PERSEPSI GURU DAN TATA USAHA MENGENAI PERILAKU KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN PROSES KOMUNIKASI DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) : Studi deskriptif pada Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kotamadya Ujung Pandang.
PERSEPSI GURU DAN TATA USAHA MENGENAI PERILAKU
KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN PROSES KOMUNIKASI
Dl SEKOLAH MENENGAH ATAS ( SMA )
( Studi deskripcif pada Sekolah Menengah Atas (SMA)
di Koiamadya Ujung Pandang )
TES I S
Diajukan Kepada Panitia Ujian Tesis
lnstitut Keguruan dan llmu Pendidikan Bandung
Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Program Pasca Sarjana
Bidang Studi Administrasi Pendidikan
Oleh
*
ISMAIL TOLLA
399 / A / XVI
FAKULTAS
PASCA
-8
SARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BANDUNG
19 8 7
DlSETUJUl DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING
PROF. DR. ACHMAD SANUSI, SH., MPA.
PEMBIMBING
I
PROF. DR. HJ £NGKQSWARA, M. Ed
^MBIMBING
It
FAKULTAS PASCA SARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BANDUNG
I9S7
&3*
,
-
**&
Vi
DAFTAR ISI
halaman
PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN
ii
±±±
KATA PENGANTAR
PENGHARGAAN DAN UCAPAN TERIMA KASIH
DAFTAR ISI
viii
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR GAMBAR
BAB
I.
: xi
PENDAHULUAN
1
A. Permasalahan
1. Latar Belakang Permasalahan
1
1
2. Rumusan Masalah
BAB
II.
.V
7
B. Tujuan Penelitian
H
C. Manfaat Penelitian
15
PERILAKU KEPEMIMPINAN DAN PROSES KOMUNIKASI
17
A. Telaah Perilaku Kepemimpinan
17
1. Beberapa Rumusan Kepemimpinan
17
2. Teori-teori Dalam Studi Kepemimpimpinan...27
3. Beberapa Pendekatan Dalam Teori Kepemim
pinan
33
B. Telaah Proses Komunikasi
63
1. Beberapa Rumusan Komunikasi
63
2. Bentuk-bentuk Komunikasi
67
3. Proses Komunikasi Dalam Organisasi
70
C. Rangkuman Studi Kepustakaan
76
D. Hasil-hasil Penelitian Sebelumnya
78
1. Beberapa Penelitian Perilaku Kepemimpinan.78
2. Beberapa Penelitian Proses Komunikasi
81
vm
halaman
BAB
III. PROSEDUR PENELITIAN
83
A. Populasi dan Sampel
83
B. Metode Penelitian
86
C. Anggapan Dasar dan Hipotesis
87
D. Alat Pengumpulan Data
89
E. Uji Coba Dalam Rangka Validitas dan Reliabili
tas Instrumen
92
F. Pengumpulan Data
99
G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
100
H. Hasil Pengolahan dan Analisis Data
101
1. Distribusi Data
101
2. Pengujian Hipotesis
110
I. Rangkuman Hasil Pengolahan Data
BAB
IV. KESIMPULAN, DISfflJSI DAN IMPLIKASI
,115
118
A. Kesimpulan
118
B. Diskusi
119
C. Implikasi
128
DAFTAR KEPUSTAKAAN
132
LAMPIRAN - LAMPIRAN
135
IX
DAFTAR TABEL
m , .,
Halaman
Tabel
1. Perincian Penyebaran Anggota Populasi
83
2. Proporsi Anggota Sampel
85
3. Pembobotan Item
4. Perhitungan Uji Analisis Item
9^
96
5. Nilai yang diperoleh dari kedua Rumus Uji Re
liabilitas dari kedua Alat Ukur
98'
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1. Unsur-unsur Perilaku Kepemimpinan
34
2. Model Kepemimpinan Fiedler
39
3. Pohon Keputusan dari Vroom dan Yetton
1,7
if. Empat Gaya Dasar Kepemimpinan Hersey
dan
Blanc hard.
kq
5. Apa yang seharusnya menjadi Perilaku Seseorang
Pemimpin dalam arti tingkat Kedewasaan Bawahan 52
^
6. Tata Hubungan dalam Aplikasi Path - Gool
go
7. Pendekatan Social Learning dalam Kepemimpinan.
62
8. Konsep Jembatan Fayol dalam komunikasi
^
*•*
9. Proses Komunikasi
71
\/\v*
10
11. Poligon Frekwensi Data Perilaku
Kepe-
mimpinan
12
^
Afj/'
102 _ 103 ^C
13. Poligon Frekwensi Data Proses Komunikasi '
^
•
t
10if -105
.XI
BAB
I
PENDAHULUAN
I.
Permasalahan.
A. Latar belakang permasalahan.
Pendidikan pada hakekatnya adalah proses
interaksi
antara pendidik dengan peserta didik yang bertujuan
P Y[
untuk/.
meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecer-
**
dasan dan ketrampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat
engikutnya agar mereka dapat lebih berkarya demi tercapainya tujuan atau prestasi bersama. Di sini diungkapkan ada
nya tiga faktor utama bagi terjadinya kepemimpinan
yaitu
pemimpin, bawahan,dan situasi yangvketiganya •. merupakan
fungsi asasi dari kepemimpinan. Keefektifan suatu
pengaruh
bergantung dari peranan ketiga faktor ini.
Agar kepala sekolah dapat memberi pengaruh „
yang
berarti kepada para stafnya, maka ia harus dapat berkomuni-
kasi dengan mereka secara efektif. Dengan kata lain
kepala
sekolah harus mampu menyesuaikan perilakunya dengan stafnya.
Di dalam proses penyesuaian ini,"perlu diperhatikan
akan
ekspektasi, nilai-nilai dan kemampuan antara peribadi karyawan di mana ia harus berinteraksi': ( Sherron, 1970: 284 ).
Hal ini mencakup
semua
komunikasi dengan individu-indi
vidu termasuk kepala sekolah sendiri, kawan sebaya
serta
kawan seprofesinya. Dari sini dapat dipahani bahwa komunikasi
sangat berguna bagi pemimpin ( kepala sekolah ) dalam
proses
organisasi sekolah, harus dilakukan sedimikian rupa sehingga
dapat terjamin kerjasaraa dalam semua interaksi anggota dengan
memperhatikan karakteristik masing-masing seperti latarbela-
kangnya, nilai-nilai yang dianutnya, ekspektasi dan pengalaman mereka sebagai penunjang di dalam membangun dan raemeli-
hara perasaan harga diri dan kepuasan kerja stafnya.
9
Dengan demikian dapat ditegaskan bahwa efektivitas
kepemimpinan kepala sekolah harus berorientasi pada tugas-
tugas yang harus dilaksanakan dan sekaligus pada tata hubungan manusiawi dengan seluruh'stafnya dan
melibatkan
partisipasi kelompok secara maksimal dalam setiap hal dimana
kepala sekolah sebagai pengarah utama dan dalam partisipasi
atau proses kelompok ini kepala sekolah mengkomunikasikan
ide-idenya secara jelas dan mudah dipahami disamping juga
raempertimbangkan gagasan-gagasan yang muncul dari individu
atau kelompok stafnya.
Dari segi proses komunikasi, bahwa kelancaran fungsi
dan interaksi fungsional dalam manajemen sekolah ditentukan
oleh efektivitas komunikasi di sekolah itu, karena itu pro
ses komunikasi dengan policy dalam komunikasi perlu mendapat perhatian utama darci kepala sekolah. Kepala sekolah ber-
komunikasi mencakup: komunikasi edukatif dengan guru, komu
nikasi administratif dengan tata usaha, dan komunikasi koordinatif dengan pemimpin lain yang sejawat. Komunikasi antar
kepala sekolah dengan guru dan tata usaha di sekolah dilak
sanakan menurut jalur-jalur formal maupun informal sebagaimana layaknya di Indonesia khususnya komunikasi informal lebih
sering dilaksanakan untuk menyelesaikan masalah-raasalah yang
rumit dengan cara penggarapan, sehingga dalam komunikasi for
mal tinggal mengukuhkan saja hasil penggarapan yang dilaku
kan dengan cara informal.
Komunikasi sebagai sarana koordinasi antara berbagai
10
sabsistem dalam organisasi sekolah
utama yaitu:
merapunyai dua
fungsi
(1) fungsi integratif adalah untuk menyatukan
bagian-bagian yang ada dalam organisasi sebagai suatu sistem
yang tidak dapat dipisah-pisah satu sama lain.
. Termasuk
fungsi komunikasi ini adalah perumusan tujuan organisasi ,
koordinasi kegiatan dari berbagai bagian,
peninjauan kembali
kebijakan yang kurang efektif dan sebsgainya, (2) fungsi
komunikasi interaktif, adalah proses pertukaran informasi
yang berjalan secara berkeseimbangan,
pertukaran pendapat
dan sikap yang dipakai sebagai dasar penyesuaian di antara
bagian organisasi atau antara organisasi dengan lingkungan.
Keefektifan proses komunikasi di sekolah secara nyata
dapat diamati atau dipahami melalui kedua fungsi komunikasi
tersebut. Artinya sejauh mana kedua fungsi komunikasi itu
secara positif terjadi dalam proses komunikasi di sekolah.
Kepala sekolah sebagai pemeran utama proses komunikasi
ber-
kewajiban membina proses komunikasi yang efektif karena ke
efektifan proses komunikasi menentukan keefektifan
proses
pendidikan yang berlangsung di sekolah.
Berdasarkan uraian-uraian di atas dapat ditegaskan
bahwa kepemimpinan kepala sekolah yang efektif berkenaan
dengan kesesuaian antara apa yang seharusnya dikerjakan ke
pala sekolah dengan tujuan sekolah yang hendak dicapai. .
Dalam hal ini keefektifan kepemimpinan kepala sekolah difokuskan q3>ada orientasi tugas-tugas dan tata hubungan raanusia
wi dari stafnya dimana kepala sekolah sebagai penanggung jawab
11
utama di sekolahnya.
Penelitian ini lebih bersifat pengujian
hipotesis
secara statistik, di samping juga mengadakan analisis
teo-
ritis secara kualitatif dalam rangka melihat implikasi-implikasinya.
Adapun variabel-variabel masalah penelitian adalah
sebagai berikut
:
(1) Perilaku kepemimpinan kepala sekolah yaitu cara bertindak dari kepala sekolah yang dapat diamati atau dirasa-
kan oleh guru dan tata usaha dalam suasana hubungan
antara atasan dengan bawahan. Interaksi timbal balik
yang terjadi dalam suasana formal maupun informal antara
kepala sekolah dengan guru dan tata usaha dimana kepala
sekolah mempengaruhi, maka terjadilah proses kepemimpi
nan yang dapat melahirkanpersepsi para guru dan tata
usaha menurut pengamatan dan pengalaman mereka masingmasing.
(2) Proses komunikasi adalah proses pertukaran inforjnasi
secara timbal balik antara kepala sekolah dengan para
guru dan tata usaha sekolah. Pengertian ini disesUaikan
dengan kebutuhan penelitian•ini.
Dari pengertian di atas dapat dijelaskan bahwa antara
kepala sekolah dengan guru dan tata usaha dapat secara
bergantian menjadi sumber informasi.
Kepala sekolah berkomunikasi dengan guru dan tata usaha
dimana kepala sekolah sebagai sumber ( sender ) berkenaan
dengan pemberian perintah, nasehat, instruksi, keputusan
dan semacamnya. Sedangkan guru atau tata usaha berkomuni-
kasi dengan kepala sekolah dapat berupa:
ide, saran, atau
kesulitan-kesulitan pribadi dan sebagainya. Dengan demiki-
an dalam proses komunikasi ini bukan hanya kepala sekolah
yang menjadi sumber ( komunikator ), tetapi juga guru atau
tata usaha dapat menjadi sumber ( komunikator ) apabila
dia yang memulai komunikasi. Permasalahannya bahwa sejauh
mana saran, atau ide yang muncul dari bawah dapat diterima
oleh kepala sekolah sebagai input yang berarti bagi kepentingan sekolah bergantung dari perilaku kepala sekolah itu
sendiri.
Interaksi antara variabel penelitian dalam peneliti
an ini adalah sebagai berikut:
Variabel perilaku kepemimpinan kepala sekolah dija
dikan sebagai variabel bebas ( X ), dan variabel
komunikasi sebagai variabel terikat ( Y
proses
).
Interaksi antara variabel tersebut sebagai kerangka
acuan untuk pembahasan selanjutnya digambarkan sebagai be
rikut
:
13
PERSEPSI
Guru dan Tata Usaha Sekolah
Perilaku
Kepemimpinan
Proses
Komunikasi
Kepala sekolah
( X )
( Y )
"
Perilaku
Perilaku
J
T u g a s
Hubungan
Komunikasi Komunikasi
a
1
u
r
Peristiwa
Keterangan :
X
=
Variabel Bebas ( Independence Variabel )
Y
=
Variabel Terikat ( Dependence Variabel )
14
Berdasarkan variabel-variabel tersebut di atas dapat
dirumuskan masalah-masalah penelitian sebagai berikut;
1. Bagaimana hubungan fungsional antara perilaku kepemim
pinan kepala sekolah dengan proses komunikasi dalam pe
nyelenggaraan pendidikan ?
2. Bagaimana derajat kaitan antara perilaku
kepemimpinan
kepala sekolah dengan proses komunikasi dalam meningkatkan efektivitas penyelenggaraan pendidikan di sekolah
?
3» Apakah ada perbedaan yang berarti mengenai persepsi guru
dan tata usaha terhadap perilaku kepemimpinan
kepala
sekolah dan proses komunikasi V
B.
Tu.juan Penelitian.
1. Tujuan umum.
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menda-
patkan gambaran serta analisis interaksi fungsional
dan
derajat keterkaitan antara variabel perilaku kepemimpinan
kepala sekolah dengan proses komunikasi yang . berhubungan
dengan efektivitas penyelenggaraan pendidikan pada Sekolah
Menengah Atas ( SMA ) di Kotamadya Ujung Pandang.
2.
Tu.juan khusus.
Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:
a. Mendapatkan hubungan fungsional antara perilaku kepe
mimpinan kepala sekolah dengan proses komunikasi.
b. Mendapatkan ukuran derajat keterkaitan antara peri
laku kepemimpinan kepala sekolah dengan proses komu-
kasi pada Sekolah Menengah Atas di Kotamadya Ujung
15
Pandang.
c. Mendapatkan gambaran deskriptif tingkat kontribusi
perilaku kepemimpinan kepala sekolah dan proses komu
nikasi terhadap efektivitas manajemen Sekolah Menengah
Atas ( SMA ) di Kotamadya Ujung Pandang.
C.
Manfaat
Penelitian.
Penelitian ini lebih bersifat pengujian hipotesis*
Oleh karena itu dari hasil penelitian ini diharapkan dapat
mengungkapkan gambaran secara deskriptif hubungan fungsi
onal dan derajat keterkaitan serta kontribusi
kepemimpinan kepala sekolah
.dan
perilaku
proses komunikasi ter
hadap peningkatan efektivitas Sekolah Menengah Atas (SMA)
di Kotamadya Ujung Pandang. Lokasi penelitian ini adalah
Sekolah Menengah Atas ( SMA ) yang mendidik siswa-siswa
untuk menjadi tenaga kerja menengah atau menempuh jenjang
pendidikan yang lebih tinggi ( Perguruan Tinggi ).
Penelitian ini membahas masalah-masalah yang me-
nyangkut hubungan antara variabel-variabei penelitian ,
mempunyai kegunaan teoritis dan praktis. Dari segi teori-
tis penelitian ini kondusif terhadap perkembangan
Administrasi Pendidikan khususnya bidang .
Ilmu
Kepemimpinan
Pendidikan dengan teori-teori yang menggunakan pendeka-
tan-pendekatan keperilakuan ( behavioral ). Secara prak
tis penelitian ini memberikan sumbangan positif bagi para
administrator pada umumnya dan khususnya kepala- - kepala
sekolah, terutama Kepala-kepala Menengah Atas
( SMA ) di
16
Kotamadya Ujung Pandang. Juga hasil penelitian ini diharap
kan bermanfaat sebagai masukan bagi prospek -
pengembangan
dan pembinaan dalam rangka upaya meningkatkan efektivitas
kompetensi profesional Kepala-kepala Sekolah bersama segenap
stafnya.
Bila terngrata dari hasil penelitian ini
ditemukan
hubungan yang positif antara perilaku kepemimpinan kepala
sekolah dengan proses komunikasi, maka ada alasan untuk me-
ngatakan bahwa para kepala sekolah perlu ,
memperhatikan
masalah proses komunikasi di sekolah. Proses :.
komunikasi
di sekolah berlangsung secara vertikal ( hubungan
dari
atas ke bawah dan dari bawah ke atas ), horizontal yaitu
hubungan mendatar antara jabatan yang setingkat, dan hubu
ngan yang berbentuk diagonal yaitu komunikasi yang sifatnya
lebih terbuka. Untuk menjaga kelancaran proses komunikasi
di sekolah seyogyanya kepala sekolah lebih menekankan pada
pendekatan manusiawi dalam menjalankan kepemimpinannya.
•
•*-
BAB
III
PROS E1DU.R PENELITIAN
Populasi dalam penelitian ini meliputi keseluruhan
karakteristik vang menyangkut perilaku kepemimpinan dan pro
ses komunikasi kepala sekolah dalam perwujudannya sebagai
pemegang posisi. dan pelayan •. terhadap Guru-guru dan pega
wai SMA di Kotamadya
Ujung Pandang.
Adapun yang menjadi subyek unit populasi adalah seluruh gu
ru termasuk Kepala Sekolah dan Pegawai SMA Negri, di Kota
madya Ujung Pandang yang penyebarannya seperti terlihat
pada tabel berikut ini.
TABEL
I
PERINCIAN PENYEBARAN ANGGOTA POPULASI
HO
S
e
•SMA
k
o
1
a
I
j Guru
h
~
1
Jumlah
Neg.
1
125
30
155
?..
SMA Neg.
£.
33
20
"03
3»
SMA Neg.
3
79
19
98
4.
SMA Neg.
h
62
15
77
,? *
SMA Neg.
p
73
18
93
6.
| SMA Neg.
to
37
12
69
•?.
SMA Ne5.
'/
38
10
if 8
8.
SMA
23
9
3Z
9.
Si-hi Neg,
23
5
28
10.
SMA Ntij.
1
2
3
1 ZfO
706
»
/-
-
Nea.
"'
J
—
1
Pegawai
i
Sumb er:
u m 1 a
~j
\
i 0
566
h
i
Bidang Dik. U mum.Kanwil Depdikbud
Sulawesi Selatan, Mei 1986.
S3
Propinsi
'
84
Jntuk pamilihan anggota sampel dalam penelitian ini,
dibatasi pada hanya guru-guru dan pegawai tetap saja.
Ukuran atau jumlah unit sampel penelitian ditentukan dengan
menggunakan aturan penentuan sampel penelitian yang dikemu
kakan oleh Koentjaraningrat ( 1981 : 130 ) sebagai berikut:
Rumus
:
PS
=
\/ Ps. qs
N
Pengoperasian rumus tersebut di atas,untuk menentukan uku
ran besarnya sampel terlihat pada lampiran tesis ini. Hasil
penerapan rumts tersebut, diperoleh ukuran besarnya jumlah
sampel minimal = 125. Untuk dalam penelitian sesungguhnya
jumlah minimal tersebut diperbesar menjadi 150 anggota sam
pel dengan pertimbangan untuk memperkecil kemungkinan-kemungkinan kesalahan yang disebkan adanya faktor-faktor ter
tentu yang terdapat dalam anggota populasi kebetulan juga
terdapat dalam anggota sampel dan faktor-faktor lainnya yang
tidak termasuk. Kesalahan yang demikian biasa disebut ke
salahan. sifat random sampling.
Berdasarkan prosedur penerapan rumus tersebut ditam-
bah aeugau pertimbangan-pertimbangan rasional akan kemungkinan adanya kesalahan yang disebabkan adanya faktor-faktor
tertentu, maka penentuan basarnya sampel penelitian ini se
perti terlihat pada tabel proporsi anggota sampel berikut:
85
'LABEL
PHOPOKSI
? NO.
]
I 1.
I
5*
I
oI-lj-x .
J.1* Og .
oi*'i.a.
x^ :a
c.
) Ska. keg
^i*'hi,
u
AHGGOTA ShMPEL
s i u r u J Pegawai
4- •
J
2
m
k eg.
D
37
u
ra
30
38
{
as
35
f
25
30
i
50
1
a
h
47
|
IkO
1
10
J
ItO
teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah
area sarapi.ing lan acak dengan prosedur: Pertama, menetap-
kan secare acak empat buah SMA sebagai area penelitian ,
Kedua, sec—rs orotorsional ditetapkan jumlah anggota sam
pel dari ^esir, p-mosing sekolah yang telah ditunjuk, Ke ti
ga, pengambilan anggota sampel sesuai dengan proporsi yegg
telah ditentuk-.m dilakukan secara random.
Penentuan sampel hanya dioatasi oada guru dan pegawai tetat>
hal
ini.
aiiakukan dengan pertimbangan sebagai
berikut:
i. 'iuri: a.ar; pepaaai tetap lebih cerii--:at oleh pei-aturan -
peraturan c.i sekolah dibanding dengan guru dan pegawai
honorer sapa.
2. Guru dan pegawai tetap lebih banyak pengalamannya di
sekolan tersebut dan lebih terikat dengan tugas-tugas
86
:>;- •!A' —^
s-,i:3(=-:us-i.kar'.nyfe disamping rasa tanggung jawab
terhadap t>:. mbinaan sekolah itu lebih besar.
p. Kareta guru dtn pegawai tetap lebih banyak mengetahui se
cara luas keadaan sekolah ternpat mereka bekerja sehinggah
kemamnuan uempersersi situasi sekolah yang sebenarnya akan
lebih baik pula.
4- Guru dan pegawai tetap lebih banyak berkomunikasi dengan
kepala sekolah sehingga dapat mendiskripsika.n perilaku
apa adanya dari kepala sekolah.
B* Hetod e Pe ne 1 ;.t±fm -
Metouo yang digunakan dalam penelitian ini ialah me
tode deskriptif yaitu" memberikan gambaran tentang fenomena
tertentu atau aspek kehidupan tertentu dari masyarakat yang
diteliti". ( Masri Singarimbun, dkk, l98l : 9 ). Sedangkan
Rosenberg, Morris ( 1Q68 ) memberikan dua pengertian. metode
deskriptif, ,-aitu : (1) mendeskripsikan gejala-geJala yang
diteliti, (2) mempelajari hubungan antara gejala - gejala
yang diteliti1' .
Metode M-,sKr- ptif tiaak terbatas hanya sampai pada pengum
pulan aata, tetapi meliputi analisis dan interpretasi ten-
xang .rrj i^.., Ltu. ^melitian deskriptif membandingkan pers.maai. aan peroeoaan fenomena tertentu". ( Winarno Surachmad, 1980 : :y) ).
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini sesuai dengan data yang diperlukan yaitu da
ta mengenai efektivitas perilaku kepemimpinan : Kepela Sekolah
87
••'1.!-! anuria -a dengan proves koraunikasinya melalui persepsi
guru-guru dar. pegawai, maka alat pengumpul data yang dig a na ka 11 a d a la n:
.'.., Teknik kueakioner.
Teknik kuesioner atau angket ini. dimaksudkan untuk men-
dapatkan data dengan pertanyaan tertutup kepada respon
ded yang keraudian dikumpulkan hasil angket itu.
2. Teknik pengumpulan- data dengan observasi.
reknik in: peneliti secara langsung mengamati obyek pe
nelitian sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
p. i'eknik pengumpulan data dengan teknik dokumenter.
Dengan teknik .dokumenter ini, dimaksudkan untuk mendapatkan data tertulis dari obyek penelitian yang berujut dokumentaai-dokumentasi.
C* Anggapan Dasar dan Hinotesiw.
As urns:..-asurnsi yang melandasi pengembangan studi ini
adalah sebagai berikut:
1. Kepala Sekolah dengan segenap aparatnya ( guru-guru dan
peg..t.u.J berkomunikasi'di sekolah sebagai kerabat-kerja.
Sementara itu pergauian dalam kelompok baik sebagai pemimein ma uput keraoat kerja, merupakan pola - pola perilaku
;/cng :a,iekat dalam rekaman masing-masing individu untuk
kemudian capat diungkapkan melalui persepsi-persepsi.
2. Dalam memantau perilaku kepemimpinan kepala sekolah pada
hakekatnya terukir dari komunikasinya dan ini berurusan
dengan persepsi guru-guru dan pegawai di sekolah.
88
p. -erd laKu ^e-aemimtnifar: kex-aia sekolah hendaknya menjadi
suri tauiadan dalam menciptakan situasi dan kondisi seko
lah yang ko/idusif bagi segenap aparat sekolah.
4. Keb^rhasilati sekolah berturabuh dan berkembang ke arah
inovatif sebagian besar ditentukan oleh kepala
sekolah
sebagai temimpj.n pendidikan. Oleh karena itu kualitas dan
perilaku kerela sekolah secara langsung maupun tidak, mem
pengaruhi prestasi dan penampilan seluruh stafnya.
5. Proses komunikasi di sekolah adalah proses pertukaran in
formasi ke berbagai aubsistem organisasi sekolah
dalam
upaya meraperlancar dinamisasi kerjasama antar individu
pelaksana mnupun koordinasi terhadap berbagai kegiatan
yang telah didelegasikan kepada para aparat sekolah. Untuk
itu komunikasi yang terbuka memberikan kontribusi yang
berarti bagi efektivitas penyelenggaraan pendidikan di
sekolah.
Adapun hipotesis penelitian sebagai jawaban sementara
terhadap
permisalahan yang telah dikemukakan adalah sbb:
1. Adanya hubungan fungsional linier dan positii antara peri
laku kepemimpinan kepala sekolah dengan proses komunikasi.
2. Terdapat keterkaitan antara perilaku kepemimpinan kepala
sekolah dengan proses komunikasi.
3. Terdapat perbedaan yang berarti mengenai persepsi guru dan
tata usaha tentang perilaku kepemimpinan kepala sekolah
dan proses komunikasi dilihat dari jenis kelamin ( L/P ),
dan antara guru dengan tata usaha.
89
L';« Aj^iL_li^jgLlML5Jil™i^tfi -
Sesuai iengan data yang diperlukan dalam penelitian
mi yaitu data tentang deskripsi perilaku kepemimpinan ke-
pala sekolah dan proses komunikasi melalui persepsi guru-
guru dan tata usaha sekolah, maka alat pengumpul data yang
digunakan auatan kuesioner. Ada dua macam kuesioner yang
digunakan yaitu: (I) kuesioner untuk data perilaku kepe mimpinan Kepala sekolah, (2) kuesioner untuk data
proses
komunikasi.
Kuesioner untuk variabel perilaku kepemimpinan ke
pala sekolah, menggunakan instrumen" ; Leader
Behavior
Description Questionaire » ( LBDQ ). instrumen ini meru
pakan warisan dari Ohio State University yang dipakai un
tuk mempelajari bagaimana seorang pemimpin menjalankan
tugasnya yang dideskripsikan ke dalam dua aspek kepemim
pinan yakni : " Initating Structure dan Consideration >•
Initating structure adalah melukiskan cara pemimpin berhubungan dengan bawahannya dengan menetapkan pola organi
sasi, saluran komunikasi dan metoda atau prosedur yang
dipakai dalam organisasi. Sedangkan Consideration adalah
melukiskan cara pemimpin berhubungan dengan bav.ahan yang
lebih tcrbuka, bersahabat, saling mempercayai, penghargaan
dan kenangatan dalam hubungan antara pemimpin dengan bawa
hannya .
Kuesioner untuk variabel proses komunikasi, sebagian
90
aiambi.L dari kuesioner Sr. Ee. Javier dari studinya" Proses
komunikasi dan Pengambilan Keputusan" di Filipina tahun 1973
aan se bagian lagi dikonstruksi sendiri oleh penulis.
Sekalinun kuesioner tersebut telah terpercaya keba-
kuannya, namun karena sifatnya dialih budayakan sehingga
masih harus dimodifikasi seperlunya sesuai dengan karakteristik dan tata nilai kita yang berlaku. Sedangkan dalam
hal validitas dan reliabilitasnya, diadakan uji coba sebe-
lum kuesioner tersebut digunakan untuk penelitian sesungguh
nya.
Penelitian ini secara khusus menelaah bagaimana ke
pala sekolah dalam menjalankan tugasnya sebagai. pemimpin
di sekolah. Berdasarkan teori yang mengilhami penelitian
ir.i yaitu teori kepemimpinan situasional, maka ousat per
hatian terhadap kepemimpinan kepala sekolah diarahkan ke
pada dua dimensi perilaku kepemimpinan yaitu; (1 ) dimen
si perilaku tugas ( task behavior ), (2) dimensi
perilaku
hubungan ( relationship behavior ).
Dime isi perilaku tugas yaitu sampai dimana kepala
sekolah mengorganisasikan tugas-.tugas anggotanya ( guru
dan tata usah,, sekolah ) aalam usaha meningkatkan produktivitas individu maupun kelompok dalam palaksanaan tugas.mere
ka . Sedangkan dimensi perilaku hubungan adalah sampai seberapa jauh kepala sekolah menjaga hubungannya baik formal
maupun informal dengan para guru dan tata usaha sekolah.
91
Kedua variabel yang
KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN PROSES KOMUNIKASI
Dl SEKOLAH MENENGAH ATAS ( SMA )
( Studi deskripcif pada Sekolah Menengah Atas (SMA)
di Koiamadya Ujung Pandang )
TES I S
Diajukan Kepada Panitia Ujian Tesis
lnstitut Keguruan dan llmu Pendidikan Bandung
Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Program Pasca Sarjana
Bidang Studi Administrasi Pendidikan
Oleh
*
ISMAIL TOLLA
399 / A / XVI
FAKULTAS
PASCA
-8
SARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BANDUNG
19 8 7
DlSETUJUl DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING
PROF. DR. ACHMAD SANUSI, SH., MPA.
PEMBIMBING
I
PROF. DR. HJ £NGKQSWARA, M. Ed
^MBIMBING
It
FAKULTAS PASCA SARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BANDUNG
I9S7
&3*
,
-
**&
Vi
DAFTAR ISI
halaman
PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN
ii
±±±
KATA PENGANTAR
PENGHARGAAN DAN UCAPAN TERIMA KASIH
DAFTAR ISI
viii
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR GAMBAR
BAB
I.
: xi
PENDAHULUAN
1
A. Permasalahan
1. Latar Belakang Permasalahan
1
1
2. Rumusan Masalah
BAB
II.
.V
7
B. Tujuan Penelitian
H
C. Manfaat Penelitian
15
PERILAKU KEPEMIMPINAN DAN PROSES KOMUNIKASI
17
A. Telaah Perilaku Kepemimpinan
17
1. Beberapa Rumusan Kepemimpinan
17
2. Teori-teori Dalam Studi Kepemimpimpinan...27
3. Beberapa Pendekatan Dalam Teori Kepemim
pinan
33
B. Telaah Proses Komunikasi
63
1. Beberapa Rumusan Komunikasi
63
2. Bentuk-bentuk Komunikasi
67
3. Proses Komunikasi Dalam Organisasi
70
C. Rangkuman Studi Kepustakaan
76
D. Hasil-hasil Penelitian Sebelumnya
78
1. Beberapa Penelitian Perilaku Kepemimpinan.78
2. Beberapa Penelitian Proses Komunikasi
81
vm
halaman
BAB
III. PROSEDUR PENELITIAN
83
A. Populasi dan Sampel
83
B. Metode Penelitian
86
C. Anggapan Dasar dan Hipotesis
87
D. Alat Pengumpulan Data
89
E. Uji Coba Dalam Rangka Validitas dan Reliabili
tas Instrumen
92
F. Pengumpulan Data
99
G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
100
H. Hasil Pengolahan dan Analisis Data
101
1. Distribusi Data
101
2. Pengujian Hipotesis
110
I. Rangkuman Hasil Pengolahan Data
BAB
IV. KESIMPULAN, DISfflJSI DAN IMPLIKASI
,115
118
A. Kesimpulan
118
B. Diskusi
119
C. Implikasi
128
DAFTAR KEPUSTAKAAN
132
LAMPIRAN - LAMPIRAN
135
IX
DAFTAR TABEL
m , .,
Halaman
Tabel
1. Perincian Penyebaran Anggota Populasi
83
2. Proporsi Anggota Sampel
85
3. Pembobotan Item
4. Perhitungan Uji Analisis Item
9^
96
5. Nilai yang diperoleh dari kedua Rumus Uji Re
liabilitas dari kedua Alat Ukur
98'
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1. Unsur-unsur Perilaku Kepemimpinan
34
2. Model Kepemimpinan Fiedler
39
3. Pohon Keputusan dari Vroom dan Yetton
1,7
if. Empat Gaya Dasar Kepemimpinan Hersey
dan
Blanc hard.
kq
5. Apa yang seharusnya menjadi Perilaku Seseorang
Pemimpin dalam arti tingkat Kedewasaan Bawahan 52
^
6. Tata Hubungan dalam Aplikasi Path - Gool
go
7. Pendekatan Social Learning dalam Kepemimpinan.
62
8. Konsep Jembatan Fayol dalam komunikasi
^
*•*
9. Proses Komunikasi
71
\/\v*
10
11. Poligon Frekwensi Data Perilaku
Kepe-
mimpinan
12
^
Afj/'
102 _ 103 ^C
13. Poligon Frekwensi Data Proses Komunikasi '
^
•
t
10if -105
.XI
BAB
I
PENDAHULUAN
I.
Permasalahan.
A. Latar belakang permasalahan.
Pendidikan pada hakekatnya adalah proses
interaksi
antara pendidik dengan peserta didik yang bertujuan
P Y[
untuk/.
meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecer-
**
dasan dan ketrampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat
engikutnya agar mereka dapat lebih berkarya demi tercapainya tujuan atau prestasi bersama. Di sini diungkapkan ada
nya tiga faktor utama bagi terjadinya kepemimpinan
yaitu
pemimpin, bawahan,dan situasi yangvketiganya •. merupakan
fungsi asasi dari kepemimpinan. Keefektifan suatu
pengaruh
bergantung dari peranan ketiga faktor ini.
Agar kepala sekolah dapat memberi pengaruh „
yang
berarti kepada para stafnya, maka ia harus dapat berkomuni-
kasi dengan mereka secara efektif. Dengan kata lain
kepala
sekolah harus mampu menyesuaikan perilakunya dengan stafnya.
Di dalam proses penyesuaian ini,"perlu diperhatikan
akan
ekspektasi, nilai-nilai dan kemampuan antara peribadi karyawan di mana ia harus berinteraksi': ( Sherron, 1970: 284 ).
Hal ini mencakup
semua
komunikasi dengan individu-indi
vidu termasuk kepala sekolah sendiri, kawan sebaya
serta
kawan seprofesinya. Dari sini dapat dipahani bahwa komunikasi
sangat berguna bagi pemimpin ( kepala sekolah ) dalam
proses
organisasi sekolah, harus dilakukan sedimikian rupa sehingga
dapat terjamin kerjasaraa dalam semua interaksi anggota dengan
memperhatikan karakteristik masing-masing seperti latarbela-
kangnya, nilai-nilai yang dianutnya, ekspektasi dan pengalaman mereka sebagai penunjang di dalam membangun dan raemeli-
hara perasaan harga diri dan kepuasan kerja stafnya.
9
Dengan demikian dapat ditegaskan bahwa efektivitas
kepemimpinan kepala sekolah harus berorientasi pada tugas-
tugas yang harus dilaksanakan dan sekaligus pada tata hubungan manusiawi dengan seluruh'stafnya dan
melibatkan
partisipasi kelompok secara maksimal dalam setiap hal dimana
kepala sekolah sebagai pengarah utama dan dalam partisipasi
atau proses kelompok ini kepala sekolah mengkomunikasikan
ide-idenya secara jelas dan mudah dipahami disamping juga
raempertimbangkan gagasan-gagasan yang muncul dari individu
atau kelompok stafnya.
Dari segi proses komunikasi, bahwa kelancaran fungsi
dan interaksi fungsional dalam manajemen sekolah ditentukan
oleh efektivitas komunikasi di sekolah itu, karena itu pro
ses komunikasi dengan policy dalam komunikasi perlu mendapat perhatian utama darci kepala sekolah. Kepala sekolah ber-
komunikasi mencakup: komunikasi edukatif dengan guru, komu
nikasi administratif dengan tata usaha, dan komunikasi koordinatif dengan pemimpin lain yang sejawat. Komunikasi antar
kepala sekolah dengan guru dan tata usaha di sekolah dilak
sanakan menurut jalur-jalur formal maupun informal sebagaimana layaknya di Indonesia khususnya komunikasi informal lebih
sering dilaksanakan untuk menyelesaikan masalah-raasalah yang
rumit dengan cara penggarapan, sehingga dalam komunikasi for
mal tinggal mengukuhkan saja hasil penggarapan yang dilaku
kan dengan cara informal.
Komunikasi sebagai sarana koordinasi antara berbagai
10
sabsistem dalam organisasi sekolah
utama yaitu:
merapunyai dua
fungsi
(1) fungsi integratif adalah untuk menyatukan
bagian-bagian yang ada dalam organisasi sebagai suatu sistem
yang tidak dapat dipisah-pisah satu sama lain.
. Termasuk
fungsi komunikasi ini adalah perumusan tujuan organisasi ,
koordinasi kegiatan dari berbagai bagian,
peninjauan kembali
kebijakan yang kurang efektif dan sebsgainya, (2) fungsi
komunikasi interaktif, adalah proses pertukaran informasi
yang berjalan secara berkeseimbangan,
pertukaran pendapat
dan sikap yang dipakai sebagai dasar penyesuaian di antara
bagian organisasi atau antara organisasi dengan lingkungan.
Keefektifan proses komunikasi di sekolah secara nyata
dapat diamati atau dipahami melalui kedua fungsi komunikasi
tersebut. Artinya sejauh mana kedua fungsi komunikasi itu
secara positif terjadi dalam proses komunikasi di sekolah.
Kepala sekolah sebagai pemeran utama proses komunikasi
ber-
kewajiban membina proses komunikasi yang efektif karena ke
efektifan proses komunikasi menentukan keefektifan
proses
pendidikan yang berlangsung di sekolah.
Berdasarkan uraian-uraian di atas dapat ditegaskan
bahwa kepemimpinan kepala sekolah yang efektif berkenaan
dengan kesesuaian antara apa yang seharusnya dikerjakan ke
pala sekolah dengan tujuan sekolah yang hendak dicapai. .
Dalam hal ini keefektifan kepemimpinan kepala sekolah difokuskan q3>ada orientasi tugas-tugas dan tata hubungan raanusia
wi dari stafnya dimana kepala sekolah sebagai penanggung jawab
11
utama di sekolahnya.
Penelitian ini lebih bersifat pengujian
hipotesis
secara statistik, di samping juga mengadakan analisis
teo-
ritis secara kualitatif dalam rangka melihat implikasi-implikasinya.
Adapun variabel-variabel masalah penelitian adalah
sebagai berikut
:
(1) Perilaku kepemimpinan kepala sekolah yaitu cara bertindak dari kepala sekolah yang dapat diamati atau dirasa-
kan oleh guru dan tata usaha dalam suasana hubungan
antara atasan dengan bawahan. Interaksi timbal balik
yang terjadi dalam suasana formal maupun informal antara
kepala sekolah dengan guru dan tata usaha dimana kepala
sekolah mempengaruhi, maka terjadilah proses kepemimpi
nan yang dapat melahirkanpersepsi para guru dan tata
usaha menurut pengamatan dan pengalaman mereka masingmasing.
(2) Proses komunikasi adalah proses pertukaran inforjnasi
secara timbal balik antara kepala sekolah dengan para
guru dan tata usaha sekolah. Pengertian ini disesUaikan
dengan kebutuhan penelitian•ini.
Dari pengertian di atas dapat dijelaskan bahwa antara
kepala sekolah dengan guru dan tata usaha dapat secara
bergantian menjadi sumber informasi.
Kepala sekolah berkomunikasi dengan guru dan tata usaha
dimana kepala sekolah sebagai sumber ( sender ) berkenaan
dengan pemberian perintah, nasehat, instruksi, keputusan
dan semacamnya. Sedangkan guru atau tata usaha berkomuni-
kasi dengan kepala sekolah dapat berupa:
ide, saran, atau
kesulitan-kesulitan pribadi dan sebagainya. Dengan demiki-
an dalam proses komunikasi ini bukan hanya kepala sekolah
yang menjadi sumber ( komunikator ), tetapi juga guru atau
tata usaha dapat menjadi sumber ( komunikator ) apabila
dia yang memulai komunikasi. Permasalahannya bahwa sejauh
mana saran, atau ide yang muncul dari bawah dapat diterima
oleh kepala sekolah sebagai input yang berarti bagi kepentingan sekolah bergantung dari perilaku kepala sekolah itu
sendiri.
Interaksi antara variabel penelitian dalam peneliti
an ini adalah sebagai berikut:
Variabel perilaku kepemimpinan kepala sekolah dija
dikan sebagai variabel bebas ( X ), dan variabel
komunikasi sebagai variabel terikat ( Y
proses
).
Interaksi antara variabel tersebut sebagai kerangka
acuan untuk pembahasan selanjutnya digambarkan sebagai be
rikut
:
13
PERSEPSI
Guru dan Tata Usaha Sekolah
Perilaku
Kepemimpinan
Proses
Komunikasi
Kepala sekolah
( X )
( Y )
"
Perilaku
Perilaku
J
T u g a s
Hubungan
Komunikasi Komunikasi
a
1
u
r
Peristiwa
Keterangan :
X
=
Variabel Bebas ( Independence Variabel )
Y
=
Variabel Terikat ( Dependence Variabel )
14
Berdasarkan variabel-variabel tersebut di atas dapat
dirumuskan masalah-masalah penelitian sebagai berikut;
1. Bagaimana hubungan fungsional antara perilaku kepemim
pinan kepala sekolah dengan proses komunikasi dalam pe
nyelenggaraan pendidikan ?
2. Bagaimana derajat kaitan antara perilaku
kepemimpinan
kepala sekolah dengan proses komunikasi dalam meningkatkan efektivitas penyelenggaraan pendidikan di sekolah
?
3» Apakah ada perbedaan yang berarti mengenai persepsi guru
dan tata usaha terhadap perilaku kepemimpinan
kepala
sekolah dan proses komunikasi V
B.
Tu.juan Penelitian.
1. Tujuan umum.
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menda-
patkan gambaran serta analisis interaksi fungsional
dan
derajat keterkaitan antara variabel perilaku kepemimpinan
kepala sekolah dengan proses komunikasi yang . berhubungan
dengan efektivitas penyelenggaraan pendidikan pada Sekolah
Menengah Atas ( SMA ) di Kotamadya Ujung Pandang.
2.
Tu.juan khusus.
Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:
a. Mendapatkan hubungan fungsional antara perilaku kepe
mimpinan kepala sekolah dengan proses komunikasi.
b. Mendapatkan ukuran derajat keterkaitan antara peri
laku kepemimpinan kepala sekolah dengan proses komu-
kasi pada Sekolah Menengah Atas di Kotamadya Ujung
15
Pandang.
c. Mendapatkan gambaran deskriptif tingkat kontribusi
perilaku kepemimpinan kepala sekolah dan proses komu
nikasi terhadap efektivitas manajemen Sekolah Menengah
Atas ( SMA ) di Kotamadya Ujung Pandang.
C.
Manfaat
Penelitian.
Penelitian ini lebih bersifat pengujian hipotesis*
Oleh karena itu dari hasil penelitian ini diharapkan dapat
mengungkapkan gambaran secara deskriptif hubungan fungsi
onal dan derajat keterkaitan serta kontribusi
kepemimpinan kepala sekolah
.dan
perilaku
proses komunikasi ter
hadap peningkatan efektivitas Sekolah Menengah Atas (SMA)
di Kotamadya Ujung Pandang. Lokasi penelitian ini adalah
Sekolah Menengah Atas ( SMA ) yang mendidik siswa-siswa
untuk menjadi tenaga kerja menengah atau menempuh jenjang
pendidikan yang lebih tinggi ( Perguruan Tinggi ).
Penelitian ini membahas masalah-masalah yang me-
nyangkut hubungan antara variabel-variabei penelitian ,
mempunyai kegunaan teoritis dan praktis. Dari segi teori-
tis penelitian ini kondusif terhadap perkembangan
Administrasi Pendidikan khususnya bidang .
Ilmu
Kepemimpinan
Pendidikan dengan teori-teori yang menggunakan pendeka-
tan-pendekatan keperilakuan ( behavioral ). Secara prak
tis penelitian ini memberikan sumbangan positif bagi para
administrator pada umumnya dan khususnya kepala- - kepala
sekolah, terutama Kepala-kepala Menengah Atas
( SMA ) di
16
Kotamadya Ujung Pandang. Juga hasil penelitian ini diharap
kan bermanfaat sebagai masukan bagi prospek -
pengembangan
dan pembinaan dalam rangka upaya meningkatkan efektivitas
kompetensi profesional Kepala-kepala Sekolah bersama segenap
stafnya.
Bila terngrata dari hasil penelitian ini
ditemukan
hubungan yang positif antara perilaku kepemimpinan kepala
sekolah dengan proses komunikasi, maka ada alasan untuk me-
ngatakan bahwa para kepala sekolah perlu ,
memperhatikan
masalah proses komunikasi di sekolah. Proses :.
komunikasi
di sekolah berlangsung secara vertikal ( hubungan
dari
atas ke bawah dan dari bawah ke atas ), horizontal yaitu
hubungan mendatar antara jabatan yang setingkat, dan hubu
ngan yang berbentuk diagonal yaitu komunikasi yang sifatnya
lebih terbuka. Untuk menjaga kelancaran proses komunikasi
di sekolah seyogyanya kepala sekolah lebih menekankan pada
pendekatan manusiawi dalam menjalankan kepemimpinannya.
•
•*-
BAB
III
PROS E1DU.R PENELITIAN
Populasi dalam penelitian ini meliputi keseluruhan
karakteristik vang menyangkut perilaku kepemimpinan dan pro
ses komunikasi kepala sekolah dalam perwujudannya sebagai
pemegang posisi. dan pelayan •. terhadap Guru-guru dan pega
wai SMA di Kotamadya
Ujung Pandang.
Adapun yang menjadi subyek unit populasi adalah seluruh gu
ru termasuk Kepala Sekolah dan Pegawai SMA Negri, di Kota
madya Ujung Pandang yang penyebarannya seperti terlihat
pada tabel berikut ini.
TABEL
I
PERINCIAN PENYEBARAN ANGGOTA POPULASI
HO
S
e
•SMA
k
o
1
a
I
j Guru
h
~
1
Jumlah
Neg.
1
125
30
155
?..
SMA Neg.
£.
33
20
"03
3»
SMA Neg.
3
79
19
98
4.
SMA Neg.
h
62
15
77
,? *
SMA Neg.
p
73
18
93
6.
| SMA Neg.
to
37
12
69
•?.
SMA Ne5.
'/
38
10
if 8
8.
SMA
23
9
3Z
9.
Si-hi Neg,
23
5
28
10.
SMA Ntij.
1
2
3
1 ZfO
706
»
/-
-
Nea.
"'
J
—
1
Pegawai
i
Sumb er:
u m 1 a
~j
\
i 0
566
h
i
Bidang Dik. U mum.Kanwil Depdikbud
Sulawesi Selatan, Mei 1986.
S3
Propinsi
'
84
Jntuk pamilihan anggota sampel dalam penelitian ini,
dibatasi pada hanya guru-guru dan pegawai tetap saja.
Ukuran atau jumlah unit sampel penelitian ditentukan dengan
menggunakan aturan penentuan sampel penelitian yang dikemu
kakan oleh Koentjaraningrat ( 1981 : 130 ) sebagai berikut:
Rumus
:
PS
=
\/ Ps. qs
N
Pengoperasian rumus tersebut di atas,untuk menentukan uku
ran besarnya sampel terlihat pada lampiran tesis ini. Hasil
penerapan rumts tersebut, diperoleh ukuran besarnya jumlah
sampel minimal = 125. Untuk dalam penelitian sesungguhnya
jumlah minimal tersebut diperbesar menjadi 150 anggota sam
pel dengan pertimbangan untuk memperkecil kemungkinan-kemungkinan kesalahan yang disebkan adanya faktor-faktor ter
tentu yang terdapat dalam anggota populasi kebetulan juga
terdapat dalam anggota sampel dan faktor-faktor lainnya yang
tidak termasuk. Kesalahan yang demikian biasa disebut ke
salahan. sifat random sampling.
Berdasarkan prosedur penerapan rumus tersebut ditam-
bah aeugau pertimbangan-pertimbangan rasional akan kemungkinan adanya kesalahan yang disebabkan adanya faktor-faktor
tertentu, maka penentuan basarnya sampel penelitian ini se
perti terlihat pada tabel proporsi anggota sampel berikut:
85
'LABEL
PHOPOKSI
? NO.
]
I 1.
I
5*
I
oI-lj-x .
J.1* Og .
oi*'i.a.
x^ :a
c.
) Ska. keg
^i*'hi,
u
AHGGOTA ShMPEL
s i u r u J Pegawai
4- •
J
2
m
k eg.
D
37
u
ra
30
38
{
as
35
f
25
30
i
50
1
a
h
47
|
IkO
1
10
J
ItO
teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah
area sarapi.ing lan acak dengan prosedur: Pertama, menetap-
kan secare acak empat buah SMA sebagai area penelitian ,
Kedua, sec—rs orotorsional ditetapkan jumlah anggota sam
pel dari ^esir, p-mosing sekolah yang telah ditunjuk, Ke ti
ga, pengambilan anggota sampel sesuai dengan proporsi yegg
telah ditentuk-.m dilakukan secara random.
Penentuan sampel hanya dioatasi oada guru dan pegawai tetat>
hal
ini.
aiiakukan dengan pertimbangan sebagai
berikut:
i. 'iuri: a.ar; pepaaai tetap lebih cerii--:at oleh pei-aturan -
peraturan c.i sekolah dibanding dengan guru dan pegawai
honorer sapa.
2. Guru dan pegawai tetap lebih banyak pengalamannya di
sekolan tersebut dan lebih terikat dengan tugas-tugas
86
:>;- •!A' —^
s-,i:3(=-:us-i.kar'.nyfe disamping rasa tanggung jawab
terhadap t>:. mbinaan sekolah itu lebih besar.
p. Kareta guru dtn pegawai tetap lebih banyak mengetahui se
cara luas keadaan sekolah ternpat mereka bekerja sehinggah
kemamnuan uempersersi situasi sekolah yang sebenarnya akan
lebih baik pula.
4- Guru dan pegawai tetap lebih banyak berkomunikasi dengan
kepala sekolah sehingga dapat mendiskripsika.n perilaku
apa adanya dari kepala sekolah.
B* Hetod e Pe ne 1 ;.t±fm -
Metouo yang digunakan dalam penelitian ini ialah me
tode deskriptif yaitu" memberikan gambaran tentang fenomena
tertentu atau aspek kehidupan tertentu dari masyarakat yang
diteliti". ( Masri Singarimbun, dkk, l98l : 9 ). Sedangkan
Rosenberg, Morris ( 1Q68 ) memberikan dua pengertian. metode
deskriptif, ,-aitu : (1) mendeskripsikan gejala-geJala yang
diteliti, (2) mempelajari hubungan antara gejala - gejala
yang diteliti1' .
Metode M-,sKr- ptif tiaak terbatas hanya sampai pada pengum
pulan aata, tetapi meliputi analisis dan interpretasi ten-
xang .rrj i^.., Ltu. ^melitian deskriptif membandingkan pers.maai. aan peroeoaan fenomena tertentu". ( Winarno Surachmad, 1980 : :y) ).
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini sesuai dengan data yang diperlukan yaitu da
ta mengenai efektivitas perilaku kepemimpinan : Kepela Sekolah
87
••'1.!-! anuria -a dengan proves koraunikasinya melalui persepsi
guru-guru dar. pegawai, maka alat pengumpul data yang dig a na ka 11 a d a la n:
.'.., Teknik kueakioner.
Teknik kuesioner atau angket ini. dimaksudkan untuk men-
dapatkan data dengan pertanyaan tertutup kepada respon
ded yang keraudian dikumpulkan hasil angket itu.
2. Teknik pengumpulan- data dengan observasi.
reknik in: peneliti secara langsung mengamati obyek pe
nelitian sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
p. i'eknik pengumpulan data dengan teknik dokumenter.
Dengan teknik .dokumenter ini, dimaksudkan untuk mendapatkan data tertulis dari obyek penelitian yang berujut dokumentaai-dokumentasi.
C* Anggapan Dasar dan Hinotesiw.
As urns:..-asurnsi yang melandasi pengembangan studi ini
adalah sebagai berikut:
1. Kepala Sekolah dengan segenap aparatnya ( guru-guru dan
peg..t.u.J berkomunikasi'di sekolah sebagai kerabat-kerja.
Sementara itu pergauian dalam kelompok baik sebagai pemimein ma uput keraoat kerja, merupakan pola - pola perilaku
;/cng :a,iekat dalam rekaman masing-masing individu untuk
kemudian capat diungkapkan melalui persepsi-persepsi.
2. Dalam memantau perilaku kepemimpinan kepala sekolah pada
hakekatnya terukir dari komunikasinya dan ini berurusan
dengan persepsi guru-guru dan pegawai di sekolah.
88
p. -erd laKu ^e-aemimtnifar: kex-aia sekolah hendaknya menjadi
suri tauiadan dalam menciptakan situasi dan kondisi seko
lah yang ko/idusif bagi segenap aparat sekolah.
4. Keb^rhasilati sekolah berturabuh dan berkembang ke arah
inovatif sebagian besar ditentukan oleh kepala
sekolah
sebagai temimpj.n pendidikan. Oleh karena itu kualitas dan
perilaku kerela sekolah secara langsung maupun tidak, mem
pengaruhi prestasi dan penampilan seluruh stafnya.
5. Proses komunikasi di sekolah adalah proses pertukaran in
formasi ke berbagai aubsistem organisasi sekolah
dalam
upaya meraperlancar dinamisasi kerjasama antar individu
pelaksana mnupun koordinasi terhadap berbagai kegiatan
yang telah didelegasikan kepada para aparat sekolah. Untuk
itu komunikasi yang terbuka memberikan kontribusi yang
berarti bagi efektivitas penyelenggaraan pendidikan di
sekolah.
Adapun hipotesis penelitian sebagai jawaban sementara
terhadap
permisalahan yang telah dikemukakan adalah sbb:
1. Adanya hubungan fungsional linier dan positii antara peri
laku kepemimpinan kepala sekolah dengan proses komunikasi.
2. Terdapat keterkaitan antara perilaku kepemimpinan kepala
sekolah dengan proses komunikasi.
3. Terdapat perbedaan yang berarti mengenai persepsi guru dan
tata usaha tentang perilaku kepemimpinan kepala sekolah
dan proses komunikasi dilihat dari jenis kelamin ( L/P ),
dan antara guru dengan tata usaha.
89
L';« Aj^iL_li^jgLlML5Jil™i^tfi -
Sesuai iengan data yang diperlukan dalam penelitian
mi yaitu data tentang deskripsi perilaku kepemimpinan ke-
pala sekolah dan proses komunikasi melalui persepsi guru-
guru dan tata usaha sekolah, maka alat pengumpul data yang
digunakan auatan kuesioner. Ada dua macam kuesioner yang
digunakan yaitu: (I) kuesioner untuk data perilaku kepe mimpinan Kepala sekolah, (2) kuesioner untuk data
proses
komunikasi.
Kuesioner untuk variabel perilaku kepemimpinan ke
pala sekolah, menggunakan instrumen" ; Leader
Behavior
Description Questionaire » ( LBDQ ). instrumen ini meru
pakan warisan dari Ohio State University yang dipakai un
tuk mempelajari bagaimana seorang pemimpin menjalankan
tugasnya yang dideskripsikan ke dalam dua aspek kepemim
pinan yakni : " Initating Structure dan Consideration >•
Initating structure adalah melukiskan cara pemimpin berhubungan dengan bawahannya dengan menetapkan pola organi
sasi, saluran komunikasi dan metoda atau prosedur yang
dipakai dalam organisasi. Sedangkan Consideration adalah
melukiskan cara pemimpin berhubungan dengan bav.ahan yang
lebih tcrbuka, bersahabat, saling mempercayai, penghargaan
dan kenangatan dalam hubungan antara pemimpin dengan bawa
hannya .
Kuesioner untuk variabel proses komunikasi, sebagian
90
aiambi.L dari kuesioner Sr. Ee. Javier dari studinya" Proses
komunikasi dan Pengambilan Keputusan" di Filipina tahun 1973
aan se bagian lagi dikonstruksi sendiri oleh penulis.
Sekalinun kuesioner tersebut telah terpercaya keba-
kuannya, namun karena sifatnya dialih budayakan sehingga
masih harus dimodifikasi seperlunya sesuai dengan karakteristik dan tata nilai kita yang berlaku. Sedangkan dalam
hal validitas dan reliabilitasnya, diadakan uji coba sebe-
lum kuesioner tersebut digunakan untuk penelitian sesungguh
nya.
Penelitian ini secara khusus menelaah bagaimana ke
pala sekolah dalam menjalankan tugasnya sebagai. pemimpin
di sekolah. Berdasarkan teori yang mengilhami penelitian
ir.i yaitu teori kepemimpinan situasional, maka ousat per
hatian terhadap kepemimpinan kepala sekolah diarahkan ke
pada dua dimensi perilaku kepemimpinan yaitu; (1 ) dimen
si perilaku tugas ( task behavior ), (2) dimensi
perilaku
hubungan ( relationship behavior ).
Dime isi perilaku tugas yaitu sampai dimana kepala
sekolah mengorganisasikan tugas-.tugas anggotanya ( guru
dan tata usah,, sekolah ) aalam usaha meningkatkan produktivitas individu maupun kelompok dalam palaksanaan tugas.mere
ka . Sedangkan dimensi perilaku hubungan adalah sampai seberapa jauh kepala sekolah menjaga hubungannya baik formal
maupun informal dengan para guru dan tata usaha sekolah.
91
Kedua variabel yang