PERSEPSI GURU DAN TATA USAHA MENGENAI PERILAKU KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN PROSES KOMUNIKASI DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) : Studi deskriptif pada Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kotamadya Ujung Pandang.

PERSEPSI GURU DAN TATA USAHA MENGENAI PERILAKU
KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN PROSES KOMUNIKASI
Dl SEKOLAH MENENGAH ATAS ( SMA )
( Studi deskripcif pada Sekolah Menengah Atas (SMA)
di Koiamadya Ujung Pandang )

TES I S

Diajukan Kepada Panitia Ujian Tesis
lnstitut Keguruan dan llmu Pendidikan Bandung
Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Program Pasca Sarjana
Bidang Studi Administrasi Pendidikan

Oleh

*

ISMAIL TOLLA

399 / A / XVI


FAKULTAS

PASCA

-8

SARJANA

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BANDUNG
19 8 7

DlSETUJUl DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING

PROF. DR. ACHMAD SANUSI, SH., MPA.
PEMBIMBING

I

PROF. DR. HJ £NGKQSWARA, M. Ed

^MBIMBING

It

FAKULTAS PASCA SARJANA

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BANDUNG
I9S7

&3*

,

-

**&

Vi


DAFTAR ISI
halaman

PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN

ii
±±±

KATA PENGANTAR
PENGHARGAAN DAN UCAPAN TERIMA KASIH

DAFTAR ISI

viii

DAFTAR TABEL

x

DAFTAR GAMBAR


BAB

I.

: xi

PENDAHULUAN

1

A. Permasalahan
1. Latar Belakang Permasalahan

1
1

2. Rumusan Masalah

BAB


II.

.V

7

B. Tujuan Penelitian

H

C. Manfaat Penelitian

15

PERILAKU KEPEMIMPINAN DAN PROSES KOMUNIKASI

17

A. Telaah Perilaku Kepemimpinan


17

1. Beberapa Rumusan Kepemimpinan

17

2. Teori-teori Dalam Studi Kepemimpimpinan...27
3. Beberapa Pendekatan Dalam Teori Kepemim
pinan
33

B. Telaah Proses Komunikasi

63

1. Beberapa Rumusan Komunikasi

63


2. Bentuk-bentuk Komunikasi

67

3. Proses Komunikasi Dalam Organisasi

70

C. Rangkuman Studi Kepustakaan

76

D. Hasil-hasil Penelitian Sebelumnya

78

1. Beberapa Penelitian Perilaku Kepemimpinan.78
2. Beberapa Penelitian Proses Komunikasi
81


vm

halaman

BAB

III. PROSEDUR PENELITIAN

83

A. Populasi dan Sampel

83

B. Metode Penelitian

86

C. Anggapan Dasar dan Hipotesis


87

D. Alat Pengumpulan Data

89

E. Uji Coba Dalam Rangka Validitas dan Reliabili
tas Instrumen

92

F. Pengumpulan Data

99

G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

100

H. Hasil Pengolahan dan Analisis Data


101

1. Distribusi Data

101

2. Pengujian Hipotesis

110

I. Rangkuman Hasil Pengolahan Data

BAB

IV. KESIMPULAN, DISfflJSI DAN IMPLIKASI

,115

118


A. Kesimpulan

118

B. Diskusi

119

C. Implikasi

128

DAFTAR KEPUSTAKAAN

132

LAMPIRAN - LAMPIRAN

135

IX

DAFTAR TABEL

m , .,

Halaman

Tabel

1. Perincian Penyebaran Anggota Populasi

83

2. Proporsi Anggota Sampel

85

3. Pembobotan Item
4. Perhitungan Uji Analisis Item

9^
96

5. Nilai yang diperoleh dari kedua Rumus Uji Re
liabilitas dari kedua Alat Ukur

98'

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

1. Unsur-unsur Perilaku Kepemimpinan

34

2. Model Kepemimpinan Fiedler

39

3. Pohon Keputusan dari Vroom dan Yetton

1,7

if. Empat Gaya Dasar Kepemimpinan Hersey

dan

Blanc hard.

kq

5. Apa yang seharusnya menjadi Perilaku Seseorang

Pemimpin dalam arti tingkat Kedewasaan Bawahan 52

^

6. Tata Hubungan dalam Aplikasi Path - Gool

go

7. Pendekatan Social Learning dalam Kepemimpinan.

62

8. Konsep Jembatan Fayol dalam komunikasi

^

*•*

9. Proses Komunikasi

71

\/\v*

10

11. Poligon Frekwensi Data Perilaku

Kepe-

mimpinan
12

^

Afj/'

102 _ 103 ^C

13. Poligon Frekwensi Data Proses Komunikasi '

^



t
10if -105

.XI

BAB

I

PENDAHULUAN

I.

Permasalahan.

A. Latar belakang permasalahan.

Pendidikan pada hakekatnya adalah proses

interaksi

antara pendidik dengan peserta didik yang bertujuan

P Y[

untuk/.

meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecer-

**

dasan dan ketrampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat

engikutnya agar mereka dapat lebih berkarya demi tercapainya tujuan atau prestasi bersama. Di sini diungkapkan ada
nya tiga faktor utama bagi terjadinya kepemimpinan

yaitu

pemimpin, bawahan,dan situasi yangvketiganya •. merupakan
fungsi asasi dari kepemimpinan. Keefektifan suatu

pengaruh

bergantung dari peranan ketiga faktor ini.

Agar kepala sekolah dapat memberi pengaruh „

yang

berarti kepada para stafnya, maka ia harus dapat berkomuni-

kasi dengan mereka secara efektif. Dengan kata lain

kepala

sekolah harus mampu menyesuaikan perilakunya dengan stafnya.
Di dalam proses penyesuaian ini,"perlu diperhatikan

akan

ekspektasi, nilai-nilai dan kemampuan antara peribadi karyawan di mana ia harus berinteraksi': ( Sherron, 1970: 284 ).
Hal ini mencakup

semua

komunikasi dengan individu-indi

vidu termasuk kepala sekolah sendiri, kawan sebaya

serta

kawan seprofesinya. Dari sini dapat dipahani bahwa komunikasi

sangat berguna bagi pemimpin ( kepala sekolah ) dalam

proses

organisasi sekolah, harus dilakukan sedimikian rupa sehingga
dapat terjamin kerjasaraa dalam semua interaksi anggota dengan
memperhatikan karakteristik masing-masing seperti latarbela-

kangnya, nilai-nilai yang dianutnya, ekspektasi dan pengalaman mereka sebagai penunjang di dalam membangun dan raemeli-

hara perasaan harga diri dan kepuasan kerja stafnya.

9

Dengan demikian dapat ditegaskan bahwa efektivitas
kepemimpinan kepala sekolah harus berorientasi pada tugas-

tugas yang harus dilaksanakan dan sekaligus pada tata hubungan manusiawi dengan seluruh'stafnya dan

melibatkan

partisipasi kelompok secara maksimal dalam setiap hal dimana

kepala sekolah sebagai pengarah utama dan dalam partisipasi
atau proses kelompok ini kepala sekolah mengkomunikasikan

ide-idenya secara jelas dan mudah dipahami disamping juga
raempertimbangkan gagasan-gagasan yang muncul dari individu
atau kelompok stafnya.

Dari segi proses komunikasi, bahwa kelancaran fungsi
dan interaksi fungsional dalam manajemen sekolah ditentukan

oleh efektivitas komunikasi di sekolah itu, karena itu pro
ses komunikasi dengan policy dalam komunikasi perlu mendapat perhatian utama darci kepala sekolah. Kepala sekolah ber-

komunikasi mencakup: komunikasi edukatif dengan guru, komu
nikasi administratif dengan tata usaha, dan komunikasi koordinatif dengan pemimpin lain yang sejawat. Komunikasi antar
kepala sekolah dengan guru dan tata usaha di sekolah dilak

sanakan menurut jalur-jalur formal maupun informal sebagaimana layaknya di Indonesia khususnya komunikasi informal lebih

sering dilaksanakan untuk menyelesaikan masalah-raasalah yang
rumit dengan cara penggarapan, sehingga dalam komunikasi for

mal tinggal mengukuhkan saja hasil penggarapan yang dilaku
kan dengan cara informal.

Komunikasi sebagai sarana koordinasi antara berbagai

10

sabsistem dalam organisasi sekolah

utama yaitu:

merapunyai dua

fungsi

(1) fungsi integratif adalah untuk menyatukan

bagian-bagian yang ada dalam organisasi sebagai suatu sistem
yang tidak dapat dipisah-pisah satu sama lain.

. Termasuk

fungsi komunikasi ini adalah perumusan tujuan organisasi ,
koordinasi kegiatan dari berbagai bagian,

peninjauan kembali

kebijakan yang kurang efektif dan sebsgainya, (2) fungsi
komunikasi interaktif, adalah proses pertukaran informasi

yang berjalan secara berkeseimbangan,

pertukaran pendapat

dan sikap yang dipakai sebagai dasar penyesuaian di antara

bagian organisasi atau antara organisasi dengan lingkungan.
Keefektifan proses komunikasi di sekolah secara nyata
dapat diamati atau dipahami melalui kedua fungsi komunikasi
tersebut. Artinya sejauh mana kedua fungsi komunikasi itu
secara positif terjadi dalam proses komunikasi di sekolah.

Kepala sekolah sebagai pemeran utama proses komunikasi

ber-

kewajiban membina proses komunikasi yang efektif karena ke
efektifan proses komunikasi menentukan keefektifan

proses

pendidikan yang berlangsung di sekolah.

Berdasarkan uraian-uraian di atas dapat ditegaskan
bahwa kepemimpinan kepala sekolah yang efektif berkenaan

dengan kesesuaian antara apa yang seharusnya dikerjakan ke

pala sekolah dengan tujuan sekolah yang hendak dicapai. .

Dalam hal ini keefektifan kepemimpinan kepala sekolah difokuskan q3>ada orientasi tugas-tugas dan tata hubungan raanusia
wi dari stafnya dimana kepala sekolah sebagai penanggung jawab

11

utama di sekolahnya.

Penelitian ini lebih bersifat pengujian

hipotesis

secara statistik, di samping juga mengadakan analisis

teo-

ritis secara kualitatif dalam rangka melihat implikasi-implikasinya.

Adapun variabel-variabel masalah penelitian adalah
sebagai berikut

:

(1) Perilaku kepemimpinan kepala sekolah yaitu cara bertindak dari kepala sekolah yang dapat diamati atau dirasa-

kan oleh guru dan tata usaha dalam suasana hubungan
antara atasan dengan bawahan. Interaksi timbal balik

yang terjadi dalam suasana formal maupun informal antara

kepala sekolah dengan guru dan tata usaha dimana kepala
sekolah mempengaruhi, maka terjadilah proses kepemimpi
nan yang dapat melahirkanpersepsi para guru dan tata

usaha menurut pengamatan dan pengalaman mereka masingmasing.

(2) Proses komunikasi adalah proses pertukaran inforjnasi
secara timbal balik antara kepala sekolah dengan para
guru dan tata usaha sekolah. Pengertian ini disesUaikan
dengan kebutuhan penelitian•ini.

Dari pengertian di atas dapat dijelaskan bahwa antara

kepala sekolah dengan guru dan tata usaha dapat secara
bergantian menjadi sumber informasi.

Kepala sekolah berkomunikasi dengan guru dan tata usaha

dimana kepala sekolah sebagai sumber ( sender ) berkenaan
dengan pemberian perintah, nasehat, instruksi, keputusan
dan semacamnya. Sedangkan guru atau tata usaha berkomuni-

kasi dengan kepala sekolah dapat berupa:

ide, saran, atau

kesulitan-kesulitan pribadi dan sebagainya. Dengan demiki-

an dalam proses komunikasi ini bukan hanya kepala sekolah

yang menjadi sumber ( komunikator ), tetapi juga guru atau
tata usaha dapat menjadi sumber ( komunikator ) apabila
dia yang memulai komunikasi. Permasalahannya bahwa sejauh
mana saran, atau ide yang muncul dari bawah dapat diterima

oleh kepala sekolah sebagai input yang berarti bagi kepentingan sekolah bergantung dari perilaku kepala sekolah itu
sendiri.

Interaksi antara variabel penelitian dalam peneliti
an ini adalah sebagai berikut:

Variabel perilaku kepemimpinan kepala sekolah dija

dikan sebagai variabel bebas ( X ), dan variabel
komunikasi sebagai variabel terikat ( Y

proses

).

Interaksi antara variabel tersebut sebagai kerangka
acuan untuk pembahasan selanjutnya digambarkan sebagai be
rikut

:

13

PERSEPSI
Guru dan Tata Usaha Sekolah

Perilaku

Kepemimpinan

Proses
Komunikasi

Kepala sekolah

( X )

( Y )

"

Perilaku

Perilaku

J

T u g a s

Hubungan

Komunikasi Komunikasi

a

1

u

r

Peristiwa

Keterangan :

X

=

Variabel Bebas ( Independence Variabel )

Y

=

Variabel Terikat ( Dependence Variabel )

14

Berdasarkan variabel-variabel tersebut di atas dapat
dirumuskan masalah-masalah penelitian sebagai berikut;

1. Bagaimana hubungan fungsional antara perilaku kepemim
pinan kepala sekolah dengan proses komunikasi dalam pe
nyelenggaraan pendidikan ?

2. Bagaimana derajat kaitan antara perilaku

kepemimpinan

kepala sekolah dengan proses komunikasi dalam meningkatkan efektivitas penyelenggaraan pendidikan di sekolah

?

3» Apakah ada perbedaan yang berarti mengenai persepsi guru
dan tata usaha terhadap perilaku kepemimpinan

kepala

sekolah dan proses komunikasi V
B.

Tu.juan Penelitian.
1. Tujuan umum.

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menda-

patkan gambaran serta analisis interaksi fungsional

dan

derajat keterkaitan antara variabel perilaku kepemimpinan

kepala sekolah dengan proses komunikasi yang . berhubungan
dengan efektivitas penyelenggaraan pendidikan pada Sekolah

Menengah Atas ( SMA ) di Kotamadya Ujung Pandang.
2.

Tu.juan khusus.

Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:

a. Mendapatkan hubungan fungsional antara perilaku kepe
mimpinan kepala sekolah dengan proses komunikasi.

b. Mendapatkan ukuran derajat keterkaitan antara peri
laku kepemimpinan kepala sekolah dengan proses komu-

kasi pada Sekolah Menengah Atas di Kotamadya Ujung

15

Pandang.

c. Mendapatkan gambaran deskriptif tingkat kontribusi
perilaku kepemimpinan kepala sekolah dan proses komu

nikasi terhadap efektivitas manajemen Sekolah Menengah

Atas ( SMA ) di Kotamadya Ujung Pandang.
C.

Manfaat

Penelitian.

Penelitian ini lebih bersifat pengujian hipotesis*

Oleh karena itu dari hasil penelitian ini diharapkan dapat
mengungkapkan gambaran secara deskriptif hubungan fungsi

onal dan derajat keterkaitan serta kontribusi
kepemimpinan kepala sekolah

.dan

perilaku

proses komunikasi ter

hadap peningkatan efektivitas Sekolah Menengah Atas (SMA)
di Kotamadya Ujung Pandang. Lokasi penelitian ini adalah

Sekolah Menengah Atas ( SMA ) yang mendidik siswa-siswa
untuk menjadi tenaga kerja menengah atau menempuh jenjang

pendidikan yang lebih tinggi ( Perguruan Tinggi ).
Penelitian ini membahas masalah-masalah yang me-

nyangkut hubungan antara variabel-variabei penelitian ,
mempunyai kegunaan teoritis dan praktis. Dari segi teori-

tis penelitian ini kondusif terhadap perkembangan
Administrasi Pendidikan khususnya bidang .

Ilmu

Kepemimpinan

Pendidikan dengan teori-teori yang menggunakan pendeka-

tan-pendekatan keperilakuan ( behavioral ). Secara prak
tis penelitian ini memberikan sumbangan positif bagi para
administrator pada umumnya dan khususnya kepala- - kepala
sekolah, terutama Kepala-kepala Menengah Atas

( SMA ) di

16

Kotamadya Ujung Pandang. Juga hasil penelitian ini diharap
kan bermanfaat sebagai masukan bagi prospek -

pengembangan

dan pembinaan dalam rangka upaya meningkatkan efektivitas
kompetensi profesional Kepala-kepala Sekolah bersama segenap
stafnya.
Bila terngrata dari hasil penelitian ini

ditemukan

hubungan yang positif antara perilaku kepemimpinan kepala
sekolah dengan proses komunikasi, maka ada alasan untuk me-

ngatakan bahwa para kepala sekolah perlu ,

memperhatikan

masalah proses komunikasi di sekolah. Proses :.

komunikasi

di sekolah berlangsung secara vertikal ( hubungan

dari

atas ke bawah dan dari bawah ke atas ), horizontal yaitu
hubungan mendatar antara jabatan yang setingkat, dan hubu
ngan yang berbentuk diagonal yaitu komunikasi yang sifatnya

lebih terbuka. Untuk menjaga kelancaran proses komunikasi

di sekolah seyogyanya kepala sekolah lebih menekankan pada
pendekatan manusiawi dalam menjalankan kepemimpinannya.



•*-

BAB

III

PROS E1DU.R PENELITIAN

Populasi dalam penelitian ini meliputi keseluruhan

karakteristik vang menyangkut perilaku kepemimpinan dan pro
ses komunikasi kepala sekolah dalam perwujudannya sebagai
pemegang posisi. dan pelayan •. terhadap Guru-guru dan pega
wai SMA di Kotamadya

Ujung Pandang.

Adapun yang menjadi subyek unit populasi adalah seluruh gu
ru termasuk Kepala Sekolah dan Pegawai SMA Negri, di Kota
madya Ujung Pandang yang penyebarannya seperti terlihat
pada tabel berikut ini.
TABEL

I

PERINCIAN PENYEBARAN ANGGOTA POPULASI
HO

S

e

•SMA

k

o

1

a

I
j Guru

h

~

1

Jumlah

Neg.

1

125

30

155

?..

SMA Neg.

£.

33

20

"03



SMA Neg.

3

79

19

98

4.

SMA Neg.

h

62

15

77

,? *

SMA Neg.

p

73

18

93

6.

| SMA Neg.

to

37

12

69

•?.

SMA Ne5.

'/

38

10

if 8

8.

SMA

23

9

3Z

9.

Si-hi Neg,

23

5

28

10.

SMA Ntij.

1

2

3

1 ZfO

706

»

/-

-

Nea.
"'

J


1

Pegawai

i

Sumb er:

u m 1 a

~j

\

i 0

566

h

i

Bidang Dik. U mum.Kanwil Depdikbud

Sulawesi Selatan, Mei 1986.
S3

Propinsi

'

84

Jntuk pamilihan anggota sampel dalam penelitian ini,

dibatasi pada hanya guru-guru dan pegawai tetap saja.

Ukuran atau jumlah unit sampel penelitian ditentukan dengan
menggunakan aturan penentuan sampel penelitian yang dikemu

kakan oleh Koentjaraningrat ( 1981 : 130 ) sebagai berikut:

Rumus

:

PS

=

\/ Ps. qs
N

Pengoperasian rumus tersebut di atas,untuk menentukan uku

ran besarnya sampel terlihat pada lampiran tesis ini. Hasil

penerapan rumts tersebut, diperoleh ukuran besarnya jumlah

sampel minimal = 125. Untuk dalam penelitian sesungguhnya
jumlah minimal tersebut diperbesar menjadi 150 anggota sam
pel dengan pertimbangan untuk memperkecil kemungkinan-kemungkinan kesalahan yang disebkan adanya faktor-faktor ter

tentu yang terdapat dalam anggota populasi kebetulan juga

terdapat dalam anggota sampel dan faktor-faktor lainnya yang
tidak termasuk. Kesalahan yang demikian biasa disebut ke
salahan. sifat random sampling.

Berdasarkan prosedur penerapan rumus tersebut ditam-

bah aeugau pertimbangan-pertimbangan rasional akan kemungkinan adanya kesalahan yang disebabkan adanya faktor-faktor

tertentu, maka penentuan basarnya sampel penelitian ini se

perti terlihat pada tabel proporsi anggota sampel berikut:

85
'LABEL

PHOPOKSI

? NO.

]

I 1.

I

5*
I

oI-lj-x .

J.1* Og .

oi*'i.a.

x^ :a

c.

) Ska. keg
^i*'hi,

u

AHGGOTA ShMPEL

s i u r u J Pegawai

4- •

J

2

m

k eg.

D

37

u

ra

30

38

{

as

35

f

25

30

i

50

1

a

h

47

|

IkO

1

10

J

ItO

teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah

area sarapi.ing lan acak dengan prosedur: Pertama, menetap-

kan secare acak empat buah SMA sebagai area penelitian ,
Kedua, sec—rs orotorsional ditetapkan jumlah anggota sam

pel dari ^esir, p-mosing sekolah yang telah ditunjuk, Ke ti
ga, pengambilan anggota sampel sesuai dengan proporsi yegg
telah ditentuk-.m dilakukan secara random.

Penentuan sampel hanya dioatasi oada guru dan pegawai tetat>

hal

ini.

aiiakukan dengan pertimbangan sebagai

berikut:

i. 'iuri: a.ar; pepaaai tetap lebih cerii--:at oleh pei-aturan -

peraturan c.i sekolah dibanding dengan guru dan pegawai
honorer sapa.

2. Guru dan pegawai tetap lebih banyak pengalamannya di
sekolan tersebut dan lebih terikat dengan tugas-tugas

86

:>;- •!A' —^

s-,i:3(=-:us-i.kar'.nyfe disamping rasa tanggung jawab

terhadap t>:. mbinaan sekolah itu lebih besar.

p. Kareta guru dtn pegawai tetap lebih banyak mengetahui se

cara luas keadaan sekolah ternpat mereka bekerja sehinggah
kemamnuan uempersersi situasi sekolah yang sebenarnya akan
lebih baik pula.

4- Guru dan pegawai tetap lebih banyak berkomunikasi dengan
kepala sekolah sehingga dapat mendiskripsika.n perilaku
apa adanya dari kepala sekolah.
B* Hetod e Pe ne 1 ;.t±fm -

Metouo yang digunakan dalam penelitian ini ialah me

tode deskriptif yaitu" memberikan gambaran tentang fenomena
tertentu atau aspek kehidupan tertentu dari masyarakat yang
diteliti". ( Masri Singarimbun, dkk, l98l : 9 ). Sedangkan
Rosenberg, Morris ( 1Q68 ) memberikan dua pengertian. metode
deskriptif, ,-aitu : (1) mendeskripsikan gejala-geJala yang
diteliti, (2) mempelajari hubungan antara gejala - gejala
yang diteliti1' .

Metode M-,sKr- ptif tiaak terbatas hanya sampai pada pengum
pulan aata, tetapi meliputi analisis dan interpretasi ten-

xang .rrj i^.., Ltu. ^melitian deskriptif membandingkan pers.maai. aan peroeoaan fenomena tertentu". ( Winarno Surachmad, 1980 : :y) ).

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam

penelitian ini sesuai dengan data yang diperlukan yaitu da
ta mengenai efektivitas perilaku kepemimpinan : Kepela Sekolah

87

••'1.!-! anuria -a dengan proves koraunikasinya melalui persepsi

guru-guru dar. pegawai, maka alat pengumpul data yang dig a na ka 11 a d a la n:

.'.., Teknik kueakioner.

Teknik kuesioner atau angket ini. dimaksudkan untuk men-

dapatkan data dengan pertanyaan tertutup kepada respon
ded yang keraudian dikumpulkan hasil angket itu.
2. Teknik pengumpulan- data dengan observasi.

reknik in: peneliti secara langsung mengamati obyek pe
nelitian sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
p. i'eknik pengumpulan data dengan teknik dokumenter.

Dengan teknik .dokumenter ini, dimaksudkan untuk mendapatkan data tertulis dari obyek penelitian yang berujut dokumentaai-dokumentasi.
C* Anggapan Dasar dan Hinotesiw.

As urns:..-asurnsi yang melandasi pengembangan studi ini
adalah sebagai berikut:

1. Kepala Sekolah dengan segenap aparatnya ( guru-guru dan

peg..t.u.J berkomunikasi'di sekolah sebagai kerabat-kerja.
Sementara itu pergauian dalam kelompok baik sebagai pemimein ma uput keraoat kerja, merupakan pola - pola perilaku
;/cng :a,iekat dalam rekaman masing-masing individu untuk

kemudian capat diungkapkan melalui persepsi-persepsi.
2. Dalam memantau perilaku kepemimpinan kepala sekolah pada
hakekatnya terukir dari komunikasinya dan ini berurusan
dengan persepsi guru-guru dan pegawai di sekolah.

88

p. -erd laKu ^e-aemimtnifar: kex-aia sekolah hendaknya menjadi
suri tauiadan dalam menciptakan situasi dan kondisi seko

lah yang ko/idusif bagi segenap aparat sekolah.

4. Keb^rhasilati sekolah berturabuh dan berkembang ke arah
inovatif sebagian besar ditentukan oleh kepala

sekolah

sebagai temimpj.n pendidikan. Oleh karena itu kualitas dan

perilaku kerela sekolah secara langsung maupun tidak, mem
pengaruhi prestasi dan penampilan seluruh stafnya.

5. Proses komunikasi di sekolah adalah proses pertukaran in
formasi ke berbagai aubsistem organisasi sekolah

dalam

upaya meraperlancar dinamisasi kerjasama antar individu

pelaksana mnupun koordinasi terhadap berbagai kegiatan
yang telah didelegasikan kepada para aparat sekolah. Untuk

itu komunikasi yang terbuka memberikan kontribusi yang
berarti bagi efektivitas penyelenggaraan pendidikan di
sekolah.

Adapun hipotesis penelitian sebagai jawaban sementara
terhadap

permisalahan yang telah dikemukakan adalah sbb:

1. Adanya hubungan fungsional linier dan positii antara peri
laku kepemimpinan kepala sekolah dengan proses komunikasi.

2. Terdapat keterkaitan antara perilaku kepemimpinan kepala
sekolah dengan proses komunikasi.

3. Terdapat perbedaan yang berarti mengenai persepsi guru dan
tata usaha tentang perilaku kepemimpinan kepala sekolah

dan proses komunikasi dilihat dari jenis kelamin ( L/P ),
dan antara guru dengan tata usaha.

89

L';« Aj^iL_li^jgLlML5Jil™i^tfi -

Sesuai iengan data yang diperlukan dalam penelitian

mi yaitu data tentang deskripsi perilaku kepemimpinan ke-

pala sekolah dan proses komunikasi melalui persepsi guru-

guru dan tata usaha sekolah, maka alat pengumpul data yang

digunakan auatan kuesioner. Ada dua macam kuesioner yang
digunakan yaitu: (I) kuesioner untuk data perilaku kepe mimpinan Kepala sekolah, (2) kuesioner untuk data

proses

komunikasi.

Kuesioner untuk variabel perilaku kepemimpinan ke
pala sekolah, menggunakan instrumen" ; Leader

Behavior

Description Questionaire » ( LBDQ ). instrumen ini meru
pakan warisan dari Ohio State University yang dipakai un

tuk mempelajari bagaimana seorang pemimpin menjalankan
tugasnya yang dideskripsikan ke dalam dua aspek kepemim
pinan yakni : " Initating Structure dan Consideration >•

Initating structure adalah melukiskan cara pemimpin berhubungan dengan bawahannya dengan menetapkan pola organi
sasi, saluran komunikasi dan metoda atau prosedur yang
dipakai dalam organisasi. Sedangkan Consideration adalah

melukiskan cara pemimpin berhubungan dengan bav.ahan yang
lebih tcrbuka, bersahabat, saling mempercayai, penghargaan
dan kenangatan dalam hubungan antara pemimpin dengan bawa
hannya .

Kuesioner untuk variabel proses komunikasi, sebagian

90

aiambi.L dari kuesioner Sr. Ee. Javier dari studinya" Proses

komunikasi dan Pengambilan Keputusan" di Filipina tahun 1973
aan se bagian lagi dikonstruksi sendiri oleh penulis.

Sekalinun kuesioner tersebut telah terpercaya keba-

kuannya, namun karena sifatnya dialih budayakan sehingga
masih harus dimodifikasi seperlunya sesuai dengan karakteristik dan tata nilai kita yang berlaku. Sedangkan dalam

hal validitas dan reliabilitasnya, diadakan uji coba sebe-

lum kuesioner tersebut digunakan untuk penelitian sesungguh
nya.

Penelitian ini secara khusus menelaah bagaimana ke

pala sekolah dalam menjalankan tugasnya sebagai. pemimpin
di sekolah. Berdasarkan teori yang mengilhami penelitian
ir.i yaitu teori kepemimpinan situasional, maka ousat per
hatian terhadap kepemimpinan kepala sekolah diarahkan ke

pada dua dimensi perilaku kepemimpinan yaitu; (1 ) dimen

si perilaku tugas ( task behavior ), (2) dimensi

perilaku

hubungan ( relationship behavior ).

Dime isi perilaku tugas yaitu sampai dimana kepala
sekolah mengorganisasikan tugas-.tugas anggotanya ( guru

dan tata usah,, sekolah ) aalam usaha meningkatkan produktivitas individu maupun kelompok dalam palaksanaan tugas.mere
ka . Sedangkan dimensi perilaku hubungan adalah sampai seberapa jauh kepala sekolah menjaga hubungannya baik formal
maupun informal dengan para guru dan tata usaha sekolah.

91

Kedua variabel yang