,05. Dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara etos kerja kelompok guru berserti-fikasi dengan kelompok etos kerja guru belum berser-tifikasi.
(8)
4.6 Uji Hipotesis
Penelitian ini menguji satu hipotesis yang diajukan yaitu: Ada perbedaan yang signifikan etos kerja antara kelompok guru belum bersertifikasi dengan kelompok guru bersertifikasi di Sekolah Dasar UPT Dinpendik Kecamatan Kaloran.
Hasil penelitian ini, terdapat perbedaan yang signifikan antara etos kerja guru belum bersertifikasi dengan kelompok etos kerja guru bersertifikasi di sekolah dasar negeri UPT Dinas Pendidikan Keca-matan Kaloran, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima.
4.7 Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan perhitungan uji t kelompok etos kerja guru yang belum sertifikasi dan kelompok guru bersertifikasi diperoleh thitung sebesar 5,295, untuk
kelompok guru bersertifikasi sedangkan kelompok guru belum sertifikasi sebesar 5,296 dengan signifi-kansi 0,012<0,05, menunjukkan adanya perbedaan etos kerja guru yang belum bersertifikasi dengan guru bersertifikasi.
Terjadinya perbedaan yang signifikan antara etos kerja guru belum bersertifikasi dengan guru bersertifikasi pada dasarnya dipengaruhi oleh bebe-rapa faktor, yaitu:
(9)
4.7.1 Faktor Internal
Faktor mental psikologis, responden dalam penelitian ini untuk kelompok guru yang belum bersertifikasi rata-rata berusia 41-45 tahun sebesar 28,33% sedangkan guru bersertifikasi sebagian besar rata-rata berusia 51-55 tahun sebesar 34,69%. Untuk itu responden yang berusia rata-rata 41-45 tahun mental psikologisnya dalam kondisi masih labil dan masih gampang terpengaruh, sedang responden yang rata-rata berusia 51-55 tahun kondisi mental psiko-logisnya sudah stabil dan tidak mudah terpengaruh.
Dalam hal ini akan berpengaruh sekali terhadap etos kerja masing-masing kelompok baik guru bersertifikasi maupun guru belum bersertifikasi. Mental psikologis guru belum bersertifikasi yang labil akan mempenga-ruhi etos kerjanya, semakin tidak labil mental psiko-logisnya, etos kerjanya semakin
rendah, sedangkan mental psikologis guru
bersertifikasi yang stabil etos kerjanya semakin tinggi. Hal ini sesuai dengan teori Miller (dalam Suma’mur, 1996) sebuah teori tentang manusia, beban kerja dan faktor-faktor yang mempe-ngaruhi etos kerja. Faktor mental psikologis yaitu pada suasana kerja, hubungan di antara pekerja maupun dengan atasan, pemilihan kerja. Misalnya pada hubungan kerja yang tidak harmonis akan menjadi penyebab daya kerja atau etos kerja dalam bekerja menjadi menurun, lambat dan bekerja hanya setengah setengah.
(10)
Faktor jenis kelamin, responden dalam
penelitian ini untuk kelompok guru belum
berserifikasi, maupun kelompok guru bersetifikasi
sama-sama sebagian besar berjenis kelamin
perempuan, walau berbeda sedikit prosentasenya.
Guru belum bersertifikasi (53%) sedang guru
bersertifikasi (54%), mengingat kondisi sekolah dasar negeri di UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Kaloran secara geografis wilayahnya terdiri dari pegunungan dan perbukitan maka hal ini sangat berpengaruh sekali terhadap etos kerja gurunya apalagi sebagian besar berjenis kelamin perempuan, semakin sulit daerah yang dijangkau dalam melaksanakan tugas semakin rendah etos kerja guru dalam melaksanakan tugasnya, dan semakin gampang lokasi kerjanya
semakin tinggi pula etos kerja guru dalam
melaksanakan tugasnya.
4.7.2 Faktor Eksternal
Faktor sosial, ekonomi dan kultural, responden dalam penelitian ini untuk kelompok guru belum bersertifikasi sebagian besar masa kerjanya 01-05 tahun (23,33%) sedangkan kelompok guru berserti-fikasi sebagian besar masa kerjanya 26-30 (28,57%) dengan masa kerja 01-05 tahun guru belum berser-tifikasi tentunya belum begitu banyak pengalaman dalam menghadapi situasi dilapangan yang begitu banyak ragamnya sehingga hal ini akan mempenga-ruhi etos kerjanya, semakin pendek masa kerja seorang guru akan mempengaruhi etos kerjanya menjadi rendah. Bagi guru bersertifikasi sebagian besar dengan masa kerja 26-30 tahun (28,57%) terasa
(11)
sudah banyak pengalaman di lapangan tentu saja akan mempengruhi etos kerjanya, semakin banyak masa kerja guru bersertifikasi semakin tinggi pula etos kerjanya.
Hal ini sesuai dengan teori Miller (dalam Suma’mur, 1996) sebuah teori tentang manusia, beban kerja dan faktor-faktor yang mempengaruhi etos kerja. Bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi etos kerja guru adalah ada yang timbul dari dalam (internal) dan dari luar (eksternal), yang internal misal-nya: usia, jenis kelamin, kesehatan, watak. Sedang yang eksternal misalnya: gaji, tunjangan, sosial, lingkungan kerja.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil peneli-tian Sholihah, (2003) bahwa terdapat perbedaan etos kerja yang signifikan antara guru yang belum serti-fikasi dengan guru bersertiserti-fikasi di Madrasah Aliyah se-Kabupaten Rembang, ditunjukkan oleh hasil uji-t sebesar 4,944, dengan dk = 58 yang menunjukkan signifikan bila dikonsultasikan dengan tabel harga baik pada taraf signifikansi P= 0,01 maupun P = 0,05.
Penelitian ini tidak sejalan dengan hasil pene-litian Darmini (2011) berpendapat bahwa etos kerja guru non sertifikasi dengan guru bersertifikasi di Kecamatan Kandangan tidak ada perbedaan yang signifikan. Rata-rata perolehan skor guru bersertifikasi memiliki etos kerja yang lebih tinggi dari pada guru yang belum bersertifikasi. Ternyata program sertifikasi
(12)
guru yang diharapkan dapat meningkatkan etos kerja ternyata tidak banyak berpengaruh dalam mengubah etos kerja guru yang bersertifikasi.
(1)
4.5.2 Analisis Perbedaan Etos kerja Guru Belum Sertifikasi Dengan Guru Bersertifikasi
Tabel 4.10
Analisis Etos Kerja Guru Belum Bersertifikasi Dengan Guru Bersertifikasi
Independent Samples Test
Levene's Test for Equality
of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df Sig. (2-tai led) Mean Diffe rence Std. Error Diffe rence 95% Confidence Interval of the
Difference Lower Upper
VAR 000 01 Guru Berser-tifikasi
.230 .012 5.295 156 .197 17,600 2.31734 -7.57878 1.57606
Guru belum serti-fikasi
5.296 125.246 .197 17,600 2.31526 -7.58347 1.58074
Berdasarkan perhitungan uji beda rata-rata antara kelompok etos kerja guru bersertifikasi dengan kelompok etos kerja guru belum bersertifikasi diper-oleh hasil thitung sebesar 5,295 untuk kelompok guru
bersertifikasi sedangkan kelompok guru belum sertifi-kasi sebesar 5,296 dengan signifikansi 0,012<0,05. Dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara etos kerja kelompok guru berserti-fikasi dengan kelompok etos kerja guru belum berser-tifikasi.
(2)
4.6 Uji Hipotesis
Penelitian ini menguji satu hipotesis yang diajukan yaitu: Ada perbedaan yang signifikan etos kerja antara kelompok guru belum bersertifikasi dengan kelompok guru bersertifikasi di Sekolah Dasar UPT Dinpendik Kecamatan Kaloran.
Hasil penelitian ini, terdapat perbedaan yang signifikan antara etos kerja guru belum bersertifikasi dengan kelompok etos kerja guru bersertifikasi di sekolah dasar negeri UPT Dinas Pendidikan Keca-matan Kaloran, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima.
4.7 Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan perhitungan uji t kelompok etos kerja guru yang belum sertifikasi dan kelompok guru bersertifikasi diperoleh thitung sebesar 5,295, untuk
kelompok guru bersertifikasi sedangkan kelompok guru belum sertifikasi sebesar 5,296 dengan signifi-kansi 0,012<0,05, menunjukkan adanya perbedaan etos kerja guru yang belum bersertifikasi dengan guru bersertifikasi.
Terjadinya perbedaan yang signifikan antara etos kerja guru belum bersertifikasi dengan guru bersertifikasi pada dasarnya dipengaruhi oleh bebe-rapa faktor, yaitu:
(3)
4.7.1 Faktor Internal
Faktor mental psikologis, responden dalam penelitian ini untuk kelompok guru yang belum bersertifikasi rata-rata berusia 41-45 tahun sebesar 28,33% sedangkan guru bersertifikasi sebagian besar rata-rata berusia 51-55 tahun sebesar 34,69%. Untuk itu responden yang berusia rata-rata 41-45 tahun mental psikologisnya dalam kondisi masih labil dan masih gampang terpengaruh, sedang responden yang rata-rata berusia 51-55 tahun kondisi mental psiko-logisnya sudah stabil dan tidak mudah terpengaruh.
Dalam hal ini akan berpengaruh sekali terhadap etos kerja masing-masing kelompok baik guru bersertifikasi maupun guru belum bersertifikasi. Mental psikologis guru belum bersertifikasi yang labil akan mempenga-ruhi etos kerjanya, semakin tidak labil mental psiko-logisnya, etos kerjanya semakin rendah, sedangkan mental psikologis guru bersertifikasi yang stabil etos kerjanya semakin tinggi.
Hal ini sesuai dengan teori Miller (dalam Suma’mur,
1996) sebuah teori tentang manusia, beban kerja dan faktor-faktor yang mempe-ngaruhi etos kerja. Faktor mental psikologis yaitu pada suasana kerja, hubungan di antara pekerja maupun dengan atasan, pemilihan kerja. Misalnya pada hubungan kerja yang tidak harmonis akan menjadi penyebab daya kerja atau etos kerja dalam bekerja menjadi menurun, lambat dan bekerja hanya setengah setengah.
(4)
Faktor jenis kelamin, responden dalam penelitian ini untuk kelompok guru belum berserifikasi, maupun kelompok guru bersetifikasi sama-sama sebagian besar berjenis kelamin perempuan, walau berbeda sedikit prosentasenya. Guru belum bersertifikasi (53%) sedang guru bersertifikasi (54%), mengingat kondisi sekolah dasar negeri di UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Kaloran secara geografis wilayahnya terdiri dari pegunungan dan perbukitan maka hal ini sangat berpengaruh sekali terhadap etos kerja gurunya apalagi sebagian besar berjenis kelamin perempuan, semakin sulit daerah yang dijangkau dalam melaksanakan tugas semakin rendah etos kerja guru dalam melaksanakan tugasnya, dan semakin gampang lokasi kerjanya semakin tinggi pula etos kerja guru dalam melaksanakan tugasnya.
4.7.2 Faktor Eksternal
Faktor sosial, ekonomi dan kultural, responden dalam penelitian ini untuk kelompok guru belum bersertifikasi sebagian besar masa kerjanya 01-05 tahun (23,33%) sedangkan kelompok guru berserti-fikasi sebagian besar masa kerjanya 26-30 (28,57%) dengan masa kerja 01-05 tahun guru belum berser-tifikasi tentunya belum begitu banyak pengalaman dalam menghadapi situasi dilapangan yang begitu banyak ragamnya sehingga hal ini akan mempenga-ruhi etos kerjanya, semakin pendek masa kerja seorang guru akan mempengaruhi etos kerjanya menjadi rendah. Bagi guru bersertifikasi sebagian besar dengan masa kerja 26-30 tahun (28,57%) terasa
(5)
sudah banyak pengalaman di lapangan tentu saja akan mempengruhi etos kerjanya, semakin banyak masa kerja guru bersertifikasi semakin tinggi pula etos kerjanya.
Hal ini sesuai dengan teori Miller (dalam
Suma’mur, 1996) sebuah teori tentang manusia,
beban kerja dan faktor-faktor yang mempengaruhi etos kerja. Bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi etos kerja guru adalah ada yang timbul dari dalam (internal) dan dari luar (eksternal), yang internal misal-nya: usia, jenis kelamin, kesehatan, watak. Sedang yang eksternal misalnya: gaji, tunjangan, sosial, lingkungan kerja.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil peneli-tian Sholihah, (2003) bahwa terdapat perbedaan etos kerja yang signifikan antara guru yang belum serti-fikasi dengan guru bersertiserti-fikasi di Madrasah Aliyah se-Kabupaten Rembang, ditunjukkan oleh hasil uji-t sebesar 4,944, dengan dk = 58 yang menunjukkan signifikan bila dikonsultasikan dengan tabel harga baik pada taraf signifikansi P= 0,01 maupun P = 0,05.
Penelitian ini tidak sejalan dengan hasil pene-litian Darmini (2011) berpendapat bahwa etos kerja guru non sertifikasi dengan guru bersertifikasi di Kecamatan Kandangan tidak ada perbedaan yang signifikan. Rata-rata perolehan skor guru bersertifikasi memiliki etos kerja yang lebih tinggi dari pada guru yang belum bersertifikasi. Ternyata program sertifikasi
(6)
guru yang diharapkan dapat meningkatkan etos kerja ternyata tidak banyak berpengaruh dalam mengubah etos kerja guru yang bersertifikasi.