Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kinerja Guru Wiyata Bhakti Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Kaloran Kabupaten Temanggung T2 942011090 BAB IV

(1)

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini diuraikan analisis atau hasil penelitian beserta bahasanya. Hasil analisis dan pem-bahasannya merupakan jawaban atas persoalan pene-litian yang terdapat dalam bab satu. Pembahasan bab ini berkaitan dengan kinerja guru wiyata bhakti SD Negeri di UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Kaloran Kabupaten Temanggung.

4.1 Gambaran Responden

Penelitian ini melibatkan 6 Sekolah Dasar Negeri di wilayah dabin 1 Kecamatan Kaloran. Responden dalam penelitian ini 36 orang yang terdiri dari 6 kepala sekolah, 12 guru negeri (PNS), 12 guru wiyata bhakti dan 6 siswa sekolah dasar di lingkungan UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Kaloran.

Jadi masing-masing kepala sekolah diikutserta-kan sebagai responden, sementara guru yang diambil dari PNS, tiap-tiap SD hanya beberapa orang begitu juga dengan guru yang masih wiyata bhakti, yakni: guru PNS atau wiyata bhakti yang diambil hanya 2 sampai 3 orang tiap-tiap sekolah dasar. Untuk siswa masing-masing sekolah dasar 1 siswa.


(2)

Latar belakang responden bila dilihat dari usia, pendidikan dan masa kerja seperti yang tersaji dalam tabel dibawah ini:

Tabel 4.1

Daftar Usia, Pendidikan dan Masa Kerja Responden Responden Kepala Sekolah

USIA Pendidikan Masa Kerja

2 0-3 0 31 -40 41 -50 51 -60 Ju ml ah S L T A D 2 S 1 S 2 Jum lah

1-10 11 -20 21 -30 31 -40 Ju ml ah

- - 4 2 6 - - 6 - 6 - - 5 1 6

Responden Guru PNS

2 1 7 2 12 - 2 10 - 12 3 2 6 1 12

Responden Guru Wiyata Bhakti

9 2 1 12 1 3 8 - 12 11 - 1 - 12

Sumber: hasil wawancara, 2013

Bila dilihat dari sisi usia kepala sekolah yang berusia 20 sampai 40 tahun tidak ada, yang berusia di antara 41 tahun sampai 50 tahun ada 4 orang, usia 51 sampai 60 tahun ada 2 orang. Bisa disimpulkan bahwa di usia muda pada Sekolah Dasar Negeri hampir tidak ada yang menjadi kepala sekolah.

Dikarenakan beberapa faktor, karena persyarat-an ypersyarat-ang sulit dpersyarat-an tunjpersyarat-angpersyarat-an kepala sekolah ypersyarat-ang tidak sesuai dengan harapan. Melihat usia guru PNS (Pegawai Negeri Sipil) yang usia muda juga sangat


(3)

sedikit sekali yang berada pada usia 20 sampai 30 tahun, yaitu sebanyak dua orang; usia 31 sampai 40 tahun hanya 1 orang, tetapi yang usia 41 tahun sampai 51 tahun menunjukkan angka yang cukup tajam yaitu 7 orang. Dari tahun ke tahun selalu ada yang pensiun tetapi tidak seimbang dengan pengang-katan CPNS, bahkan dua tahun belakangan ini tidak ada pendaftaran CPNS. Hanya akhir tahun 2013 ada tes CPNS diambilkan dari guru wiyata bhakti yang sudah wiyata sampai tahun 2005. Hal tersebut meng-akibatkan sangat sedikit sekali guru PNS yang masih berusia muda atau kurang dari 35 tahun.

Guru wiyata bhakti bila kita lihat dari tabel di atas terlihat jelas bahwa usia mereka masih sangat muda yaitu antara 20 sampai 30 tahun (9 orang), dua orang berada pada usia 31 sampai 40 tahun, dan 1 orang di usia 52 tahun. Kenyataan di atas baru kita ketahui dari satu gugus terlihat jelas dan semangat dalam bekerja, tetapi pemerintah seakan-akan tidak memperhatikan nasib mereka.

Dilihat dari pendidikan, dari 6 sekolah dasar negeri yang menjadi tempat penelitian, hampir semua kepala sekolah sudah sarjana, walau dulu pada waktu pengangkatan menjadi kepala sekolah masih memiliki ijazah Diploma II. Adapun guru PNS yang memiliki ijazah Diploma II ada 2 orang, yaitu guru-guru ang-katan lama yang belum sempat meneruskan S1 kare-na beban biaya sekolah akare-naknya yang menjadi ken-dala, sehingga mereka belum berani meneruskan


(4)

per-kuliahan. Dengan demikian, dari 12 responden yang diteliti, sebagian besar sudah lulus sarjana pendidik-an, hanya dua orang yang berijasah Diploma II.

Hampir sama antara kedudukan PNS dan guru wiyata bhakti bila dipandang dari segi pendidikan. Yang masih berijasah SLTA satu orang, itu karena letak tempat tinggal yang jauh dari kota. Beliau adalah guru agama Islam yang sampai saat ini belum diangkat walau usia sudah lebih dari 50 tahun. Adapun responden yang memiliki ijazah Diploma II masih 3 orang, akan tetapi mereka tetap menguasai IPTEK, sedangkan guru wiyata bhakti yang sudah berijazah sarjana pendidikan sebanyak 8 orang.

Masa kerja kepala sekolah yang memiliki masa kerja 10 tahun tidak ada, bahkan mereka yang memiliki masa kerja antara 11 sampai 12 tahun. Mereka yang mendaftar kepala sekolah sebagian besar yang sudah mengabdi kepada bangsa dan negara cukup lama. Sebagian besar memiliki masa kerja antara 21 sampai 30 tahun, yaitu sebanyak 5 orang dari 6 orang.

Masa kerja guru PNS bervariasi, yang masa kerja 1 sampai 10 tahun sebanyak 3 orang, tetapi sebagian besar sebagai guru PNS. Mereka memiliki masa kerja antara 21 sampai 30 tahun (6 orang guru), sedangkan untuk guru wiyata bhakti mereka masih memiliki masa kerja yang sangat sedikit yaitu antara 1 sampai 10 tahun berjumlah 11 orang dari 12 orang


(5)

yang menjadi responden,

Dari data di atas jelas kita ketahui bahwa usia mereka masih relatif muda dan masih mempunyai masa kerja sedikit, tentu saja semangat kerja mereka juga baik. Sementara untuk responden dari siswa, oleh peneliti tidak dibuat dalam tabel karena usia siswa Sekolah Dasar rata-rata hampir sama, yaitu antara 6 sampai 12 tahun. Ada juga siswa yang sudah berusia lebih dari 12 tahun karena sering tidak naik kelas. Umumnya mereka adalah siswa yang memiliki kemampuan kurang, namun ada juga yang karena diajak oleh orang tuanya bekerja di luar pulau, dan di rantau tidak bersekolah.

4.2 Analisis

4.2.1 Kinerja Guru Wiyata Bhakti

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti kepada kepala sekolah, guru PNS (Pegawai Negeri Sipil), guru wiyata bhakti dan siswa di lingkungan UPT Dinas

Pendidikan Kecamatan Kaloran Kabupaten

Temanggung, sebagian besar dilakukan dengan cara wawancara. Adapun wawancara dilakukan pada saat istirahat, sedangkan untuk wawancara dengan kepala sekolah tidak harus pada jam istirahat, karena kepala sekolah memiliki waktu mengajar hanya 6 jam per minggu. Jadi untuk melakukan wawancara peneliti tidak mengalami kesulitan, yang penting ada waktu dan kesempatan peneliti langsung melakukan


(6)

wawan-cara dengan kepala sekolah. Dapat diidentifikasikan beberapa faktor yang termasuk dalam kinerja guru wiyata bhakti tentang kedisiplinan, komitmen dan tanggung jawab para guru wiyata bhakti Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Kaloran Kabupaten Temanggung.

Berikut pendapat responden yang dikemukakan oleh kepala sekolah, guru yang sudah menjadi PNS, guru wiyata bhakti sendiri dan 6 siswa tentang kedisiplinan, komitmen dan tanggung jawab guru wiyata bhakti di Sekolah Dasar Negeri di dabin 1 Kecamatan Kaloran, Kabupaten Temanggung.

Tabel 4.2

Pendapat responden tentang disiplin, komitmen dan tanggung jawab guru wiyata bhakti di lingkungan UPT Dinas Pendidikan Kecamatan

Kaloran Kabupaten Temanggung Kompo-nen Guru Wiyata Bhakti Kepala Sekolah Guru PNS Siswa Kedi-siplinan

 Kami berusaha datang sebelum jam pelajar-an mulai dan pulang sesuai jadwal yang sudah ada dan ditentu-kan  Kami

me-makai seragam sesuai tata tertib yang dibuat

 Kedisi-plinan mereka sangat baik. Datang sebelum pelajaran dimulai pulang sesuai jam kerja. 

Berpa-kaian seragam sesuai jadwal yang

 Jarang ijin tidak masuk kerja  Berpakain

rapi sesuai dengan aturan dan jadwal yang ditentukan Pemda.  Datang tepat

waktupulang sesuai jam kerja yang sudah di tentukan  Disiplin

terhadap

 Jarang tidak masuk kerja  Berpakaian

seragam  Datang

sebelum jam pelajaran dimulai, pulang setelah murid-murid pulang  Tugas

dikerjakan dengan baik, membantu menjaga dan mendidik


(7)

Pemda.  Semua

tugas beru-saha saya selesaikan dengan tepat waktu. ditentu-kan Pemda.  Selalu

buat ad-ministrasi kelas  Jarang ijin

tidak me- laksana-kan tugas  Mematuhi tata tertib yang ada tugas yang diberikan yaitu mengajar

Komitmen  Saya sangat menikmati pekerjaan ini walau gaji yang sangat minim  Mengajar

adalah salah satu ibadah yang harus kami lakukan dengan ikhlas

 Mereka bekerja penuh tanggung jawab tanpa ada unsur paksaan, selalu berkomit men ingin menjadi guru  Mereka

bekerja tanpa ada unsur paksaan dari pihak manapun 

Melaku-kan tugas walau gaji rendah

 Tetap sema-ngat dalam bekerja sebagai pengajar  Semangat

dalam men-jalankan tugasnya  Menjalankan

tugas sesuai Toproksi  Mengerjakan

tugasnya sebagai seorang pengajar  Rajin dalam

menjalankan tugas-tugas-nya

 Tidak pernah mengeluh dalam men-jalankan tugasnya  Sepenuhnya

iklas menjadi guru

 Melaksanakan tugas sebagai wali kelas  Membimbing,

mengajar dengan tulus  Tetap bekerja keras sesuai tugas pokok dan fungsi walau peng-hasilan tida sesuai harapan  Mengajar

pernuh dengan kesabaran


(8)

(9)

Kinerja guru wiyata bhakti di lingkungan UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Kaloran, mereka mem-punyai tugas yang sungguh berat yaitu:

Tugas-tugas yang mereka kerjakan adalah sebagai panitia PSB(Panitia Penerimaan Siswa Baru), membuat soal-soal UTS (Ujian Tengah Semester),

entri nilai UAS juga sebagai guru kelas secara otomatis mengerjakan admnistrasi kelas juga.

Kedisiplinan adalah latihan atau pendidikan, disiplin akan menitik beratkan pada bantuan para pegawai untuk mengembangkan sikap yang baik ter-hadap pekerjaan, disiplin yang baik akan memper-cepat tercapainya tujuan yang diinginkan pada suatu lembaga pendidikan. Kedisiplinan mereka tidak dira-gukan lagi. Berikut pendapat guru PNS tentang kediplinan guru wiyata bhakti di SD tempat mereka bekerja:

Mereka datang sebelum jam pelajaran mulai pulang sesuai jam kerja. Jarang ijin tidak masuk kerja, disiplin berpakaian rapi sesuai aturan dan jadwal yang dintentukan Pemda. Mengerjakan tugas rutin sebagai guru kelas, semua tugas dikerjakan dengan baik.

Komitmen mereka adalah melaksanakan tugas pokok sebagai pengajar, apapun yang terjadi. Mereka tetap bekerja penuh tanggung jawab tanpa ada unsur paksaan dari pihak manapun. Berikut pendapat salah satu guru PNS:

Tetap semangat dalam bekerja sebagai pengajar, melaksanakan semua tugas yang dikerjakan walau gaji mereka jauh dari harapan sangat kecil sekali,


(10)

tanpa mengeluh. Sepenuhnya ikhlas menjadi guru.

Mereka mempunyai tanggung jawab penuh pada tugas yang dibebanan, tugas diselesaikan tepat waktu sesuai yang ditentukan. Tanggung jawab penuh pada kelas yang dipegangnya, menjalankan administrasi kelas dengan penuh kesungguhan, mengajar penuh kesabaran, mengoreksi PR yang diberikan kepada siswa, bila ada siswa yang sakit rela menolong dan merawat ketika disekolah. Tugas pokok tetap dilaksanakan yaitu mendidik, mengajar dan mengasuh, bahkan mengajar ekstra-kulikuler (pramuka, seni tari, dan lain-lain).

Tanggung jawab yang begitu besar, mereka laksanakan, kesabaran dan kegigihan mereka pantas mendapat perhatian dari pemerintah, tetapi mereka belum merasakan kesejahteraan yang setimpal dengan apa yang mereka laksanakan, dengan upah yang berkisar Rp. 200.000,00 tiap bulan, hanya cukup untuk beli bensin bagi mereka yang dekat, kalau mereka yang jauh bisa mengeluarkan dari sakunya sendiri.

Kinerja guru Wiyata Bhakti di lingkungan UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Kaloran Kabupaten Temanggung, mereka tetap mempunyai kemauan dan semangat dalam menjalankan pekerjaannya. Berikut hasil wawancara dengan responden salah satu guru Pegawai Negeri Sipil tentang komitmen mereka dalam menjalankan tugas:

Menurut pengamatan kami para guru wiyata bhakti di sekolah ini tetap berkomitmen dalam menjalankan tugas, penuh semanggat bahkan kebanyakan mereka sebagai wali kelas dan


(11)

Tidak pernah merasa terpaksa bila diberi tugas tambahan, jiwa mereka sudah sepenuhnya ikhlas menjadi guru, walau masih menjadi guru wiyata bhakti.

Mereka juga tidak pernah terpaksa dalam menjalan-kan tugas, bagi mereka menjadi guru sudah tekad untuk mengabdikan kepada bangsa dan negara.

Kepercayaan diri yang dimiliki para guru wiyata bhakti di lingkungan UPT Dinas Pendidikan Kecamat-an KalorKecamat-an rata-rata sudah ada dKecamat-an mKecamat-antap. Setiap mengerjakan tugas-tugas mereka selalu selesai dapat menyelesaikan tepat waktu dan tingkat kebenarannya sudah hampir seratus persen. Contoh: mereka dapat menyelesaikan Dapodik dengan sukses, terbukti kalau tidak selesai data sertifikasi tidak akan cair karena harus melewati beberapa tingkatan penyelesaian, yaitu sudah update, siap Surat Keputusan, baru keluar Surat keputusan Mendikbud. Kepercayaan diri pada para guru wiyata bhakti di Kecamatan Kaloran dikate-gorikan baik sekali.

Kompetensi guru wiyata bhakti di Kecamatan Kaloran secara aktual dapat dilihat baik dari segi personal maupun sosial. Dari segi personal mereka mempunyai cukup kemampuan (ability); pengetahuan

(knowledge); dan kesanggupan (capable). Mereka mampu menggunakan pengetahuan dan keterampilan dalam pembelajarannya sebagai guru wiyata, antara lain mempersiapkan anak-anak untuk maju lomba atau kegiatan jambore. Kegiatan ini banyak dikelola


(12)

oleh guru wiyata Bhakti, dan hasilnya adalah anak didik mereka mendapat juara, khususnya di tingkat Kecamatan Kaloran.

Dari dimensi sosial mereka telah membuat kontribusi dari satuan pendidikan tempat mereka kerja. Hasil dapat dirasakan semua warga sekolah karena tugas yang diperintahkan dinas kepada satuan pendidikan kebanyakan merekalah yang mengerjakan. Sekolah juga menjadi terbantu pekerjaannya dengan kompetensi yang dimiliki oleh para guru wiyata bhakti. Hampir semua pekerjaan dapat diselesaikan oleh mereka apalagi data yang dibutuhkan dinas akhir-akhir ini sering dengan sisten online. Berikut hasil wawancara dengan responden tentang hal-hal yang dikerjakan guru wiyata bhakti:

Menurut pengamatan kami, mereka mengemban tugas-tugas di antaranya:

sebagai guru kelas, secara otomatis juga menger-jakan adsministrasi kelas, bila akan jambore pramuka mereka juga menjadi pelatih atau mem-bina lomba-lomba lain yang secara rutin tiap tahun pasti ada di tingkat kecamatan sebagai contoh Popda, mengerjakan inventaris barang, operator NUPTK, operator Dapodik dan Adminis-trasi Bos, bahkan masih ada pekerjaan kelas.

Kontingensi merupakan lingkungan fisikal dan interpersonal di dalam pekerjaan. Suatu kondisi yang memungkinkan mereka untuk melakukan pekerjaan, tanpa ada tekanan-tekanan dari pihak mana pun, mereka tetap melaksanakan tugas sesuai apa yang diperintahkannya. Mereka mendapatkan sarana dan


(13)

prasarana yang diperlukan, dengan ketulusan mereka bekerja disertai peralatan yang lengkap dan situasi teman-teman guru yang kompak, menjadikan guru wiyata bhakti mampu bekerja dengan maksimal.

Berikut hasil wawancara dengan responden:

...saya menikmati pekerjaan ini, karena bersama anak-anak adalah pekerjaan yang menyenangkan , karena bekerja dengan tulus dan ikhlas akan mendatangkan rejeki tersendiri walau tidak harus dari sekolah,saya juga tidak terpaksa menjalani pekerjaa ini,karena sudah menjadi cita-cita saya menjadi guru.

Para responden memiliki gambaran ideal dalam profesi, mereka mengungkapkan bahwa statusnya sebagai Guru Wiyata Bhakti juga perlu diperhatikan oleh pemerintah. Pelaksanaan UU tentang Guru dan Dosen pun diharapkan dapat berjalan dengan baik.

Beberapa responden mengatakan memiliki pe-kerjaan sambilan yang ditekuninya. Ini adalah untuk menambah penghasilan dan untuk mencukupi kebu-tuhan hidupnya. Seperti yang diungkapkan salah satu responden berikut ini:

“….karena untuk mencukupi kebutuhan hidup

sehari-hari, jika hanya mengandalkan gaji dari

Guru Wiyata Bhakti jelas tidak cukup…”

Hal ini bisa dimaklumi karena penghasilan yang diterima oleh responden sebagai Guru Wiyata Bhakti bisa dikatakan masih belum bisa mencukupi kebu-tuhan keluarga sepenuhnya. Responden yang memiliki


(14)

pekerjaan sambilan melukis menyatakan selain untuk dapat menambah penghasilan, melukis juga merupa-kan hobinya.

Pada saat peneliti menanyakan pada responden tentang keberadaannya sebagai guru wiyata bhakti, misalnya ada profesi lain yang lebih menggiurkan secara finansial, apakah mereka akan meninggalkan pekerjaan sebagai guru wiyata bhakti? Sebagian besar responden menyatakan tetap ingin menggeluti profesi guru bagaimana pun keadaannya. Beberapa respon-den bahkan respon-dengan tegas menyatakan tidak akan berpindah ke profesi lain ataupun tidak terpikirkan sama sekali. Ada responden yang mempertimbangkan menerima profesi lain namun tetap tidak meninggal-kan profesinya sebagai guru. Ini berarti para respon-den memiliki komitmen yang tinggi terhadap profesi guru. Hal ini menegaskan bahwa masalah penghasilan tidak menyurutkan komitmen para responden sebagai guru wiyata bhakti.

Sebagian besar responden menyatakan “Guru adalah Pahlawan Tanpa Tanda Jasa”, hanya cocok untuk para Guru Wiyata Bhakti dengan alasan gaji Guru Wiyata Bhakti yang minim tetapi beban pekerja-an sama dengpekerja-an PNS ypekerja-ang gajinya jauh lebih besar.

Ketika peneliti menanyakan tentang hal terberat yang pernah dialami responden selama menjadi guru, beberapa responden menyatakan, hal yang terberat yang pernah dialami adalah ketika melihat anak didik


(15)

mengalami kegagalan dan ketika anak didik tidak mampu menyerap ilmu yang telah disampaikan. Seperti yang diungkapkan oleh salah satu responden:

“…..sangat prihatin ketika siswa atau anak didik

kita tidak mampu menyerap ilmu yang telah kita

sampaikan….”disamping itu malah menjadi anak

yang sulit diatur,bertindak semaunya sendiri di kelas,,apalagi ketahuan dia mencuri uang milik temannya.

Beberapa responden menyatakan, hal yang paling berkesan adalah ketika siswa dapat berprestasi, misalnya dapat meraih juara dalam suatu lomba, atau dapat peringkat satu dalam Ujian Nasional, atau siswa mampu menyerap ilmu yang telah diberikan serta dapat mengaplikasikan ilmu tersebut. Beberapa res-ponden lainnya menyatakan hal yang paling berkesan adalah ketika menghadapi siswa dalam proses KBM, karena mereka harus menghadapi karakter siswa yang berbeda-beda.

4.2.2 Faktor Pendukung Guru Wiyata Bhakti

Peneliti ingin mengetahui faktor pendukung para guru wiyata bhakti Sekolah Dasar Negeri dalam menjalankan tugasnya sehingga mempunyai kinerja yang baik di lingkungan UPT Dinas Pendidikan kecamatan Kaloran kabupaten Temanggung. Berikut ini daftar faktor pendukung, guru wiyata bhakti dalam menjalankan tugas-tugasnya:


(16)

Tabel 4.3

Faktor Pendukung Guru Wiyata Bhakti dalam Menjalankan Tugasnya

Faktor Pendukung Jumlah

Ingin menjadi PNS 12

Dukungan Keluarga 12

Memanfaatkan ijasah 7

Panggilan Jiwa 8

Dukungan Kepala sekolah dan rekan kerja yang PNS 10

Kebutuhan ekonomi 3

Sumber: Hasil Wawancara 2013

Sebagian besar responden menyatakan faktor

pendukung utama adalah dukungan dari keluarga. Dukungan dari keluarga sangat dominan bagi guru wiyata bhakti dalam menjalankan tugasnya. Ketika ditanya tentang tanggapan keluarga terhadap profesi responden sebagai guru, semua responden menyata-kan bahwa sebagian besar keluarga para responden mendukung profesinya sebagai guru, siapa tahu suatu saat terjaring menjadi PNS (pegawai Negeri Sipil).

Keluarga para responden menyatakan bangga menjadi bagian dari keluarga seorang guru. Selain itu, keluarga yang tidak banyak menuntut juga merupa-kan bentuk dukungannya pada profesi responden.

Responden lainnya menyatakan faktor pendu-kung utama dalam menjalankan tugas sebagai Guru Wiyata Bhakti adalah latar belakang pendidikan yang sesuai dengan bidangnya sehingga responden meman-faatkan ijazah yang dimilikinya. Beberapa responden


(17)

lainnya menyatakan ingin menyalurkan ilmu yang dimilikinya kepada orang lain (siswa). Sedangkan responden lainnya menyatakan faktor pendukung Guru Wiyata Bhakti dalam menjalankan tugasnya adalah kebutuhan hidup yang menyebabkan respon-den memilih profesi guru wiyata bhakti.

4.3

Pembahasan

Pada penelitian ini, ada berbagai latar belakang yang dijadikan faktor pendukung oleh para responden yang memiliki kinerja yang baik, yaitu berkeinginan kuat untuk menjadi guru dengan status PNS, selain kepastian status kepegawaian dan masalah kesejah-teraan yang mendorong para responden menjadi guru PNS. Hal tersebut juga didukung oleh teori yang disebutkan oleh Muchtar Lubis (dalam Marzali, 2007) yang merupakan salah satu ciri masyarakat Indonesia adalah jadi pegawai negeri merupakan sebuah idaman. Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa sebagian besar manusia Indonesia berkeinginan menjadi pega-wai negeri.

Menurut Sarwono (2001), di Indonesia status pegawai negeri sipil diyakini lebih memberikan perasa-an amperasa-an dibperasa-andingkperasa-an dengperasa-an status pegawai swasta. Selain itu kinerja mereka baik karena dukungan keluarga yang baik, orang tua ada yang bangga memi-liki anak sebagai guru walau masih status wiyata bhakti. Tanpa dorongan keluarga seseorang tidak


(18)

dapat bekerja dengan maksimal. Keluarga tidak banyak menuntut hidup mewah, seperti yang diung-kapkan salah satu guru wiyata bhakti ketika peneliti tanya tentang kebutuhan hidup.

...saya setelah pulang sekolah kerja tambahan juga dirumah,rejeki ada saja.Tuhan senantiasa memenuhi kebutuhan umatnya bila dia selalu bekerja dan berharap kepadaNya,

Pemanfaatan ijasah juga sebagai alasan mereka mengabdi, kata mereka ilmu yang tidak digunakan akan hilang/lupa. Di samping itu mereka merasa tidak nyaman di lingkungan masyarakat, karena sudah kuliah tetapi belum bekerja, atau dia dulu sekolah di jurusan guru sekarang bekerja menjadi petani. Itu yang dialami bagi mereka yang hidup di pedesaan. Mereka bertahan pada pekerjaan guru wiyata karena ingin memberi motivasi kepada teman-teman atau anak mereka yang masih kuliah tetap semangat, dan bisa menyelesaikan kuliah dengan baik. Di samping itu mereka memanfaatkan kemampuan yang mereka miliki.

Menurut Robbins (2008), kemampuan (ability)

adalah suatu kapasitas individu untuk mengerjakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan. Seluruh ke-mampuan tersusun dari dua faktor yakni keke-mampuan intelektual dan kemampuan fisik. Kemampuan inte-lektual kalau tidak pernah digunakan juga akan mengalami hambatan dalam perkembangan dalam berfikir, karena kemampuan intelektual juga akan


(19)

melemah kalau fisik kita juga lemah. Hal inilah yang menjadikan alasan mereka untuk tetap bekerja untuk memanfaatkan ijasah yang nereka miliki.

Di samping berbagai alasan tersebut di atas, ada juga yang memilih menjadi guru wiyata sebagai panggilan jiwa, karena jiwa mereka sudah ikhlas menjadi abdi negara. Dengan tulus bekerja lebih baik, mereka tetap berkomitmen apa pun yang terjadi tetap pada pekerjaan guru, karena guru adalah pekerjaan yang mulia, sambil beramal selama hidup di dunia. Mereka berpendapat, penghasilan sedikit cukup tetapi dengan penghasilan banyak bisa kurang, semua itu tinggal bagaimana kita memilah-milah kebutuhan hidup dan mensyukuri apa yang kita miliki, yang penting bisa selalu hidup nyaman dengan kedamaian hati. Didasari bahwa menjadi guru adalah panggilan jiwa, maka mereka tetap bekerja dengan kedisiplinan tinggi dan bertanggung jawab penuh pada tugas-tugas yang dibebankan padanya, meskipun masih berstatus sebagai guru wiyata bhakti.

Motivasi dari kepala sekolah yang selalu mem-berikan arahan tetap berkinerja baik, semua itu sebagai wahana untuk latihan bekerja, latihan bergaul dengan dunia kerja, juga latihan bekerjasama dengan orang-orang yang berbeda latar belakang. Mungkin beda agama dan beda tempat tinggal, tetapi dengan selalu bekerjasama denan baik akan meningkatkan rasa satu keluarga dengan sesama guru, apalagi yang sudah lama menjadi satu sekolahan. Jika terjalin rasa


(20)

kekeluargaan yang baik, kita akan merasa nyaman bekerja karena hampir tidak ada pertengtangan antara kepala sekolah, guru PNS, dan guru wiyata bhakti. Kepala sekolah selalu mendorong, menyemangati dan berpesan kepada mereka yang masih berstatus wiyata bhakti: bila nanti sudah diangkat menjadi PNS, hendaknya prestasi selalu meningkat.

Seseorang akan tetap termotivasi berkinerja baik bila telah mendapatkan apa yang diinginkan Mas’ud (2002). Hal ini sebagai penilai perasaan atau sikap umum guru terhadap pekerjaan yang meliputi antara lain: gaji, hubungan sosial di tempat kerja, lingkungan kerja, dan pekerjaan itu sendiri. Jadi gaji bukan satu-satunya pemacu mereka berja baik, tetapi juga ling-kungan tempat kerja.

Alasan yang terakhir karena faktor ekonomi. Menurut mereka, karena mencari pekerjaan lain sulit, maka mereka mengikuti suami atau istri. Biasanya tempat tinggal mereka juga tidak jauh dari tempat kerja, jadi cukup jalan kaki sudah sampai pada tempat kerja. Alasan mereka walau sedikit tapi dapat membantu kebutuhan keluarga, di samping itu jika hanya tinggal di rumah kadang membuat kejenuhan, apalagi mereka mempunyai ilmu, kemampuan dan tingkat pendidikan yang tinggi.

Pendapat-pendapat di atas merupakan faktor pendukung mereka memilih pekerjaan sebagai guru wiyata bhakti dengan kinerja yang baik di lingkungan


(21)

UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Kaloran Kabupaten Temanggung, yang mereka tunjukkan melalui kedi-siplinan, komitmen dan tanggung jawab kerja yang tinggi.

Kedisiplinan menurut Moekijat (2005) adalah kesanggupan menguasai diri yang diatur. Disiplin berasal dari bahasa Latin yaitu diciplina yang berati latihan, kependidikan, kesopanan, kerohanian serta pengembangan tabiat. Sedangkan komitmen dalam hal ini adalah apa pun yang akan terjadi mereka tetap bekerja sesuai dengan tupoksi dan membawa nama baik guru. Mereka bertanggung jawab penuh pada tugas-tugas yang diberikan dan menyelesaikannya dengan baik dan tepat waktu. Di samping itu merka juga bertanggung jawab penuh pada kelas yang dipegangnya.

Alasan lain adalah mereka terpacu oleh kebijak-an pemerintah tentkebijak-ang sertifikasi guru. Dengkebijak-an ada-nya program sertifikasi guru, semakin menambah minat para responden menjadi guru wiyata bhakti. Siapa tahu kebijakan pemerintah suatu saat berpihak pada guru wiyata bhakti, karena guru-guru yang mengabdi di sekolah swasta sudah ada yang bisa mendapat sertifikasi, kenapa yang wiyata di sekolah negeri tidak? Kenapa pemerintah memandang sebelah mata terhadap guru wiyata bhakti?

Dengan kinerja yang baik mereka terus ber-harap, suatu saat akan ada kebijakan baru dari


(22)

pemerintah. Paling tidak para guru wiyata bhakti bisa memperoleh gaji yang layak, kesejahteraan yang baik, bisa diangkat menjadi PNS, sehingga nantinya dapat memperoleh sertifikat pendidik dan dapat menikmati program pemerintah tentang sertfikasi guru.


(1)

lainnya menyatakan ingin menyalurkan ilmu yang dimilikinya kepada orang lain (siswa). Sedangkan responden lainnya menyatakan faktor pendukung Guru Wiyata Bhakti dalam menjalankan tugasnya adalah kebutuhan hidup yang menyebabkan respon-den memilih profesi guru wiyata bhakti.

4.3

Pembahasan

Pada penelitian ini, ada berbagai latar belakang yang dijadikan faktor pendukung oleh para responden yang memiliki kinerja yang baik, yaitu berkeinginan kuat untuk menjadi guru dengan status PNS, selain kepastian status kepegawaian dan masalah kesejah-teraan yang mendorong para responden menjadi guru PNS. Hal tersebut juga didukung oleh teori yang disebutkan oleh Muchtar Lubis (dalam Marzali, 2007) yang merupakan salah satu ciri masyarakat Indonesia adalah jadi pegawai negeri merupakan sebuah idaman. Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa sebagian besar manusia Indonesia berkeinginan menjadi pega-wai negeri.

Menurut Sarwono (2001), di Indonesia status pegawai negeri sipil diyakini lebih memberikan perasa-an amperasa-an dibperasa-andingkperasa-an dengperasa-an status pegawai swasta. Selain itu kinerja mereka baik karena dukungan keluarga yang baik, orang tua ada yang bangga memi-liki anak sebagai guru walau masih status wiyata bhakti. Tanpa dorongan keluarga seseorang tidak


(2)

dapat bekerja dengan maksimal. Keluarga tidak banyak menuntut hidup mewah, seperti yang diung-kapkan salah satu guru wiyata bhakti ketika peneliti tanya tentang kebutuhan hidup.

...saya setelah pulang sekolah kerja tambahan juga dirumah,rejeki ada saja.Tuhan senantiasa memenuhi kebutuhan umatnya bila dia selalu bekerja dan berharap kepadaNya,

Pemanfaatan ijasah juga sebagai alasan mereka mengabdi, kata mereka ilmu yang tidak digunakan akan hilang/lupa. Di samping itu mereka merasa tidak nyaman di lingkungan masyarakat, karena sudah kuliah tetapi belum bekerja, atau dia dulu sekolah di jurusan guru sekarang bekerja menjadi petani. Itu yang dialami bagi mereka yang hidup di pedesaan. Mereka bertahan pada pekerjaan guru wiyata karena ingin memberi motivasi kepada teman-teman atau anak mereka yang masih kuliah tetap semangat, dan bisa menyelesaikan kuliah dengan baik. Di samping itu mereka memanfaatkan kemampuan yang mereka miliki.

Menurut Robbins (2008), kemampuan (ability)

adalah suatu kapasitas individu untuk mengerjakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan. Seluruh ke-mampuan tersusun dari dua faktor yakni keke-mampuan intelektual dan kemampuan fisik. Kemampuan inte-lektual kalau tidak pernah digunakan juga akan mengalami hambatan dalam perkembangan dalam berfikir, karena kemampuan intelektual juga akan


(3)

melemah kalau fisik kita juga lemah. Hal inilah yang menjadikan alasan mereka untuk tetap bekerja untuk memanfaatkan ijasah yang nereka miliki.

Di samping berbagai alasan tersebut di atas, ada juga yang memilih menjadi guru wiyata sebagai panggilan jiwa, karena jiwa mereka sudah ikhlas menjadi abdi negara. Dengan tulus bekerja lebih baik, mereka tetap berkomitmen apa pun yang terjadi tetap pada pekerjaan guru, karena guru adalah pekerjaan yang mulia, sambil beramal selama hidup di dunia. Mereka berpendapat, penghasilan sedikit cukup tetapi dengan penghasilan banyak bisa kurang, semua itu tinggal bagaimana kita memilah-milah kebutuhan hidup dan mensyukuri apa yang kita miliki, yang penting bisa selalu hidup nyaman dengan kedamaian hati. Didasari bahwa menjadi guru adalah panggilan jiwa, maka mereka tetap bekerja dengan kedisiplinan tinggi dan bertanggung jawab penuh pada tugas-tugas yang dibebankan padanya, meskipun masih berstatus sebagai guru wiyata bhakti.

Motivasi dari kepala sekolah yang selalu mem-berikan arahan tetap berkinerja baik, semua itu sebagai wahana untuk latihan bekerja, latihan bergaul dengan dunia kerja, juga latihan bekerjasama dengan orang-orang yang berbeda latar belakang. Mungkin beda agama dan beda tempat tinggal, tetapi dengan selalu bekerjasama denan baik akan meningkatkan rasa satu keluarga dengan sesama guru, apalagi yang sudah lama menjadi satu sekolahan. Jika terjalin rasa


(4)

kekeluargaan yang baik, kita akan merasa nyaman bekerja karena hampir tidak ada pertengtangan antara kepala sekolah, guru PNS, dan guru wiyata bhakti. Kepala sekolah selalu mendorong, menyemangati dan berpesan kepada mereka yang masih berstatus wiyata bhakti: bila nanti sudah diangkat menjadi PNS, hendaknya prestasi selalu meningkat.

Seseorang akan tetap termotivasi berkinerja baik bila telah mendapatkan apa yang diinginkan Mas’ud (2002). Hal ini sebagai penilai perasaan atau sikap umum guru terhadap pekerjaan yang meliputi antara lain: gaji, hubungan sosial di tempat kerja, lingkungan kerja, dan pekerjaan itu sendiri. Jadi gaji bukan satu-satunya pemacu mereka berja baik, tetapi juga ling-kungan tempat kerja.

Alasan yang terakhir karena faktor ekonomi. Menurut mereka, karena mencari pekerjaan lain sulit, maka mereka mengikuti suami atau istri. Biasanya tempat tinggal mereka juga tidak jauh dari tempat kerja, jadi cukup jalan kaki sudah sampai pada tempat kerja. Alasan mereka walau sedikit tapi dapat membantu kebutuhan keluarga, di samping itu jika hanya tinggal di rumah kadang membuat kejenuhan, apalagi mereka mempunyai ilmu, kemampuan dan tingkat pendidikan yang tinggi.

Pendapat-pendapat di atas merupakan faktor pendukung mereka memilih pekerjaan sebagai guru wiyata bhakti dengan kinerja yang baik di lingkungan


(5)

UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Kaloran Kabupaten Temanggung, yang mereka tunjukkan melalui kedi-siplinan, komitmen dan tanggung jawab kerja yang tinggi.

Kedisiplinan menurut Moekijat (2005) adalah kesanggupan menguasai diri yang diatur. Disiplin berasal dari bahasa Latin yaitu diciplina yang berati latihan, kependidikan, kesopanan, kerohanian serta pengembangan tabiat. Sedangkan komitmen dalam hal ini adalah apa pun yang akan terjadi mereka tetap bekerja sesuai dengan tupoksi dan membawa nama baik guru. Mereka bertanggung jawab penuh pada tugas-tugas yang diberikan dan menyelesaikannya dengan baik dan tepat waktu. Di samping itu merka juga bertanggung jawab penuh pada kelas yang dipegangnya.

Alasan lain adalah mereka terpacu oleh kebijak-an pemerintah tentkebijak-ang sertifikasi guru. Dengkebijak-an ada-nya program sertifikasi guru, semakin menambah minat para responden menjadi guru wiyata bhakti. Siapa tahu kebijakan pemerintah suatu saat berpihak pada guru wiyata bhakti, karena guru-guru yang mengabdi di sekolah swasta sudah ada yang bisa mendapat sertifikasi, kenapa yang wiyata di sekolah negeri tidak? Kenapa pemerintah memandang sebelah mata terhadap guru wiyata bhakti?

Dengan kinerja yang baik mereka terus ber-harap, suatu saat akan ada kebijakan baru dari


(6)

pemerintah. Paling tidak para guru wiyata bhakti bisa memperoleh gaji yang layak, kesejahteraan yang baik, bisa diangkat menjadi PNS, sehingga nantinya dapat memperoleh sertifikat pendidik dan dapat menikmati program pemerintah tentang sertfikasi guru.


Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kinerja Guru Wiyata Bhakti Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Kaloran Kabupaten Temanggung

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kinerja Guru Wiyata Bhakti Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Kaloran Kabupaten Temanggung T2 942011090 BAB I

0 0 9

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kinerja Guru Wiyata Bhakti Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Kaloran Kabupaten Temanggung T2 942011090 BAB II

0 0 10

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kinerja Guru Wiyata Bhakti Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Kaloran Kabupaten Temanggung T2 942011090 BAB V

0 0 3

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kinerja Guru Wiyata Bhakti Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Kaloran Kabupaten Temanggung

0 1 37

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Etos Kerja Guru Belum Bersertifikasi dengan Guru Bersertifikasi di Sekolah Dasar Negeri UPT Dinpendik Kecamatan Kaloran T2 942011083 BAB IV

0 0 12

T2__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Pelaksanaan Program Sertifikasi Guru Sekolah Dasar Kabupaten Wonosobo T2 BAB IV

0 0 23

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kompetensi Pedagogik Guru SMP Negeri 2 Kaloran Kecamatan Kaloran Kabupaten Temanggung

0 0 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kompetensi Pedagogik Guru SMP Negeri 2 Kaloran Kecamatan Kaloran Kabupaten Temanggung

0 0 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kompetensi Pedagogik Guru SMP Negeri 2 Kaloran Kecamatan Kaloran Kabupaten Temanggung

0 2 43