Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kinerja Mengajar Guru-Guru Bersertifikasi di Daerah Binaan 3 Kecamatan Kranggan T2 942011074 BAB IV

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

4.1

Hasil Penelitian

Data nilai hasil observasi terhadap kinerja mengajar guru bersertifikasi dalam penelitian ini adalah instrumen sejumlah 25 item. Skor yang digu-nakan dalam instrumen (observasi) antara 1-4, maka skor tertinggi yang mungkin dicapai adalah 100 dan skor terendah yangmungkin dicapai adalah 25.

Berdasarkan analisis dengan program SPSS, diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 4.1

Statistik Deskriptif Observasi Kinerja Mengajar Guru Bersertifikasi Instrumen N Min. Max. Mean Std. Dev

Observasi Kinerja Mengajar Guru Berserfitikasi

37 70,00 97,00 84,89 6,81

Sumber: Data primer yang diolah, 2013

Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa

mean empirik hasil observasi kinerja mengajar bersertifikasi sebesar 84,89. Berdasarkan hasil uji validitas instrumen observasi kinerja mengajar guru


(2)

bersertifikasi 25, nilai butir tertinggi 4 sedangkan nilai butir terendah 1, maka mean hipotetik dapat dihitung sebagai berikut:

Mean Hipotetik = ((JBV × NBT) + (JBV × NBR))/2 = ((25 × 4) + (25 × 1)) / 2

= (100 + 25) / 2 = 62,5

Hasil tersebut menunjukkan bahwa mean

empiric > mean hipotetik. Jadi dinyatakan bahwa kinerja mengajar guru bersertifikasi baik.

Selanjutnya untuk mengetahui kecenderungan skor variabel observasi kinerja mengajar guru ber-sertifikasi diperoleh hasil sebagai berikut: Mi = 84,89 dan SDi = 6,81, maka rentang skor kategori kinerja mengajar guru bersertifikasi dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2

Kecenderungan Skor Observasi Kinerja Mengajar Guru Bersertifikasi Kategori Rentang Skor Frekuensi Persentase

Tinggi >91,70 5 13,51% Sedang 79,09-91,70 27 72,98% Rendah <78,09 5 13,51% Jumlah 37 100,00%


(3)

Berdasarkan Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa dari hasil observasi kinerja mengajar guru berserti-fikasi dalam kategori tinggi sebanyak 5 guru (13,51%), kinerja mengajar guru bersertifikasi dalam kategori sedang sebanyak 27 guru (72,98%), dan kinerja mengajar guru dalam kategori rendah sebanyak 5 guru (13,51%). Jadi dapat disimpulkan bahwa secara umum rata-rata kinerja mengajar guru setelah lulus sertifi-kasi dan memperoleh tunjangan profesi berada pada kategori baik.

4.2

Hasil Angket

Data nilai hasil angket terhadap kinerja menga-jar guru bersertifikasi dalam penelitian ini adalah instrumen sejumlah 30 item. Skor yang digunakan dalam instrumen (angket) antara 1-4, maka skor tertinggi yang mungkin dicapai adalah 120 dan skor terendah yang mungkin dicapai adalah 30, maka mean hipotetik angket kinerja mengajar guru bersertifikasi dapat dihitung sebagai berikut:

Mean Hipotetik = ((JBV × NBT) + (JBV × NBR))/2 = ((30 × 4) + (30 × 1)) / 2

= (120 + 30) / 2 = 75


(4)

Berdasarkan analisis dengan program SPSS, diperoleh hasil statisrik deskriptif angket kinerja mengajar guru bersertifikasi sebagai berikut:

Tabel 4.3

Statistik Deskriptif Angket Kinerja Mengajar Guru Bersertifikasi

Instrumen N Min. Max. Mean Std. Dev

Observasi Kinerja Mengajar Guru Berserfitikasi

37 87,00 120,00 101,30 10,33

Sumber: Data primer yang diolah, 2013

Berdasarkan Tabel 4.3 dapat diketahui bahwa mean empirik hasil observasi kinerja mengajar ber-sertifikasi sebesar 101,30. Hasil tersebut menunjuk-kan bahwa mean empirik > mean hipotetik. Jadi dinyatakan bahwa kinerja mengajar guru bersertifikasi cenderung baik.

Selanjutnya untuk mengetahui kecenderungan skor variabel angket kinerja mengajar guru berserti-fikasi diperoleh hasil sebagai berikut: Mi = 101,30 dan SDi = 10,33, maka rentang skor kategori kinerja mengajar guru bersertifikasi dapat dilihat pada Tabel 4.4.


(5)

Tabel 4.4

Kecenderungan Skor Angket Kinerja Mengajar Guru Bersertifikasi Kategori Rentang Skor Frekuensi Persentase

Tinggi >111,63 8 21,62% Sedang 90,96-111,63 26 70,27% Rendah <90,96 3 8,11% Jumlah 37 100,00%

Sumber: Data primer yang diolah, 2013

Berdasarkan Tabel 4.4 dapat diketahui bahwa dari hasil angket kinerja mengajar guru bersertifikasi dalam kategori tinggi sebanyak 8 guru (21,62%), kinerja mengajar guru bersertifikasi dalam kategori sedang sebanyak 26 guru (70,27%), dan kinerja mengajar guru dalam kategori rendah sebanyak 3 guru (8,11%). Jadi dapat disimpulkan bahwa secara umum rata-rata kinerja mengajar guru setelah lulus serti-fikasi dan memperoleh tunjangan profesi berada pada kategori baik.

4.3

Pembahasan

Berdasarkan data hasil observasi dan angket yang dipaparkan di atas, diketahui bahwa rata-rata kinerja mengajar guru bersertifikasi menunjukkan kategori baik, namun masih ada sebagian guru yang menunjukkan kinerja dalam kategori rendah. Artinya,


(6)

kinerja guru setelah lulus sertifikasi dan mendapat tunjangan profesi berada pada standar umum kinerja. Pada instrumen no 1 yaitu kemampuan menyajikan materi , instrumen no 3 penggunaan metode dan no 5 tentang kesesuaian alat peraga yang digunakan dengan materi serta tujuan pembelajaran dalam Rencana Pembelajaran rata-rata memperoleh skor 3 . Hal ini membuktikan bahwa pelaksanaan pembelajaran baru pada batas biasa belum maksimal. Dalam penyajian materi alat peraga belum digunakan secara maksimal artinya alat peraga yang digunakan masih menggunakan produk perusahaan belum hasil buatan guru itu sendiri.

Keterlibatan siswa dalam pembelajaran seperti pada instrumen no 7 juga masih didominasi oleh guru , siswa belum terlibat sepenuhnya .Instrumen no 11 yaitu pada akhir pembelajaran guru membuat rangkuman tetapi belum ada tidak lanjut atau reflaksi. Rangkuman yang dibuat merupakan hasil rangkuman dari guru bersama-sama dengan siswa.

Pada instrumen no 12, 14 tentang pengelolaan kelas juga pada no 17 yaitu kemampuan penggunaan bahasa juga mencapai skor 3 ini menunjukkan bahwa ke tiga aspek tersebut guru masih perlu berusaha , berinovasi bagaimana agar terjadi perubahan secara maksimal sehingga tujuan dapat tercapai.


(7)

Pada butir evaluasi yaitu pada no 19 sampai dengan no 25 rata-rata guru sudah melaksanakan , hanya saja masih standar, misalny dalam memberikan evaluasi belum diadakan tindak lanjut sesuai dengan kemampuan dan kesulitan siswa masing-masing . Tetapi ada juga butir yang menonjol yang memperoleh skor 4 yaitu instrumen no 2,9,13,16,20,dan 24. Pada instrumen no 2 menunjukkan kemampuan guru dalam memberikan penjelasan disertai contoh sehingga siswa lebih cepat memahami materi .

Instrumen no 9 dan 16 tentang cara guru bertanya dalam pembelajaran sangat memotivasi siswa ,sehingga kemampuan untuk bertanya semakin tinggi. Dalam pembelajaran di kelas pun suasana sangat mendukung sesuai dengan instrumen no 20 . Anak tertarik untuk belajar lebih dalam di sekitar siswa ditemui berbagai pendukung yang memungkinkan siswa mempunyai rasa ingi tau.

Waktu yang digunakan guru dalam

pembelajaran sesuai dengan materi yang disiapkan. Secara keseluruhan hasil observasi kinerja mengajar guru bersertifikasi pada kategori baik.

Berdasarkan angket yang disebar oleh peneliti pada item no 1 sampai dengan no 6 tentang perencanaan pembelajaran yang meliputi penyusunan RPP, administrasi evaluasi, dan pengetahuan yang dicakup yaitu koqnitif, afektif, psikhomotorik juga


(8)

meliputi kegiatan pada eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi pada kategori sangat setuju artinya baik. Dari beberapa item di atas menunjukkan bahwa hasil angket yang disebar menunjukkan hasil baik. Hanya pada pembuatan RPP saja yang masih perlu penekana untuk dapat membuat sendiri , karena rata-rata RPP copy paste.

Adapun dalam pelaksanaan pembelajaran seperti pada item no 7 sampai dengan no 23 masuk pada kategori setuju. Item –item tersebut yaitu kemmpuan menyajikan materi, penggunaan alat bantu, serta langkah yang dilaksanakan guru sudah melaksanakan dengan baik, runtut, dan menggunakan alat peraga. Pada item pemberian motivasi, refleksi, keaktifan siswa dan kemampuan bertanya rata-rata pada kategori setuju. Kesimpulan dari item tersebut adalah bahwa kinerja guru pada dasarnya baik.

Item evaluasi yaitu no 21 sampai dengan no 30 tentang pelaksanaan evaluasi pada akhir pembelajaran, alat bantu yang digunakan untuk evaluasi, tindak lanjut bagi siswa yang kurang mencapai KKM dan siswa yang telah melampaui KKM juga baru mencapai kategori cukup baik hanya saja masih perlu tindakan yang tepat untuk membedakan tindakan pada siswa yang belum dan sudah mencapai KKM.


(9)

Dengan berbekal kebiasaan yang mereka laku-kan tanpa perencanaan pun pembelajaran dapat ber-jalan. Guru sudah hafal dengan materi pembelajaran yang karena sudah bertahun-tahun mengajar. Dalam proses pembelajaran juga masih konvensional, guru mendominasi tanpa memberi kesempatan pada siswa untuk dapat aktif dalam pembelajaran seperti yang tertera pada instrumen nomor 7.

Pembelajaran yang dicapai mencakup semua ranah yaitu afektif, koqnitif, dan psikomotorik Tetapi Guru hanya menekankan faktor ingatan saja tanpa memperhatikan bahwa anak butuh yang lain. Pena-naman sikap pada siswa sering terabaikan misalnya etika dalam kehidupan sehari-hari, bagaimana sikap anak jika berbicara dengan orang yang lebih tua, bagaimana jika kita diberi sesuatu dari orang lain dan masih banyak hal lain yang semestinya anak dalam bimbingan guru. Guru beranggapan anak sudah dapat menanggapi dengan situasi yang mereka hadapi. Dilihat dari segi keterampilan siswa masih perlu arahan dan bimbingan, akan tetapi kesem-patan ini masih terbatas.

Penggunaan metode pembelajaran cukup beragam, namun ada sebagian guru menggu-nakan metode yang sama belum variatif. Penggunaan metode yang tidak variatif akan membuat siswa jenuh dan bosan. Hal lain yang ditemui penulis di lapangan yaitu


(10)

pada item memberi motivasi pada siswa ini di- lakukan oleh guru tetapi hanya pada anak-anak tertentu saja.

Pengukuran anak pandai hanya tampak jika hasil ulangannya baik. Sementara sikap anak belum dijadikan standar dalam penilaian, hal ini tampak dalam hasil observasi bahwa dalam melaksanakan penilaian guru menggunakan instrumen yang belum lengkap.

Penggunaan metode, alat peraga dan fasilitas yang lain masih didominasi oleh guru. Hal lain yang menunjukkan kinerja tidak tinggi karena penguasaan materi. Penguasaan materi sangat berpengaruh terha-dap kinerja guru. Dengan berbekal materi yang kuat guru akan dapat memaksimalkan kinerjanya.

Dilihat dari angket yang disebarkan oleh penulis bahwa 8 orang menunjukkan kinerja tinggi, 26 orang menunjukkan kinerja cukup, dan 3 orang menunjuk-kan kinerja rendah. Pada item menyajimenunjuk-kan materi pembelajaran masuk kategori sedang, hal tersebut berkaitan dengan pernyataan guru yang mengisi angket dikarenakan dalam menyajikan materi guru masih mendominasi. Siswa belum aktif dalam pembelajaran.


(11)

Hal yang menunjukkan kinerja mengajar guru pada kategori cukup baik dapat dilihat dari langkah-langkah dalam pembelajaran serta keterlibatan siswa dalam penggunaan alat peraga. Langkah dalam penyampaian materi sudah runtut sesuai dengan yang ada pada perncanaannya , hanya masih perlu untuk dikembangkan.

Dalam penyajian materi guru belum maksimal hanya berbekal satu atau dua bahan ajar saja, belum dapat memanfaatkan fasilitas yang ada misalnya komputer atau internet. Pada era seperti sekarang banyak pengetahuan yang bisa diperoleh dari internet sementara guru belum menguasai.

Dalam hal pengelolaan kelas dan waktu yang digunakan juga masuk dalam kategori cukup baik, ini tercermin saat pembelajaran berlangsung bahwa interaksi yang terjadi antara guru dan siswa cukup baik, namun guru kurang memberi kesempatan pada siswa untuk mau bertanya, mampu menganalisis apa yang pelajari sehingga siswa dapat menemukan hasil belajar yang mereka inginkan.

Berdasarkan hasil wawancara, alat peraga yang digunakan adalah hasil karya perusahaan belum memberdayakan siswa padahal siswa pandai jika guru mampu mengarahkan. Pada aspek evaluasi guru belum mengadakan penilaian berdasarkan standar karena alat yang digunakan untuk evaluasi kurang


(12)

lengkap. Siswa yang berhasil menuntaskan KKM juga masih diperlakukan sama dengan yang lain, belum rutin dalam memberikan pengayaan. Perlakuan ini juga merupakan penyebab hasil angket pada item guru melakukan langkah yang tepat pada siswa yang belum dan sudah mencapai KKM, karena perlakuan guru yang sama terhadap siswa tersebut.

Pada saat memberikan refleksi setelah proses pembelajaran sedikit guru yang sudah melaksanakan-nya, rata-rata guru belum melakukan refleksi, juga dalam pemantauan penguasaan siswa terhadap materi yang diberikan. Hal ini akan berpengaruh terhadap kinerja guru.

Pada 3 item berikut yaitu, memotivasi siswa untuk bertanya, membuat siswa aktif, dan memberi-kan perhatian pada siswa yang kurang mampu atau lambat dalam menerima materi, di sini guru juga dalam kategori baik. Guru cukup mampu membuat siswa berani bertanya karena beranggapan jika bertanya akan menunjukkan kekurangannya ini yang belum dapat dilakukan oleh guru agar menanamkan pengertian tersebut.

Untuk dapat membuat siswa aktif bukan pekerjaan yang mudah, seorang guru harus menarik, menanamkan konsep dengan baik dan mampu melbatkan materi terhadap lingkungan sekitar


(13)

begitu juga dalam hal memberikan perhatian terhadap siswa yang kurang mampu dalam arti dengan cepat dapat menerima pelajaran. Di sini guru dituntut untuk dapat mengubah peran, bagaimana siswa yang kurang tersebut tidak merasa kurang sehingga tidak merasa minder dengan demikian akan dapat mengikuti pem-belajaran dengan baik.

Kriteria yang menunjukkan hasil tinggi pada angket adalah penggunaan bahasa dalam menyampai-kan pembelajaran. Hampir semua responden mengisi sangat setuju. Hal ini juga di tunjukkan saat penulis mengadakan observasi di lapangan. Komunikasi dan penggunaan bahasa yang baik akan mempercepat proses pembelajaran.

Dibanding hasil penelitian yang dilakukan oleh Darmini dalam persepsi guru non sertifikasi terhadap etos dan kinerja guru bersertifikasi yang menunjukkan bahwa kinerja mengajar guru-guru bersertifikasi cen-derung sama denga guru-guru yang belum sertifikasi tidak ada perbedaan yang signifikan . Hanya beberapa orang guru saja yang mempunyai kinerja tinggi dan hal ini terjadi di gugus cengkeh kecamatan Kandangan.

Penelitian serupa juga dilakukan oleh Yari Dwikurnaningsih dalam penelitiannya tentang Per-bedaan kinerja mengajar guru bimbingan dan kon-seling berdasarkan perolehan sertifikat pendidik dan


(14)

latar belakang pendidikan menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan.

Jika dibandingkan dengan dua peneliti terda-hulu, maka hasil penelitian yang dilakukan saat ini dengan judul Kinerja mengajar guru-guru berserti-fikasi pada daerah binaan 3 Kecamatan Kranggan juga menunjukkan hasil yang sama yaitu tidak ada perbe-daan yang signifikan kinerja mengajar guru bersertifikat.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pelaksanaan program sertifikasi yang digelontorkan pemerintah dengan dana yang tidak sedikit tidak membuat kinerja para guru menjadi optimal.

Hasil telaah dokumen menunjukkan bahwa kualitas RPP yang disusun oleh guru baru mencapai nilai cukup dari kualitas yang diharapkan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kualitas RPP yang disusun oleh para guru yang sudah sertifikasi dan mendapatkan tunjangan profesi masih belum optimal. Hal ini terjadi karena sebagian besar guru dalam membuat silabus dan RPP copy paste dari teman profesi guru lain dan ada juga yang mengedit silabus dan RPP tahun ajaran sebelumnya.

Sedangkan dalam membuat RPP harus berda-sarkan kondisi siswa, kurikulum yang berlaku, memperhitungkan waktu yang tersedia, sistematis,


(15)

katan sistem yang mengutamakan keterpaduan antara tujuan/kompetensi, materi, kegiatan belajar dan evaluasi (Niron, 2009: 26). Maka apabila guru dalam membuat silabus dan RPP hanya mengandalkan copy

paste akan membuat guru menjadi kurang atau

bahkan tidak kreatif, sehingga proses pembelajaran menjadi monoton dan tidak berkembang. Hal inilah yang membuat peneliti tidak mencamtumkan secara rinci tentang dokumen RPP yang dibuat oleh guru-guru.

Burhanuddin (2001:272) menyatakan bahwa ada lima faktor yang dapat mempengaruhi kinerja guru selaku individu, yakni:

1. Kemampuan. Penguasaan terhadap kompeten-si kerja mutlak diperlukan guna mencapai sasaran kerja. Kemampuan guru dalam halini mampu menguasai empat kompetensi dasar sebagaimana dipersyaratkan Undang-Undang; 2. Motivasi, yaitu pemberian suatu insentif yang

bisa menarik keinginan seseorang untuk melaksanakan sesuatu. Motivasi tidak terlepas dari kebutuhan dan dorongan yangada dalam diri seseorang yang menjadi penggerak, energi dan pengaruh segenap tindak manusia;

3. Dukungan yang diterima, merupakan menifes-tasi kebutuhan sosial terhadap tugas dan tanggung jawab yang telah dilaksanakan; 4. Keberadaan pekerjaan yang mereka lakukan.

Pada dasarnya pekerjaan yang guru lakukan harus dapat diakui sehingga memberikan dampak positif dan menjadi motivasi bagiguru. Sebaik apapun tugas yang dilaksanakan,jika tidak memperoleh pengakuan makatidak dapat


(16)

memberikan manfaat baik bagi individu pelak-sana tugas maupun orang lain,terutama dalam satuan organisasi kerja;

5. Hubungan mereka dengan organisasi. Hubung-an Hubung-antara guru dengHubung-an orgHubung-anisasi harus ber-jalan secara kondusif. Hubungan yang kondu-sif dapat diciptakan apabila masing–masing anggota organisasi mengetahui batas-batas tugas, tanggung jawab dan wewenangnya dalam menjalankan tugas.

Mangkunegara (2001: 87) menyoroti faktor internal yang mempengaruhi kinerja, yaitu: (1) Faktor kemampuan. Secara psikologis kemampuan (ability) pegawai terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan realita (pendidikan). Oleh karena itu pegawai perlu ditempatkan pada pekerjaan yang se-suai dengan keahliannya; (2) Faktor motivasi. Motivasi terbentuk dari sikap (attiude) seorang pegawai dalam menghadapi situasi kerja. Motivasi merupakan kondisi yang menggerakkan diri pegawai terarah untuk men-capai tujuan kerja. Sikap mental merupakan kondisi mental yang mendorong seseorang untuk berusaha mencapai potensi kerja secara maksimal. David McClelland (Mangkunegara, 2001:68), berpendapat

bahwa, “Ada hubungan yang positif antara motif

berprestasi dengan pencapaian kerja”. Motif

berpres-tasi adalah suatu dorongan dalam diri seseorang untuk melakukan suatu kegiatan atau tugas dengan sebaik-baiknya agar mampu mencapai prestasi kerja


(17)

(1)

lengkap. Siswa yang berhasil menuntaskan KKM juga masih diperlakukan sama dengan yang lain, belum rutin dalam memberikan pengayaan. Perlakuan ini juga merupakan penyebab hasil angket pada item guru melakukan langkah yang tepat pada siswa yang belum dan sudah mencapai KKM, karena perlakuan guru yang sama terhadap siswa tersebut.

Pada saat memberikan refleksi setelah proses pembelajaran sedikit guru yang sudah melaksanakan-nya, rata-rata guru belum melakukan refleksi, juga dalam pemantauan penguasaan siswa terhadap materi yang diberikan. Hal ini akan berpengaruh terhadap kinerja guru.

Pada 3 item berikut yaitu, memotivasi siswa untuk bertanya, membuat siswa aktif, dan memberi-kan perhatian pada siswa yang kurang mampu atau lambat dalam menerima materi, di sini guru juga dalam kategori baik. Guru cukup mampu membuat siswa berani bertanya karena beranggapan jika bertanya akan menunjukkan kekurangannya ini yang belum dapat dilakukan oleh guru agar menanamkan pengertian tersebut.

Untuk dapat membuat siswa aktif bukan pekerjaan yang mudah, seorang guru harus menarik, menanamkan konsep dengan baik dan mampu melbatkan materi terhadap lingkungan sekitar sehingga siswa telibat aktif dalam pembelajaran,


(2)

begitu juga dalam hal memberikan perhatian terhadap siswa yang kurang mampu dalam arti dengan cepat dapat menerima pelajaran. Di sini guru dituntut untuk dapat mengubah peran, bagaimana siswa yang kurang tersebut tidak merasa kurang sehingga tidak merasa minder dengan demikian akan dapat mengikuti pem-belajaran dengan baik.

Kriteria yang menunjukkan hasil tinggi pada angket adalah penggunaan bahasa dalam menyampai-kan pembelajaran. Hampir semua responden mengisi sangat setuju. Hal ini juga di tunjukkan saat penulis mengadakan observasi di lapangan. Komunikasi dan penggunaan bahasa yang baik akan mempercepat proses pembelajaran.

Dibanding hasil penelitian yang dilakukan oleh Darmini dalam persepsi guru non sertifikasi terhadap etos dan kinerja guru bersertifikasi yang menunjukkan bahwa kinerja mengajar guru-guru bersertifikasi cen-derung sama denga guru-guru yang belum sertifikasi tidak ada perbedaan yang signifikan . Hanya beberapa orang guru saja yang mempunyai kinerja tinggi dan hal ini terjadi di gugus cengkeh kecamatan Kandangan.

Penelitian serupa juga dilakukan oleh Yari Dwikurnaningsih dalam penelitiannya tentang Per-bedaan kinerja mengajar guru bimbingan dan kon-seling berdasarkan perolehan sertifikat pendidik dan


(3)

latar belakang pendidikan menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan.

Jika dibandingkan dengan dua peneliti terda-hulu, maka hasil penelitian yang dilakukan saat ini dengan judul Kinerja mengajar guru-guru berserti-fikasi pada daerah binaan 3 Kecamatan Kranggan juga menunjukkan hasil yang sama yaitu tidak ada perbe-daan yang signifikan kinerja mengajar guru bersertifikat.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pelaksanaan program sertifikasi yang digelontorkan pemerintah dengan dana yang tidak sedikit tidak membuat kinerja para guru menjadi optimal.

Hasil telaah dokumen menunjukkan bahwa kualitas RPP yang disusun oleh guru baru mencapai nilai cukup dari kualitas yang diharapkan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kualitas RPP yang disusun oleh para guru yang sudah sertifikasi dan mendapatkan tunjangan profesi masih belum optimal. Hal ini terjadi karena sebagian besar guru dalam membuat silabus dan RPP copy paste dari teman profesi guru lain dan ada juga yang mengedit silabus dan RPP tahun ajaran sebelumnya.

Sedangkan dalam membuat RPP harus berda-sarkan kondisi siswa, kurikulum yang berlaku, memperhitungkan waktu yang tersedia, sistematis, bersifat fleksibel dan herus berdasarkan pada


(4)

pende-katan sistem yang mengutamakan keterpaduan antara tujuan/kompetensi, materi, kegiatan belajar dan evaluasi (Niron, 2009: 26). Maka apabila guru dalam membuat silabus dan RPP hanya mengandalkan copy paste akan membuat guru menjadi kurang atau bahkan tidak kreatif, sehingga proses pembelajaran menjadi monoton dan tidak berkembang. Hal inilah yang membuat peneliti tidak mencamtumkan secara rinci tentang dokumen RPP yang dibuat oleh guru-guru.

Burhanuddin (2001:272) menyatakan bahwa ada lima faktor yang dapat mempengaruhi kinerja guru selaku individu, yakni:

1. Kemampuan. Penguasaan terhadap kompeten-si kerja mutlak diperlukan guna mencapai sasaran kerja. Kemampuan guru dalam halini mampu menguasai empat kompetensi dasar sebagaimana dipersyaratkan Undang-Undang; 2. Motivasi, yaitu pemberian suatu insentif yang

bisa menarik keinginan seseorang untuk melaksanakan sesuatu. Motivasi tidak terlepas dari kebutuhan dan dorongan yangada dalam diri seseorang yang menjadi penggerak, energi dan pengaruh segenap tindak manusia;

3. Dukungan yang diterima, merupakan menifes-tasi kebutuhan sosial terhadap tugas dan tanggung jawab yang telah dilaksanakan; 4. Keberadaan pekerjaan yang mereka lakukan.

Pada dasarnya pekerjaan yang guru lakukan harus dapat diakui sehingga memberikan dampak positif dan menjadi motivasi bagiguru. Sebaik apapun tugas yang dilaksanakan,jika tidak memperoleh pengakuan makatidak dapat


(5)

memberikan manfaat baik bagi individu pelak-sana tugas maupun orang lain,terutama dalam satuan organisasi kerja;

5. Hubungan mereka dengan organisasi. Hubung-an Hubung-antara guru dengHubung-an orgHubung-anisasi harus ber-jalan secara kondusif. Hubungan yang kondu-sif dapat diciptakan apabila masing–masing anggota organisasi mengetahui batas-batas tugas, tanggung jawab dan wewenangnya dalam menjalankan tugas.

Mangkunegara (2001: 87) menyoroti faktor internal yang mempengaruhi kinerja, yaitu: (1) Faktor kemampuan. Secara psikologis kemampuan (ability) pegawai terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan realita (pendidikan). Oleh karena itu pegawai perlu ditempatkan pada pekerjaan yang se-suai dengan keahliannya; (2) Faktor motivasi. Motivasi terbentuk dari sikap (attiude) seorang pegawai dalam menghadapi situasi kerja. Motivasi merupakan kondisi yang menggerakkan diri pegawai terarah untuk men-capai tujuan kerja. Sikap mental merupakan kondisi mental yang mendorong seseorang untuk berusaha mencapai potensi kerja secara maksimal. David McClelland (Mangkunegara, 2001:68), berpendapat bahwa, “Ada hubungan yang positif antara motif berprestasi dengan pencapaian kerja”. Motif berpres-tasi adalah suatu dorongan dalam diri seseorang untuk melakukan suatu kegiatan atau tugas dengan sebaik-baiknya agar mampu mencapai prestasi kerja (kinerja) dengan predikat terpuji.


(6)

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Etos Kerja Guru Belum Bersertifikasi dengan Guru Bersertifikasi di Sekolah Dasar Negeri UPT Dinpendik Kecamatan Kaloran T2 942011083 BAB IV

0 0 12

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kinerja Mengajar Guru-Guru Bersertifikasi di Daerah Binaan 3 Kecamatan Kranggan

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kinerja Mengajar Guru-Guru Bersertifikasi di Daerah Binaan 3 Kecamatan Kranggan T2 942011074 BAB I

0 1 6

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kinerja Mengajar Guru-Guru Bersertifikasi di Daerah Binaan 3 Kecamatan Kranggan T2 942011074 BAB II

0 0 20

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kinerja Mengajar Guru-Guru Bersertifikasi di Daerah Binaan 3 Kecamatan Kranggan T2 942011074 BAB V

0 0 2

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kinerja Mengajar Guru-Guru Bersertifikasi di Daerah Binaan 3 Kecamatan Kranggan

0 0 22

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Kinerja Mengajar Guru Kelas V Bersertifikasi di Daerah Binaan 2 Kecamatan Parakan

0 0 24

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Kinerja Mengajar Guru Kelas V Bersertifikasi di Daerah Binaan 2 Kecamatan Parakan

0 0 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Kinerja Mengajar Guru Kelas V Bersertifikasi di Daerah Binaan 2 Kecamatan Parakan

0 0 22

BAB III METODE PENELITIAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Kinerja Mengajar Guru Kelas V Bersertifikasi di Daerah Binaan 2 Kecamatan Parakan

0 0 14